Upload
nindinindy1836
View
93
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
m
Citation preview
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Maternitas kami dengan judul “Konsep Dasar Endometritis”.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan
hambatan sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan
semangat dari berbagai pihak. Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu
kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kesabaran
dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama
penyusunan makalah ini.
Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal
mungkin, namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga hasil
makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amin.
Pontianak, September 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iDAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
D. Metode Penulisan.....................................................................................................2
E. Sistematika...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4KONSEP DASAR ENDOMETRITIS.................................................................................4
A. Konsep Dasar Endometritis.....................................................................................4
B. Etiologi Endometritis...............................................................................................4
C. Manifestasi Klinik Endometritis..............................................................................6
D. Jenis-jenis Endometritis...........................................................................................7
E. Pathway..................................................................................................................11
F. Patofisiologi...........................................................................................................12
G. Diagnosa Endometritis...........................................................................................12
H. Analisa Data...........................................................................................................14
I. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................15
J. Catatan Perkembangan dan Evaluasi.....................................................................15
K. NIC dan NOC.........................................................................................................16
L. Penanganan Endometritis.......................................................................................18
BAB III PENUTUP..........................................................................................................19A. KESIMPULAN......................................................................................................19
B. SARAN..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tahapan masa kehamilan tidaklah hanya memperhatikan pada
masa antenatal, tetapi juga pada masa postpartum. Setelah kelahiran bayi
kesehatan reproduksi ibu juga perlu untuk diperhatikan yang disebut masa
nifas.
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2002 : N – 23). Masa nifas adalah masa
segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran
reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(Cunningham, 1995).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri).
Pada saat persalinan telah dilalui oleh seorang ibu berjalan normal,
tanpa adanya bahaya, akan tetapi masa nifas yaitu masa dua jam setelah
persalinan sampai dengan enam minggu, harus diwaspadai terjadi bahaya
yang akan mengancam keselamatan ibu, masa nifas dilalui beberapa tahap
dan dilakukan pemantauan.
Beberapa tahapan yang harus dipahami oleh seorang perawat seperti
menjaga kebersihan saat proses persalinan dan masa nifas karena kurangnya
higienitas beresiko terhadap kesehatan organ reproduksi ibu.
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas adalah
endometritis. Maka dari itu perawat diharapkan mengetahui dan memahami
konsep dari endometritis.
1
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu konsep dasar endometritis?
2. Apa saja jenis – jenis dari endometritis?
3. Apa saja tanda dan gejala dari endometritis?
4. Bagaimana mendiagnosa endometritis?
5. Bagaimana penanganan dari endometritis?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar endometritis.
2. Mengetahui jenis-jenis dari endometritis.
3. Mengetahui tanda dan gejala endometritis.
4. Mengetahui cara mendiagnosa endometritis.
5. Mengetahui penanganan terhadap endometritis.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penyusun menggunakan metode:
1. Perpustakaan
2. Diskusi Kelompok
3. Literatur internet
E. Sistematika
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika
2
Bab II Pembahasan
A. Konsep dasar endometrium
B. Etiologi endometritis
C. Manifestasi klinik endometritis
D. Jenis – jenis dari endometritis
E. Pathway
F. Patofisiologi
G. Diagnosa Endometritis
H. Analisa Data
I. Diagnosa Keperawatan
J. Catatan Perkembangan
K. NIC dan NOC
L. Penanganan Endometritis
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
3
BAB IIPEMBAHASAN
KONSEP DASAR ENDOMETRITIS
A. Konsep Dasar Endometritis
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya
disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai
inflamasi dari endometrium. Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi
dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan
lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi
dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau
oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi
endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
Jadi, Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam
dari rahim).(Manuaba, I.B.G, 1998) Infeksi ini dapat terjadi sebagai
kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim.
B. Etiologi Endometritis
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas
insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri
atas keeping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang
meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-
leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui
dan terjadilah penjalaran.
4
Berikut beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan endometritis:
1. E. coli dan Kleb seilla2. Streptococcus group B3. Spesies Bacteriodes4. Spesies Peptostreptococcus
Terjadinya infeksi endometrium pada saat:
1. Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka,
terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
2. Pada saat terjadi keguguran.
3. Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
4. Persalinan yang lama
5. Ketuban Pecah Dini (KPD)
6. Persalinan seksio caesaria
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih
dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus
terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme, kulit dan
feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi servik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme
antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus,
menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme
pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda
fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau
kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk
kontaminasi pada traktus genital. Retensi membran fetus adalah faktor
predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan
endometritis berat.
5
C. Manifestasi Klinik Endometritis
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokia
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera
hilang setelah rintangan diatasi. Uterus pada endometriosis agak membesar,
serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak
meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut
nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi
dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh
menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat
kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Berikut tanda dan gejalanya:
1. 24 jam postpartum / nifas
2. Lokia berbau busuk atau purulent
3. Tenderness uterus
4. Uterus subinvolusi
5. Tidak enak badan, letih, anoreksia / tidak nafsu makan
6. Takhikardia (100-120 kali per menit)
7. Temperatur 38o C-38,9o C setelah 24 jam.
Implikasi / Dampak pada ibu
1. Perasaan sakit
2. Demam
3. Sakit otot / persendian secara merata
4. Sakit kepala
5. Nyeri Rahim dan tenderness pada rahim
6
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
1. Miometritis (infeksi otot rahim)
2. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
3. Salpingitis (infeksi saluran telur)
4. Ooforitis (infeksi indung telur)
5. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau
indung telur.
D. Jenis-jenis Endometritis
Terdapat berbagai jenis endometritis yaitu berdasarkan tipe dan waktu
nya yang akan kami paparkan sebagai berikut;
1. Berdasarkan Tipe
Jenis endometritis berdasarkan tipe, yaitu;
a. endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah
melahirkan),
b. endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor
jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak),
c. endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim
endometrium dan tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium
tuberculosis.
2. Berdasarkan Waktu
Jenis endometritis berdasarkan waktunya, yaitu;
a. Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum.
Pada endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai
pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada
7
umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis
postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus.
Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
Pada endometritis akuta endometrium mengalami
edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik
terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti
polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea
dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan
radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akuta.
Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb sebab itu
tidak dibicarakan lebib lanjut di sini. Infeksi post abortum dan
post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks
uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang
merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain
in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan tidak
sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih
cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh
darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan
ovarium serta ke peritoneum di sekitarnya. Gejala-gejala
endometritis akuta dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala
penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi,
kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan
uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang
dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti
kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan
IUD (intra-uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam
uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada
8
endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan
jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional
dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan
endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha
mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala:
1) Demam
2) Lochia berbau, pada endometritis postabortum
kadang-kadang keluar fluor yang purulent.
3) Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
4) Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau
perimetrium tidak ada nyeri.
5) Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.
b. Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak
dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari
endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga
ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah,
leukorea dan menoragia. Pengobatannya tergantung dari
penyebabnya.
Endometritis knonika ditemukan:
1) pada tuberkulosis;
2) jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
3) jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
4) pada polip uterus dengan infeksi;
9
5) pada tumor ganas uterus;
6) pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
7) Fluor albus yang keluar dari ostium
8) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat
infeksi yang terus-menerus karena adanya benda asing atau
polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri. Dahulu
diagnosis endometritis kronika lebih sering dibuat daripada
sekarang. Sejak penelitian fundamental dari Hitshcmann dan
Adler tentang histology endometrium selama siklus haid,
diketahui bahwa banyak perubahan yang ditemukan dalam
endometrium dan yang dahulu dianggap patologik adalah
gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase
siklus haid.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir
setengah kasus-kasus tuberculosis genital. Pada pemeriksaan
mikrskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium
yang beradang menahun.
Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder
pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa. Pada penderita
dengan tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis
tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan
infertilitas dilakukan biopsy endometrial dan ditemukan
tuberkel dalam sediaan. Terapi yang kausal terhadap
tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.
Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal
dalam uterus terdapat desidua dan villi korialis di tengah-
tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal
dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan
10
plasenta tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah
apa yang dinamakan polip plasenta.
E. Pathway
E. coli dan Kleb seilla Spesies Bacteriodes & Streptococcus group B
Spesies Peptostreptococcus
Masuk ke dalam endometrium
↓
Melalui
↓
Radang endometrium
↓
infeksi
↓
↓
Perasaan Sakit
↓
↓ ↓ ↓
Tidak nafsu Gangguan psikologis Nyeri Rahim
Makan ↓
↓ ketakutan berlebih
Intake kurang ↓
↓ kurang pengetahuan
11
-Persalinan -abortus
-IUD tidak steril -KPD
- persalinan lama - persalinan caesar
24 jam postpartum / nifasLokia berbau busuk atau purulent
Uterus subinvolusiTenderness uterus
Tidak enak badan, letih, anoreksiaTakhikardia (100-120 kali per menit)
nutrisi kurang dari
kebutuhan
F. Patofisiologi
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau desidua, dengan
ekstensi ke miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis biasanya
terjadi akibat infeksi menaik dari saluran kelamin bagian bawah. Dari
perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai versus akut
kronis. Endometritis akut ditandai oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar
endometrium. Endometritis kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan
limfosit dalam stroma endometrium.
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta
dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan
dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak
membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.Pada endometritis yang
tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-
hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan
tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih
satu minggu keadaan sudah normalkembali. Lokia pada endometritis,
biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh
dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang
disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
G. Diagnosa Endometritis
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran
mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus.
Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari
biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan
palpasi traktus genital per rektum adalah teknik yang sangat bermanfaat
untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina
untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa
12
endometritis, meski isi vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus.
Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, servik atau vagina dan
mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian
telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan servik,
pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah
kombinasi dari diameter uterus dan servik, penilaian isi dari vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada
kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami
pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari
program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa
dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal.
Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin
diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan
vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan
cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma
kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode
postpartum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh
inseminator untuk memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan
pada uterus. Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan
berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah pada
endometritis. Keradangan pada servix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga
mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat
palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu
dengan menggunakan spekulum. Untuk beberapa kasus endometritis klinis
atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsi uterin. Pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan biopsi akan tampak adanya peradangan akut atau
kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk
memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus.
Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulosit dan
dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual
pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini
13
adalah murah, cepat, menyediakan informasi sensori tambahan seperti
deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu
prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering dan
bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir,
atas dan bawah dinding vagina dan os servik eksterna dipalpasi dan isi
mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina
untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak
menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon
protein akut atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa
vaginitis dan cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy
dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable plastik, metal atau
disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah
inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi
menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk
transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus
vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang
digunakan untuk mengeluarkan isi vagina.
H. Analisa Data
No.
Data Etiologi Masalah
1.
2.
3.
DS : Ps. Mengatakan nyeri pada bagian abdomen bawah.DO : - Ps. Meringis - TTV : TD : 100/80 mmHg. RR : 25 x/menit. N : 120 x/menit. T : 39o C
DS : Ps. mengeluh tidak nafsu makan.DO : - Ps. Lemah -Makanan yang tersedia hanya 1/2 dari porsi makan RS.
DS : Ps. Mengatakan tidak paham
Endometritis
Intake kurang
Kurang informasi
Nyeri akut
Perubahan pola nutrisi
Kurang
14
akan proses pengobatannya.DO : - Ps. Terlihat bingung akan proses pengobatan. -Ps. Banyak bertanya akan proses penyakitnya.
pengetahuan
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang paling sering digunakan pada endometritis adalah:
1. Nyeri akut b.d endometritis
2. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan
yang tidak adekuat.
3. kurang pengetahuan b.d kurang informasi.
J. Catatan Perkembangan dan Evaluasi
Dx. I : Nyeri akut b.d endometritis.
S : Ps. mengatakan nyeri pada bagian abdomen bawah.
O : Ps. meringis.
TTV: TD : 100/80 mmHg.
RR : 25 x/menit.
N : 120 x/menit.
T : 39o C
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Dx. II : Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak adekuat.
S : Ps. mengeluh tidak nafsu makan.
O : - Ps. Lemah
- Makanan yang tersedia hanya 1/2 dari porsi makan RS.
A : Masalah belum teratas.i
15
P : Intervensi dilanjutkan.
Dx. III : Kurang pengetahuan b.d. kurangnya informasi d.d :
S : Ps. Mengatakan tidak paham akan proses pengobatannya.
O : - Ps. Terlihat bingung akan proses pengobatan.
- Ps. Banyak bertanya akan proses penyakitnya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
K. NIC dan NOC
No.
NOC dan NGO NIC dan AMH Rasionalisasi
1. NOC : Nyeri berkurang / hilang.
NGO : Rasa nyeri pada bagian abdomen bawah berkurang.
- NIC : Manajemen pola nafas.
- AMHGuidancePengkajian tingkat nyeri.
SupportMenganjurkan ps. napas dalam.
TeachingAjarkan ps. teknik distraksi
Dev. EnAtur ps pada posisi fowler.
KollaborationKolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic dan antibiotik Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/Kg I.V. tiap 24 jam ditambah metronedazol 500 mg I.V tiap 8 jam
Memantau tingkat rasa nyeri.
Mengurangi rasa nyeri
Pengalihan focus ps.
Memberikan rasa nyaman.
16
2.
3.
- NOC : Gangguan nutrisi tidak terjadi.
- NGO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria hasil.
- Nafsu makan ps. kembali.
- NOC : Pengetahuan ps. tentang penyakit dan pengobatannya bertambah.
- NGO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pengetahuan ps. akan proses penyakit dan pengobatannya bertambah, dengan kriteria hasil : Ps. dapat mengerti dan mengulang kembali pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya.
- NIC : Manajemen nutrisi.- AMH
Guidance Kaji dan catat TTV Kaji pola nutrisi
SupportAnjurkan ps makan sedikit demi sedikit tapi sering.
TeachingJelaskan pada ps. Pentingnya pemenuhan nutrisi.
Dev. EnBerikan makanan yang disukai ps.
KollaborationAhli gizi
- NIC : Manajemen pengetahuan.
- AMHGuidanceKaji tingkat pengetahuan ps.
SupportBerikan penyuluhan kesehatan.
TeachingAnjurkan ps. untuk tindak lanjut.
Menunjang tindakan keperawatan berikutnya.
Membantu dalam pemenuhan nutrisi.
Agar ps. mengerti akan pentingnya nutrisi.
Meningkatkan nafsu makan.
Menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan ps.
Mengetahui sejauh mana ps. tentang penyakitnya.
Meningkatnya tingkat pengetahuan ps.
Untuk pengobatan lanjut.
17
Dev. EnBerikan lingkungan yang kondusif.
KollaborationKolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
Memudahkan ps. dalam menyimak ilmu yang disampaikan.
Pemberian terapi yang tepat.
L. Penanganan Endometritis
1. Endometritis Akut
Terapi:
Pemberian uterotonika
Istirahat, posisi/letak Fowler
Pemberian antibiotika
Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan
diagnosa corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.
2. Endometritis Kronik
Terapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan
carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-
kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.
Kuretase juga bersifat terapeutik.
18
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai seorang calon perawat khususnya dalam bidang keperawatan
maternitas harus diperhatikan tentang kebersihan organ reproduksi ibu. Saat
proses persalinan maupun masa nifas kebersihan organ reproduksi ibu perlu
dipantau agar tidak terserang infeksi. Salah satu komplikasinya adalah
endometritis. Endometritis adalah peradangan pada dinding uterus yang
umumnya disebabkan oleh partus.
Jadi, Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam
dari rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks
atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.
B. SARAN
Materi Keperawatan Maternitas tentang endometritis ini sangat perlu
dipahami oleh mahasiswa keperawatan agar dapat memepermudah bagi
mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
terkait.
19
DAFTAR PUSTAKA
Benson C. Ralph, Pernoll L Martin. 2008. Buku Saku Obstetri &
Ginekologi. Jakarta:EGC
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum).
Jakarta: TIM
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia. 2010. Asuhan Kebidanan. Jakarta: TIM
Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuha Kebidanan. Jakarta: EGC
20