HASIL DISKUSI KELOMPOK PEMICU 1
MODUL SARAF JIWA
KELOMPOK 4
FASILITATOR : dr. FRANCISCA DIANA A, M.SC
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA 2015
KELOMPOK 4
Finkainarae FAA 113 038
Inda Yanti FAA 113 039
Jean Stepani Saragih FAA 113 042
Theresia Alfionita Sinulingga FAA 113 043
Alamul Huda FAA 113 044
Muhammad Yamin FAA 113 046
Azka Rizky Pamula FAA 113 047
Rera Richard Rabi Mewo FAA 113 048
Anggini Tsamaratul Qolby FAA 113 049
Al Fattah Nandayu Setiawan FAA 113 050
PEMICU 1
Ny S, 56 tahun, ditemukan pingsan saat tidur malam oleh suaminya. Kemudian suami
memanggil tetangganya, seorang dokter, saat diperiksa pasien tidak sadar. Pasien kemudian
dibawa ke rumah sakit, dalam pemeriksaan status generalis tidak didapatkan adanya kelainan.
Pasien tidak memberikan kontak yang adekuat selama 1 hari dalam. Hari kedua perawatan,
pasien mulai sadar dan mengenali keluarganya, tetapi tidak dapat berbicara karena lidah
terasa kaku dan tertarik ke belakang. Pada hari ketiga perawatan, pasien mulai dapat
berbicara kembali dengan lancar.
Pemeriksaan neurologis pada hari kedua, tidak dijumpai adanya tanda rangsang meningeal,
pupil bulat diameter 3 mm, isokor, refleks cahaya langsung dan tak langsung (+/+), tidak ada
kelumpuhan saraf kranialis, fungsi motorik dengan kekuatan 5 pada keempat ekstremitas,
refleks fisiologis dalam batas normal, tidak dijumpai adanya refleks patologis, sistem
sensorik dalam batas normal, serta fungsi otonom dalam batas normal.
Dalam riwayat penyakitnya didapatkan informasi bahwa, empat bulan terakhir ini pasien
sibuk mengurus cucu pertamanya yang tinggal 300 m dari rumah pasien. Pasien merasakan
sangat repot karena harus mengurus 2 rumah sehingga ia merasa kelelahan dan tidak dapat
mengikuti pengajian lagi seperti biasanya (sebelum dia mempunyai cucu), serta tidak
mempunyai waktu untuk mengurus keuangan pengajian.
KATA KUNCI
Wanita, 56 tahun
Pingsan saat tidur
Status generalis normal
Tidak ada kontak adekuat selama 1 hari
Hari kedua mulai sadar, tidak dapat berbicara karena lidah kaku dan tertarik ke
belakang
Hari ketiga mulai dapat berbicara kembali dengan lancar
Pemeriksaan neurologis : > rangsang meningeal (-)
> pupil bulat, d = 3 mm
> kelumpuhan saraf kranialis (-)
> kekuatan fungsi motorik = 5, pada semua ekstremitas
> refleks patologis (-)
> refleks fisiologis normal
> refleks sensorik normal
> refleks otonom normal
IDENTIFIKASI MASALAH
Wanita 56 tahun pingsan
4 bulan terakhir merasa kelelahan
Hari pertama : tidak memberikan kontak yang adekuat
Hari kedua : tidak dapat berbicara karena lidah kaku dan tertarik ke belakang.
ANALISIS MASALAH
Wanita, 56 tahun
Pingsan saat tidur
Datang ke dokter
Anamnesis Pemeriksaan
Riwayat Dulu Riwayat Sekarang Status generalis Pemeriksaan Neurologis
4 bulan terakhir mengalami kelelahan
- Kehilangan kesadaran saat tidur
- Hari pertama tidak ada kontak yang adekuat.
- Hari kedua tidak dapat berbicara, lidah kaku dan tertarik ke belakang
Normal Normal
Gangguan
Kesadaran
Gangguan Normal
SSP SST Fisiologi kesadaran
Derajat kesadaran
Anatomi SSP
RIND
HIPOTESIS
Nyonya S 56 tahun mengalami gangguan kesadaran pada sistem saraf pusat akibat kelelahan
dan stress.
PERTANYAAN TERJARING
1. Jelaskan anatomi sistem saraf pusat!
2. Bagaimana fisiologi kesadaran?
3. Jelaskan tingkat kesadaran!
4. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Pusat!
5. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Tepi!
6. Jelaskan hubungan kelelahan dengan gangguan kesadaran pada pemicu!
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi hilangnya kesadaran?
8. Bagaimana cara pemeriksaan kesadaran?
9. Apa saja yang termasuk pemeriksaan neurologis? Jelaskan!
10. Jelaskan mengenai RIND (Reversible Ischemic Neurologist Deficit)!
a. Definisi
b. Patofisiologi
c. Etiologi
d. Tatalaksana
e. Pemeriksaan Fisik
f. Pemeriksaan penunjang
g. Faktor resiko
h. Edukasi
11. Mengapa lidah kaku dan tertarik ke belakang sehingga tidak dapat berbicara?
12. Mengapa terjadi kontak yang tidak adekuat?
13. Apa hubungan status generalis dan pemeriksaan neurologis yang normal dengan
gangguan kesadaran pada pasien di pemicu?
14. Bagaimana pemeriksaan penunjang dengan gejala tidak sadar atau sinkop?
15. Apa saja pemeriksaan psikiatri yang perlu dilakukan pada pasien di pemicu?
JAWABAN PERTANYAAN TERJARING
1. Jelaskan anatomi sistem saraf pusat!
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea) serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba) sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:
Telensefalon (end brain) Diensefalon (inter brain) Mesensefalon (mid brain) Metensefalon (after brain) Mielensefalon (marrow brain)
Telensefalon(end brain) terdiri dari:
Hemisfer serebri
kortek serebri sistem limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala)
Diensefalon (inter brain) terdiri dari:
Epitalamus Talamus Subtalamus Hipotalamus
Mesensefalon (mid brain) terdiri dari:
Kolikulus superior Kolikulus inferior Substansia nigra
Metensefalon (after brain) terdiri dari:
Pons Serebelum Mielensefalon Medula oblongata
Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor
Suplai darah otak
Otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
1. Arteri karotis interna
2. Arteri vertebro basiler
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
3 pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8 5 pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12 4 pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Otak dilihat dari bawah menunjukkan saraf kranial
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b. Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Parasimpatik
mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung membesarkan bronkus menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan mengerutkan kantung kemih
Simpatik
memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung mengecilkan bronkus menghambat sekresi kelenjar pencernaan menghambat kontraksi kandung kemih
SUMBER :
Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka. Medan : Fakultas Kedokteran USU
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya
Sari,Mega. 2004. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Medan : Fakultas Kedokteran USU
Sinaga, Erlintan dkk. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan : FMIPA Unimed
2. Bagaimana fisiologi kesadaran?
Otak memiliki kurang lebih 15 miliar neuron yang membangun substansia alba dan
substansia grisea. Otak merupakan organ yang sangat kompleks dan sensitif.
Fungsinya sebagai pengendali dan pengatur seluruh aktivitas, seperti : gerakan
motorik, sensasi, berpikir, dan emosi. Sel-sel otak bekerja bersama- sama dan
berkomunikasi melalui sinyal-sinyal listrik.
Kata kesadaran merujuk kepada keadaan mengetahui secara subyektif tentang dunia
luar dan diri sendiri, termasuk mengetahui alam pikirannya sendiri-yaitu, kesadaran
akan pikiran, persepsi, mimpi dan sebagainya. Meskipun tingkat akhir kesadaran
terletak di korteks serebri dan sensasi kasar tentang kesadaran terdeteksi oleh talamus
namun pengalaman sadar bergantung pada terintegrasinya fungsi berbagai bagian
saraf.
SUMBER :
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta : EGC, h. 181
3. Jelaskan tingkat kesadaran!
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen
karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga
tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau
sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan
dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat
kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran
dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan
aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus
(koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis,
alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia;
peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi
(encephalitis); epilepsi.
4. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Pusat!
STROKE
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu yang menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat
merusak atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
Berdasarkan etiologinya, penyakit stroke dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: stroke
perdarahan/stroke hemoragik dan stroke iskemik/stroke non hemoragik.
STROKE HEMORAGIK merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke. Stroke
hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Sebagian dari lesi yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid
(PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme
lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin.
Yang menjadi penyebab dari stroke hemoragik adalah hipertensi, gangguan
perdarahan, pemberian antikoagulan yang terlalu agresif (terutama pada pasien usia
lanjut), dan pemakaian amfetamin dan kokain intranasal. Biasanya stroke
hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan
kesadaran. Tindakan pencegahan utama untuk perdarahan otak adalah mencegah
cedera kepala dan mengendalikan tekanan darah.
STROKE ISKEMIK didefinisikan secara patologis sebagai kematian jaringan otak
karena pasokan darah yang tidak adekuat. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa
terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke
otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stroke iskemik, antara
lain:
- Lakunar
- Trombosis pembuluh besar dengan aliran pelan
- Embolisme
- Kriptogenik
- Displasia fibromuskular
- Arteritis (Arteritis temporalis, poliarteritis nodosa)
- Gangguan hiperkoagulasi
Jenis stroke iskemik berdasarkan penyebabnya, yaitu:
Stroke Trombotik Pembuluh Besar
Sebagian besar stroke trombotik disebabkan oleh trombosis yang menjadi
penyulit aterosklerosis. Sebagian besar stroke trombotik terjadi pada saat
tidur dan evolusi gejala dan tanda cenderung bertahap selama beberapa hari
sejak awitan.
Penurunan tekanan darah sistemik yang mendadak dan besar dapat
mengurangi CBF dan memicu stroke, terutama pada pasien dengan lesi
aterosklerotik stenotik dan hipertensi kompensatorik.
Stroke Embolik
Sebagian besar embolus yang menyebabkan stroke berasal dari trombus.
Asal tersering adalah jantung atau dari suatu lesi aterosklerotik.
Stroke embolik biasanya terjadi saat aktivitas dan menimbulkan defisit
neurologic mendadak dengan efek maksimum saat awitan.
Faktor Resiko utama untuk penyakit stroke adalah hipertensi kronik. Selain itu ada
beberapa faktor resiko lainnya yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit
stroke yaitu: fibrilasi atrium, diabetes mellitus, apnea tidur, kecanduan alcohol,
merokok, kegemukan (obesitas), faktor demografik (usia lanjut, ras, etnis, dan
riwayat stroke dalam keluarga) dan penyakit jantung koroner (PJK).
EPILEPSI
Epilepsi merupakan suatu penyakit yang terjadi karena dilepaskannya letusan-
letusan listrik (impuls) pada neuron-neuron di otak. Epilepsi adalah gangguan
susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit,
attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala.
Etiologi epilepsi:
- Faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen)
- Kelainan pada menjelang-sesudah persalinan.
- Cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak,
adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami operasi otak.
- Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat
pula menyebabkan kejang. Bisa akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak,
radang otak, oerdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan),
gangguan elektrolit, gangguan metabolism, gangguan peredaran darah,
keracunan, alergi dan cacat bawaan.
Klasifikasi epilepsi, dapat menjadi 3 golongan utama antara lain:
- Epilepsi Grand Mal
Ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron di
seluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang
otak dan thalamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
- Epilepsi Petit Mal
Biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan
kesadaran selama 3 sampai 30 detik,dimana selama waktu serangan ini
penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch-like),
biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.
- Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hamper setiap bagian otak, baik region
setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada
serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh lesi organik setempat
atau adanya kelainan fungsional.
Trauma Kepala
Trauma kepala merupakan suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala. Etiologinya kecelakaan, jatuh, kecelakaan saat olahraga,
anak dengan ketergantungan, dan cedera akibat kekerasan.
Manifestasi Klinik hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih,
kebingungan, iritabel, pucat, mual muntah, pusing kepala, terdapat hematoma,
kecemasan sukar untuk dibangunkan, bila fraktur mungkin adanya cairan
serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila
fraktur tulang temporal.
PENYAKIT INFEKSI PADA SISTEM SARAF PUSAT
MENINGITIS
Radang dari cairan serebrospinal yang meliputi serebrum dan medulla spinalis.
ABSES OTAK
Peradangan piogenik dalam jaringan otak.
TROMBOFLEBITIS SINUS
Peradangan dan thrombosis dari sinus venosus intra-kranial.
TETANUS
POLIOMYELITIS
MALARIA SEREBRAL
CYSTICERCOSIS CEREBRAL
BOVINE SPONGIOFORM ENCEPHALOPATY/MAD COW DISEASE
5. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Tepi!
Neuropati diabetik
Neuropati diabetik berawal muncul sebagai akibat perubahan biokimiawi dimana
belum terdapat kelainan patologik dan masih reversible. Fase ini di kenal dengan
neuropati fungsional (subklinis).
Ketika gejala sudah dapat dikeluhkan oleh pasien beari kerusakan sudah
melibatkan struktur serabut saraf, namun masih terdapat komponen yang
reversible. Fase ini disebut neuropati struktural (klinis). Kerusakan struktural yang
dibiarkan begitu saja kematian neuro yang sifatnya irreversible.
Neurofibromatosis
Merupakan salah satu jenis tumor jinak yang berasal dari jarigan ikat pembungkus
saraf tepi.Bermanifestasi pada kulit sebagai suatu benjolan-benjolan lunak berbatas
tegas, tidak nyeri, mudah digerakkan, serta ditemukan adanya bercak yang
berwarna merah sampai cokelat. Benjolan-benjolan yang tumbuh pada kulit ini
penyebarannya bisa sampai ke semua anggota tubuh, dari kepala sampai kaki,
sepanjang saraf tepi.
Gambaran klinis, utamanya di samping benjolan atau tumor jinak dengan diameter
beberapa milimeter atau >8 cm, bercak kecokelatan didaerah ketiak dan
selangkangan, juga adanya gangguan pada mata berupa iris hamartoma (lesi kecil
berwarna kuning sampai cokelta di daerah iris mata, yang akan mengganggu
penglihatan).
Selain itu, muncul gejala tambahan yang bisa terjadi atau komplikasinya berupa
stenosis arteri ginjal (hilangnya elastisitas pembuluh darah ginjal), stenosis
adueduct (kekakuan saluran kelenjar air mata sehingga mata sering berair), optic
glicoma (tumor pada saraf mata yang dapat menyebabkan kebutaan), gangguan
pendengaran, dan berbagai variasi gangguan pada tulang belakang seperti skoliosis
(tulang belakang yang bengkok ke kanan atau kiri), kolap vertebral (penyempitan
tulang belakang) dan gangguan tulang panjang seperti pseudoarthrosis tulang kaki,
tibia, dan fibula.
Neuropati perifer
Neuropati perifer (peripheral neuropathy.PN), yaitu penyakit pada saraf perifer.
Kurang lebih 30% ODHA mengalami PN. Sebagian PN diakibatkan kerusakan
pada sumbu serabut saraf (akson), yang mengirimkan perasaan pada otak.
Kadang, PN disebabkan kerusakan pada selubung serabut saraf (mielin) yang
mempengaruhi isyarat nyeri (sakit) yang di kirimkan ke otak.
Gejala yang nampak dari penyakit ini adalah kesemutan, pegal, mati rasa atau rasa
seperti terbakar pada kaki dan jari kaki, tetapi juga dapat dialami pada tangan dan
jari, juga dapat dirasakan seperi di gelitiki, nyeri tanpa ada alasan, atau rasa yang
tampak lebih hebat dari biasanya. Gejala PN dapat bersifat sementara : kadang
sangat sakit, kemudian tiba-tiba hilang. PN parah dapat menggangguan waktu
berjalan kaki atau berdiri.
Polineuropati
Gangguan fungsi saraf tepi secara stimultan. Ada beberapa penyebab, antara lain
adalah infeksi, gangguan metabolisme, dan gangguan endokrin. Degenerasi akson
dan demielinisasi segmental dapat terjadi, dan badan sel neuron juga dapat terlibat.
Pada kasus yang ringan, keadaan ini bersifat reversibel, tetapi pada kasus berat
dapat bersifat permanen.
Polineuropati Idiopatik Akut (Sindrom Guillan-Barre)
Sindrom klinis yang penyebabkan belum diketahui yang menyakut serabut saraf
perifer dan kranial. Suatu penelitian menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan
reaksi autoimun yang menyerang mielin saraf perifer.
Gejalanya diawali dengan parestesia (kesemutan dan kebas) serta kelemahan otot
kaki dan dapat berkembang ke ekstremitas atas, otot wajah. Saraf kranial lebih
sering terkena daripada saraf perifer, seperti paralisis otot wajah, okuler,
oropharing yang menyebabkan susah berbicara, mengunyah, dan menelan.
Disfungsi otonom sering memperlihatkan reaksi berlebihan atau kurangnya reaksi
SSP ( gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan TS, dan dapat juga nyeri
berat dan menetap pada punggung dan daerah kaki, kehilangan sensasi.
Penatalaksanaannya :
Pertimbangkan kedaruratan medis dan pasien di tangani di unit perawatan
intensif
Plasmaferesis digunakan pada pasien yang terserang dengan hebat untuk
membatasi penyimpangan dan demielinisasi
Pemantauan EKG kontinu : amati dan tangani disritmia jantung. Atropin untuk
menghindari bradikardi
Fibroma jinak atau sarkoma ganas dapat timbul dalam jaringan ikat saraf dan tidak
berbeda dengan tumor-tumr serupa di tempat lain. Neurilemmoma diduga berasal
dari sel Schwann. Tumor tersebut dapat timbul dari trunkus saraf, saraf spina atau
kranal, dan dapat ditemukan disemua bagian saraf tersebut. Tumor primer dari
akson sangat jarang ditemukan.
6. Jelaskan hubungan kelelahan dengan gangguan kesadaran pada pemicu!
Pada dasarnya aktivitas kerja merupakan pengerahan tenaga dan pemanfaatan organ-
organ tubuh melalui koordinasi dan perintah oleh pusat syaraf.Besar kecilnya
pengerahan tenaga oleh tubuh sangat tergantung dari jenis pekerjaan (fisik atau
mental).Secara umum jenis pekerjaan yang bersifat fisik memerlukan pengerahan
tenaga yang lebih besar dibandingkan jenis pekerjaan yang bersifat mental.Bekerja
mengakibatkan aktivitas persyarafan bertambah, otot-otot menegang, meningkatnya
peredaran darah ke organ-organ tubuh yang bekerja, napas menjadi lebih dalam,
denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Pada kerja fisik, peranan pengerahan
tenaga otot lebih menonjol dan untuk kerja mental peranan kerja otak yang lebih
dominan.
Bekerja adalah katabolisme yaitu menguraikan atau menggunakan bagian-bagian
tubuh yang telah dibangun sebelumnya. Dalam keadaan demikian, sistem saraf utama
yang berfungsi adalah komponen simpatis. Maka pada kondisi seperti itu, aktivitas
tidak dapat dilakukan secara terus-menerus, melainkan harus diselingi istirahat untuk
memberi kesempatan tubuh melakukan pemulihan. Penggunaan energi harus
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan energi (untuk bekerja) dengan
penggantian kembali sejumlah energi yang telah digunakan (istirahat). Kedua proses
tersebut merupakan suatu bagian integral dari kerja otot, kerja jantung dan
keseluruhan fungsi biologis tubuh.
Kelelahan akibat kerja diatur secara sentral oleh otak.Pada susunan syaraf pusat
terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis).Istilah
kelelahan akibat kerja biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Menurut Nurmianto perasaan adanya kelelahan akibat kerja ditandai dengan berbagai
kondisi, antara lain kelelahan visual (indera penglihatan) disebabkan oleh penerangan
dan seringnya akomodasi mata; kelelahan di seluruh tubuh; kelelahan urat syaraf;
stres (pikiran tegang) dan rasa malas untuk bekerja (circadianfatigue).
Ada beberapa pendapat mengenai tipe kelelahan akibat kerja. Muchinsky menyatakan
ada empat tipe kelelahan yakni:
a. Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan
tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan
perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut
pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru
yang melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan
mendesain ulang peralatan atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap
kerja yang lebih efisien.
b. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang
monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran
dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang
lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan
konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini
diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih
bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.
c. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan
umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar
di tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan
pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan
karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.
d. Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan menurunnya perhatian
pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada
kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif.
Penurunan ini diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil
dan pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar
terhindar dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup.
Pada kondisi kelelahan akan mempengaruhi suplai nutrisi sebagai sumber metabolism
dan distribusi oksigen ke berbagai jaringan tubuh. Pada kondisi seperti kelelahan otot
suplai nutrisi dan distribusi oksigen akan cendrung meningkat pada jaringan otot
sedang pada jaringan lain seperti otak akan menurun. Kondisi yang demikian, yaitu
terjadi penurunan suplai nutrisi oleh karena hipoglikemi ataupun distribusi oksigen
(hipoksia) pada jaringan otak, jika terjadi pada bagian sistem saraf pusat yang
berfungsi sebagai pusat kesadaran maka dapat menimbulkan penurunan kesadaran.
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi hilangnya kesadaran?
Kesadaran adalah kesiagaan seseorang terhadap diri dan sekitarnya. Secara
patofisiologi, kesadran normal tergantung dari input sensorik ke otak dan aktivitas
intrinsik sistem aktivasi retikuler, formasio retikularis asendens di batang otak dan
hubungan rostralnya yang mempertahankan korteks serebri tetap dalam keadaan
siaga. Penyebab atau faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat kesadaran yaitu
adanya lesi struktural fokal di otak atau oleh proses yang lebih difus :
Struktural : Infratentorial (secara langsung melibatkan batang otak) misalnya trauma,
infark, perdarahan, tumor, demielinisasi. Supratentorial (menekan batang otak) Penyebab patologi serupa terutama yang mengenai hemisfer serebri kanan.
Difus :
o Penurunan ketersidiaan substansi yang dibutuhkan untuk metabolisme normal
otak (hipoksia,hipoglikemia)o Penyakit metabolik lainnya (misalnya gagal ginjal, gagal hati, hipotermia,
defisiensi vitamin)o Epilepsi ( mempengaruhi aktivitas listrik normal batang otak)
o Inflamasi otak atau selaput otak (ensefalitis, meningitis)
o Obat-obatan dan tosin (opiat, antidepresan, hipnotik, alkohol)
Pada pemicu termasuk struktural karena adanya infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar) dengan ditandai lesi batang otak misalnya perubahan kesadaran.
8. Bagaimana cara pemeriksaan kesadaran?
Mengukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin
adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan
derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan
hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang
mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah
sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang
nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun
diberi rangsang nyeri (unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang
kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya
apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness),
dan tidak ada respon (unresponsiveness).
Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata ,
bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi
tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi
saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…
V…M…Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)
9. Apa saja yang termasuk pemeriksaan neurologis? Jelaskan!
Kepala dan Leher
- Bentuk : simetris atau asimetris
- Fontanella : tertutup atau tidak
- Transiluminasi
Rangsang meningeal
- Kaku kuduk : Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan
pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,
kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat
bersifat ringan atau berat
- Kernig sign : Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90°. Setelah itu
tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut
lebih dari 135° terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum
atau kurang dari sudut 135°, maka dikatakan Kernig sign positif.
- Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign) : Pasien berbaring dalam sikap
terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang
sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan
didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif bila
gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul
kedua tungkai secara reflektorik.
- Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign) : Pasien berbaring
terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut,
kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan
secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan
panggul ini menandakan test ini postif.
- Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring
lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat
lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi
harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal
dapat dicapai sudut 70° sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah
timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70° maka disebut tanda
Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60°.
Saraf-saraf otak
o Nervus I (olfaktorius)
- Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.
- Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam.
- Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.
- Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak
sesuai misalnya minyak kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.
- Kakosmia adalah mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.
- Halusinasi penciuman adalah bila tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa
adanya perangsangan maka kesadaran akan suatu jenis bau ini
o Nervus II (optikus)
- Tajam penglihatan : membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa
dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misal jam
didinding, membaca huruf di buku atau koran.
- Lapangan pandang : Yang paling mudah adalah dengan munggunakan
metode Konfrontasi dari Donder. Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri
kurang lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa
mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan
tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien
disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu
melihat ke mata kanan pasien. Setelah pemeriksa menggerakkan jari
tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan gerakan
dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari –
jari pemeriksa, ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan
pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan
kampus penglihatan (visual field) maka pemeriksa akan lebih dahulu
melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua
jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.
- Melihat warna
- Refleks ancaman
- Refleks pupil
o Nervus III (okulomotorius)
- Pergerakan bola mata ke arah : atas, atas dalam, atas luar, medial, bawah,
bawah luar.
- Diplopia (melihat kembar)
- Strabismus (juling)
- Nistagmus (gerakan bola mata diluar kemauan pasien)
- Eksoftalmus (mata menonjol keluar)
- Pupil : lihat ukuran, bentuk dan kesamaan antara kiri dan kanan
- Refleks pupil (refleks cahaya)
Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil. Normal, akibat
adanya cahaya maka pupil akan mengecil (miosis). Perhatikan juga apakah
pupil segera miosis, dan apakah ada pelebaran kembali yang tidak terjadi
dengan segera.
Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan pada
satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.
- Rima palpebra
- Deviasi konjugae
o Nervus IV (trochlearis)
- Pergerakan bola mata ke bawah dalam
o Nervus V (trigeminus)
- Pemeriksaan motorik : membuka dan menutup mulut; palpasi otot
maseter dan temporalis; kekuatan gigitan.
Cara :
o pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba M.
masseter dan M. temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar
dan tonus nya sama.
o Pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah ada deviasi
rahang bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi
lesi. Sebagai pegangan diambil gigi seri atas dan bawah yang harus
simetris.Bila terdapat parese disebelah kanan, rahang bawah tidak
dapat digerakkan kesamping kiri. Cara lain pasien diminta
mempertahankan rahang bawahnya kesamping dan kita beri tekanan
untuk mengembalikan rahang bawah keposisi tengah.
- Pemeriksaan sensorik : dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri
dan suhu, kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang
bawah.
- Refleks kornea : Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan
menutup matanya atau menanyakan apakah pasien dapat merasakan.
- Refleks masseter : Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang
pada bagian tengah dagu, lalu pasien dalam keadaan mulut setengah
membuka dipukul dengan ”hammer reflex” normalnya didapatkan sedikit
saja gerakan, malah kadang kadang tidak ada. Bila ada gerakan hebat yaitu
kontraksi M. masseter, M. temporalis, M. pterygoideus medialis yang
menyebabkan mulut menutup ini disebut refleks meninggi.
- Refleks bersin : menggunakan kapas.
Nervus VI (abdusens)
- Pergerakan bola mata ke lateral
Nervus VII (fasialis)
- Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh
lipatannya tidak dalam), mimik, mengangkat alis, menutup mata (menutup
mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa), moncongkan
bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien bersiul,
dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama kuat.
Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh).
- Pemeriksaan fungsi sensorik :
o 2/3 bagian depan lidah : Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah,
kemudian pada sisi kanan dan kiri diletakkan gula, asam,garam atau
sesuatu yang pahit. Pasien cukup menuliskan apa yang terasa diatas
secarik kertas. Bahannya adalah: glukosa 5 %, NaCl 2,5 %, asam sitrat
1 %, kinine 0,075 %.
o Sekresi air mata : Dengan menggunakan Schirmer test (lakmus merah).
Ukuran : 0,5 cm x 1,5 cm. Warna berubah jadi biru; normal: 10–15 mm
(lama 5 menit).
Nervus VIII (vestibulo-koklearis)
- Pemeriksaan fungsi n. koklearis untuk pendengaran
o Pemeriksaan Weber : Maksudnya membandingkan transportasi
melalui tulang ditelinga kanan dan kiri pasien. Garputala
ditempatkan didahi pasien, pada keadaan normal kiri dan kanan
sama keras (pasien tidak dapat menentukan dimana yang lebih
keras). Pendengaran tulang mengeras bila pendengaran udara
terganggu, misal: otitis media kiri, pada test Weber terdengar kiri
lebih keras. Bila terdapat “nerve deafness” disebelah kiri, pada test
Weber dikanan terdengar lebih keras.
o Pemeriksaan Rinne : Maksudnya membandingkan pendengaran
melalui tulang dan udara dari pasien. Pada telinga yang sehat,
pendengaran melalui udara didengar lebih lama daripada melalui
tulang. Garputala ditempatkan pada planum mastoid sampai pasien
tidak dapat mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala dipindahkan
kedepan meatus eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih
terdengar dikatakan test positip. Pada orang normal test Rinne ini
positif. Pada “conduction deafness” test Rinne negatif.
o Pemeriksaan Schwabah : Pada test ini pendengaran pasien
dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang dianggap
normal. Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat
telinga pasien. Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu
tala ditempatkan didekat telinga pemeriksa. Bila masih terdengar
bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan bahwa Schwabach lebih
pendek (untuk konduksi udara). Kemudian garpu tala dibunyikan
lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid pasien. Dirusuh
ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tidak mendengar lagi maka
garpu tala diletakkan di tulang mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa
masih mendengar bunyinya maka dikatakan Schwabach (untuk
konduksi tulang) lebih pendek.
- Pemeriksaan fungsi n. vestibularis untuk keseimbangan
o Pemeriksaan dengan tes kalori
Bila telinga kiri didinginkan (diberi air dingin) timbul nystagmus
kekanan. Bila telinga kiri dipanaskan (diberi air panas) timbul
nistagmus kekiri. Nystagmus ini disebut sesuai dengan fasenya yaitu
: fase cepat dan fase pelan, misalnya nystagmus kekiri berarti fase
cepat kekiri. Bila ada gangguan keseimbangan maka perubahan
temperatur dingin dan panas memberikan reaksi.
o Pemeriksaan ‘past pointing test’
Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari
telunjuknya, kemudian dengan mata tertutup pasien diminta untuk
mengulangi. Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
o Tes Romberg
Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan
kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki
yang lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih.
o Stepping test
Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup, sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini pasien
diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak dari
tempatnya selama test berlangsung. Dikatakan abnormal bila
kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya
semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
Nervus IX
- Pemeriksaan motorik : disfagia, palatum molle, uvula, disfonia, refleks
muntah.
o Cara 1 : Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan
huruf “a”. Jika ada gangguan maka otot stylopharyngeus tak dapat
terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga hidung dan rongga
mulut masih berhubungan sehingga bocor. Jadi pada saat
mengucapkan huruf “a” dinding pharynx terangkat sedang yang
lumpuh tertinggal, dan tampak uvula tidak simetris tetapi tampak
miring tertarik kesisi yang sehat
o Cara 2 : Pemeriksa menggoreskan atau meraba pada dinding
pharynx kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka
tidak terjadi refleks muntah.
- Pemeriksaan sensorik : pengecapan 1/3 belakang lidah
Nervus X
Pemeriksaan bersamaan dengan nervus IX.
Nervus XI
- Memeriksa tonus m. sternocleidomastoideus : Dengan menekan pundak
pasien dan pasien diminta untuk mengangkat pundaknya.
- Memeriksa tonus m. trapezius : Pasien diminta untuk menoleh kekanan dan
kekiri dan ditahan oleh pemeriksa , kemudian dilihat dan diraba tonus dari
m. sternocleidomastoideus.
Nervus XII
Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka perkataan-perkataan tidak
dapat diucapkan dengan baik, hal demikian disebut: dysarthria. Dalam
keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya tergeser kedaerah lumpuh karena
tonus disini menurun. Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi
yang sakit. Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah. Kekuatan
otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah kesamping pada pipi dan
dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi pipi.
Pemeriksaan sistem motorik
Pemeriksaan sistim motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu
untuk menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.
Pengamatan
Gaya berjalan dan tingkah laku.
Simetri tubuh dan ektremitas.
Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll.
Gerakan volunter
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa,
misalnya:
Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.
Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
Gerakan jari- jari kaki
Palpasi otot
Pengukuran besar otot.
Nyeri tekan.
Kontraktur.
Konsistensi (kekenyalan).
Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada:
Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis,
HNP
Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas)
Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas)
Kontraktur otot
Konsistensi otot yang menurun terdapat pada
Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.
Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di “motor end plate”
Perkusi otot
Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat
dan berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja.
Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi (biasanya
terdapat pada pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk).
Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik
oleh karena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada
biasa.
Tonus otot
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa
kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi
pada sendi siku dan lutut. Pada orang normal terdapat tahanan yang
wajar.
Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan
LMN).
Hipotoni : tahanan berkurang.
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini
dijumpai pada kelumpuhan UMN.
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada
Parkinson.
Kekuatan otot
Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot
ada dua cara:
Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya
dan pemeriksa menahan gerakan ini.
Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien
dan ia disuruh menahan.
Cara menilai kekuatan otot:
0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan
gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot
tersebut.
2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan
gaya berat (gravitasi).
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi
sedikit tahanan yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)
Sistem sensibilitas
Eksteroseptif : terdiri atas rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.
Rasa nyeri bisa dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya dengan
menusuk menggunakan jarum, memukul dengan benda tumpul,
merangsang dengan api atau hawa yang sangat dingin dan juga dengan
berbagai larutan kimia.
Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan
air es untuk rasa dingin, dan untuk rasa panas dengan air panas. Penderita
disuruh mengatakan dingin atau panas bila dirangsang dengan tabung
reaksi yang berisi air dingin atau air panas. Untuk memeriksa rasa dingin
dapat digunakan air yang bersuhu sekitar 10-20 °C, dan untuk yang panas
bersuhu 40-50 °C. Suhu yang kurang dari 5 °C dan yang lebih tinggi dari
50 °C dapat menimbulkan rasa-nyeri.
Rasa raba dapat dirangsang dengan menggunakan sepotong kapas, kertas
atau kain dan ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya
tekanan atau pembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan
bandingkan bagian-bagian yang simetris.
Proprioseptif : rasa raba dalam (rasa gerak, rasa posisi/sikap, rasa getar dan
rasa tekanan)
Rasa gerak : pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari telunjuk
dan jempol jari tangan pemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupun
kesamping kanan dan kiri, kemudian pasien diminta untuk menjawab
posisi ibu jari jempol nya berada diatas atau dibawah atau disamping
kanan/kiri.
Rasa sikap : Tempatkan salah satu lengan/tungkai pasien pada suatu posisi
tertentu, kemudian suruh pasien untuk menghalangi pada lengan dan
tungkai. Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujung telunjuk
kanan, ujung jari kelingking kiri dsb.
Rasa getar : Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja atau benda
keras lalu letakkan diatas ujung ibu jari kaki pasien dan mintalah pasien
menjawab untuk merasakan ada getaran atau tidak dari garputala tersebut.
Diskriminatif : daya untuk mengenal bentuk/ukuran; daya untuk mengenal
/mengetahui berat sesuatu benda dsb.
Rasa gramestesia : untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan
diatas kulit pasien, misalnya ditelapak tangan pasien.
Rasa barognosia : untuk mengenal berat suatu benda.
Rasa topognosia : untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh
pasien.
Refleks
Refleks fisiologis
Biseps
- Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
- Respons : fleksi lengan pada sendi siku.
- Afferent : n. musculucutaneus (C5-6)
- Efferenst : idem
Triseps
- Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi.
- Respons : extensi lengan bawah disendi siku
- Afferent : n. radialis (C 6-7-8)
- Efferenst : idem
KPR
- Stimulus : ketukan pada tendon patella
- Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps
emoris.
- Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)
- Afferent : idem
APR
- Stimulus : ketukan pada tendon achilles
- Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. Gastrocnemius
- Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
- Afferent : idem
Periosto-radialis
- Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi
- Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena
kontraksi m. Brachioradialis
- Afferent : n. radialis (C 5-6)
- Efferenst : idem
Periosto-ulnaris
- Stimulus : ketukan pada periosteum proc. styloigeus ulnea, posisi
lengan setengah fleksi & antara pronasi – supinasi.
- Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadratus
- Afferent : n. ulnaris (C8-T1)
- Efferent : idem
Refleks patologis
Babinski
- Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
anterior.
- Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari
kaki.
Chaddock
- Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar
malleolus lateralis dari posterior ke anterior.
- Respons : seperti babinski
Oppenheim
- Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distal
- Respons : seperti babinski
Gordon
- Stimulus : penekanan betis secara keras
- Respons : seperti babinski
Schaeffer
- Stimulus : memencet tendon achilles secara keras
- Respons : seperti babinski
Gonda
- Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat
- Respons : seperti babinski
Hoffman
- Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
- Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya berefleksi
Tromner
- Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien
- Respons : seperti Hoffman
Koordinasi
Termasuk dalam pemeriksaan koordinasi :
- Lenggang
- Bicara : berbicara spontan, pemahaman, mengulang, menamai.
- Menulis : mikrografia pada Parkinson’s disease
- Percobaan apraksia : ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang
terampil : mengancing baju, menyisir rambut, dan mengikat tali sepatu
- Mimik
- Tes telunjuk : pasien merentangkan kedua lengannya ke samping sambil
menutup mata. Lalu mempertemukan jari-jarinya di tengah badan.
- Tes telunjuk-hidung : pasien menunjuk telunjuk pemeriksa, lalu menunjuk
hidungnya.
- Disdiadokokinesis : kemampuan melakukan gerakan yang bergantian secara
cepat dan teratur.
- Tes tumit-lutut : pasien berbaring dan kedua tungkai diluruskan, lalu pasien
menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain.
Vegetatif
Pemeriksaan vegetatif :
- Vasomotorik : pembuluh darah à digores merah
- Sudomotorik : berkeringat
- Pilo-erektor : merinding à tangan pemeriksa setelah memegang es, lalu
memegang pasien
- Miksi
- Defekasi
- Potensi libido
Vertebra
- Bentuk, scoliosis, hiperlordosis, kifosis
Tanda-tanda perangsangan radikuler
1. Laseque : kaki difleksikan pada sendi panggul dengan sendi lutut tetap
ekstensi à tahanan dengan sudut > 60°
2. Cross Laseque : lakukan tes Laseque, nyeri pada kaki yang berlawanan
3. Patrick
4. Contra-Patrick
Gejala-gejala Cerebellar
o Ataksia : gangguan gerakan jalan yang tidak teratur oleh karena impuls
proprioseptif tidak dapat diintegrasikan (gangguan koordinasi gerakan).
o Disartria : gangguan kata-kata.
o Tremor : intention tremor : iregular, bertambah kasar bila tangan menuju suatu
arah atau sasaran.
o Nistagmus : tes kalori
o Fenomena Rebound : tidak mampu menghentikan gerakan tepat pada
waktunya. Penderita memfleksikan tangan dan disuruh menahan tahanan oleh
pemeriksa, lalu pemeriksa melepaskan tangannya dengan tiba-tiba à ditahan
oleh otot-otot triseps à normal.
o Vertigo : gangguan orientasi ruangan dimana perasaan dirinya bergerak
berputar terhadap ruangan di sekitarnya atau ruangan sekitarnya bergerak
terhadap dirinya.
Gejala-gejala ekstrapiramidal
o Tremor : resting tremor/Parkinson tremor
o Rigiditas : hipertonus otot-otot
o Bradikinesia : gerakan melambat
Fungsi Luhur
1. Kesadaran kualitatif
2. Ingatan baru
3. Ingatan lama
4. Orientasi : diri, tempat, waktu, situasi
5. Inteligensia : normal, terganggu
6. Daya pertimbangan : baik, kurang
7. Reaksi emosi : normal, terganggu
8. Afasia : gangguan berbahasa (gangguan dalam memproduksi atau memahami
bahasa)
- Ekspresif : motorik, area Brocca
- Reseptif : area Wernicke
9. Agnosia : ketidakmampuan mengenali benda-benda yang telah dikenali
sebelumnya.
- Agnosia visual : tidak mampu mengenali objek secara visual
- Agnosia jari : ketidakmampuan mengidentifikasi jarinya atau jari orang
lain → pasien menutup mata, pemeriksa memegang salah satu jari pasien,
dan pasien membuka mata dan menunjukkan jari yang diraba tadi.
10.Akalkulia : ketidakmampuan berhitung
11.Disorientasi kanan-kiri
10. Jelaskan mengenai RIND (Reversible Ischemic Neurologist Deficit)!
a. Definisi
RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit) atau Transient Ischemic Attack
(TIA) adalah cedera pada otak yang disebabkan oleh gangguan sementara pasokan
darah. Sebuah TIA seperti stroke, kecuali itu berlangsung hanya dalam waktu
singkat.
b. Patofisiologi
Selama serangan iskemik transien, ada kurangnya aliran darah ke bagian otak. Hal
ini menyebabkan gejala pada tubuh tergantung pada bagian otak yang
terpengaruh. Sebuah TIA dapat bertahan hingga 24 jam. Namun, TIA khas sering
berlangsung kurang dari 30 menit. Orang tetap sadar selama episode.
c. Etiologi
Faktor nonmodifiable adalah orang yang tidak dapat diubah oleh individu dan
mencakup:
- Bertambahnya usia. Risiko seseorang terkena stroke ganda setiap tahun setelah
usia 55.
- Ras. Stroke terjadi sekitar dua kali lebih sering pada orang kulit hitam dan
hispanik seperti yang mereka lakukan dalam putih.
- Gender. Pria memiliki kesempatan 50% lebih tinggi stroke daripada wanita.
- Riwayat keluarga stroke atau serangan iskemik transien
Terdokumentasi dengan baik faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah mereka
yang dapat diubah oleh individu dalam hubungannya dengan penyedia layanan
kesehatan nya. Faktor-faktor ini terkait dengan stroke temuan penelitian yang
kuat, dan ada didokumentasikan bukti bahwa mengubah faktor risiko menurunkan
risiko seseorang terkena stroke. Faktor-faktor ini meliputi:
- Tekanan darah tinggi
- Rokok
- Diabetes
- Stenosis karotis asimtomatik, atau penyempitan salah satu arteri di leher
- Anemia sel sabit, gangguan darah yang membentuk sel-sel darah merah yang
abnormal
- Tingkat tinggi kolesterol dalam darah, termasuk kolesterol total dan ldl atau
"kolesterol jahat." rendahnya tingkat hdl atau "kolesterol baik" juga
memprihatinkan.
- Fibrilasi atrium, irama jantung yang abnormal
d. Tatalaksana
Kebanyakan orang dengan serangan iskemik transien diperlakukan langsung
dengan aspirin dan kemudian dengan pengencer darah jika mereka tidak memiliki
perdarahan ke dalam otak. Pengencer darah membantu mencegah TIA lebih lanjut
atau stroke.
Karena gejala TIA adalah sama dengan stroke, sistem medis darurat harus segera
dihubungi. Gejala-gejala ini termasuk mendadak:
- Sakit kepala parah
- Kelemahan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu
sisi tubuh
- Pusing
- Kesulitan berjalan atau kehilangan keseimbangan, yang dikenal sebagai
ataksia
- Kebingungan
- Gangguan bicara, termasuk kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
- Tunanetra
Tipe tertentu dari obat mungkin diperlukan dalam kasus-kasus khusus. Misalnya,
orang-orang dengan infeksi jantung dapat diberikan antibiotik. Mereka dengan
arteritis sering diberikan kortikosteroid, seperti prednison, untuk mengurangi
peradangan di otak.
Jika seseorang memiliki penyempitan yang signifikan dari arteri karotid, sebuah
endarterektomi karotid mungkin disarankan untuk memperluas mereka. Prosedur
bedah ini menghilangkan plak kolesterol dan dapat mencegah stroke di masa
depan. Keputusan untuk melakukan operasi akan tergantung pada status
neurologis seseorang, jenis plak yang menyumbat arteri, dan apakah plak
memiliki istirahat di dalamnya, yang dikenal sebagai pecah
Efek samping tergantung pada perawatan yang digunakan. Misalnya, aspirin dapat
menyebabkan reaksi alergi, sakit perut, atau perdarahan. Obat penghilang
gumpalan-bisa menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Sebuah ventilator
kadang-kadang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru atau infeksi.
Sebuah endarterektomi arteri karotis dapat menyebabkan perdarahan, infeksi, dan
reaksi alergi terhadap anestesi. Pada kesempatan langka, endarterektomi dapat
menyebabkan stroke atau serangan jantung terjadi.
Umumnya, seseorang pulih dari TIA tanpa masalah lebih lanjut. Namun, penting
untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan untuk tindak lanjut, sejak TIA
mungkin menjadi tanda peringatan dari stroke yang akan datang.
Pemantauan ini terkait dengan penyebab serangan iskemik transien. Misalnya,
orang-orang dengan gumpalan dalam hati mereka perlu mengulang tes darah,
seperti tes PT (Prothrombin Time), untuk memantau efek dari obat yang
digunakan untuk mengencerkan darah. Sejak TIA adalah indikator signifikan
bahwa orang tersebut berisiko stroke, gejala baru atau memburuk harus dilaporkan
ke dokter.
e. Pemeriksaan Fisik
Pada Pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang dilihat antara lain.
- Masalah dengan gerakan, seperti kelemahan, kecanggungan, atau kelumpuhan.
Ini sering hanya pada satu sisi tubuh. Dalam beberapa kasus, orang mungkin
hanya memiliki kelemahan atau kejanggalan di tangan mereka. Dalam kasus
lain, salah satu setengah dari seluruh tubuh menjadi lumpuh.
- Sakit kepala
- Mati rasa atau kurangnya perasaan, yang juga sering hanya pada satu sisi
tubuh
- Gangguan bicara, termasuk bicara cadel atau kesulitan menemukan kata yang
tepat
- Kesulitan melakukan matematika atau menulis
- Tunanetra
- Kesulitan memahami pembicaraan atau menulis
- Ketidakmampuan untuk mengenali anggota keluarga atau benda-benda umum
- Pusing
- Mual atau muntah
- Kesulitan menelan
- Masalah keseimbangan, yang dikenal sebagai ataksia
f. Pemeriksaan penunjang
MRI tengkorak dan CT scan kranial mungkin diperintahkan untuk membedakan
TIA dari stroke. Mereka juga dapat menunjukkan apakah atau tidak ada
perdarahan di otak, yang dapat membantu dengan beberapa keputusan
pengobatan.
Tes-tes lain mungkin diperintahkan untuk membantu menentukan penyebab TIA.
Misalnya, tes X-ray khusus dari arteri leher dapat mendeteksi sumbatan. Tes X-
ray tertentu jantung dapat menunjukkan gagal jantung atau perubahan dari
serangan jantung. Sebuah tracing jantung, atau EKG, dapat menunjukkan detak
jantung abnormal, seperti fibrilasi atrium, atau perubahan tertentu dari serangan
jantung.
g. Faktor resiko
Kurang terdokumentasi dengan baik atau faktor risiko yang berpotensi
dimodifikasi untuk stroke adalah mereka yang memiliki kurang bukti baik link ke
stroke atau dampak dari memodifikasi faktor risiko. Faktor-faktor ini meliputi:
- Kegemukan
- Gaya hidup
- Penyalahgunaan alkohol
- Tingkat darah tinggi homosistein, komponen darah kadang-kadang dikaitkan
dengan risiko yang lebih tinggi stroke
- Penyalahgunaan narkoba
- Kelainan darah, seperti bekuan darah yang mudah atau kekurangan dari
berbagai komponen darah
- Terapi penggantian hormon (hrt). AHA (American Heart Association ) saat ini
menyatakan bahwa risiko stroke terkait dengan hrt muncul rendah tetapi
memerlukan penelitian lebih lanjut.
- Penggunaan pil kb, atau kontrasepsi oral
- Proses peradangan, seperti infeksi kronis dengan klamidia
Beberapa penelitian terbaru telah mengidentifikasi faktor-faktor yang tampaknya
meningkatkan atau menurunkan risiko stroke pada kelompok orang tertentu.
Studi-studi ini, yang menjamin penyelidikan lebih lanjut, termasuk temuan ini:
- Orang-orang yang dirawat karena tekanan darah tinggi dengan diuretik
thiazide, seperti hydrochlorothiazide, memiliki risiko stroke lebih rendah
daripada orang-orang di ACE inhibitor atau calcium channel blockers.
- Wanita usia 39-50 yang makan lebih banyak ikan dan omega-3 asam lemak
tak jenuh ganda memiliki penurunan risiko stroke. Hal ini terutama terjadi
pada wanita yang tidak mengambil aspirin secara teratur.
- Wanita usia 15-44 yang memiliki 2 minuman anggur sehari memiliki risiko
40% sampai 60% lebih rendah terkena stroke daripada wanita yang tidak
minum alkohol.
- Fenilpropanolamin, senyawa yang terkandung dalam penekan nafsu makan
dan obat dingin, secara signifikan meningkatkan risiko stroke hemoragik pada
wanita 18-49 tahun. The Food and Drug Administration (FDA) sejak telah
meminta produsen untuk menghapus phenylpropanolamine dari produk
mereka.
h. Edukasi
Serangan iskemik transien dapat diminimalkan dengan mengatasi faktor risiko
yang diketahui untuk stroke. The American Heart Association pedoman untuk
alamat pencegahan stroke kedua faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan kurang
terdokumentasi dengan baik atau berpotensi dimodifikasi.
Langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi dari tekanan
darah tinggi meliputi:
- Pengukuran tekanan darah pada orang dewasa setidaknya setiap 2 tahun untuk
menyaring tekanan darah tinggi
- Kontrol berat
- Aktivitas fisik
- Moderasi dalam asupan alkohol
- Asupan natrium moderat
- Bagi mereka yang merokok, berhenti merokok
- Obat untuk mengobati tekanan darah tinggi jika tekanan darah seseorang
adalah 140/90 lebih setelah 3 bulan dari modifikasi gaya hidup ini, atau jika
tekanan darah awal adalah lebih 180/100
Langkah-langkah lain untuk mengurangi faktor risiko yang dapat dimodifikasi
individu untuk stroke mungkin termasuk:
- Berhenti merokok menggunakan patch nikotin, konseling, dan program
merokok resmi
- Kontrol kadar gula darah pada orang dengan diabetes melalui obat-obatan,
diet, dan olahraga
- Penggunaan ramipril pada orang dengan diabetes. Sebuah penelitian baru
menunjukkan bahwa orang dengan diabetes memiliki risiko 33% lebih rendah
terkena stroke jika mereka mengambil ramipril.
- Evaluasi yang cermat dari tanpa gejala stenosis karotis untuk menentukan
kebutuhan untuk operasi. Operasi arteri koroner, seperti endarterektomi, dapat
diindikasikan. Sebuah endarterektomi membuka bagian sempit arteri dan
meningkatkan aliran darah ke otak. Orang dengan stenosis karotis juga harus
bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk
mengendalikan faktor risiko lain untuk stroke.
- Skrining setengah tahunan dari anak-anak dengan anemia sel sabit,
menggunakan ultrasound untuk menentukan risiko anak stroke
- Pengobatan fibrilasi atrium dengan pengencer darah seperti aspirin atau
warfarin, tergantung pada usia seseorang dan faktor risiko lain
- Pemantauan tingkat tinggi kolesterol total atau ldl, serta rendahnya tingkat hdl.
Tergantung pada tingkat darah dan faktor risiko lain orang tersebut, obat untuk
menurunkan kolesterol dapat diberikan.
Langkah-langkah untuk mengurangi kurang terdokumentasi dengan baik atau
berpotensi risiko dimodifikasi untuk stroke mungkin termasuk:
- Penurunan berat badan pada orang yang kelebihan berat badan
- 30 atau lebih menit latihan moderat hari bagi sebagian besar individu. Orang
dengan penyakit jantung atau cacat harus dalam program latihan diawasi
secara medis.
- Diet yang sehat untuk mencegah penyakit jantung, yang mengandung
setidaknya 5 buah dan sayuran sehari
- Bagi mereka yang minum alkohol, minum secukupnya. Aha mendefinisikan
minum moderat tidak lebih dari 2 gelas sehari untuk pria dan 1 gelas sehari
untuk wanita.
- Mencari pengobatan untuk penyalahgunaan narkoba
- Pemantauan kadar homosistein. Bagi kebanyakan orang, diet seimbang berikut
makanan panduan piramida akan memberikan asam folat yang cukup dan
vitamin b untuk menjaga tingkat homocysteine yang sehat. Bagi orang-orang
dengan kadar homosistein yang tinggi, suplemen yang mengandung asam folat
dan vitamin b dapat direkomendasikan.
- Menghindari penggunaan kontrasepsi oral pada wanita dengan faktor risiko
stroke lainnya
SUMBER :
Tim Allen, MD. 2007. Reversible Ischemic Neurologic Disease (RIND)-Transient
Ischemic Attack (TIA). University of Kentucky, College of Medicine, Lexington.
Availlable From http://www.medicineonline.com/articles/r/2/ReversibleIschemic-
Neurologic-Disease-RIND/Transient-Ischemic-Attack.html.
11. Mengapa lidah kaku dan tertarik ke belakang sehingga tidak dapat berbicara?
Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglosus yang terletak di samping bagian
dorsal dari fasikulus longitudinalis medialis pada tingkat kaudal medula
oblongata.Pada perjalanannya menuju lidah, nervus ini melewati arteria karotis
interna dan eksterna.Otot-otot lidah yang menggerakan lidah terdiri dari muskulus
stiloglosus, hipoglosus, genioglosus longitudinalis inferior dan genioglosus
longitudinalis superior di persarafi oleh nervus hipoglosus.Lesi nervus hipoglosus
sering terletak di perifer, maka atrofi otot cepat terjadi.Pada kelumpuhan paralisis
nervus hipoglosus terdapat gejala-gejala berupa sukar menelan dan bicara
pelo.Namun bicara pelo juga dapat terjadi walaupun lidah tidak lumpuh tetapi
keleluasaannya terbatas karena frenula lingua mengikat lidah sampai ujungnya.
Pada disartria hanya pengucapannya saja yang terganggu tetapi tata bahasanya baik.
Disartria emeiliki beberapa penyebab. Disartria UMN yang berat timbal akibat lesi
UMN bilateral, seperti pada paralisis pseudobulbaris. Di situ lidah sukar dikeluarkan
dan umumnya kaku untuk digerakkan ke seluruh jurusan. Lesi UMN lain yang bisa
menimbulkan disartria terletak di jaras-jaras yang menghantarkan impuls koordinatif
yang bersumber pada serebelum, atau yang menyalurkan impuls ganglio basalis. Pada
disartria serebelar, kerjasama otot lidah, bibir, pita suara dan otot-otot yang membuka
dan menutup mulut bersimpang siur, sehingga kelancaran dan kontinuitas kalimat
yang diucapkan sangat terganggu. Sedangkan pada disartria LMN akan terdengar
berbagai macam disartria tergantung pada kelompok otot yang terganggu.
SUMBER :
Sidharta, Priguna dan Mardjono, Mahar. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:
Dian Rakyat.
12. Mengapa terjadi kontak yang tidak adekuat?
Kontak yang tidak adekuat pada pasien dapat menjadi salah satu gejala awalnya
stroke. Stroke dapat muncul kapan saja, di manapun dan pada siapa saja, baik saat
seseorang sedang melakukan aktivitas maupun ketika sedang beristirahat, bahkan
terkadang tanpa gejala penyerta sehingga kondisi sebelumnya benar-benar normal.
Hal ini dipengaruhi oleh defisit neurologis fokal yang ditandai dengan gangguan
fungsi bagian tubuh tertentu seperti wajah yang asimetris, artikulasi bicara menjadi
tidak jelas atau tidak dapat berbicara sama sekali, atau lengan dan tungkai menjadi
lemah. Pada defisit neurologis global terjadi karena adanya gangguan pada ARAS
(Ascending Reticular Activating System), yang merupakan area otak yang mengatur
kesadaran. Gangguan pada ARAS dapat berupa kerusakan setempat atau penekanan
oleh bekuan darah/ kenaikan tekanan di dalam tengkorak.
Seseorang dikatakan menderita stroke jika mengalami defisit neurologis selama lebih
dari 24 jam. Bila gangguan saraf berlangsung selama kurang dari 24 jam maka
keadaannya disebut sebagai suatu Transient Ischemik Attack (TIA) atau stroke ringan.
Perlu diingat bahwa TIA / stroke ringan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
stroke di kemudian hari, sehingga keadaan ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Gejala
klinis stroke murni disebabkan oleh adanya gangguan pada pembuluh darah otak,
berupa penyumbatan ataupun pecah pembuluh darah otak, dan bukan disebabkan oleh
penyakit lain seperti tumor otak, infeksi otak ataupun gangguan saraf perifer.
13. Apa hubungan status generalis dan pemeriksaan neurologis yang normal dengan
gangguan kesadaran pada pasien di pemicu?
Gangguan kesadaran pada pemicu diakibatkan karena suplai darah yang tidak adekuat
ke pembuluh darah di otak, HB didalam darah yang berfungsi membawa oksigen
keseluruh tubuh termasuk otak. Jika suplai darah tidak adekuat menyebabkan pasokan
oksigen keotak juga berkurang sehingga mengakibatkan penurunan kesadaran.
Hilangnya pada setiap jenis penurunan kesadaran disebabkan oleh penurunan
oksigenasi pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat
penurunan aliran darah, penggunaan oksigen dan serebral. Jika iskemia hanya
berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek otak.
SUMBER :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42116/4/Chapter%20II.pdf
14. Bagaimana pemeriksaan penunjang dengan gejala tidak sadar atau sinkop?
- Pencitraan neurologis : pencitraan otak dan medulla spinalis.
Foto polos : tengkorak dan tulang belakang pada pemeriksaan penunjang
trauma akut, yaitu untuk mendeteksi fraktur.
CT scan : pencitraan medula spinalis (dengan penyuntikan medium kontras
intravena yang mengandung iodium, yang akan memperjelas area dengan
peningkatan vaskularisasi atau area dimana terjadi pecahnya sawar darah otak.
MRI : informasi mengenai sifat fisik jaringan terutama yang mengandung
cairan pada fosa kranial posterior dan tulang belakang dan sangat membantu
dalam pemeriksaan penyakit pada substansia alba dapat digunakan pula
medium kontras intravena gadolinium untuk memperjelas.
Pemeriksaan penunjang invasif
Mielografi
Angiografi
Neuroradiologi intervensional
Pencitraan fungsional
- Neurofisiologi klinis
Electroensefalografi (EEG) : perekaman aktivitas listrik spontan dari otak
dengan menggunakan elektroda-elektroda pada kulit kepala akan
memperlihatkan perubahan potensi listrik dengan waktu, biasanya antara
sepasang elektroda yang berdekatan.
Potensial bangkitan (evoked potensial) : potensial bangkitan visual (direkam
setelah stimulasi retina dengan kilatan stroboskopik), potensial bangkitan
auditorik batang otak ( dirangsang dengan bunyi klik), potensial bangkitan
somatosensorik (dengan stimulasi listrik nervus perifer), waktu konduksi
motorik sentral (membandingkan latensi terhadap respon otot setelah stimulasi
korteks motorik dengan respon stimulus listrik eksternal di medula spinalis
yang diletakkan pada leher).
Elektromiografi (EMG) dan studi konduksi saraf : penyakit pada sistem saraf
perifer, sinaps neuromuskular, dan otot.
Cairan dan jaringan : cairan serebrospinal
Pemeriksaan darah : hematologi, biokimia dan imunologi.
Biopsi neurologis : biopsi otak, biopsi saraf, dan biopsi otot.
SUMBER :
Ginsberg, lionel. 2007. Lecture Notes : Neurologi. Edisi kedelapan. Jakarta:
Erlangga.
15. Apa saja pemeriksaan psikiatri yang perlu dilakukan pada pasien di pemicu?
PSIKIATRI
Adalah cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri kepadaPembelajaran
pelbagai aspek perlaku manusia (behavioral sciences) secara komprehensif yang
meliputi:
Siklus kehidupan perkembangan manusia
Otak dan perilaku
Ilmu –ilmu psikososial
Teori-teori kepribadian dan perkembangan:
Terapi Perilaku, Terapi Kognitif, Terapi Keluarga, Terapi Interpersonal
Pemeriksaan Psikiatrik
Gangguan Jiwa , Psikiatri Anak dan Remaja, Psikiatri Geriatri, Psikiatri Forensik
Catatan: Definisi Gangguan Jiwa: Suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara
klinis bermakna dan yang disertai penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus, dan
berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi) seseorang:
Terapi Psikiatrik: Terapi Biologik , Psikoterapi
Pelbagai problem yang berhubungan dengan Kesehatan Jiwa
Psikiatri mempunyai dwifungsi
1. Sebagai ilmu kedokteran dasar yang menekankan pendekatan manusia (termasuk
pasien dari pelbagai cabang ilmu kedokteran) secara komprehensif dari
perspektif biologis, psikologis dan sosial
2. Sebagai cabang ilmu kedokteran yang secara khusus mempelajari dan
menatalaksana pelbagai gangguan jiwa, problem kesehatan jiwa, serta saling
keterkaitan pelbagai cabang ilmu kedokteran dengan psikiatri (Consultation
Liaison Psychiatry)
Pemeriksaan Psikiatrik
I. Wawancara Psikiatri
II. Riwayat Psikiatrik
III. Pemeriksaan Status Mental
WAWANCARA PSIKIATRIK
Tujuan
Mengenal faktor-faktor:
genetik-biologik-fisik-medik
temperamen – psikologik – perkembangan – pendidikan
sosial- budaya yang mempengaruhi pasien dan penyakitnya
Menentukan evaluasi ( multiaksial ) yang tepat. Agar bersama dengan pasien, dapat
melakukan terapi ( obat, manipulasi lingkungan atau psikoterapi ) yang komprehensif
dan efektif.
Caranya
Terapis harus menunjukkan : keprihatinan, respek, empati dan kompetensi
Agar terbina RAPPORT & KEPERCAYAAN, Supaya pasien dapat berbicara
jujur, terbuka dan intim / pribadi
Terapis harus : terampil, menguasai tehnik wawancara dan bersifat
fleksibel, agar Pasien dapat mendeskripsikan : gejala gejala , sehingga dapat
dikumpulkan menjadi sindrom , dan dirumuskan menjadi diagnosis
(evaluasi multi aksial)
Bersifat :Umum, Spesifik ( mis. mendalami tiap aspek dari evaluasi
multiaksial, atau psikodinamik dari suatu psikopatologi
Syarat penting untuk wawancara
Menjadi pendengar aktif dan bersifat fleksibel sewaktu mencari data-data
tentang pasien
Mampu berempati dengan kondisi dan perasaan pasien
Tidak didorong oleh suatu keharusan untuk mendapat riwayat penyakit atau
status mental secara berurutan
Dapat mendeteksi tema yang tidak disadari oleh pasien atau mendeteksi hal
yang tersirat dari pembicaraan pasien
RIWAYAT PSIKIATRIK
Adalah catatan ttg. riwayat penyakit, gangguan jiwa dan riwayat hidup pasien,
untuk mengerti: Siapa, dari mana, & kira-kira kemana pasien akan selanjutnya
Diceritakan oleh pasien dari sudut pandang pasien sendiri (Catatan: kadang-
kadang perlu keterangan tambahan dari sumber lain: orang tua / pasangan -
alloanamsesis).
Hal-hal yang ditelusuri :
- Data konkrit tentang kronologi gejala/ gangguan
- Riwayat gangguan psikiatrik dan gangguan medik
- Ciri-ciri kepribadian termasuk kekuatan dan kelemahan pasien
- Hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat dirinya di masa sekarang dan
lampau
- Riwayat perkembangan pasien
Garis besar riwayat psikiatrik:
I. Data pribadi
II. Keluhan utama
III. Riwayat gangguan sekarang:
1. Onset
2. Faktor presipitasi
IV. Penyakit / gangguan sebelumnya
1. Psikiatrik
2. Medik
3. Penggunaan zat
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Adalah kesimpulan menyeluruh yang mendeskripsikan hasil observasi dan kesan
dari pasien selama wawancara. Status mental pasien dapat berubah dengan waktu
Status mental = deskripsi: penampilan, pembicaraan, perilaku, pikiran pasien selama
wawancara.
I. Deskripsi umum
A. Penampilan
B. Perilaku dan aktivitas psikomotor
C. Sikap terhadap pemeriksa
II. Mood dan afek
A. Mood
B. Afek
C. Keserasian afek
III. Ciri pembicaraan
IV. Persepsi
V. Isi pikiran dan arah pikiran ( mental trends )
A. Proses / bentuk pikiran
B. Isi pikiran
VI. Kesadaran dan kognisi
VII. Pengendalian impuls
VIII.Daya nilai dan tilikan
IX. Taraf dapat dipercaya