ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Ketoasidosis Diabektikum adalah dokumpensasi metabolik akibat defisiensi insulin
absolut atau reaktif dan merupakan komplikasi akut DM yang serius.
2. Insiden
Angka kematian yang dilaporkan oleh Dresch Feld 1986-1992 = 100%
Angka tersebut menurun hingga 29% sampai tahun 1932.
Angka tersebut menurun hingga 5 % sampai tahun 1960
Angka kematian yang dilaporkan oleh NHI (National Institute of Health)
sebelum tahun 1983 adalah 10%.
Kini dengan bertambah baiknya pengertian tentang pathogenesis KAD, angka
kematian menurun sampai dibawah 5%.
3. Penyebab
a. Defisiensi insulin
b. Stressor hormone
4. Patofiologi
Defisiensi insulin baik relatif maupun mutlak diakibatkan oleh kegagalan sekresi
insulin endogen dan kekurangan pemberin insulin eksogen atau peningkatan berapa
infeksi, trauma kehamilan stress emosional akibat defisiensi insulin akan terjadi
gangguan pada metabolism (karbohidrat, protein, lemak) dalam keadaan defisiensi
terjadi penurunan penggunaan insulin oleh otot, hati, jaringan diposa. Sementara
dihati sendiri terjadi produksi yang berlebihan. Keadaan ini mengakibatkan tubuh
mengalami keadaan Hiperglikemia. Hiperglikemia bertambah berat ginjal akan
berusaha mensekresikan glukosa bersama air dan elektrolit urin bercampur
mengakibatkan tubuh mengalami dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Akibat
defisiensi yang lain adalah terjadi peningkatan pemecahan lemak (lipolisis) terjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton
oleh hati produksi badan keton manjadi berlebihan sehingga terjadi katonemia.
Selanjutnya terjadi ketouria penumpukan badan keton menimbulkan keadaan asidosis
metabolik. Keadaan ketoasidosis ini dapat mengakibatkan penurunan status mental
(sadar, letargi, coma) dan pernafasan kussmul (pernafasan berbau seperti buah) cepat
dan dalam. Ketonemia juga mengakibatkan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen.
Selain itu defisiensi insulin merangsang peningkatan pemecahan protein (proteiolisis)
yang mengakibatkan peningkatam pembentukan asam animo dan peningkatan
kehilangan nitrogen. Pemecahan protein untuk menghasilkan asam animo sebagai
prekusor glikosa disebut sebagai glukoneogenesis. Selain itu terjadi pula glikogenesis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa). Hal ini juga merangsang terjadinya
hiperglikemia. Ketoasidosis juga disebabkan karena stressor hormone yang dapat
menimbulkan hiperglikemia.
5. Gejala klinis.
Hiperglikemia
Glukosuria
Hiperosmolaritas
Penipisan volume intra vaskuler
Asidosis metabolic
Penumpukan keton bodies
Letargi, kelelahan, koma
Hiperventilasi, nafas kussmaul
6. Pemeriksaan fisik
Kepala, rambut, hidung, telinga, dan leher: dalam batas normal
Mata: penglihatan pasien kabur
Mulut: nafas berbau keton
Thorax
Inspeksi : terjadi peningkatan frekuensi nafas
Palpasi : gerakan dinding thorax cepat dan dalam
Auskultasi : bunyi paru hilang dan timbul
Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak tegang
Palpasi : ada nyeri tekan
Auskultasi : bunyi usus tidak normal
Perkusi : ada distensi pada abdomen
7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Glukosa darah > 300 mg/dl
Keton serum : positif secara mendadak
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya < 330 mosm/L
AGD : PH < 7,3
HCO3 < 15 MEQ/L
PaCO2 10-30 mmHg
Kadarr natrium dan kalium: bisa rendah, normal atau tinggi
Uriner: gula dan keton positif
Selain itu defisiensi insulin merangsang peningkatan pemecahan protein (proteolisis)
yang mengakibatkan peningkatan kehilangan nitrogen. Pemecahan protein untuk
menghasilkan asam amino sebagai prekusor glikosa disebut sebagai glukoneogenesis.
Selain itu, terjadi pula glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa). Hal ini
juga akan merangsang terjadinya Hiperglikemia.
8. Pengobatan
a. Pengobatan umum
Sasaran pengobatan KAD adalah memperbaiki volume sirkulasi dan perfusi
jaringan, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki asam ketodiserum dan
urine keadaan normal dan mengoreksi gangguan elektrolit.
1) Penderita dirawat diruang rawat darurat catat data-data tentang kadar glukosa
darah, ketonserum, elektrolit, BUN, kreatinin serum, kalsium, fosfat, gas
darah, glukosa urine, dan keton urine catat cairan keluar dan masuk.
2) Pasang NGT dan kateter urine jika pasien mengalami penurunan kesadaran.
b. Pengobatan cairan, elektrolit dan insulin
1) Cairan
NaCl 0,9 % diberikan ± 1-2 pada jam pertama, lalu 1 L pada jam kedua, lalu
0,5 L pada jam ketiga dan keempat, dan 0,25 L pada jam kelima dan keenam,
selanjutnya sesuai kebutuhan.
- Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 L
- Jika Na ± > 155 mEq/L-ganti cairan dengan NaCl 0,45%
- Jika GD < 200 mg/dl-ganti cairan dengan dextrose 5%
2) Insulin (regular insulin = RI) :
Diberikan setelah 2 jamrehidrasi cairan
RI bolus 180 mU/KgB IV, dilanjutkan
RI drip 90 mU/KgBB/jam dalam NaCl 0,9%
Jika GD , 200 mg/dL – kecepatan dikurangi –RI drip 45 mU/kgBB/jam
dalam
&&&
NaCl10,9%
Jika GDstabil 200-300 mg/dL selama 12 jam –RI drip 1-2 U/jam IV,
disertai slinding scale setiap 6 jam
Jika kadar GD ada yang < 100 mg/dL; drip RI dihentikan
Setelah sliding scale tiap 6 jam, dapat diperhitungkan kebutuhan insulin
sehari.
Dibagi 3 dosis sehari subkutan, sebelum makan (bila pasien sudah makan).
3) Elektrolit
Kalium
Kalium (KCl) drip dimulai bersamaan dengan drip RI, dengan dosis 50
mEq/6 jam, syarat ada gagal ginjal, tidak ditemukan gelombang T
yang lancip dan tinggi pada EKG, dan jumlah urine cukup adekuat.
Bila kadar K + pada pemeriksaan elektrolit kedua:
< 3,5 ................ drip KCl 75 mEq/6 jam
3,0 ….. 4,5 ….. drip KCl 50 mEq/6 jam
4,5 ….. 6,0 ….. drip KCl 25 mEq/6 jam
> 6.0 ………… drip dihentikan
Bila sudah sadar, diberikan K+ oral selama seminggu, natrium
bikarbonat
- Drip 100 mEq bila pH < 7,0, disertai KCl 26 mEq drip
- 50 mEq bila pH 7,0 – 7,1, disertai KCl 13 mEq drip
- Juga diberikan pada asidosis laktat dan hiperkalemi yang
mengancam
B. Konsep Dasar Askep KAD
1. Pengkajian
a. Pengkajian
Pasien mengeluh : mual, muntah, sakit perut, sesak nafas, merasa ngantuk, sering
kencing
b. data obyektif
- pasien muntah
- bau mulut khas (keton)
- nafsu makan menurun
- dehidrasi
- kadar kalium total tubuh menurun karena poliuria
- penurunan berat badan
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan badan keton ditandai
dengan respirasi cepat dan dalam.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan dieresis
osmotic ditandai dengan dehidrasi, poliuria, mual, muntah, turgor kulit menurut.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral: anoreksia, mual, muntah, lambung penuh, nyeri
abdomen, perubahan kesadaran ditandai oleh penurunan berat badan.
d. Nyeri akut berhubungan dengan asidosis yang ditandai dengan pasien meringis,
mengeluh nyeri dibagian abdomen.
e. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perubahan metabolic
ditandai oleh perubahan kesadaaran.
f. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa.
INtervensi
NODiagnosa
keperawatanTujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1 Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan
peningkatan
badan keton
ditandai dengan
respirasi cepat
dan dalam
1. Menunjukkan
pola
pernafasan
normal/efektif
.
2. Respirasi
dalam batas
normal.
2. Kaji pola nafas
seperti adanya
pernafasan
kussmaul atau
pernafasan yang
berbau keton.
3. Frekuensi dan
kualitas
pernafasan,
penggunaan oto
10. Paru-paru
mengeluarkan asam
karbonat melalui
pernafasan yang
menghasilkan
kompensasi
alkalosis respiratoris
terhadap keadaan
ketoasidosis,
pernafasan yang
berau aseton
berhubungan
pemecahan asam
aseto-asetat dan
harus berkurang bila
ketosis harus
terkoreksi.
11. Koreksi
2
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
berhubungan
dengan dieresis
osmotic ditandai
dengan
1. Mendemon-
strasikan
hidrasi
adekuat
dibuktikan
oleh tanda
vital stabil,
nadi perifer
dapat dirasa,
bantu nafas dan
adanya periode
apnea dan
munculnya
sianosis.
4. Beri posisi yang
nyaman
menurut pasien
(semi fowler)
5. Kolaborasi
dalam
pemberian O2
1. Pantau TTV,
catat adanya
perubahan TD
ortostatik.
2. Suhu, warna
kulit, atau
kelembabannya.
hiperglikemi dan
asidosis akan
menyebabkan pola
dan frekuensi:
pernafasan
mendekati normal.
Tetapi peningkatan
kerja pernafasan:
pernafasan dangkal,
pernafasan cepat:
dan munculnya
sianosis mungkin
merupakan indikasi
dari kelelahan
pernafasan dan/atau
mungkin pasien itu
kehilangan
kemampuannya
untuk melakukan
kompensasi pada
asidosis.
12. Posisi yang nyaman
(semi fowler)
membantu
melancarkan C2
masuk, sehingga
sesak berkurang.
13. Dengan
penambahan O2
meningkatkan
penghilang distress
dehidrasi,
poliuria, mual,
muntah, turgor
kulit menurun.
turgor kulit
dan pengisian
kapiler baik,
haluaran urine
tapat secara
individu dan
kadar
elektrolit
dalam batas
normal.
3. Kaji nadi
perifer,
pengisian
kapiler, turgor
kulit, dan
membrane
mukosa.
4. Pantau masukan
dan
pengeluaran,
catat berat jenis
urine.
5. Ukur berat
badan stiap hari
6. Pertahankan
untuk
memberikan
cairan paling
sedikit 2500
respirasi.
1. Hipovolemia dapat
dimanifestasikan
oleh hipotensi dan
takikardia.
2. Meskipun demam,
menggigil dan
diaphoresis
merupakan hal
umum terjadi pada
proses infeksi,
demam dengan kulit
yang kemerahan,
kering mungkin
sebagai cerminan
dari dehidrasi.
3. Merupakan
indicator dari
tingkat dehidrasi,
atau volume
sirkulasi yang
adekuat.
4. Memberikan
perkiraan kebutuhan
akan cairan
pengganti, fungsi
ginjal, dan
3.
ml/hari dalam
batas yang
dapat
ditoleransi,
jantung jika
pemasukan
cairan melalui
oral sudah dapat
diberikan.
7. Tingkatkan
lingkungan
yang dapat
menimbulkan
rasa nyaman.
Selimuti pasien
dengan selimut
tipis.
8. Kaji adanya
perubahan
mental/sensori.
9. Catat hal-hal
keefektifan dari
terapi yang
diberikan.
5. Memberika hasil
pengkajian yang
terbaik dari status
cairan yang sedang
berlangsung dan
selanjutnya dalam
memberikan cairan
pengganti.
6. Mempertahankan
dehidrasi//volume
sirkulasi.
7. Menghindari
pemanasan yang
berlebihan terhadap
pasien lebih lanjut
akan dapat
menimbulkan
kehilangan cairan.
8. Perubahan mental
dapat berhubungan
Perubahan
pemenuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan
dengan
penurunan
masukan oral
anoreksia, mual,
muntah,
lambung penuh,
nyeri abdomen,
perubahan
kesadaran
ditandai oleh
penurunan berat
badan.
1. Mencerna
jumlah kalori/
nutrient yang
tepat.
2. Menunjukkan
tingkat energy
biasanya.
3. Mendemonstra-
sikan berat
badan stabil
atau
penambahan
kearah rentang
biasanya/yang
diinginkan
dengan nilai
laboratorium
normal.
yang dilaporkan
seperti mual,
nyeri abdomen,
muntah dan
distensi
lambung.
1. Timbang berat
badan setiap
hari atau sesuai
dengan indikasi
2. Tentukan
program diet
dan pola makan
pasien dan
bandingkan
dengan
makanan yang
dapat
dihabiskan
pasien.
3. Auskultasi
bising usus,
catat adanya
nyeri
abdomen/perut
kembung, mual,
muntahan
dengan glukosa
yang tinggi atau
yang rendah
(hiperglikemi atau
hipoglikemia)
elektrolit yang
abnormal, asidosis,
penurunan perfusi
serebral, dan
berkembangnya
hipoksia. Penyebab
yang tidak
tertangani,
gangguan kesadaran
dapat menjadi
predisposisi
(pencetus) aspirasi
pada pasien.
9. Kekurangan cairan
dan elektrolit
mengubah motilitas
lambung, yang
seringkali akan
menimbulkan
muntah dan secara
potensial akan
menimbulkan
kekurangan cairan
dan elektrolit.
1. Mengkaji
4.
makanan yang
belum sempat
dicerna,
pertahankan
keadaan puasa
sesuai dengan
indikasi.
4. Berikan
makanan cair
yang
mengandung zat
makanan
(nutrient) dan
elektrolit
dengan segera
jika pasien
sudah dapat
mentoleransinya
melalui
pemberian
cairan melalui
oral.
5. Libatkan
keluarga pasien
pada
pencernaan
makan ini sesuai
dengan indikasi.
6. Observasi
pemasukan
makanan yang
adekuat (termasuk
absorbsi dan
utilisasinya).
2. Mengidentifikasi-
kan kekurangan dan
penyimpangan dari
kebutuhan
terapeutik.
3. Hiperglikemia dan
gangguan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
dapat menurunkan
mortilitas/fungsi
lambung (distensi
atau ileus paralitik)
yang akan
mempengaruhi
pilihan intervensi.
4. Pemberian makan
melalui oral ;ebih
baik jika pasien
sadar dan fungsi
gastrointestinal
5.
Nyeri
berhubungan
dengan asidosis
yang ditandai
dengan pasien
meringis,
mengeluh nyeri
dibagian
abdomen.
Perubahan
perfusi jaringan
serebral
1. Melaporkan
nyeri berkurang
atau terkontrol.
2.. Menunjukkan
atau
menggunakan
perilaku untuk
mengurangi
kelembaban.
1. Mempertahan-
kan tingkat
kesadaran
tanda-tanda
hipoglikemia
seperti
perubahan
tingkat
kesadaran, kulit
lembab/dingin,
denyut nadi
cepat lapar,
peka rangsang,
cemas, sakit
kepala, pusing,
sempoyongan,
7. Lakukan
konsultasi
dengan ahli diet.
1. Kaji keluhan
nyeri, catat
intensitasnya,
karakteristik-
nya, lokasi dan
baik.
5. Meningkatkan rasa
keterlibatannya;
memberikan
informasi pada
keluarga untuk
memahami
kebutuhan nutrisi
pasien.
6. Karena metabolism
karbohidrat mulut
terjadi (gula darah
akan berkurang, dan
sementara tetap
diberikan insulin,
maka hipoglikemi
dapat terjadi jika
pasien dalam
keadaan koma,
hipoglikemi
mungkin terjadi
tanpa
memperlihatkan
perubahan fungsi
6.
berhubungan
dengan
perubahan
metabolic
ditandai oleh
perubahan
kesadaran.
Resiko tinggi
terhadap
perubahan
persepsi sensori
berhubungan
dengan
ketidakseimba-
ngan glukosa.
biasanya/memb
aik, fungsi
kognitif dan
motorik/sensosi.
2. mendemostrasi-
kan TTV dalam
keadaan normal
1.mempertahankan
tingkat mental
biasanya,
2. mengenali dan
mengkompen-
sasi adanya
kerusakan
sensori.
lamanya nyeri.
2. Gunakan teknik
sentuan yang
terapeutik
visualisasi
(teknik distraksi
dan relaksasi).
3. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik
1. Tentukan
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
keadaan/penye-
bab khusus
selama
penurunan
perfusi
sereberal.
2. Pantau TTV
3. Letakkan kepala
kesadaran.
7. Sangat bermanfaat
dalam perhitungan
dan penyesuaian
diet untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien; menjawab
pertanyaan dan
dapat pula
membantu pasien
atau orang terdekat
dalam
mengembangkan
perencanaan
makanan.
1. Nyeri merupakan
pengalaman
subyektif dan harus
dijelaskan oleh
pasien dan untuk
mengevaluasi
keefektifan dan
terapi yang
diberikan.
2. Memberikan pasien
sejumlah pengendali
nyeri dan/atau dapat
mengubah
mekanisme sensasi
dengan posisi
agak
ditinggikan dan
dalam posisi
anatomis
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
oksigen.
1. Pantau TTV dan
status mental.
2. Panggil pasien
dengan nama,
orientasikan
kembali sesuai
dengan
kebutuhannya.
Berikan
penjelasan yang
singkat dengan
bicara perlahan
dan jelas.
3. Jaadwalkan
intervensi
keperawatan
nyeri dan mengubah
persepsi nyeri.
3. Analgetik
meupakan obat
yang dapat
mengurangi /
menghilangkan rasa
nyeri.
1. Mempengaruhi
penetapan
intervensi.
2. Variasi mungkin
terjadi oleh karena
tekanan/trauma
serebral pada daerah
vasomotor otak
3. Menurukan tekanan
arteri dengan
meningkatkan
sirkulasi/perfusi
serebral.
4. Menurunkan
hipoksia yang dapat
menyebabkan
agar tidak
mengganggu
waktu istirahat
pasien.
4. Pelihara
aktivitas rutin
pasien
sekonsisten
mungkin,
dorong untuk
melakukan
kegiatan sehari-
hari sesuai
kemampuannya.
5. Lindungi pasien
dari cedera
(gunakan
pengikat) ketika
tingkat
kesadaran
pasien
terganggu.
Berikan
bantalan lunak
pada pagar
tempat tidur dan
berikan jalan
nafas buatuan
yang lunak pada
pagar tempat
tidur dan
vasolidasi serebral
dan tekanan
meningkat/terben-
tuknya edema.
1. Sebagai dasar untuk
membandingkan
temuan abnormal,
seperti suhu yang
meningkat dapat
mempengaruhi
fungsi mental.
2. Menurunkan
kebingungan dan
membantu untuk
mempertahankan
kontak dengan
realitas.
3. Meningkatkan tidur,
menurunkan rasa
letih, dan dapat
memperbaiki daya
pikir.
4. Membantu
memelihara pasien
tetap berhubungan
dengan realitas dan
mempertahankan
orientasi pada
lingkungannya .
5. Pasien mengalami
disorientasi
berikan jalan
nafas buatan
yang lunak jika
pasien
kemungkinan
mengalami
kejang.
6. Evaluasi lapang
pandang
penglihatan
sesuai dengan
indikasi,
7. Selidiki adanya
keluhan
parestesia,
nyeri, atau
kehilangan
sensori pada
paha/kaki. Lihat
adanya ulkus,
daerah
kemerahan,
tempat-tempat
tertekan,
kehilangan
denyut nadi
perifer.
8. Berikan tempat
tidur yang
lembut. Pelihara
kehangatan
merupakan awal
kemungkinan
timbulnya cedera,
terutama malam
hari dan perlu
pencegahan sesuai
indikasi. Munculnya
kejang perlu
diantisipasi untuk
mencegah trauma
fisik, aspirasi, dsb.
6. Edema/lepaskan
retina hemoragis,
katarak, atau
paralisis otot
ekstraokuler
sementara
mengganggu
penglihatan yang
memerlukan terapi
korektif dan/atau
perawatan
penyokong.
7. Neuropati perifer
dapat
mengakibatkan rasa
tidak nyaman yang
berat, kehilangan
sensasi
sentuhan/distorsi
yang mempunyai
kaki/tangan,
hindari terpajan
terhadap air
panas atau
dingin atau
penggunaan
bantalan/peman
an.
9. Batu pasien
dalam ambulasi
atau perubahan
posisi.
10. Berikan
pengobatan
sesuai dengan
obat yang
ditentukan
untuk mengatasi
11. Pantau nilai
laboratorium
seperti glukosa
darah,
osmolaritas
darah, Hb/Hi,
ureum kratinin.
resiko tinggi
terhadap kerusakan
kulit dan gangguan
keseimbangan.
8. Meningkatkan rasa
nyaman dan
menurunkan
kemungkinan
kerusakan kulit
karena panas.
9. Meningkatkan
keamanan pasien
terutama ketika rasa
keseimabangan
dipengaruhi.
10. Gangguan dalam
proses
pikir/potensialterha
dap aktivitas kejang
biasanya hilang bila
keadaan
hiperosmolaritas
teratasi.
11. Ketidakseimbangan
nilai laboratorium
ini dapat
menurunkan fungsi
mental. Catatan:
jika cairan diganti
dengan cepat,
kelebihan cairan
dapat masuk ke sel
otak dan dapat
menyebabkan
gangguan pada
tingkat kesadaran
(intoksikasi air).