34
Click to edit Master subtitle style 5/21/12 ROKY ARIYANTO 405080061

Pemicu 2 Saraf ROCKY

Embed Size (px)

Citation preview

ROKY ARIYANTO405080061 Click to edit Master subtitle style

5/21/12

Lesi UMN dan LMN

UMN :

kehilangan kontrol volunter peningkatan tonus otot spastisitas otot tidak ada atropi otot reflek hiperaktif dan abnormal

LMN :

kehilangan kontrol volunter penurunan tonus otot paralysis flaksid otot 5/21/12

TIPE PARALISIS

monoplegia yaitu hanya mengenai satu anggota badan diplegia yaitu mengenai bagian badan yang sama pada kedua sisi badan contohnya : kedua lengan atau kedua sisi wajah hemiplegia yaitu mengenai satu sisi badan atau separuh badan

quadriplegia yaitu mengenai semua 5/21/12 keempat anggota badan dan batang

PENYEBAB KELUMPUHAN1. 2. 2.

KERUSAKAN OTAK KERUSAKAN BATANG OTAK KERUSAKAN SARAF TEPI

5/21/12

Klasifikasi

Hemiplagia akibat hemilesi di korteks motorik primer Hemiplagia akibat hemilesi di kapsula interna Hemiplagia akibat hemilesi di batang otakSindrom hemiplegia alternans di mesensefalon Sindrom hemiplegia alternans di pons Sindrom hemiplegia alternans di medula 5/21/12 spinalis

Hemiplagia akibat hemilesi di korteks motorik primer

perbedaan derajat kelumpuhan antara lengan dan tungkai lesi vaskular di korteks tidak ada perbedaan lesi di kapsula interna.Infark disebabkan oleh sumbatan salah 1 arteri 2. Korteks motorik primer diperdarahi oleh 2 arteri (a.serebri anterior dan cab 5/21/12 kortikal a.serebri media).1.

Lumpuh n.vagus dan n.glosofaringeus gejala hemiplagia sukar menelan. Lesi, cabang kortikal a.serebri media tersumbat lumpuh bagian bawah wajah,lidah,otot leher, dan lengan sisi kontralteral. Jika tumor di sekitar falks serebri menekan ke2 sisi korteks piramidalis ke2 daerah somatotopik ke2 tungkai terganggu lumpuh ke2 tungkai (paraplegia) Kebanyakan hemiplegia dekstra akibat lesi kortikal ada afasia motorik (tidak mampu mengutarakan pikiran dengan kata-kata) atau afasia sensorik (tidak 5/21/12 memiliki pengertian lagi tentang bahasa)

Ikut terlibatnya area 4,6,8 hemiplagia piramidal akibat lesi di korteks disertai gejala tambahanHipertonia yang bersifat spastik akibat lesi di korteks motorik primer resistensi saat anggota gerak difleksikan dan diekstensikan secara pasif. forced crying dan forced laughing terlibatnya korteks frontal dalam lesi paralitik yang merusak korteks motorik primer penderita menangis dan teretawa tanpa alasan namun seolah2 terpaksa. deviation conjugee lesi paralitik di 5/21/12 area 8 kontralateral penetapan ke2

Kapsula interna dilewati oleh serabut susunan ekstrapiramidal hampir selamanya disertai hipertonia yang khas. Hipertonia akibat lesi paralitik (spastisitas) menimbulkan gerakan abnormal mengepal lancar tapi ga bisa dibuka. Lesi vaskular di kapsula interna melibatkan radiasio optika, nukleus kaudatus, putamen lumpuh UMN rigiditas, atetosis, distonia, tremor atau hemianopia Gangguan bahasa tidak menyertai hemiplegia kapsular karena mekanisme neuronalnya terjadi di tingkat kortikal. karena lidah ikut hemaparesis artikulasio terganggu 5/21/12

Hemiplagia akibat hemilesi di kapsula interna

N ada gerakan fisiologik

Kedua lengan berlenggang waktu berjalan Gerakan otot wajah waktu pidato unsur emosional Gerakan tungkai kiri dan sikap badan sekuruhnya waktu kaki kanan menendang bola.

Lesi di susunan ekstrapiramidal parkinson ekspresi wajah hilang, kedua lengan tidak berlenggang. Contoh orang normal,duduk dipinggir dengan kaki tergantung dapat merebahkan badan dengan kaki tetap tergantung. kalau tidak normal kaki yang lumpuh ikut terangkat hemiparetik 5/21/12 akibat lesi di korteks motorik primer atau

Hemiplagia akibat hemilesi di batang otak Sindrom hemiplegia alternans di mesensefalon Kerusakan unilateral pada jaras krtikobulbar/kortikospinal di batang otak sindrom hemiplegia alternans. Hemilesi batang otak tingkat mesensefalon. N.3 (okulomotorius) yang hendak meinggalkan mesensefalon melewati daerah lesi fungsi terganggu. Hemiplegia alternans n.3 okulomotorius ipsilateral ikut terlibat Hemiplegia alternans n.3 atau okulomotorius sindrom weber. 5/21/12

dijumpai kelumpuhan UMN sisi kanan berikut otot lidah (n.12), otot penelan (n.9,10) dan LMN (n.3 KIRI),manifestasi lumpuh:

Paralisis m.rektus internus (medialis), m.rektus superior, m.rektus inferior, m.oblikus inferior dan m.levator palpebrae superior strabismus divergen, diplopia dan ptosis. Paralisis m.sfingter pupilae pupil melebar midriasis

Sindrom benedikt a.basilaris tersumbat infark 2/3 lateral pedunkulus serebri dan daerah nukleus ruber hemiparesis n.3 ringan + gerakan involuntar lengan dan tungkai yang paretik ringan (disisi 5/21/12

Sindrom hemiplegia alternans di pons

Oleh lesi vaskular unilateral. DibagiLesi paramedian akibat penyumbatan salah 1 cabang dari rami perforantes medialis a.basilaris Lesi lateral yang sesuai dengan kawasan pendarahan cabang sirkumferens yang pendek Lesi di tegmentum bagian rostral pons akibat penyumbatan a.serebri superior Lesi di tegmentum bagian kaudal pons 5/21/12 sesuai dengan kawasan pendarahan

Hemiplegia alternans akibat lesi di pons lumpuh UMN + LMN pada otot yang disarafi oleh n.abdusen (n.6) atau n.vasialis (n.7). Sindrom hemiplagia alternans nervus abdusen lesi paramedia di kaudal pons akar n.abdusen terlibat lumpuh LMN m.rektus lateralis membangkitkan strabismus konvergens ipsilateral + lumpuh UMN mencakup lengan tungkai sisi kontralateral dengan otot yang disarafi n.7,9,10,11,12. Sindrom millard gubler lesi unilateral di pes pontis yang meluas ke samping lumpuh LMN melibatkan n.fasialis dan n.abdusen Sindrom Foville lumpuh gerak bola mata 5/21/12 konyugat kalau disertai hemiplagia yang

Sindrom hemiplegia alternans di medula oblongataBagian paramedian diperdarahai oleh cab a.vertebralis Lateral oleh a.serebeli inferior posterior. Dorsal oleh a.spinalis posterior dan a.serebeli inferior posterior. Lesinya harus menduduki kawasan piramis sesisi dan dilintasi oleh radiks nervus hipoglosus lumpuh UMN dibawah tingkat leher dan LMN pada belahan lidah sisi ipsilateral sindrom hemiplegia alternans nervus hipoglosus atau sindrom medular medial. Sindrom medular lateral sindrom wallenberg gejala pokok: hemipestesia alterans yi hipestesia pda belahan tubuh sisi kontralateral 5/21/12

Tanda-tanda Kelumpuhan UMN

Tonus otot meninggi Hiperefleksia Klonus Refleks patologik Tidak ada atrofi pada otot yang lumpuh Refleks automatisme spinal

5/21/12

5/21/12

Tanda-tanda Kelumpuhan UMN

5/21/12

Tanda-tanda Kelumpuhan UMN

5/21/12

Tanda-tanda Kelumpuhan UMN

5/21/12

Tanda-tanda Kelumpuhan UMN

5/21/12

Patofisiologi

MND merupakan penyakit kronis dengan karakteristik adanya degenerasi progresif dari LMN di anterior horn cells medulla spinalis dan nukleus saraf kranial di batang otak, serta UMN di korteks serebri Rusaknya sel-sel neuron pada anterior horn medulla spinalis dan nukleus motorik di bagian bawah batang otak Sel yang rusak ini digantikan oleh 5/21/12 astrosit fibrous.

Traktus yang paling sering mengalami degenerasi pada penderita MND adalah traktus kortikospinalis Ditemukan juga adanya degenerasi serabut-serabut dan gliosis reaktif pada beberapa area serebrum lainnya misalnya pada talamus, globus pallidus, ansa dan fasikulus lentikularis serta hipotalamus.

5/21/12

Histopatologi Motor neuron disease(1). Berkurangnya motor neuron yang besar dengan astrogliosis fokal ; (2). Senescent changes; (3). Inklusi intrasitoplasmik ; (4). Aksonopati proksimal dan distal dengan sferoid aksonal ; (5) Degenerasi traktus dan (6) Degenerasi serabut motorik, motor end-plates dan atrofi otot5/21/12

ETIOLOGI1. Toksin 2. Proses penuaan dini (premature aging) 3. Defisiensi faktor trofik 4. Infeksi virus 5. Gangguan metabolisme 6. Otoimun.5/21/12

Lesi pada satu sisi atau hemilesi yang sering terjadi di otak jarang dijumpai pada medula spinalis, sehingga kelumpuhan UMN akibat lesi di medula spinalis tetraplegia atau paraplegia. Lesi pada korda spinalis dapat komplit atau inkomplit: Lesi komplit mempengaruhi semua bagian dari korda pada satu tingkat tertentu, sehingga mengakibatkan:

paralisis UMN bilateral dari bagian tubuh di bawah tingkat lesi kehilangan modalitas sensasi bilateral di bawah tingkat lesi kehilangan fungsi kandung kemih, pencernaan, dan seksual secara total.

5/21/12

1.

2.

Lesi inkomplit (sering) terjadi dalam 2 kondisi: Lesi mempengaruhi seluruh bagian korda dalam satu tingkat, tetapi tidak menghentikan secara total fungsi traktus asendens dan desendens. Pada kasus ini, terdapat: kelumpuhan bilateral di bawah tingkat lesi gangguan fungsi sensorik, tetapi bukan kerusakan total gangguan fungsi kandung kemih, pencernaan, dan seksual Lesi lebih mempengaruhi bagian tertentu dari korda pada tingkat tertentu, misalnya di salah satu sisi (sindrom Brown-Sqard), posterior, atau anterolateral.

5/21/12

Kelumpuhan UMN dapat dibagi dalam: 1. Hemiplegia akibat hemilesi di korteks motorik primer. 2. Hemiplegia akibat hemilesi di kapsula interna. 3. Hemiplegia alternans akibat hemilesi di batang otak, yang dapat dikategorikan dalam:Sindrom hemiplegia alternans di mesensefalon 5/21/12a.

Lokalisasi Lesi UMN1.

2.

Lesi intrakranial parasagittal defisit UMN yang secara khas mempengaruhi kedua kaki dan dapat meluas ke tangan. Lesi terisolir pada korteks serebral defisit neuron motorik fokal, misalnya tangan kontralateral. Lesi kortikal atau subkortikal yang lebih ekstensif akan menghasilkan kelemahan atau kelumpuhan di wajah, lengan, dan kaki kontralateral disertai dengan aphasia, defek lapang 5/21/12 pandang, atau gangguan sensorik.

Pemeriksaan penunjang

Elektromiografi (EMG) Pemeriksaan biokimiawi darah Punksi lumbal Protein cairan serebrospinal Kadar plasma kreatinin kinase (CK) Enzim otot carbonic anhydrase III (CA III) merupakan petunjuk yang lebih sensitif . MRI dan CT-scan otot 5/21/12 proton magnetic resonance

Diagnosa MND (1)1. ALS:

tanda UMN dan LMN pada regio bulbar dan minimal 2 regio spinal, atau tanda UMN dan LMN pada 3 regio spinal.

2. Kemungkinan besar ALS (probable ALS) :

tanda UMN dan LMN pada minimal 2 regio (beberapa tanda UMN harus restoral terhadap tanda LMN) tanda UMN dan LMN hanya pada 1 regio

3. Kemungkinan ALS (possible ALS) :5/21/12

Diagnosa MND (2)1. Anamnesa: adanya kelemahan yang progresif. 2. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai :a. adanya gangguan motorik. b. tidak ada gangguan sensorik. c. tidak ada gangguan fungsi otonom. d. didapat salah satu atau keduanya dari tanda-tanda LMN (atrofi, fasikulasi) dan tanda-tanda UMN (peninggian refleks 5/21/12 tendon pada ekstremitas yang atrofi,

Diagnosa Banding1. Syringomyelia 2. Spondilitis servikalis 3. Neuropati motorik 4. Miopati hipertiroidi 5. Spinal muscular atrophy 6. Multiple entrapment neuropathies. 7. Multiple sclerosis.

5/21/12

Komplikasi & Prognosa

Komplikasi : Kematian BURUK 15 sampai 20 % penderita dapat bertahan hidup sampai 5 tahun atau lebih sejak penyakit timbul. Rata-rata penderita dapat bertahan hidup lebih kurang 3-4 tahun setelah diagnosa MND ditegakkan.

5/21/12