41
Abstrak Uji jalan enam menit (UJ6M) sering digunakan sebagai alat untuk menguji kemampuan fungsional dalam rangkaian program rehabilitasi medik. Tes ini mengacu pada kemampuan secara submaksimal yang direkomendasikan dari American Thoracic Society (ATS) dengan prosedur panjang lintasan lurus 30 meter. Penggunaan area dengan panjang lintasan tersebut sulit didapatkan dan disesuaikan pada berbagai sarana dan prasarana yang lebih sempit terutama di Indonesia. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya perbedaan bermakna pada jarak tempuh hasil UJ6M pada penggunaan panjang lintasan yang lebih pendek (10 meter dan 20 meter) tetapi belum ada yang membandingkan antara 10 m,15 m dan mencari faktor koreksi supaya dapat disetarakan dengan hasil UJ6M dengan panjang lintasan 30 m. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jarak tempuh hasil UJ6M antara panjang lintasan 10 m dan 15 m terhadap 30 m serta mencari faktor koreksinya. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan menganalisis 84 subyek sehat usia 21-73 tahun, indeks massa tubuh normal, fungsi paru normal, tanpa kelainan sistem kardiovaskular dan neuromuskuloskeletal serta mampu mengikuti prosedur. Setiap subyek menjalani penapisan dengan kuisioner kesehatan, pemeriksaan fisik dan tes spirometri serta UJ6M pada 3 lintasan (10 meter, 15 meter dan 30 meter). Data berupa jarak tempuh diukur dan dianalisis menggunakan program Stat Soft versi 4.5 untuk Windows dengan kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p≤0,05. Hasil penelitian menunjukkan rerata jarak tempuh 10 (J10: lintasan 10 m) 464,99 m, rerata jarak tempuh 15 (J15: lintasan 15 m) 478,83 m dan rerata jarak tempuh 3 (J30: lintasan 30 m) 512,01 m. Rerata J10 dan J15 ditemukan berbeda bermakna terhadap J30 (p 0,00; p< 0,05). Faktor koreksi J30 diperoleh setelah ditemukan adanya 1

jurnal ringkasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gmhgh

Citation preview

Abstrak

Uji jalan enam menit (UJ6M) sering digunakan sebagai alat untuk menguji kemampuan fungsional dalam rangkaian program rehabilitasi medik. Tes ini mengacu pada kemampuan secara submaksimal yang direkomendasikan dari American Thoracic Society (ATS) dengan prosedur panjang lintasan lurus 30 meter. Penggunaan area dengan panjang lintasan tersebut sulit didapatkan dan disesuaikan pada berbagai sarana dan prasarana yang lebih sempit terutama di Indonesia. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya perbedaan bermakna pada jarak tempuh hasil UJ6M pada penggunaan panjang lintasan yang lebih pendek (10 meter dan 20 meter) tetapi belum ada yang membandingkan antara 10 m,15 m dan mencari faktor koreksi supaya dapat disetarakan dengan hasil UJ6M dengan panjang lintasan 30 m. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jarak tempuh hasil UJ6M antara panjang lintasan 10 m dan 15 m terhadap 30 m serta mencari faktor koreksinya.Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan menganalisis 84 subyek sehat usia 21-73 tahun, indeks massa tubuh normal, fungsi paru normal, tanpa kelainan sistem kardiovaskular dan neuromuskuloskeletal serta mampu mengikuti prosedur. Setiap subyek menjalani penapisan dengan kuisioner kesehatan, pemeriksaan fisik dan tes spirometri serta UJ6M pada 3 lintasan (10 meter, 15 meter dan 30 meter). Data berupa jarak tempuh diukur dan dianalisis menggunakan program Stat Soft versi 4.5 untuk Windows dengan kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p0,05.Hasil penelitian menunjukkan rerata jarak tempuh 10 (J10: lintasan 10 m) 464,99 m, rerata jarak tempuh 15 (J15: lintasan 15 m) 478,83 m dan rerata jarak tempuh 3 (J30: lintasan 30 m) 512,01 m. Rerata J10 dan J15 ditemukan berbeda bermakna terhadap J30 (p 0,00; p 60 tahun). Bahan penelitian adalah jarak tempuh (hasil UJ6M) dan respon fisiologis (tekanan darah, nadi, SatO2, skala Borg). Jarak tempuh UJ6M diambil pada lintasan yang berbeda yaitu pada 10 meter ,15 meter dan 30 meter pada subyek yang sama. Uji ini dilakukan pada lokasi koridor yang sama dan penguji yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Karakteristik Subjek PenelitianPenelitian telah dilakukan di Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit DR. Hasan Sadikin (RSHS) pada periode Maret September 2013, dengan subjek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran. Penelitian menggunakan 84 subyek penelitian, dengan rentang usia dari 21 73 tahun, dengan terbagi 3 kelompok. Usia 21 -30, 31 60, dan > 60 tahun, seperti tercantum pada tabel 4.1. Naracoba terdiri dari 43 orang laki-laki dan 41 orang perempuan. Naracoba adalah residen IKFR, staf bagian IKFR, pelayan kebersihan dan anggota senam lansia yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Gambaran umum subyek penelitian berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data subjek penelitian berdasarkan kelompok usiaKelompok usiaJumlah

1 (21-30 tahun) 31

2 (31-60 tahun) 35

3 ( 60 tahun) 18

Total 84

Tabel 4.2 Data Demografi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin PerempuanVariabel

RerataNilai MinimumNilai MaksimumSimpangan Baku

Usia ( tahun )44,68217316,38

BB ( kilogram )55,3443655,61

TB ( meter )1,561,41,70,06

IMT22,8518,9728,442,18

J10 ( meter )464,9928058882,42

J15 ( meter )478,8333460675,57

J30 ( meter )512,0134865477,62

J30/J101,110,941,330,01

J30/J151,070,951,300,07

BB : berat badan TB : tinggi badan IMT : indeks massa tubuh (kg/m2)J10 : jarak tempuh lintasan 10 m J15 : jarak tempuh lintasan 15 mJ30 : jarak tempuh lintasan 30 mJ30/J10 : rasio jarak tempuh lintasan 30 m dibandingkan 10mJ30/J15 : rasio jarak tempuh lintasan 30 m dibandingkan 15mTabel 4.3 Data Demografi subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin Laki-lakiVariabelRerataNilai MinimumNilai MaksimumSimpangan baku

Usia ( tahun )36,30206714,42

BB ( Kilogram )61,8850757,86

TB ( meter ) 1,651,471,820,07

IMT22,718,9302,29

J10 ( meter)464,0733060072,55

J15 (meter)514,9442464561,63

J30 (meter)565,8945468052,43

J30/J101,120,931,420,01

J30/J151,100,991,330,08

BB : berat badan TB : tinggi badan IMT : indeks massa tubuh (kg/m2)J10 : jarak tempuh lintasan 10 m J15 : jarak tempuh lintasan 15 mJ30 : jarak tempuh lintasan 30 mJ30/J10 : rasio jarak tempuh lintasan 30 m dibandingkan 10mJ30/J15 : rasio jarak tempuh lintasan 30 m dibandingkan 15m

Gambar 4.1. Grafik rerata jarak tempuh tiap lintasanKeterangan: P: perempuan; L: laki-laki

Tabel 4.4. Uji Normalitas Saphiro-Wilk pada setiap kelompok jenis kelaminPerempuanLaki-laki

PSebaranPsebaran

J30/J100,45Normal0,05normal

J30/J150,12Normal0.00tdk normal

J100,08Normal0,11normal

J150,00tdk normal0,02tdk normal

J300,45Normal0,83normal

Tabel 4.5. Perbandingan Karakteristik Subyek dan Jarak Tempuh antar Jenis KelaminVariabelRerataRerata

PerempuanLaki-lakipStandar deviasi

Usia44,6836,300,01*14,42

Berat Badan55,3461,880,00*7,86

Tinggi Badan1,561,650,00*0,07

IMT22,8522,720,792,29

J10464,99464,070,9672,55

J15478,83514,940,02*61,63

J30512,06565,880,00*52,43

J30/J101,111,120,680,01

J30/J151,071,100,060,08

Keterangan: * p < 0,05

Tabel 4.6. Pengaruh Kelompok Usia terhadap Jarak Tempuh pada masing-masing jenis kelaminJarak TempuhKelompok Usia pada Laki-lakinilai pKelompok Usia pada Perempuannilai p

J10Bermakna0,00bermakna8,56E-05

J15Bermakna0,04bermakna1,4E-06

J30Bermakna0,00bermakna2,53E-05

J30/J10tidak bermakna0,05tdk bermakna0,18

J30/J15tidak bermakna0,95tdk bermakna0,170.904*

*berdasarkan uji Kruskal Wallis BB J10 : jarak tempuh lintasan 10 m J15 : jarak tempuh lintasan 15 mJ30 : jarak tempuh lintasan 30 mJ30/J10 : rasio jarak tempuh lintasan 30 m dibandingkan 10mJ30/J15 : rasio jarak tempuh lintasan 30 m dibandingkan 15m

Grafik 4.2. Grafik Jarak Tempuh menurut kelompok usia dan jenis kelaminKeterangan: P: perempuan; L: laki-laki; 1:kelompok usia 21-30 tahun; 2: kelompok usia 31 60 tahun; 3: kelompok usia > 60 tahun.Tabel 4.7. Perbedaan jarak tempuh pada lintasan10m, 15m dan 30 mRerataNilai p

J30539,61

J15497,321,17E-15

J10464,522,04E-21

J15/J101,39E-09

Tabel 4.8. Faktor Koreksi untuk memprediksi jarak tempuh dengan panjang lintasan 30 m dari jarak tempuh dengan panjang lintasan 10 m untuk kelompok perempuanBStandar error of Bt(39)Nilai pr (koefisien korelasi)

J100,770,0710,291,12E-120,99

TB100,3722,544,456,939E-05

TB : Tinggi Badan

Gambar 4.3. Grafik Nilai Prediksi Jarak Tempuh dengan panjang lintasan 30 m berdasarkan Jarak tempuh dengan Lintasan 10 pada kelompok perempuan

Berdasarkan tabel 4.8 dan uji residu ditemukan persamaan regresi yang memenuhi persyaratan rumus prediksi jarak tempuh lintasan 30 m menggunakan jarak tempuh lintasan 10 m pada jenis kelamin perempuan, yaituJ30 = 0,77 x J10 + 100,37 x TB

Tabel 4.9. Faktor Koreksi untuk menghitung prediksi jarak tempuh pada Lintasan 30 m dari jarak tempuh 15 m untuk kelompok Perempuan

St. Err. R

Bof Bt(39)Nilai p(koefisien korelasi)

J150,900,0712,285,599E-150,99

TB50,9822,892,230,03

J15 : jarak tempuh lintasan 15 m TB : tinggi badan

Gambar 4.4. Grafik Prediksi Nilai Jarak Tempuh Jarak tempuh pada panjang Lintasan30 dari Jarak tempuh pada Lintasan 15 m untuk kelompok perempuanBerikut adalah rumus prediksi jarak tempuh 30 meter dari jarak tempuh 15 meter pada kelompok perempuan:J30 = 0,90 x J15 + 50,98 x TB

Tabel 4.10. Koreksi Faktor untuk prediksi jarak tempuh pada Lintasan 30 m dari Jarak tempuh pada Lintasan 10 m untuk kelompok Laki-lakiSt. Err.

Bof Bt(41)p-level

J100,370,094,260,00

TB238,1524,699,644,21E-12

J10 : jarak tempuh lintasan 10 TB : tinggi badan

Gambar 4.5. Grafik Prediksi Jarak Tempuh lintasan 30 m menggunakan lintasan 10m untuk kelompok laki-laki

Persamaan regresi prediksi J30 dari J10 pada kelompok laki-laki adalah sebagai berikut:J30 = 0,37 x J10 + 238,15 x TB

Tabel 4.11. Faktor Koreksi untuk menghitung prediksi jarak tempuh pada Lintasan 30 m dari Jarak tempuh pada Lintasan 15 m untuk kelompok Laki-lakiSt. Err.

Bof Bt(41)p-levelr

J150,570,086,981,705E-080,99

TB163,4825,736,351,359E-07

J15 : jarak tempuh lintasan 15 m TB : berat badan

Gambar 4.6. Grafik Nilai Prediksi Jarak Tempuh dengan panjang lintasan 30 m dari jarak tempuh lintasan 15 m untuk kelompok laki-lakiPersyaratan regresi untuk memprediksi J30 dari J15 pada kelompok laki-laki dan terlihat pada rumus berikut:J30 = 0,57 x J15 + 163,48 x TB

Tabel 4.12. Rekapitulasi faktor koreksi untuk prediksi jarak tempuh dengan panjang lintasan 30 meterPrediksiRumus Faktor KoreksiRSyarat regresi (analisis residu)keterangan

Reratasebaran

Dari J10J30 = 0,77 x J10 + 100,37 x TB

0,990normalPerempuan

Dari J15J30 = 0,90 x J15 + 50,98 x TB

0,990normalPerempuan

Dari J10J30 = 0,37 x J10 + 238,15 x TB 0,990normalLaki-laki

Dari J15J30 = 0,57 x J15 + 163,48 x TB0,990normalLaki-laki

Pengujian HipotesisHipotesis IJarak tempuh UJ6M untuk lintasan 10 meter dan 15 meter ditemukan berbeda bermakna terhadap lintasan 30 meter.Hasil Uji Statistik : hipotesis diterimaHasil yang menunjang :Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) jarak tempuh antar lintasan seperti terlihat dari hasil tabel 4.7. Hasil perbandingan antara J15 terhadap J30, J10 terhadap J30 dan J10 terhadap J15 ditemukan dengan p 0,00 dengan arti adanya jarak tempuh yang berbeda dari UJ6M pada lintasan 30 m dari jarak tempuh pada lintasan 15 m dan 10 m, begitu pula jarak tempuh pada lintasan 15 m dibandingkan jarak tempuh pada lintasan 10m ditemukan berbeda.Kesimpulan : Hipotesis penelitian diterima. Hipotesis II :Faktor koreksi jarak tempuh dari UJ6M lintasan 10 m dan 15 m ditemukan berdasarkan variabel usia, tinggi badan dan berat badan agar dapat disetarakan dengan jarak tempuh dari panjang lintasan 30 m. Hasil uji statistik : Hipotesis diterima sebagianHasil yang menunjang : Hasil penelitian dan hasil pembuktian uji hipotesis I menjadi persyaratan dapat dilanjutkan dengan pencarian faktor regresi. Selain itu pengaruh dengan variabel usia berdasarkan tabel 4.6 dan p 0,90 dari uji Anova Kruskal-Wallis ditemukan tidak ada pengaruh usia terhadap jarak tempuh sehingga variabel usia tidak dapat terlibat dalam faktor regresi.Pengaruh tinggi badan dan berat badan terhadap jarak tempuh di setiap lintasan dianalisis dengan metode regresi dan ditemukan pengaruh dan pemenuhan syarat regresi hanya pada variabel tinggi badan (tabel 4.9 4.11) sehingga ditemukan rumus prediksi jarak tempuh lintasan 30 meter dari masing-masing jarak tempuh lintasan 10 m dan 15 m di setiap kelompok jenis kelamin (tabel 4.12).Kesimpulan: hipotesis II diterima sebagian.PembahasanPembahasan Karakteristik subyek penelitianSubyek penelitian adalah orang normal yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran yang meliputi residen, staf bagian IKFR RSHS, petugas kebersihan, dan anggota kelompok senam lansia. Penelitian ini menganalisis 84 subyek, dengan rentang usia 20 sampai 73 tahun, yang terbagi 3 kelompok usia (tabel 4.1). Usia 21-30 tahun, usia 31-60 tahun, dan 60 tahun ke atas. Naracoba terdiri dari 43 orang laki-laki dan 41 perempuan. Kelompok usia 21- 30 tahun terdiri dari 31 orang, usia 31-60 tahun terdiri dari 35 orang, sedangkan kelompok usia diatas 60 orang terdiri dari 18 orang. Subyek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok usia, dengan alasan usia 21-30 merupakan usia puncak kapasitas fungsional (VO2maks). Penelitian oleh Gaelle et al. menunjukkan bahwa setelah patokan usia tersebut VO2maks ditemukan berangsur-angsur menurun sekitar 10% perdekade.23 Penurunan tersebut dapat dihambat dengan melakukan latihan ketahanan secara teratur, sehingga akan relatif stabil sampai usia 60 tahun.24, 25 Setelah usia diatas 60 tahun akan terjadi percepatan penurunan kekuatan otot sebesar 15% dan pada usia 80 tahun percepatan penurunan kekuatan otot sampai 30%. Katsiaris dkk menyatakan bahwa pada usia diatas 60 tahun terjadi adaptasi fungsional dan struktural yang menurun tergantung usia.24, 26Hasil UJ6M pada penelitian ini (tabel 4.2) menunjukkan rerata J10 464,99 + 82,42 m, J15 478.83 + 75,57 m dan J30 512,01 + 77,62 m. Rerata J10 dan J30 pada penelitian ini ditemukan lebih besar daripada hasil penelitian pada warga Hongkong oleh Ng tahun 2013 dengan J10 sebesar 384 + 52 m dan J30 sebesar 443 + 55 m. Hal ini terjadi karena perbedaan karakteristik subyek: Ng meneliti UJ6M pada subyek usia 50 70 tahun sedangkan rentang usia subyek penelitian ini antara 21 73 tahun. Jumlah subyek usia 21 50 tahun pada penelitian ini mencapai 60 % populasi subyek yang menjelaskan usia lebih muda memiliki kapasitas fungsional (jarak tempuh) lebih tinggi dan menurun dengan bertambahnya usia.9Penelitian lain dari Enright dan Sherrill mengajukan rerata UJ6M J30 pada warga Kaukasia di negeri Amerika sebesar 576 m untuk laki-laki dan 494 m untuk perempuan pada subyek usia 40 80 tahun. Perbedaan antropometrik orang Kaukasia dan orang Indonesia menjelaskan kecilnya data rerata penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian oleh Enright dan Sherrill.19Perbandingan data antropometrik menjadi dasar penting perbedaan rerata jarak tempuh UJ6M antara beberapa penelitian yang ada. Penelitian oleh Soares tahun 2011 menemukan rerata jarak tempuh dari subyek usia 20 80 tahun J30 sebesar 566 + 87 m untuk laki-laki dan 538 + 95 m pada perempuan. Rerata J30 oleh Soares ditemukan lebih besar daripada rerata J30 pada penelitian ini karena subyek orang Brazil yang diteliti memiliki antropometrik yang lebih besar daripada orang Indonesia. Selain itu perbedaan antropometrik antara orang Indonesia dan orang Cina yang tinggal di Singapura juga menjelaskan lebih tingginya rerata J30 pada penelitian Poh tahun 2006 pada orang Singapura usia 45 85 tahun sebesar 560 + 105 m. Negeri Singapura dianggap sebagai negeri maju dan bila dibandingkan dengan negeri Indonesia yang dianggap sebagai negeri berkembang maka tingkat nutrisi dan ekonomi warganegaranya dapat menjelaskan lebih kecilnya karakteristik antropometrik orang Indonesia. Penelitian ini tidak meneliti lebih lanjut mengenai karakteristik antropometrik secara detail subyek penelitiannya sehingga perbandingan dengan penelitian-penelitian lain hanya berdasarkan asumsi. Hal ini menjadi suatu kekurangan penelitian sehingga disarankan untuk penelitian lebih lanjut mengenai data antropometrik yang berpengaruh terhadap hasil UJ6M.27, 28

Pembahasan pengaruh variabel usia, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin terhadap hasil UJ6M (jarak tempuh)Perbedaan rerata jarak tempuh UJ6M antar jenis kelamin menunjukkan rerata jarak tempuh UJ6M perempuan ditemukan lebih kecil daripada laki-laki pada J15 dan J30 (tabel 4.3, tabel 4.6, grafik 4.1). Sedangkan pada J10 laki-laki dan perempuan ditemukan setara. Penjelasan mengenai perbedaan rerata antar panjang lintasan yang berbeda akan dijelaskan pada subbagian 4.3.3. Korelasi antara J30/J15 pada kelompok lakilaki maupun perempuan tidak bermakna terhadap usia, berat badan atau tinggi badan maupun IMT. Hasil ini ditemukan selaras dengan penelitian oleh Trooster dkk dengan tidak bermaknanya variabel tersebut terhadap jarak tempuh UJ6M karena hasil UJ6M ditemukan sangat bervariasi tergantung keragaman variabel usia, tinggi badan, berat badan dan jenis kelamin hingga tingkat keragaman jarak tempuh ditemukan sebesar 66 %.37 Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh Guyatt dkk dan Man dkk serta Cammari dkk yang menyebutkan bahwa usia tidak memberi pengaruh yang bermakna pada jarak tempuh UJ6M dengan usia naracoba antara 55-75 tahun.1, 17Usia yang semakin meningkat memperlihatkan jarak tempuh yang menurun (gambar 4.2) walaupun tidak bermakna secara statistik (tabel 4.3). Bahkan pengaruh usia yang memang tidak berhubungan dengan jarak tempuh UJ6M harus dihubungkan dengan berat badan berdasarkan penelitian oleh Enright tahun 2003 yang menyatakan bahwa usia lebih dari 60 tahun dengan berat badan yang lebih dari 82 kg, mulai memberikan pengaruh yang bermakna pada jarak tempuh UJ6M. Pada usia tua (lebih dari 70 tahun) disebutkan mengalami penurunan jarak tempuh akibat menurunnya massa otot dan kekuatan otot akibat proses penuaan.15, 19 Pendapat lain diungkapkan pada penelitian oleh Cassanova dkk yang memperlihatkan batas usia lebih dari 60 tahun baru akan memberikan pengaruh pada jarak tempuh UJ6M.29 Sementara itu penelitian oleh Gibbon dkk menyebutkan pengaruh usia harus dihubungkan dengan jenis kelamin dan menyatakan bahwa hanya perempuan usia lebih tua yang memiliki jarak tempuh yang lebih pendek.7 Kondisi derajat berat badan seorang individu contohnya dengan obesitas (IMT > 30 kg/m2) akan mengakibatkan individu tersebut mengalami peningkatan beban kerja dan energy expenditure selama beraktivitas termasuk melakukan UJ6M sehingga menurunkan jarak tempuh. Penelitian oleh Enright dkk dan Pepin dkk memperlihatkan bahwa subyek dengan IMT normal berjalan lebih cepat dibandingkan dengan subyek obesitas.19, 30 Penelitian ini menganalisis subyek dengan kondisi normal sehingga tidak ditemukan pengaruh berat badan maupun IMT terhadap hasil jarak tempuh UJ6M.Selain itu, gambar 4.2 dan 4.3 juga menunjukkan jarak tempuh laki-laki lebih panjang daripada perempuan. Secara umum, jarak tempuh UJ6M perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena pengaruh panjang kaki terhadap paling tidak step length dan stride length dalam berjalan yang ditemukan berkorelasi dengan tinggi badan. Pada hal ini laki-laki biasanya lebih tinggi daripada perempuan. Selain itu kecepatan berjalan juga mempengaruhi jarak tempuh yang dihasilkan. Laki-laki diperkirakan memiliki komposisi otot lebih banyak dan kuat daripada perempuan. Sehingga berdasarkan faktor panjang kaki dan tinggi badan serta komposisi otot, laki-laki diasumsikan memiliki kecepatan berjalan yang lebih tinggi daripada perempuan sehingga menghasilkan jarak tempuh yang lebih superior. Pada penelitian Enright dkk dan Hase dibuktikan perbedaan jenis kelamin ini dengan hasil rerata jarak tempuh laki-laki lebih jauh 1,5 meter dibandingkan dengan perempuan.19, 29Sebaliknya, gambar 4.2 memperlihatkan pada panjang lintasan 10 meter rerata J10 pada perempuan ditemukan lebih besar daripada laki-laki. Kejadian ini ditemukan dengan asumsi adanya perbedaan antropometrik pada kelompok usia 21 30 tahun. Berdasarkan pengamatan, peneliti menemukan bahwa mayoritas laki-laki pada kelompok usia I ini memiliki rerata tinggi badan yang lebih kecil daripada rerata tinggi badan pada kelompok perempuan. Sesuai dengan keterangan pada paragraf diatas maka tinggi badan yang lebih superior diasumsikan memiliki panjang kaki yang juga lebih panjang serta mempengaruhi kecepatan berjalan seseorang. Hal ini diajukan oleh penelitian oleh Ng dan juga oleh Man dkk yang menyebutkan pengaruh panjang kaki terhadap kecepatan berjalan.9, 17 Asumsi tersebut juga berlaku pada penelitian ini walaupun tidak secara detail mengukur panjang kaki setiap subyek. Apabila pengukuran panjang kaki dilakukan maka dapat dianalisis dengan lebih baik. Hal ini juga menjadi suatu kekurangan penelitian ini.Rerata usia, berat badan, tinggi badan antar jenis kelamin ditemukan berbeda bermakna seperti terlihat pada tabel 4.5. Selain itu tabel ini juga memperlihatkan perbedaan jarak tempuh J15 dan J30 yang berbeda bermakna antar jenis kelamin. Jarak tempuh lintasan 15 meter pada penelitian ini belum pernah diteliti oleh penelitian lain, oleh karena itu tidak didapatkan perbandingan yang setara. Hasil ini digunakan sebagai dasar analisis regresi lebih lanjut yang membedakan antar jenis kelamin.Pengaruh jarak tempuh UJ6M dengan lintasan 10 m, 15 m dan 30 mPenggunaan panjang lintasan yang berbeda menunjukkan hasil variabel jarak tempuh yang berbeda bermakna (tabel 4.7). Selain itu rerata jarak tempuh pada lintasan yang lebih pendek ditemukan jarak tempuh yang lebih kecil daripada jarak tempuh pada lintasan baku 30 meter. Hal ini terlihat dari data pada tabel 4.2.Penemuan rerata jarak tempuh lebih kecil pada lintasan yang lebih pendek diperkirakan oleh sebab diperlukannya waktu untuk berputar. Jumlah berputar yang lebih banyak dengan lintasan putaran yang tidak termasuk pengukuran akan mengurangi jarak tempuh UJ6M. Cara berputar setiap subyek yang berbeda-beda diperkirakan juga mempengaruhi penggunaan waktu berputar pada UJ6M. Penelitian oleh Hase dan Stein dkk menyebutkan ada 2 jenis cara berputar yaitu step turn dan spin turn. Spin turn adalah cara berputar dengan melangkahkan kaki kiri ketika berputar ke kanan, dengan kaki kanan sebagai tumpuan. Cara berputar ini dilakukan oleh subyek jika ingin lebih cepat dari kecepatan jalan biasa. Step turn adalah cara berputar kanan dengan melangkahkan kaki kanan dengan kaki kiri sebagai tumpuan.29, 31 Selama penelitian ini berlangsung, peneliti memperhatikan bahwa subyek dengan usia tua lebih menyukai cara step turn dan menghasilkan tiga langkah saat berputar. Cara step turn yang dipilih diperkirakan karena subyek tersebut memerlukan stabilitas lebih dengan menumpu terlebih dahulu pada kaki kiri, selain itu biomekanika yang diperlukan menjadi lebih rendah serta kebutuhan energi lebih rendah sesuai dengan kemampuan fisik yang menurun. Pola berputar seperti tersebut diatas ternyata tidak mempengaruhi rasio jarak tempuh. Asumsi peneliti, bahwa walaupun subyek berusia lanjut namun merupakan kelompok lanjut usia yang aktif dan dalam syarat kriteria pemilihan subyek secara etis adalah subyek yang sehat sehingga tidak membahayakan naracoba. Sedangkan pada subyek kelompok usia lebih muda diperhatikan oleh peneliti bahwa penggunaan cara spin turn lebih disukai, tetapi analisis pasti mengenai ini tidak dapat dilakukan lebih lanjut karena cara berputar bukan merupakan salah satu variabel terukur. Hal ini menjadikan saran untuk penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan cara berputar yang dihubungkan dengan usia.Penelitian ini membandingkan rasio jarak tempuh UJ6M di lintasan 30 dan lintasan 15 m, dan rasio jarak tempuh UJ6M antara lintasan 30 m dan lintasan 10 m. Hasil penelitian menunjukkan rasio yang berkisar pada angka satu menyatakan bahwa rasio yang dihasilkan adalah tetap. Rasio tetap ini menunjukkan kesamaan kecepatan berjalan pada subyek walaupun lintasan yang digunakan berbeda. Rasio J30/J15 yang ditemukan lebih besar daripada J30/J10 disebabkan karena lintasan 10 m menyebabkan subyek melakukan jumlah putaran yang lebih banyak sehingga jarak tempuh yang dicapai di lintasan 10 lebih pendek dari lintasan 15.Hasil grafik 4.1 dan Tabel 4.7 menunjukkan hasil rerata jarak tempuh di lintasan 10 meter antar jenis kelamin menunjukkan hasil tidak bermakna. Berdasarkan observasi peneliti, pada awal lintasan subyek akan berusaha meningkatkan kecepatan berjalan hingga optimal. Pada lintasan 10 meter, kecepatan optimal tercapai bersamaan dengan ujung lintasan dan subyek harus mengurangi kecepatan untuk berputar. Sehingga walaupun kecepatan berjalan laki-laki lebih unggul daripada perempuan tetapi pada lintasan 10 meter, perbedaan kecepatan dalam menempuh lintasan menjadi tidak berbeda bermakna.

Pembahasan Faktor koreksi jarak tempuh UJ6M lintasan 10 m dan 15 m terhadap lintasan 30 mBerbagai penelitian telah berhasil mencari faktor regresi terhadap penggunaan lintasan UJ6M yang berbeda dari baku emas 30 meter berdasarkan ATS. Namun hal ini menjadi sulit diaplikasikan karena perbedaan karakteristik antropometrik setiap warga negara maupun suku bangsa yang berbeda. Oleh karena telah dibuktikan perbedaan rerata jarak tempuh dari pembahasan-pembahasan diatas maka sangat penting dicari suatu faktor regresi yang khusus bagi warga dan suku bangsa di negeri Indonesia.Berdasarkan tabel 4.2, rasio J30/J15 dan rasio J30/J10 tidak dipengaruhi oleh usia dan menunjukkan hasil asumsi kecepatan yang digunakan pada setiap lintasan yang berbeda adalah sama. Antar kedua rasio tersebut ditemukan bahwa rasio J30/J15 pada kedua jenis kelamin lebih kecil daripada rasio J30/J10. Hal ini membuktikan bahwa jarak tempuh lintasan 15 meter lebih mendekati jarak tempuh lintasan 30 m bila dibandingkan dengan J10 terhadap J30. Perkiraan jumlah putaran yang lebih sedikit antara J15 daripada J10 dapat menjelaskan hal ini. Jumlah putaran yang ditemukan sangat tinggi pada UJ6M lintasan 10 meter akan mengurangi jarak tempuh dan menyebabkan perbedaan yang besar dengan jarak tempuh lintasan 30 m (rasio lebih besar).Penelitian ini telah merumuskan faktor koreksi untuk memprediksi jarak tempuh UJ6M pada lintasan 30 m yang berasal dari jarak tempuh pada lintasan 10 m dan 15 m. Prediksi ini cukup akurat karena mempunyai koefisien korelasi > 0,99 dan memenuhi persyaratan regresi untuk prediksi (residu menyebar normal dengan rerata=0). Salah satu contoh patokan regresi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.13 Contoh prediksi jarak tempuh 30 m dari jarak tempuh 10 m J10 nyataPrediksi J30residuJ30 nyataselisih J10 dengan J30 prediksi

1503545,886,121552-42,88

2416464,1915,812480-48,18

3513543,518,493552-30,51

4577610,60-4,594606-33,59

5463510,22-4,225506-47,22

Tabel 4.13 menunjukkan selisih prediksi jarak tempuh lintasan 30 m yang lebih mendekati jarak tempuh nyata pada lintasan 30 m yang dinyatakan sebagai residu. Selisih jarak tempuh lintasan 10 m dengan jarak tempuh nyata lintasan 30 m, jauh ditemukan lebih besar dari pada residu,sehingga nilai prediksi mempunyai nilai jarak tempuh yang mendekati jarak tempuh nyata lintasan 30 m.

SIMPULAN DAN SARANSimpulanPenelitian ini memberikan simpulan sebagai berikut:1. Jarak tempuh uji jalan 6 menit dengan menggunakan panjang lintasan 10 meter dan 15 meter berbeda bemakna dengan jarak tempuh untuk lintasan 30 meter.2. Faktor koreksi jarak tempuh UJ6M lintasan 30 meter didapatkan berupa variabel jenis kelamin, tinggi badan dan jarak tempuh lintasan 10 meter serta 15 meter. SaranBeberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini: Pelaksanaan uji jalan 6 menit dapat dilakukan pada panjang lintasan 10 meter dan 15 meter untuk menggantikan lintasan 30 meter yang tidak dapat disediakan serta disetarakan dengan rumus prediksi yang tersedia dari penelitian ini. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji rumus faktor regresi pada populasi yang lebih luas Diperlukan suatu penelitian yang mencakup analisis karakteristik antropometrik pada penduduk setempat terutama pengaruh panjang kaki terhadap jarak tempuh uji jalan 6 menit pada berbagai panjang lintasan. Diperlukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai metode berbalik di ujung lintasan pada penggunaan uji jalan 6 menit di berbagai panjang lintasan.

DAFTAR PUSTAKA

1.Guyatt G, Pugsley S, Sullivan M. Effect of encouragement on walking test performance. Chest. 1984;23:345-53.2.ATS. American Thoracic Society Statement: guidelines for the six minute walk test. American Journal respiratory critical care medicine. 2002;166:111-7.3.Bobannon R. Six minute walk test a meta analysis of data from apparently healthy elders. Geriatric Rehabilitation. 2007;23:155-60.4.Donato A, Tench K, Glueck D. Declines in physiological functional capacity with age: a longitudinal study in peak swimming performance. J Appl Physiol. 2003:764-80.5.Bach J, editor. Rehabilitation of the patients with respiratory dysfunction. 4th ed. Brooklyn: Williams and Wilkins; 2005.6.Bittner V, Weiner D, Yusuf S. Prediction of mortality and morbidity with a six minute walk test in patients with left ventricular dysfunction. JAMA. 1993:1702-7.7.Casanova A, Ciro D. Distance and Oxygen desaturation during 6-min walk test as predictor of long term mortality in patients with COPD. Chest. 2008;134:746-52.8.Aquino E, Mourao F. Comparative analysis of the six-minute walk test in healthy children and adolescents. Revista Brasiliera de Fisioterapia. 2010:75-80.9.Ng S, Yu P, To F, Chung J, Cheung T. Effect of walkway length and turning direction on the distance covered in the six minute walk test among adults over 50 years of age: a cross-sectional study. Physiotherapy 2013;99:63-70.10.Ross R, Murthy J, Wollak I, Andrew. The six minute walk test accurately estimates peak oxygen uptake in patients with chronic obstructive pulmonary disease. Pulmonary Medicine. 2010:10-31.11.Chetta A, Zaninid A, Pisic G, Aielloa M, Tzania P. Reference value for the 6 minute walk test in healthy subjects 20-50 years. Respiratory Medicine. 2006:1573-8.12.Gosselink R. Clinical practice guidelines for Physical Therapy in patients with COPD - Practice Guidelines. The Dutch Journal of Physiotherapy. 2008;118(4):1-59.13.Harada N, Chiu V, Stewart A. Mobility-related function in older adult: assessment with a 6-minute walk test. Arch Phys Med Rehabil. 1999;80:837-41.14.Holtgrefe K, Glenn T, editors. Principles of Aerobic Exercise2005.15.Fleg J, Pina I, Balady G. Assessment of functional capacity in clinical and research applications. AHA science Advisory Journal. 2000:1591-7.16.Roul G, Germain P, Bareiss P. Dose the 6-minute walk test predict the prognosis in patients with NYHA class II or III chronic heart failure, reference equations for six minute walk in healthy adults. American Journal respiratory critical care medicine. 1998;158:1384-413.17.Man W, Kemp P, Moxham J, Polkey M. Skeletal Muscle Dysfunction in COPD: clinical and laboratory observations. Clinical Science. 2009;117:251-64.18.Mehri S. Effect of treadmill exercise training on VO2 peak in chronic obstructive pulmonary disease. Tanaffos. 2007;6(4):18-24.19.Enright P. The six minute walk test. Respiratory Care. 2003;48:783-5.20.Khandelwal M, Maheshwari V, Garg S, Kumar K, Gupta R, Khaldelwal S. Six Minute walk distance: Correlation with spirometric and clinical parameters in chronic pulmonary distance. International J of Healthcare and biomedical research. 2013;1(3).21.ACSM. American College of Sport Medicine: Guidelines for exercise Testing and Prescription. 7th ed: Lippincott Williams and Wilkins; 2009.22.Vogiatzis. Skeletal muscle adaptations to interval training in patients with advanced COPD. Chest. 2005;128:3636-45.23.Kervio G, Ville N, Leclercq C. Intensity and Daily reliability of the six minute walk test in moderate chronic heart failure patients. The Europe Journal of Heart Failure. 2003;5:247-52.24.Katch V, McArcle W, Katch F. Essentials of exercise physiology. 4th ed: Lippincott Williams and Wilkins; 2011.25.Frontera W, Slovik D, Dawson D. Exercise in Rehabilitation Medicine: Human Kinetics; 2006.26.Sciurba F, Criner G, Lee S, Mohsenifar Z, Shade D, Slivka W, et al. Six Minute walk distance in chronic obstructive pulmonary disease reproducibility and effect of walking course layout and length. American Family Physician. 2003.27.Soares M, Pereira CdC. Six-minute walk test: reference values for healthy adults in Brazil. Jornal Brasileiro de Pneumologia. 2011;37(5).28.Poh H. Six-minute walk distance in healthy Singaporean adults cannot be predicted using reference equations derived from Caucasian populations. Respirology. 2006;11(2):211-6.29.Hase K, Stein R. Turning strategies during Human walking. J Appl Physiol. 2012.30.Pipen V, Brodeur J, Lacasse Y, Milot J, LeBlanc P, Whittom F, et al. Six-minute walking versus shuttle walking: responsiveness to bronchodilation in chronic pulmonary disease. Chest. 2007;112.31.Najafi B, Horn D, Marclay S, Crews R. Assessing Postural Control and Postural Control Strategy in Diabetes patients using Innovative and wearable technology. The England Medical Journal. 2008.32.Cahalin L, Mathier M, Semigran M, Dec G. the six minute walk test predicts uptake and survival in patients with advanced heart failure. Chest. 2009;123:789-95.

26