80
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................... i DAFTAR ISI........................................... ..................................................... ii DAFTAR TABEL......................................... ..................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN...................................... ..................................................... iv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1..................................................L atar Belakang..................................... 1 1.2..................................................T ujuan............................................. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................... 2.1..................................................D efinisi Stroke.................................... 2.2..................................................K lasifikasi Stroke................................. 2.3..................................................F aktor Risiko Stroke............................... 2.4..................................................P enatalaksanaan Stroke............................. BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN.......................... 3.1..................................................W aktu dan Tempat Pengkajian........................ 3.2..................................................M etode Pengkajian.................................. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................... BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN i Universitas Indonesia

Tugas Khusus Riani Ya-1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

Page 1: Tugas Khusus Riani Ya-1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iDAFTAR ISI........................................................................................................ iiDAFTAR TABEL................................................................................................ iiiDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang............................................................................................... 11.2. Tujuan............................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................2.1. Definisi Stroke...............................................................................................2.2. Klasifikasi Stroke...........................................................................................2.3. Faktor Risiko Stroke......................................................................................2.4. Penatalaksanaan Stroke..................................................................................

BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN...........................................................3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian......................................................................3.2. Metode Pengkajian.........................................................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan....................................................................................................5.2. Saran..............................................................................................................

DAFTAR ACUAN...............................................................................................LAMPIRAN.........................................................................................................

i Universitas Indonesia

Page 2: Tugas Khusus Riani Ya-1

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Resiko Stroke............................................................................. 4

ii Universitas

Page 3: Tugas Khusus Riani Ya-1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Pasien...............................................................................Lampiran 2. Catatan Medis Perawatan IGD........................................................Lampiran 3. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi....................................Lampiran 4. Hasil Laboratorium.........................................................................Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Fisik (Vital Sign)..............................................Lampiran 6. Profil Pengobatan............................................................................1. Regimen Terapi Pengobatan.................................................................2. Daftar Obat Pulang...............................................................................Lampiran 7. Sifat Farmakologis Obat.................................................................Lampiran 8. Analisis Kesesuaian Dosis Obat.....................................................Lampiran 9. Daftar Drug Related Problem.........................................................

iii Universitas

Page 4: Tugas Khusus Riani Ya-1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk

dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases

atau NCD). NCD merupakan penyebab kematian terbesar didunia.

Kematian akibat NCD diproyeksikan meningkat 15% secara global antara

tahun 2010 dan 2020, hingga mencapai 44 juta kematian.

Data WHO menunjukan bahwa pada tahun 2012, angka kematian

penduduk dunia akibat kanker mencapai 8,2 juta kasus. Bahkan,

diperkirakan akan meningkat menjadi 22 juta kasus dalam dua dekade

berikutnya. Lebih dari 60% kasus ini terjadi di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah, seperti di Afrika, Asia, Amerika

Tengah, dan Amerika Selatan. Penyakit kanker masih merupakan

penyebab tersering kematian kedua akibat penyakit di AS, menyebabkan

hampir 500.000 kematian pada tahun 2008. Penyakit kanker adalah suatu

penyakit yang ditandai oleh hilangnya mekanisme kontrol normal yang

mengatur kesintasan, poliferasi, dan diferensiasi sel (Katzung et al.2013).

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian Kesehatan

(Kemenkes), Prof. Dr. Agus Purwadianto menyatakan prevalensi penyakit

kanker cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per

1000 penduduk atau jumlahnya diperkirakan menyentuh angka 347.792

orang penderita. Penyebab penyakit kanker adalah Panjanan lingkungan

yang merupakan faktor terpenting. Karsinogen kimia (terutama yang ada

di asap rokok) serta zat warna azo, aflaktoksin, asbestos, benzen, dan

rodon telah terbukti sebagai penyebab utama beragam kanker pada

manusia. Beberepa virus diperkirakan berperan dalam etilogi berbagai 1 Universitas Indonesia

Page 5: Tugas Khusus Riani Ya-1

kanker pada manusia contoh hepatitis B dan hepatitis C. Adanya golongan

gen lainnya yang dikenal sebagai gen penekan tumor, mungkin mengalami

delesi atau mutasi yang menyebabkan terbentuknya fenotipe neoplastik

(Katzung et al.2013).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor : 553/MENKES/S.K/1994 merupakan salah satu bagian

Rumah Sakit yang berada dibawah pengawasan dan koordinasi wakil

direktur penunjang medik.Sebagai fasilitator instalasi farmasi Rumah Sakit

berfungsi melakukan pekerjaan dan memberikan pelayanan kefarmasian

secara menyeluruh khususnya kepada pasien, profesional kesehatan rumah

sakit serta masyarakat pada umumnya. Pekerjaan dan pelayanan instalasi

farmasi rumah sakit meliputi kegiatan seperti pemilihan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pemusnahan,

penarikan kembali sediaan farmasi, pelayanan resep, pelayanan informasi

obat, konseling, pemantauan efek sampimg obat dan pemantauan terapi

obat.

Pemantauan terapi obat menurut Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik dalam pedoman pemantauan terapi obat merupakan

salah satu proses pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker

untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

Kegiatan tersebut mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara

pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki dan

rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat

harus harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara

teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat

diketahui.

Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai resiko

mengalami masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan

obat, serta respon pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya

masalah terkait obat. Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan

Page 6: Tugas Khusus Riani Ya-1

pematauan terapi obat dalam praktek profesi untuk mengoptimalkan efek

terapi dan meminimalkan efek samping.

Rumah sakit umum pusat Fatmawati merupakan rumah sakit

rujukan yang menyediakan bermacam-macam pelayanan kesehatan salah

satunya pelayanan bagi penderita penyakit kanker, yaitu pelayanan

kemoterapi. Sebagaimana yang diketahui bahwa pasien kemoterapi

memerlukan tindakan pengobatan seperti pembedahan atau radioterapi dan

kemoterapi. Penggunaan obat-obat kemoterapi menimbulkan efek samping

yang perlu diwaspadai, sehingga penggunaan obat-obat kemoterapi

memerlukan pemantauan terapi secara berkesinambungan.

Pada kesempatan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) ini penulis

mengkaji pada pasien penderita kanker ovarium dan nasofaring. Tugas ini

menjelaskan pemantauan terapi obat pada pasien rawat inap diruang

Kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

B. Tujuan

a. Melakukan pemantauan terapi obat pada pasien kanker ovarium dan

kanker nasofaring

b. Mampu memahami tujuan dan parameter terapi.

c. Mampu memberikan intervensi dan saran pengobatan terhadap terapi

obat yang diberikan.

Page 7: Tugas Khusus Riani Ya-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi PTO

Pemantauan terapi obat (PTO) dalah suatu proses yang mencakup

kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, rasional bagi pasien.

Kegiatan tersebut mencakup : pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat,

respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi

perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara

berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar

keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Apoteker sebagai bagian

dari tim pelayanan kesehatan memiliki peran penting dalam PTO. Pengetahuan

penunjang dalam melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit, farmakoterapi

serta interprestasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik (Depkes

2009).

Masalah-masalah utama yang dihadapi dalam pematauan terapi obat diantaranya :

1) Polifarmasi

2) Reaksi yang merugikan

3) Kesalahan obat

4) Ketidaktepatan penggunaan obat

5) Kepatuhan pasien

6) Duplikasi

7) Interaksi antara obat-obat yang digunakan.

B. Cakupan Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan terapi obat mencakup pengkajian dari :

1. Ketepatan terapi dan regimen obat pasie

2. Ketepatan penggunaan obat

3. Ketepatan rute, jadwal, dan metode pemberian dosis obat

4. Ketepatan informasi yang diberikan pada pasien

5. Tingkat kepatuhan pasien dengan regimen obat yang tertulis

6. Interaksi obat4 Universitas Indonesia

Page 8: Tugas Khusus Riani Ya-1

5

7. Data laboratorium klinik dan farmakokinetik untuk mengevaluasi efikasi

terapi obat serta untuk mengantipasi efek samping, toksisitas atau efek

yang merugikan.

8. Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien

(Hidayat 2015).

Dalam melakukan pemantauan terapi obat maka harus dilakukan seleksi

pasien. Seleksi pasien dapat dilakukan berdasarkan (Depkes 2009) :

1. Kondisi pasien

a. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga

menerima polifarmasi

b. Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika

c. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal

d. Pasien geriatri dan pediatri

e. Pasien hamil dan menyusui

f. Pasien dengan perawatan intensif

2. Obat

a. Jenis obat

Pasien yang menerima obat dengan resiko tinggi seperti :

1) Obat dengan indeks terapi sempit

2) Obat yang bersifat nefrotoksik

3) Sitostatika

4) Antikoagulan

5) Obat yang sering menimbulkan ROTD

6) Obat kardiovaskuler

b. Komleksitas regimen

1) Polifarmasi

2) Variasi rute pemberian

3) Variasi aturan pakai

4) Cara pemberian khusus.

Page 9: Tugas Khusus Riani Ya-1

6

C. Penggunaan Obat Yang Rasional

Penggunaan obat yang rasional bertujuan untuk menjamin pasien

mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya untuk periode

waktu yang telah ditentukan dan harga terjangkau. Penggunaan obat

dikatakan rasional jika memenuhi kriteria (Depkes 2009) :

1. Tepat diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.

2. Tepat indikasi penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, sehingga harus diberikan

secara tepat.

3. Tepat pemilihan obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis

ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih harus yang

memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.

4. Tepat dosis

Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi

obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan

rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.

Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar

terapi yang diharapkan.

5. Tepat cara pemberian

6. Tepat interval waktu pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis,

agar mudah di taati oleh pasien.

7. Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.

Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya

akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

8. Waspada terhadap efek samping

Pemberian obat berpotensi menimbulkan efek samping, yaitu efek yang tidak

diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.

9. Tepat penilaian kondisi pasien

Page 10: Tugas Khusus Riani Ya-1

7

Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.

10. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta

tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau. Untuk efektif dan aman

serta terjangkau, digunakan obat-obatan dalam daftar obat esensial.

Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan dengan

mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar

dibidang pengobatan dan klinis.

11. Tepat informasi

Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam

menunjang keberhasilan terapi.

12. Tepat tindak lanjut (follow up)

Pada saat memutuskan pemeberian terapi, harus sudah dipertimbangkan

upaya tindak lanjut yang diperlukan.

13. Tepat penyerahan obat (dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat

dan pasien sendiri sebagai konsumen. Dalam menyerahkan obat petugas

harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien.

14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan

minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut :

a. Jenis dan jumlah obat yang diberikan terlalu banyak.

b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering.

c. Jenis sediaan obat terlalu beragam.

d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi.

e. Pasien tidak mendaptkan informasi/ penjelasan cukup mengenai cara

minum/menggunakan obat.

f. Timbulnya efek samping atau efek ikutan tanpa diberikan penjelasan

terlebih dahulu.

Page 11: Tugas Khusus Riani Ya-1

8

D. Rekomendasi Terapi

Rekomendasi Terapi merupakan proses penting dalam menentukan

terapi berahasil atau tidak. Tujuan utama pemberian terapi obat adalah

peningkatan kualitas hidup pasien, yang dapat dijabarkan sebagai berikut (Depkes

2009) :

1) Menyembuhkan penyakit

2) Menghilangkan atau mengurangi gejala klinis pasien

3) Menghambat progesivitas penyakit

4) Mencegah kondisi yang tidak diinginkan

Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan tujuan terapi antara lain :

derajat keparahan penyakit dan sifat penyakit (akut atau kronis). Pilihan terapi

dari berbagai alternatif yang ada ditetapkan berdasarkan : efikasi, keamanan,

biaya, regimen yang mudah dipatuhi (Depkes 2009)

E. Rencana Pemantauan

Tujuan perencanaan pematauan untuk memastikan pencapaian efek terapi

dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Rencana pemantauan terdiri dari

(Depkes 2009) :

1. Penetapan

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih parameter

pemantauan, antara lain :

a. Karakteristik obat

b. Efikasi terapi dan efek merugikan dari regimen

c. Perubahan fisiologi pasien

d. Efisiensi pemeriksaan laboratorium terdiri dari : kepraktisan

pemantauan, ketersediaan, biaya pemantauan

2. Menetapkan sasaran terapi (end point)

Penetapan sasaran akhir didasarkan pada nilai/gambaran normal atau

yang disesuaikan dengan pedoman terapi. Apabila menentukan sasaran terapi

yang diinginkan, apoteker harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Page 12: Tugas Khusus Riani Ya-1

9

a. Faktor khusus pasien seperti umur dan penyakit yang bersamaan

diderita pasien

b. Karakteristik obat

Bentuk sediaan, rute pemberian dan cara pemberian akan

mempengaruhi sasaran terapi yang diinginkan.

c. Efikasi dan toksisitas

3. Menetapkan frekuenasi pemantauan

Frekuensi pematauan tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan

resiko yang berkaitan dengan terapi obat. Pasien dengan kondisi stabil tidak

memerlukan pematauan yang sering. Berbagai faktor yang mempengaruhi

frekuensi pematauan antara lain :

a. Kebutuhan khusus dari pasien

b. Karakteristik obat pasien

c. Biaya dan kepraktisan pematauan

d. Permintaan tenaga kesehatan lain

Data pasien yang lengkap, mutlak dibutuhkan dalam PTO tetapi pada

kenyataannya data penting terukur sering tidak ditemukan sehingga PTO

tidak dapat dilakukan dengan baik. Hal tersebut menyebabkan penggunaan

data subyektif sebagai dasar PTO. Jika parameter pemantauan tidak dapat

digantikan dengan data subjektif maka harus diupayakan adanya data

tambahan..

Keberhasilan dicapai ketika hasil pengukuran parameter klinis sesuai

dengan sasaran terapi yang telah ditetapkan. Apabila hal tersebut tidak

tercapai, maka dapat dikatakan mengalami kegagalan mencapai sasaran

terapi. Penyebab kegagalan tersebut antara lain : kegagalan menerima terapi,

perubahan fisiologi/kondisi pasien, perubahan terapi pasien dan gagal terapi.

Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam PTO adalah

Subjective Objective Assessment Planning (SOAP).

S : Subjective

Data subjective adalah gejala yang dilakukan oleh pasien.

Page 13: Tugas Khusus Riani Ya-1

10

O : Objective

Data objective adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan.

Tanda-tanda objective mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh,

denyut nadi, kecepatan pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan

diagnostik.

A : Assessment

Berdasarkan data subjektif dan objektif dilakukan analisa untuk menilai

keberhasilan terapi, meminimalkan efek yang tidak dikehendaki dna

kemungkinan adanya masalah baru terkait obat.

Plan : Plan

Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah menyusun

rencana yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Rekomendasi

yang dapat diberikan :

a) Memberikan alternatif terapi, menghentikan pemberian obat,

memodifikasi dosis atau interval pemberian, merubah rute pemberian.

b) Mengedukasi pasien

c) Pemeriksaan laboratorium

d) Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parenteral/enteral

e) Pemeriksaan parameter klinis lebih sering

4. Tindak Lanjut

Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah

dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait.

Kerjasama dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan

pencapain tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang

menyeluruh diperlukan untuk menetapkan target terapi yang optimal.

Kegagalan terapi dapat disebabkan karena ketidakpatuhan pasien dan

kurangnya informasi obat. Sebagai tindak lanjut pasien harus mendaptkan

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) secara tepat. Informasi yang tepat

sebaiknya :

Page 14: Tugas Khusus Riani Ya-1

11

a) Tidak bertentangan/berbeda dengan informasi dari tenaga kesehatan

lain

b) Tidak menimbulkan keraguan pasien dalam menggunakan obat

c) Dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat

F. Kanker Ovarium

1. Definisi Kanker Ovarium

Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim

(kanker) pada satu atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri

merupakan bagian salah satu organ reproduksi yang sangat penting bagi

perempuan. Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum, yang

kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung

telur merupakan sumber utama penghasil hormon reproduksi

perempuan, seperti hormon dan progesteron (Insrawati. 2009) kanker

ovarium adalah adalah kanker atau tumor ganas yang berasal dari

ovarium dengan berbagai tipe histologi, yang dapat mengenai semua

umur (Rasjidi. 2010). Berbagai faktor yang diperkirakan sebagai faktor

penting dalam mekanisme kanker ovarium adalah sebagai berikut :

a. Faktor Genetik

Faktor genetik adalah keluarga yang menderita keganasan ini

meningkatkan resiko terkena kanker ovarium. Pada umumnya

kanker ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10% adalah pola herediter

atau familial. Risiko seorang wanita untuk mengidap kanker

ovarium adalah sebesar 1,6%. Angka risiko penderita yang memiliki

satu saudara sebesar 5% dan akan meningkat menjadi 7% bila

memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium

(Rasjidi.2010).

b. Usia

Kanker ovarium pada umumnya ditemukan pada usia diatas 40

tahun. Angka kejadian akan meningkat semakin bertambahnya

Page 15: Tugas Khusus Riani Ya-1

12

semakin bertambahnya usia. Mayoritas kanker ovarium muncul

setelah seorang perempuan melewati masa menopause.

c. Faktor Hormonal

Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala yang berhubungan

dengan menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker

ovarium baik dari insiden maupun tingkat mortalitasnya.

Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada wanita dengan

penggunaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron karena

peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel

ovarium. Pada kehamilan, tingginya kdar progesteron akan

membantu menurunkan risiko tumor ganas ovarium(Rasjidi. 2010)

(Nasution. 2011).

2. Manifestasi Klinik

Klasifikasi kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak

perbedaan sifat fundamental. Menurut International Federation of

Ginecologic and Obsetries (FIGO), kanker ovarium dibagi dalam 3

kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-

masing kelompok terdiri dari berbagai spesifikasi sesuai histopatologi.

a. Kanker Berasal dari Epitel Permukaan

Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan

terbanyak dan sebagian besar 85% kanker ovarium berasal dari

golongan ini. Lebih dari 80% kanker ovarium epitel ditemukan pada

wanita pascamenopause dimana pada usia 62 tahun adalah kanker

ovarium epitel paling sering ditemui (Busmar.2006).

b. Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium

Tumor ini lebih banyak pada wanita umur dibawah 30 tahun.

c. Kanker berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)

Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh

dari satu jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari

kelompok ini. Pada penderita tumor sel granulosa, umur muda atau

pubertas terdapat keluhan perdarahan pervagina, pertumbuhan seks

Page 16: Tugas Khusus Riani Ya-1

13

sekunder lain payudara membesar dengan kolostrum, pertumbuhan

rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas prekoks.

3. Klasifikasi stadium

Kanker di ovarium terdiri dari berbagai jenis dan multi kompleks. Hal ini

akan menjadi sulit dalam hal menentukan histogenesisnya. Kanker yang

berasal dari epitel, dimulai dengan adanya inklusi epitel permukaan pada

stroma yang berkembang menjadi kista. Selain itu, letak tumor tersembunyi

dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat menjadi besar tanpa

disadari oleh penderita, makanya diperlukan stadium kanker agar kita

mengetahui seberapa jauh penyebaran kanker tersebut.

Tabel 1. Klasifikasi stadium kanker ovarium

Stadium Kanker

ovarium primer

Kategori

Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium

Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites

berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan dipermukaan luar,

kapsul utuh.

Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada

asites berisi sel ganas, tidak ada tumor dipermukaan luar,

kapsul intak

Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor

dipermukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan

kapsul pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau

dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan

perluasan ke panggul

IIa Perluasan dan atau metastasis ke uterus atau tuba

IIb Perluasan jaringan pelvis lainnya

IIc Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada

permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau

Page 17: Tugas Khusus Riani Ya-1

14

dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan

bilasan peritoneum positif.

Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti

mikroskopik metastatis kavum peritoneal diluar pelvis,

dan atau metastatis ke kelenjar limfe regional.

IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah

bening negatif secara histologik dan dikonfirmasi secara

mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan

peritoneum abdominal

IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant

di permukaan peritoneum dan terbukti secara

mikroskopik diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar

getah bening negatif.

IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm

dan/ataukelenjar getah bening retropertoneal atau inguinal

positif.

Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu ata kedua ovarium dengan

metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya

positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga

metastasis ke parenkim liver.

Diagnosa

Stadium kanker ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi.

Penentuan stadium dengan laparatomi lebih akurat, oleh karena perluasan

tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi (sitolgi

atau hispatologi) sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan dan lebih

akurat.

4. Penatalaksanaan Terapi

Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat

diferensiasi, fertlitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah

Page 18: Tugas Khusus Riani Ya-1

15

operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu

diberikan terapi adjuvant seperti kemoterapi, radioterapi, dan terapi bantuan.

a. Sitologi

Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan

tersebut harus diambil utuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan

peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum

abdomen dan cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan

sitologi.

b. Kemoterapi

Keganasan ovarium tidak dapat diembuhkan tuntas hanya dengan operasi,

kemoterapi, antikanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh

absent dalam prinsip terapi gabungan terhadap kanker ovarium, lebih

efektif untuk pasien yang sudah berhasil menjalani operasi sitoreduksi.

c. Radioterapi

Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1

dan T2 (FIGO: Tingkat 1 dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau

seluruh rongga perut. Radioterapi juga dapat diberikan pada kepada

penyakit yang tingkatnya agak lanjut, tetapi akhir-akhir ini banyak

diberikan bersama kemoterapi, baik sebelumnya atau sesudahnya sebagai

adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enchancer (Prawirohardjo.2009).

G. Kanker Nasofaring (Kementrian Kesehatan RI 2011)

1. Definisi Kanker Nasofaring

Merupakan keganasan yang muncul pada daerah nasofaring (area diatas

tenggorokan dan dibelakang hidung. Karsinoma ini merupakan kegananasan

tipe sel skuamosa. KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif

(perbandingan pasien pria dan wanit adalah 2,18 : 1) dan 60% pasien berusia

antara 25 hingga 60 tahun.

Di indonesia, karsinoma nasofaring merupakan salah satu jenis

keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan keempat kanker

Page 19: Tugas Khusus Riani Ya-1

16

terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker payudara dan

kanker paru.

2. Manifestasi Klinis

Pada stadium dini tumor ini sulit dikenali, penderita biasa nya datang pada

stadium lanjut saat sudah muncul benjolan pada leher, terjadi gangguan syaraf

atau metastatis jauh. Gejala yang muncul dapat berupa hidung tersumbat,

epistaksis ringan, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia, diplopia dan neuralgia

trigeminal (saraf III, IV, V dan VI) dan munculan benjolan pada leher.

3. Klasifikasi Stadium

Klasifikasi TNM (AJCC/UICC 2002)

Tumor primer (T)

TX tumor primer tidak dapat dinilai

T0 tidak terdapat tumor primer

TIS karsinoma in situ

Metastasis Jauh (m)

MX metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0 tidak terdapat metastatis jauh

M1 terdapat metastatis jauh

Pengelompokan Stadium(Stage Grouping)

Tabel 2. Klasifikasi stadium kanker ovarium

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium IIA T2a N0 M0

Stadium IIB T1 N1 M0

  T2a N1 M0

  T2b N0 M0

  T2b N1 M0

Stadium III T1 N2 M0

  T2a N2 M0

Page 20: Tugas Khusus Riani Ya-1

17

  T2b N2 M0

  T3 N0 M0

  T3 N1 M0

  T3 N2 M0

Stadium IVA T4 N0 M0

  T4 N1 M0

  T4 N2 M0

Stasium IVB: Semua T , N3, M0

Stasium IVC: semua T, semua N,M0

4. Diagnosa

Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

a. Anamnesis

Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata, dan saraf, serta

gejala metastasis/leher. Gejala yang muncul dapat berupa hidung

tersumbat, epistaksis ringan, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia, diplopia

dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V dan VI) dan munculan benjolan

pada leher.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan status generalis dan status

lokalis, pemeriksaan nasofaring (rinoskopi posterio dan nasofaringoscopi

fiber/rigid.

c. Pemeriksaan penunjang

Berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi dan biopsi.

5. Penatalaksanaan Terapi

Penatalaksaan terapi dapat mencakup radiasi, kemoterapi, kombinasi

keduanya, yang didukung dengan terapi simptomatik sesuai dengan

gejala.

Page 21: Tugas Khusus Riani Ya-1

18

a. Radioterapi

Radioterapi sebagai pengobatan terpilih yang berdiri sendiri pada

karsinoma nasofaring telah diakui sejak lama dan banyak dilakukan di

berbagai sentra dunia. Radiasi diberikan pada seluruh stadium (I, II, III, IV

lokal) tanpa metastasis jauh (M1 dengan sasaran radiasi tumor primer dan

KBG leher dan supralavikula. Radiasi dapat diberikan dalam bentuk :

1) Radiasi eksterna yang mencakup tumor bed (nasofaring) beserta

kelenjar getah bening leher, dengan dosis 66 Gy pada T1-2 atau 70

Gy pada T3-4 disertai penyinaran kelenjar supraklavikula dengan

dosis 50 Gy.

2) Radiasi intrakaviter sebagai radiasi booster pada tumor primer

diberikan dengan dosis 4x3Gy sehari 2 kali.

3) Bila diperluka booster pada kelenjar getah bening diberikan

penyinaran dengan elektron.

b. Kemoterapi

Kombinasi radiokemoterapi sebagai radiosensitizer terutama

diberikan pada pasien dengan T3-T4 dan M2-N3. Kemoterapi sebagai

radiosensitizer diberikan preparat platinum based 30-40 mg/m2 sebanyak 6

kali, setiap minggu sekali 2,5 – 3 jam sebelum dilakukan radiasi.

c. Obat-obatan simptomatik

Keluhan yang biasa timbul saat sedang diradiasi terutama adalah

akibat reaksi akut pada mukosa mulut, berupa nyeri untuk mengunyah dan

menelan. Keluhan ini dapat dikurangi dengan obat kumur yang

mengandung antiseptik dan adstringen (diberikan 3-4x sehari). Bila ada

tanda-tanda moniliasis dapat diberikan antimikotik. Pemberiaan obat obat

yang mengandung anatesi lokal dapat mengurangi keluhan nyeri saat

menelan. Sedangkan untuk keluhan utama misalnya nausea, anoreksia, dan

sebagainya dapat diberikan terapi simptomatik.

Page 22: Tugas Khusus Riani Ya-1

19

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 1–2 Oktober 2015 yang

bertempat di Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

B. Metode Pengkajian

Data-data yang dikumpulkan berasal dari hasil observasi

langsung pada pasien Rawat Inap di Ruang Kemoterapi dengan melihat

catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), hasil wawancara; yaitu

hasil serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang

terlibat dalam perawatan pasien seperti perawat, keluarga pasien dan

pasien itu sendiri, serta penelusuran literatur yang dipublikasikan dan

berkaitan dengan kanker Naso Faring dan Ovarium.

Tahapan mengkaji DRP pada pasien :

1. Memilih pasien sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan

2. Menentukan pasien yang dikaji.

3. Mengumpulkan data yang dibutuhkan meliputi vital sign, data lab

pendukung dan regimentasi obat.

4. Menyusun dan menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui DRP

yang terjadi.

Page 23: Tugas Khusus Riani Ya-1

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan pembahasan pengkajian pengobatan kasus 1

1. DATA PASIENa. Identitas Pasien

Nama : Ny. Nani KasdiNo. RM : 01378507Alamat : Bogor, Jawa BaratUmur : 59 tahun 8 bulanJenis Kelamin : PerempuanBB/TB : 55 kg/ 150 cmRuang : GPS 1 Jaminan : JKN AskesMRS : 27 September 2015KRS : 01 Oktober 2015

b. Riwayat PasienRiwayat penyakit : HipertensiRiwayat Sosial : Tidak AdaRiwayat Pengobatan : Candesartan 8 mg tablet

Amlodipin 5 mg tablet Bisoprolol 5 mg tablet

Riwayat Alergi : Tidak Ada2. SUBYEKTIF

a. Keluhan Utama : Pusing, mata berbayang ± selama 1 minggub. Diagnosa : Kanker Naso Faring (KNF)

3. OBJEKTIFa.Tanda-tanda vital :

Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital:

b.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium :

Tanda Vital Kondisi Normal Tanggal Pemeriksaan

27/9/15 28/9/15 29/9/15 30/9/15 1/10/15Suhu 36-37,5 0C 36 36 36 36,5 36,5Nadi 80-100 x/menit 80 84 84 84 84Pernafasan/RR 18-20 x/menit 20 20 20 20 20Tekanan Darah ˂ 120/90 x/menit 130/80 120/80 170/90 140/70 120/80

KesadaranMata Gcs 4Verbal Gcs 5Motorik Gcs 6

Page 24: Tugas Khusus Riani Ya-1

21

Hasil Pemeriksaan Darah lengkap

Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Tanggal Hasil

Hematologi 28/9/15Hemoglobin 11,7 – 15,5 g/dl 11,9Hematokrit 33 – 45 % 38Leukosit 5,0 – 10,0 ribu/ul 5,5Trombosit 150 – 440 ribu/ul 306Eritrosit 3,80 – 5,20 ribu/ul 4,03VER/NER/KHER/RDWVER 80,0– 100,0 fi 92,9HER 26,0 – 34,0 pg 29,6KHER 32,0– 336,0 g/dl 31,8RDW 11,5-14,5 % 14,1HITUNG JENISBasofil 0-1 % 1Eusinofil 1,0 – 3,0 % 2Netrofil 50-70 % 64Limfosit 20-40 % 26Monosit 2,0 – 8,0 % 5Luc < 4,5 % 2

c. Hasil Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada

Page 25: Tugas Khusus Riani Ya-1

22

4. ASSESMENTa. Terapi pasien :

No Nama Obat Paten/Generik

Regimen DosisTgl

MulaiTgl Stop

Tanggal Pemberian28/9/15 29/9/15 30/9/15 01/9/15

Waktu Dosis P S S M P S S M P S S M P S S MA Obat Non

ParenteralAmlodipin 5 mg 29 sept

2015√ √ √

B Obat Parenteral

1. Ondansentron 8 mg

28 sept 2015

01 okt 2015

√ √ √ √2. Dexamethasone 5 mg √ √ √ √3. Ranitidin 50 mg √ √ √ √4. Taxotere 111,7

mg√ √ √ √

5. Cisplatin 111,7 mg

√ √ √ √

6. Curacyl 111,7 mg

√ √ √ √

C. Cairan IntravenaNaCl 0,9 % 24 Jam 20 tpm 28 sept

201501 okt 2015

√ √ √ √

b. Profil obat1) Taxotere Inj (Katzung.2013)

Komposisi : DocetaxelIndikasi : Terapi lini kedua pada kanker payudara stadium

lanjut, kanker paru non sel kecil, kanker prostat, kanker lambung, kanker kepala dan leher, kanker ovarium stadium lanjut refrakter-platinum, kanker kandung kemih.

Dosis : Penggunaan dengan kombinasi cisplatin dan flourouracil secara I.V 75 mg/m2setiap 3 minggu sekali

Efek samping : Hipersensitivitas, neurotoksisitas, retensi cairan.Kontraindikasi : Riwayat hipersensitif hebat terhadap obat docetaxel

atau polisorbat 80, pasien dengan jumlah neutrofil <1500 sel/mm3 , hamil, menyusui, gangguan fungsi hati berat.

Page 26: Tugas Khusus Riani Ya-1

23

Mekanisme kerja : Menghambat mitosis dengan cara bertindak sebagai racun gelendong mitotik melalui pembentukan iakatan yang berafinitas tinggi dengan mikrotubulus dan guanosintrifosfat serta menyebabkan inhibisi signifikan mitosis dan pembelahan sel

2) Curacyl (Katzung.2013)Komposisi : 5- FlourouracilIndikasi : Kanker kolorektum, kanker anus, kanker payudara,

kanker gastroesofagus, kanker kepala dan leher, kanker hepatoseluler.

Mekanisme kerja : 5- Flourourasil (5-FU) bersifat inaktif dalam bentuk induknya dan memerlukan pengaktifan melalui suatu rangkaian kompleks reaksi enzimatik mejadi metabolit ribosil dan deoksiribosil nukleotida. Salah satu metabolit ini, 5-flouro-2’-deoksiuridin-5’-monofosfat (fdUMP), membentuk suatu kompleks terikat kovalen dengan enzim timdilat sintase dan folat 5, 10 – metilentetrahdrofolat tereduksi, suatu reaksi yang sangat penting dalam sintesis denovo timdilat. Hal ini menyebabkan inhibi sintesis DNA melalui “thymineless death”. 5-FU diubah menjadi 5-fluorouridin-5’trifosfat (FUTP), yang kemudian dapat digabungkan ke dalam RNA, dan mempengaruhi proses translasi RNA dan mRNA. 5-FU juga diubah menjadi 5-fluorodeoksiuridin-5’-trifosfat (fdUTP), yang dapat digabungkan ke dalam DNA sel, menyebabkan inhibisi sntesis dan fungsi DNA. Karena itu, sitotoksisitas 5-FU diperkirakan terjadi karena kombinasi efek pada proses-proses yang berkaitan dengan DNA dan RNA.

Efek samping : Mual, mukositis, diare, depresi sumsum tulang, neurotoksisitas.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas, pasien dengan penurunan fungsi sumsum tulang belakang, pasien yang berpotensi infeksi serius, kehamilan.

3) Ranitidin Inj (Katzung.2013)Komposisi : Ranitidin

Page 27: Tugas Khusus Riani Ya-1

24

Indikasi : Penyakit refluks gastroesofagus (Gastroesophageal Refkux Disease, GERD), penyakit tukak peptik, dispepsia non-tukak, pencegahan pendarahan akibat gastritis terkait stres.

Mekanisme kerja : Mengurangi sekresi asam yang dirangsang oleh histamin serta oleh gastrin dan bahan kolinomimetik melalui dua mekanisme. Pertama, histamin yang dibebeskan dari sel ECL oleh gastrin atau rangsangan vagus dihambat untuk mengikat reseptor H2 di sel parietal. Kedua, terjadinya blokade reseptor H2menyebabkan efek stimulasi langsung sel perietal oleh gastrin atau asetilkolin sehingga sekresi asam berkurang.

Dosis : Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6-8 jam. Encerkan injeksi 50mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v lain yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5mg/mL (total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit) Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6-8 jam. Encerkan injeksi 50mg dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5mg/mL (total volume 100mL). Kecepatan infus tidak lebih dari 5-7 mL/menit (dengan waktu 15 – 20 menit). Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6.25 mg/jam selama 24 jam. Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidine injeksi harus diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1 mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita.

Efek samping :Terbatas dan tidak bebahaya; aritmia, vasculitis, pusing, halusinasi, sakit kepala, confusion, mengantuk, vertigo, eritema multiforme, kemerahan, pankreatitis, anemia haemolitic acquired, agranulositosis, anemia aplastik, granulositopenia, leukopenia, trombositopenia,

Page 28: Tugas Khusus Riani Ya-1

25

pansitopenia, gagal hati, anafilaksis, reaksi hipersensitivitas.

Kontraindikasi : Penderita yang hipersnsitif terhadap Ranitidine.

4) Ondanstron Inj (Katzung.2013) Komposisi : Ondansetron Indikasi : Mual dan muntah imbas kemoterapi, mual dan muntah

pascaoperasi dan pascaradiasi. Mekanisme kerja : Memblokade reseptor 5-HT3 sentral di pusat muntah dan

chemoreceptor trigger zone, tetapi terutama melalui blokade reseptor 5-HT3 perifer di saraf eferen spinal dan vagus usus ekstrinsik.

Dosis : Mual dan muntah imbas kemoterapi, Obat-obat ini paling efektif jika diberikan sebagai dosis tunggal dengan penyuntikan intravena 30 menit sebelum pemberian kemoterapi dengan dosis 8 mg/vial.

Efek samping :Toksisitas gastrointestinal yang jarang, tetapi serius, konstipasi, serangan kolitis iskemik, aldosteron

5) Dexamethason InjKomposisi : DexamethasoneIndikasi : InflamasiMekanismekerja : Menghambat konversi fosfolipid menjadi asam arakidonat

dan asam arakidonat menjadi leukotrin melalui kemampuannya mengikat enzim lipogenase.

Dosis : oral, injeksi I.V dan I.M 0,75 – 9 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-12 jam

Efek samping : Kecemasan, agitasi, sakit kepala, penurunan penglihatan, menurunkan volume urin, depresi mental,

6) NaCl 0,9%

Komposisi : NaCl 0,9%Indikasi : Kehilangan cairan tubuh, dehidrasiDosis : Disesuaikan dengan kebutuhan cairan, umumnya 30-40 mL/kg BB/hari pada dewasa.Efek samping : Demam, infeksi, flebitis, nyeri pada tempat suntikan,

ekstravasasi.Kontraindikasi : Kondisi hypernatremia, hiperhidrasi, turbiditas dan/atau karet

penutup telah terbuka.

Perhatian : Gangguan ginjal, retensi cairan dan natrium

Page 29: Tugas Khusus Riani Ya-1

26

c. Problem medik dan analisa drug related problem pasien

1) Problem Medik yang terjadi terkait dengan obat yang diberikan meliputi :

Problem Medik Terkait Obat YaTida

kMasalah MI Efektivitas Terapi    

 M1.1 Obat tidak efektif atau pengobatan gagal   √

 M1.2 Efek obat tidak optimal   √

 M1.3 Efek obat salah (idiosinkrasi)   √

 M1.4 Ada indikasi yang tidak diterapi   √

  M2 Reaksi Obat yang Tidak Dikehendakai (ROTD)   √

 M2.1 Pasien menderita ROTD bukan alergi   √

 M2.2 Pasien menderita ROTD alergi   √

 M2.3 Pasien menderita efek toksik   √

  M3 Biaya Pengobatan   √

 M3.1 Biaya pengobatan lebih mahal dari yang diperlukan   √

 M3.2 Obat tidak diperlukan   √

  M4 Lain-lain    

 M4.1

Pasien tidak puas dengan terapi yang diterimanya meskipun   √

   terapi tersebut optimal baik dari segi efektivitasnya maupun    

    biaya    

 M4.2 Keluhan pasien/ masalah tidak jelas, √  

    tidak termasuk ketiga kategori masalah terkait obat diatas    Peyebab P1 Pemilihan Obat    

  P1.1Pemilihan obat tidak tepat (bukan untuk indikasi yang paling   √

    tepat) termasuk penggunaan obat yang kontraindikasi    

   Tidak ada indikasi penggunaan obat atau indikasi obat tidak    

    Jelas    

  P1.3Kombinasi obat-obat atau obat-makanan tidak tepat termasuk   √

    kejadian interaksi obat    

  P1.4Duplikasi kelompok terapi atau bahan aktif yang tidak tepat   √

Page 30: Tugas Khusus Riani Ya-1

27

  P1.5 Ada indikasi tetapi obat tidak diresepkan   √

  P1.6Banyak obat (kelompok terapi atau bahan aktif yang berbeda) √  

    diresepkan untuk indikasi yang sama      P1.7 Tersedia obat yang lebih hemat biaya √  

  P1.8Kebutuhan obat yang bersifat sinergis/preventif tidak diresepkan   √

  P1.9 Ada indikasi baru dan obat belum diresepkan   √  P2 Pemilihan Bentuk Sediaan      P2.1 Bentuk sediaan yang tidak tepat   √  P3 Pemilihan Dosis      P3.1 Dosis obat terlalu rendah   √  P3.2 Dosis obat terlalu tinggi   √  P3.3 Pengaturan dosis kurang sering   √  P3.4 Pengaturan dosis terlalu sering   √

  P3.5Tidak dilakukan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD) √  

  P3.6 Masalah terkait farmakokinetika obat yang memerlukan   √    penyesuaian dosis      P3.7 Perburukan/perbaikan kondisi sakit yang memerlukan   √    penyesuaian dosis      P4 Penentuan Lama Pengobatan   √  P4.1 Lama pengobatan terlalu pendek   √  P4.2 Lama pengobatan terlalu panjang   √  P5 Proses penggunaan obat    

  P5.1Waktu penggunaan obat atau interval pemberian dosis tidak tepat   √

  P5.2Menggunakan obat lebih sedikit dari pedoman pengobatan atau   √

   pemberian melebihi aturan penggunaan (over-administered)    

  P5.3Menggunakan obat berlebih (overused) tau pemberian obat   √

    melebihi aturan penggunaan (over-administered)      P5.4 Obat tidak diminum atau tidak diberikan   √

  P5.5Minum obat yang salah satu atau memberikan obat yang salah   √

  P6 Logistik (kefarmasian)      P6.1 Obat yang diresepkan tidak tersedia   √  P6.2 Kesalahan peresepan (dalam hal menulis resep)   √  P6.3 Kesalahan peracikan obat (dispensing error   √  P7 Pasien      P7.1 Pasien lupa minum obat   √  P7.2 Pasien menggunakan obat yang tidak diperlukan   √  P7.3 Pasien makan-makanan yang berinteraksi dengan obat   √  P7.4 Penyimpanan obat oleh pasien tidak tepat   √

Page 31: Tugas Khusus Riani Ya-1

28

  P8 Lain-lain      P8.1 Lain-lain,sebutkan      P8.2 Penyebab tidak jelas   √Intervensi I0 Tanpa Intervensi   √  I1 Pada Tataran Penulis Resep      I1.1 Hanya memberi informasi kepada penulis resep   √

  I1.2Menanyakan atau mengkonfirmasikan MTO kepada penulis resep   √

  I1.3 Intervensi diajukan, disetujui oleh penulis resep   √  I1.4 Intervensi diajukan, tidak disetujui oleh penulis resep   √  I1.5 Intervensi diajukan, hasil tidak diketahui   √  I2 Pada Tataran Pasien      I2.1 Konseling pengobatan pasien √    I2.2 Penyediaan informasi tertulis √    I2.3 Pasien dirujuk ke penulis resep √    I2.4 Dibicarakan dengan anggota keluarga/pemberi perawatan √    I3 Pada Tataran Obat      I3.I Mengubah jenis obat   √  I3.2 Mengubah dosis obat   √  I3.3 Mengubah Formulasi Obat   √  I3.4 Mengubah aturan penggunaan obat   √  I3.5 Obat dihentikan   √  I3.6 Obat baru mulai diberikan   √  I4 Lainnya      I4.1 Intervensi lainnya (sebutkan)   √  I4.2 Efek Samping dlaporkan kepada pihak yang berwenang √    H0 Hasil Intervensi tidak diketahui      H0.0 Hasil Intervensi tidak diketahui √    H1 Masalah terselesaikan dengan tuntas      H1.0 Masalah terselesaikan secara tuntas √    H2 Masalah terselesaikan Sebagian      H2.0 Masalah terselesaikan Sebagian   √  H3 Masalah Tidak Terselesaikan    

  H3.1Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan pasien kurang   √

  H3.2Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan penulis resep   √

    Kurang      H3.3 Masalah tidak terselesaikan, intervensi tidak efektif   √

  H3.4 Tidak ada kebutuhan atau kemungkinan untuk menyelesaikan   √

    masalah    

Page 32: Tugas Khusus Riani Ya-1

29

2) Drug Related Problem (DRP) yang terkait obat dalam resep meliputi :

Kategori Uraian DRP Cara Mengatasi

Obat tanpa indikasi - -

Indikasi tanpa obat - -

Obat tidak sesuai - -

Dosis kurang - -

Dosis berlebih - -

Reaksi tidak diinginkan

- -

Interaksi Obat Dexamethason+Amlodipin Dexamethasone dapat menurunkan efek amlodipin dalam menurunkan tekanan darah.Cisplatin+TaxotereKombinasi ini mungkin akan meningkatkan resiko gangguan sarafDexamethasone+Taxotere

Dianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hati.

Dianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hatiDianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hati

5. PLAN

Page 33: Tugas Khusus Riani Ya-1

30

Plan yang dilakukan pada kasus pengobatan ini meliputi :a. Memberikan alternatif terapi, memodifikasi dosis atau interval pemberian.

b. Mengedukasi pasien.

c. Pemeriksaan laboratorium.

d. Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parenteral/enteral.

e. Melakukan pemeriksaan parameter klinik sesering mungkin untuk

mengetahui perekembangan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan.

6. MONITORING

Tabel 7. Monitoring

Nama Obat Subjective Therapeutic Subjective Toxic Objective

Therapeutic Objective Toxic

Ondansetron

Berkurangnya rasa mual yang

terjadi pasca kemoterapi

Sakit kepala, konstipasi, panas dan

kemerahan kepalaTidak Ada

Memantau gejala, terjadinya epigastrum

RanitidinGejala nyeri

pada lambung berkurang

Gangguan gastrointestinal. Sakit

kepala, pusing, mengantuk, insomnia,

vertigo

Tidak Ada

Memantau terjadinya gejala

halusinasi dan depresi

Dexamethason

Gejala nyeri pasca

kemoterapi berkurang

Tidak ada Tidak Ada

Memantau terjadinya gejala tukak lambung,

hipoglikemi, lemah otot.

Taxotere

Dapat terlihat melalui data laboratorium

pasien

Gangguan gastrointestinal Tidak ada

Memantau terjadinya

mielosupresi disertai

neurotropenia, retensi cairan.

Curacyl

Dapat dilihat melalui data laboratorium

pasien

Gangguan Gastrointestinal Tidak Ada

Memantau terjadinya

mukositis, depresi sumsum tulang

belakang, neurotoksisitas

Page 34: Tugas Khusus Riani Ya-1

31

Cisplatin

Dapat terlihat melalui data laboratorium

pasien

Gangguan gastrointestinal Tidak Ada

Memantau terjadi nefrotoksisitas,

neuropati sensorik perifer, dan

disfungsi saraf.

7. Konselinga. Saya perkenalkan diri terlebih dahulu sebagai seorang apoteker

b. Saya persilahkan keluarga ibu nani untuk duduk dan menanyakan identitas

ibu nani kepada keluarganya, kemudian saya bertanya apakah ibu nani ada

waktu sebentar untuk konseling obat yang diperolehnya.

c. Setelah ibu nani merasa nyaman dan tidak keberatan untuk diberikan

konseling tentang obat yang diperolehnya dan konseling dapat dimulai.

d. Ibu nani merupakan pasien rawat inap di RSUP Fatmawati sehingga hal -

hal yang dikonselingkan tidak terlalu banyak. Selanjutnya saya bertanya

kepada keluarga ibu tien apa gejala-gejala yang dirasakan terkait

penyakitnya tersebut dan sejak kapan gejala-gejala tersebut muncul dan

bagaimana cara dia mengatasi gejala-gejala itu sebelum periksa ke dokter.

e. Selanjutnya saya menjelaskan tentang pengobatan kemoterapi yang di

gunakan ibu nani, efek pengobatan kemoterapi yang dialami oleh ibu nani

dan hal-hal yang perlu diperhatikan pasca menjalani kemoterapi.

f. Kemudian beritahu keluarga ibu nani tentang hal-hal yang harus

diperhatikan untuk mengurangi luasnya paparan kanker nasofaring, selain

dengan kemoterapi, seperti olah raga yang teratur, pola makan yang baik

dan istirahat yang cukup.

g. Terakhir saya ucapkan terimakasih kepada ibu nani atas waktunya dan

nomer telpon saya supaya apabila ada yang tidak dimengerti keluarga ibu

nani maka keluarga ibu nani dapat bertanya via telpon.

8. PEMBAHASAN

Berdasarkan data subjektif yang tercatat dalam rekam medis, kondisi pasien

selama di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dalam kondisi sadar, dan keluhan

yang dialami pasien yaitu pusing dan mata berbayang-bayang.

Page 35: Tugas Khusus Riani Ya-1

32

Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi pada pasien yang

terdiri atas pemeriksaan fisik (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan

kecepatan pernafasan), pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik

lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dapat terukur. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan data yang berhubungan dengan

diagnosis, mengacu pada hasil pemeriksaan sebelumnya.

Pasien didiagnosis menderita Kanker Naso Faring (KNF). Berdasarkan terapi

yang diberikan, maka dilakukan penilaian sebagai berikut pasien diberikan

Amlodipin digunakan sebagai antihipertensi karena tekanan darah pasien yang

cenderung naik sehingga diharapkan dengan pemberian amlodipin tekanan darah

pasien bisa kembali stabil. Ondansetron, ranitidin, dan dexamethasone digunakan

untuk pre medikasi kemoterapi kemudian diberikan obat sitostatik seperti

taxotere, cisplatin dan curacyl yang digunakan untuk mengobati Kanker Naso

Faring (KNF) dan pasien juga diberikan infus NaCl 0,9% sebagai pengganti

kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh memiliki energi kembali untuk

melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori.

Analisis masalah terkait obat adalah :

i. Pada kasus ini tidak terdapat indikasi yang tidak terobati. Semua indikasi

(diagnosis dan keluhan) mendapatkan obat yang sesuai dengan indikasinya.

ii. Pemberian obat tanpa indikasi : tidak ada

iii. Pemilihan obat tidak tepat : tidak ada

iv. Dosis terlalu tinggi : tidak ada

v. Dosis terlalu rendah : tidak ada

vi. Reaksi obat yang tidak dikehendaki : tidak ditemukan adanya gejala reaksi obat

yang tidak dikehendaki selama masa terapi pasien.

vii. Interaksi obat : Ada (Dexamethason+Amlodipin, Cisplatin+Taxotere, dan

Dexamethasone+Taxotere)

Planning yang dapat dilakukan oleh Apoteker sehubungan dengan terapi pasien

adalah sebagai berikut : Kepada pasien menganjurkan untuk minum obat sesuai

anjuran dokter, tidak menambah dosis atau menghentikan obat secara mendadak

tanpa konsultasi dengan dokter, dan laporkan kepada dokter, perawat atau

apoteker apabila terjadi efek samping.

Page 36: Tugas Khusus Riani Ya-1

33

Kepada perawat, memberikan info kepada perawat tentang obat-obatan apa saja

yang digunakan pada terapi pasien beserta dosis juga aturan pemakaiannya

sehingga pemantauan dapat lebih maksimal, memberitahukan tentang efek

samping obat yang mungkin terjadi, dan monitor tekanan darah, pernafasan, nadi,

suhu serta perkembangan kesehatan pasien.

Kepada dokter, mendiskusikan terkait interaksi obat yang terjadi, mendiskusikan

dengan dokter efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang diminum pasien.

9. KESIMPULAN

Dalam kasus ini parameter pemantauan pasien yang dapat dilakukan ialah

memeriksa kondisi fisik pasien (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan

pernafasan), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan diagnostik lainnya untuk

memastikan tepat atau tidak terapi yang diberikan kepada pasien setelah pasien

mendapatkan terapi hingga pasien diperbolehkan perawatan rawat jalan. Dalam

kasus ini, DRP yang terjadi adalah interaksi Adanya interaksi obat yang terjadi

yaitu penggunaan Dexamethason+Amlodipin, Cisplatin+Taxotere, dan

Dexamethasone+Taxotere meskipun interaksi obat ini tidak terjadi tapi selalu ada

resiko efek lain yang timbul akibat interaksi obat-obat tersebut.

Page 37: Tugas Khusus Riani Ya-1

34

B. KASUS 2 1. DATA PASIEN

a. Identitas PasienNama : Ny. Yulia FaridaNo. RM : 01360447Alamat : Puri Kartika, CiledugUmur : 62 TahunJenis Kelamin : PerempuanBB/TB : 100 kg/ 180 cmRuang : Lantai 2 utaraJaminan : JKN AskesMRS : 29 September 2015KRS : 02 Oktober 2015

b. Riwayat PasienRiwayat penyakit : Ca OvariumRiwayat Sosial : Tidak AdaRiwayat Pengobatan : Tidak AdaRiwayat Alergi : Tidak Ada

2. SUBYEKTIFa. Keluhan Utama : Pendarahan sejak pukul 03.00, pusing dan

mual-mual b. Diagnosa : Ca Ovarium residif post laparastomi

3. OBEKTIFa. Tanda-tanda vital :

Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :

Tanda Vital Kondisi Normal Tanggal Pemeriksaan

29/9/15 30/9/15 1/10/15 2/10/15Suhu 36-37,5 0C 36,5 36,5 36,6 36,5Nadi 80-100 x/menit 98 86 90 86Pernafasan/RR 18-20 x/menit 20 20 20 20Tekanan Darah ˂ 120/90 x/menit 140/70 150/80 140/80 140/70

KesadaranMata Gcs 4Verbal Gcs 5Motorik Gcs 6

Page 38: Tugas Khusus Riani Ya-1

35

b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

c. Hasil Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada

Jenis Pemeriksaan Nilai RujukanTanggal Hasil

30/9/15HematologiHemoglobin 11,7 – 15,5 g/dl 12,6Hematokrit 33 – 45 % 39Leukosit 5,0 – 10,0 ribu

/ul8,1

Trombosit 150 – 440 ribu/ul

288

Eritrosit 3,80 – 5,20 ribu/ul

4,60

VER/NER/KHER/RDWVER 80,0– 100,0 Fi 84,7HER 26,0 – 34,0 Pg 27,3KHER 32,0– 336,0 g/dl 32,2RDW 11,5-14,5 % 16,1

Page 39: Tugas Khusus Riani Ya-1

36

4. ASSESMENTa. Terapi pasien :

No Nama Obat Paten/Generik

Regimen Dosis Tgl Mulai

Tgl Stop

Tanggal Pemberian28/9/15 29/9/15 30/9/15 01/9/15

Waktu Dosis P S S M P S S M P S S M P S S MA Obat Non

Parenteral1. Asam Mefenamat 3x 500

mg21 sept 2015

√ √ √ √ √ √ √ √

2. Profenid 100 mg

√ √ √

B Obat Parenteral

1. Transamin 3x 500 mg

√ √ √ √ √ √ √ √ √

2. Omeprazol 2x 40 mg √ √ √ √ √ √3. Carboplatin 600

mg√

4. Avastin 800 mg

5. Ceftriaxone 1x 2 g √ √ √ √6. Vitamin C 1x 400

mg√ √ √ √

7. Vitamin K 1x 1 Amp

√ √ √ √

C. Cairan Intravena

1. NaCl 0,9 % 24 Jam 20 tpm

28 sept 2015

01 okt

2015

2. Ringer Laktat

b. Profil obat1) Asam mefenamat

Komposisi : Asam MefenamatIndikasi : InflamasiMekanisme kerja : Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim COX-1 dan COX-2 Dosis : Oral 250 mg-500 mg setiap 4 jam sekali,

maksimum terapi selama 1 minggu

Page 40: Tugas Khusus Riani Ya-1

37

Efek samping : Kecemasan, agitasi, ansietas, penurunan penglihatan, menurunkan volume urin, iritasi, depresi mental.

2) Profenid (DIH.2010)Komposisi : KetoprofenIndikasi : Obat analgetik antiinflamasi bukan steroid yang

digunakan untuk inflamasi kronik/abartikuler, gout, atritis akut, osteoatritis, remathoid atritis

Mekanisme kerja : Membentuk ikatan silang intra dan antar untai DNA, mengikat protein nukleus dan sitoplasma (Katzung 2013).

Dosis obat : Maksimum 300mg sehari(4.3 mg/kg/hari 70 kg)

Efek samping : Mual dan muntah, nefrotoksisitas, neuropati sensorik perifer, ototoksisitas, disfungsi saraf (Katzung 2013).

3) Transamin (Katzung.2013)Komposisi : Traxenamic acidIndikasi : Pengobatan jangka pendek untuk perdarahan atau

risiko perdarahan yang berhubungan dengan peningkatan fibrinolisis atau fibrinogenolisis

Mekanisme kerja : Asam traneksamat bekerja dengan cara memblok ikatan plasminogen dan plasmin terhadap fibrinDosis : Oral 25mg/kg sebanyak 3-4 kali perhari, Injeksi

I.V 10 mg/kg sebanyak 3-4 kali sehari untuk pasien yang dapat oral

Efek samping : Gangguan pencernaan, mual, muntah, anoreksia, eksantema, sakit kepala.

Kontraindikasi : Riwayat tromboembolik, perdarahan subaraknoid, penderita dengan pembekuan intravaskular aktif.

4). Omeprazole InjKomposisi : OmeprazoleIndikasi : Pengobatan pada gastritis dan tukak lambungMekanisme kerja: Memblok enzim K+/H+-ATP Ase secara ireversibel

sehingga menghambat pompa proton (H+) dan selanjutnya menghambat sekresi HCl

Dosis : Per Oral : 20 mg sehari 2 kali

Page 41: Tugas Khusus Riani Ya-1

38

Efek samping : Diare, nyeri lambung, mual, dan sakit kepalaKontraindikasi : Hipersensitif

5). Ceftriaxone InjKomposisi : CeftriaxoneIndikasi : Infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang sensitif terhadap ceftriaxone, seperti : Infeksi saluran nafas Infeksi THT, Infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, Infeksi tulang, sendi dan jaringan lemak, Infeksi Intra abdominal, Infeksi genital (termasuk gonore), profilaksis perioperative dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.Mekanisme kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein –penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga ;menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolysin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.Dosis :Dewasa dan anak > 12 Tahun dan anak BB > 50 kg : 1-2 gram satu kali sehari. Pada infeksi berat yang disebabkan organisme yang moderat sensitive, dosis dapat dinaikkan sampai 4 gram satu kali sehariEfek samping : Kulit : Rash (2%) ; Saluran cerna : diare (3%) ; Hepar : peningkatan transaminase (3,1% - 3,3%); Ginjal : peningkatan BUN (1%); Hematologi : eosinophilia (6%), thrombositosis (5%), leukopenia (2%);Lokal : Nyeri selama injeksi (I.V 1%). Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi silang).

6). Infus NaCl 0,9 %

Komposisi : NaCl 0,9%Indikasi : Kehilangan cairan tubuh, dehidrasi hipotonis dan isotonisDosis dan aturan pakai : Disesuaikan dengan kebutuhan cairan, umumnya30-40 mL/kg BB/hari pada dewasa.Efek samping : Demam, infeksi, flebitis, nyeri pada tempat suntikan, ekstravasasi.Kontraindikasi : Kondisi hypernatremia, hiperhidrasi, turbiditas dan/atau karet penutup telah terbuka.Perhatian : Gangguan ginjal, retensi cairan dan natrium

7). Ringer LaktatKomposisi : Natrium Laktat, NaCl, KCl, CaCl2

Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasiDosis : Injeksi Intravena sesuai dengan kondisi pasien

Page 42: Tugas Khusus Riani Ya-1

39

Efek samping : Trombosis vena, flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan

8). Avastin Komposisi : BevacizumabIndikasi : Kombinasi regimen pengobatan kemoterapi pada kanker serviksDosis dan aturan pakai : 15 mg/kg infus intravena Efek samping : Mual, muntah,nyeri perut

9). CarboplatinKomposisi : CarboplatinIndikasi : Pengobatan kanker nasofaring, kanker serviks, kanker prostatDosis dan aturan pakai : Pengobatan tunggal 360 mg/m2 secara infus intravena, Pengobatan dengan kombinasi 300 mg/m2 secara infus intravena dengan cyclophosphamide 600 mg/m2 infus intravenaEfek samping : Anemia, mual, muntah, trombositopeniaKontraindikasi : hipersensitifitas, penurunan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui

c. Problem medik dan analisa drug related problem pasien :1) Problem Medik yang terjadi terkait dengan obat yang diberikan

meliputi :

Problem Medik Terkait Obat Ya TidakMasalah MI Efektivitas Terapi    

 M1.1 Obat tidak efektif atau pengobatan gagal   √

 M1.2 Efek obat tidak optimal   √

 M1.3 Efek obat salah (idiosinkrasi)   √

 M1.4 Ada indikasi yang tidak diterapi   √

  M2 Reaksi Obat yang Tidak Dikehendakai (ROTD)   √

 M2.1 Pasien menderita ROTD bukan alergi   √

 M2.2 Pasien menderita ROTD alergi   √

 M2.3 Pasien menderita efek toksik   √

  M3 Biaya Pengobatan   √

 M3.1 Biaya pengobatan lebih mahal dari yang diperlukan   √

  M3. Obat tidak diperlukan   √

Page 43: Tugas Khusus Riani Ya-1

40

2  M4 Lain-lain    

 M4.1

Pasien tidak puas dengan terapi yang diterimanya meskipun   √

   terapi tersebut optimal baik dari segi efektivitasnya maupun    

    biaya    

 M4.2 Keluhan pasien/ masalah tidak jelas, √  

    tidak termasuk ketiga kategori masalah terkait obat diatas    Peyebab P1 Pemilihan Obat    

  P1.1Pemilihan obat tidak tepat (bukan untuk indikasi yang paling   √

    tepat) termasuk penggunaan obat yang kontraindikasi    

   Tidak ada indikasi penggunaan obat atau indikasi obat tidak    

    Jelas    

  P1.3Kombinasi obat-obat atau obat-makanan tidak tepat termasuk   √

    kejadian interaksi obat    

  P1.4Duplikasi kelompok terapi atau bahan aktif yang tidak tepat   √

  P1.5 Ada indikasi tetapi obat tidak diresepkan   √

  P1.6Banyak obat (kelompok terapi atau bahan aktif yang berbeda) √  

    diresepkan untuk indikasi yang sama      P1.7 Tersedia obat yang lebih hemat biaya √  

  P1.8Kebutuhan obat yang bersifat sinergis/preventif tidak diresepkan   √

  P1.9 Ada indikasi baru dan obat belum diresepkan   √  P2 Pemilihan Bentuk Sediaan      P2.1 Bentuk sediaan yang tidak tepat   √  P3 Pemilihan Dosis      P3.1 Dosis obat terlalu rendah   √  P3.2 Dosis obat terlalu tinggi   √  P3.3 Pengaturan dosis kurang sering   √  P3.4 Pengaturan dosis terlalu sering   √

  P3.5Tidak dilakukan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD) √  

  P3.6 Masalah terkait farmakokinetika obat yang memerlukan   √    penyesuaian dosis      P3.7 Perburukan/perbaikan kondisi sakit yang memerlukan   √    penyesuaian dosis      P4 Penentuan Lama Pengobatan   √  P4.1 Lama pengobatan terlalu pendek   √  P4.2 Lama pengobatan terlalu panjang   √  P5 Proses penggunaan obat    

Page 44: Tugas Khusus Riani Ya-1

41

  P5.1Waktu penggunaan obat atau interval pemberian dosis tidak tepat   √

  P5.2Menggunakan obat lebih sedikit dari pedoman pengobatan atau   √

   pemberian melebihi aturan penggunaan (over-administered)    

  P5.3Menggunakan obat berlebih (overused) tau pemberian obat   √

    melebihi aturan penggunaan (over-administered)      P5.4 Obat tidak diminum atau tidak diberikan   √

  P5.5Minum obat yang salah satu atau memberikan obat yang salah   √

  P6 Logistik (kefarmasian)      P6.1 Obat yang diresepkan tidak tersedia   √  P6.2 Kesalahan peresepan (dalam hal menulis resep)   √  P6.3 Kesalahan peracikan obat (dispensing error   √  P7 Pasien      P7.1 Pasien lupa minum obat   √  P7.2 Pasien menggunakan obat yang tidak diperlukan   √  P7.3 Pasien makan-makanan yang berinteraksi dengan obat   √  P7.4 Penyimpanan obat oleh pasien tidak tepat   √  P8 Lain-lain      P8.1 Lain-lain,sebutkan      P8.2 Penyebab tidak jelas   √Intervensi I0 Tanpa Intervensi   √  I1 Pada Tataran Penulis Resep      I1.1 Hanya memberi informasi kepada penulis resep   √

  I1.2Menanyakan atau mengkonfirmasikan MTO kepada penulis resep   √

  I1.3 Intervensi diajukan, disetujui oleh penulis resep   √  I1.4 Intervensi diajukan, tidak disetujui oleh penulis resep   √  I1.5 Intervensi diajukan, hasil tidak diketahui   √  I2 Pada Tataran Pasien      I2.1 Konseling pengobatan pasien √    I2.2 Penyediaan informasi tertulis √    I2.3 Pasien dirujuk ke penulis resep √    I2.4 Dibicarakan dengan anggota keluarga/pemberi perawatan √    I3 Pada Tataran Obat      I3.I Mengubah jenis obat   √  I3.2 Mengubah dosis obat   √  I3.3 Mengubah Formulasi Obat   √  I3.4 Mengubah aturan penggunaan obat   √  I3.5 Obat dihentikan   √  I3.6 Obat baru mulai diberikan   √  I4 Lainnya    

Page 45: Tugas Khusus Riani Ya-1

42

  I4.1 Intervensi lainnya (sebutkan)   √  I4.2 Efek Samping dlaporkan kepada pihak yang berwenang √    H0 Hasil Intervensi tidak diketahui      H0.0 Hasil Intervensi tidak diketahui √    H1 Masalah terselesaikan dengan tuntas      H1.0 Masalah terselesaikan secara tuntas √    H2 Masalah terselesaikan Sebagian      H2.0 Masalah terselesaikan Sebagian   √  H3 Masalah Tidak Terselesaikan    

  H3.1Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan pasien kurang   √

  H3.2Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan penulis resep   √

    Kurang      H3.3 Masalah tidak terselesaikan, intervensi tidak efektif   √

  H3.4 Tidak ada kebutuhan atau kemungkinan untuk menyelesaikan   √

    masalah    

2) Drug Related Problem (DRP) yang terkait obat dalam resep meliputi :

Kategori Uraian DRP Cara Mengatasi

Obat tanpa indikasi - -

Indikasi tanpa obat - -

Obat tidak sesuai - -

Dosis kurang - -

Dosis berlebih - -

Reaksi tidak diinginkan

- -

Interaksi Obat Ketoprofen+AsamMefenamatKetoprofen akan meningkatkan efek asam mefenamat dengan kompetensi pada kliren di ginjal

Dianjurkan melakukan pemantauan dan gunakan kombinasi dengan hati-hati.

Page 46: Tugas Khusus Riani Ya-1

43

8. PLANPlan yang dilakukan pada kasus pengobatan ini meliputi :

a. Memberikan alternatif terapi, memodifikasi dosis atau interval pemberian.

b. Mengedukasi pasien.

c. Pemeriksaan laboratorium.

d. Perubahan pola makan atau penggunaan nutrisi parenteral/enteral.

e. Melakukan pemeriksaan parameter klinik sesering mungkin untuk

mengetahui perekembangan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan.

9. MONITORING

Nama Obat Subjective Therapeutic Subjective Toxic Objective

Therapeutic Objective Toxic

Asam Mefenamat

Gejala nyeri yang dialami

pasien berkurang

Kecemasan, agitasi, ansietas, penurunan

penglihatanTidak Ada Memantau fungsi

ginjal

Profenid

Gejala nyeri yang dialami

pasien berkurang

Mual dan muntah, nefrotoksisitas,

neuropati sensorik perifer, ototoksisitas,

disfungsi saraf

Tidak ada Memantau fungsi hati, pencernaan

Transamin

Gejala pendarahan yang dialami

pasien berkurang

Gangguan pencernaan, mual, muntah, anoreksia,

sakit kepala.

Tidak ada

Memantau terjadinya gejala hypotensi, mual

dan muntah.

Omeprazole

Gejala mual yang dialami

pasien berkurang

Diare, nyeri lambung, mual, dan sakit kepala Tidak ada Tidak ada

Carboplatin

Dapat dilihat melalui data laboratorium

pasien

Anemia, mual, muntah,

trombositopeniaTidak ada Tidak Ada.

Avastin

Dapat dilihat melalui data laboratorium

pasien

Mual, muntah, nyeri perut Tidak ada Tidak Ada

Ceftriaxone Gejala infeksi yang dialami

pasien Dermatitis kulit, diare,

peningkatan

Tidak ada Tidak ada

Page 47: Tugas Khusus Riani Ya-1

44

berkurang

transaminase pada hati, eosinophilia, thrombositosis,

leukopenia

10. Konseling

a. Saya perkenalkan diri terlebih dahulu sebagai seorang apoteker

b. Saya persilahkan keluarga ibu yulia untuk duduk dan menanyakan

identitas ibu yulia kepada keluarganya, kemudian saya bertanya apakah

ibu yulia ada waktu sebentar untuk konseling obat yang diperolehnya.

c. Setelah ibu yulia merasa nyaman dan tidak keberatan untuk diberikan

konseling tentang obat yang diperolehnya dan konseling dapat dimulai.

Ibu yulia merupakan pasien rawat inap di RSUP Fatmawati sehingga hal -

hal yang dikonselingkan tidak terlalu banyak. Selanjutnya saya bertanya

kepada keluarga ibu yulia apa gejala-gejala yang dirasakan terkait

penyakitnya tersebut dan sejak kapan gejala-gejala tersebut muncul dan

bagaimana cara dia mengatasi gejala-gejala itu sebelum periksa ke dokter.

d. Selanjutnya saya menjelaskan tentang pengobatan kemoterapi yang di

gunaka ibu yulia, efek pengobatan kemoterapi yang dialami oleh ibu yulia

dan hal-hal yang perlu diperhatikan pasca menjalani kemoterapi.

e. Kemudian beritahu keluarga ibu yulia tentang hal-hal yang harus

diperhatikan untuk mengurangi luasnya paparan kanker melanoma, selain

dengan kemoterapi, seperti mengurangi paparan sinar matahari langsung,

olah raga yang teratur, pola makan yang baik dan istirahat yang cukup.

f. Terakhir saya ucapakan terimakasih kepada ibu yulia atas waktunya dan

nomer telpon saya supaya apabila ada yang tidak dimengerti keluarga ibu

yulia maka keluarga ibu yulia dapat bertanya via telpon.

9. PEMBAHASAN

Page 48: Tugas Khusus Riani Ya-1

45

Berdasarkan data subjektif yang tercatat dalam rekam medis, kondisi pasien

selama di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dalam kondisi sadar, dan keluhan

yang dialami pasien yaitu pendarahan yang disertai pusing dan mual-mual.

Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi pada pasien yang

terdiri atas pemeriksaan fisik (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan

kecepatan pernafasan), pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik

lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dapat terukur. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan data yang berhubungan dengan

diagnosis, mengacu pada hasil pemeriksaan sebelumnya.

Pasien didiagnosis menderita Kanker Ovarium. Berdasarkan terapi yang

diberikan, maka dilakukan penilaian sebagai berikut pasien diberikan Asam

mefenamat dan profenid digunakan sebagai antiinflamasi drugs karena pasien

mengeluhkan nyeri pada bagian perut pada sisi bawah dan nyeri pada anus.

Transamin injeksi diberikan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada

pasien, sedangkan ceftriaxone diberikan untuk mengurangi infeksi yang terjadi

saat pendarahan. Omeprazole digunakan untuk pre medikasi kemoterapi untuk

mengurangi asam lambung kemudian diberikan obat sitostatik seperti avastin, dan

carboplatin yang digunakan untuk mengobati kanker ovarium dan pasien juga

diberikan infus NaCl 0,9% sebagai pengganti kehilangan cairan tubuh, sehingga

tubuh memiliki energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan juga

sebagai sumber kalori.

Analisis masalah terkait obat adalah :

i. Pada kasus ini tidak terdapat indikasi yang tidak terobati. Semua indikasi

(diagnosis dan keluhan) mendapatkan obat yang sesuai dengan indikasinya.

ii. Pemberian obat tanpa indikasi : tidak ada

iii. Pemilihan obat tidak tepat : tidak ada

iv. Dosis terlalu tinggi : tidak ada

v. Dosis terlalu rendah : tidak ada

vi. Reaksi obat yang tidak dikehendaki : tidak ditemukan adanya gejala reaksi obat

yang tidak dikehendaki selama masa terapi pasien.

vii. Interaksi obat : Ada (ketoprofen+asam mefenamat)

Page 49: Tugas Khusus Riani Ya-1

46

Planning yang dapat dilakukan oleh Apoteker sehubungan dengan terapi pasien

adalah sebagai berikut : Kepada pasien menganjurkan untuk minum obat sesuai

anjuran dokter, tidak menambah dosis atau menghentikan obat secara mendadak

tanpa konsultasi dengan dokter, dan laporkan kepada dokter, perawat atau

apoteker apabila terjadi efek samping.

Kepada perawat, memberikan info kepada perawat tentang obat-obatan apa saja

yang digunakan pada terapi pasien beserta dosis juga aturan pemakaiannya

sehingga pemantauan dapat lebih maksimal, memberitahukan tentang efek

samping obat yang mungkin terjadi, dan monitor tekanan darah, pernafasan, nadi,

suhu serta perkembangan kesehatan pasien.

Kepada dokter, mendiskusikan terkait interaksi obat yang terjadi, mendiskusikan

dengan dokter efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang diminum pasien.

10. KESIMPULAN

Dalam kasus ini parameter pemantauan pasien yang dapat dilakukan ialah

memeriksa kondisi fisik pasien (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan

pernafasan), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan diagnostik lainnya untuk

memastikan tepat atau tidak terapi yang diberikan kepada pasien setelah pasien

mendapatkan terapi hingga pasien diperbolehkan perawatan rawat jalan. Dalam

kasus ini, DRP yang terjadi adalah interaksi asam mefenamat dengan ketoprofen

meskipun interaksi obat ini tidak terjadi tapi kemungkinan efek lain muncul dapat

terjadi karena interaksi kedua obat tersebut.

Page 50: Tugas Khusus Riani Ya-1

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik. Jakarta.

Anonim. 2012. Drug Information Handbook Edisi 21. American Pharmacists

Association.

Anonim. 2015. Drug Interaction Program. www.drugs.com

Anonim. 2015. Drug Information Program. www.mims.com

Akbar, Muhammad. 2014. Laporan Tugas Khusus Pemantauan Terapi Obat

Pasien Tuberculosa RS Hasan Sadikin. Universitas Jenderal Achmad

Yani. Bandung.

Katzung, B. G, 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8. Salemba Medika.

Jakarta.

Zaman, Nanizar., Joenoes. 2009. Ars Prescribendi. Resep yang Rasional.

Edisi 1. Surabaya : Airlangga University Press.

Page 51: Tugas Khusus Riani Ya-1

48

Page 52: Tugas Khusus Riani Ya-1

Lampiran 8.Analisis Kesesuaian Dosis Obat

No Nama Obat Dosis Literatur Dosis diberikan Keterangan 1 Neurobion 5000 Kasus berat 1 ampul/ hari melalui injeksi IM intragluteal dalam 1 amp/ 24 jam sesuai 2 Citicoline Neuroprotective: Dosis untuk terapi stroke dengan pembekuan darah: 500-

2000 mg/hari 2 X 1000 Sesuai

3 Parasetamol Dewasa Oral : 325 – 650 mg jika perlu setiap 4-6 jam. DM dewasa tidak boleh melebihi 4g/hari

500 mg jika suhu tubuh 37,30C

Sesuai

4 Reotal 200-300 mg dalam 250-500 mL cairan infus untuk 120-180 menit setiap pagi dan malam. Tidak lebih 1200 mg/24 jam

300 mg/12jam Sesuai

5 Novorapid 0,5-1 unit/kg/hari 3x4 Unit Tidak sesuai 6 Lovenox 1 mg/kg subcutaneously every 12 hours 2x0,6

(60 mg/0,6 mL) Sesuai

7 Ranitidin 50 mg setiap 6-8 jam 2x1 amp (50mg/ampul)

Sesuai

8 Ceftriaxone >12tahun dosis 1-2 g/hari 1 gr/12 jam Sesuai 9 Aspillet stroke iskemik akut dalam waktu 48 jam dari onset gejala harus diberikan

aspirin (160-325 mg / hari) 2x1 tab(80 mg)

Sesuai

10 Neurodex 2-3 tab/hari 2x1 tab Sesuai 11 Asam

traneksamat 500-1000 mg IV atau 500-2500 IV drip 500 mg/8 jam Sesuai

12 Simvastatin Initially dose : 10 mg/hari. Berat sampai sedang 5 mg/hari. Maksimal 40 mg/hari

20 mg/24 jam Sesuai

Page 53: Tugas Khusus Riani Ya-1