40
TUGAS KHUSUS DEPARTEMEN PENGENDALIAN PROSES PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR, Tbk Bontang Kalimantan Timur EVALUASI NERACA MASSA DAN NERACA PANAS SERTA VARIABEL S/C RATIO PADA UNIT PRIMARY REFORMER PABRIK-1 Disusun oleh : RAGAGUCI 08/265454/TK/33668 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Tugas Khusus Ragagucci

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas khusus

Citation preview

  • TUGAS KHUSUS

    DEPARTEMEN PENGENDALIAN PROSES

    PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR, Tbk

    Bontang Kalimantan Timur

    EVALUASI NERACA MASSA DAN NERACA PANAS SERTA VARIABEL S/C

    RATIO PADA UNIT PRIMARY REFORMER PABRIK-1

    Disusun oleh :

    RAGAGUCI

    08/265454/TK/33668

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2012

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Unit reforming adalah unit yang sangat penting di pabrik ammonia karena unit ini

    menyuplai kebutuhan syn-gas di reaktor sintesa ammonia (ammonia converter). Pada

    pabrik pupuk yang didalamnya terdapat pabrik ammonia, reformer adalah alat yang

    mengkonsumsi energi paling besar yaitu sekitar 40% energi pabrik ammonia.

    Pabrik Pabrik-1 Pupuk Kalimantan Timur Bontang adalah pabrik dengan umur

    yang sudah tergolong tua karena sudah mulai dikonstruksi pada tahun 1979 dan start-up

    pada tahun 1982 sehingga penggunaan energi tidak efisien. Penggunaan gas alam pada

    reformer baik untuk keperluan bahan bakar maupun umpan reaktan steam-reforming

    dinilai masih boros jika dibandingkan dengan teknologi yang lebih baru. Mengingat isu

    energi yang sangat hangat dibicarakan di Indonesia, maka pabrik Pabrik-1 dituntut untuk

    menghemat penggunaan energinya.

    Primary reformer adalah alat pada unit reformer yang mengkonsumsi gas alam

    dalam jumlah yang besar. Di dalam primary reformer terjadi reaksi antara gas alam

    (CH4) dan steam (H2O) yang bersifat sangat endotermis sehingga diperlukan supply

    panas dari lingkungan. Panas yang di-supply diperoleh dari pembakaran gas alam

    menggunakan udara dan ditransferkan ke dalam tube-tube reaktor yang berisi katalis

    tempat reaksi steam-reforming berlangsung. Hubungan penggunaan jumlah steam dan

    bahan bakar berbanding terbalik untuk memperoleh komposisi outlet primary reformer

    yang diinginkan. Penggunaan steam dan bahan bakar dinilai belum optimal untuk

    memberikan nilai konsumsi energi yang paling minimal.

    1.2. Rumusan Masalah

    Variabel operasi yang menjadi perhatian di primary reformer ini adalah

    penggunaan jumlah steam sebagai umpan reaksi dan jumlah gas alam sebagai bahan

    bakar penyuplai panas yang dibutuhkan reaksi. Rasio penggunaan steam dan gas alam

    lebih dikenal dengan sebutan steam per carbon ratio (S/C ratio). S/C yang lebih tinggi

    menandakan penggunaan steam yang lebih besar, dengan kata lain penggunaan bahan

    bakar untuk memproduksi steam tersebut juga lebih besar. S/C yang dibuat tinggi

    berakibat jumlah panas yang harus di-supply menjadi lebih rendah, sedangkan jika S/C

    ditekan rendah berakibat kebutuhan panas untuk reaksi menjadi meningkat. Pada operasi

    primary reformer terdapat variabel terikat yaitu jumlah CH4 tersisa (methane leak)

    sebesar 10%. Penggunaan S/C tinggi mengakibatkan reaksi lebih cepat sehingga supply

    panas perlu dikurangi, begitu pula sebaliknya. Jumlah steam dalam S/C ratio perlu di

    optimalkan dengan supply panas yang diperlukan sehingga diperoleh penggunaan energi

    yang paling minimal untuk mencapai komposisi methane leak outlet tube reformer

    sebesar 10 %. Instrumen pengukur laju steam untuk primary reformer juga menunjukkan

    kinerja yang kurang baik, sehingga perlu dievaluasi berapa laju steam yang sebenarnya.

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 2 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    1.3. Tujuan

    Tugas khusus ini bertujuan untuk mengevaluasi neraca massa dan neraca panas

    pada tube katalis primary reformer tempat terjadinya reaksi steam-reforming. Dengan

    evaluasi neraca massa dan neraca panas tersebut ingin dipelajari pengaruh perubahan

    nilai S/C ratio terhadap jumlah panas yang harus di-supply (suhu flue gas radiant

    section) untuk tetap memperoleh methane leak sebesar 10 %. Selain itu ingin diketahui

    nilai flow steam aktual yang sebenarnya dengan mencocokkan data hasil simulasi dengan

    data aktual dari pabrik Pabrik-1.

    1.4. Manfaat

    Diharapkan dengan adanya tugas khusus ini dapat diketahui hubungan variable

    S/C ratio terhadap suhu flue gas radiant section yang perlu dicapai untuk tetap

    mendapatkan methane leak sebesar 10%. Selain itu dapat pula diketahui flow steam

    umpan reformer yang sebenarnya untuk mengkoreksi ketidakakuratan pengukuran di

    lapangan.

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 3 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    BAB II

    DESKRIPSI PROSES

    Unit reformer (C-1001 ABCD) Berfungsi untuk melakukan proses steam reforming

    terhadap gas alam untuk memperoleh gas H2 sebagai bahan baku yang digunakan dalam

    reaksi pembuatan ammonia.

    Reaksi berlangsung dengan menggunakan katalis Nikel (Ni) dengan promotor katalis

    adalah alkali untuk mencegah terbentuknya deposit karbon karena dapat menutupi

    permukaan aktif dari nikel. Gas alam dan steam akan melewati tube-tube yang berisi katalis

    nikel. Panas yang diperoleh untuk reaksi diperoleh dari pembakaran gas alam ditambah

    dengan flash / purge gas (jika diperlukan) di main burner dimana suhu dijaga 910oC.

    Primary Reformer terdiri dari 4 buah cell, tiap cell mempunyai reaktor tube sebanyak 96

    buah dengan diameter dalam 4 inch dan panjang 13,67 m. Selain itu Primary Reformer juga

    dilengkapi dengan 60 buah burner tiap cell (total 240 buah). Gas untuk bahan bakar

    dialirkan ke dua bagian yaitu: main burner (pembakaran untuk memanaskan tube, tekanan

    0,91 bar) dan auxiliary burner (pemanasan tambahan, tekanan 0,96 bar). Panas gas sisa hasil

    pembakaran digunakan untuk pemanasan coil-coil heat exchanger. Udara untuk pembakaran

    masuk ke ruang bakar dengan bantuan ID-Fan.

    Gas alam terutama CH4 diharapkan tersisa sebesar 10% untuk selanjutnya diproses di

    Secondary Reformer. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis.

    Reaksi katalitik reforming, yaitu:

    Disamping itu terdapat pula reaksi samping yang sering menjadi masalah dalam

    proses steam reforming ini yaitu terjadinya deposit karbon. Adanya deposit karbon dapat

    menyebabkan berkurangnya aktifitas katalis karena menutupi pori-pori dan permukaan aktif

    katalis. Pada umumnya, deposit karbon dapat terbentuk apabila rasio antara steam dan gas

    alam yang akan direaksikan rendah. Deposit karbon akan terbentuk apabila S/C di bawah

    2,5, sehingga untuk menghindari hal tersebut maka pengoprasian dilakukan dengan S/C 3,3

    (design).

    Reaksi pembentukan deposit karbon adalah :

    CO2 + H2 C + 2 H2O

    2 CO CO2 + C

    CnHm 2H 2O C(n1)H (m2) CO2 3H 2

    CH 4 H 2O CO 3H 2

    CO H 2O CO2 H 2

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 4 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses steam reforming antara lain adalah :

    Suhu

    Reasi yang terjadi bersifat endotermis sehingga lebih baik bila dilakukan pada suhu

    yang tinggi. Suhu keluar dari primary reformer sekitar 812oC (aktual 750

    oC). Dalam

    pengaturan temperatir reformer, flow udara dibuat berlebih dengan excess oksigen

    sekitar 3,5 % dari kebutuhan stoikiometris pembakaran fuel di burner agar pembakaran

    fuel berjalan sempurna. Temperatur ruang bakar juga dipengaruhi oleh tingkat

    kevakuman. Tekanan vakum di radiant section dibuat berkisar antara -5 sampai -9 mm

    H2O. Kevakuman berfungsi untuk mengarahkan pembakaran agar api tidak menyentuh

    tube yang menyebabkan pemanasan pada tube berlebih dan mencegah api keluar

    reformer. Kondisi ruang bakar yang terlalu vakum dapat menyebabkan waktu tinggal

    gas terlalu cepat sehingga suhu di readiant section menjadi turun.

    Tekanan

    Secara teori kesetimbangan reaksi, konversi reaksi akan semakin meningkat pada

    tekanan yang lebih rendah karena koefisien produk lebih besar dibanding koefisien

    reaktan, sehingga digunakan tekanan rendah. Namun secara keseluruhan akan lebih

    menguntungkan bila proses dilakukan pada tekanan tinggi (sekitar 40 bar) karena :

    Secara overall reaksi terjadi penambahan volume, volume gas yang berbanding

    terbalik dengan tekanan sehingga pada tekanan tinggi volume gas akan kecil

    sehingga peralatan yang digunakan menjadi lebih kecil.

    Mengurangi beban syn-gas compressor karena inlet syntesa loop beroperasi pada

    tekanan antara 230 250 bar.

    Variabel tekanan jarang sekali dimainkan dalam pengoperasian primary refomer

    Steam per Carbon ratio (S/C)

    Dengan bertambahnya S/C rasio yang masuk ke primary reformer maka gas alam yang

    bereaksi juga akan semakin besar, tetapi dengan banyaknya gas alam yang bereaksi

    tidak menguntungkan di proses secondary reformer. Proses di secondary reformer

    menjadi terlalu panas sehingga dikhawatirkan reaksi terganggu dan dikhawatirkan rasio

    antara nitrogen dengan hidrogen yang diiinginkan tidak tercapai. S/C rasio yang

    digunakan di Pabrik-1 sekitar 3,3-3,5.

    Gas keluar desulfuriser (D-1001) dikirim ke primary reformer yang sebelumnya

    dicampur dengan steam 40 kg/cm2g pada Mixing Tube pos 57 dan campuran dipanaskan di

    E-1004 ABCD sampai suhu 494 oC. Laju alir steam diatur sehingga rasio S/C = 3,2 (design).

    Aliran feed yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam tube-tube primary reformer yang

    berisi katalis Ni. Gas syntesa hasil reaksi primary reforme memiliki komposisi design mol

    H2 (68,47 %), CO (10,46 %), CO2 (10,69 %), CH4 (10,28 %) dan inert.

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 5 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    Pemanas untuk tube katalis diperoleh dari hasil pembakaran gas alam di main burner

    primary tersebut dan temperatur Skin Tube dijaga maksimal 920 oC, panas flue gas sisa

    pembakaran dimanfaatkan untuk pemanas coil-coil heat exchanger di convection section,

    antara lain :

    1. Memanaskan HP BFW (Boiler Feed Water) di E-1001 AB

    2. Memanaskan gas proses di E-1002-1 AB dan E-1002-2 AB

    3. Memanaskan udara proses di E-1003 ABCD

    4. Memanaskan umpan Primary Reformer di E-1004 ABCD

    5. Memproduksi HP Steam di E-1005-1 AB dan E-1005-2 AB

    6. Memproduksi Steam Superheat di E-1006-1 AB dan E-1006-2 AB

    Gambar 1. Unit Primary Reformer

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 6 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    3.1. Reaksi Steam Reforming

    Reaksi Steam Reforming adalah suatu reaksi yang berfungsi untuk mengkonversi gas

    alam menjadi gas karbon monoksida, karbon dioksida, dan gas hidrogen agar bisa digunakan

    sebagai gas sintesis pada reaktor sintesis amonia. Pada pabrik amonia, biasanya reaksi Steam

    Reforming dilaksanakan pada unit Primary Reformer dan secondary reformer dengan

    bantuan katalis nikel. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

    CH4 + H2O CO + 3 H2

    CH4 + 2 H2O CO2 + 4 H2

    C2H6 + 4 H2O 2 CO2 + 7 H2

    C3H8 + 6 H2O 3 CO2 + 10 H2

    C4H10 + 8 H2O 4 CO2 + 13 H2

    C5H12 + 10 H2O 5 CO2 + 16 H2

    C6H14 + 12 H2O 6 CO2 + 19 H2

    Reaksi Steam Reforming sebagian besar memiliki entalpi reaksi yang positif, sehingga agar

    reaksi dapat terlaksana, diperlukan pasokan energi untuk mencukupi kebutuhan reaksi

    tersebut.

    3.2. Reaktor Primary Reformer

    Primary Reformer merupakan bejana yang berfungsi untuk memproduksi gas sintesa

    kaya hidrogen yang diperlukan sebagai bahan baku amonia melalui reaksi Steam Reforming

    antara gas alam proses dengan steam, dibantu oleh katalis nikel. Primary Reformer terdiri

    dari 4 buah sel dan setiap sel memiliki 96 tube berisi katalis sebagai tempat melangsungkan

    reaksi. Untuk kebutuhan panas reaksi, Primary Reformer dilengkapi dengan 60 buah burner

    untuk setiap sel. Panas reaksi didapat dari reaksi pembakaran gas alam (fuel gas) dengan

    udara. Unit Primary Reformer di Pabrik-1, yang memiliki lisensi Lurgi, memiliki burner

    dengan tipe terrace firing, yang memiliki dua bagian: Radiant Section dan Convection

    Section. Pemanfaatan utama panas hasil pembakaran adalah untuk memenuhi kebutuhan

    panas reaksi Steam Reforming, yang dilakukan pada Radiant Section. Sedangkan panas sisa

    yang telah digunakan untuk melangsungkan reaksi Steam Reforming, digunakan lebih lanjut

    sebagai pemanas di Convection Section.

    Radiant Section

    Pada bagian ini terjadi proses Steam Reforming, yaitu semua hidrokarbon gas

    proses direaksikan menjadi karbon monoksida, karbon dioksida, dan hidrogen.

    Kebutuhan energi reaksi tersebut dipenuhi dari panas pembakaran yang berpindah dari

    bagian pembakar ke tube yang berisi katalis melalui proses radiasi. Pada Radiant

    Section, burner dalam Primary Reformer diposisikan aksial terhadap tube katalis dan

    tersebar di beberapa sisi tube agar penyebaran panas lebih merata.

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 7 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    Convection Section

    Pada bagian ini, perpindahan panas terjadi secara konveksi. Convection Section

    terdiri atas Heat Exchanger yang bertujuan memanfaatkan panas yang terbawa oleh flue

    gas dari main burner. Untuk menyuplai panas tambahan pada Convection Section,

    digunakan auxilliary burner.

    3.3. Reaksi Kimia pada Primary Reformer

    Reaksi steam reforming berlangsung pada suhu 750 C 1050 C dan tekanan 30 atm

    dengan pertimbangan konversi reaksi utama optimum dan konversi reaksi samping

    minimum. Reaksi yang terjadi adalah:

    Reaksi utama:

    CH4 + H2O CO + 3H2 H298 = 206.2 kJ/mol (1)

    Reaksi samping:

    CO + H2O CO2+ H2 H298 = -41.1 kJ/mol (2)

    CH4 + 2H2O CO2 + 4H2 H298 = 164.9 kJ/mol (3)

    Persamaan laju reaksi yang diambil dari M.H Halabi et al. (2008) berdasarkan konsep

    pendekatan LHWW lebih umum dipakai untuk menjelaskan model kinetika untuk methane

    steam reforming. Berdasarkan persamaan reaksi di atas, maka didapatkan persamaan laju

    reaksi untuk reaksi 1,2, dan 3 adalah sebagai berikut :

    2

    1

    3

    5,2

    1

    1)(

    )(

    2

    24

    2

    DEN

    K

    PPPP

    P

    k

    r

    COH

    OHCH

    H

    (4)

    2

    2

    22

    2)(

    )(

    2

    2

    2

    DEN

    K

    PPPP

    P

    k

    r

    COH

    OHCO

    H

    (5)

    2

    3

    4

    2

    5,3

    3

    3)(

    )(

    22

    24

    2

    DEN

    K

    PPPP

    P

    k

    r

    COH

    OHCH

    H

    (6)

    dengan : DEN =

    2

    22

    44221

    PH

    PKPKPKPK

    OHOH

    CHCHHHCOCO

    (7)

    Tekanan parsial komponen i dihitung dengan rumus :

    Pi = yi . Pt (8)

    yi = Fi / Ft (9)

    dengan : Pi = tekanan parsial komponen i (bar)

    Pt = tekanan total sistem (bar)

    Fi = kecepatan molar komponen i (kmol/s)

    Ft = kecepatan molar total (kmol/s)

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 8 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    k1, k2, dan k3 untuk reaksi di atas mengikuti persamaan Arhenius, sebagai berikut :

    k1 = 1,17 x 1015

    exp (-240.100/R/T) , mol/kgkat/s

    k2 = 5,43 x 105

    exp (-67.130/R/T) , mol/kgkat/s

    k3 = 2,83 x 1014

    exp (-243.900/R/T) , mol/kgkat/s

    Harga konstanta kesetimbangan (K1, K2, K3) dan konstanta adsorpsi (KCO, KH2, KCH4, dan

    KH2O) masing-masing dihitung dari persamaan-persamaan berikut (M.H Halabi et al., 2008) :

    K1 = exp ([-26.830/T]+30,114) bar2

    K2 = exp ([4.400/T] 4,063)

    K3 = K1 x K2 bar2

    KCO = 8,23 x 10-5

    exp (8.497,71/T)

    KH2 = 6,12 x 10-9

    exp (9.971,13/T)

    KH2O = 1,77 x 105 exp (-10.666,35/T)

    KCH4 = 6,65 x 10-4

    exp (4.604,28/T)

    Panas reaksi untuk reaksi 1, 2, dan 3 masing-masing diperoleh dengan persamaan-persamaan

    berikut ini :

    Hr1 = Hr1+CpdT (10)

    Hr2 = Hr2+CpdT (11)

    Hr3 = Hr3+CpdT (12)

    3.4. Neraca Massa pada Primary Reformer

    Fi|z

    Fi|z+z

    z

    z+z

    Gambar 2. inkremen volume pada primary reformer

    Neraca massa pada inkremen volume Gambar 1 ditampilkan dalam Tabel 1 berikut :

    Tabel 1. Neraca massa pada inkremen volume primary reformer

    Komponen Input Output

    CH4 FCH4,0 FCH4,0 - FH2O,0 (x1 + 0,5x3)

    CO2 FCO2,0 FCO2,0 + FH2O,0 (x2 + 0,5x3)

    CO FCO,0 FCO,0 + FH2O,0 (x1 x2)

    H2O FH2O,0 FH2O,0 (1 - x1 x2 - x3)

    H2 FH2,0 FH2,0 + FH2O,0 (3x1 + x2 + 2x3)

    Inert FI,0 FI,0 Total Ft,0 Ft,0 + FH2O,0 (2x1 + x3)

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 9 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    Keterangan : Fi = kecepatan molar komponen i (kmol/s)

    x1 = konversi H2O menurut reaksi 1, terhadap umpan H2O

    x2 = konversi H2O menurut reaksi 2, terhadap umpan H2O

    x3 = konversi H2O menurut reaksi 3, terhadap umpan H2O

    Untuk menyederhanakan persoalan, maka dimisalkan :

    y1 = x1 x2

    y2 = x2 + 0,5x3

    Maka Tabel 1 di atas ditampilkan dalam Tabel 2 berikut ini :

    Tabel 2 Neraca massa pada inkremen volume primary reformer

    Komponen Input Output

    CH4 FCH4,0 FCH4,0 - FH2O,0 (y1 + y2)

    CO2 FCO2,0 FCO2,0 + FH2O,0 (y2)

    CO FCO,0 FCO,0 + FH2O,0 (y1)

    H2O FH2O,0 FH2O,0 (1 - y1 2y2)

    H2 FH2,0 FH2,0 + FH2O,0 (3y1 + 4y2)

    Inert FI,0 FI,0 Total Ft,0 Ft,0 + FH2O,0 2(2y1 + y2)

    Neraca Massa CH4 per tube

    CH4 masuk - CH4 keluar - CH4 bereaksi = CH4 terakumulasi

    4 4 1 3| | (( ) ( )) 0CH z CH z z bF F r r A z

    0)(lim 310

    44

    b

    zzCH

    zCH

    zArr

    z

    FF

    b

    CHArr

    dz

    dF)( 31

    4

    b

    OHCHArr

    dz

    yyFFd)(

    )(31

    210,0, 24

    0,

    3121

    2

    )(

    OH

    b

    F

    Arr

    dz

    dy

    dz

    dy

    (13)

    Neraca Massa CO per Tube

    CO masuk - CO keluar - CO bereaksi + CO terbentuk = CO terakumulasi

    0))()((|| 12 bzzz zArrFCOFCO

    0)(lim 210

    b

    zzCOzCO

    zArr

    z

    FF

    b

    CO Arrdz

    dF)( 21

    b

    OHCOArr

    dz

    yFFd)(

    )(21

    10,0, 2

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 10 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    0,

    211

    2

    )(

    OH

    b

    F

    Arr

    dz

    dy

    (14)

    Neraca Massa CO2 per Tube

    CO2 masuk - CO2 keluar + CO2 terbentuk = CO2 terakumulasi

    0))()((|| 3222 bzzz zArrFCOFCO

    0)(lim 322

    0

    2

    b

    zzCOzCO

    zArr

    z

    FF

    b

    COArr

    dz

    dF)( 32

    2

    b

    OHCOArr

    dz

    yFFd)(

    )(32

    20,0, 22

    0,

    322

    2

    )(

    OH

    b

    F

    Arr

    dz

    dy

    (15)

    dengan : A = luas penampang pipa = )(4

    22 mDi

    b = bulk density katalis (kg/m3)

    3.5. Neraca Panas pada Primary Reformer

    Neraca panas disusun untuk sebuah elemen volume pada pipa katalis dan dianggap

    tidak ada penggunaan temperatur ke arah radial sehingga temperaturnya hanya ditinjau ke

    arah aksial.

    Panas masuk panas keluar + panas diterima panas reaksi = panas terakumulasi

    0( ) | . .( ) | . . . .( ) . . 0i i ref z i i ref z z D i i iFCp T T F Cp T T U D z Tg T F x Hr

    00

    . .lim . .( ) | . .( ) | . . . .( ) i i ii i ref z z i i ref z Dz

    F x HrF Cp T T F Cp T T U D z Tg T

    z

    2

    31 20 ,0 1 2 3. . . .( ) 0,5.

    dT

    dz .

    D H O r r r

    i i

    dxdx dxU D z Tg T F H H H

    dz dz dz

    F Cp

    Atau

    2

    1 20 ,0 1 1 2. . . .( ) ( )dT

    dz .

    D H O r r r

    i i

    dy dyU D z Tg T F H H H

    dz dz

    F Cp

    (16)

    Suhu pemanas (gas hasil pembakaran) diasumsikan konstan pada seksi radiasi di

    sepanjang pipa.

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 11 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    dengan : T = temperatur gas dalam pipa katalis (C)

    = temperatur fuel gas di luar pipa katalis (C)

    Do = diameter luar pipa katalis (C)

    Hri = panas reaksi untuk reaksi i (kJ/mol)

    Cpi = kapasitas panas reaksi i (kJ/kg/C)

    Ud = koefisien transfer panas total (kW/m2/C)

    Tref = temperatur referensi (C)

    Harga Ud dicari dari persamaan berikut (Kern, 1950) :

    1 1 1

    d io o

    RdU h h

    (17)

    dengan :

    Rd = dirt factor

    hio = koefisien perpindahan panas gas dalam pipa berdasarkan permukaan luar pipa

    (kW/m2/

    C)

    ho = koefisien perpindahan panas gas di luar pipa (kW/m2/0C)

    0D

    Dhh iiio

    (18)

    dengan : hi = koefisien perpindahan panas gas di dalam pipa (kW/m2/ 0C)

    hi dihitung dengan persamaan berikut (Froment dan Bischoff, 1990)

    )/6exp())(Re/(813,0 9,011 ipii DDDkh (19)

    dengan : Re1 = Dp/G1 1

    Dp = diameter ekivalen katalis (m)

    = 6 x volum partikel/luas permukaan total partikel

    Di = diameter dalam pipa (m)

    G1 = supervicial mass velocity gas dalam pipa (kg/m2/s)

    k1 = konduktifitas rata-rata gas dalam pipa (kJ/ms/0C)

    1 = viskositas rata-rata gas dalam pipa (kg/ms)

    Koefisien perpindahan panas dalam tube yang berisi katalisator dapat didekati dengan

    persamaan Leva (Perry, 1999) :

    untuk Dt

    Dp< 0,35 :

    9,06

    .813,0

    GDpe

    Dt

    khi Dt

    Dp

    (20)

  • Tugas Khusus

    Evaluasi Neraca Massa dan Neraca Panas Serta Variabel S/C Ratio

    Pada unit Primary Reformer Pabrik-1

    RAGAGUCI 12 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

    untuk 0,35