Transcript
Page 1: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN

MANAGEMEN STIGMA GANGGUAN JIWADI PUSKESMAS BANTUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa di Desa Bantur Kecamatan Bantur

OLEH:YEPY HESTI RIANI115070207131007

PROGRAM STUDI KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015

Page 2: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

HALAMAN PENGESAHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN MANAGEMEN STIGMA PADA GANGGUAN JIWADI PUSKESMAS BANTUR

Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN

Oleh:

YEPY HESTI RIANI

115070207131007

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari : Minggu

Tanggal : 9 Juli 2015

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik

Ns. Soebagijono, S.Kep, M.Kes.

NIP. 19681009 1999003 1003

Perseptor Akademik

Ns . Retno Lestari, S.Kep, MN

NIP. 198009142005022001

Page 3: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Pokok Bahasan : STIGMA Gangguan Jiwa

Sasaran : Ibu – ibu Tahlilan RT 3 Desa Bantur

Tempat : Di Rumah Ibu Sukartini RT 3 Desa Bantur

Hari/Tanggal : Minggu, 9 Agustus 2015

Waktu : 30 menit

Penyuluh : Yepy Hesti Riani

A. Latar BelakangDalam mengatasi masalah kesehatan jiwa, keperawatan melaksanakan

perannya sebagai pemberi asuhan keperaawatan. Asuhan keperawatan jiwa

merupakan asuhan keperawatan spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistik

ketika dilakukan asuhan keperawatan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan telah

dikembangkan dan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga,

maupun komunitas. masyarakat menjadi salah satu jawaban untuk mencegah

timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat diharapkan mampu merawat anggota

keluarga yang sudah sakit (menderita gangguan jiwa), dan mampu mencegah

terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa.

Penanganan yang tepat terhadap konsumen jiwa sehat dan masyarakat yang beresiko

akan dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).

Kecamatan Bantur merupakan salah satu kecamatan dengan konsumen jiwa

sehat terbanyak di Jawa Timur. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh mahasiswa

Keperawatan Brawijaya program A bekerja sama Puskesmas Bantur Maret 2014

didapat data track record pasien konsumen jiwa sehat sebanyak 202 orang yang

tersebar di 5 Desa yaitu Desa Bantur 66 orang, Wonorejo 14 orang, Srigonco 30

orang, Sumber Bening 17 orang, dan Bandung Rejo 61 orang.

Banyaknya konsumen jiwa sehat di Kecamatan Bantur disebabkan banyak

faktor, salah satunya disebabkan oleh stigma. Stigma didefinisikan sebagai penolakan

lingkungan terhadap seseorang atau kelompok (Jones & Corrigan, 2012). Gangguan

jiwa yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk mendapatkan stigma yaitu jenis

gangguan yang menunjukkan abnormalitas atau penyimpangan (deviasi) pada pola

perilakunya. Stigma masyarakat terhadap kelompok konsumen jiwa sehat juga terjadi

di Desa Bantur. Oleh karena itu diperlukan stigma masyarakat pada kelompok

Page 4: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

konsumsi jiwa sehat supaya tidak terjadi perburukan kondisi pada konsumen jiwa

sehat yang ada di Desa Bantur.

Mengingat pentingnya peranan masyarakat sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan jiwa yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan jiwa di

masyarakat, maka diperlukan suatu penyuluhan tentang stigma terhadap klien yang

mengalami gangguan jiwa. Penyuluhan ini merupakan kegiatan pemberian pendidikan

bagi masyarkat dalam menjaga kesehatan jiwa di lingkungan sekitar.

B. Tujuan instruksional1. Tujuan umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Stigma Gangguan Jiwa selama 30 menit

diharapkan peserta mengerti tentang Stigma Gangguan Jiwa.

2. Tujuan khusus

Setelah mendapat penyuluhan tentang Stigma Gangguan Jiwa, diharapkan

peserta mampu :

1) Peserta dapat mengetahui pengertian Stigma Gangguan Jiwa

2) Peserta dapat mengetahui Faktor Penyebab Stigma Gangguan Jiwa

3) Peserta dapat mengetahui Dampak Stigma Gangguan Jiwa

4) Peserta dapat mengetahui Stigma Gangguan Jiwa

5) Peserta dapat mengetahui Strategi untuk Mengubah Stigma

C. Materi Penyuluhan1. Menjelaskan pengertian Stigma Gangguan Jiwa

2. Menjelaskan Faktor Penyebab Stigma Gangguan Jiwa

3. Menjelaskan Dampak Stigma Gangguan Jiwa

4. Menjelaskan Stigma Gangguan Jiwa

5. Menjelaskan Strategi untuk Mengubah Stigma

Sasaran : Sasaran penyuluhan adalah ibu-ibu tahlil

Metode : Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab

Media : Media yang digunakan adalah leaflet.

.

Page 5: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

D. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media

Pembukaan 5 menit •Membuka dengan salam

•Memperkenalkan diri

•Menjelaskan maksud dan

tujuan penyuluhan

•Kontrak waktu

•Menggali pengetahuan

peserta sebelum

dilakukan penyuluhan

•Mendengarkan

•Memperhatikan

•Menjawab

pertanyaan

Ceramah -

Penyajian 15 menit • Menjelaskan pengertian

Stigma Gangguan Jiwa

• Menjelaskan Faktor

Penyebab Stigma

Gangguan Jiwa

• Menjelaskan Dampak

Stigma Gangguan Jiwa

• Menjelaskan Stigma

Gangguan Jiwa

• Menjelaskan Strategi

untuk Mengubah Stigma

• Memberi kesempatan

untuk bertanya/diskusi

tentang materi

penyuluhan

•Mendengarkan

•Memberikan

tanggapan dan

pertanyaan

mengenai hal

yang kurang

dimengerti

Ceramah,

Tanya

jawab

Leaflet

Dan

lembar

balik

Penutup 10 menit •Menggali pengetahuan

peserta setelah dilakukan

penyuluhan

•Menyimpulkan hasil

kegiatan penyuluhan

•Menutup dengan salam

•Menjawab

pertanyaan

•Memberikan

tanggapan balik

Ceramah,

Tanya

jawab

Leaflet

dan

lembar

balik

Page 6: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

E. Evaluasi1. Struktur :

Adanya koordinasi dengan pihak ketua tahlil ibu - ibu untuk

menentukan waktu dan tempat penyuluhan

Adanya persiapan yang baik terkait materi dan sarana yang akan

digunakan

2. Proses :

a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta

b. Media yang digunakan adalah leaflet

c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit

d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan

penyuluhan

e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik

f. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan

penyuluhan berlangsung

g. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

3. Hasil :

Pelaksanaan pre dan post test dapat terlaksana dengan cukup baik.

F. Materi (lampiran 1)

G. Daftar Pustaka (lampiran 2)

H. Lampiran 3 (Pre Test dan Post Test)

Page 7: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Lampiran 1

Materi PenyuluhanKONSEP MANAGEMEN STIGMA PADA GANGGUAN JIWA

A. Definisi Stigma Gangguan JiwaSeringkali penderita gangguan jiwa justru dihindari atau dikucilkan oleh

masyarakat. Istilah penghindaran pada dasarnya berbeda dengan stigma. Label

penghindaran mengacu pada keadaan dimana individu memilih tidak

menggunakan fasilitas kesehatan untuk menyelesaikan masalah kejiwaan yang

dialami untuk menghindari label negatif padanya (Corrigan, et al., 2011).

Sedangkan stigma didefinisikan sebagai penolakan lingkungan terhadap

seseorang atau kelompok (Jones & Corrigan, 2012).

Stigma berasal dari kecenderungan manusia untuk menilai (judge) orang

lain. Bedasarkan penilaian tersebut, kategorisasi atau stereotip dilakukan tidak

berdasarkan fakta, tetapi pada apa yang masyarakat anggap sebagai tidak

pantas, luar biasa, memalukan, atau tidak dapat diterima. Stigmatisai terjadi pada

semua aspek kehidupan manusia. Seseorang dapat dikenai stigma karena

penyakit yang diderita, cacat fisik, pekerjaan dan status ekonomi, atau gangguan

jiwa yang dialami. Gangguan jiwa mengacu pada ketidakmampuan yang bersifat

serius dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan atau kondisi lingkungan yang

mengakibatkan ketidakmampuan tertentu. Sumber dari gangguan jiwa ini dapat

bersifat psikogenis atau organis, mencakup kasus-kasus psikopatis dan reaksi-

reaksi neurotis yang gawat (Syaharia, 2008).

Gangguan jiwa yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk

mendapatkan stigma yaitu jenis gangguan yang menunjukkan abnormalitas atau

penyimpangan (deviasi) pada pola perilakunya. Stigma yang lebih memberatkan

yaitu gangguan jiwa yang mempengaruhi penampilan (performance) fisik

seseoran daripada gangguan jiwa yang tidak berpengaruh pada penampilan fisik

seseorang (Syaharia, 2008).

B. Faktor Penyebab Stigma Gangguan JiwaStigma sosial yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa muncul

karena beberapa penyebab. Selama ini, seseorang dengan masalah kesehatan

jiwa selalu diperlakukan berbeda, dikucilkan, bahkan diperlakukan dengan buruk.

Page 8: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Perlakuan ini mungkin berasal dari pemikiran masyarakat yang menganggap

bahwa penderita gangguan jiwa dapat bersikap kasar atau jahat atau tidak

terduga dibandingkan dengan seseorang yang sehat secara jiwa. Selain itu,

kepercayaan terhadap kekuatan jahat atau hal-hal yang gaib sebagai penyebab

gangguan jiwa merupakan salah satu alasan munculnya ketakutan dan

diskriminasi pada penderita gangguan jiwa (Davey, 2013).

Beberapa faktor yang menjadi sebab terjadi atau munculnya stigma

gangguan jiwa antara lain sebagai berikut:

a. Adanya miskonsepsi mengenai gangguan jiwa yang disebabkan kurangnya

pemahaman tentang gangguan jiwa sehingga muncul anggapan bahwa

gangguan jiwa identik dengan istilah “gila”

b. Adanya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap hal-hal gaib sehingga

ada asumsi bahwa gangguan jiwa disebabkan hal-hal yang bersifat

supranatural, seperti makhluk halus, setan, roh jahat, atau akibat terkena

pengaruh sihir.

C. Dampak Stigma Gangguan JiwaStigmatisasi pada orang yang mengalami gangguan jiwa dapat berdampak

pada penanganan gangguan jiwa yang kurang tepat. Menurut Corrigan dan

Watson (2002), dampak stigma dapat dibagi menjadi dua, yaitu dampak stigma

publik dan dampak stigma diri (self-stigma). Stigma publik dapat diartikan

sebagai reaksi masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa. Sedangkan self-

stigma merupakan penilaian penderita gangguan jiwa terhadap dirinya sendiri.

Baik stigma public dan self-stigma dapat digambarkan dalam tiga komponen,

yaitu stereotip, anggapan (prejudice), dan diskriminasi. Perbedaan ketiga

komponen tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Stigma Publik

Stereotipe

Prejudice

Diskriminasi

keyakinan negatif tentang kelompok (seperti berbahaya,

ketidakmampuan, kelemahan karakter)

kesepakatan antara keyakinan dan/atau reaksi emosi negatif

(respon marah, ketakutan)

respon terhadap prejudice (menghindari, mengucilkan

penderita gangguan jiwa)

Self-stigma

Stereotipe keyakinan negatif tentang diri sendiri (kelemahan karakter,

Page 9: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Prejudice

Diskriminasi

ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu

kesepakatan antara keyakinan dan/atau reaksi emosi negatif

(harga diri rendah)

respon terhadap prejudice (gagal dalam pekerjaan)

Jika dilihat dari stigma yang dialami oleh penderita gangguan jiwa, maka

dampak yang muncul dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok

pertama penanganan pada klien dengan stigma bahwa orang yang menderita

gangguan jiwa karena kesurupan sedangkan stigma yang kedua adalah bahwa

penderita gangguan jiwa merupakan aib keluarga.

Perlakuan yang terjadi pada penderita gangguan jiwa dengan stigma

bahwa mereka mengalami penyakit yang berhubungan dengan kekuatan

supranatural yaitu mereka akan segera diberi pengobatan dengan memanggil

dukun atau kyai yang dapat mengusir roh jahat dari tubuh penderita. Waktu

penyembuhan tersebut bisa memakan waktu sebentar ataupun lama. Dampak

yang ditimbulkan adalah bahwa gangguan jiwa yang terjadi pada penderita

tersebut akan semakin berat tanpa pertolongan dengan segera.

Sedangkan perlakuan pada orang yang menganggap gangguan jiwa

adalah aib yaitu dengan cara menyembunyikan keadaan gangguan jiwa tersebut

dari masyarakat. Mereka tidak segera membawa orang yang mengalami

gangguan jiwa tersebut ke profesional tetapi cenderung menyembunyikan atau

merahasiakan keadaan tersebut dari orang lain ataupun masyarakat. Hal ini

berdampak pada pengobatan yang terlambat dapat memeperparah keadaan

gangguan jiwanya.

Dengan adanya stigma di masyarakat, penderita gangguan jiwa lebih

memilih tidak memberitahukan kondisinya pada masyarakat, sehingga

cenderung menarik diri dan hal ini akan memperparah keadaannya. Disamping

itu, terjadi pengucilan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pasien

gangguan jiwa baik yang baru ataupun yang sudah sembuh dari gangguan. Hal

ini dapat berakibat pada gangguan yang lebih parah yang dapat berdampak

pada kekambuhan yang lebih cepat.

Stigma yang diciptakan oleh masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa

secara tidak langsung menyebabkan keluarga atau masyarakat di sekitar

penderita gangguan jiwa enggan untuk memberikan penanganan yang tepat

terhadap keluarga atau tetangga mereka yang mengalami gangguan jiwa.

Page 10: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Sehingga tidak jarang mengakibatkan penderita gangguan jiwa yang tidak

tertangani ini melakukan perilaku kekerasan atau tindakan tidak terkontrol yang

meresahkan keluarga, masyarakat serta lingkungan.

D. Manajemen Stigma Gangguan JiwaMenghilangkan stigma gangguan jiwa di masyarakat memang tidak mudah.

Namun tetap diperlukan usaha untuk menurunkan stigma tersebut dengan

harapan di masa yang akan datang akan hilang dengan sendirinya. Penanganan

stigma memerlukan pendidikan dan keinginan yang keras dari individu-individu di

masyarakat dan memerlukan keberanian yang besar untuk ikut serta dalam

penanganan tersebut.

Beberapa kegiatan atau program yang dapat dilakukan untuk mengurangi

stigma gangguan jiwa antara lain:

1. Melakukan kampanye pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa.

Kampanye tersebut dapat dilakukan di masyarakat melalui program desa

siaga ataupun dengan media massa. Kita berikan akses seluas-luasnya bagi

masyarakat ataupun wartawan secara akurat dan terbaru tentang kesehatan

jiwa.

2. Menanamkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa sejak dini melalui

sekolah-sekolah. Pendidikan tersebut dapat dilakukan atau dimasukkan dalam

kurikulum di sekolah-sekolah atau melalui kegiatan kurikuler. Berikut adalah

hal-hal yang dapat dilakukan sekolah untuk menurunkan stigma yaitu:

a. Memberikan kesempatan pengembangan profesional bagi para

karyawan, mengenai keragaman, masalah kesehatan mental dan

memupuk lingkungan sekolah inklusif.

b. Pantangan untuk menggunakan istilah yang digunakan dalam merujuk

kepada orang-orang dengan penyakit mental, atau terkait dengan istilah

kata-kata yang digunakan sebagai cemoohan, seperti psikopat, gila, atau

menderita skizofrenia.

c. Membuat suatu modul guna lebih meningkatkan pemahaman terhadap

penyakit mental.

d. Menyertakan penyakit mental dalam diskusi-diskusi yang membahas

tentang keanekaragaman masyarakat.

e. Mengajak profesional kesehatan atau orang yang menderita gangguan

mental untuk berbicara dengan para siswa

Page 11: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

3. Melibatkan keluarga ataupun masyarakat dalam pelaksanaan tindakan

terhadap pasien gangguan jiwa sehingga kesadaran keluarga dan masyarakat

tentang cara pandang mereka pada pasien gangguan jiwa dapat berubah dan

dapat membantu menanganinya.

4. Pemerintah ataupun lembaga swasta perlu memberikan kesempatan

pekerjaan yang layak dan sesuai dengan kemampuannya kepada orang-

orang yang mengalami gangguan jiwa ataupun orang-orang yang telah

sembuh dari gangguan jiwa.

5. Tenaga kesehatan maupun tokoh masyarakat harus mampu menunjukkan

atau memberi contoh bahwa tidak melakukan stigma tersebut. Kita harus

menentang kesalahpahaman tentang gangguan jiwa dan menunjukkan fakta-

fakta bahwa penyakit mental sangatlah umum dan dapat disembuhkan

dengan manajemen tindakan yang tepat.

E. Strategi untuk Mengubah StigmaTerdapat lima prinsip dalam strategi untuk mengubah stigma gangguan

jiwa dalam masyarakat, yaitu:

1) Kontak atau hubungan merupakan hal yang mendasar dalam strategi

mengubah stigma publik

Kontak atau hubungan dengan penderita gangguan jiwa harus

dibedakan dengan pendidikan kesehatan (edukasi) tentang gangguan jiwa.

Edukasi merupakan bentuk antistigma paling umum dan membedakan antara

mitos gangguan jiwa dengan fakta yang ada. Kontak meliputi interaksi yang

terencana antara penderita gangguan jiwa dengan kelompok yang

berpengaruh dalam masyarakat. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa

interaksi langsung dengan penderita gangguan jiwa dapat memberikan efek

yang lebih besar daripada pemberian edukasi dalam mengurangi stigma

gangguan jiwa dalam masyarakat

2) Kontak harus memiliki target

Daripada berfokus pada populasi secara umum, kontak lebih efektif jika

ditujukan pada target tertentu, seperti kelompok kunci atau yang berpengaruh

dalam masyarakat, seperti seseorang yang memiliki jabatan dalam

masyarakat, tenaga kesehatan, atau kader kesehatan.

3) Kontak lokal merupakan cara yang lebih efektif

Page 12: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Minat dari kelompok yang menjadi target dipengaruhi oleh kebutuhan

yang mendesak secara lokal. Lokal memiliki beberapa pengertian, namun

dapat meliputi faktor geopolitik dan perbedaan.

4) Contact must be credible

5) Contact must be continuous

Page 13: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Lampiran 2

DAFTAR PUSTAKA

Commonwealth of Australia, 2005, Challenging Stigma, www.Responseabilty.org. diakses tanggal 2 Mei 2014 Pukul 06.00 WIB.

Dadang Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Gaya Baru. Jakarta

Depkes. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI. Jakarta

Fauzi Muzaham. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. UI Press Jakarta

Juliansyah. 2009. Stigma Penderita Gangguan Jiwa. Pontianak Post

Kompas. 2008. Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Merata di Indonesia. www. Kompas.Com. Diakses tanggal 20 Desember 2009.

SANE Research. 2007. Stigma and Mental Illness. www.sane.org. diakses tanggal 2 Mei 2014 Pukul 06.00 WIB.

SANE Research. 2009. Stigma, The Media and Mental Illness. www.sane.org. diakses tanggal 2 Mei 2014 Pukul 06.00 WIB.

Thornicroft, Graham. Et al. 2008. Reducing Stigma and Discrimination: Candidate Intervention. British International Journal Of Mental Health System. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2365928. Diakses tanggal 2 Mei 2014 Pukul 06.00 WIB.

Page 14: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Lampiran 3

PRE & POST TEST

1. Apa yang dimaksud dengan STIGMA gangguan jiwa?

a. Penolakan lingkungan

b. Penerimaan masyarakat

c. Penganiayaan fisik

2. Yang merupakan faktor penyebab STIGMA gangguan jiwa adalah...

a. Kepercayaan terhadap hukum

b. Kepercayaan terhadap hal-hal ghaib

c. Kepercayaan terhadap pemerintah

3. Yang merupakan dampak dari STIGMA gangguan jiwa adalah...

a. Penghormatan terhadap penderita gangguan jiwa

b. Dukungan terhadap penderita gangguan jiwa

c. Diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa

4. Di bawah ini yang merupakan kegiatan atau program yang dapat dilakukan

untuk mengurangi stigma gangguan jiwa antara lain...

a. Bersih desa

b. Kampanye sehat jiwa

c. Kampanye partai politik

5. Berikut ini yang merupakan salah satu dari lima prinsip dalam strategi

mengubah stigma gangguan jiwa dalam masyarakat adalah...

a. Perpisahan

b. Perjanjian

c. Kontak/hubungan orang lain

Page 15: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

DAFTAR HADIR PENYULUHAN

“STIGMA GANGGUAN JIWA”

Hari/ Tanggal : Minggu, 9 Agustus 2015Waktu : 30 MenitLokasi : RT 3 Desa Bantur

NO. NAMA PESERTA TANDA TANGAN

LEMBAR OBSERVER

Page 16: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

Kegiatan : PenyuluhanHari/tanggal : Minggu, 9 Agustus 2015Sasaran : Ibu – ibu Tahlil RT 3Tempat : RT 3 Desa BanturWaktu : 30 menitJam Kegiatan

1. Pembukaan2. Penyampaian materi

Diskusi

Pertanyaan

1) Nama penanya : …………………………………………………Pertanyaan : ……………………………………….………..

…………………………………………………

Jawab : …………………………………………………

…………………………………………………

…………………………………………………

…………………………………………………

2) Nama penanya : …………………………………………………Pertanyaan : ……………………………………….………..

…………………………………………………

Jawab : …………………………………………………

…………………………………………………

…………………………………………………

…………………………………………………

3) Nama penanya : …………………………………………………Pertanyaan : ……………………………………….………..

…………………………………………………

Jawab : …………………………………………………

…………………………………………………

…………………………………………………

…………………………………………………

4) Nama penanya : …………………………………………………

Pertanyaan : ……………………………………….………..

Page 17: Proposal Dan Sap Stigma_yepy Hesti Riani

…………………………………………………Jawab : ………………………………………………… ………………………………………………… …………………………………………………

…………………………………………………5) Nama penanya : …………………………………………………

Pertanyaan : ……………………………………….……….. …………………………………………………Jawab : ………………………………………………… ………………………………………………… …………………………………………………

Bantur, 9 Agustus 2015

Observer

(…………….………..)