25
BAB I PENDAHULUAN Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung pada letak anatomi dan etiologi agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea corporis ( ringworm of glabrous skin ), tinea imbrikata ( ringworm hasil infeksi oleh T. concentrikum ), tinea unguium ( ringworm of the nail ), tinea pedis ( ringworm of the feet ), tinea barbae ( ringworm of the beard ) dan tinea manum ( ringworm of the hand). 1 Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel – folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah lain di dunia insiden dari tinea kapitis meningkat. 2 Gejala klinis tinea kapitis ditemukan berbeda – beda dari dermatofitosis non inflamasi dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa abses yang dalam disebut kerion, yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan penyakit ini tergantung pada interaksi antara host dan agen penyebab. 2 1

Referat Tinea Capitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Tinea Capitis

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung pada letak

anatomi dan etiologi agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea kapitis, tinea favosa

(hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea corporis ( ringworm of glabrous skin ),

tinea imbrikata ( ringworm hasil infeksi oleh T. concentrikum ), tinea unguium ( ringworm of the

nail ), tinea pedis ( ringworm of the feet ), tinea barbae ( ringworm of the beard ) dan tinea

manum ( ringworm of the hand).1

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit

kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel – folikel rambut.

Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang

digunakan termasuk ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah

lain di dunia insiden dari tinea kapitis meningkat.2

Gejala klinis tinea kapitis ditemukan berbeda – beda dari dermatofitosis non inflamasi

dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik yang eritematous

dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa

abses yang dalam disebut kerion, yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan

menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan penyakit ini tergantung pada interaksi antara host

dan agen penyebab.2

Tinea kapitis terkadang dikelirukan dengan dignosa lainnya yang mempunyai gambaran

klinis yang mirip. Dengan adanya hal ini, maka tinea kapitis ini harus dibedakan dengan

dermatitis seboroik, alopesia areata dan psoriasis.3

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang tinea

kapitis sehingga kita dapat memahami betul tentang penyakit tinea kapitis ini. Karena terkadang

kita masih keliru dalam mendiagnosa, mengingat banyak penyakit lain yang gambaran klinisnya

mirip dengan penyakit ini. Di dalam referat ini akan dibahas mengenai definisi, etiologi, cara

penularan, jenis-jenis tinea kapitis, bagaimana mendiagnosa banding dengan penyakit lain, dan

cara pengobatan yang tepat. Dengan demikian, maka diharapkan kedepannya kita bisa cepat dan

tepat dalam mendiagnosa tinea kapitis serta bisa memberikan penatalaksanaan yang optimal

1

Page 2: Referat Tinea Capitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh dermatofit

dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai

macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis dan epidermophytosis.1

Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang

disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.2

2.2 SINONIM

Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans1

2.3 ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan

Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,

M. canis, M. ferrugineum.1

2.3.1 Microsporum

Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik)

atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan

yang terbanyak adalah:

Tabel 2.1 Spesies Microsporum

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)

Microsporum audouinii Anthropophilic

Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)

Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)

Microsporum ferrugineum Anthropophilic

Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)

2

Page 3: Referat Tinea Capitis

Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)

Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)

Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.

Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit cepat dan

diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi

tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning

sampai cinamon2

2.3.2 Tricophyton

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.

Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton

concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat.

Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.2

Tabel 2.2 Spesies Trichophyton

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)

Ajelloi Geophilic

Concentricum Anthropophilic

Equinum zoophilic (horse)

Erinacei zoophilic (hedgehog)

Flavescens geophilic (feathers)

Gloriae Geophilic

Interdigitale Anthropophilic

Megnini Anthropophilic

Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) / anthropophilic

Phaseoliforme Geophilic

Rubrum Anthropophilic

3

Page 4: Referat Tinea Capitis

Schoenleinii Anthropophilic

Simii zoophilic (monkey, fowl)

Soudanense Anthropophilic

Terrestre Geophilic

Tonsurans Anthropophilic

Vanbreuseghemii Geophilic

Verrucosum zoophilic (cattle, horse)

Violaceum Anthropophilic

Yaoundei anthropophilic

2.4 EPIDEMIOLOGI

Tinea kapitis sering mengenai anak – anak berumur antara 4 dan 14 tahun. Walaupun

jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90%

kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus – kasus di perkotaan biasanya didapatkan

dari teman – teman atau anggota keluarga. Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan

malnutrisi protein memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus – kasus yang

disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak

kucing.2

Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan kesehatan

masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden tertinggi ditemui pada

anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.2 Tinea kapitis terjadi lebih dari 92,5 % dari

dermatofitosis pada anak – anak berumur kurang dari 10 tahun. Penyakit ini jarang pada orang

dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin dapat dijumpai pada pasien – pasien tua.2 Di dunia

internasional tinea kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral

Amerika dan Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India.1 Di Asia Tenggara,

angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 % ( rata – rata dari anak perempuan dan

laki – laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena keadaan sanitasi umum dan hygien

perorangan telah membaik. Di Selatan Eropa penyakit ini jarang.1

4

Page 5: Referat Tinea Capitis

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996-

1998), RSCM Jakarta 0,61 -0,87% (1989-1992), manado 2,2-6% (1990-1996) dan Semarang

0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001-2006 insidennya dibandingkan

kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr.Soetomo

antara 0,31% - 1,55%. Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Graypatch

(37,5%). Tipe Blackdot tidak ditemukan.3

2.5 PATOGENESIS

Infeksi ektotrik ( diluar rambut )

Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan

di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja. Sebelum turun ke

folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas

daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak

pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamson’s

fringe, dan dari sini hifa berpolifrasi dan membagi menjadi atrokonidia yang mencapai korteks

rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas

fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop

hanya atrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada

juga.3

Infeksi Endotrik ( didalam rambut )

Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan atrokonodia hanya

tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan meninggalkan kortek yang

intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah

dan dinding folikular hilang meninggalkan black dot. Infeksi endotrik juga lebih kronis karena

kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.3

2.6 GEJALA KLINIS

Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :2

1. Grey patch ringworm.

Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus

Microsporum dan sering ditemukan pada anak – anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang

5

Page 6: Referat Tinea Capitis

kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan

bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu – abu dan tidak berkilat

lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset

tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk

alopesia setempat.1,2

Tempat – tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam klinik

tidak menunjukkan batas – batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu

wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas –

batas grey tersebut. Pada kasus – kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini

banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii

biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali – sekali dapat terbentuk kerion.2

Gambar 1. Gray patch Ringworm

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan

yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila

penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih

sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat

menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang

– kadang dapat terbentuk.1

6

Page 7: Referat Tinea Capitis

Gambar 2: kerion

3. Black dot ringworm

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton

violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang di sebabkan

oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh

spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black

dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang – kadang masuk ke bawah permukaan kulit.1

Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan jamur Tinea

kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila disebabkan oleh

Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik.

Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian bentuk klinis

granuloma, kerion , alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di

tulis.1,2

Gambar 3: Black dot ringworm

7

Page 8: Referat Tinea Capitis

4. Favus

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna

merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta ntibo

bau busuk seperti bau tikus “ntib odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan

tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang

permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. ntibo. Oleh

karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah

kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti:

Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.2

Favus, favosa tinea juga disebut, adalah infeksi dermatophytic inflamasi kronis biasanya

disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang, favus disebabkan oleh Trichophyton

violaceum, Trichophyton mentagrophytes var quinckeanum, atau Microsporum gypseum.Favus

biasanya mempengaruhi kulit kepala rambut tetapi juga dapat menginfeksi kulit berbulu dan

kuku.Agen penyebab mouse favus adalah T mentagrophytes var quinckeanum, juga disebut

Trichophyton quinckeanum, yang dapat menyebabkan favus pada manusia, meskipun jarang.2

Favus adalah 1 dari 3 pola utama infeksi rambut (ectothrix, endothrix, favus).Biasanya,

rambut tidak seperti yang terinfeksi berat seperti dalam trichophytosis disebabkan oleh

Trichophyton tonsurans.Rambut dapat tumbuh, dan sering, rambut panjang diamati pada

keadaan penyakit.Fitur yang paling karakteristik adalah pembentukan ruang udara antara hifa

dalam rambut yang terinfeksi.Ruang udara ini (udara terowongan) bentuk sebagai akibat dari

otolisis hifa.Arthroconidia jarang terlihat dalam rambut.Rambut yang terinfeksi seperti yang

biasa disebut favus-jenis rambut. Dalam sera pasien, atibody terhadap jamur penyebab

ditemukan oleh aglutinasi arang dan uji imunodifusi, namun peran yang tepat dari atibody tidak

jelas.1

Menurut berat ringannya penyakit, 3 tahap utama dijelaskan.

Tahap pertama: Hanya eritema kulit kepala terlihat, terutama di sekitar folikel. Rambut

tidak longgar atau rusak.

Tahap kedua: Pembentukan scutula terlihat dengan awal kerontokan rambut.

Tahap Ketiga: Tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit kepala

(setidaknya sepertiga); rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya jaringan parut.

Pembentukan scutula baru di pinggiran plak adalah umum.

8

Page 9: Referat Tinea Capitis

Bentuk khas dari scutulum, kerak cangkir berbentuk kuning yang mengelilingi rambut dan

menembus pusat, adalah khas.Scutula membentuk plak padat, masing-masing terdiri dari miselia

dan puing-puing epidermis.Seringkali, infeksi bakteri sekunder terjadi pada plak.Penghapusan

Plak meninggalkan basis eritematosa lembab.Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau

banyak, dan pada pasien yang terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala.Bau

pemalu biasanya hadir.Kulit berbulu mungkin menunjukkan krusta kuning serupa.1

Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous di mana

scutula khas mungkin jelas.Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea menyerupai bentuk-

bentuk tinea unguium.3

Gambar 4: Favus

2.7 DIAGNOSA

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood dan

pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopik akan

terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di dalam rambut ( endotriks ).3

Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari

kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan.

Lesi dapat dilepaskan dengan forsep tanpa disertai dengan trauma atau dikumpulkan dengan

potongan – potongan yang halus dengan ayakan halus atau sikat gigi.3

9

Page 10: Referat Tinea Capitis

Sampel rambut terpilih di kultur atau dilembutkan dalam 10 – 20 % potassium hydroxide

( KOH ) sebelum pemeriksaan di bawah mikroskop. Pemeriksaan dengan preparat KOH ( KOH

mount ) selalu menghasilkan diagnosa yang tepat adanya infeksi tinea.1,2

Pada pemeriksaan lampu wood didapatlkan infeksi rambut oleh M. canis, M.ferrugineum,

akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning kehijauan. Infeksi rambut oleh

T. schoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau biru keputihan, dan hifa didapatkan di dalam

batang rambut. Pada rambut sapi T. verrucosum memperlihatkan fluoresensi hijau tetapi pada

manusia tidak berfluoresensi.2

Ketika diagnosa ringworm dalam pertimbangan, kulit kepala diperiksa di bawah lampu

wood. Jika fluoresensi rambut yang terinfeksi biasa, pemeriksaan mikroskopik cahaya dan

kultur. Infeksi yang disebabkan oleh spesies microsporum memberikan fluoresensi warna hijau.1

2.8 DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding untuk tinea kapitis terdapat dalam beberapa kondisi, tergantung dari

presentasi klinisnya. Dibawah ini tabel untuk mempermudah memilah diagnosis banding tinea

kapitis sesuai dengan gambaran klinisnya.6

Tabel 2.3 Diagnosis banding berdasarkan gambaran Klinis

Gambaran Klinis Diagnosa Banding

Grey patch Ringworm Psoriasis scalp Dermatitis Atopik

- Papul atau plak hipopigmentasi

- Plak eritematosa - plak eritematosa

- Plak berskuama- Bentuk kelainan oval

- Skuama tebal berwarna putih atau perak

- Berskuama

- Rambut berwarna abu-abu, dan mudah patah serta lepas dari akarnya

- Gatal - Rambut dapat rontok

- Linkenifikasi

- Keluhan rasa gatal    

Blackdots- Bentuk kelainan oval- Rambut patah- Terdapat sisa ujung rambut yang patah

Alopecia areata- Bentuk kelainan oval- Gambaran kulit normal atau sedikit kemerehan- Tidak ada keluhan gatal

Trichotilomania- Bentuk kelainan oval- Rambut hilang- Kulit dasar normal

Favus- Papul eritematosa- Plak

Dermatitis Seboroik- Bayi: cradle cap, krusta tebal, pecah-pecah, berminyak

Psoriasis- Plak eritematosa- Skuama tebal, berwarna

10

Page 11: Referat Tinea Capitis

- Sikatriks- Krusta berbentuk cawan (skutula) - Rambut ada/rontok

- Dewasa: Makula/plak, eritematosa/kekuningan, terdapat skuama dan krusta tipis-tebal yang basah/berminyak

putih/perak.- Gatal - Rambut dapat rontok

Kerion- Radang luas

Karbunkel- Nyeri- Radang luas eritematosa- abses berisi pus- Fistul

 

2.8.1 Alopecia Areata

Alopecia areata adalah keadaan rontoknya rambut yang bersifat rekuren dan nonscarring.

Biasanya bersifat jinak dan asymtomatik tetapi dapat menimbulkan stress emosi dan psikososial.

Gambaran kulit yang ditinggalkan halus dan sedikit kemerahan. Gambaran daerah yang

kehilangan rambut kebanyakan berbentuk oval. Tidak ada perubahan epidermal yang terjadi dan

berhubungan dengan hilangnya rambut.6

2.8.2 Dermatitis Seboroik

Gambaran klinis pada dermatitis seboroik pada kulit kepala dapat bervariasi, dari ringan,

berskuama halus sampai tersebar, dan tebal. Dermatitis ini dapat menyebar dari kepala menuju

dahi dan dibelakang dapat sampai pada leher dan bawah telinga pada samping kiri dan

kanannya.7 Ruamnya pada bayi usia dua sampai sepuluh minggu sangat khas yang disebut cradle

cap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak. Sedangkan pada dewasa dapat berupa

makula atau plak, kemerahan atau kekuningan, terdapat skuama dan krusta tipis sampai tebal

yang kering, basah atau berminyak.5

2.8.3 Trichotillomania

Adalah sebuah kelainan kompulsif yang menghasilkan kebotakan dimana pasien

mencabut rambutnya sendiri. Trichotillomania adalah salah satu kelainan kejiwaan primer yang

pencetusnya adalah diri sendiri. Biasanya pasien mengakui bahwa ia mencabut rambutnya

sendiri, yang biasanya dilakukan saat pasien melakukan aktivitas seperti membaca, menulis,

menonton televisi atau mengendarai mobil. Lesinya biasanya berupa hilangnya rambut dengan

dasarnya berupa kulit normal.8

2.8.4 Psoriasis scalp

11

Page 12: Referat Tinea Capitis

Psoriasi pada kulit kepala adalah kelainan kulit yang menghasilkan peningkatan,

kemerahan dan seringkali patch bersisik. Kelaian ini dapat berupa multiple patch pada kulit

kepala, dapat mengenai seluruh kulit kepala dan dapat juga menyebar sampai ke dahi, leher

bagian belakang dan dibawah telinga. Penyakit ini tidak menular, seperti halnya tipe psoriasis

yang lain penyebab pasti belum diketahui. Banyak yang percaya bahwa penyakit ini adalah hasil

dari kelainan sistem imun yang menyebabkan bertambah cepatnya waktu pergantian kulit. Gejala

klinis pada penyakit ini adalah adanya plak kemerahan, sisik berwarna putih/perak, gatal,

rontoknya rambut dan kulit kering. Meskipun psoriasis bukanlah penyebab rontoknya rambut,

tetapi intensitas garukan dan tindakan paksa untuk melepas sisik, dan juga faktor stress dapat

menyebabkan rontoknya rambut.5

2.8.5 Karbunkel

Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Karbunkel adalah kumpulan

furunkel. Biasanya etiologinya adalah staphylococcus aureus. Gambaran klinisnya, keluhan

pasien biasanya nyeri, kelainan berupa nodul eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya

terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik lalu

memecah membentuk fistel.1

2.8.5 Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang

umumnya mengenai bayi atau anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan IgE dalam

serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul, yang

kemudian mengalami ekskoriasi dan linkenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).1

2.9 PENATALAKSANAAN

1. Terapi sistemik

Griseofulvin

Pada tahun 1958, Williams dan Marten mendokumentasikan efektivitas terapi oral

dengan griseofulvin pada tinea kapitis , dan penggunaan obat ini telah secara signifikan

mengurangi angka penyakit secara epidemic. Berkat ditemukannya griseofulvin penggunaan X-

ray untuk pembotakan yang telah digunakan sebelum itu oleh Sabouraud pada awal abad 19 telah

mulai ditinggalkan begitu juga penggunaan thallium asetat. Walau bagaimanapun tinea kapitis

terus berlanjut menjadi penyakit yang biasanya diderita oleh anak-anak dan biasanya menyentuh 12

Page 13: Referat Tinea Capitis

10%-20% dari populasi bila terjadi wabah epidemik. Sejak akhir tahun 1950, Griseofulvin telah

dijadikan gold standart pada tinea kapitis, meskipun dosis dan durasinya berbeda pada tiap

pasien, secara umum dosis yang digunakan adalah 10-20 mg/kg/hari selama delapan sampai

duabelas minggu. Griseofulvin adalah obat fungistatik dan berfungsi menghambat sintesis

asamnukleid dan mengganggu perkembangbiakan inti sel dalam metaphase yang akhirnya

mencegah pembentukan dinding sel jamur. Griseofulvin pun memiliki efek anti-inflamasi. Obat

ini tersedia dalam bentuk tablet, dan biasanya direkomendasikan untuk diminum bersamaan

dengan makanan berlemak, karena hal itu akan meningkatkan absorpsi obat dan meningkatkan

bioavailabilitasnya. Durasi dari terapi tergantung dari mikroorganisme penyebabnya

(T.Tonsurans membutuhkan terapi yang lebih lama). Efek samping obat ini adalah mual dan

erupsi eksantematosa pada 8%-15% kasus, dan obat ini berkontraindikasi pada kehamilan.

Beberapa studi telah membandingkan penggunaan Griseovulfin dengan ketokonazole sebagai

terapi tinea kapitis pada anak-anak dan telah dinyatakan bahwa ketokonazole aman dan efektif

meskipun belum menunjukan kemampuan yang lebih baik daripada griseovulfin, yang dimana

menunjukan efek yang lebih cepat. Griseovulfin aman dan efektif pada anak selama diberikan

pada dosis yang sesuai.4

Terbinafine

Terbinafin adalah sebuah allylamine fungisidal yang mempunyai afinitas tinggi untuk

keratin dan bekerja pada membrane sel dari jamur. Obat ini efektif pada semua jenis dermatofit.

Obat ini seefektif griseovulfin dan aman untuk terapi spesies Trichophyton pada anak, sementara

untuk spesies Microsporum masih diperdebatkan; tetapi telah dianjurkan pada kasus ini

membutuhkan terapi lebih lama (lebih dari 4 minggu) dan dengan dosis yang tinggi. Dosis obat

ini tergantung dari berat badan pasien, biasanya 3 sampai 6 mg/kg/ hari. Dalam hal efek

samping, keluhan gastrointestinal pada 5% kasus dan erupsi obat pada 3% kasus. Pada studi yang

melibatkan 50 anak, yang dimana 49 anak menderita tinea dengan spesies Trichophyton dan

hanya 1 anak yang menderita tinea dari spesies microsporum, didapatkan kesembuhan 86 %

secara klinis dan histologi setelah terapi selama 2 minggu; peneliti pada kasus ini menganjurkan

penambahan 2 minggu untuk menterapi anak dengan tinea dengan jenis Microsporum. Pada studi

lain yang mengevaluasi terapi terbinafin pada 152 anak, kesembuhan secara klinis dan mikologi

sangat baik dengan persentase 96%; dalam studi ini peneliti ini merekomendasikan terapi selama

4 minggu pada tinea kapitis pada anak.4

Golongan Azole:

Ketokonazole

13

Page 14: Referat Tinea Capitis

Ketokenazol bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat

diberikan obat ini sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari- 2 minggu pada pagi hari setelah

makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.1

Itrakonazole

Itrakonazole mempunyai aktifitas fungistatik dan fungisidal, meskipun lebih banyak

berfungsi sebagai fungstatik dengan memakan ergosterol pada membran sel jamur yang akhirnya

membuat perubahan permeabilitas membran sel. Dosis yang direkomendasikan adalah 100

mg/hari selama 4 minggu atau 5 mg/kg/ hari pada anak-anak, dimana sama efektif dengan

griseofulvin dan terbinafine (table 4). Obat ini sangat lipofilik dan keratinofilik dan obat ini

bertahan dalam stratum korneum selama 3 sampai 4 minggu setelah pemberian.4 Obat ini cocok

sebagai pengganti ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih

dari 10 hari.

Flukonazole

Flukonazole adalah obat anti jamur yang memiliki spectrum luas dan dapat diberikan

pada dermatofit dan juga spesies kandida. Obat ini memiliki bioavailabilitas yang baik, rendah

dalam ikatan dengan protein dan memiliki waktu paruh yang panjang. Dalam studi yang meneliti

anak-anak dengan T. tonsurans, obat ini didapatkan efektif dan aman dalam dosis 6 mg/kg/ hari

selama 20 hari.4

Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat digunakan pada tinea kapitis lesi kerion. Penggunaan kotikosteroid

harus hati-hati pada pasien seperti ini dan kontraindikasi dalam pemberiannya harus ditepikan.

Kortikosteroid intralesi dapat digunakan pada lesi yang terlokalisir sedangkan, kortikosteroid

sistemik harus diberikan pada kondisi lesi yang difus, yang biasanya digunakan secara umum

adalah prednisone pada dosis 1 mg/kg/hari selama 1-2 minggu.4

2. Terapi topikal

Terapi topikal saja biasanya tidak direkomendasikan untuk penyakit ini karena preparat

topikal tidak berprenetrasi secara adekuat pada kulit kepala. Pada tahun 1982, Allen dkk,

melaporkan bahwa dengan menggunakan shampoo yang mengandung selenium sulfide 2%

14

Page 15: Referat Tinea Capitis

cukup efektif dalam mengurangi spora pada kulit kepala pasien anak yang diterapi pararel

dengan griseofulin dan akhir-akhir ini penggunaan shampoo yang mengandung ketoconazole 2%

juga menghasilkan hasil yang sama. Pasien harus dianjurkan untuk menggunakan shampoo 3 kali

dalam seminggu dan membiarkannya meresap paling minimal 5 menit sebelum dibasuh.

Shampoo tersebut harus digunakan sampai pasien secara klinis dan histologi sembuh.4 Dapat juga

digunakan shampoo ketokonasol 1-2% 2-3x/minggu.5

2.10 PROGNOSIS

Proses penyebaran spora jamur mungkin bertahan beberapa bulan meskipun sedang

dilakukan terapi; oleh karena itu sangat perlu untuk terus memantau keadaan pasien. Penyebab

terjadinya kegagalan terapi yang termasuk didalamnya yaitu reinfeksi, organisme jamur yang

relatif tidak sensitive terhadap obat, absorbsi obat yang tidak terlalu optimal dan kurangnya

kepatuhan pasien karena pengobatan yang lama. T.tonsurans dan Microsporum adalah spesies

jamur yang seringkali pesisten terhadap terapi. Jikalau jamur masih dapat diisolasi dari lesi pada

kulit yang telah diterapi dengan maksimal, tetapi secara klinis ada perbaikan, yang

direkomendasikan dari keadaan ini adalah terus memberikan terapi yang sama selama satu bulan

lagi.

BAB III

RINGKASAN

15

Page 16: Referat Tinea Capitis

Tinea kapitis yang disebut juga Ringworm of the scalp and hair/tinea tonsurans/herpes

tonsurans, adalah penyakit dermatofit yang yang menyerang kulit kepala dan rambut. Penyakit

ini ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan bila terjadi keadaan klinis yang

berat disebut kerion. Secara klinis tinea kapitis terbagi menjadi tiga bentukan khas yaitu Grey

patch ringworm, kerion dan black dot ringworm.

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan

Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,

M. canis, M. ferrugineum.

Tinea kapitis kebanyakan menginfeksi anak – anak yang berumur antara 4 dan 14 tahun.

Trichophyton tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United

Kingdom. Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan

seseorang mendapatkan penyakit ini.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood dan

pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH atau kultur jamur. Pada pemeriksaan

mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut atau di dalam rambut.

Secara garis besar pengobatan Tinea kapitis membutuhkan waktu yang lama dan

ketelatenan pasien. Obat-obat yang digunakan yaitu topikal dan sistemik. Penggunaan topikal

saja akan sulit sekali menyembuhkan penyakit ini, jadi biasanya preparat topikal dikombinasikan

dengan sistemik. Contoh obat topikal seperti shampoo selenium sulfat, dan ketokonazole

sedangkan preparat sistemik dapat berupa griseovulfn, ketokonazole, terbinafrin dan lain.lain.

Prognosis penyakit ini tergantung keadaan klinis, keparahan, dan ketelatenan terapi.

Terapi yang non adekuat dapat mengakibatkan reaktivasi dari penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.

Balai penerbitan FKUI. Jakarta: Universitas Indonesia 2009

16

Page 17: Referat Tinea Capitis

2. Wolff, Klaus. Fitzpatrick dermatology in general medicine. edisi ketujuh. The McGraw-Hill

companies US. 2008

3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit kulit. EGC: Jakarta 2004

4. Rebollo, López-Barcenas, and Arenas. Tinea capitis. Review artikel. Departamento de

Dermatología. Actas Dermosifiliogr. 2008;99:91-100

5. Fakultas Kedokteran Unair. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua. AUP. Surabaya:

Universitas Airlangga 2013

6. Muller SA, Winkelmann RK. Alopecia areata. An evaluation of 736 patients. Arch

Dermatol. Sep 1963;88:290-7. 

7. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: an overview. Am Fam

Physician. Jul 1 2006;74(1):125-30. 

8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,

Fourth Edition. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Publishing; 2000.

17