11
Nama : Juviandy Nim : 03121403029 Shif : B ( 13:30 WIB) STANDARISASI KUALITAS SABUN MENURUT SNI A. SABUN PADAT Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi NaOH yang optimum untuk direaksikan dengan VCO mengandung karotenoid wortel guna menghasilkan sabun mandi padat yang memenuhi kualitas Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-3532-1994. Pembuatan sabun mandi diawali dengan penentuan bilangan penyabunan, yang digunakan pada perhitungan konsentrasi NaOH, yakni 25%, 30% dan 35%. Sabun mandi padat yang dihasilkan diuji kualitasnya menurut SNI No. 06-3532-1994. Bilangan penyabunan dari VCO mengandung karotenoid wortel diperoleh sebesar 173,18 mg. Sabun mandi pada semua konsentrasi NaOH memenuhi SNI untuk uji jumlah asam lemak, alkali bebas dan asam lemak bebas. Untuk kadar air, sabun yang memenuhi SNI ada pada konsentrasi NaOH 35%, dan minyak mineral pada konsentrasi NaOH 30%. Sabun pada semua konsentrasi NaOH tidak memenuhi SNI untuk uji lemak netral. Penelitian ini menyimpulkan bahwa belum diperoleh konsentrasi NaOH yang optimum untuk pembuatan sabun mandi padat dari VCO mengandung karotenoid wortel yang memenuhi kualitas SNI No. 06- 3532-1994. Sabun mandi yang mendekati kualitas SNI ada pada konsetrasi NaOH 30% dan 35%.

TUGAS KHUSUS otk 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BALALALAALAAA

Citation preview

Nama : JuviandyNim : 03121403029Shif : B ( 13:30 WIB)

STANDARISASI KUALITAS SABUN MENURUT SNI

A. SABUN PADATPenelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi NaOH yang optimum untuk direaksikan dengan VCO mengandung karotenoid wortel guna menghasilkan sabun mandi padat yang memenuhi kualitas Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-3532-1994. Pembuatan sabun mandi diawali dengan penentuan bilangan penyabunan, yang digunakan pada perhitungan konsentrasi NaOH, yakni 25%, 30% dan 35%. Sabun mandi padat yang dihasilkan diuji kualitasnya menurut SNI No. 06-3532-1994. Bilangan penyabunan dari VCO mengandung karotenoid wortel diperoleh sebesar 173,18 mg. Sabun mandi pada semua konsentrasi NaOH memenuhi SNI untuk uji jumlah asam lemak, alkali bebas dan asam lemak bebas. Untuk kadar air, sabun yang memenuhi SNI ada pada konsentrasi NaOH 35%, dan minyak mineral pada konsentrasi NaOH 30%. Sabun pada semua konsentrasi NaOH tidak memenuhi SNI untuk uji lemak netral. Penelitian ini menyimpulkan bahwa belum diperoleh konsentrasi NaOH yang optimum untuk pembuatan sabun mandi padat dari VCO mengandung karotenoid wortel yang memenuhi kualitas SNI No. 06-3532-1994. Sabun mandi yang mendekati kualitas SNI ada pada konsetrasi NaOH 30% dan 35%. Pada penelitian ini, sabun mandi padat dibuat dengan memanfaatkan VCO yang mengandung karotenoid wortel. Secara ideal, sabun mandi padat memiliki kekerasan yang akan memberikan busa yang cukup (yaitu, perilaku sebagai agen pembusa), untuk meningkatkan kemampuan membersihkan dari sabun. Sejauh ini belum diperoleh informasi mengenai pemanfaatan VCO yang mengandung karotenoid wortel dalam pembuatan sabun mandi padat, teristimewa informasi mengenai konsentrasi NaOH yang dibutuhkan untuk direaksikan dengan VCO tersebut sehingga menghasilkan sabun mandi padat yang berkualitas menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun mandi. Untuk itulah penelitian ini dilakukan, guna menentukan konsentrasi NaOH yang dibutuhkan untuk membuat sabun mandi padat yang berkualitas menurut SNI No. 06-35321994 yang menjunjukan suatu standari sasi suatu sabun.Sebanyak 20 gram VCO yang mengandung karotenoid wortel direaksikan dengan NaOH sedikit demi sedikit. Jumlah dan konsentrasi yang direaksikan, ditentukan berdasarkan bilangan penyabunan VCO yang mengandung karotenoid wortel. Sabun yang dihasilkan dibuat dalam 3 variasi konsentrasi NaOH, yakni 25%, 30%, 35%, yang dihitung berdasarkan bilangan penyabunan dan banyaknya air yang dibutuhkan untuk membuat masing-masing konsentrasi NaOH. Setiap perlakuan konsentrasi NaOH dibuat 3 kali ulangan. Setelah VCO direaksikan dengan NaOH, campuran diaduk perlahan-lahan hingga mengental dan homogen. Sabun mandi yang dihasilkan dituang dalam wadah bersih yang telah disiapkan dan didiamkan selama 4 minggu. Selanjutnya sabun mandi yang dihasilkan diuji kualitasnya berdasarkan SNI No. 06-3532-1994.Bilangan penyabunan dari VCO yang mengandung karotenoid wortel diperoleh sebesar 173, 18. Ketiga sabun mandi padat yang dihasilkan dari konsentrasi NaOH berbeda, memiliki berat rata-rata 29 gram dan berwarna jingga. Warna jingga pada sabun merupakan warna dari VCO yang mengandung karotenoid wortel. Sabun yang dibuat ini mengandung karotenoid yang diduga baik untuk kulit. VCO yang dihasilkan ini direaksikan dengan NaOH pada beberapa konsentrasi, yaitu 25%, 30%, 35%, dalam wadah berbeda. Perbandingan massa air dan massa NaOH untuk membuat masing-masing konsentrasi larutan NaOH disajikan pada Tabel 1 disana terdapat Massa NaOH dan massa Air dalam table di bwah ini.NoKonsentrasi NaOHMassa NaOHMassa Air

125%3,46 Gram10,40 Gram

230%3,46 Gram8,08 Gram

335%3,46 Gram6,43 Gram

Tabel 1. Massa air dan massa NaOH untuk setiap konsentrasi NaOH.Berdasarkan hasil penelitian bahwa kadar air untuk sabun dengan konsentrasi NaOH 25% dan 30% sudah melampaui kadar air maksimal yang direkomendasikan menurut SNI. Sebaliknya pada konsentrasi NaOH 35%, kadar air sesuai dengan standar yang ditetapkan.Hasil analisis pada menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, maka kadar air dalam sabun makin rendah, karena semakin sedikit air yang digunakan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut saat digunakan. Sabun yang memenuhi kriteria sabun mandi SNI ialah pada konsentrasi NaOH 35%. Sabun yang baik memiliki total asam lemak dengan nilai lebih besar dari 70%, artinya bahan-bahan yang di-tambahkan sebagai bahan pengisi (bahan aditif) dalam pembuatan sabun sebaiknya kurang dari 30%. Jumlah asam lemak untuk sabun dengan konsentrasi NaOH 25%, 30%, 35% memenuhi kualitas menurut SNI untuk sabun mandi padat, karena lebih besar dari 70%. Sabun mandi untuk ketiga konsentrasi bisa disimpan dalam waktu yang lama serta sangat efisien dalam membersihkan kotoran. Kadar alkali bebas sabun mandi padat dalam penelitian ini memenuhi standar menurut SNI 06-3532-1994. Kadar alkali bebas tertinggi adalah 0,044% pada sabun dengan konsentrasi NaOH 25%, tetapi masih memenuhi standar mutu SNI, yakni kurang dari 0,1% untuk NaOH Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat dengan asam lemak membentuk garam asam lemak (sabun). Alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,1% untuk natrium, karena alkali memiliki sifat yang keras dan dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Bila kadar alkali bebas terlalu tinggi, akan menyebabkan kulit menjadi kering. Asam lemak bebas dalam sabun mandi yang dibuat pada semua konsentrasi NaOH memenuhi stadar mutu menurut SNI. Standar mutu SNI untuk kadar asam lemak bebas sabun mandi padat adalah kurang dari 2,5%.Lemak yang tidak tersabunkan pada sabun dengan konsentrasi NaOH 25% adalah 9,76%, konsentrasi 30% adalah 9,952%, dan konsentrasi 35% adalah 10,278%. Standar mutu menurut SNI untuk lemak yang tidak tersabunkan adalah 2,5%. Sabun mandi padat untuk semua konsentrasi NaOH telah melebihi standar mutu menurut SNI dan hasil ini menunjukan bahwa lemak netral atau trigliserida pada sabun mandi padat yang tidak bereaksi selama proses penyabunan relatif tinggi, sehingga tidak memenuhi SNI. Tingginya lemak yang tidak tersabunkan dalam sabun pada penelitian ini dapat disebabkan oleh komponen senyawa yang tak tersabunkan seperti kandungan senyawa karotenoid yang terlarut dalam VCO yang digunakan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Brown et al. yang melaporkan bahwa pada proses pembuatan sabun terdapat komponen-komponen dari lemak dan minyak yang tidak dapat tersabunkan oleh perlakuan kaustik biasa. Komponen yang tidak tersabunkan tersebut di antaranya adalah alkohol berantai panjang, pigmen-pigmen, sterol, minyak-minyak mineral dan hidrokarbon.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi NaOH 25% dan 35% minyak mineral positif ada karena ditunjukkan dengan kekeruhan, sedangkan untuk konsentrasi NaOH 30% negatif karena hasil setelah dititrasi dengan air warna larutan bening. Berdasarkan standar mutu menurut SNI, minyak mineral dalam sabun mandi padat seharusnya tidak lebih dari 0,05%, yang ditandai dengan tidak adanya kekeruhan saat dititrasi dengan air. Pada penelitian ini, sabun mandi yang memenuhi standar menurut SNI adalah sabun dengan konsetrasi NaOH 30% sabun dengan konsentrasi NaOH 25% dan 35% tidak memenuhi SNI. Adanya minyak mineral diduga dapat diakibatkan dekarboksilasi asam lemak menjadi golongan alkana. Dekarboksilasi dapat dilakukan secara termal, fotokimia, ataupun secara katalitik dengan bantuan katalis. Baik asam rantai terbuka dan aromatik dapat mengalami reaksi dekarboksilasiPenelitian ini menyimpulkan bahwa VCO yang mengandung karotenoid wortel dapat digunakan dalam pembuatan sabun mandi padat. Bilangan penyabunan untuk menyabunkan 1 gram VCO yang mengandung karotenoid wortel adalah 173,18 miligram NaOH. Konsentrasi NaOH yang optimal untuk menghasilkan sabun mandi padat dari VCO mengandung karotenoid wortel belum ada yang memenuhi standar SNI. Konsentrasi NaOH yang mendekati kualitas sesuai SNI No. 06-3532-1994 adalah 30% dan 35%.B. SABUN CAIRRerata pH sabun cair tertinggi pada rasio air-sabun (2:1 b/b) dengan pH 10,12 dan terendah pada rasio air/sabun (4:1 b/b) yaitu pH 9,99. Adanya perbedaan pH ini disebabkan oleh perbedaan kandungan alkali bebas dalam sabun cair. Semakin banyak rasio air yang ditambahkan dalam sabun, rerata pH cenderung menurun. Hal ini disebabkan air dengan sifatnya yang netral dapat menurunkan konsentrasi suatu larutan. Sabun cair hasil penelitian memiliki pH antara 9-10, dan menurut SNI pH sabun cair berkisar 8-11. pH sabun cair hasil penelitian telah memenuhi standar yang ditetapkan, namun, dalam penggunaannya sabun cair hasil penelitian ini direkomendasikan sebagal sabun rumah tangga dengan alasan pH masih terlalu tinggi bila dijadikan sabun mandi.Salah satu daya tarik sabun adalah kandungan buihnya. Perilaku konsumen menunjukkan bahwa mereka akan merasa puas jika, sabun yang dipakai berbuih banyak. Sabun cair yang dihasilkan memiliki rerata daya buih 0,87-2,73 cm. Daya buih mempunyai kecenderungan makin menurun dengan semakin lamanya pengadukan dan sema-kin banyaknya rasio air-sabun. Adanya penurunan buih tersebut karena daya buih dipengaruhi oleh pH, sehingga semakin menurun pH daya buih yang dihasilkan ikut menurun. Disamping itu, adanya peningkatan jumlah air yang ditambahkan dalam sabun juga berpengaruh terhadap buih yang dlhasilkan. Hal tersebut dapat dilihat dari daya bersih sabun cair yang dlhasilkan, karena daya buih sabun menunjukkan tingkat keefektifan daya bersih dari sabun (Anonymous, 2004), sehingga adanya kenurunan daya buih akibat penambahan air menunjukkan daya bersih sabun ikut menurun. Rerata daya buih tertinggi pada lama pengadukan 60 menit (sebesar 2,51 cm) dan terendah pada 90 menit (sebesar 0,98 cm). Perbedaan daya buih ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kandungan alkali dalam sabun cair yang dihasilkan akibat perbedaan lama pengadukan. Hal tersebut dikarenakan dalam proses saponifikasi, alkali memegang peran yang sangat penting. Disamping itu, penurunan daya buih jugadipengaruhi oleh kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam sabun yang dihasilkan, karena asam lemak bebas Viskositas sabun cair sebesar 1,4- 5,2 cps, sedangkan viskositas sabun Nossy sebesar 7,6 cps. Hal tersebut menunjukkan bahwa viskositas sabun hasil penelitian masih dibawah sabun komersial yang kemungkinan disebabkan kurangnya bahan pengental yang ditambahkan atau kadar air yang terlalu tinggi.Total asam lemak adalah jumlah seluruh lemak pada sabun yang telah ataupun yang belum bereaksi dengan alkali. Sabun cair yang dihasilkan memiliki kadar total asam lemak antara 6,34-8,60% (Tabel 7). Kadar total asam lemak mempunyai kecenderungan menurun dengan bertambahnya lama pengadukan dan rasio air/sabun. Pada produk sabun, lemak menunjukkan jumlah asam lemak dari trigliserida yang belum tersabunkan dan yang tersabunkan, nilai tersebut bergantung pada jenis bahan baku minyak/lemak yang digunakan untuk produksi sabun. Penurunan jumlah total asam lemak disebabkan akibat proporsi bahan sabun menurun dengan meningkatnya jumlah air yang digunakan.Rerata total asam lemak tertinggi pada rasio air/sabun 2:1 (b/b) dan terendah pada rasio air/sabun 4:1 (b/b). Hal ini terjadi karena semakin banyak air yang ditambahkan dalam sabun mengakibatkan kandungan bahan aktif dalam sabun semakin sedikit. Kadar total asam lemak dalam sabun menunjukkan kandungan bahan aktif dalam sabun tersebut. Kadar total asam lemak sabun cair hasil penelitian berada pada kisaran 6,3- 8,6%. Kadar total asam lemak menurut SNI sabun mandi cair jenis S minimal sebesar 15%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar total asam lemak sabun cair hasil penelitian masih di bawah standar akibat terlalu banyak yang ditambahkan saat pembuatan sabun.

DAFTAR PUSTAKAAnonymous, 2003. Is Reusing Cooking Oil Safe?. Go Ask Alice!. Columbia Universitys Health Question & Answer Internet Service. http://www.goaskalice.columbia. edu/2277.htm1. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015.Bheem-Reddy, R., M.S. Chinnan, and Holownia. 2001. Estimation of Polar Compounds in Frying Using Sep-pak Cartridges. Frying Oil. http://www.Griffin.peachnet.edufst/Pages/FryingOil.html.Diakses pada tanggal 5 Maret 2015.Lydia I, 2013. Pembuatan sabun mandi padat dari VCO yang mengandung karotenoid wortel. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015.Makalalag, E. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Wortel Yang Ditambahkan dalam Proses Pembuatan Minyak Kelapa Murni. 2010. Skripsi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado.Setiadi, Suranto A,. Reaksi Dekarboksilasi Minyak Jarak Pagar untuk Pembuatan Hidrokarbon Setara Fraksi Diesel Dengan Penambahan Ca(OH)2. Hlm: 1-8. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia; Bandung. 19-20 Oktober 2009 .