Valuasi Untuk Ganti Rugi Tol

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Cara valuasi jalan tol

Citation preview

  • iDaftar Isi

    DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... I

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................... II

    KATA PENGANTAR......................................................................................................................... III

    1. PENDAHULUAN................................................................................................................ 4

    1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................................................................ 41.2. RUMUSAN MASALAH / PERTANYAAN PENELITIAN................................................................................. 51.3. TUJUAN......................................................................................................................................................... 51.4. KELUARAN.................................................................................................................................................... 51.5. MANFAAT...................................................................................................................................................... 5

    2. METODOLOGI .................................................................................................................. 5

    3.1. PENDEKATAN PENELITIAN......................................................................................................................... 53.2. JENIS DAN SIFAT PENELITIAN .................................................................................................................. 63.3. POPULASI PENELITIAN............................................................................................................................... 63.4. METODE PENGUMPULAN DATA ................................................................................................................. 63.5. ANALISIS DATA.......................................................................................................................................... 7

    3. HASIL PENELITIAN ......................................................................................................... 8

    3.1. GAMBARAN PERMASALAHAN YANG TIMBUL DI LOKASI PENELITIAN.................................................. 83.1.1. Jalan Tol Surabaya Mojokerto........................................................................................... 93.1.2. Jalan Tol Kertosono Mojokerto........................................................................................ 93.1.3. Permasalahan di Jalan Lintas Selatan Jawa (JLSJ) Ruas Pacitan Sidomulyo- Hadisuwarno............................................................................................................................................... 113.1.4. Permasalahan di Jalan Tol Medan Kualanamu Tebing Tinggi dan JalanAkses Bandara Kualanamu Non Tol. ................................................................................................... 12

    3.2. SISTEM PENILAIAN TANAH BESERTA ASET DI LOKASI PENELITIAN.................................................. 133.2.1. Sistem Penilaian dengan pendanaan Swasta............................................................... 133.2.1.1. Penilaian Aset terdampak di TOL SUMO..................................................................... 133.2.1.2. Penilaian Aset terdampak di TOL MOKER.................................................................. 143.2.2. Sistem Penilaian dengan pendanaan Pemerintah...................................................... 153.2.2.1. Penilaian Aset terdampak di JLSJ Ruas Pacitan Sidomulyo -Hadisuwarno.................................................................................................................................................. 15

    3.3. USULAN KOMPONEN DALAM ALTERNATIF PERHITUNGAN GANTI RUGI ........................................... 183.4. SISTEM KOMUNIKASI DI LOKASI PENELITIAN ..................................................................................... 23

    24

    4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..............................................................................25

    4.1. KESIMPULAN.............................................................................................................................................. 254.2. REKOMENDASI........................................................................................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................27

  • ii

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR 1 TRASE JALAN TOL SURABAYA - MOJOKERTO.............................................................. 9

    GAMBAR 2 TRASE JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO ......................................................... 10

    GAMBAR 3 PETA TRASE JLSJ RUAS PACITAN SIDOMULYO HADIWARNO................................... 11

    GAMBAR 4 MIND MAP USULAN KOMPONEN DALAM PERHITUNGAN GANTI RUGI LAHAN .................... 22

    GAMBAR 5 MODEL KOMUNIKASI PEMBEBASAN LAHAN ............................................................. 24

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Rinkasan Eksekutif ini merupakan ringkasan kegiatan Penelitian Perhitungan

    Pemberian Ganti Rugi Kegiatan Pembebasan Lahan Berdasarkan Valuasi Ekonomi.

    Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh

    Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan

    pada Tahun Anggaran 2011 yang bertujuan untuk mengidentifikasi proses pengadaan

    tanah untuk kepentingan umum dan alternatif perhitungan ganti rugi akibat kegiatan

    pembebasan lahan.

    Ringkasan Eksekutif ini secara garis besar menjelaskan proses dan hasil-hasil yang

    diperoleh dari penelitian.

    Surabaya, Nopember 2011

    Tim Pelaksana

  • 41. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kemajuan suatu kawasan tidak terlepas dari kontribusi kemajuan infrastruktur di

    daerah tersebut. Sudah merupakan suatu rumusan umum, jika terdapat pembangunan

    infrastruktur pada suatu kawasan atau wilayah tertentu akan selaras dengan perkembangan

    (pertumbuhan) ekonomi pada kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan pembangunan

    infrastruktur merupakan suatu variabel dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi suatu

    kawasan. Tersedianya infrastruktur yang memadai, akan mempercepat distribusi barang dan

    jasa dari suatu kawasan ke wilayah lainnya. Sehingga akan memacu laju pertumbuhan

    ekonomi regional suatu kawasan. Pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

    pertumbuhan ekonomi nasional. http://www.hijdinstitute.com

    Pada era reformasi, yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi,

    banyak pembangunan infratruktur jalan di Indonesia, baik yang dibiayai oleh pemerintah

    ataupun investor terhambat penyelesaiannya akibat kesulitan pengadaan lahan. Meskipun

    pemerintah telah mengeluarkan peraturan (PP No. 36 Th. 2005 yang disempurnakan dengan

    PP No. 65 Th. 2006) sebagai payung hukum penyelesaian pembebasan lahan, tetapi

    pelaksanaan dilapangan tetap tidak mudah.

    Sebagai contoh, Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO) dengan panjang 36,6 Km

    memerlukan lebih dari 4 (empat) tahun untuk membebaskan keseluruhan lahan yang

    dibutuhkan (dimulai 2007 saat ini). Salah satu masalah penghambat pengadaan lahan

    adalah kesepakatan harga antara pemilik lahan dengan pemerintah. Banyak pemilik lahan

    meminta nilai kompensasi lahan lebih tinngi dari harga penawaran pemerintah.

    Selama ini besaran ganti rugi lahan yang terkena proyek pemerintah ditetapkan

    berdasarkan nilai rata-rata NJOP dan harga pasar. Besaran nilai tersebut, seringkali

    dianggap oleh sebagian pemilik tanah belum layak yang berujung keengganan pemilik untuk

    melepaskan lahan. Sedangkan di lain pihak Panitia Pengadaan Tanah sebagai wakil

    pemerintah, tidak dapat memenuhi permintaan nilai tanah yang diajukan pemilik lahan

    karena ketidakadaan acuan.

  • 51.2. Rumusan Masalah / Pertanyaan Penelitian

    Pertanyaan yang berusaha dijawab dalam penelitian ini adalah : Bagaimana alternatif

    perhitungan ganti rugi pembebasan lahan berdasarkan valuasi ekonomi?

    1.3. Tujuan

    Tujuan : Menyusun Naskah Ilmiah alternatif perhitungan besaran ganti rugi uang

    pembebasan lahan

    1.4. Keluaran

    Keluaran : 1 (Satu) Naskah Ilmiah alternatif perhitungan ganti rugi uang pembebasan

    lahan proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.

    1.5. Manfaat

    Hasil penelitian secara teoritis :

    - Memberikan gambaran proses pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek

    pembangunan jalan dan jembatan yang pendanaan oleh swasta maupun

    pemerintah.

    - Memberikan panduan umum bagi Tim Pembebasan Tanah di Lingkungan

    Kementerian / Dinas Pekerjaan Umum dalam menentukan besaran ganti rugi

    pembebasan lahan yang diberikan kepada pemilik lahan.

    2. METODOLOGI

    3.1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian Perhitungan Pemberian Ganti Rugi Kegiatan Pembebasan Lahan

    Berdasarkan Valuasi Ekonomi menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha

    mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai proses pengadaan tanah untuk

    pembangunan jalan dan jembatan serta informasi alternatif perhitungan ganti rugi yang

    diterima pemilik lahan yang dilewati trase jalan sebagai akibat kehilangan hak milik.

  • 63.2. Jenis dan Sifat Penelitian

    Sifat penelitian ini adalah penelitian terapan yang bertujuan untuk menjawab

    persoalan/masalah praktis dan evaluasi kegiatan proses perhitungan ganti rugi

    pemebebasan lahan yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengadaan tanah untuk

    pembangunan.

    Exploratory research (Penelitian Penjajagan) digunakan untuk memperdalam

    pengetahuan mengenai proses pengadaan tanah dan mendapatkan ide-ide alternatif

    perhitungan ganti rugi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, baik yang membutuhkan

    lahan maupun yang memiliki lahan.

    3.3. Populasi Penelitian

    Unit analisa dari penelitian ini adalah semua pemilik lahan yang terkena dampak

    pembebasan lahan dan panitia pengadaan tanah yang terlibat dalam suatu pembangunan

    jalan.

    3.4. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi :

    3.2.1. Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang

    berhubungan dengan proses pengadaan tanah di suatu wilayah. Data sekunder

    terdiri atas :

    - Artikel-artikel di media cetak dan internet yang relevan

    - Peraturan yang terkait proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

    - Panduan rencana kegiatan pembasan tanah dan pemukiman kembali (LARAP).

    - Kajian metodelogi dan perhitungan kompensasi pembebasan tanah di negara

    lain.

    - Peta rencana trase jalan dan daerah daerah yang dilewati.

    - Dokumen dokumen pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

  • 73.2.2. Pengumpulan data primer, dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik,

    yaitu:

    - Observasi, digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum kondisi

    sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang terkena dampak pembebasan

    lahan dalam wilayah studi.

    - Wawancara mendalam, terhadap informan-informan kunci yang memiliki

    kompetensi untuk mengumpulkan data yang lengkap mengenai permasalahan

    yang sering terjadi pada kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan

    dan gambaran proses perhitungan ganti rugi. Pihak-pihak yang dilibatkan

    meliputi:

    a. Badan Pertanahan Nasional

    b. Subdit Pengadaan Tanah Ditjen Bina Marga

    c. Dinas Bina Marga

    d. Dinas Cipta Karya

    - Focus Group Disscussion (FGD) dilakukan kepada beberapa warga yang

    terkena pembebasan lahan di wilayah studi untuk mengetahui keinginan

    mendasar pemilik tanah dalam penentuan besaran ganti rugi.

    Berbagai teknik pengumpulan data tersebut dipadukan satu sama lain agar dapat

    menggali permasalahan studi secara komprehensif.

    3.5. Analisis Data

    3.3.1. Analisis kualitatif

    Analisis pada penelitian kualitatif terdiri atas tiga aliran kegiatan yaitu reduksi data,

    penyajian data dan penarikan kesimpulan / verifikasi (Miles and Huberman, 1994. Page 10-

    11). Reduksi data (data reduction) mengacu pada proses memilah, memfokuskan,

    menyederhanakan, mengintisarikan, dan mengubah data yang muncul dalam catatan

    tertulis lapangan atau transkrip, Tahap lebih lanjut dari reduksi data adalah menulis

    ringkasan, coding, mengkategori data, membandingkan data dan mengintegrasikan dengan

    tujuan penelitian. Penyajian data (data display) hasil tinjauan lapangan yang telah

    direduksi dalam bentuk matrik dan jaringan. Matrik digunakan untuk mengetahui parameter-

    parameter yang diperlukan dalam menentukan perhitungan ganti rugi suatu lahan dan data

  • 8jaringan untuk mengetahui sistem prosedur pengadaan tanah untuk pembangunan jalan

    dan jembatan.

    3.3.2. Analisis valuasi ekonomi

    Untuk mengetahui konsep opportunity cost, konsekuensi kemungkinan kehilangan

    keuntungan dalam bentuk lain akibat pemilihan suatu keputusan diperlukan satu kriteria

    yaitu kriteria well-being (kesejahteraan) anggota masyarakat. Kecenderungan individu

    mengurutkan barang-barang berdasarkan preferensinya merupakan dasar dari tindakan

    memilih yang diakibatkan keterbatasan barang dan jasa. Penilaian suatu barang atau jasa

    dalam bentuk uang merupakan konsep valuasi ekonomi.

    Pendekatan yang mengasumsikan penilaian terhadap suatu barang atau jasa

    berdasarkan karakteristik yang dimiliki, attribute-based method (ABM), dianggap sesuai

    untuk menentukan kompensasi terhadap kehilangan aset tanah. Langkah awal metode ABM

    adalah dengan mengidentifikasi komponen-komponen yang dapat dilakukan valuasi dalam

    kemungkinan biaya biaya yang melekat pada suatu aset. Komponen komponen tersebut

    dikembangkan menjadi desain eksperimental untuk dilakukan uji yang bertujuan untuk

    mengeliminasi masalah.

    Kegiatan valuasi dalam penelitian ini, masih pada langkah mencari komponen

    komponen yang berkaitan dengan suatu proses pelepasan hak atas tanah dan aset

    diatasnya.

    3. HASIL PENELITIAN

    Penggalian informasi, yang dilakukan dengan cara langsung maupun tidak

    langsung di lokasi penelitian, dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai

    permasalahan pemberian ganti rugi lahan dan alternatif-alternatif perhitungan ganti rugi

    pada kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

    3.1. Gambaran Permasalahan yang Timbul di Lokasi Penelitian

    Permasalahan yang pengadaan tanah yang terjadi di lokasi penelitian secara garis

    besar antara lain : (1) Penentuan Kompensasi; (2) Sistem Komunikasi; (3) Komitmen

    Pemerintah Daerah; (4) Legal Formal; (5) Koordinasi Antar Instansi; (6) Status Tanah.

  • 93.1.1. Jalan Tol Surabaya Mojokerto

    Jalan TOL SURABAYA MOJOKERTO adalah jalan tol yang menghubungkan Kota

    Surabaya dengan Kota Mojokerto, sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Penyelengaraan

    pengadaan tanah telah dimulai pada tahun 2007 yang mencakup empat wilayah

    pemerintah daerah, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan

    Kabupaten Mojokerto. Terhambatnya pengadaan lahan disebabkan oleh beberapa hal,

    antara lain :

    - Proses administrasi pembebasan tanah milik TNI AL, tanah milik Dinas Pekerjaan

    Umum Pengairan dan tanah milik Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).

    - Warga / pemilik lahan enggan melepaskan aset yang dimiliki karena besaran harga

    tanah yang disodorkan oleh pemerintah dianggap kecil. Harga yang diperoleh pemilik tanah

    tidak memungkinkan untuk memperoleh tanah didaerah yang sama.

    - Status kepemilikan tanah, seperti tanah berstatus Letter C dan tanah yang telah

    diwakafkan oleh pemilik terdahulu hanya melalui lisan tanpa ada perubahan sertifikat. Tanah

    berstatus Letter C adalah tanah yang belum bersertifikat dan hanya terdaftar dalam peta

    kelurahan setempat dimana letak tanah tersebut berada.

    Gambar 1 Trase Jalan Tol Surabaya - Mojokerto

    3.1.2. Jalan Tol Kertosono Mojokerto

    Jalan Tol Mojokerto - Kertosono dengan panjang 41,65 Km yang penandatanganan

    Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) telah dilakukan pada tahun 2006 ini, baru

  • 10

    menyelesaikan beberapa lahan (35,5%dari keseluruhan bidang tanah) untuk proses

    pembebasan.

    Pelaksana kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tol Kertosono

    Mojokerto adalah Pemerintah Daerah Jombang dan Pemerintah Daerah Mojokerto sesuai

    cakupan wilayah kewenangan. Profil lokasi trase jalan tol Kertosono Mojokerto dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 Trase Jalan Tol Kertosono Mojokerto

    Salah satu permasalahan yang muncul pada proses pengadaan tanah di proyek

    pembangunan Jalan TOL MOKER adalah penolakan sejumlah kecil warga di Kabupaten

    Jombang terhadap besaran ganti rugi yang telah ditetapkan pemerintah daerah, dengan

    membentuk kelompok yang bernama Jamaah Korban Pembangunan Jalan Tol atau

    disingkat menjadi JKPT.

    Kebijakan Pemerintah Kabupaten Jombang dengan memberikan nilai ganti rugi

    langsung pada nilai tertinggi dari kisaran nilai tanah disalah-artikan oleh masyarakat sebagai

    tindakan otoriter pemerintah yang tidak menghendaki adanya musyawarah.

    Langkah konsinyasi yang diambil oleh Panitia Pengadaan Tanah mengalami

    kegagalan dalam melakukan penerapan fisik meskipun mendapat pengamanan dari personel

    TNI - POLRI. Perbedaan persepsi dalam membaca peraturan tanaha yang berlaku menjadi

    kendala dilakukan penerapan fisik di lokasi.

    Selain di Kabupaten Jombang, permasalahan pengadaan tanah juga terjadi di

    wilayah Mojokerto. Lambatnya proses pembuatan peta bidang dan inventarisasi

  • 11

    menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pengadaan tanah. Kekurangan personel di pihak

    BPN Kabupaten Mojokerto ditengarai sebagai penyebab utama. Peta bidang tanah

    merupakan data pokok untuk pelaksanaan penilaian tanah beserta aset diatasnya.

    3.1.3. Permasalahan di Jalan Lintas Selatan Jawa (JLSJ) Ruas Pacitan

    Sidomulyo - Hadisuwarno

    Upaya membuka isolasi untuk lebih mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sisi

    selatan Jawa merupakan alasan pemerintah membangun Jalan Lintas Selatan Jawa. Jalan

    Lintas Selatan Jawa Ruas Pacitan Sidomulyo - Hadisuwarno merupakan bagian dari Trase

    Jalan Lintas Selatan. Pengadaan tanah didanai oleh APBD Kabupaten Pacitan dimulai pada

    Th. 2002 hingga Th. 2008.

    Total panjang penanganan Pembangunan Jalan Pacitan Sidomulyo Hadiwarno

    adalah 30,1 Km yang meliputi 13 Desa. Pembebasan lahan terkendala di Desa Jetak

    Kecamatan Tulakan yang masih menyisakan trase sepanjang 2,5 km. Lokasi pembangunan

    jalan dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3 Peta Trase JLSJ ruas Pacitan Sidomulyo Hadiwarno

    Permasalahan muncul akibat dari ketidakpuasan salah satu warga terhadap

    penetapan besaran ganti rugi pada tahun 2006 yang dirasakan terlalu rendah yaitu Rp.

    30.000/m2 (besaran maksimum). Upaya penyelesaian yang diambil Panitia 9 yaitu

  • 12

    pengukuran ulang terhadap luas lahan dan bangunan yang terkena trase jalan tidak

    mebuahkan hasil. Tuntutan masyarakat sebagai pemilik lahan kepada panitia pengadaan

    tanah, timbul dari kecurigaan terhadap sikap Panitia 9 yang tidak transparan terhadap daftar

    normatif (luasan lahan).

    Konsinyasi ternyata tidak mudah dilakukan. Meskipun warga memprotes besaran

    ganti rugi yang ditetapkan Panitia 9, tetapi mereka ambil uang ganti rugi yang dititipkan di

    pengadilan dan tetap tidak mengijinkan pelaksanaan fisik diatas lahan yang mereka miliki.

    Hal tersebut mengakibatkan pembangunan fisik tetap belum dapat dilakukan. Pihak aparat

    kepolisian pun sulit melakukan tindakan eksekusi lahan karena ketetapan konsinyasi tidak

    memiliki hukum kuat, untuk dasar pengusiran warga dari lahan yang telah dikonsinyasikan.

    Pelaksanaan konstruksi yang menggunakan sistem paket, konstruksi bertahap yang

    dibagi menjadi beberapa segmen/seksi ruas jalan, kemungkinan ditengarai juga

    menyumbangkan andil menambah permasalahan karena memberikan celah waktu yang

    memungkinkan pihak ketiga masuk. Lahan beserta rumah atau aset lain diatasnya yang

    telah terbebaskan dan tidak segera digusur memberikan persepsi bahawa lahan tidak

    tergarap dan memberikan peluang pihak provokator untuk merubah persepsi warga pemilik

    lahan untuk menolak besaran ganti rugi.

    3.1.4. Permasalahan di Jalan Tol Medan Kualanamu Tebing Tinggi dan Jalan

    Akses Bandara Kualanamu Non Tol.

    Jalan Tol Medan Kualanamu Tebing Tinggi dengan panjang trase 72 Km

    merupakan jalan penghubung kota Medan menuju tebing Tinggi. Trase jalan tol melewati

    dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, sehingga

    kegiatan pengadaan tanah dibagi menjadi dua Seksi. Seksi I dilaksanakan oleh Pemda

    Kabupaten Deli Serdang dan Seksi II dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Serdang

    Bedagai. Pendanaan kegiatan pengadaan tanah Jalan Tol Medan Kualanamu Tebing

    Tinggi berasal dari APBN.

    Permasalahan yang terjadi di Proyek Jalan Tol Medan Kualanamu Tebing Tinggi

    dan Jalan Akses Bandara Kualanamu Non Tol, antara lain :

    Ketidaksepakatan harga tanah. Terdapat 64 persen tanah di Desa Sena, untuk

    jalan akses Bandara Kualanamu non tol, terkendala adanya ketidaksepakatan harga.

    Masyarakat menginginkan tanah milik mereka dihargai sama dengan tanah di Desa Buntu

  • 13

    Beribar. Selain di Desa Sena, terdapat ketidaksepakatan atas harga di Desa Buntu Beribar

    dan Desa Tanjung Morawa B, karena nilai tanah lebih rendah dibandingkan harga pasar.

    Tanah HGU. Adanya masyarakat yang menempati tanah PTPN untuk permukiman

    dan tanah garapan. Mekanisme pembayaran ganti rugi hanya memungkinkan P2T

    membayarkan uang ganti rugi (UGR) kepada pihak yang tercatat dalam sertifikat. Pada

    Tanah HGU yang tercatat sebagai pihak yang berhak adalah PTPN, sehingga pihak yang

    menandatangani penerimaan UGR adalah PTPN. P2T bermaksud menambahkan uang

    kompensasi masyarakat penggarap tersebut didalam besaran UGR yang diterima PTPN agar

    uang tersebut dapat diberikan kepada masyarakat penggarap yang terkena dampak

    pembangunan jalan. Tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan karena seluruh UGR yang

    diterima / ditandatangani PTPN menjadi aset PTPN yang harus dilaporkan kepada Menteri

    Negara BUMN untuk tujuan pengembalian aset ke Negara.

    Tanah Eks HGU. Tanah Eks HGU adalah tanah bekas perkebunan yang telah habis

    masa ijin usaha. Tanah eks HGU didiami oleh masyarakat untuk keperluan permukiman,

    pertanian ataupun usaha. Masyarakat berkenan pindah dari tanah tersebut dengan syarat

    diberikan kompensasi atas bangunan yang telah mereka bangun dan tempati. Permasalahan

    diatasi dengan Peraturan Gubernur No. 62 Th. 2011 sebagai landasan hukum pemberian

    santunan bagi masyarakat yang menepati tanah Eks HGU.

    Tanah Sengketa Masyarakat dengan PT. KAI. Ditemukan permasalan masyarakat

    menempati dan memiliki sertifikat (Sertifikat Hak Milik) atas tanah yang tercatat sebagai

    aset milik PT. KAI berdasarkan surat ground card (peta) jaman Belanda.

    Komitmen Pemerintah Daerah. Kurang aktifnya Pemerintah Daerah dalam

    melaksanakan kegiatan pengadaan tanah menuntut Tim Pembebasan Tanah dari Pihak

    Kementerian Pekerjaan Umum untuk selalu aktif berkoordinasi dan berinisiatif

    menyelesaikan kelengkapan setiap tahap pengadaan tanah.

    3.2. Sistem Penilaian Tanah beserta Aset di Lokasi Penelitian

    3.2.1. Sistem Penilaian dengan pendanaan Swasta

    3.2.1.1. Penilaian Aset terdampak di TOL SUMO

    Pelaksanaan penilaian tanah Tol SUMO secara keseluruhan dilakukan oleh KJPP

    IJR PT. Sucofindo Advisory atas penunjukan langsung oleh Gubernur Jawa Timur. Penilaian

    dilakukan berdasarkan pada nilai pasar dengan menggunakan nilai kesetaraan berdasarkan

    faktor fisik dengan menggunakan variable : (a) Waktu; (b) Lokasi; (c) Bentuk; (d) Jalan

  • 14

    Masuk; (e) Surat tanah, kondisi fisik dan (f) Peruntukan, luas dan faktor faktor yang

    mempengaruhi nilai tanah.

    Pada tahun 2008, dilakukan penilaian ulang pada tanah yang berada di

    Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik (Seksi III) oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP)

    Nanang Rahayu. Metode yang digunakan dalam penilaian tanah adalah metode pendekatan

    perbandingan data pasar. Koreksi penyesuaian pada metode ini dengan menggunakan

    faktor lokasi, faktor kegunaan, faktor fisik, faktor sarana dan faktor waktu.

    Faktor lokasi adalah status letak suatu tanah pada suatu daerah apakah itu kota

    atau desa yang menentukan kemudahan pencapaian sebuah properti. Penilai melihat tanah

    berdasarkan tingkat strategis letak tanah, jauh-dekatnya lokasi dengan fasilitas umum

    (tempat ibadah, pasar tradisional, kantor pemerintahan, dll). Faktor kegunaan dengan

    mempertimbangkan peruntukan tanah, apakah pertanian, pemukiman atau industri. Faktor

    fisik meliputi keterangan ukuran, bentuk tanah, topografi dan kondisi tanah. Faktor sarana

    adalah kelengkapan sarana yang dimiliki oleh suatu properti yang meliputi jalan masuk (tipe

    konstuksi jalan dan lebar jalan), PDAM, PLN, Telkom, angkutan umum dan lain-lain. Faktor

    waktu adalah keterangan kapan terjadinya penjualan / transaksi atau masih dalam bentuk

    penawaran. Penilai tanah melakukan pembagian lahan menjadi empat jenis lahan yaitu :

    a) tanah sawah/tegalan didalam;

    b) tanah sawah/tegalan dipinggir jalan;

    c) tanah pekarangan dipinggir jalan desa

    d) tanah pekarangan didalam.

    3.2.1.2. Penilaian Aset terdampak di TOL MOKER

    Penilaian atas tanah di Kabupaten Jombang telah dilakukan pada tahun 2007

    oleh pemenang tender konsultan penilai, yaitu Daksana Intra Swadaya. Sebagian besar

    masyarakat yang menolak adalah masyarakat petani yang menopangkan penghidupannya

    dari hasil tanah yang dimiliki. Sebagai contoh, tanah yang dimanfaatkan sebagai produksi

    batu bata yang dapat menghasilkan 500 buah bata untuk setiap luasan satu meter (satu

    bata dapat dijual dengan harga Rp. 1500,-) dinilai Rp. 70.000/m2.

    Keluhan terhadap penilaian bangunan (rumah) yang terkena trase jalan tol juga

    diajukan oleh masyarakat. Penilaian terhadap rumah milik masyarakat terdampak

  • 15

    diklasifikasikan menjadi dua jenis bangunan yaitu rumah tinggal tidak bertingkat dan rumah

    tinggal bertingkat yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelas berdasarkan luas

    bangunan dan lahan yang dimiliki, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Nilai HSPGN yang

    didapat kemudian dikalikan dengan persentase biaya komponen kegiatan. HSPGN berasal

    dari hasil survey pasar yang diperbarui setiap tiga bulan sekali dan dikeluarkan oleh

    Pemerintah Daerah, Kabupaten Jombang.

    Tabel 1 Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya

    Tipe Luas Bangunan Luas Lahan

    Khusus 400 m2 1000 m2

    A 250 m2 600 m2

    B 120 m2 350 m2

    C 70 m2 200 m2

    D 50 m2 120 m2

    E 36 m2 100 m2

    Sumber : Permen PU No.45/PRT/M/2007

    Perhitungan tersebut diatas berbeda dengan panduan perhitungan nilai pasar

    bangunan yang dikeluarkan oleh BPN yang menggunakan Daftar Komponen Penilaian

    Bangunan (DKPB) sebagai dasar penilaian. Nilai pasar bangunan merupakan nilai Biaya

    Penggantian Baru (Replacement Cost New / RCN) bangunan yang dikurangi dengan besaran

    penyusutan akibat umur efektif bangunan dan tingkat inflasi. Biaya Penggantian Baru

    bangunan berasal dari biaya langsung (DC) ditambah dengan biaya tidak langsung (IC).

    Biaya langsung (DC) adalah luas per meter persegi fisik suatu bangunan dikalikan dengan

    total nilai DKPB sedangkan biaya tidak langsung (IC) adalah beberapa persen dari DC.

    Kekurangan dari sistem perhitungan dengan menggunakan HSPGN adalah

    bangunan dinilai sama rata berdasarkan luas bangunan. Sedangkan sistem penilaian

    menggunakan DKPB perlu lebih mencermati komponen komponen bangunan secara detail

    agar tidak merugikan warga terdampak.

    3.2.2. Sistem Penilaian dengan pendanaan Pemerintah

    3.2.2.1. Penilaian Aset terdampak di JLSJ Ruas Pacitan Sidomulyo -

    Hadisuwarno

    Penafsiran atau penilaian tanah pada Proyek JLSJ oleh Tim Penaksir dilakukan

    berdasarkan nilai NJOP, Nilai Pasaran dan Nilai Transaksi. Besaran nilai NJOP dapat

  • 16

    diketahui dari surat pajak tanah dan bangunan pemilik lahan. Nilai pasaran diperoleh dari

    kisaran harga yang berlaku di masyarakat. Nilai transaksi adalah nilai penjualan tanah yang

    tercatat di Kecamatan dan Kelurahan. Besaran nilai Taksiran Tim diperoleh dari nilai rata -

    rata penjumlahan nilai NJOP terendah dan nilai Pasaran tertinggi dengan

    mempertimbangkan nilai transaksi. Contoh hasil penaksiran harga tanah yang dilakukan

    Pemda Pacitan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut,

    Tabel 2. Hasil Taksiran Tanah untuk pembangunan pelabuhan di Pacitan(14 15 April 2011)

    No. Lokasi NJOP (Rp)Pasaran

    (Rp)

    Transaksi

    (Rp)

    Taksiran Tim

    (Rp)

    1. Dusun GayamDesa Sidomulyo Kec.Kebonagung

    14.000 s/d15.000

    40.000 s/d190.000

    40.000 s/d143.000

    35.000 s/d100.000

    2. Dusun KaliwaruDesa Sidomulyo Kec.Kebonagung

    7.150 s/d8.150

    30.000 s/d40.000

    30.000 s/d40.000

    30.000 s/d40.000

    Sumber : Bagian Administrasi Pemerintah Umum Pemda Pacitan.

    Penggunaan sistem zona dalam menilai tanah ditemukan tidak tepat digunakan

    untuk penilaian pengadaan tanah. Kelemahan dari cara pandang terhadap nilai tanah

    berdasarkan zona lokasi adalah penilai hanya menilai tanah berdasarkan perbandingan

    tanah yang ditinjau terhadap nilai tanah sejenis tanpa memperhitungkan aspek-aspek sosial

    ekonomi yang melekat pada tanah sebagai modal ekonomi individu-individu pemilik atau

    pengguna tanah serta kemungkinan kehilangan keuntungan akibat melepaskan kepemilikan

    atas tanah tersebut. Semisal, suatu lahan yang berada di tepi jalan dengan peruntukan

    sebagai lahan pekarangan produktif yang ditanami dengan pohon pisang memiliki

    persamaan nilai dengan tanah kosong yang berada di tepi jalan yang sama atau dua tanah

    pertanian produktif dengan dilengkapi sistem irigasi akan terhitung memiliki persamaan nilai

    per meter persegi tanah meskipun salah satu lahan terpotong trase jalan sehingga

    pemanfaatan sisa tanah tidak dapat maksimal. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan

    mengubah sudut pandang penilaian terhadap tanah sebagai suatu aset properti dan tanah

    sebagai aset bisnis yang berbeda satu dengan yang lain tergantung peruntukan, sehingga

    metode yang digunakan harus berupa penilaian tanah bidang per bidang. Perbandingan nilai

    pasar sangat tergantung pada data data nilai transaksi yang tercatat dalam buku

    rekapitulasi transaksi jual beli yang dimiliki oleh pihak kelurahan/kantor desa atau

    kecamatan. Permasalahan kebenaran data di perkotaan, bahwa nilai transaksi yang tercatat,

    bukan merupakan nilai transaksi nyata dilapangan. Kepala Desa/Lurah dan Camat terkadang

  • 17

    tidak dikutsertakan dalam perjanjian jual beli sehingga data nilai transaksi hanya berasal

    dari laporan pelaku jual beli. Nilai transaksi yang terlaporkan dapat memiliki nilai lebih

    rendah ataupun lebih tinggi tergantung kebutuhan atau kepentingan pihak pelaku jual beli.

    Nilai transaksi yang dilaporkan lebih rendah bertujuan untuk mengurangi besar pajak yang

    harus dibayar kepada pemerintah. Berbeda dengan nilai transaksi yang terlaporkan lebih

    tinggi diperuntukkan untuk kebutuhan penyertaan modal dalam pengajuan pinjaman.

    Sedangkan permasalahan di pedesaan adalah tidak adanya data penjualan tanah pada

    kurun waktu tertentu. Hal ini dikarenakan perubahan peruntukan tanah di pedesaan tidak

    secepat perkembangan tanah di perkotaan. Persamaan dan perbedaan sistem penilaian

    tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Matrik Perbandingan Sistem Penilaian Tanah

    No. Uraian JLSJ ruas Pacitan HadiwarnoJalan Tol Surabaya

    Mojokerto Kertosono

    Jalan Tol Medan Kualanamu Tebing

    Tinggi1. Sumber Dana APBD dan APBN Badan Layanan Umum (BLU) APBN

    2.Mekanismepengadaantanah

    - Perpres No. 36 Th.2005 jo Perpres No.65 Th. 2006

    - Keputusan KepalaBPN No. 3 Th. 2007

    - Perpres No. 36 Th. 2005 joPerpres No. 65 Th. 2006

    - Keputusan Kepala BPN No.3 Th. 2007

    - Perpres No. 36 Th.2005 jo Perpres No. 65Th. 2006

    - Keputusan Kepala BPNNo. 3 Th. 2007

    3.Tahunpelaksanaanpenilaian

    Th. 2006

    - Th. 2006, dan Th. 2008penilaian ulang untukbeberapa desa (Tol Sumo)

    - Th. 2007 (Tol Moker,Kabupaten Jombang)

    Th. 2008

    4. Sistem gantirugi

    - Uang- Sertifikasi - Uang

    - Uang

    5. Aset yangdiganti uang

    - Lahan- Bangunan

    - Lahan- Bangunan- Tanaman- Utilitas

    - Lahan- Bangunan- Tanaman- Utilitas

    6. Metodepenilaian

    - Metode penilaiandenganmembandingkan nilaiNJOP, Nilai Pasarandan Nilai Transaksiuntuk memperolehnilai Taksiran.

    - Besaran nilai TaksiranTim diperoleh darinilai rata - ratapenjumlahan nilaiNJOP dan nilaiPasaran denganmempertimbangkan

    - Metode penilaianperbandingan nilai pasardengan faktor fisikmenggunakan variablesebagai berikut :(a)Waktu; (b) Lokasi;(c) Bentuk; (d) JalanMasuk; (e) Surat tanah,kondisi fisik;(f) Peruntukan, luas danfaktor faktor yangmempengaruhi nilai tanah

    - Koreksi penyesuaian pada

    - Metode penilaianperbandingan nilaipasar

    - Dasar penilaian yangdigunakan adalah NilaiJual Obyek Pajak(NJOP), harga pasardan nilai terakhirpenjualan.

  • 18

    No. Uraian JLSJ ruas Pacitan HadiwarnoJalan Tol Surabaya

    Mojokerto Kertosono

    Jalan Tol Medan Kualanamu Tebing

    Tingginilai transaksi. (rangeterendah dantertinggi)

    penilaian ulang dilakukanpada faktor lokasi, faktorkegunaan, faktor fisik,faktor sarana dan faktorwaktu.

    - Dasar penilaian yangdigunakan adalah NilaiJual Obyek Pajak (NJOP),harga pasar dan nilaiterakhir penjualan.

    7. Sistempenilaian - Metode zona tanah - Metode zona tanah- Metode zona tanah

    8.Pihak yangmelakukanpenilaian

    Tim Penafsir tanah yangdibentuk berdasarkan SKBupati

    Lembaga Penilai Tanah(Appraisal /KJPP)

    Lembaga Penilai Tanah(Appraisal /KJPP)

    3.3. Usulan Komponen dalam Alternatif Perhitungan Ganti Rugi

    Sistem perhitungan ganti rugi yang diberikan kepada pemilik tanah, hasil diskusi

    dengan BPN dan Subdit Pengadaan Tanah, selama ini telah memperhitungkan penilaian fisik

    dan penilaian non fisik. Penilaian fisik adalah nilai fisik dari hak atas tanah menggunakan

    berbasis nilai pasar. Nilai non fisik merupakan nilai kehilangan finansial akibat kehilangan

    aset tanah yang diwakili oleh nilai premium, nilai selain akibat kehilangan finansial seperti

    nilai kosmis religious magis atau ikatan emosional yang dimiliki tanah tidak diperhitungkan.

    Perumusan perhitungan ganti rugi yang telah dilakukan adalah :

    = + ( ) + ( ) + ( ) 1.6

    Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) penilaian tanah yang dikeluarkan

    oleh Badan Pertanahan Nasional, kehilangan finansial akibat pengadaan tanah meiputi :

    - Kerugian akibat nilai tanah yang menurun akibat tanah terbebaskan sebagian.

    - Kerugian akibat kehilangan usaha yang sedang berjalan.

    - Biaya yang ditimbulkan akibat relokasi/biaya pindah ke tempat baru.

    - Biaya yang timbul akibat relokasi / pindah ke tempat baru.

    Langkah awal dalam melakukan valuasi ekonomi terhadap suatu barang atau jasa

    adalah dengan mengidentifikasikan komponen - komponen perhitungan ganti rugi yang

  • 19

    diklasifikasikan sesuai peruntukan suatu tanah atau lahan. Pengklasifikasi terdiri atas :

    (1)Permukiman; (2)Perkantoran; (3)Pertokoan/Warung; (4)Tanah Pertanian/Perkebunan;

    (5)Tanah Kehutanan; (6)Tanah HGU; (7)Tanah Eks HGU; (8)Utilitas PLN/PDAM; (9)Aset PT.

    KAI; (10)Aset TNI/POLRI; (11)Aset Desa; (12)Tanah Wakaf dan (13)Fasus/Fasos. Gambaran

    komponen komponen tanah sesuai klasifikasi dapat dilihat pada Gambar 4.4.

    Berdasarkan uraian diatas maka dibuat usulan komponen komponen alternatif

    perhitungan ganti rugi pembebasan lahan sebagai berikut :

    - Permukiman

    = + + + + Keterangan :

    X1 = nilai pasar tanahX2 = nilai bangunanX3 = faktor kehilangan waktu tempuh untuk beraktivitasX4 = biaya kontrak/sewaX5 = biaya pindaha,b,c = nilai pengali

    - Perkantoran

    = + + + + Keterangan :

    X1 = nilai pasar tanahX2 = nilai bangunanX3 = faktor kehilangan waktu tempuh untuk beraktivitasX4 = biaya kontrak/sewaX5 = biaya pindahd,e,f = nilai pengali

    - Pertokoan / Warung

    TokoWarung = + + gY + hY + i + jY

    Keterangan :

    X1 = nilai pasar tanahX2 = nilai bangunanY1 = biaya pemulihan pendapatanY2 = biaya promosiX5 = biaya pindahY3 = kompensasi jarak tempat usaha ke sumber modalg,h,i,j = nilai pengali

  • 20

    - Tanah Pertanian / PerkebunanKompensasi PertanianPerkebunan = X + X + kY + X+ lYKeterangan :

    X1 = nilai pasar tanahX2 = nilai bangunanY1 = biaya pemulihan pendapatanX6 = nilai tanamanY3 = kompensasi jarak tempat tinggal ke tempat aktivitask,l = nilai pengali

    - Tanah Kehutanan Kompensasi kehutanan = 2X + YKeterangan :

    X1 = nilai pasar tanahY4 = biaya appraisal

    - Tanah HGU Kompensasi HGU = X + X+ mX+ X + nYKeterangan :

    X1 = nilai pasar tanahX2 = nilai bangunanX6 = nilai tanamanX5 = biaya pindahY5 = biaya pelatihan/modalm,n = nilai pengali

    - Tanah Eks HGU Kompensasi Eks HGU = X + mX+ X+ nYKeterangan :X2 = nilai bangunanX6 = nilai tanamanX5 = biaya pindahY5 = biaya pelatihan/modalm,n = nilai pengali

    - Utilitas PLN / PDAM Kompensasi PLN/PDAM = Y + Y + YKeterangan :Y6 = biaya relokasi instalasiY7 = biaya konstruksi instalasi baruY8 = biaya bongkar instalasi lama

  • 21

    - Aset PT. KAI Kompensasi PT. KAI = XKeterangan :

    X2 = nilai pasar tanah

    - Aset TNI / POLRI Kompensasi HGU = X + X+ mX+ X + nYKeterangan :

    X1 = nilai pasar tanahX2 = nilai bangunan

    - Aset Desa Kompensasi Aset Desa = X + YKeterangan :

    X1 = nilai pasar tanahY4 = biaya appraisal

    Besaran nilai pengali belum dapat diketahui dengan pasti karena memerlukan proses

    simulasi yang berulang dan survey lebih detail untuk memperoleh nilai yang tepat.

  • 22

    Gambar 4 Mind Map Usulan Komponen dalam Perhitungan Ganti Rugi Lahan

  • 23

    3.4. Sistem Komunikasi di Lokasi Penelitian

    Kabupaten Jombang sebagai lokasi penelitian memiliki konfigurasi sosial yang

    rumit, sekaligus derajat konflik menengah-berat, sehingga pembebasan lahan tol Mojokerto

    Kertosono (Moker) tidak berjalan lancar.

    Pembebasan tanah untuk jalan Tol Moker, bisa digambarkan dalam matrik sebagai

    berikut :

    No Masalah Aspek Reaksi

    1. Sosialisasi - Perbedaan freqwensi /

    jumlah sosialisasi antara

    pemerintah dan warga

    - Perbedaan kualitas dan

    pemaknaan atas sosialisasi

    antara pemerintah dan warga

    - Intimidasi dalam sosialisasi

    - Minimnya pengetahuan warga

    atas sosialisasi.

    - Ketidakpahaman warga atas

    manfaat pembanguan jalan tol

    - Ketidakpahaman warga atas

    jumlah dan perhitungan ganti

    untung

    - Ketidakpahaman warga atas hak

    dan kuwajiban mereka

    - Warga tidak memahami timeline

    tahap-tahap pembangunan

    - Warga menjadi ketakutan

    2 Musyawarah - Perbedaan persepsi dan

    makna musyawarah antara

    warga masyarakat dan

    pemerintah

    - Intimidasi aparat dalam

    musyawarah

    - Warga kecewa atas penetapan

    harga dan tidak adanya ruang

    untuk diskusi

    - Warga merasa terintimidasi

    - Muncul Jamaah Korban

    Pembangunan Jalan Tol

    3 Administrasi - Ada oknum memalsukan

    tanda tangan, diketahui

    warga saat sidang di

    pengadilan

    - Pungutan liar dengan dalih

    biaya administrasi

    - Kekecewaan dan kemarahan

    - Konsolidasi Jamaah Korban

    Pembangunan Jalan Tol

    4 Kultur Warga - Bergesernya peran tokoh

    local kyai

    - Hilangnya kepercayaan warga

    terhadap fungsi kyai sebagai

    fasilitator

    5 Pemetaan - Pemerintah belum optimal - Kaburnya batas dan peran dari

  • 24

    Sosial memetakan konfigurasi

    aktor-aktor sosial dalam

    pergerakan melawan

    komunitas Jamaah Korban

    Pembangunan Jalan Tol

    masing-masing actor sosial

    sehingga gagal membaca dan

    memprediksikan rencana

    masyarakat

    Rencana Tahapan Komunikasi (Communication Scenario Planning)

    Gambar 5 Model Komunikasi Pembebasan Lahan

    ProgamPembebasan

    Lahan

    Investor TPT

    Permen PU No. 01/PRT/M/ 2007 mengaturMOU dengan Investor agar pada masaoperasionalmelaksanakan Corporate

    Social Responsibility.

    Pemerintah

    P2T Warga SATGAS

    P2T merupakan kepanitian Ad hoc yang berfungsi sebagaipengesah proses pelepasan hak atas tanah dalam kegiatan

    pengadaan tanah untuk umum, sebagaimana layaknyaNotaris yang memiliki fungsi hukum.

    Tokoh masyarakat dapat berperan dalam kegiatansosialisasi dengan dibentuk Satgas kegiatan sosialisasi yang

    mengikutsertakan tomagada didalamnya.

    Pembentukan Satgas terdiri dari pejabat instansi yang terkaitpengadaan tanah merupakan wewenang P2T. Tugas Satgassebaiknya diperjelas menghindari kecurigaan mengintimidasi.

    Kementerian PU tidak dapat mencampuri wewenangtersebut.

    FasilitasiPemerintah desa(camat Kades)

    POSKO PENGADUAN(INFORMATION CENTRE)

    MEDIA DISEMINASI

    Bagan alir pengadaan tanah sesuaiPerpres No. 36 Th. 2005 jo Perpres No. 65

    Th.2006 dan Perka BPN No. 3 Th.2007,dapat ditempelkan pada papan

    pengumuman di Balai Desa.Disampaikan dengan bahasa yang mudah

    dipahami masyarakat.

    SOSIALISASI Masyarakat dijelaskan pemilihan metode penilaiantanah (system zona atau system bidang) saat sebelum

    pelaksanaan penilaian.

    Menghindarkan teknik sosialisasi yg mengandalkanjanji.

    MUSYAWARAH Progres pengadaan tanah yang menampilkan bidangtanah mana saja (beserta nama pemilik) yang telah

    terbebaskan dapat ditempelkan di papan pengumumandi Balai Desa. Disampaikan dengan bahasa yang mudah

    dipahami masyarakat.

    PEMBERIAN GANTIUNTUNG

    RELOKASI

    GANTI UANGATAU

    BUKAN UANG

  • 25

    4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    4.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil temuan dilapangan dan analisis dapat disimpulkan hal-hal sebagai

    berikut :

    (a) Alternatif perhitungan ganti rugi pembebasan lahan yang diterapkan di lapangan

    adalah hasil penilaian tanah berbasis nilai pasar yang ditambahkan dengan nilai premium

    yang diasumsikan sebagai nilai non fisik tanah. Rumus perhitungan ganti rugi dapat dilihat

    pada rumus dibawah ini.

    = + ( ) + ( ) + ( ) 1.6

    (b) Proses pengadaan tanah untuk pembangunan jalan dan jembatan yang pendanaan

    oleh swasta maupun pemerintah secara garis besar tidak memiliki perbedaan dalam alur

    pelaksanaan ataupun pihak yang berwenang dalam melaksanakan pengadaan tanah dan

    melakukan penilaian atas tanah beserta aset diatasnya. Perbedaan, hanya terdapat pada

    pengambilan kebijaksanaan untuk menyelesaikan permasalahan ganti rugi yang diberikan

    kepada pemilik aset yang disebabkan tingkat flesibelitas aliran dana. Pihak swasta akan

    lebih mudah berkompromi dengan masyarakat dengan pertimbangan sebagai usaha

    menghindari kerugian yang lebih besar akibat terkendalanya pengadaan tanah.

    4.2. Rekomendasi

    Rekomendasi yang diberikan terkait alternatif komponen perhitungan ganti rugi dan

    sistem komunikasi yang perlu dicermati.

    (a) Perhitungan ganti rugi / komponen perlu memperhatikan klasifikasi kegunaan tanah

    bidang per bidang tanah yang berujung pada penentuan jenis komponen yang terkandung

    didalamnya. Perhitungan kompensasi untuk kepentingan umum merupakan gabungan

    antara penilaian faktor fisik dan faktor non fisik. Faktor non fisik meliputi biaya pindah ke

    lokasi baru; biaya sewa/kontrak (jika ada); biaya kehilangan usaha yang merupakan

    gambaran ekspektasi tanah (fungsi ekonomis dari tanah tersebut); kompensasi pemulihan

    pendapatan; dan biaya yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha di tempat baru.

  • 26

    (b) Diperlukan rencana tahapan komunikasi untuk mencegah benturan yang mungkin

    terjadi dalam proses pengadaan tanah. Sistem komunikasi dua arah yang memungkinkan

    masukan atau pengaduan dari masyarakat terdampak dalam tahap penentuan keputusan

    sehingga keterlibatan tidak sebatas sebagai penderita adalah penting untuk dicermati

    mengingat nasib masyarakat setelah melepaskan hak atas tanah yang dimiliki tergantung

    pada tahapan tersebut.

  • 27

    DAFTAR PUSTAKA

    - Miles, Matthew B and Huberman, A.M. 1994. Qualitative data analysis. SAGE

    Publications, Inc.

    - Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan

    Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Jakarta, 3 Mei

    2005.

    - Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 Tentang

    Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan

    Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Jakarta, 15

    Juni 2006.

    - Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

    Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang

    Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

    Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006

    Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang

    Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

    - Anonim. Handbook for Preparing a Resettlement Action Plan. International Finance

    Corporation.