Upload
duongthu
View
248
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
TESIS
UJI DIAGNOSTIK PEWARNAAN HEMATOKSILIN
EOSIN UNTUK MENDIAGNOSIS FIBROSIS GINJAL
DENGAN PEWARNAAN MASSON’S TRICHROME
PASIEN BATU GINJAL OBSTRUKSI
UNCOK ANDRE PAHALA SIMANJUNTAK
NIM : 1114028103
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
ii
UJI DIAGNOSTIK PEWARNAAN HEMATOKSILIN
EOSIN UNTUK MENDIAGNOSIS FIBROSIS GINJAL
DENGAN PEWARNAAN MASSON’S TRICHROME
PASIEN BATU GINJAL OBSTRUKSI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
UNCOK ANDRE PAHALA SIMANJUNTAK
NIM : 1114028103
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 21 FEBRUARI 2017
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
Dr.dr.Gde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc, Sp.GK
NIP: 19461213971071001
Pembimbing II,
Prof.Dr.dr.I Gede Raka Widiana,Sp.PD-KGH
NIP: 195607071982111001
Pembimbing I,
Dr.dr.Anak Agung Gde Oka,Sp.U(K)
NIP: 195706171984031001
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
Prof.Dr.dr.Putu Astawa, Sp.OT(K),M.Kes,FICS
NIP: 195301311980031004
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 21 Februari 2017
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor 108.2/UN14.2/PP/2017 Tanggal 17 Februari 2017
Ketua : Dr.dr.Anak Agung Gde Oka,Sp.U(K)
Anggota :
1. Prof. Dr. dr. I Gede Raka Widiana, Sp.PD-KGH
2. dr. I Nyoman Semadi, Sp.B, Sp.BTKV
3. dr. Gede Wirya Kusuma Duarsa, M.Kes, Sp.U(K)
4. dr. Ida Bagus Made Surya Wisesa, Sp.B(K)Onk
v
Surat pernyataan bebas plagiat
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis hanturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
dengan judul “Uji Diagnostik Pewarnaan Hematoksilin Eosin Untuk
Mendiagnosis Fibrosis Ginjal Dengan Pewarnaan Masson’s Trichrome
Pasien Batu Ginjal Obstruksi”.
Karya tulis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh Program
Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Umum di Departemen / SMF Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada :
Dr.dr.Anak Agung Gde Oka,Sp.U (K) sebagai pembimbing utama penelitian
ini, sekaligus pembimbing metodologi penelitian yang telah dengan penuh
kesabaran dan perhatiannya memberikan bimbingan, dorongan semangat,
inspirasi, dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
dengan baik.
Prof. Dr. dr. I Gede Raka Widiana, Sp.PD-KGH sebagai pembimbing kedua,
sekaligus pembimbing statistik penelitian yang telah memberikan bimbingan dan
masukan, serta keilmuannya untuk memperlancar penyelesaian karya tulis ini.
Prof. Dr. dr. Sri Maliawan, Sp.BS(K) sebagai Kepala Departemen/SMF
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar, yang
vii
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program
Pendidikan Dokter Spesialis di program studi Bedah Umum.
dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B (K) Trauma sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar dan
dr. Putu Anda Tusta Adiputra, Sp.B(K)Onk sebagai Sekretaris Program Studi
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
yang memberikan dukungan dan semangat bagi penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan dengan baik.
dr. Ida Bagus Darma Putra, Sp.B–KBD dan Seluruh Staf Pengajar
Departemen / SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP
Sanglah Denpasar sebagai guru dan teladan bagi penulis yang dengan penuh
dedikasi dan kesabaran telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dukungan dan
semangat kepada penulis selama mengikuti pendidikan Bedah Umum dan dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK, sebagai Ketua Program
Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
mengikuti program studi Combined Degree.
dr. I Wayan Sudana, M.Kes sebagai Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di lingkungan
RSUP Sanglah yang bertaraf internasional yang beliau pimpin.
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD–KEMD, sebagai rektor Universitas
Udayana yang telah memberikan kesempatan belajar di universitas Udayana.
viii
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
mengikuti pendidikan combined degree di program pasca sarjana ini.
Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti
Pendidikan Spesialis Bedah Umum di fakultas kedokteran Universitas Udayana.
Orang tua, saudara dan sahabat yang menjadi inspirasi bagi penulis, yang
senantiasa memberikan motivasi, dan dukungan yang tiada henti selama penulis
menjalani pendidikan spesialis ini.
Seluruh rekan PPDS I Bedah Umum atas kerjasama, dukungan dan
bantuannya dalam proses penelitian ini serta selama proses pendidikan.
Seluruh staf di Instalasi Rekam Medis Sanglah, sekretariat Bedah, seluruh
staf dan paramedis di Instalasi Rawat Inap Bedah, Instalasi Rawat Jalan Bedah,
Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Darurat Bedah dan staf badan koordinator
pendidikan RSUP Sanglah Denpasar, atas kerjasama dan bantuannya selama
penulis menjalani pendidikan dan menyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya tulis
ini, namun semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, dan
mohon maaf atas segala kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat
bermanfaat bagi penulis di kemudian hari
Denpasar, Februari 2017
Uncok Andre Pahala Simanjuntak
ix
Abstrak
UJI DIAGNOSTIK PEWARNAAN HEMATOKSILIN EOSIN UNTUK
MENDIAGNOSIS FIBROSIS GINJAL DENGAN PEWARNAAN MASSON’S
TRICHROME PASIEN BATU GINJAL OBSTRUKSI
Latar Belakang: Batu ginjal dapat menyebabkan obstruksi pada ginjal dan bila
dibiarkan dapat terjadi penurunan fungsi ginjal dengan manifestasi akhir penyakit
ginjal kronis. Hal ini ditandai dengan gambaran renal fibrosis yang ditandai
adanya glomerulosklerosis dan atau disertai tubular atrofi. Penegakan diagnosis
dengan pemeriksaan Patologi Anatomi menggunakan pewarnaan Massons
thrichrome (MT) merupakan gold standart, tapi pewarnaan Hematoksilin Eosin
(HE) dapat dijadikan pilihan juga.
Metode: Penelitian ini adalah uji diagnostik dengan rancangan cross sectional
dari data sekunder penelitian “Caspase -3, TNF-α yang tinggi sebagai faktor
resiko fibrosis pada batu ginjal obstruktif” tahun 2012 sampai dengan 2013
dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 91 subjek yang mendapat sekaligus
dua perlakuan pewarnaan yaitu MT dan HE untuk mendiagnosis fibrosis ginjal.
Kemudian dilakukan analisa statistik berdasarkan tabel 2x2 untuk menilai
validitas pewarnaan HE terhadap MT.
Hasil : Didapatkan sensitifitas 67.4%, spesifisitas 89.6%, nilai duga positif
85.3%, nilai duga negatif 75.4%, rasio kemungkinan positif 6.47, rasio
kemungkinan negatif 0.363.
Simpulan: Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pewarnaan HE
mempunyai nilai spesifisitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti MT dalam menegakkan diagnosis fibrosis ginjal.
Kata Kunci: Fibrosis ginjal, massons thricrome, hematoksilin eosin.
x
Abstract
HEMATOXYLIN EOSIN STAINING DIAGNOSTIC TESTS FOR
DIAGNOSING KIDNEY FIBROSIS WITH STAINING MASSON’S
TRICHROME PATIEN’S KIDNEY STONE OBSTRUCTION
Background: Kidney stones can lead to obstruction of the kidneys and if
untreated can be result decreased renal function with final manifestation of
chronic kidney disease. It is characterized by renal fibrosis with
glomerulosclerosis and or tubular atrophy. The gold standart of diagnosis is
Pathology Anatomy staining Massons thrichrome (MT), but staining Hematoxylin
eosin (HE) can be used as an alternative.
Materials and methods: This study is a diagnostic test with a cross-sectional
design of the secondary data research "Caspase -3, TNF-α is high as a risk factor
for obstructive fibrosis in kidney stone" in 2012 to 2013 with the number of
samples are 91 subjects who received at once two treatment namely MT and HE
staining for diagnosing kidney fibrosis. Then performed statistical analyzes based
on tables 2x2 to assess the validity of HE staining against MT.
Result: The result are sensitivity 67.4%, specificity 89.6%, positive predictive
value of 85.3%, 75.4% negative predictive value, positive likelihood ratio of 6.47,
and negative likelihood ratio 0,363.
Conclusion: From the results of this study concluded that HE staining has high
value specificity so can be used as a substitute for MT to diagnosed renal fibrosis.
Keywords: Renal Fibrosis, Masson’s Trichrome, Hematoxylin Eosin
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...................................................................................... i
PRASYARAT GELAR............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR BUKTI UJI TESIS ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 7
1.4 Mafaat Penelitian ........................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Akademis ........................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 9
2.1 Batu Ginjal ..................................................................................... 9
2.1.1 Patofisiologi batu ginjal..................................................... 10
2.2 Nefropati Obstruktif........................................................................ 11
2.2.1 Insiden, prevalensi dan etiologi......................................... 11
xii
2.3 Fibrosis Ginjal ................................................................................ 12
2.3.1 Jalur Molekular Utama Terjadinya Fibrogenesis Ginjal:
Adakah Peranan Smad?.................................................... 13
2.3.2 Patofisiologi fibrosis ginjal................................................ 16
2.3.3 Pemeriksaan fibrosis interstitial ........................................ 25
2.3.4 Skor fibrosis ...................................................................... 26
2.4. Pemeriksaan Histopatologi............................................................ 27
2.4.1 Pewarnaan Masson’s trichrome......................................... 29
2.4.2 Pengawasan dan wawasan pewarnaan HE...................... . 35
2.4.3 Kualitas kontrol mikroskopis hematosilin eosin ............... 47
BAB III KERANGKA BERPIKIR, DAN KONSEP PENELITIAN ..... 51
3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 51
3.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 53
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... 55
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 55
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 55
4.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 55
4.2.2 Waktu Penelitian ................................................................... 55
4.3 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 55
4.4 Penentuan Sumber Data............................................................. .... 56
4.4.1 Kriteria Inklusi .................................................................. 56
4.4.2 Kriteria Eksklusi ............................................................... 56
4.4.3 Besar Sampel ............................................................. ........ 56
4.5 Variabel Penelitian ........................................................................ 57
4.5.1 Identifikasi variabel ...................................................... ..... 57
4.5.2 Defenisi Operasional Variabel ...................................... .... 57
4.6 Bahan Penelitian ............................................................................ 59
4.7 Instrumen Penelitian ...................................................................... 59
4.8 Prosedur Penelitian ....................................................................... 59
4.8.1 Cara pengumpulan data ..................................................... 60
4.8.2 Alur penelitian ................................................................... 60
xiii
4.9 Metode Pemeriksaan ...................................................................... 62
4.9.1 Pewarnaan Hematoksilin Eosin............................................ 62
4.9.2 Pewarnaan Masson’s Trichrome ......................................... 63
4.10 Analisa Data ................................................................................ 64
4.10.1 Analisis deskriptif ........................................................... . 64
4.10.2 Uji validitas ....................................................................... 64
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................... 67
5.1 Data Karakteristik Pasien .............................................................. 67
5.2 Uji Diagnostik ......... ....................................................................... 67
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................... 69
6.1 Sensitivitas .................................................................................... 69
6.2 Spesifisitas....................................................................................... 70
6.3 Nilai Duga Positif (NDP) dan Nilai Duga Negatif (NDN) ........... 71
6.4 Rasio Kemungkinan Positif (RKP) dan Rasio Kemungkinan
Negatif (RKN) ............................................................................... 72
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74
7.1 Simpulan ....................................................................................... 74
7.2 Saran ............................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 77
LAMPIRAN- LAMPIRAN......................................................................... 84
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skor Fibrosis............................................................................ 27
Tabel 2.2 Dampak asam asetat terhadap penyerapan pewarna asam ..... 42
Tabel 2.3 Varian cairan pewarna eosin Y untuk meningkatkan
Kekuatan pewarnaan .............................................................................. 42
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................. 67
Tabel 5.2 Hasil Uji Diagnosa Tabel 2x2 Pewarnaan HE untuk
Mendiagnosis Fibrosis Ginjal ................................................................. 68
Tabel 5.3 Hasil Uji Diagnosa Pewarnaan HE untuk Mendiagnosis
Fibrosis Ginjal ........................................................................................ 68
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Serapan hipotesis dari aluminium hematin dalam sel:
pewarnaan progresif vs regresif .............................................. 38
2.2 Kebiruan merupakan proses konversi cairan hemalum
yang awalnya merah akhirnya menjadi biru............................ 39
2.3 Asam amino ............................................................................ 42
3.1 Kerangka konsep .................................................................... 54
4.1 Alur penelitian......................................................................... 61
4.2 Skema tabel 2x2 ..................................................................... 65
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BMP : Bone morphogenic protein
Crim1 : Cysteine rich
CI : Confidence interval
ECM : Extracellular matrix
EMP : Ephitelial mesenchymal phenotype
EMT : Ephitelial mesenchymal transition
FK : Fakultas kedokteran
GAL-3 : Galectin-3
GS : Glomerulosklerosis
HDAC : Histone deacetylase
HE : Hematoxyline eosine
HGF : Hepatocyte growth factor
HIF-1 α : Hypoxia induced factor-1α
IL-10 : Interleukin -10
JAKSTAT : Janus kinase/signal transducer and activator of transkription
JNK : Jun-n-terminale kinase
LAP : Latency associated peptida
LTBP : Laten TGF-β binding protein
LFG : Laju flitrasi glomerulus
MDRD : Modification of diet renal disease
Mi : Mikro
MMP : Matrix metalloproteinase
MT : Masson’s trichrome
NDP : Nilai duga positif
NDN : Nilai duga negatif
NB : Negatif benar
NS : Negatif semu
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
PDGF : Platelet derived growth factor
PGK : Penyakit ginjal kronis
PPAR : Peroxisome proliferator-activated receptor
PB : Positif benar
PMA : Phosmolybdic acid
PS : Positif semu
PTA : Phospotungstat acid
PTC : Perytubular capyler
RAG : Recombinase activating genes
RF : Renal fibrosis
RK : Rasio kemungkinan
RKP : Rasio kemungkinan positif
RKN : Rasio kemungkinan negatif
ROC : Receiver operating characteristic
RSUP : Rumah sakit umum pusat
S : Skor
SEN : Sensitifitas
SPE : Spesifisitas
SMA : Smooth muscle actin
TA : Tubular atrofi
TECs : Tubular ephitelial cells
TBM : Tubular basement membranes
TGF β1 : Transforming growth factor beta 1
TIF : Tubular Interstitial Fibrosis
TLRs : Toll -like reseptor
tTG : tissue transglutaminase
tPA : Tissue plasminogen activator
TH1 : T-helper-1-type
TH2 : T-helper-2-type
xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
TNF-α : Tumor necrosis factor alpha
USAG-1 : Uteryne sensitization associated gen 1
VEGF : Vascular endothelial growth factor
% : Persen
α : Alfa
β : Beta
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Kelaikan Etik .................................................................. 82
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ................................................................ 83
Lampiran 3 Lembar Pengumpulan Data Penelitian .................................... 84
Lampiran 4 Data Penelitian ......................................................................... 85
Lampiran 5 Analisis Data Penelitian ........................................................... 88
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu ginjal merupakan masalah klinis yang paling sering dihadapi oleh
dokter dan prevalensinya meningkat di seluruh dunia. Masyarakat yang
terkena penyakit ini yaitu usia muda dan tingkat kekambuhannya semakin
tinggi diakibatkan oleh perubahan pola makan, perubahan gaya hidup dan
perubahan perilaku hidup sehat. Batu ginjal bukan merupakan diagnosis yang
sebenarnya melainkan menunjukkan berbagai macam penyakit yang
mendasarinya. Pasien dengan batu ginjal yang berulang membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kelainan metabolik yang
mendasarinya supaya tidak berkembang menjadi penyakit ginjal kronis
(PGK).
Insiden batu ginjal meningkat secara global dengan munculnya
berbagai variasi secara geografis, ras dan jenis kelamin. Studi epidemiologi
(1979) pada populasi negara barat menyatakan bahwa batu ginjal terjadi pada
setiap 124 per 100.000 laki-laki dan 36 per 100.000 wanita. Batu ginjal
merupakan faktor resiko PGK (Chen, 2009; Saucier, 2010).
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kerusakan ginjal yang terjadi
lebih dari 3 bulan, dengan kelainan patologi seperti glomerulosklerosis (GS)
dan atau tubular atropi (TA) dengan petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan. Jika tidak ada tanda
1
xii
kerusakan ginjal, diagnosa PGK ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus
(LFG) <60 ml/menit per 1,73m2 (Rule, 2011).
PGK ini dapat mengenai 10% dari populasi yang ditandai dengan
penurunan progresif dari LFG yang pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal.
Tubular fibrosis merupakan penyebab terbesar dari PGK, yang disebabkan
oleh aktifasi miofibroblas dan proliferasi pada interstisial ginjal dengan
akumulasi matriks ekstraselular. Prevalensi fibrosis ginjal adalah 37,4% dari
pasien dengan penyakit ginjal obstruksi (Oujo, 2014).
Terlepas dari penyebabnya, PGK progresif menyebabkan jaringan
parut yang meluas yang menyebabkan destruksi semua jaringan parenkim
ginjal. Proses fibrosis ini ditandai dengan akumulasi yang berlebihan dan
deposisi komponen matriks ekstraseluler (Liu, 2006).
Fibrosis ginjal adalah gambaran histopatologis dari PGK yang
progresif tanpa memandang penyebabnya dan sebagai prediktor prognosis
gangguan fungsi ginjal. Gambaran histologis fibrosis ginjal terdiri dari fibrosis
tubulointerstitial dan glomerulosklerosis. Batu ginjal merupakan salah satu
penyebab obstruksi ginjal yang ditandai oleh adanya hidronefrosis dan
penurunan fungsi ginjal (Oka, 2012). Karakteristik gambaran fibrosis ginjal
terdiri dari glomerulosklerosis dan tubular atropi. Batu ginjal merupakan salah
satu penyebab obstruksi ginjal dan PGK yang ditandai dengan adanya
hidronefrosis dan penurunan fungsi ginjal (Jha, 2013).
Gambaran histopatologis ginjal hidronefrosis berat adalah dilatasi
tubuli, atropi, fibrosis dan kehilangan parenkim ginjal dengan manifestasi
xiii
klinis penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal yang progresif
disebabkan oleh proses fibrosis yang merusak kompartemen interstisial ginjal
dan berangsur-angsur unit fungsional nefron diganti oleh jaringan parut yang
terdiri dari berbagai protein matriks ekstraselular. Hidronefrosis bisa menjadi
penanda atau marker adanya obstruksi saluran kencing (Tseng, 2009).
Efstratiadis, (2009) menyatakan bahwa fibrosis ginjal ditandai dengan
adanya jaringan parut pada tubulointerstisial parenkim ginjal, yang
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Epthelial to mesenchymal transition
(EMT), dimana sel epitel tubular di transformasikan menjadi fibroblas
mesenkimal, bermigrasi menuju parenkim interstisial bersama-sama dengan
sel lokal dan sel-sel sirkulasi (local and circulating cells) merupakan
mekanisme utama terjadinya fibrosis ginjal.
Terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan
untuk menilai kerusakan ginjal, diantaranya adalah Masson’s trichrome (MT)
dan Hematoksilin eosin (HE). Pada pewarnaan MT menonjolkan struktur
kolagen misalnya pada glomerulus, matriks mesangial dan membran basal
glomerulus dan juga menekankan gambaran matriks dan membran basal
konstituen dengan komponen warna biru atau hijau. Dalam keadaan tertentu
pewarnaan MT menunjukkan deposit imun sebagai struktur fuchsinophilik
dengan warna merah (Jennette, 2016).
HE merupakan pewarnaan terbanyak yang digunakan pada
laboratorium histopatologi karena mempunyai banyak variasi dan berperan
besar dalam hasil akhir pemeriksaan. Beberapa pedoman umum dalam menilai
xiv
keuntungan dari HE yaitu: (1) Gambaran inti: Seberapa efektif pewarnaan
dapat menggambarkan membran inti, anak inti, kromatin dan inti dari
vesikular serta inti hiperkromatin. (2). Sitoplasma dan zat yang
melatarbelakangi yaitu sel sitoplasma, kolagen, otot, sel darah merah dan
musin terlihat jelas. (3). Apakah unsur-unsur pewarnaan hematosilin tampak
berwarna coklat? Jika iya menunjukkan adanya oksidasi yang berlebihan
(Henwood, 2010).
Tarif pemeriksaan patologi anatomi berdasarkan tarif pelayanan RSUP
Sanglah perbulan Desember 2015 adalah Rp.300.000,00 untuk setiap
pemeriksaan PA dengan pewarnaan HE sedangkan harga pemeriksaan
histokimia dengan pewarnaan MT adalah Rp.360.000,00 sehingga didapatkan
selisih harga pewarnaan HE lebih murah Rp.60.000,00 dibanding pewarnaan
MT. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan pewarnaan HE yaitu 37
menit – 47 menit sedangkan untuk pewarnaan MT membutuhkan waktu 53
menit - 60 menit sehingga didapatkan pewarnaan HE membutuhkan waktu
lebih singkat 13 menit – 16 menit dibandingkan pewarnaan MT. Dari segi
ketersediaan bahan HE lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan MT.
Insidensi, prevalensi dan dampak penyakit ginjal terminal yang
disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya penyakit batu ginjal obstruktif
semakin tinggi sedangkan penelitian mengenai pewarnaan Hematosilin eosin
dan Masson trichrome masih sangat kurang maka dipandang perlu untuk
melakukan penelitian mengenai pemeriksaan histologi yang cepat, tepat,
xv
mudah dan murah agar penatalaksanaan terhadap PGK dapat lebih efektif dan
efisien.
Penelitian yang dilakukan oleh Sen 2012 dengan pewarnaan HE
pada biopsi ginjal amiloides didapatkan sensitivitas 194%, spesifisitas 97%,
positive predictive value 97% dan negative predictive value 94%. Penelitian
yang dilakukan oleh Murakata 2000 dengan pewarnaan HE untuk identifikasi
diferensiasi morfologi dari clear cell Hepatocellular Cell Carcinoma (HCC)
didapatkan sensitivitas 90%, spesifisitas 100%. Penelitian yang dilakukan
oleh Amin, 2011 dengan pewarnaan HE pada biopsi liver fibrosis didapatkan
sensitivitas 100%, spesifisitas 100%.
Penelitian oleh Sieren, 2010 dengan pewarnaan MT pada pasien
carcinoma paru didapatkan sensitivitas 79%, spesifisitas 70%. Penelitian yang
dilakukan oleh Amin, 2011 dengan pewarnaan MT pada biopsi liver fibrosis
didapatkan sensitivitas 100%, spesifisitas 100%.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat disusun
rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Berapa besarkah sensitivitas kemampuan pewarnaan HE untuk
mendiagnosis fibrosis ginjal pada pasien batu ginjal obstruksi
dibandingkan dengan pewarnaan MT?
xvi
2. Berapa besarkah spesifisitas pewarnaan HE dalam menentukan pasien batu
ginjal obstruksi tidak mengalami fibrosis ginjal dibandingkan dengan
pewarnaan MT?
3. Berapa besarkah nilai duga positif (NDP/ positive predictive value)
pewarnaan HE dalam mendiagnosis pasien batu ginjal obstruksi positif
mengalami fibrosis ginjal dibandingkan dengan pewarnaan MT?
4. Berapa besarkah nilai duga negatif (NDN/ negative predictive value)
pewarnaan HE dalam menetapkan pasien batu ginjal obstruksi tidak
mengalami fibrosis ginjal dibandingkan dengan pewarnaan MT?
5. Berapa besarkah rasio kemungkinan positif (RK positif/ positive
likelihood ratio) pasien batu ginjal obstruksi positif mengalami fibrosis
ginjal melalui pewarnaan HE dibandingkan dengan pewarnaan MT?
6. Berapa besarkah rasio kemungkinan negatif (RK negatif/ negative
likelihood ratio) pasien batu ginjal obstruksi tidak mengalami fibrosis
ginjal melalui pewarnaan HE dibandingkan dengan pewarnaan MT?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui validitas pewarnaan HE dalam mendiagnosis fibrosis
ginjal pada pasien batu ginjal obstruksi.
xvii
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui sensitivitas kemampuan pewarnaan HE dalam
mendiagnosis fibrosis ginjal pada pasien batu ginjal obstruksi
dibandingkan dengan pewarnaan MT.
2. Untuk mengetahui spesisifitas pewarnaan HE dalam menentukan pasien
batu ginjal obstruksi tidak mengalami fibrosis ginjal dibandingkan dengan
pewarnaan MT.
3. Untuk mengetahui nilai duga positif (NDP/ positive predictive value)
pewarnaan HE dalam mendiagnosis pasien batu ginjal obstruksi positif
mengalami fibrosis ginjal dibandingkan dengan pewarnaan MT.
4. Untuk mengetahui nilai duga negatif (NDN/ negative predictive value)
pewarnaan HE dalam menetapkan pasien batu ginjal obstruksi tidak
mengalami fibrosis ginjal dibandingkan dengan pewarnaan MT.
5. Untuk mengetahui nilai rasio kemungkinan positif (RK positif/ positive
likelihood ratio) pasien batu ginjal obstruksi positif mengalami fibrosis
ginjal melalui pewarnaan HE dibandingkan dengan pewarnaan MT.
6. Untuk mengetahui nilai rasio kemungkinan negatif (RK negatif/ negative
likelihood ratio) pasien batu ginjal obstruksi tidak mengalami fibrosis
ginjal melalui pewarnaan HE dibandingkan dengan pewarnaan MT.
xviii
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Dengan terbuktinya validitas pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan
HE memberikan sumbangan pengetahuan yang berharga dalam studi diagnostik
fibrosis ginjal. Skor fibrosis dapat digunakan sebagai acuan dalam mendiagnosis
pasien fibrosis ginjal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan
penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan fibrosis ginjal.
1.4.2 Manfaat praktis
Pembuktian bahwa pewarnaan HE valid digunakan untuk mendiagnosis
fibrosis ginjal sehingga dapat dijadikan pilihan dalam melakukan diagnosis
fibrosis ginjal sebagai informasi kepada pasien dan memberi terapi lebih awal
sehingga dapat mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut.
xix