Upload
anifdownload
View
1.645
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PENGUASAAN STRUKTUR BAHASA DAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN
MEMBACA PEMAHAMAN
Sebuah Survei Guru SD di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Unit Kecamatan Kebumen
Usulan Penelitian Tesis ini Disusun untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
Edy Sukamsi
S 840908105
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2009
HUBUNGAN PENGUASAAN STRUKTUR BAHASA DAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN
MEMBACA PEMAHAMAN
Sebuah Survei Guru SD di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Unit Kecamatan Kebumen
Disusun oleh
Edy Sukamsi
S 840908105
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.
NIP. 130692078
Pembimbing II Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd.
NIP. 131106331
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.
NIP. 130692078
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................i
PENGESAHAN.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Teori....................................................................................7
1. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman...........................7
2. Hakikat Penguasaan Struktur Bahasa.....................................13
3. Hakikat Minat Membaca........................................................15
B. Penelitian yang Relevan...............................................................20
C. Kerangka Berpikir........................................................................22
1. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa
dan Kemampuan Membaca Pemahanan.................................22
2. Hubungan antara Minat membaca dan
Kemampuan Membaca Pemahaman......................................22
3. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Minat
Membaca dan Kemampuan Membaca Pemahaman...............22
D. Hipotesis Penelitian......................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................26
1. Tempat Penelitian ...................................................................26
2. Waktu Penelitian ....................................................................26
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel........................27
1. Populasi ..................................................................................27
2. Sampel ....................................................................................27
3. Teknik Penarikan Sampel .......................................................27
C. Desain Penelitian..........................................................................28
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..............................29
1. Variabel Penelitian .................................................................29
2. Definisi Konseptual.................................................................29
3. Definisi Operasional ...............................................................30
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................31
F. Instrumen Penelitian ....................................................................32
G. Validitas dan Reabilitas Instrumen ..............................................33
1. Validitas Instrumen ................................................................33
2. Reabilitas Instrumen ...............................................................34
H. Uji Normalitas .............................................................................35
I. Teknik Analisis Data ...................................................................36
J. Hipotesis Statistik.........................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek keterampilan
berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca sebagai
bagian dari aspek keterampilan berbahasa, memiliki peranan yang sangat penting
bagi peningkatan kualitas kehidupan seseorang. Dengan kemampuan membaca
yang memadai, seorang akan lebih mudah merespons berbagai sumber informasi
yang disampaikan melalui media tulisan (bacaan) secara tepat dan akurat.
Dalam era globalisasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang amat pesat ini, penyampaian informasi melalui media tulisan
untuk berbagai keperluan merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan.
Berbagai informasi seperti ilmu pengetahuan, teknologi terkini, berita, dan lain-
lain, sangat efektif disebarkan melalui media tulisan, baik dalam bentuk surat
kabar, tabloid, majalah, selebaran, internet, handphone (SMS), buku pelajaran dan
sebagainya. Untuk dapat mengakses perkembangan-perkembangan informasi itu
diperlukan kemampuan membaca. Jika sebagian informasi tersaji melalui media
elektronik seperti radio, televisi dan komputer, namun peranan media-media
tersebut tidak mengurangi pentingnya peranan membaca.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, membaca merupakan kegiatan
rutin. Lado (1997 : 223) menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman
merupakan kemampuan memahami dalam suatu bacaan melalui tulisan atau
bacaan. Hampir semua perolehan ilmu pengetahuan dilakukan melalui aktivitas
membaca. Bukan hanya siswa, seorang guru juga seharusnya memiliki
kemampuan membaca yang memadai. Keberhasilan mereka dalam melaksanakan
tugasakan sangat ditentukan oleh kemampuan membacanya, bahkan dalam
berbagai hal, kemampuan membaca tersebut akan mempengaruhi sudut pandang
mereka terhadap berbagai masalah yang dihadapinya. Lebih lengkap David Russel
seperti dikutip Ditjen Dikti (185 : 65-66) menyatakan bahwa kemampuan
membaca adalah kemampuan memberi respon yang tepat dan akurat terhadap
tuturan tertulis yang dibaca. Kedalamnya termasuk (1) kemampuan memberi
respon komunikatif terhadap kata-kata dan urutan kalimat yang diamati pada
permukaan bacaan. (2) kemampuan memberikan interpretatif terhadap hal-hal
yang tersimpan di sela-sela atau dibalik permukaan bacaan. Dan (3) kemampaun
memberikan respon evaluatif imajinatif terhadap keseluruhan bacaan
Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca telah menjadi kebutuhan setiap orang
dalam kehidupan modern sekarang ini, namun, perlu disadari bahwa kemampuan
membaca tidaklah diperoleh secara tiba-tiba, melainkan melalui proses
pembelajaran yang dipandu oleh guru, kemampuan membaca merupakan
kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh guru agar mereka dapat melaksankan
tugas dengan baik. Melalui berbagai kegiatan seperti Kelompok Kerja Guru
(KKG), para guru terus berupaya meningkatkan keterampilan membaca dengan
maksud agar guru mampu memahami makna dan isi informasi yang disampaikan
melalui media tulisan dengan cepat dan tepat.
Sebagaimana halnya guru SD di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Unit Kecamatan Kebumen selalu berusaha meningkatkan kemampuan
membacanya melalui berbagai kegiatan seperti KKG (Kelompok Kerja Guru),
Bedah buku materi ajar, dan sebagainya.
Namun, sampai sekarang kemahiran membaca mereka masih kurang
memuaskan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budhi Setiawan menyatakan
bahwa, permasalahan rendahnya kualitas kemampuan membaca di kalangan guru
ini disebabkan oleh beberapa hal. Mungkin (1) rendahnya minat baca; (2) tidak
cukupnya kesempatan guru untuk berlatih meningkatkan penguasaan struktur
bahasa; (3) kurang kegiatan praktik dalam meningkatkan kemampuan membaca
pemahanan; (4) kondisi perpustakaan sekolah yang kurang memadai, dan
sebagainya. Namun, diantara kemungkinan penyebab itu, dugaan peneliti,
rendahnya kemampuan membaca pemahaman mereka disebabkan oleh
penguasaan struktur bahasa dan minat membaca yang rendah. Gejala ini
menunjukkan adanya hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan
minat membaca dengan kemampuan membaca pemahaman.
Untuk dapat memahami makna dan isi informasi yang ada dalam sebuah
bacaan secara tepat, cepat dan akurat, seorang dituntut untuk memilih penguasaan
struktur bahasa dan minat membaca yang tinggi.
Pemahaman terhadap pesan informasi dalam teks-teks tertulis dapat
dilakukan dengan baik apabila pembaca dapat menangkap apa yang tersirat dan
tersurat. Untuk mencapai maksud tersebut, dibutuhkan penguasaan struktur
bahasa yang baik dan minat membaca yang tinggi.
Jawaban-jawaban yang diketengahkan di atas belum teruji kebenarannya.
Oleh sebab itu, untuk memastikan ada tidaknya hubungan yang positif antara
penguasaan struktur bahasa dan minat membaca dengan kemampuan membaca
pemahaman, diperlukan penelitian ini. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka
penelitian ini hanya akan membatasi pada :
1. Penguasaan struktur bahasa dalam kaitannya dengan kemampuan membaca
pemahaman.
2. Minat membaca dalam kaitannya dengan kemampuan membaca pemahaman.
3. Penguasaan struktur bahasa dan minat membaca dengan kemampuan
membaca pemahaman.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
dimuka, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan kemampuan
membaca pemahaman?
2. Apakah terdapat hubungan antara minat membaca dan kemampuan membaca
pemahaman?
3. Apakah terdapat hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan
minat membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca
pemahaman?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
penguasaan struktur bahasa, minat membaca guru, dan kemampuan membaca
pemahaman.
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan
kemampuan membaca pemahaman.
2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat membaca dengan
kemampuan membaca pemahaman.
3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan
minat membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca
pemahaman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan
teknologi serta seni budaya, khususnya di bidang pendidikan, terfokus lagi
dalam bidang pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberi motivasi kepada siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar
bahasa Indonesia khususnya kemampuan membaca pemahaman.
b. Bagi guru
Memberikan alternatif upaya untuk meningkatkan pelajaran bahasa
Indonesia khususnya kemampuan memabaca pemahaman.
c. Bagi Sekolah
Memberikan informasi ilmiah tentang pembelajaran bahasa Indonesia
untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman
Sebelum diuraikan panjang lebar tentang hakikat kemampuan
membaca pemahaman, berikut dipaparkan beberapa pendapat pakar
tentang konsep membaca pemahaman.
Henry Guntur Tarigan (1986 : 7) menyatakan bahwa membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis.
Membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
diberikan, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Guntur Tarigan
membuat klasifikasi mengenai membaca ini seperti tertera pada gambar
berikut ini :
Gambar 1. Klasifikasi Membaca oleh Henry Guntur Tarigan
Berkaitan dengan masalah yang dikaji, dalam penelitian ini,
paparan berikut akan lebih menitikberatkan pada membaca pemahaman.
Lebih lanjut Jazir Nurgiantoro (1971 : 90) menyatakan bahwa
membaca sesungguhnya ialah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja
sama beberapa keterampilan mengamati, memahami, dan memikirkan.
Dengan demikian membaca adalah interaksi antara pembaca dan teks, oleh
karenanya diperlukan pengetahuan tentang bahasa dan topik bacaan yang
cukup.
Membaca
Membaca nyaring
Membaca dalam hati
Membaca ekstensif
Membaca intensif
Membaca telaah bahasa
Membaca telaah isi
Membaca dangkal
Membaca survei
Membaca sekilas
Membaca sastra
Membaca bahasa
Membaca gagasan
Membaca kritis
Membaca pemahaman
Membaca teliti
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan suatu proses penangkapan ide penulis yang tertuang dalam
bacaan melalui suatu aktifitas yang melibatkan penglihatan, ingatan,
pemikiran, dan pemahaman yang disampaikan penulis melalui simbol-
simbol tertulis dan media kata-kata.
Selanjutnya berbicara tentang membaca pemahaman, Lado (1967 :
223) menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan
kemampuan memahami dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan.
Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa Lado menekankan
adanya dua hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu bahasa dan
simbol grafis. Lebih lanjut Lado menyatakan bahwa hanya orang yang
telah menguasai bahasa dan simbol grafis yang dapat melakukan kegiatan
membaca pemahaman. Hal senada diungkapkan oleh Godman (1980 : 15)
yang menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses
merekontruksi pesan yang terdapat dalam teks bacaan. Godman lebih
lanjut menerangkan bahwa proses rekonstruksi peran itu berlapis,
interaktif, dan didalamnya terjadi proses pembentukan dan pengujian
hipotesis. Hasil pengujian hipotesis ini menurut Godman akan dipakai oleh
pembaca sebagai kesimpulan mengenai pesan atau informasi yang
disampaikan oleh penulis.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan membaca
pemahaman terjadi apabila terdapat suatu ikatan yang aktif antara daya
pikir dan kemampuan yang diperoleh pembaca melalui pengalaman
membaca mereka. Dengan demikian yang dimaksud membaca adalah
proses pengolahan informasi secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan
tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
pemahaman adalah kesanggupan memahami ide atau isi pesan yang
tersurat maupun tersirat yang hendak disampaikan penulis melalui teks
bacaan atau bahasa tulis.
Pengukuran membaca pemahaman Burhan Nurgiantoro (1987 :
248) berpendapat bahwa pengukuran kegiatan membaca dapat mencakup
dua segi yaitu kemampuan dan kemauan. Kemampuan membaca lebih
berkaitan dengan aspek kognitif yang mencakup enam tingkatan sedang
faktor kemauan berkaitan dengan aspek afektif. Lebih lanjut Burhan
Nurgiantoro menyatakan bahwa wacana untuk tes membaca sebaiknya
tidak terlalu panjang. Dalam suatu tes lebih baik terdiri dari beberapa
wacana pendek dari pada sebuah wacana panjang (1987 : 248). Berbicara
masalah tes Burhan Nurgiantoro (1987 : 249) berpendapat bahwa tes esai
maupun objektif dapat dipilih, hanya saja untuk mengukur kemampuan
tingkat sintesis dan evaluasi bentuk tes esai lebih mudah disusun.
Sebagaimana halnya tes untuk mengukur kemampuan berbahasa
dan komponen bahasa yang lain, tes untuk mengetahui tingkat kemampuan
memahami isi bacaan dapat diselenggarakan dengan menggunakan
berbagai format tes yang tersedia. Tes membaca dapat disajikan dalam
bentuk tes subjektif dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab
melalui jawaban panjang dan lengkap sekedar jawaban-jawaban pendek.
Selain itu tes membaca dapat pula disajikan dalam salah satu bentuk tes
objektif, seperti tes melengkapi menjodohkan bentuk pilihan ganda atau
bentuk-bentuk gabungan.
Dari dua pendapat di atas mengatakan bahwa pengukuran
kemampuan membaca pemahaman dapat dilakukan melalui tes bentuk esai
maupun objektif dengan memperhatikan beberapa indikator. Adapun
tentang indikator kemampuan membaca pemahaman. David Russel seperti
dikutip Ditjen Dikti (185 : 65-66) menyatakan bahwa kemampuan
membaca adalah kemampuan memberi respon yang tepat dan akurat
terhadap tuturan tertulis yang dibaca. Kedalamnya termasuk (1)
kemampuan memberi respon komunikatif terhadap kata-kata dan urutan
kalimat yang diamati pada permukaan bacaan. (2) kemampuan
memberikan interpretatif terhadap hal-hal yang tersimpan di sela-sela atau
dibalik permukaan bacaan. Dan (3) kemampaun memberikan respon
evaluatif imajinatif terhadap keseluruhan bacaan. Kemampuan yang
pertama umumnya dikenal sebagai kemampuan membaca yang tersurat,
kemampuan yang kedua adalah kemampuan membaca yang tersirat, dan
kemampuan yang ketiga adalah kemampuan yang tersorot. Khususnya
kemampuan yang ketiga pertandanya antara lain adalah kemampuan
menilai kesahihan, kebenaran, dan kebergunaan bacaan dengan
menerapkan suatu kriteria tertentu di satu pihak dan kemampuan melihat
hubungan serta dampak bacaan terhadap suatu yang lebih luas dari pihak
lain.
Menurut Roekhan dan Martutik (1991 : 42-43), tes membaca
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan testi dalam memahami suatu
bacaan. Untuk mengukur kemampuan memahami bacaan diperlukan
bahan tes membaca yang berupa bacaan. Tes membaca merupakan tes
bahasa yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan guru dalam
memahami suatu bacaan yang dalam bacaan itu melibatkan aspek
pemahaman bahasa dan lambang tertulis, ide atau gagasan, serta nada dan
gaya penulisan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan
untuk tes membaca meliputi : (1) Tingkat kesulitan bacaan. Pemilihan
bacaan hendaknya tidak terlalu sulit atau terlalu mudah bagi testi. Tingkat
kesulitan bacaan sering disebabkan oleh faktor kekompleksan kosa kata
dan struktur yang ada dalam bacaan. (2) isi teks bacaan. Pemilihan bahan
bacaan sebaiknya diambil bacaan yang isinya ts terlalu asing sebab akan
menghasilkan tes membaca yang terlalu sulit. Sebaliknya tidak terlalu
mudah atau isinya terlalu umum, sebab akan menghasilkan tes yang terlalu
mudah. Pemilihan bacaan dapat didasarkan pada kondisi psikologi testi.
(3) Panjang pendeknya teks bacaan. Pemilihan teks bacaan yang dijadikan
bahan tes membaca hendaknya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu
pendek, tetapi dapat menampung ide secara utuh. Panjang bacaan
sebaiknya berisi kurang lebih 100 kata. Dari bacaan tersebut dapat
diturunkan 5 sampai 7 butir pertanyaan. (4) bentuk model wacana. Wacana
yang dipakai sebagai bahan tes membaca dapat berbentuk prosa atau
dialog sesuai dengan jenis kemampuan membaca yang diukur. Teks
bacaan dapat diambil dari buku pelajaran, majalah surat kabar, atau jurnal.
2. Hakikat Penguasan Struktur Bahasa
Setiap bahasa mempunyai struktur yang khas bagi bahasa yang
bersangkutan. Saskatchewan Education Goverment of Saskatchewan
menyatakan bahwa setiap bahasa adalah unit dalam kosa kata dan kalimat-
kalimat yang disusun dan diajarkan untuk menciptakan dan
menyampaikan makna. Grammar atau tata bahasa mengacu pada analisis
bahasa secara deskriptif yang mencoba menjelaskan prinsip-prinsip
struktur bahasa dan susunan kata-kata.
Struktur mempunyai peranan penting dalam bahasa. Istilah
struktural adalah nama susunan (atau konsisten di dalamnya dari kiri
kanan, sebagai segmen-segmen (Vechaar, 1996 : 369). Struktur sering
diistilahkan dengan kata bahasa struktur tata bahasa, struktur gramatikal,
atau kaidah bahasa (Burhan Nurgiantoro, 1988 : 1984). Lewat struktur
bahasa seorang dapat memahami (reseptif) dan menyampaikan (produktif)
makna penting maka penguasaan terhadap struktur bahasa sangat
diperlukan.
Struktur bahasa menunjukkan aturan atau kaidah bahasa. Apabila
kaidah bahasa tersebut dipahami dan dikuasai oleh seseorang
memungkinkan untuk memahami pembicaraan dari pihak lain dengan
tepat, dan dapat menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan kemauan
kepadap pihak lain dengan tepat pula.
Terdapat berbagai pendapat cakupan struktur bahasa Verhaar
(1992 : 12) menyatakan bahwa struktur bahasa meliputi fonologi,
morfologi dan sintaksis. Selanjutnya dia menegaskan bahwa termasuk
dalam tata bahasa adalah morfologi dan sintaksis, sedangkan fonologi
tidak bermakna, tetapi berfungsi sebagai pembeda makna.
Berbeda dengan pendapat di atas, Samsuri (1992 : 44) menyatakan
bahwa struktur bahasa mencakup fonologi, morfologi dan sintaksis.
Selabjutnya ia menyatakan bahwa tata bahasa tidak lain adalah kepandaian
membuat kalimat-kalimat gramatikal, terutama bagi para murid. Pendapat
lain dinyatakan oleh Chomsky (1965 : 16) yang menyatakan bahwa
gramatika meliputi tiga komponen, yaitu komponen fonologis, komponen
sintaksis dan komponen semantis. Pendapat-pendapat tersebut menyatakan
bahwa cakupan struktur bahasa meliputi fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Di samping itu juga semantis.
Bertolak dari pemaparan teori di atas, maka pada hakikatnya
penguasaan struktur bahasa adalah kecekapan atau kemampuan menguasai
sistem kaidah atau aturan-aturan dalam bahasa yang meliputi kaidah
morfologi, dan sintaksis (struktur kalimat), dan memahami hubungan antar
satu satuan kebahasaan, serta mengenali bagian-bagian kalimat seperti
kata, frasa, kalusa dan sebagainya. Sesuai dengan sistem bahasa yang
berlaku.
3. Hakikat Minat Membaca
Berkaitan dengan minat, berikut ini dipaparkan beberapa pendapat
para ahli tentang minat. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari
ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu.
(http://www.unika.ac.id /fakultas/psikologi/artikel/ss.i.pdf)
Lebih lengkap Bingham (1989 : 21) menjelaskan bahwa minat
adalah kencenderungan untuk ikut serta aktif dalam pengalaman-
pengalaman dan memelihara pengalaman tersebut. Minat (interest) dapat
dikatakan lawan dari keengganan (aversion) yang dirumuskan sebagai
kecenderungan untuk menjauhi terjadinya pengalaman tentang objek-
objek minat (interest) dan keengganan (aversion) sifatnya dinamik. Pada
suatu saat mungkin minat lebih kuat daripada keengganan, disebabkan
individu yang bersangkutan memusatkan perhatian kepadasalah satu objek
sehingga tidak ada kesempatan untuk memperhatikan objek lain.
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan
yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu
kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan
dengan segi kognitif, namun minat lebih dekat daripada perilaku
(http:www:baca.pnm.my/kajian/kajian3-bm/asp)
Minat akan selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik, mental, emosi, dan
lingkungan sosial. Minat merupakan suatu kekuatan motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dalam kehidupannya.
Disamping itu juga dapat dijadikan prasaran seseorang untuk mencurahkan
perhatiannya terhadap sesuatu atau aktivitas lain. Hal ini sesuai dengan
pendapat Crow L.D.A. Crow (1963 : 159) bahwa “Interest may be used to
refer to motivating for wich causes an individual to give attention to a
person, a think or activity”.
Minat sama dengan perangkat mental lainnya, yang dapat dilihat
dan diukur dari respon yang dihasilkan. Minat adalah suatu keadaan
mental yang menghasilkan respons terarahkan kepada suatu situasi atau
objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya
(satisfies). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi seba daya
penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang
spesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap
kegiatan dan menjadikan kegiatan itu sangat menyenangkan (excitement).
Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari
kombinas beberapa huruf dan kata. Juel C. (1988 : 57) mengartikan bahwa
membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata
dalam kalimat dan struktur bacaa. Hasil akhir dari proses membaca adalah
seseorang mampu membantu intisari dari bacaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca berarti
keterlibatan sepenuhnya dengan suatu kegiatan membaca karena
menyadari kegiatan itu. Juga berarti minat mengandung pengertian
pemusatan perhatian dan berhubungan erat dengan dorongan, motif-motif
atau respon-respon emosional yang dapat berupa orang, benda, aktivitas
maupun sesuatu yang mempengaruhi tujuan berfikir seseorang karena hal
tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya.
Berkaitan dengan kegiatan pengukuran minat membaca ada
beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat minat membaca
pada guru, antara lain :
1) Kemauan
Kartini Kartono (1980 : 83) berpendapat bahwa kemauan
adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup
tertentu yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi.
Aktivitas yang disadari ini akan berpengaruh pada sikap dan
tingkah laku pada seseorang. Kemauan yang merupakan aktivitas
sadar itu akan menumbuhkan rangsangan yang kuat untuk berusaha
melakukan perintah inertenalnya berdasarkan pertimbangan yang
masuk akan agar terpenuhi kebutuhan dalam dirinya. Sebagai seorang
guru yang masih dalam proses belajar, kemauan-kemauan ini harus
selalu ditimbulkan karena aktivitas yang dilaksanakan berdasarkan
perintah internalnya akan membuahkan hasil yang lebih baik, dan
lebih mendalam. Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk secara terus-
menerus akan membentuk sikap yang positif pada diri guru. Kemauan
guru mempunyai hubungan yang erat dengan minat yang dimiliki
guru. Minat yang telah dimiliki anak yang menjadi penyebab guru
mempunyai aktivitas. Dengan kemauan, guru dapat berinisiatif sendiri
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang
memuaskan.
2) Kesadaran
Perbuatan atau kegiatan membaca akan berhasil apabila
seseorang menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran akan membaca
akan mengantarkan guru untuk mencari dan bertindak untuk
memperoleh hasil yang maksimal, sehingga akan memperoleh
kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu
diulang-ulangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Witherington yang
diterjemahkan oleh Buchory (1987 : 135) bahwa minat adalah
kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau
suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa karena merasa ada
sesuatu yang kurang dari dirinya, maka dengan kesadaran yang tinggi
guru akan berusaha untuk membaca. Kondisi seperti ini lama
kelamaan akan menjadi kebiasaan yang mantap pada diri guru. Tanpa
disadarinya dalam diri guru akan terbentuk minat membaca pula, yang
akan memacu anak untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
3) Perhatian
Menurut Witherington (dalam Buchory, 1987 : 136) perhatian
adalah aktivitas yang vital dalam pendidikan. Sebab pada saat guru
terkonsentrasi, aktivitas jiwa secara maksimal bekerja. Guru akan
berusaha mengenal dan memahami objek yang diperhatikan dengan
sebaik-baiknya.
Perhatian yang timbul dalam diri guru akan menghasilkan
proses membaca yang lebih baik daripada perhatian yang ditumbuhkan
akibat rangsangan dari luar. Apabila dalam diri guru sudah ada minat,
perhatian yang dilakukan oleh guru merupakan perhatian yang spontan
keluar dari dalam diri guru sendiri. Hal ini akan lebih menguntungkan
dalam proses membaca, sesuai dengan pendapat Bimo Walgito (1980 :
69) bahwa perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu, bila
individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu, terhadap objek itu
biasanya timbul perhatian yang spontan secara otomatis.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa minat dan perhatian ada
kaitannya yang saling mendukung dan saling mengisi sebagai modal
penting dalam aktivitas membaca.
4) Perasaan Senang
Menurut Wingkel (1986 : 90) berpendapat bahwa minat adalah
kecenderungan yang terdapat dalam subjek untuk merasa tertarik pada
bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang
itu.
Menurut pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa minat
merupakan motor penggerak psikis dimana minat menimbulkan rasa
senang. Dalam hal ini rasa senang merupakan sikap positif bagi
aktivitas membaca. Perasaan merupakan aktivitas psikis yang tidak
boleh diabaikan karena perasaan dalam diri akan berpengaruh pada
aktivitas membacanya. Perasaan itu akan menentukan sikap guru
dalam menanggapi objek yang dihadapinya. Perasaan senang, puas
atau gembira akan membentuk sikap dan positif sedangkan perasaan
takut, sedih dan sebagainya akan menimbulkan sikap negatif. Sikap
positif ini dapat diperkuat dengan alasan yang rasional, sehingga
mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk selalu berada pada jalur
yang mengarah pada pencapaian tujuan. Dengan merasa senang,
motivasi intrinsik dapat berkembang. Guru mempuyai gairah dan
semangat untuk membaca, sehingga aktivitas membaca yang
dilakukan guru akan berjalan dengan lancar dan berhasil dengan
memuaskan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Budhi Setiawan dari PPS IKIP Jakarta dengan Judul “Hubungan
antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan Penalaran dengan
Kemampuan Membaca Pemahaman”. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa S1
Jurusan PMIPA dari PIPS FKIP UNS Tahun 1997. Penelitian ini mempunyai
persamaan dengan penelitian tersebut di atas, persamaan tersebut terletak pada :
(1) variabel terikatnya yaitu kemampuan membaca pemahaman; (2) salah satu
variabel bebasnya yaitu penguasaan struktur bahasa; (3) metode penelitian yang
digunakan yaitu metode survei melalui studi korelasional; (4) teknik analisis data
dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi, baik sederhana maupun
ganda; (5) teknik pengambilan sampel yaitu cluster random sampling. Sementara
perbedaannya terletak pada : (1) salah satu variabel terikatnya; (2) hipotesis yang
diajukan; (3) tempat, waktu, data dan sumber data penelitian; (4) jumlah sampel
penelitian sebanyak 50 sampel.
Selanjutnya Mulyono dari PPS Universitas Sebelas Maret Surakarta
dengan judul “Kontribusi Kompetensi Kebahasaan dan Motivasi Berprestasi
Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman”. Penelitian dilakukan pada siswa
SMA Negeri 1 Wuryantoro Tahun 2007. Penelitian ini mempunyai persamaan
dengan penelitian tersebut di atas, persamaan tersebut terletak pada : (1) variabel
terikatnya yaitu membaca pemahaman; (2) metode penelitian yang digunakan
yaitu survei melalui studi korelasional; (3) teknik analisis data dengan
menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi baik sederhana maupun ganda;
(4) teknik pengambilan sampel yaitu cluster random sampling. Sementara
perbedaannya terletak pada : (1) variabel terikatnya; (2) hipotesis yang diajukan;
(3) tempat, waktu, dan sumber data penelitian; (4) jumlah sampel penelitian.
C. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan
Membaca Pemahaman
Penguasaan struktur bahasa merupakan pemahaman dan penguasaan
seseorang terhadap bagian aspek-aspek bahasa, atau bagian dari pengetahuan
terhadap sistem bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika penguasaan
seseorang terhadap struktur bahasa baik tinggi maka akan cenderung memiliki
kemampuan membaca pemahaman yang baik. Dengan demikian diduga
terdapat hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dengan
kemampuan membaca pemahaman.
2. Hubungan antara Minat Membaca dan Kemampuan Membaca
Pemahaman
Keberhasilan seseorang dalam meningkatkan kemampuan membaca
sangat tergantung pada minat membaca yang ada pada dirinya, karena dengan
minat membaca seseorang akan lebih mudah memahami materi bahasa
Indonesia termasuk pemahaman.
Dengan demikian diduga terdapat hubungan positif antara kemampuan
membaca pemahaman dengan minat membaca.
3. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Minat Membaca
dengan Kemampuan Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan dalam
memahami ide atau isi pesan yang tersurat maupun tersirat yang hendak
Penguasaan struktur Bahasa
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Keterampilan Membaca
Pemahaman
Rendah
Tinggi
Minat Membaca
1a
3a
2a
1b 2b
3b
disampaikan penulis melalui teks bacaan atau bahasa tulis. Kemampuan
membaca pemahaman sangat dipengaruhi oleh penguasaan struktur bahasa
yang dimilikinya, berupa pemahaman terhadap sistem kaidah atau aturan-
aturan dalam bahasa serta keadaan jiwa saat mereka belajar. Diduga terdapat
hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan minat membaca guru
secara bersama-sama dengan kemampuan membaca pemahaman.
Gambar 1. Kerangka berpikir
Penguasaan Struktur Bahasa
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Minat Membaca
Tinggi
Rendah
Keterampilan Membaca
Pemahaman
3a
3b
2b
2a1a
1b
Keterangan :
1a. Penguasaan struktur bahasa tinggi bekencenderungan keterampilan
membaca pemahaman juga tinggi.
1b. Penguasaan struktur bahasa rendah berkecenderungan keterampilan
membaca pemahaman juga rendah.
2a. Minat membaca tinggi berkecenderungan keterampilan membaca
pemahaman juga tinggi.
2b. Minat membaca rendah berkecenderungan keterampilan membaca
pemahaman juga renda.
3a. Penguasaan struktur bahasa dan minat membaca secara bersama-sama
tingg berkecenderungan keterampilan membaca pemahaman juga tinggi.
3b. Penguasaan struktur bahasa dan minat membaca secara bersama-sama
rendah berkecenderungan keterampilan menulis juga rendah.
D. Hipotesis Penelitian
Dari latar belakang, kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara penguasaan struktur bahasa dengan kemampuan
membaca pemahaman pada guru SD UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Unit Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.
2. Terdapat hubungan antara minat membaca dengan kemampuan membaca
pemahaman pada Guru SD UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit
Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen
3. Terdapat hubungan antara penguasaan struktur bahasa dan minat membaca
dengan kemampuan membaca pemahaman pada Guru SD UPT Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen Kabupaten
Kebumen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di UPT Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen Kabupaten
Kebumen yang dilakukan pada guru kelas. Adapun lokasi penelitian adalah di
Gugus Soka Sewu, Gugus Pagerkodok, Gugus Mercubuana dan Gugus
Kalapaking.
2. Waktu Penelitian
Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis KegiatanTahun 2009
Mei Juni Juli Agustus Sept Okto1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal x x x x
2. Pengkajian dan penyusunan teori
x x x x
3. Penyusunan instrumen
x x x
4. Uji coba dan analisis hasil uji coba
x x x x
5. Pengumpulan data penelitian
x x
6. Pengolahan dan analisis data
x x x x
7. Penyusunan penelitian x x x
B. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.
Populasi penelitian ini diambil dari seluruh guru kelas SD UPT Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen, jumlah populasi
dalam penelitian ini sebesar 800 guru dari 82 SD/MI.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti untuk
menentukan jumlah anggota sampel yaitu jika peneliti mempunyai beberapa
ratus subyek dalam populasi. Namun demikian dalam penelitian ini ditetapkan
60 guru sebagai sampel. Untuk mengambil sampel dilakukan secara random
dengan teknik undian.
3. Teknik Penarikan Sampel
Populasi target penelitian ini adalah guru kelas sekolah dasar,
sedangkan populasi terjangkau adalah guru kelas SD Negeri se UPT Dinas
Kecamatan Kebumen. Seluruhnya berjumlah 800 guru. Adapun sampel
penelitian ini dijaring dengan menggunakan proporsional random sampling.
Digunakan cara ini, karena di dalam populasi penelitian ini terdapat
kemampuan motivasi belajar dan penguasaan struktur bahasa yang beragam
sehingga memungkinkan dilaksanakannya teknik tersebut (Suharsimi, 1990:
127). Lebih lanjut untuk tujuan efisiensi sampling dilakukan dengan
menentukan sebanyak 10% dari populasi, sehingga terdapat sejumlah 80 guru
sebagai sampel.
C. Desain Penelitian
Bertolak dari pemikiran tersebut peneliti mempunyai paradigma hubungan
antara variabel bebas dan terikat sebagai berikut :
Gambar 2. Desain Penelitian Korelasi
Keterangan :
1. Hubungan penguasaan struktur bahasa dengan keterampilan membaca
pemahaman.
2. Hubungan minat membaca dengan keterampilan membaca pemahaman.
3. Hubungan penguasaan struktur bahasa dan minat membaca dengan
keterampilan membaca pemahaman.
Penguasaan Struktur Bahasa (X1)
Minat Membaca (X2)
Keterampilan Membaca Pemahaman
1
3
2
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu (1) Penguasaan struktur
bahasa (X1) dan (2) Minat membaca (X2), dan satu variabel terikat yaitu
keterampilan membaca pemahaman. (Y).
2. Definisi Konseptual
a. Kemampuan Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan
memahami arti atau makna suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan.
Adapun unsur yang diukur dalam kemampuan membaca pemahaman
adalah : (1) Kemampuan membaca respon komunikatif terhadap kata-kata
dan urutan kalimat yang diamati pada permukaan bacaan; (2) Kemampuan
memberikan interpretetif terhadap hal-hal yang tersimpan di balik bacaan
dan (3) Kemampuan memberikan respon evaluastif-imajinatif terhadap
keseluruhan bacaan.
b. Penguasaan Struktur Bahasa
Pemahaman bacaan sangat dipengaruhi oleh penguasaan struktur
bahasa. Kemampuan menguasai struktur bahasa adalah pemahaman atau
kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan struktur bahasa yang
dikuasai.
c. Minat Membaca
Minat merupakan keingian yang kuat dari seorang guru untuk
melakukan kegiatan membaca yang menjadi kegemarannya dan dipilih
karena kegiatan tersebut menyenangkan hatinya serta memberikan nilai
kepadanya. Indikator untuk mengukur minat adalah : 1. Situasi dan kondisi
guru membaca. (2) jumlah buku. (3) Fasilitas penunjang, dan penyediaan
waktu. (4) Variasi jenis bacaan.
3. Definisi Operasional
a. Kemampuan Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca pemahaman adalah skor yang diperoleh
guru setelah mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman. Skor ini
merupakan cerminan kemahiran atau kemampuan guru dalam memahami
wacana.
Aspek yang diukur meliputi: (a) pemahaman isi wacana, dan
(b) kecepatan membaca.
b. Penguasaan Struktur Bahasa
Penguasaan struktur bahasa adalah skor yang diperoleh guru
setelah guru mengikuti tes penguasaan struktur bahasa yang dilakukan
dalam penelitian. Skor ini merupakan cerminan tingkat penguasaan
struktur bahasa guru. Aspek yang diukur meliputi: (a) morfologi,
(b) sintaksis, (c) hubungan antar satu satuan kebahasaan, dan (d) bagian-
bagian kalimat.
c. Minat Membaca
Minat membaca adalah skor yang diperoleh guru setelah menjawab
atau mengerjakan angket minat membaca. Skor ini merupakan cerminan
dari gejala psikis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap
aktivitas membaca.
Indikator untuk mengukur minat membaca adalah: (a) situasi dan
kondisi guru membaca, (b) jumlah buku, (c) fasilitas penunjang dan
penyediaan waktu, dan (d) variasi jenis bacaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Tes objektif bentuk pilihan ganda
Tes ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan
membaca pemahaman guru.
2. Tes objektif bentuk pilihan ganda
Tes ini digunakan untuk mendapatkan data tentang penguasaan
struktur bahasa guru.
3. Angket
Angket ini digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya minat
membaca guru, dan penskorannya menggunakan skala Likert.
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian yang akan diteliti
yaitu :
1. Instrumen Kemampuan Membaca Pemahaman
Untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman digunakan tes
objektif bentuk pilihan ganda. Adapun jumlah yang dikembangkan ada 60
butir dengan 5 alternatif jawaban dan kriteria jawabannya, jika benar di nilai
satu, jika salah dinilai nol.
2. Instrumen Penguasaan Struktur Bahasa
Untuk mengetahui penguasaan struktur bahasa digunakan tes objektif
bentuk penelitian ganda. Adapun jumlah yang dikembangkan ada 60 butir
dengan 5 alternatif jawaban dan kriteria jawabannya jika benar dinilai satu,
jika salah dinilai nol.
3. Instrumen Minat Membaca
Untuk mengetahui minat membaca guru digunakan angket yang terdiri
dari item yang bersifat posotif dan negatif. Masing-masing butir pernyataan
dalam angket terdiri dari 5 alternatif jawaban.
1. Item yang bersifat positif : jawaban a mendapat skor 5, jawaban b
mendapat skor 4, jawaban c mendapat skor 3, jawaban d mendapat skor2,
jawaban e mendapat skor 1.
2. Item yang bersifat negatif : jawaban a mendapat skor 1, jawaban b
mendapat skor 2, jawaban c mendapat skor 3, jawaban d mendapat skor 4,
jawaban e mendapat skor 5.
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas Instrumen
Validitas menentukan sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur (Moch. Nasir, 1999 : 281). Untuk menguji
validitas instrumen penguasaan struktur bahasa dan kemampuan membaca
pemahaman, peneliti menggunakan rumus Korelasi Point Biseral, sebagai
berikut :
(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000 : 122)
Keterangan :
rbis (i) : Koefisien korelasi antara skor butir soal nomor 1 dengan skor total
X1 : Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal
nomor i
Xt : Rata-rata skor total semua responden
St : Standar deviasi semua responden
Pi : Porporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
qi : Proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i
Untuk menguji validitas instrumen angket minat membaca dilakukan
terhadap validitas isi dengan menggunakan rational judgement yaitu
menentukan butir-butir angket telah menggambarkan indikator-indikator
dalam variabel minat membaca atau belum uji validitas angket minat
membaca dicari dengan teknik korelasi product moment angka kasar.
Berikut ini rumus korelasi product moment angka kasar yang
dimaksudkan untuk melakukan analisis uji validitas minat membaca :
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat pengukur secara
ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang hendak diukurnya (Muh. Nasir, 1999
: 281). Dalam hal ini untuk menghitung reliabilitas instrument penguasaan
struktur bahasa dan kemampuan membaca pemahaman, digunakan rumus K
R.20 sebagai berikut :
(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000 : 145)
Keterangan :
rii : koefisien reliabilitas tes
k : jumlah soal yang valid
piqi : hasil perkalian jawaban benar dan salah
St2 : standar deviasi total
Untuk menguji realibilitas angket minat membaca dilakukan dengan
menggunakan formula Alpha Cronbach sebagai berikut :
(Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000 : 145)
Keterangan :
rii : koefisien reliabilitas tes
k : cacah butir
Si2 : standar deviasi butir
St2 : standar deviasi total
H. Uji Normalitas
Dalam hal ini uji persyaratan sebelum rumus-rumus di atas digunakan
untuk menganalisis data, sebelumnya data yang diperoleh perlu duji
persyaratannya. Uji persyaratan dalam penelitian ini dengan uji normalitas
masing-masing data dengan menggunakan teknik Lilliefors.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data secara deskriptif digunakan untuk pemaparan atau
penyajian data. Analisis data secara deskriptif meliputi tendensi dan dan penyajian
data. Tendensi ini mencakup tendensi sentral dan penyebaran data. Sementara itu
penyajian data mencakup destribusi frekuensi, histogram/polygon atau frekuensi
nilai dan diagram pencar regresi.
Teknik analisis data secara interfensial digunakan untuk pengujian
hipotesis atau penarikan kesimpulan. Analisis data secara interensial dengan
menggunakan teknik regresi (sederhana dan ganda). Adapun model atau bentuk
persamaan garis regresi linear yang akan dicari adalah :
1. Regresi Y atas X1 dengan model Ŷ = a + b X1
2. Regresi Y atas X2 dengan model Ŷ = a + b X2
3. Regresi Y atas X1, X2 dengan model Ŷ = bo + b1 X1 + b2 X2
Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y serta X2
dan Y digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
Keterangan :
rxy : koefisien reliabilitas tes kemampuan menulis
N : banyaknya responden
X : nilai pertama
Y : nilai kedua
XY : hasil perkalian antara nilai pertama dan kedua
Sedangkan untuk menghitung koefisien ganda antara X1 X2 dengan Y.
Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :
JK(reg) = a1x1y1 + a2x2y2
Keterangan :
R : koefisien determinasi untuk X1 dan X2
JK (reg) : jumlah kuadrat regresi
∑ y2 : skor total tes kemampuan menulis
J. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik yang dikemukakan adalah :
1. H0 : = 0
H1 : > 0
Keterangan : = koefisien antara X1 dan Y
2. H0 : = 0
H1 : > 0
Keterangan : = koefisien antara X2 dan Y
3. H0 : = 0
H1 : > 0
Keterangan : = koefisien antara X1, X2 dan Y
DAFTAR PUSTAKA
Bingham, Walter V. 1989. Aptitudes and Aptitude Testing. New York : Harper and Brother.
Budhi Setiawan. 1997. Hubungan antara Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan Penalaran dengan Kemampuan Membaca Pemahaman. Tesis PPS IKIP Jakarta.
Burhan Nurgiyantoro. 1987. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFF.
Chomsky, Noam. 1965. Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge : MIT Press.
Crow. L.D.A. Crow. 1963. An Outline of General Psychology. New Jersey. Littlefield Adams & Co.
Depdiknas. 1998. Bahasa Indonesia SD Kelas VI. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. 2003. Dasar-Dasar Didaktik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta.
Djaali, Pudji Mulyono, Ramly. 2000. Penelitian dalam Pendidikan. IKIP Jakarta.
Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Goodman, Kenneth. 1973. Psycholinguistics Nature of Reading Process. Detroit : Rinehart and Winston.
Henry Guntur Tarigan, 1994. Pengajaran Kosa Kata. Bandung : Aksara.
Henry Guntur Tarigan. 1987. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Hockett, Charles F. 1958. A Course in Modern Linguistics. New York : Mac Millan.
Juel, C. 1988. Learning to Read and Write : A Longitudinal Study of 54 Children from First through Fourth Grade. Journal of Educational Psychology.
Kartini Kartono. 1980. Teori Kepribadian. Bandung : Alumni.
Lado, Robert. 1967. Language Testing. London : Longman.
Moch. Nasir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Mulyono. 2006. Kontribusi Kompetensi Kebahasaan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman. Tesis. PPS UNS Surakarta.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Pasaribu, I.L., dan B Simanjutak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Roekhan dan Martutik. 1991. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang : YA3.
Samsuri. 1992. Analisa Bahasa. Jakarta : Erlangga.
Sarwidji dan Suhita, Raheni. 1992. Pengantar Pragmatik. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Balai Pustaka.
Verhaar, J.W.M. 1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Winkel. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.
Witherinton, H.C. 1987. Educational Psycology. Terjemahan M. Buchory. Bandung : Jammars.