38
1. Manifestasi HIV di Rongga Mulut a. Pseudomembran Candida Akut (THRUSH) Tidak terasa sakit, lesi putih halus seperti susu, lunak, dapat diangkat atau dikerok dari permukaan mukosa rongga mulut. Biasanya terjadi pada palatum durum, palatum molle, mukosa pipi / mukosa labial. b. Oral Hairy Leukoplakia Oral Hairy Leukoplakia (adalah suatu bercak putih, permukaannya kasar, bervariasi mulai dari lapisan vertikal sampai plak keriput. Saat mulut dalam keadaan kering akan tampak berbulu “hairy”. Lesi ini biasanya bilateral pada bagian ventrolateral lidah atau menyerang pada permukaan dorsal lidah, mukosa bukal, dasar mulut, area retromolar, dan palatum molle. Page 1

tugas gigi dan mulut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas gigi dan mulut

Citation preview

Page 1: tugas gigi dan mulut

1. Manifestasi HIV di Rongga Mulut

a. Pseudomembran Candida Akut (THRUSH)

Tidak terasa sakit, lesi putih halus seperti susu, lunak, dapat diangkat atau

dikerok dari permukaan mukosa rongga mulut. Biasanya terjadi pada palatum

durum, palatum molle, mukosa pipi / mukosa labial.

b. Oral Hairy Leukoplakia

Oral Hairy Leukoplakia (adalah suatu bercak putih, permukaannya kasar,

bervariasi mulai dari lapisan vertikal sampai plak keriput. Saat mulut dalam

keadaan kering akan tampak berbulu “hairy”. Lesi ini biasanya bilateral pada

bagian ventrolateral lidah atau menyerang pada permukaan dorsal lidah, mukosa

bukal, dasar mulut, area retromolar, dan palatum molle. Karakteristik yang paling

khas adalah proyeksi seperti-jari yang tersebar dari dasar lesi.

Page 1

Page 2: tugas gigi dan mulut

c. Kaposi's Sarkoma

Kaposi’s Sarcoma disebabkan oleh virus yang dulu bernama KS-herpes virus,

tapi sekarang bernama Human Herpes Virus-8 (HHV-8). Transmisi melalui

kontak sesksual, melalui ibu kepada anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi

berupa makula berwarna merah-keunguan pada mukosa mulut, tidak sakit,tidak

memucat saat dipalpasi Lesi ini muncul pada mukosa rongga mulut terutama pada

mukosa palatal dan gingival. Dalam infeksi HIV, lesi ini lebih sering ditemukan

pada pria. Kaposi’s Sarcoma ditemukan pada penderita HIV .

d. Penyakit Periodontal

Besar hubungan terkait antara penyakit periodontal dengan gigi pada

penderita HIV. Hal ini berhubungan dengan buruknya kebersihan mulut dan

Page 2

Page 3: tugas gigi dan mulut

kurangnya perhatian pada kesehatan rongga mulut sehingga memicu menurunnya

jumlah sel CD4.

necrotizing ulcerative periodontitis

Nekrosis ulserasi, merupakan bentuk dari periodontitis yang tumbuh cepat

secara progresif pada penderita HIV. NUP dapat digambarkan sebagai

pemanjangan proses dari NUG dimana dalam keadaan ini terjadi lepasnya tulang

alveolar, kehilangan perlekatan jaringan periodontal.

necrotizing ulcerative gingivitis

Page 3

Page 4: tugas gigi dan mulut

2. Manifestasi Diabetes Melitus di Rongga Mulut

1. Xerostomia (Mulut Kering)

Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air

liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana

alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari

dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya

rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan

bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Penderita

diabetes salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air

kecil sehingga cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah

saliva berkurang dan mulut terasa kering.

2. Gingivitis dan Periodontitis

Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).

Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya

pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh.

Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi

infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita

Diabetes lebih berat.

Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,

tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Tanda-tanda

periodontitis antara lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi

Page 4

Page 5: tugas gigi dan mulut

menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadi

dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah

sehingga mudah lepas.

Menurut teori tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah air liur, sehingga

terjadi penumpukan sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dan

mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah berdarah.

3. Stomatitis Apthosa (Sariawan)

Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan

lidah yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini

disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam darah

dan air liur penderita diabetes.

6. Oral thrush

Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi

infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi

penderita diabetes yang merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.

Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh

jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes

Melitus kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering

menggunakan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut

yang mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga

menyebabkan thrush.

Page 5

Page 6: tugas gigi dan mulut

7. Dental Caries (Karies Gigi)

Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur

berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat

adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada

pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan

keasaman didalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

lubang atau caries gigi.

3. Kista Ranula

Definisi

Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang terdapat

pada dasar mulut dan akan berakibat pembengkakan di bawah lidah yang

berwarna kebiru-biruan.

Etiologi

1. Adanya penyumbatan sebagian atau total sehingga terjadi retensi saliva

sublingualis atau submandibularis

2. Karena suatu trauma

3. Adanya peradangan atau myxomatous degenerasi ductus glandula sublingualis

Page 6

Page 7: tugas gigi dan mulut

4. Oral Habit

a. Mouth Breathing

Mouth breathing (bernafas dari mulut) telah menjadi salah satu faktor etiologi

terjadinya maloklusi. Mode pernapasan mempengaruhi bentuk rahang, lidah dan

dapat juga mempengaruhi kepala. Karenanya, bernafas dari mulut dapat

menyebabkan berubahnya postur rahang dan lidah yang berlanjut ke maloklusi.

Kebanyakan orang normal melakukan mouth breathing ketika mereka melakukan

kegiatan fisik seperti ketika berolahraga atau ketika melakukan aktivitas yang

berat.

b. Nail Biting

Menggigit kuku tidak menyebabkan maloklusi besar, namun menyebabkan

ketidakteraturan minor dari gigi seperti rotasi, aus pada incisal edge, dan

crowding.

Dampak dari Nail Biting

Menggigit kuku dapat menyebabkan dampak seperti berikut

1.      Rotasi gigi.

2.      Atrisi pada ujung incisal gigi.

3.      Protrusi incisivus maksila.

Page 7

Page 8: tugas gigi dan mulut

c. Lip Sucking dan Lip Biting

Lip biting dan lip sucking terkadang terjadi setelah pemberhentian

paksa thumb atau finger sucking. Menggigit bibir paling sering melibatkan bibir

bawah yang diletakkan ke dalam dan di berikan tekanan pada  permukaan lingual

dari anterior maksila.

Kebiasaan ini dapat dicegah menggunakan lip bumpers yang tidak hanya

mencegah bibir digigit tapi juga mengubah inklinasi aksial dari gigi anterior yang

dikarenakan perilaku tak terkendali dari lidah.

Dampak dari Lip Sucking Lip dan Biting.

Pasien yang memiliki kebiasaan menggigit atau menghisap bibir dapat

menunjukkan tampilan seperti berikut:

  1.      Anterior atas yang proklinasi dan anterior bawah yang retroklinasi.

  2.      Bibir bawah yang hipertrofi dan besar.

  3.      Bibir pecah-pecah.

d. Cheek Biting

Cheek biting adalah kebiasaan menggigit bagian dalam pipi secara spontan.

Pasien yang menderita cheek biting biasanya tidak dapat mengendalikan diri

setiap kali mulai menggigit pipi. Kebanyakan penderita tidak menyadari bahwa

kebiasaan ini dapat meyebabkan kerusakan serius pada mukosa pipi bagian dalam

Page 8

Page 9: tugas gigi dan mulut

sampai terjadi perlukaan yang menimbulkan nyeri yang sangat mengganggu

(Khan, 2010).

e. Postural Habit

Postural habit adalah kebiasaan yang dilakukan secara tidak sengaja dan

bersifat konstan (Yamaguchi dan Sueishi, 2003). Kebiasaan seperti chin propping

dan menggigit-gigit pensil dapat menimbulkan temporo-mandibular dysfunction

(TMD). Kebiasaan tersebut mengakibatkan beban pengunyahan pada gigi yang

terlalu besar, hiperaktivitas otot, ketegangan otot-otot pendukung sendi

temporomandibula, pengecilan otot rahang, dan rasa sakit di sekitar rahang

(Ofceson, 1998).

f. Bruksism

Bruksism merupakan kebiasaan menggeser-geser antara gigi atas dan bawah

biasanya terjadi pada saat tidur dan seringkali menimbulkan suara yang berderit

tetapi bisa juga terjadi saat keadaan sadar dan biasanya dalam keadaan

cemas. Kebiasaan ini dapat menyebabkan gigi yang terlibat menjadi aus.

5. Antibiotik

Golongan Antibiotik Berdasarkan daya bunuh terhadap bakteri.

Dikelompokkan menjadi :

Page 9

Page 10: tugas gigi dan mulut

a. Bakterisid

Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk

dalam golongan ini adalah : penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar),

kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid.

Bakterisidal adalah sifat dari sebuah bahan yang mampu membunuh

bakteri. Antibiotika yang bersifat sebagai bakterisidal, adalah antibiotika yang

mekanisme kerjanya sebagai berikut :

Merusak sintesis dinding sel. Antibiotika yang daya kerjanya merusak sintesis

dinding sel antara lain antibiotika beta laktam (penisilin dan derivatnya, dan

cephalosporin dan derivatnya), polypeptida (vancomycin), cycloserine, dan

bacitracin.

Mempengaruhi Permiabilitas membran sel. Antibiotika yang daya kerjanya

mempengaruhi permeabilitas sel membran adalah polimiksin.

Keuntungan pemberian antibiotik bakterisidal yaitu :

Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan.

Pembagian : a) Bekerja pd fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin,

Kuinolon, Rifampisin, Polipeptida. b) Bekerja pada fase istirahat, misalnya :

Aminoglikosid, INH, Kotrimoksazol, Polipeptida.

Page 10

Page 11: tugas gigi dan mulut

b. Bakteriostatik

Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat

pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat

tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah :

sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,

klindamisin, asam paraaminosalisilat.

Pertimbangan pemberian antibiotik :

Penegakan diagnosis infeksi. Hal ini bisa dikerjakan secara klinis ataupun

pemeriksaan-pemeriksaan tambahan lain yang diperlukan.

Kemungkinan kuman penyebabnya.

Apakah antibiotika benar-benar diperlukan atau tidak. Sebagian infeksi

mungkin tidak memerlukan terapi antibiotika misalnya infeksi virus

saluran pernafasan atas, keracunan makanan karena kontaminasi kuman-

kuman enterik.

Jika diperlukan antibiotika, pemilihan antibiotika yang sesuai berdasarkan

spektrum antikuman, pola sensitifitas, sifat farmakokinetika, ada tidaknya

kontra indikasi pada pasien, ada tidaknya interaksi yang merugikan, dan

bukti akan adanya manfaat klinik dari masing-masing antibiotika untuk

infeksi yang bersangkutan berdasarkan informasi ilmiah yang layak

dipercaya.

Penentuan dosis, cara pemberian, lama pemberian berdasarkan sifat-sifat

kinetika masing-masing antibiotika dan fungsi fisiologis sistem tubuh

Page 11

Page 12: tugas gigi dan mulut

Evaluasi efek obat. Apakah obat bermanfaat, kapan dinilai, kapan harus

diganti atau dihentikan. Adakah efek samping yang terjadi. Urutan proses-

proses ini merupakan pedoman umum mengenai hal-hal yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih dan memakai antibiotika dalam klinik.

6. Oral Hygine Index

a. Metode O’Leary

O’Leary Plaque Control Record merupakan metode yang digunakan untuk

menilai area akumulasi plak dari individual pasien. Metode ini melibatkan semua

elemen gigi yang terdapat dalam rongga mulut sehingga semua gigi dilakukan

pemeriksaan akumulasi plak. Terdapat 4 permukaan gigi yang diperiksa yaitu

mesial, bukal, distal dan lingual.

Cara penilaian plak dengan metode O’Leary:

Pasien mengaplikasikan larutan atau tablet disklosing pada masing-masing

permukaan gigi kecuali permukaan oklusal untuk memeriksa ada tidaknya plak

pada dentogingival junction.

Setelah itu, pasien berkumur dan dilakukan pemeriksaan akumulasi plak

pada daerah dentogingival junction pada permukaan mesial, bukal, distal dan

lingual. Area gigi yang tidak terwarnai diberi skor 0 sedangkan area gigi yang

terwarnai diberi skor 1.

Setelah semua gigi diperiksa dan dinilai, indeks plak dapat dihitung

dengan menjumlahkan permukaan yang ada akumulasi plak (terwarnai) dibagi

Page 12

Page 13: tugas gigi dan mulut

dengan jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa (mesial, bukal, distal dan

lingual) kemudian dikalikan 100%. Skor plak tergolong baik, apabila skornya

10% atau kurang

b. PHP-M

Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-

Modified) dari Martin dan Meskin (1972), merupakan indeks yang telah

dimodifikasi dari Personal Hygiene Index (PHP) dari Podshadley dan Haley

(1968). Indeks PHP ini untuk menilai debris, sedangkan Indeks PHP-M untuk

mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M menggunakan gigi indeks

dan menggunakan agen disklosing. Gigi indeks yang digunakan pada metode

PHP-M ini adalah sebagai berikut :

Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.

Gigi C| atau c| , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.

|P1 atau |m1.

Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kiri bawah.

Gigi C kiri bawah atau c kiri bawah , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior

lainnya.

P1 kanan bawah atau m1 kanan bawah

Page 13

Page 14: tugas gigi dan mulut

Cara Penilaian dengan PHP-M:

Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal/incisal ke gingival, garis

imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke

gingival. Masing-masing 1/3 bagian dari panjang garis imajiner tadi, yang

akhirnya akan membagi gigi menjadi 5 area (A, B, C, D, dan E). Pengertian area :

A.      Area 1/3 gingival dari area tengah

B.       Area 1/3 tengah dari area tengah

C.       Area 1/3 incisal atau oklusal dari area tengah

D.      Area distal

E.       Area mesial

Pembagian area penilaian plak metode PHP-M

Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1 (atau tanda v), jika

tidak ada plak bisa diberi skor 0 atau tanda (-).

Page 14

Page 15: tugas gigi dan mulut

Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap

permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi indeks bisaberkisar antara 0-

10.

Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks bisa berkisar antara 0-60.

7. Patogenesis Infeksi Pulpa yang Berkomplikasi ke Spasium

Penyebaran infeksi gigi tiga tahap yaitu tahap absesdentoalveolar, tahap yang

mengenai spasium dantahap lanjut yang merupakan tahap komplikasi.

Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur 

•Jalur periapical: sebagai hasil dari nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan

periapikal

•Jalur periodontal: sebagai hasil dari inokulasi bakteri pada periodontal poket

•Jalur perikoronal: yang terjadi akibat terperangkapnya makanan dibawah

operkulum tetapi hal ini terjadi hanya padagigi yang tidak/belum dapat tumbuh

sempurna.

Page 15

Page 16: tugas gigi dan mulut

Karies superfisial Pulpitis Reversible

Karies Media Pulpitis Irreversible

Karies Profunda Gangren Pulpa

Bakteremie-Septikemie Fistula

Selulitis Acute-Chronic Infeksi Spasium

Periapikal Infection yang dalam

Abses intra oral Osteomielitis Ke spasium yang lebih

Atau jaringan lunak-kutis tinggi – infeksi serebral

Page 16

Page 17: tugas gigi dan mulut

Berdasarkan spasium yang terkena

Spasium kaninus

Spasium bukal

Spasium infratemporal

Spasium submental

Spasium sublingual

Spasium submandibula

Spasium masseter

Spasium pterigomandibular

Spasium temporal

Spasium Faringeal lateral

Spasium retrofaringeal

Spasium prevertebral

8. Polip Gingival dan Pulpa

Karakteristik polip pulpa yaitu sukar berdarah, tenderness dan dengan kondisi

gigi yang masih vital atau nekrosis parsia disebabkan pembukaan karies yang

besar pada pulpa muda. Seringkali polip pulpa dibedakan dengan polip gingiva.

Pada kondisi polip gingiva terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan dengan tepi

permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau dibawah

crest gingiva, sehingga memungkinkan terbentukmya polip gingiva. Polip gingiva

sendiri memiliki karakteristik mudah berdarah namun tidak sakit jika ditekan.

Page 17

Page 18: tugas gigi dan mulut

Kerusakan gigi (contoh periodontitis apikalis)

Periapikalis abses

Menyebar ke spasium (submandibula dan sublingual)

Phlegmon

Osteomyelitis Menyebar ke kelenjar ludah

Terjadi penyumbatan pada kelenjar ludah

Kista

Menyebar ke submaxila

Abses submaxila

sinusitis

9. Penyakit Sistemik dari Gigi

Infeksi gigi dapat menyebar ke organ lain melalui 3 cara yaitu

Perkontinuitatum (menyebar ke jaringan sekitar)

Limfogen (melalui KGB)

Hematogen (melalui pembuluh darah)

Perkontuinuitatum

Page 18

Page 19: tugas gigi dan mulut

Kerusakan gigi↓

Menyebar ke tulang alveolar↓

Menembus pembuluh darah↓

Masuk kedalam sirkulasi darah↓

Menginfeksi organ lain (jantung → endocarditis, meningen meningitis, dll)

Memicu sistem imun↓

Terjadi reaksi autoimun↓

Terdeposit dikulit↓

Psoriasis dan urtikaria

Hematogen

Page 19

Page 20: tugas gigi dan mulut

Kerusakan pada gigi↓

Menyebar ke tulang alveolar↓

Menginfeksi saluran getah bening↓

Lyphadenitis ataupun lyphadenopathy

Menginfeksi dalam aliran getah bening↓

Menginfeksi organ lain

Limfogen

10. Manifestasi Penyakit Sistemik pada Rongga Mulut

1. Penyakit-penyakit darah

a. Anemia

Anemia defisiensi besi adalah penyakit darah yang paling umum.

Manifestasi pada rongga mulut berupa atropik glossitis, mukosa pucat, dan

angular cheilitis. Atropik glossitis, hilangnya papila lidah, menyebabkan lidah

lunak dan kemerahan yang menyerupai migratori glossitis.

b. Leukimia

Komplikasi oral leukimia sering berupa hipertrofi gingiva, petechie, ekimosis,

ulkus mucosa dan hemoragik. Keluhan yang jarang berupa neuropati nervus

mentalis, yang dikenal dengan ”numb chin syndrome”. Ulserasi palatum dan

Page 20

Page 21: tugas gigi dan mulut

nekrosis dapat menjadi pertanda adanya mucormycosis cavum nasalis dan sinus

paranasalis.

c. Multiple Myeloma (MM)

Bila MM melibatkan rongga mulut, biasanya berupa manifestasi sekunder pada

rahang, terutama mandibula, yang dapat mengakibatkan pembengkakan rahang,

nyeri, bebal, gigi goyah, fraktur patologik. 

2. Penyakit rheumatologik

a. Sjogren’s syndrome

Pasien Sjogren’s syndrome (SS) sering mengalami xerostomia dan

pembengkakan kelenjar parotis . Xerostomia dapat dihubungkan dengan fissure

tongue, depapilasi dan kemerahan yang terdapat pada lidah, cheilitis, dan

candidiasis.

b. Scleroderma (Sclerosis sistemik progresif)

Scleroderma merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan adanya sklerosis

difus dari kulit, saluran gastrointestinal, otot jantung, paru-paru dan ginjal. Bibir

pasien sclerodermatampak berkerut karena konstriksi mulut, menyebabkan

kesulitan membuka mulut. Mukosa mulut tampak pucat dan kaku. Lidah dapat

kehilangan mobilitasnya dan menjadi halus seperti rugae palatal yang menjadi

datar. Ligamen periodontal sering tampak menebal pada gambaran radiografik.

Page 21

Page 22: tugas gigi dan mulut

c. Lupus erythematosus (LE)

Lupus erythematosus terbagi menjadi discoid lupus erythematosus (DLE)

dan sistemik lupus erythematosus (SLE). Lesi-lesi mulut lesi ini biasanya mulai

tampak sebagai area keputihan irregular yang kemudian meluas kearah perifer.

d. Arthritis Rheumatoid

Sendi Temporomandibular (TMJ) sering terlibat dalam arthritis

rheumatoid. Hal ini sering dicirikan dengan erosi pada condylus yang

mengakibatkan berkurangnya gerakan mandibula dan disertai nyeri ketika

digerakkan. Mulut kering dan pembengkakan kelenjar ludah dapat juga ditemukan

pada pasien arthritis rheumatoid.

3. Penyakit Onkologi

a. Kanker Metastase

Tumor metastase rongga mulut dapat menyerang pada jaringan lunak atau

keras. Tumor lebih sering bermetastase ke rahang daripada jaringan lunak rongga

mulut. Tumor pada rahang sering terdeteksi bila timbul keluhan bengkak, nyeri,

paresthesia, atau setelah menyebar ke jaringan lunak.

b. Histiocytosis sel Langerhans (Histiocytosis X)

Hilangnya tulang alveolar pada anak-anak dengan eksfoliasi prekok gigi

susu harus diduga adanya HSL. HSL dapat juga terjadi pada usia remaja dan

dewasa. Dari tulang-tulang rahang, mandibula yang paling sering terlibat. Tanda-

tanda yang muncul adalah nyeri, pembengkakan, ulserasi, gigi tanggal (ompong).

Page 22

Page 23: tugas gigi dan mulut

Gambaran radiografik menunjukkan gigi tampak melayang di udara (floating in

air) dikelilingi daerah radiolusen yang luas. Hal ini berkaitan dengan hilangnya

tulang alveolar yang cepat.

4. Kelainan Endokrin

a. Diabetes Mellitus (DM)

Pada umumnya gejala-gejalanya tampak parah, dan sangat progresive pada

pasien IDDM (Independent Insulin DM) yang tidak terkontrol dari ada pasien

NIDDM yang terkontrol. Sekitar sepertiga pasien diabetes mempunyai keluhan

xerostomia yang mana hal ini berkaitan dengan menurunnya aliran saliva dan

meningkatnya glukosa saliva. Kemudian, pembesaran glandula parotis bilateral

difus, keras, yang disebut sialadenosis dapat timbul. Proses ini tidak reversibel

meskipun metabolisme karbohidrat terkontrol baik. Perubahan pengecapan dan

sindrom mulut terbakar juga dilaporkan pada pasien DM tak terkontrol.

Xerostomia merupakan faktor predisposisi berkembangnya infeksi rongga mulut.

Mukosa yang kering dan rusak lebih mudah timbulnya infeksi oportunistik oleh

Candida albican. Candidiasis erytematosus tampak sebagai atropi papila sentral

pada papila dorsal lidah dan terdapat pada lebih dari 30% pasien DM.

Mucormycosis dan glossitis migratory benigna juga mempunyai angka insidensi

yang tinggi pada IDDM di populasi umum.

Telah ditemukan bahwa terdapat insidensi yang tinggi karies gigi pada

pasien dengan DM yang tidak terkontrol. Hal ini dihubungkan dengan tingginya

level glukosa saliva dan cairan krevikuler. Penyembuhan luka yang tidak

Page 23

Page 24: tugas gigi dan mulut

sempurna, xerostomia yang diikuti dengan penimbunan plak dan sisa makanan,

kerentanan terhadap infeksi, dan hiperplasi attached gingiva, semua memberi

kontribusi meningkatnya insidensi penyakit periodontal pada pasien diabetes.

b. Hypoparatiroidisme

Penurunan sekresi hormon paratiroid (PTH) dapat terjadi setelah

pengambilan glandula paratiroid, begitu juga destruksi autoimun terhadap

glandula paratiroid. Sindrom-sindrom yang jarang, seperti Digeorge

Syndrome dan Endocrine-candidiasis syndrome sering dihubungkan dengan

keadaan ini. Hipocalcemia terjadi mengikuti turunnya hormon

paratiroid. Chvostek sign, tanda khas hipokalsemia, dicirikan dengan berkedutnya

bibir atas bila nervus facialis diketuk tepat dibawah proccesus zygomaticus. Jika

hipoparatiroid timbul di awal kehidupan, selama proses

odontogenesis/pertumbuhan gigi, dapat terjadi hipoplasi email dan kegagalan

erupsi gigi. Adanya candidiasis oral persisten pada pasien muda menunjukkan

mulai terjadinya sindrom endocrine-candidiasis.

c. Hyperparatiroidisme

Manifestasi awal hiperparatiroid adalah hilangnya lamina dura di sekitar

akar gigi dengan perubahan pola trabecular rahang yang muncul kemudian.

Terdapat penurunan densitas trabecular dan kaburnya pola normal yang

menghasilkan penampakan ”ground glass” pada gambaran radiografiknya.

Gambaran radiografik menunjukkan lesi ini unilokuler atau multiloculer

radiolusen yang berbatas tegas yang biasanya merusak mandibula, clavicula, iga,

dan pelvis. Lesi ini soliter, namun lebih sering multipel. Lesi yan bertahan lama

Page 24

Page 25: tugas gigi dan mulut

dapat mengakibatkan ekspansi cortical yang nyata. Secara histologik, lesi ini

dicirikan sebagai proliferasi hebat jaringan granulasi vascular yang menjadi latar

belakang timbulnya multi-nucleated osteoclast-type giant cells. Hal ini identik

dengan lesi lain yang dikenal dengan lesi giant cell sentral pada rahang.

d. Hypercortisolisme

Hypercortisolisme atau Cushing’s syndrome, berasal dari meningkatnya

glukokortikoid darah yang terus-menerus. Fraktur patologis mandibula, maxilla

atau tulang alveolar juga dapat terjadi karena trauma benturan ringan akibat

osteoporosis. Penyembuhan fraktur, begitu juga penyembuhan tulang alveolar dan

jaringan lunak setelah pencabutan gigi menjadi tertunda.

e. Hypoadrenocortisisme

Manifestasi orofacial termasuk A ”bronzing” hyperpigmentasi pada kulit,

terutama  pada area yang paling banyak terpapar matahari (sun-exposed area). 

Hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar beta-lipotropin atau ACTH, yang

keduanya dapat menstimulasi melanosit. Perubahan kulit ini didahului oleh

melanosis mukosa mulut. Pigmentasi kecoklatan difus atau bercak sering terjadi

di mukosa buccal, namun dapat terjadi di dasar mulut, ventral lidah dan bagian

lain mukosa mulut.

Page 25

Page 26: tugas gigi dan mulut

5. Penyakit Ginjal

a. Uremik Stomatitis

Kerak atau plak yang nyeri sebagian besar terdistribusi di mukosa bukal,

dasar atau dorsal lidah, dan pada dasar rongga mulut.

Ada 2 jenis uremik stomatitis , pada tipe I, terdapat eritema lokal atau

general di mukosa mulut, dan eksudat pseudomembran tebal abu-abu yang tidak

berdarah/ulserasi bila diambil. Gejala lain dapat berupa nyeri, rasa terbakar,

xerostomia, halitosis, perdarahan gingiva, dysgeusia, atau infeksi candida. Pada

tipe II, dapat terjadi ulserasi bila pseudomembran tersebut diambil. Tipe ini dapat

mengindikasikan bentuk stomatitis yang lebih parah, infeksi sekunder, anemia

atau gangguan hematologik sistemik yang mendasari ayn disebabkan oleh gagal

ginjal. Secara histologik, kedua tipe uremik stomatitis tersebut menunjukkan

proses inflamtorik yang berat, dengan infiltrasi berat lekosit pmn dan nekrosis

mukosa mulut. Kolonisasi bakteri yan sering ditemukan adalah Fusobacterium,

spirochaeta, atau candida.

6. Penyakit Gastrointestinal

a. Chron’s Disease

Secara klinik, pasien tersebut memiliki gejala pembengkakan difus pada

satu atau kedua bibir, dengan angular cheilitis, dan ”cobblestone” pada mukosa

buccal dengan mukosa yang rigid dan hiperplastik. Dapat juga terjadi nyeri

ulserasi pada vestibulum bukal, pembengkakan terlokalisir yang tidak nyeri pada

Page 26

Page 27: tugas gigi dan mulut

bibir atau wajah, fissure pada garis tengah bibir bawah, dan edema erythematos

gingiva.

b. Kolitis Ulseratif

Pyostomatitis vegetans merupakan manifestasi oral dari colitis ulseratif,

berwujud mikroabses intraepitelial multipel tanpa nyeri  dalam garis lurus atau

berkelok-kelok di mukosa lidah, soft palatum, ventral lidah. Pyostomatitis

gangrenosum merupakan varian lain yang cukup hebat dengan ulser yang besar,

destruktif, dan bertahan lama yang menimbulkan jaringan parut yang sangat

nyata.

Page 27