18
TINEA CAPITIS EPIDEMIOLOGI Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T. Tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat dengan berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi rendah. Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996 -1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan Semarang 0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada 1

Tinea Capitis Alia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesehatan, Tugas, Medical, Mahasiswa, Sistem Integumen, Manusia, Parasit

Citation preview

Page 1: Tinea Capitis Alia

TINEA CAPITIS

EPIDEMIOLOGI

Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada

anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T.

Tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa. Transmisi

meningkat dengan berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk,

dan status ekonomi rendah.

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996

-1998),

RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan

Semarang 0,2%.

Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya

dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan

Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak

pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%)

dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%)

daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies

penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum

(antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada

hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera.\

1. Definisi

Tinea capitis adalah infeksi jamur pada rambut dan kulit kepala, alis mata, dan

bulu mata yang disebabkan oleh jamur dermatofita spesies Tricophyton dan

Microsporum.

1

Page 2: Tinea Capitis Alia

Gambar 1. Tinea capitis

2. Etiologi

Tinea capitis disebabkan oleh jamur golongan Dermatofita yang mempunyai

sifat mencernakan keratin. Dematofita yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit

kepala dan rambut adalah genus Tricophyton dan Microsporum. Jamur penyebab

tinea capitis ini ada yang bersifat antropofilik, geofilik, dan zoofilik.

Jamur yang bersifat antropofilik atau hanya mentransmisikan penyakit antar

manusia antara lain adalah Tricophyton violaceum yang banyak ditemukan pada

orang Afrika, Tricophyton schoenleinii, Tricophyton rubrum, Tricophyton

megninii, Trichophyton soudanense, Tricophyton yaoundei, Microsporum

audouinii, dan Microsporum ferrugineum.

Jamur geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat menyebabkan

radang yang moderat pada manusia. Golongan jamur ini antara lain adalah

Microsporum gypseum dan Microsporum fulvum.

Jamur zoofilik merupakan jamur yang hidup pada hewan, namun dapat

mentransmisikan penyakit pada manusia. Jamur zoofilik penyebab tinea capitis

antara lain Microsporum canis yang berasal dari kucing, Microsporum nanum

yang berasal dari babi, Microsporum distortum yang merupakan varian dari

Microsporum canis, Tricophyton verrucosum yang berasal dari sapi, dan

Tricophyton mentagrophytes var. equinum yang berasal dari kuda.

2

Page 3: Tinea Capitis Alia

Gambar 2. Jamur Microsporum

Gambar 3. Jamur Trichophyton

3. Cara Penularan

Penularan infeksi jamur dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Penularan langsung melalui epitel kulit dan rambut yang mengandung jamur baik

dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman,

kayu, pakaian, dan barang-barang lain yang dihinggapi jamur, atau dapat juga

melalui debu dan air.

Ada beberapa faktor yang dapat mempermudah penularan infeksi jamur :

1. Faktor virulensi dari jamur

3

Page 4: Tinea Capitis Alia

Virulensi jamur tergantung dari sifatnya apakah antropofilik, zoofilik,

atau geofilik. Jamur antropofilik menyebabkan perjalanan penyakit yang

kronik dan residif karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan.

Sementara jamur geofilik menyebabkan gejala akut ringan sampai sedang

dan mudah sembuh.

2. Keutuhan kulit

Kulit yang intak tanpa adanya lesi lebih sulit untuk terinfeksi jamur.

3. Faktor suhu dan kelembapan

Kondisi tubuh yang banyak berkeringat menyebabkan lingkungan

menjadi lembap sehingga mempermudah tumbuhnya jamur.

4. Faktor sosial ekonomi

Infeksi jamur secara umum lebih banyak menyerang masyarakat

golongan sosial ekonomi menengah ke bawah karena rendahnya kesadaran

dan kurangnya kemampuan untuk memelihara kebersihan diri dan

lingkungan.

5. Faktor umur dan jenis kelamin

Tinea capitis sering terjadi pada anak-anak dan lebih banyak

ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

4. Patofisiologi

Tinea capitis berhubungan dengan Pityrosporum orbiculare dan Pityrosporum

ovale, yaitu flora normal pada kulit kepala yang dapat berubah sesuai dengan

keadaan lingkungan, seperti suhu, media, dan kelembapan. Selain itu, adanya zat

fungistatik berupa asam lemak rantai pendek dari sekret yang dihasilkan oleh

kelenjar sebacea pada masa post pubertal juga menjadi faktor yang berperan

dalam terjadinya tinea capitis.

Hifa jamur bertumbuh secara sentrifugal dari tempat inokulasi awalnya ke

dalam lapisan startum korneum, kemudian mencernakan keratin yang terdapat

pada rambut. Pertumbuhan jamur meluas seiring dengan pertumbuhan rambut.

Pada hari ke 12 – 14, mulai tampak kelainan pada kulit kepala. Rambut yang

terkena infeksi jamur menjadi rapuh dan pecah. Kerusakan rambut mulai tampak

pada minggu ketiga. Sementara rambut menjadi rapuh, infeksi pada stratum 4

Page 5: Tinea Capitis Alia

korneum juga terus meluas. Pada minggu ke 8 – 10, pertumbuhan jamur pada

kulit kepala bisa mencapai diameter 3,5 – 7 cm sehingga menginfeksi bagian

rambut lain.

Ada 3 tipe invasi pertumbuhan jamur pada rambut :

1. Invasi ektotriks

Biasanya disebabkan oleh M.canis, M.gypseum, T.equinum, dan

T.verrucosum. Pada jenis ini, jamur menginvasi hingga ke luar batang

rambut karena terjadi penghancuran kutikula rambut. Pada pemeriksaan

dengan sinar Wood, tampak rambut yang terinfeksi memberikan

fluoresensi berwarna hijau kekuningan.

2. Invasi endotriks

Disebabkan oleh jamur yang bersifat antropofilik, yaitu T.tonsurans

dan T.violaceum. Invasi jamur terbatas hanya di dalam batang rambut saja

dan kutikula rambut masih utuh. Pada penyinaran dengan sinar Wood tidak

tampak fluoresensi.

3. Favus

Disebabkan oleh T.schoenleinii yang memproduksi krusta sehingga

mengakibatkan kerontokan rambut.

5. Gejala Klinik

Pasien dengan tinea capitis umumnya mengeluh gatal pada kepala dan

terkadang juga terasa nyeri. Kulit kepala yang terinfeksi tampak kemerahan,

membengkak, dan adanya sisik yang mengelupas seperti ketombe. Rambut

menjadi rontok sehingga terjadi kebotakan yang sering menetap. Terkadang

ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening pada leher.

Pada beberapa kasus, gejala tidak ditemukan secara menyeluruh. Terkadang

ditemukan tinea capitis hanya dengan gejala kerontokan rambut tanpa adanya

reaksi apapun pada kulit kepala, atau bahkan hanya terjadi pengelupasan kulit

kepala tanpa adanya kerontokan rambut sehingga seringkali dikira sebagai

ketombe.

Dalam klinis, tinea capitis terbagi menjadi 4 bentuk :

1. Grey patch ringworm (yang terjadi pada kasus)5

Page 6: Tinea Capitis Alia

Tinea capitis jenis ini disebabkan oleh jamur Microsporum dan lebih

sering ditemukan pada anak-anak. Gejala diawali dengan adanya papula

merah kecil di sekitar muara rambut yang melebar secara sirkular dan

membentuk bercak, kemudian menjadi pucat dan bersisik. Papula dan

perkembangannya tersebut bersifat kering dan tidak meradang.

Rambut menjadi berwarna abu-abu dan suram, mudah patah, dan

mudah dicabut tanpa rasa nyeri sehingga tampak alopesia setempat yang

terlihat sebagai grey patch.

Pemeriksaan yang cukup membantu diagnosis tinea capitis bentuk ini

adalah pemeriksaan dengan sinar Wood, di mana rambut yang sakit

tampak menunjukkan fluoresensi hijau kekuningan melampaui batas grey

patch tersebut.

Gambar 4. Grey patch ringworm

2. Black dot ringworm

Tinea capitis jenis ini disebabkan oleh jamur golongan Trichophyton,

terutama T.tonsurans dan T.violaceum. Gejala pada permulaan penyakit

menyerupai tinea capitis bentuk grey patch ringworm.

Rambut yang terkena infeksi menjadi sangat rapuh dan patah tepat

pada muara folikel sehingga meninggalkan ujung rambut yang penuh

spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan

gambaran black dot atau seperti titik-titik hitam.

6

Page 7: Tinea Capitis Alia

Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dibuat preparat langsung dari

rambut untuk menemukan adanya hifa atau spora jamur. Namun terkadang

ujung rambut yang patah tumbuh masuk ke bawah permukaan kulit

sehingga untuk mendapat sediaannya perlu dilakukan irisan kulit.

Gambar 5. Black dot ringworm

3. Kerion

Kerion merupakan reaksi peradangan berat pada tinea capitis berupa

bisul-bisul kecil dan pembengkakan menyerupai sarang lebah yang nyeri

disertai dengan skuamasi dan sebukan sel radang yang padat di sekitarnya.

Reaksi ini lebih sering ditemukan pada infeksi yang disebabkan oleh

Microsporum dibandingkan Tricophyton.

Kerion sering dikira sebagai abses pada kulit kepala karena adanya

pustula dan krusta. Rambut yang terinfeksi menjadi mudah putus dan

dapat meninggalkan jaringan parut sehingga mengakibatkan alopesia yang

menetap. Terkadang jaringan parut dapat membentuk suatu penonjolan.

Beberapa ahli meyakini reaksi peradangan pada kerion terjadi akibat

respon dari sistem imun yang berlebihan atau akibat terjadinya reaksi

alergi terhadap jamur. Gejala lokal pada kerion seringkali disertai gejala

sistemik berupa demam.

7

Page 8: Tinea Capitis Alia

Gambar 6. Kerion

4. Tinea favosa

Bentuk tinea capitis ini jarang ditemukan, terutama disebabkan oleh

T.violaceum dan T.gypsum. Merupakan proses lanjut dari kerion disertai

penghancuran batang rambut yang sangat parah.

Kelainan pada kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil berwarna

merah kekuningan di bawah kulit yang kemudian berkembang menjadi

krusta yang berbentuk cawan atau skutula. Rambut di atas skutula ini

menjadi tidak berkilau, putus-putus, dan mudah dicabut.

Yang khas dari bentuk infeksi ini adalah lesinya yang berbau seperti

tikus atau sering disebut mousy odor. Bila menyembuh, lesi meninggalkan

jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang permanen.

8

Page 9: Tinea Capitis Alia

Gambar 7. Tinea favosa

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang awal yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan dengan sinar Wood. Pada infeksi

jamur dengan tipe invasi ektotriks, rambut yang terinfeksi tampak memberikan

fluoresensi hijau kekuningan. Sedangkan pada tipe invasi endotriks penyinaran

dengan sinar Wood tidak memberikan fluoresensi.

Pemeriksaan dengan sinar Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan

untuk pemeriksaan mikologik agar dapat mengetahui lebih jelas batas daerah yang

terkena infeksi.

Gambar 8. Tinea capitis dengan pemeriksaan sinar Wood

Pemeriksaan mikologik baik dalam bentuk sediaan basah maupun biakan

diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pengambilan bahan

9

Page 10: Tinea Capitis Alia

dilakukan dengan mencabut rambut pada bagian kulit yang mengalami kelainan

dan kulit daerah tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit. Untuk

membuat sediaan basah, bahan yang telah diambil untuk sediaan diletakkan di

atas gelas alas kemudian diberikan larutan KOH 10% untuk melarutkan keratin.

Melalui mikroskop dapat terlihat adanya makrospora maupun mikrospora

pada sediaan yang diambil dari rambut. Spora tersebut dapat tersusun di luar

rambut pada tipe invasi ektotriks maupun di dalam rambut pada invasi endotriks.

Terkadang dapat juga ditemukan adanya hifa.

Sementara pada sediaan yang diambil dari kerokan kulit, tampak adanya hifa

sebagai 2 garis sejajar yang terbagi oleh sekat dan bercabang. Pada infeksi kulit

yang sudah lama atau telah diobati, tampak adanya spora yang berderet atau

artrospora.

Gambar 9. Sediaan jamur dengan KOH

10

Page 11: Tinea Capitis Alia

Gambar 10. Gambaran mikroskopik hifa

7. Diagnosis

Diagnosis tinea capitis ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan pasien,

tanda-tanda infeksi jamur yang ditemukan, ditambah dengan pemeriksaan

penunjang untuk memastikan diagnosis. Gejala yang sering dikeluhkan pasien

adalah rasa gatal atau pasien merasa berketombe. Sementara tanda klinis

bervariasi tergantung dari bentuk klinis infeksinya. Pemeriksaan penunjang yang

mudah dilakukan adalah melalui penyinaran dengan lampu Wood.

8. Diagnosis Banding

1. Alopesia areata

Terdapat daerah di kepala tanpa adanya rambut atau hanya tampak

pertumbuhan rambut yang pendek seperti bercak. Pada alopesia areata,

daerah lesi tampak lebih halus dan tidak bersisik.

2. Dermatitis seboroik

Kerontokan rambut tidak hanya pada satu daerah, tetapi menyebar di

beberapa tempat. Selain itu juga terdapat lesi berupa pengelupasan kulit

namun tampak berminyak yang juga bersifat difus.

3. Impetigo dan karbunkel

Lesi menunjukkan tanda-tanda radan yang lebih jelas disertai rambut

yang patah. Terjadinya impetigo dan karbunkel pada kulit kepala dapat

memicu terjadinya kerion.

4. Diskoid lupus eritematosus

Merupakan suatu kelainan yang berjalan kronis dan berakhir dengan

alopesia disertai pembentukan sikatriks. Tampak adanya pengelupasan

kulit yang bersisik dengan bercak-bercak kemerahan, dan kulit wajah juga

ikut terlibat. Pemeriksaan mikologik memberikan hasil yang negatif.

5. Lichen planus

11

Page 12: Tinea Capitis Alia

Lesi berbentuk papula dengan puncak yang agak mendatar, terutama

pada ekstremitas dan daerah pipi. Kelainan ini dapat berakhir dengan

alopesia yang disertai pembentukan sikatriks.

9. Penatalaksanaan

1) Terapi Utama: Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah

sediaan bentuk likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan

sedikit interaksi antar obat.

- Tablet Griseofulvin 10-25 mg/kg BB diberikan 1-2x sehari. Lama

pengobatan tergantung lokasi, penyebab penyakit dan imunitas

penderita. Setelah sembuh klinis pengobatan dilanjutkan sampai 2

minggu.

- Tablet microsize (125, 250, 500mg) 20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari

selama 6-12 minggu

- Tablet ultramicrosize (330mg) 15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari

selama 6-12 minggu.

- Kapsul Itrakonazol (100 mg) dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6

minggu.

- Terapi denyut dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2

minggu/siklus.

- Tablet Terbinafin (tablet 250 mg).

- Tablet Flukonazo.

2) Terapi Ajuvan

- Shampo

Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

kekambuhan dan mencegah penularan, serta membuang skuama dan

membasmi spora viabel, diberikan sampai sembuh klinis dan

mikologis.

Shampo selenium zulfit 1% – 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu

didiamkan 5 menit baru dicuci.

12

Page 13: Tinea Capitis Alia

Shampo Ketokonazole 1% – 2% dipakai 2-3 kali/ minggu

didiamkan 5 menit baru dicuci.

Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit.

Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair

Conditioner dioleskan dirambut dan didiamkan satu menit baru dicuci

air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering. Juga shampo ini

dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat dengan pasien,

seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik lebih

menyebarkan tinea kapitis di sekolah atau penitipan anak yang kontak

dekat dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas.

10. Pencegahan

Untuk mencegah terkena infeksi tinea capitis dapat dilakukan dengan :

1. Menghindari kontak yang erat dengan penderita tinea capitis

2. Menjaga kebersihan diri dengan mandi setelah beraktivitas dan

berkeringat

3. Mengeringkan badan dengan baik setiap setelah mandi

4. Mencuci pakaian, sprei, dan barang-barang pribadi lainnya secara rutin

5. Tidak menggunakan sisir, alat cukur, dan handuk secara bersama-sama.

13