28

Click here to load reader

maternitas makalah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: maternitas makalah

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak

perubahan baik perubahan fisik maupun psikologi. Secara fisik, tubuh ibu

mengalami perubahan yang signifikan sampai kondisi tersebut kembali seperti

pada saat sebelum hamil. Secara psikologi, proses menjalin kembai hubungan

antar-anggota keluarga serta hubungan kasih saaing akan meningkat seiring saat

klien dan anggota keluarga lainnya melibatkan bayi yang baru ke dalam

kehidupan mereka.

Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan

terbagi dalam tiga fase yaitu fase taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat

dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama

persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari, fase taking hold dimana pada fase

ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5 minggu dan

yang terakhir fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya

adalah perluasan dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali

bekerja mengurus hal-hal lain. Perubahan tersebut merupakan perubahan yang

normal terjadi pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun, perubahan

tersebut berbeda-beda pada setiap ibu. Selain perubahan piskologi yang normal,

ibu juga bisa mengalami perubahan psikologi abnormal pada periode pascapartum

atau gangguan psikologi pascapartum.

1

Page 2: maternitas makalah

Gangguan psikologi pascapartum biasanya dibagi menjadi tiga kategori yaitu

postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis,

dan psikosis pascapartum. Sekitar 30% hingga 75% wanita mengalami

postpartum blues selama periode pascapartum. Postpartum blues dapat terjadi

sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan

memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu

14 hari atau dua minggu setelah persalinan. Secara definisi postpartum blues

dibatasi oleh waktu dan bersifat ringan. Gejala postpartum blues antara lain sering

menangis, depresi, kelemahan, suasana hati yang labil, bingung, sering lupa,

gelisah, gangguan tidur, dan gangguan nafsu makan. Beberapa wanita biasanya

mengungkapkan perasaan negatif mereka tentang bayinya.

Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang

bisa berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak

tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah

menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit. Selain itu, bila

kondisi postpartum blues ini tidak segera diatasi bisa berlanjut pada depresi

pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan.

Penatalaksanaan postpartum blues bersifat individual meliputi pemberian

dukungan dan penyuluhan mengenai perasaan normal yang alamiah dirasakan

oleh ibu. Memberi kesempatan bagi ibu untuk menceritakan pengalamannya

selama bersalin pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dapat menurunkan

angka terjadinya ansietas dan depresi pascapartum.

Penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai sekarang belum diketahui.

Namun, karena waktu terjadinya postpartum blues bersamaan dengan penurunan

2

Page 3: maternitas makalah

kadar hormon estrogen dan progesteron maka kemungkinan perubahan kadar

hormone ini didugan menjadi penyebab terjadinya perubahan emosional

pascapartum. .

Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui definisi postpartum blues

2. Mengetahui gejala postpartum blues

3. Mengetahui penyebab postpartum blues

4. Mengetahui asuhan keperawatan pada ibu dengan postpartum blues

3

Page 4: maternitas makalah

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Postpartum Blues

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,

biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua

minggu sejak kelahiran bayi. Dalam hal ini blues menampilkan tangisan singkat,

perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah,letih, pelupa dan tidak

dapat tidur (Hansen, 1990; Jones, 1990 dalam Bobak dkk, 2004). Berbagai studi

mengenai postpartum blues di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup

tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena

adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut maternity blues atau baby

blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang sering tampak

dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan berbagai gejala.

Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan hilang

dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari pascapartum.

2.2. Sejarah Postpartum Blues

Pascapartum atau masa nifas adalah masa enam minggu sejak bayi lahir

sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil

(Bobak dkk, 2004). Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester

keempat kehamilan. Pada periode ini perubahan psikologis kehamilan merupakan

episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi

4

Page 5: maternitas makalah

dari seorang wanita yang mengalaminya. Sebagian besar wanita menganggap

bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian lagi

mengganggap bahwa kehamilan sebagai peristiwa khusus yang sangat

menentukan kehidupan selanjutnya. Stres psikologis dan fisik yang terkait dengan

dengan kehamilan atau kewajiban baru sebagai ibu dapat juga mengakibatkan

krisis emosional (Affonso, 1984 dalam Bobak dkk, 2004).

Stres psikologis setelah melahirkan sudah diketahui sejak 460 tahun sebelum

Masehi, yang diungkapkan oleh Hippocrates. Penjelasan yang lebih lengkap

berkembang dari waktu ke waktu. Namun baru sekitar 15 tahun terakhir muncul

banyak informasi tentang postpartum blues setelah pada tahun 1875 Savage

menulis referensi di literature kedokteran tentang suatu keadaan disforia ringan

pascapersalinan yang disebut sebagai ‘milk fever ‘. Istilah milk fever digunakan

karena disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi (Zietraelmart, 2008).

2.3. Penyebab Postpartum Blues

Perubahan fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi

terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik

antara keinginan, kebanggaan yang berasal dari norma-norma sosial kultural dan

masalah saat kehamilan dapat menjadi pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai

dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Seorang wanita membutuhkan beberapa penyesuaian dalam menghadapi

aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu atau bulan pertama setelah

melahirkan baik dari segi fisik maupun psikologis. Sebagian wanita berhasil

menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada juga yang tidak berhasil sehingga

5

Page 6: maternitas makalah

menimbulkan gangguan psikologis berupa gangguan emosional mulai dari yang

ringan sampai yang berat. Salah satu gangguan emosional tersebut adalah

Postpartum Blues.

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini

belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya

postpartum blues, antara lain:

a. Faktor hormonal.

Faktor hormonal ini berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,

progesteron, prolaktin dan estradiol yang terlalu rendah atau terlalu

tinggi. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh

pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek

supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang

bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam

suasana hati dan kejadian depresi.

b. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

c. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

d. Takut untuk memulai hubungan suami istri, karena anak akan

terganggu.

e. Latar belakang psikososial ibu tersebut seperti tingkat pendidikan, status

perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan

kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta ketidkadekuatan dukungan

sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).

f. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

6

Page 7: maternitas makalah

g. Penyesuaian diri dengan lingkungan berhubungan dengan masa

peralihan ( Agus Setiono, 2008)

2.4. Gejala Postpartum Blues

Gejala – gejala postpartum blues tampak dari perubahan sikap seorang ibu

yang baru melahirkan. Manifestasi postpartum umumnya bersifat sementara

namun bisa berlanjut sampai 10 hari atau sedikit lebih lama. Gejala tersebut bisa

terjadi setiap saat pascapartum tetapi seringkali terjadi pada hari ketiga atau

keempat dan memuncak pada hari kelima sampai hari keempat belas pascapartum.

Gejala-gejala postpartum blues antara lain mudah tersinggung (iritabilitas),

menagis dengan tiba-tiba, sakit kepala, cemas yang berlebihan, suasana hati yang

labil, clouding of consciousness, gangguan selera makan, merasa tidak

bahagia,tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak bergairah khususnya

terhadap hal-hal yang semula sangat diminatinya, sulit berkonsentrasi dan

membuat keutusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan bayi yang baru

dilahirkannya (Agus Sutiono, 2008).

Kennerley dan Gath pada tahun 1989 menjelaskan sebuah instrumen yang

dapat dipercaya dan sahih, yang mengukur tujuh gejala postpartum blues yaitu

perubahan mood, merasa rendah, cemas, merasa terlalu emosional, mudah

menangis, letih, dan bingung atau pikiran kacau.

2.5. Penatalaksanaan Postpartum Blues

Penanganan gangguan emosional postpartum pada prinsipnya sama dengan

penanganan gangguan emosional pada keadaan lain. Ibu yang mengalami

7

Page 8: maternitas makalah

postpartum blues membutuhkan pertolongan berupa dukungan psikologis dan

pemenuhan kebutuhan fisik lainnya. Mereka membutuhkan waktu untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan yang mereka alami. Pada keadaan tertentu

mereka juga membutuhkan pengobatan dan istirahat. Bantuan dari teman dan

keluarga, sangat dibutuhkan untuk mengatur kembali kegiatan rutin sehari-hari

atau untuk menghilangkan beberapa kegiatan yang tidak sesuai dengan konsep

mereka tentang keibuan peran ibu dan perawatan bayi. Bila perlu diberi konseling

oleh psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

Asuhan dan dukungan yang lebih awal dari perawat sangat penting dalam

membantu orang tua memahami bahwa kondisi postpartum blues hanya bersifat

sementara. Dukungan yang adekuat dari para petugas kesehatan dan pendidikan

kesehatan tentang proses kehamilan dan persalinan termasuk penyulit-penyulit

yang mungkin timbul pada masa-masa tersebut serta penanganannya sangat

penting.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada

dua cara yaitu:

1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik

antara petugas kesehatan dengan si ibu dalam rangka kesembuhannya

dengan cara: memberi motivasi kepada pasien sehingga si ibu mampu

meredakan segala ketegangan emosinya dan dapat memahami dirinya.

2. Dengan cara peningkatan dukungan mental

Beberapa cara peningkatan dukungan mental yang dapat dilakukan oleh

keluarga diantaranya :

8

Page 9: maternitas makalah

a. Suami membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah

seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu

dan lain-lain.

b. Orang tua si ibu menemani si ibu dalam menghadapi kesibukan

merawat bayi.

c. Suami memahami permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih

perhatian terhadap istrinya.

d. menganjurkan si ibu untuk bercerita dengan teman-temannya yang

baru saja melahirkan.

Selain hal diatas, penanganan pada Ibu postpartum blues dapat dilakukan

sendiri oleh si ibu, diantaranya dengan cara :

a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.

b. Tidur ketika bayi tidur.

c. Berolahraga ringan akan membuat tubuh si ibu lebih rileks

d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurus bayi

f. Membicarakan rasa cemas kepada suami atau orang lain

g. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu.

2.6. Asuhan Keperawatan Postpartum Blues

Asuhan Keperawatan yang diberikan kpada ibu yang mengalami postpartum

blues bersifat holistik meliputi perilaku, emosional, intelektual, sosial dan

psikologis secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami,

keluarga dan juga teman dekat si ibu.

9

Page 10: maternitas makalah

2.6.1 Pengkajian

Pengkajian terhadap klien postpartum Blues meliputi :

A. Kondisi Maternal

Riwayat : Faktor yang mempengaruhi perubahan peran setelah melahirkan

Kondisi ibu

yang perlu dikaji pada kondisi ibu yaitu persalinan yang lama.

penggunaan obat sewaktu proses persalinan, proses melahirkan secara

normal atau cesar, komplikasi lain sewaktu melahirkan

Kondisi janin

Pengkajian kondisi bayi meliputi usia kehamilan, perawatan bayi di

ruangan Neonatal Intensive care Inut (NICU) untuk alasan tertentu dan

adanya kelainan fisik pada bayi

Faktor sosial ekonomi

Meliputi pendapatan keluarga dan kemampuan keluarga untuk membiayai

proses melahirkan

Faktor keluarga

Meliputi kualitas hubungan keluarga dengan ibu dan tuntutan dari saudara

bayi

Umur ibu saat mengandung

Pengalaman ibu sebelumnya dengan peran melahirkan

Usia ibu yang terlalu muda mengakibatkan informasi mengenai

perawatan bayi belum optimal sehingga menimbulkan

kecemasan ibu.

Usia ibu yang terlalu tua kemungkinan menghadapi konflik

dengan desakan keluarga untuk memperoleh anak sesegera

mungkin sebelum ia hamil.

Konflik yang berkaitan dengan perkembangan karier ibu: wanita

karier kemungkinan akan menghadapi kesulitan untuk menerima

perubahan peran menjadi seorang ibu dan keadaan ini

10

Page 11: maternitas makalah

menimbulkan konflik pada diri ibu mengenai bayi, keluarga dan

pekerjaannya (Reeder dan Smith, 1997).

B. Postpartum blues

Riwayat : Biasanya terjadi setelah 3 hari pascapersalinan

Mengobservasi gejala-gejala, seperti Iritabilitas atau sifat mudah

tersinggung, kelelahan, bersedih/ menangis untuk alasan yang tidak jelas,

mengantuk, marah dengan kehadiran anggota keluarga termasuk bayi,

cemas dan gangguan suasana hati ( kondisi emosional yang berubah-

ubah)

C. Pemeriksaan tambahan

(1) Riwayat : Faktor yan mempengaruhi kedekatan ibu dan bayi

Faktor maternal

Meliputi pengalaman sebelumnya terhadap proses melahirkan, latar

belakang budaya ibu, status ekonomi ibu, status kehadiran bayi diinginkan

atau tidak diinginkan, tingkat kedewasaan ibu, keadaan semasa melahirkan

risiko tinggi melahirkan meliputi lama waktu berpisah antara ibu dan bayi

setelah melahirkan, kesehatan fisik ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan

tingkat kesesuaian antara harapan ibu dengan keadaan bayi

Faktor bayi

Meliputi jenis kelamin, keadaan fisik bayi dan ada atau tidaknya kecacatan

pada bayi.

Faktor suami istri ( Orangtua bayi)

Meliputi usia, kedewasaan orang tua bayi, pengalaman sebelumnya

menjadi orang tua, kualitas hubungan antara suami istri, tingkat

kepedulian suami pada saat kehamilan dan melahirkan.

(2) Observasi perilaku kedekatan ibu dan bayi

Observasi sikap ibu dalam menerima kehadiran bayi, menyentuh dan

membelai bayi, memeluk bayi, tatapan/ pandangan ibu, bercanda dengan

bayi, mencium bayi.

11

Page 12: maternitas makalah

Observasi sikap yang diperlihatkan bayi

Meliputi sikap yang memperlihatkan keadaan bayi, menangis,

tersenyum, celotehan si bayi, gerak tubuhnya seperti menggenggam

tangan, melihat dengan tersenyum

Sikap yang maladaptif dari masa pascamelahirkan

Meliputi komentar ibu yang negatif mengenai bayi, kekecewaan

mengenai jenis kelamin bayi, gengganan melihat bayi, keengganan

untuk menyentuh bayi, ketidakmampuan ibu untuk merespon sikap

bayi yang ingin dimanja, ketidakmampuan ibu untuk memanggil

nama bayi, membatasi dirinya untuk merawat bayi, ketidakmampuan

untuk mengetahui kebutuhan fisik bayi seperti memberi ASI.

2.6.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan menurut Smith & Mattson (2004)

adalah :

1. Resiko tinggi ketidakmampuan menjadi orang tua berkaitan dengan kegagalan

dalam menjalankan peran sebagai ibu.

2. Resiko tinggi ketidakefektifan koping individu berkaitan perubahan emosional

yang tidak stabil pada ibu.

3. Resiko tinggi terganggunya psikologi ibu berkaitan dengan kegagalan dalam

pendekatan antara ibu dan bayi.

Sedangkan resiko potensial menurut Reeder dkk (1997) yaitu:

1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan penyebab, perjalanan dan

penanganan postpartum blues.

2. Perubahan peran sebagai orang tua berhubungan dengan pengaruh komplikasi

fisik dan emosional (Reeder dan Martin, 1997).

12

Page 13: maternitas makalah

2.6.3. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi

Dx. 1

Resiko tinggi ketidakmampuan

menjadi orang tua berkaitan

dengan kegagalan dalam

menjalankan peran sebagai ibu.

Kriteria hasil:

Klien tidak memperlihatkan tanda-

tanda penolakan terhadap kehadiran

bayi dan perannya sebagai ibu

sewaktu perawatan bayi hingga

jadwal pulang.

a. Berikan kebutuhan ibu pada fase taking in; berikan

kesempatan pada ibu untuk mengekspresikan

perasaan yang sedang dialaminya.

b. Ijinkan ibu untuk berpartisipasi dalam merawat

bayinya; tempatkan bayi dan ibu dalam ruangan yang

sama jika kondisinya memungkinkan.

c. Berikan asuhan keperawatan pada bayi jika ibu sangat

kelelahan untuk berpartisipasi.

d. Berikan pendidikan berhubungan dengan cara

perawatan fisik.

Ajari ibu teknik menyusui bayi.

Demonstrasikan dan awasi aktivitas fisik ibu

13

Page 14: maternitas makalah

seperti tidur.

Diskusikan keadaan bayi yang normal dan cara

berkomunikasi dengan bayi

e. Lakukan follow-up kesehatan komunitas untuk

mengidentifikasi risiko dan menggalkan keinginan

untuk hamil; misalnya pada ibu yang:

Sudah berusia tua

Mempunyai dukungan sosial yang tidak adekuat

Gagal mempraktekkan keinginan merawat bayi

f. Follow up melalui telepon 2 hari setelah pemulangan

ibu untuk mengklarifikasi berbagai pertanyaan ibu.

Dx. 2

Resiko tinggi ketidakefektifan

koping individu berkaitan

kriteria hasil:

Klien mengungkapkan perasaannya

tentang perubahan perannya sebagai

a. Observasi dan catat perubahan mood ibu

b. Berikan lingkungan yang mendukung

c. Berikan kesempatan yang adekuat kepada ibu untuk

14

Page 15: maternitas makalah

perubahan emosional yang tidak

stabil pada ibu

ibu. istirahat dan tidur.

d. Berikan ibu keringanan dalam merawat bayi

e. Mendidik pasangan klien atau orang yang sangat

penting tentang perilaku yang diharapkan.

f. Menenangkan ibu bahwa emosi yang negatif adalah

normal.

g. Berikan penanganan psikiatri yang tepat jika gejala

berlanjut menjadi depresi atau psikosis pascapartum.

Dx. 3

Klien menerima kehadiaran

bayi dan perannya sebagai ibu

Krtiteria hasil :

1. Kasih sayang yang positif antara

orang tua dan bayi yang dapat

diliha dari hubungan timbal

balik yang positif diantara orang

a. Berikan waktu untuk berinteraksi antara ibu dan bayi

segera setelah proses kelahiran dan kondisi bayi

mengijinkan

b. Berikan lingkungan yang mendukung untuk bertanya

dan mengekspresikan perasaan.

15

Page 16: maternitas makalah

tua dan bayi.

2. Follow up kesehatan komunitas

dilakukan setelah hospitalisasi

jika tampak masalah yang

berhubungan dengan kasih

sayang antara orang tua dan

bayi.

c. Menganjurkan lebih cepat dan sering kontak skin-to-

skin dan eye-to eye antara ibu dan bayi .

d. Sediakan waktu yang cukup untuk memberikan

informasi kepada orang tua tentang kondisi bayi

mereka dan membantu mereka dalam perawatan.

e. Menganjurkan orang tua untuk berpartisipasi dalam

perawatan bayi.

f. Mengembangkan pendekatan tim untuk mendukung

dan memberikan semangat yang positif terhadap

interaksi ibu dan bayi.

g. Memberikan informasi tentang keadaan bayi setiap

hari jika bayi dirawat di NICU atau di rujuk ke

institusi lain.

16

Page 17: maternitas makalah

BAB 3

KESIMPULAN

Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa

berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus

terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis,

cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit. Selain itu, bila kondisi

postpartum blues ini tidak segera diatasi bisa berlanjut pada depresi pascapartum

yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan.

Penanganan gangguan emosional postpartum pada prinsipnya sama dengan

penanganan gangguan emosional pada keadaan lain. Ibu yang mengalami

postpartum blues membutuhkan pertolongan berupa dukungan psikologis dan

pemenuhan kebutuhan fisik lainnya. Asuhan dan dukungan yang lebih awal dari

perawat sangat penting dalam membantu orang tua memahami bahwa kondisi

postpartum blues hanya bersifat sementara.

17

Page 18: maternitas makalah

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas (ed 4). Jakarta: EGC.

Cunningham, F.G. dkk.(2005). Obstetri Williams (edisi 21). Jakarta: EGC

Matson, S. & Smith, J.E. (2004). Core Curriculum Maternal – Newborn Nursing (3rd edition). USA: Eilsevier Saunders.

Reeder, S.J., Martin, L.L. & Koniak- Griffin, D. (1997). Maternity Nursing: Family, Newborn, and Women’s Health Care (18th ed). Philadelphia: Lippincott.

Walsh, L.V. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Postpartum Blues. Diunduh tanggal 12 Oktober 2009 dari http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES .

Setiono, Agus. (2008). Bab 1 Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Postpartum Blues. Diambil pada tanggal 8 Oktober 2009 dari http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-konsep-dasar.html

18