Ulkus Diabetes

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    1/29

    SATUAN ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)

    DI RUANG MENUR RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA

    DISUSUN OLEH:

    1. FAREZTI ERFANDI, S.Kep (G1B210037)2. DWI LESTARI PA, S.Kep (G1B210042)3. EMI SULISTYAWATI, S.Kep (G1B210044)4. FERY OKTA, S.Kep (G1B210047)5. SOFI OKTAVIANI, S.Kep (G1B210050)6. JOHAN JAUHARI, S.Kep (G1B210058)7. RINA AFRIYANI, S.Kep (G1B210059)8. MAULADHI IRFAN, S.Kep (G1B210065)9. APRILIANI Y W, S.Kep (G1B210067)

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN

    PROGRAM PROFESI NERS

    PURWOKERTO

    2011

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    2/29

    ULKUS DIABETES

    A. PengertianUlkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes

    mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya

    kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada

    permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi

    vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada

    penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi

    disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.

    Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner

    dikutip oleh Waspadji S, terdiri dari 6 tingkatan:

    0. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.1. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.2. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.3. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.4. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari

    kaki, bagian depan kaki atau tumit.

    5. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki

    B. EtiologiApabila pada seseorang penderita kencing manis kadar glukosa

    darahnya tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi

    menahun (kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan

    bila mengenai sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan

    bila mengenai ginjal menyebabkan gangguan fungsi ginjal). Adapun gambaran

    luka padapenderita kencing manis dapat berupa: demopati (kelainan kulit

    berupa bercak-bercak bitam di daerah tulang kering), selulitis (peradangan dan

    infeksi kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka oval, kronik, tepi

    keputihan), osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (lika kehitaman

    dan berbau busuk). Ada beberapa hal yang mempengaruhiterjadinya ulkus

    diabetik, yaitu:

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    3/29

    1. Neuropati diabetik.Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah

    yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau

    menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita

    mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa. Gejala-gejala

    Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan: bahasa jawa), rasa tebal

    ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.

    2. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah

    menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan

    terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai maka tungkai

    akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang

    merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan

    asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga

    menyebabkan kulit sulit sembuh.

    3. InfeksiInfeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik

    (neoropati).

    C. PatofisiologiSalah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes

    mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor

    yang sering disebut Trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.

    Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan

    terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringansyaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga

    mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia,

    menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan

    hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan

    menjadi ulkus diabetika.

    Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena

    kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    4/29

    ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga

    sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya

    denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi

    atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis

    jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau

    tungkai.

    Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan

    menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.

    Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena

    berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak

    nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian

    jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika.

    Proses angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa penyempitan

    dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah

    terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi

    berkurang kemudian timbul ulkus diabetika. Pada penderita DM yang tidak

    terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram

    basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat

    terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi

    darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus

    diabetika.

    Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan

    HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di

    jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang

    menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkankematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika.

    Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit

    menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah

    menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding

    pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.

    Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,

    trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    5/29

    menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan

    yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis.

    Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi

    penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (high-

    density-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor

    risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap

    aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan

    menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan

    selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya

    dimulai dari ujung kaki atau tungkai. aerobik Staphylokokus atau

    Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium

    novy, dan Clostridium septikum Patogenesis ulkus diabetika pada penderita.

    D. Manifestasi KlinisUlkus diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun

    nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan

    dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati

    menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli

    membrikan gejala klinis 5 P yaitu :

    1. Pain (nyeri)2. Paleness (kepucatan)3. Paresthesia (kesemutan)4. Pulselessness (denyut nadi hilang)5. Paralysis (lumpuh)

    Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola darifontaine:

    1. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)2. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten3. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat4. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    6/29

    E. Pemeriksaan Penunjang1. X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium2. Untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan

    menentukan

    3. Kuman penyebabnya.

    F. Penatalaksanaan Medis1. Strategi Pencegahan

    Fokus pada penanganan ulkus diabetikum adalah pencegahan

    terjadinya luka. Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada

    pasien, perawtan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat

    melindungi. Pada penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan

    sepatu hanya saja sepatu yang digunakan jangan sampai sempit atau sesak.

    Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita Resiko tinggi adalah kuku

    harus dipotong secara tranversal untuk mencegah kuku yang tumbuh

    kedalam dan merusak jaringan sekitar.

    2. Penanganan Ulkus DiabetikumPenangan ulkus diabetikum dapat dilakukan dalam berbagai

    tingkatan :

    a. Tingkat 0 :Penanganan pada tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien tentang

    bahaya dari ulkus dan cara pencegahan.

    b. Tingkat IMemerlukan debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang

    infeksiusgkat IIMemerlukan debrimen antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur,

    perawatan luka dan pengurangan beban yang lebih berarti.

    c. Tingkat IIIMemerlukan debrimen yang sudah menjadi gangren, amputasi

    sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan pemberian antibiotik

    parenteral yang sesuai dengan kultur.

    d. Tingkat IV

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    7/29

    Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagaian atau

    seluruh kaki.

    G. KomplikasiKomplikasi diabetes Mellitus adalah sebagai berikut (Mansjoer, 1999) :

    1. Komplikasi akuta. Kronik hipoglikemia

    b. Ketoasidosis untuk DM tipe Ic. Koma hiperosmolar nonketotik untuk DM Tipe II

    2. Komplikasi kronik1) Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah

    jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak

    2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik dannefropati diabetik

    3) Neuropati diabetik4) Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih5) Ulkus diabetikum

    H. Rencana Asuhan Keperawatan1. Pengkajian

    Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

    keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

    a. Pengumpulan dataPengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam

    menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat

    diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan

    laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

    b. Anamnese1) Identitas penderita

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    8/29

    Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

    alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal

    masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

    2) Keluhan UtamaAdanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang

    menurun, adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau,

    adanya nyeri pada luka.

    3) Riwayat kesehatan sekarangBerisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka

    serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk

    mengatasinya.

    4) Riwayat kesehatan dahuluAdanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang

    ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit

    pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun

    arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-

    obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

    5) Riwayat kesehatan keluargaDari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota

    keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang

    dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,

    jantung.

    6) Riwayat psikososialMeliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang

    dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapankeluarga terhadap penyakit penderita.

    c. Pemeriksaan Fisik1) Status kesehatan umum

    Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

    berat badan dan tandatanda vital.

    2) Kepala dan leher

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    9/29

    Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

    leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan

    pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,

    gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah

    penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

    3) Sistem integumenTurgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas

    luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan

    gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan

    kuku.

    4) Sistem pernafasanAdakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM

    mudah terjadi infeksi.

    5) Sistem kardiovaskulerPerfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

    takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

    6) Sistem gastrointestinalTerdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

    dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,

    obesitas.

    7) Sistem urinaryPoliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit

    saat berkemih.

    8) Sistem muskuloskeletalPenyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

    9) Sistem neurologisTerjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

    mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

    d. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

    1) Pemeriksaan darah

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    10/29

    Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa

    >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

    2) UrinePemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan

    dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat

    melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),

    merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

    3) Kultur pusMengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik

    yang sesuai dengan jenis kuman.

    2. Diagnosa Keperawatana. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

    pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

    b. Inefektif perfusi jaringan berhubungan denganmelemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat

    adanya obstruksi pembuluh darah.

    c. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangrenpada ekstrimitas.

    d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologise. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.f. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

    g. Risiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.h. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

    penyakitnya.i. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah

    satu anggota tubuh.

    j. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    11/29

    VESICOLITIASIS

    A. PengertianBatu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem

    perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering

    ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).

    Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih

    akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar

    secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri

    (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu

    kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih,

    batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani dalam

    Soeparman, 2001:377).

    Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat

    defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam

    urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat

    yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer,

    2002:1460).

    Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu

    atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi (Smeltzer, 2002:1442). Long,

    (1996:318) menyatakan sumbatan saluran kemih yang bisa terjadi dimana saja

    pada bagian saluran dari mulai kaliks renal sampai meatus uretra.

    Hidronefrosis adalah pelebaran/dilatasi pelvis ginjal dan kaliks, disertai

    dengan atrofi parenkim ginjal, disebabkan oleh hambatan aliran kemih.

    Hambatan ini dapat berlangsung mendadak atau perlahan-lahan, dan dapat

    terjadi di semua aras (level) saluran kemih dari uretra sampai pelvis renalis

    (Wijaya dan Miranti, 2001:61).

    Vesikolithotomi adalah alternatif untuk membuka dan mengambil batu

    yang ada di kandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami

    ganguan pada aliran perkemihannya Franzoni D.F dan Decter R.M

    (http://www.medscape.com, 8 Juli 2006)Email ThisClose .

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    12/29

    B. EtiologiMenurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan

    infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan

    perubahan metabolisme kalsium).

    Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378) batu

    kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah

    1. HiperkalsiuriaSuatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,

    hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan

    tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,

    sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

    2. HipositraturiaSuatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,

    khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I

    (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan

    masukan protein tinggi.

    3. HiperurikosuriaPeningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu

    pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.

    4. Penurunan jumlah air kemihDikarenakan masukan cairan yang sedikit.

    5. Jenis cairan yang diminumMinuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan

    jus anggur.

    6.

    HiperoksalouriaKenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini

    disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium

    intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang

    mengganggu absorbsi garam empedu.

    7. Ginjal Spongiosa MedulaDisebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak

    dijumpai predisposisi metabolik)

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    13/29

    8. Batu Asan UratBatu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan

    hiperurikosuria (primer dan sekunder).

    9. Batu StruvitBatu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan

    organisme yang memproduksi urease.

    Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :

    a. 1.75 % kalsium.b. 2.15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).c. 3.6 % batu asam urat.d. 4.1-2 % sistin (cystine).

    C. PatofisiologiKelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan

    karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut

    sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan

    aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta

    kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra

    sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan

    statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga

    membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).

    Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

    kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):

    1. Teori SupersaturasiTingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal

    mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap

    menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

    2. Teori MatriksMatriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %

    hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan

    penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

    3. Teori Kurangnya Inhibitor

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    14/29

    Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang

    melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat

    pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat

    pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah

    terjadi pengendapan.

    4. Teori EpistaxyMerupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah

    satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan

    pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih

    dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat

    sebagai inti pengendapan kalsium.

    5. Teori KombinasiBatu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

    D. Manifestasi KlinisBatu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi

    dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi

    obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa

    menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam

    kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah,

    nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).

    Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka

    gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya

    penyumbatan.

    Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya

    akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk

    dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan

    berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak

    menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan

    tulang punggung.

    E. Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal(http://www.medicastore.com, 26 Juni 2006) adalah:

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    15/29

    1. Hematuri.2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.3. Demam.4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.5. Mual.6. Muntah.7. Nyeri abdomen.8. Disuria.9. Menggigil.

    F. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi

    pemeriksaan:

    1. Urinea. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme

    dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah

    menyebabkan pengendapan batu asam urat.

    b. Sedimen: sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderitadengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.

    c. Biakan Urin: Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusidalam proses pembentukan batu saluran kemih.

    d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakahterjadi hiperekskresi.

    2. Daraha. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

    b. Lekosit terjadi karena infeksi.c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.d. Kalsium, fosfat dan asam urat.

    3. Radiologisa. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi

    bendungan atau tidak.

    b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, padakeadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    16/29

    dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang

    memadai.

    4. USG (Ultra Sono Grafi)Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.

    5. Riwayat KeluargaUntuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu

    saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang

    telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.

    G. Penatalaksanaan MedisMenurut Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :

    1. Mengatasi SimtomAjarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,

    berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi

    koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.

    2. Pengambilan Batua. Batu dapat keluar sendiri

    Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi

    6 mm.

    b. Vesikolithotomi.c. Pengangkatan Batu

    1) Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporealProsedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.

    Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu

    tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batasukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani

    dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan

    prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil

    seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

    2) Metode endourologi pengangkatan batuBidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi

    mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    17/29

    dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu

    alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai

    gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.

    3) UreteroskopiUreteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan

    memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat

    dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,

    atau ultrasound kemudian diangkat.

    Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)

    a) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)b) Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat

    (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau

    lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan

    masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu

    baru.

    c) Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindarimasukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg

    BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium

    (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

    d) Pemberian obatUntuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat,

    disesuaikan kelainan metabolik yang ada.

    H. KomplikasiKomplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter,2002:1842) adalah sebagai berikut:

    1. Sistem PernafasanAtelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena

    pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang

    menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat

    menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens

    analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    18/29

    2. Sistem SirkulasiDalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena

    lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa

    menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk

    atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena

    juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.

    3. Sistem GastrointestinalAkibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun

    sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala

    meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi.

    Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya

    peristaltik usus.

    4. Sistem GenitourinariaAkibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena

    hilangnya tonus otot.

    5. Sistem IntegumenPerawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan

    infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens

    luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan

    jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan

    internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi

    pula surgical mump (parotitis).

    6. Sistem SarafBisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

    I. Rencana Asuhan Keperawatan1. Diagnosa Keperawatan

    a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernafasan akibat

    efek anestesi.

    c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan penekanan saraftepi akibat insisi.

    d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah.

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    19/29

    e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan denganperdarahan akibat insisi.

    f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka akibat operasi.g. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase

    luka.

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    20/29

    LIMFOMA MALIGNA

    A. PengertianLimfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan

    dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit

    sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas). Dalam kondisi

    normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara

    sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah

    bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma

    beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh didalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar

    getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum

    tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.

    Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu

    penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya

    memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan

    pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg,

    dan sifat LNH lebih agresif.

    B. EtiologiPenyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya

    adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau

    bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr

    virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan

    pewarna kimia).

    C. PatofisiologiProliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau

    penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah

    bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Gejala pada

    Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan

    (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    21/29

    dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat

    segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi

    di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil

    perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis

    limfa.

    Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu

    tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau

    di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya

    timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma. Terdapat 3 gejala

    spesifik pada Limfoma antar lain:

    1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 Celcius2. Sering keringat malam3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan

    D. Manifestasi Klinis1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 Celcius2. Sering keringat malam3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan

    E. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan minimal :

    a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febriskeringhat malam, penurunan berat badan, limfadenopati dann

    hepatosplenomegali

    b.

    Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faalhepar, faal ginjal, LDH.

    2. Pemeriksaan Ideala. Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone scan,

    CTscan, biopsi sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi

    F. Penatalaksanaan MedisLimfoma Hodgkin

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    22/29

    1. Therapy Medika. Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)

    b. Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, yherapi medik adalahtherapy utama

    c. untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuranmisalnya :

    1) Obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi intermittenddengan siklofosfamid, dosis : Permulaan 150 mg/m 2, maintenance 50

    mg, m 2 tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 34 minggu

    2) Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin(oncovin), prednison (COP), dosis :

    C : Cyclofosfamid 1000 mg/m 2iv hari I

    O : Oncovin 1,4 mg/m 2iv hari I

    P : Prednison 100 mg/m 2po hari 15

    Diulangi selang 3 minggu

    Ideal :

    Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,

    prednison (MOPP)

    2. Therapy Radiasi dan bedaha. Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan

    b. Sebaiknya melalui tim onkology (biasanya di RS type A dan B)

    Lymfoma Non Hodgkin

    1. Therapy Medika.

    Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)

    1) Tanpa keluhan : tidak perlu therapy2) Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan

    dosis permulaan po tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 4

    minggu.

    Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara

    pemberian seperti pada LH diatas

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    23/29

    Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)

    1) Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medikadalah sebagai terapy utama

    2) Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapyanjuran

    Minimal : seperti therapy LH

    Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin,

    oncovin, prednison (CHOP) dengan dosis :

    C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2iv hari I

    H : hydroxoepirubicin 50 mg/ m 2iv hari I

    O : Oncovin 1,4 mg/ m 2iv hari I

    P : Prednison 60 mg/m 2po hari ke 15

    Perkiraan selang waktu pemberian adalah 34 minggu

    Lymfoma nonhodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)

    1) Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant2) Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama

    Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan

    sedang (CHOP)

    Ideal : diberi Pro MACEMOPP atau MACOPB

    2. Therapy radiasi dan bedahKonsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya

    melalui yim onkology ( di RS type A dan B)

    G. Komplikasi1.

    Tranfusi leukemik

    2. Superior vena cava syndrom3. Ileus

    H. PathwayI. Rencana Asuhan Keperawatan

    3. Pengkajian

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    24/29

    Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak

    terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha).

    Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat

    badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai

    Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik

    merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar

    limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa. Pada

    pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :

    a. Data subyektif1) Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC2) Sering keringat malam3) Cepat merasa lelah4) Badan lemah5) Mengeluh nyeri pada benjolan6) Nafsu makan berkurang7) Intake makan dan minum menurun, mual, muntah8) Data Obyektif9) Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak

    atau pangkal paha

    10)Wajah pucat4. Diagnosa Keperawatan

    a. 1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi danmalnutrisi

    b. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunderterhadap inflamasi

    c. Nyeri berhubungan dengan interupsi sel sarafd. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan

    sistem transport oksigen terhadap perdaharan

    e. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumormendesak ke jaringan luar

    f. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaranoksigen, malnutrisi, kelelahan.

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    25/29

    g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganintake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan

    menurunnya absorbsi zat gizi.

    h. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intakeyang kurang

    i. Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntahj. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,

    prognosis, pengobatan dan perawatan

    k. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangpemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-

    sumber

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    26/29

    KOLIK ABDOMEN

    A. PengertianKolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus

    sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada

    gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi

    peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

    B. Etiologi1.

    Mekanisa. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)

    b. Karsinomac. Volvulusd. Intususepsie. Obstipasif. Polipg. Striktur

    2. Fungsional (non mekanik)a. Ileus paralitik

    b. Lesi medula spinalisc. Enteritis regionald. Ketidakseimbangan elektrolite. Uremia

    C. Manifestasi Klinis1.Mekanika sederhanausus halus atas

    Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah

    empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi

    terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

    2.Mekanika sederhanausus halus bawah

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    27/29

    Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah sedikit atau

    tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi hush

    meningkat, nyeri tekan difus minimal.

    3.Mekanika sederhanakolonKram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,

    kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan

    difus minimal.

    4.Obstruksi mekanik parsialDapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya

    kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

    5.StrangulasiGejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan

    terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus

    menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi

    berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

    D. Pemeriksaan Penunjang1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau

    lipatan sigmoid yang tertutup.

    3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan

    peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.

    4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

    E. Penatalaksanaan Medis1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :2. Terapi Na+, K+, komponen darah3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    28/29

    5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke areapenyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan

    pasien berbaring miring ke kanan.

    6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi

    kronik, ileus paralitik atau infeksi.

    8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.10.Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi

    usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

    F. KomplikasiTerjadi gangguan khususnya pada bagian abdomen

    G. Rencana Asuhan Keperawatan1. Pengkajian

    a. Umum :Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan

    abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara

    rektal, peningkatan bising usus (awal obstruksi), penurunan bising usus

    (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis.

    b. Khusus :1) Usus halus

    a) Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensib)

    Distensi ringan

    c) Muald) Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan

    kim; selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam

    dan fekal

    e) Dehidrasi2) Usus besar

    f) Ketidaknyamana abdominal ringan

  • 8/13/2019 Ulkus Diabetes

    29/29

    g) Distensi berath) Muntah fekal lateni) Dehidrasi laten : asidosis jarang

    2. Diagnosa Keperawatana. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah,

    demam

    b. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuanc. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status