33
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas kami dengan judul “Konsep Dasar Endometritis”. Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai pihak. Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama penyusunan makalah ini. Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa i

Tugas Maternitas-Endometritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

Page 1: Tugas Maternitas-Endometritis

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Keperawatan Maternitas kami dengan judul “Konsep Dasar Endometritis”.

Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan

hambatan sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan

semangat dari berbagai pihak. Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah

ini. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu

kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kesabaran

dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama

penyusunan makalah ini.

Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal

mungkin, namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga hasil

makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amin.

Pontianak, September 2013

Penulis

i

Page 2: Tugas Maternitas-Endometritis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................iDAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan masalah....................................................................................................2

C. Tujuan......................................................................................................................2

D. Metode Penulisan.....................................................................................................2

E. Sistematika...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4KONSEP DASAR ENDOMETRITIS.................................................................................4

A. Konsep Dasar Endometritis.....................................................................................4

B. Etiologi Endometritis...............................................................................................4

C. Manifestasi Klinik Endometritis..............................................................................6

D. Jenis-jenis Endometritis...........................................................................................7

E. Pathway..................................................................................................................11

F. Patofisiologi...........................................................................................................12

G. Diagnosa Endometritis...........................................................................................12

H. Analisa Data...........................................................................................................14

I. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................15

J. Catatan Perkembangan dan Evaluasi.....................................................................15

K. NIC dan NOC.........................................................................................................16

L. Penanganan Endometritis.......................................................................................18

BAB III PENUTUP..........................................................................................................19A. KESIMPULAN......................................................................................................19

B. SARAN..................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

ii

Page 3: Tugas Maternitas-Endometritis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam tahapan masa kehamilan tidaklah hanya memperhatikan pada

masa antenatal, tetapi juga pada masa postpartum. Setelah kelahiran bayi

kesehatan reproduksi ibu juga perlu untuk diperhatikan yang disebut masa

nifas.

Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2002 : N – 23). Masa nifas adalah masa

segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran

reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

(Cunningham, 1995).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Lama masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri).

Pada saat persalinan telah dilalui oleh seorang ibu berjalan normal,

tanpa adanya bahaya, akan tetapi masa nifas yaitu masa dua jam setelah

persalinan sampai dengan enam minggu, harus diwaspadai terjadi bahaya

yang akan mengancam keselamatan ibu, masa nifas dilalui beberapa tahap

dan dilakukan pemantauan.

Beberapa tahapan yang harus dipahami oleh seorang perawat seperti

menjaga kebersihan saat proses persalinan dan masa nifas karena kurangnya

higienitas beresiko terhadap kesehatan organ reproduksi ibu.

Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas adalah

endometritis. Maka dari itu perawat diharapkan mengetahui dan memahami

konsep dari endometritis.

1

Page 4: Tugas Maternitas-Endometritis

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa itu konsep dasar endometritis?

2. Apa saja jenis – jenis dari endometritis?

3. Apa saja tanda dan gejala dari endometritis?

4. Bagaimana mendiagnosa endometritis?

5. Bagaimana penanganan dari endometritis?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar endometritis.

2. Mengetahui jenis-jenis dari endometritis.

3. Mengetahui tanda dan gejala endometritis.

4. Mengetahui cara mendiagnosa endometritis.

5. Mengetahui penanganan terhadap endometritis.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penyusun menggunakan metode:

1. Perpustakaan

2. Diskusi Kelompok

3. Literatur internet

E. Sistematika

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Metode Penulisan

E. Sistematika

2

Page 5: Tugas Maternitas-Endometritis

Bab II Pembahasan

A. Konsep dasar endometrium

B. Etiologi endometritis

C. Manifestasi klinik endometritis

D. Jenis – jenis dari endometritis

E. Pathway

F. Patofisiologi

G. Diagnosa Endometritis

H. Analisa Data

I. Diagnosa Keperawatan

J. Catatan Perkembangan

K. NIC dan NOC

L. Penanganan Endometritis

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

3

Page 6: Tugas Maternitas-Endometritis

BAB IIPEMBAHASAN

KONSEP DASAR ENDOMETRITIS

A. Konsep Dasar Endometritis

Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya

disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai

inflamasi dari endometrium.  Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi

dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan

lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi

dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau

oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi

endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.

Jadi, Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam

dari rahim).(Manuaba, I.B.G, 1998) Infeksi ini dapat terjadi sebagai

kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda

asing dalam rahim.

B. Etiologi Endometritis

Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas

insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh

endometrium.  Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen,

radang terbatas pada endometrium.  Jaringan desidua bersama-sama dengan

bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri

atas keeping-keping nekrotis serta cairan.  Pada batas antara daerah yang

meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-

leukosit.  Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui

dan terjadilah penjalaran.

4

Page 7: Tugas Maternitas-Endometritis

Berikut beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan endometritis:

1. E. coli dan Kleb seilla2. Streptococcus group B3. Spesies Bacteriodes4. Spesies Peptostreptococcus

Terjadinya infeksi endometrium pada saat:

1. Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka,

terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.

2. Pada saat terjadi keguguran.

3. Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.

4. Persalinan yang lama

5. Ketuban Pecah Dini (KPD)

6. Persalinan seksio caesaria

Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih

dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus

terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme, kulit dan

feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi servik.

Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme

antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus,

menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme

pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda

fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau

kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk

kontaminasi pada traktus genital. Retensi membran fetus adalah faktor

predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan

endometritis berat.

5

Page 8: Tugas Maternitas-Endometritis

C. Manifestasi Klinik Endometritis

Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan

penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir.  Kadang-kadang lokia

tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.  Keadaan ini

dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera

hilang setelah rintangan diatasi.  Uterus pada endometriosis agak membesar,

serta nyeri pada perabaan, dan lembek.  Pada endometritis yang tidak

meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut

nyeri.  Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi

dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu

minggu keadaan sudah normal kembali.  Lokia pada endometritis, biasanya

bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh

menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.  Malahan infeksi berat

kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.

Berikut tanda dan gejalanya:

1. 24 jam postpartum / nifas

2. Lokia berbau busuk atau purulent

3. Tenderness uterus

4. Uterus subinvolusi

5. Tidak enak badan, letih, anoreksia / tidak nafsu makan

6. Takhikardia (100-120 kali per menit)

7. Temperatur 38o C-38,9o C setelah 24 jam.

Implikasi / Dampak pada ibu

1. Perasaan sakit

2. Demam

3. Sakit otot / persendian secara merata

4. Sakit kepala

5. Nyeri Rahim dan tenderness pada rahim

6

Page 9: Tugas Maternitas-Endometritis

Endometritis dapat terjadi penyebaran:

1. Miometritis (infeksi otot rahim)

2. Parametritis (infeksi sekitar rahim)

3. Salpingitis (infeksi saluran telur)

4. Ooforitis (infeksi indung telur)

5. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)

Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau

indung telur.

D. Jenis-jenis Endometritis

Terdapat berbagai jenis endometritis yaitu berdasarkan tipe dan waktu

nya yang akan kami paparkan sebagai berikut;

1. Berdasarkan Tipe

Jenis endometritis berdasarkan tipe, yaitu;

a.  endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah

melahirkan), 

b. endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor

jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak),

c. endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim 

endometrium  dan  tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium

tuberculosis. 

2. Berdasarkan Waktu

Jenis endometritis berdasarkan waktunya, yaitu;

a. Endometritis Akut

Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. 

Pada endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai

pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada

7

Page 10: Tugas Maternitas-Endometritis

umumnya terjadi sebelum hari ke-9.  Endometritis

postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus. 

Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.

Pada endometritis akuta endometrium mengalami

edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik

terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti

polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan

interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea

dan infeksi pada abortus dan partus.

Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan

radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akuta.

Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb sebab itu

tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.  Infeksi post abortum dan

post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks

uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang

merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain

in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan tidak

sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.

Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih

cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh

darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan

ovarium serta ke peritoneum di sekitarnya.  Gejala-gejala

endometritis akuta dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala

penyakit dalam keseluruhannya.  Penderita panas tinggi,

kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan

uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.

Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang

dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti

kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan

IUD (intra-uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya. 

Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam

uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada

8

Page 11: Tugas Maternitas-Endometritis

endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya. 

Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang

tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan

jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional

dari endometrium pada waktu haid.  Dalam pengobatan

endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha

mencegah agar infeksi tidak menjalar.

Gejala-gejala:

1) Demam

2) Lochia berbau, pada endometritis postabortum

kadang-kadang keluar fluor yang purulent.

3) Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.

4) Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau

perimetrium tidak ada nyeri.

5) Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

b. Endometritis Kronik

Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak

dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat

mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari

endometrium pada waktu haid.  Pada pemeriksaan

mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. 

Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga

ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.

Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah,

leukorea dan menoragia. Pengobatannya tergantung dari

penyebabnya.

Endometritis knonika ditemukan:

1) pada tuberkulosis;

2) jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;

3) jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;

4) pada polip uterus dengan infeksi;

9

Page 12: Tugas Maternitas-Endometritis

5) pada tumor ganas uterus;

6) pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.

7) Fluor albus yang keluar dari ostium

8) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi

Endometritis kronika yang lain umumnya akibat

infeksi yang terus-menerus karena adanya benda asing atau

polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.  Dahulu

diagnosis endometritis kronika lebih sering dibuat daripada

sekarang.  Sejak penelitian fundamental dari Hitshcmann dan

Adler tentang histology endometrium selama siklus haid,

diketahui bahwa banyak perubahan yang ditemukan dalam

endometrium dan yang dahulu dianggap patologik adalah

gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase

siklus haid.

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir

setengah kasus-kasus tuberculosis genital.  Pada pemeriksaan

mikrskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium

yang beradang menahun.

Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder

pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa.  Pada penderita

dengan tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis

tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan

infertilitas dilakukan biopsy endometrial dan ditemukan

tuberkel dalam sediaan.  Terapi yang kausal terhadap

tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.

Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal

dalam uterus terdapat desidua dan villi korialis di tengah-

tengah radang menahun endometrium.

Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal

dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan

10

Page 13: Tugas Maternitas-Endometritis

plasenta tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah

apa yang dinamakan polip plasenta.

E. Pathway

E. coli dan Kleb seilla Spesies Bacteriodes & Streptococcus group B

Spesies Peptostreptococcus

Masuk ke dalam endometrium

Melalui

Radang endometrium

infeksi

Perasaan Sakit

↓ ↓ ↓

Tidak nafsu Gangguan psikologis Nyeri Rahim

Makan ↓

↓ ketakutan berlebih

Intake kurang ↓

↓ kurang pengetahuan

11

-Persalinan -abortus

-IUD tidak steril -KPD

- persalinan lama - persalinan caesar

24 jam postpartum / nifasLokia berbau busuk atau purulent

Uterus subinvolusiTenderness uterus

Tidak enak badan, letih, anoreksiaTakhikardia (100-120 kali per menit)

Page 14: Tugas Maternitas-Endometritis

nutrisi kurang dari

kebutuhan

F. Patofisiologi

Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau desidua, dengan

ekstensi ke miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis biasanya

terjadi akibat infeksi menaik dari saluran kelamin bagian bawah. Dari

perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai versus akut

kronis. Endometritis akut ditandai oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar

endometrium. Endometritis kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan

limfosit dalam stroma endometrium.

Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta

dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan

dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak

membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.Pada endometritis yang

tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-

hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan

tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih

satu minggu keadaan sudah normalkembali. Lokia pada endometritis,

biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh

dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi  berat kadang-kadang

disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.

G. Diagnosa Endometritis

Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran

mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus.

Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari

biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan

palpasi traktus genital per rektum adalah teknik yang sangat bermanfaat

untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina

untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa

12

Page 15: Tugas Maternitas-Endometritis

endometritis, meski isi vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus.

Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, servik atau vagina dan

mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian

telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan servik,

pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah

kombinasi dari diameter uterus dan servik, penilaian isi dari vagina. 

Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada

kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami

pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari

program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa

dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal.

Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin

diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan

vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan

cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma

kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode

postpartum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh

inseminator untuk memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan

pada uterus.  Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan

berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah pada

endometritis. Keradangan pada servix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga

mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat

palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu

dengan menggunakan spekulum.  Untuk beberapa kasus endometritis klinis

atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsi uterin. Pemeriksaan

mikroskopis dari jaringan biopsi akan tampak adanya peradangan akut atau

kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk

memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus.

Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulosit dan

dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.

Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual

pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini

13

Page 16: Tugas Maternitas-Endometritis

adalah murah, cepat, menyediakan informasi sensori tambahan seperti

deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu

prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering dan

bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir,

atas dan bawah dinding vagina dan os servik eksterna dipalpasi dan isi

mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina

untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak

menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon

protein akut atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa

vaginitis dan cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy

dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable plastik, metal atau

disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah

inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi

menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk

transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus

vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang

digunakan untuk mengeluarkan isi vagina.

H. Analisa Data

No.

Data Etiologi Masalah

1.

2.

3.

DS : Ps. Mengatakan nyeri pada bagian abdomen bawah.DO : - Ps. Meringis - TTV : TD : 100/80 mmHg. RR : 25 x/menit. N : 120 x/menit. T : 39o C

DS : Ps. mengeluh tidak nafsu makan.DO : - Ps. Lemah -Makanan yang tersedia hanya 1/2 dari porsi makan RS.

DS : Ps. Mengatakan tidak paham

Endometritis

Intake kurang

Kurang informasi

Nyeri akut

Perubahan pola nutrisi

Kurang

14

Page 17: Tugas Maternitas-Endometritis

akan proses pengobatannya.DO : - Ps. Terlihat bingung akan proses pengobatan. -Ps. Banyak bertanya akan proses penyakitnya.

pengetahuan

I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang paling sering digunakan pada endometritis adalah:

1. Nyeri akut b.d endometritis

2. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan

yang tidak adekuat.

3. kurang pengetahuan b.d kurang informasi.

J. Catatan Perkembangan dan Evaluasi

Dx. I : Nyeri akut b.d endometritis.

S : Ps. mengatakan nyeri pada bagian abdomen bawah.

O : Ps. meringis.

TTV: TD : 100/80 mmHg.

RR : 25 x/menit.

N : 120 x/menit.

T : 39o C

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

Dx. II : Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak adekuat.

S : Ps. mengeluh tidak nafsu makan.

O : - Ps. Lemah

- Makanan yang tersedia hanya 1/2 dari porsi makan RS.

A : Masalah belum teratas.i

15

Page 18: Tugas Maternitas-Endometritis

P : Intervensi dilanjutkan.

Dx. III : Kurang pengetahuan b.d. kurangnya informasi d.d :

S : Ps. Mengatakan tidak paham akan proses pengobatannya.

O : - Ps. Terlihat bingung akan proses pengobatan.

- Ps. Banyak bertanya akan proses penyakitnya.

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

K. NIC dan NOC

No.

NOC dan NGO NIC dan AMH Rasionalisasi

1. NOC : Nyeri berkurang / hilang.

NGO : Rasa nyeri pada bagian abdomen bawah berkurang.

- NIC : Manajemen pola nafas.

- AMHGuidancePengkajian tingkat nyeri.

SupportMenganjurkan ps. napas dalam.

TeachingAjarkan ps. teknik distraksi

Dev. EnAtur ps pada posisi fowler.

KollaborationKolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic dan antibiotik Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/Kg I.V. tiap 24 jam ditambah metronedazol 500 mg I.V tiap 8 jam

Memantau tingkat rasa nyeri.

Mengurangi rasa nyeri

Pengalihan focus ps.

Memberikan rasa nyaman.

16

Page 19: Tugas Maternitas-Endometritis

2.

3.

- NOC : Gangguan nutrisi tidak terjadi.

- NGO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria hasil.

- Nafsu makan ps. kembali.

- NOC : Pengetahuan ps. tentang penyakit dan pengobatannya bertambah.

- NGO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pengetahuan ps. akan proses penyakit dan pengobatannya bertambah, dengan kriteria hasil : Ps. dapat mengerti dan mengulang kembali pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya.

- NIC : Manajemen nutrisi.- AMH

Guidance Kaji dan catat TTV Kaji pola nutrisi

SupportAnjurkan ps makan sedikit demi sedikit tapi sering.

TeachingJelaskan pada ps. Pentingnya pemenuhan nutrisi.

Dev. EnBerikan makanan yang disukai ps.

KollaborationAhli gizi

- NIC : Manajemen pengetahuan.

- AMHGuidanceKaji tingkat pengetahuan ps.

SupportBerikan penyuluhan kesehatan.

TeachingAnjurkan ps. untuk tindak lanjut.

Menunjang tindakan keperawatan berikutnya.

Membantu dalam pemenuhan nutrisi.

Agar ps. mengerti akan pentingnya nutrisi.

Meningkatkan nafsu makan.

Menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan ps.

Mengetahui sejauh mana ps. tentang penyakitnya.

Meningkatnya tingkat pengetahuan ps.

Untuk pengobatan lanjut.

17

Page 20: Tugas Maternitas-Endometritis

Dev. EnBerikan lingkungan yang kondusif.

KollaborationKolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

Memudahkan ps. dalam menyimak ilmu yang disampaikan.

Pemberian terapi yang tepat.

L. Penanganan Endometritis

1. Endometritis Akut

Terapi:

Pemberian uterotonika

Istirahat, posisi/letak Fowler

Pemberian antibiotika

Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan

diagnosa corpus carcinoma.  Dapat diberi estrogen.

2. Endometritis Kronik

Terapi:

Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan

carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa.  Kadang-

kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa. 

Kuretase juga bersifat terapeutik.

18

Page 21: Tugas Maternitas-Endometritis

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai seorang calon perawat khususnya dalam bidang keperawatan

maternitas harus diperhatikan tentang kebersihan organ reproduksi ibu. Saat

proses persalinan maupun masa nifas kebersihan organ reproduksi ibu perlu

dipantau agar tidak terserang infeksi. Salah satu komplikasinya adalah

endometritis. Endometritis adalah peradangan pada dinding uterus yang

umumnya disebabkan oleh partus.

Jadi, Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam

dari rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks

atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.

B. SARAN

Materi Keperawatan Maternitas tentang endometritis ini sangat perlu

dipahami oleh mahasiswa keperawatan agar dapat memepermudah bagi

mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

terkait.

19

Page 22: Tugas Maternitas-Endometritis

DAFTAR PUSTAKA

Benson C. Ralph, Pernoll L Martin. 2008. Buku Saku Obstetri &

Ginekologi. Jakarta:EGC

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

Jakarta: EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum).

Jakarta: TIM

Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia. 2010. Asuhan Kebidanan. Jakarta: TIM

Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuha Kebidanan. Jakarta: EGC

20