Upload
ima-yuliyana-marsmutzz-2474
View
95
Download
9
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mental disorder
Citation preview
Skenario B Blok 16 Tahun 2013
Tn Abu, 30 tahun , petani, dibawa ke UGD RS Ernaldi Bahar karena
meresahkan keluarga dan pernah mencoba untuk bunuh diri (tentamen suicidum).
Tn Abu sering sedih, kadang menangis tanpa sebab. Keluarganya menyatakan
bahwa mulai terdapat perubahan perilaku sejak 3 tahun yang lalu, ditandai dengan
secara berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan dan lebih suka mengurung
diri di dalam kamar sepanjang hari.
Satu tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada orang
yang mengobrol dan kadang mengomentari dirinya padahal orangnya tidak ada.
Kemudian suara ini makin mengganggu dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu dan dia tak kuasa untuk menolaknya. Seminggu yang lalu suara tersebut
memaksanya untuk melukai dirinya sendiri.
Kepribadian premorbid mengarah ke skizoid dan pada umur 20 tahun
menjadi makin nyata, makin mengisolasi diri dan tak ada interaksi sosial sama
sekali. Dalam 1 tahun terakhir kemunduran makin hebat, kurang bisa mengurus
diri dan tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicaranya terbatas, kalimat
yang diucapkan kacau dan sukar dimengerti.
Menurut keluarga tak ada stressor yang memicu perubahan perilaku ini.
Pada automanamnesis: tampak pasien terlihat diam tak banyak bergerak, kadang
menangis dan sulit untu mnjawab pertanyaan, jawaban hanya sepatah dua patah
kata saja, tidak begitu jelas, dan kadang menolak untuk bicara sama sekali. Tanda
autisme jelas terlihat dan tak ada gejala ambivalensi
Informasi tambahan :
terdapat riwayat perkawinan yang baik, ada riwayat skizofrenia dalam keluarga
dan taraf kecerdasan normal, tak ada stressor dalam satu tahun terakhir. GAF
scale sekitar 20-11 saat pemeriksaan (saat ada upaya bunuh diri menurun sampai
10-0).
Pemeriksaan fisik tak ada kelainan.
1
I. Klarifikasi Istilah
1. Mencoba Bunuh diri (tentamen suicidum)
Usaha yang dilakukan oleh seseorang secara disengaja yang dapat
menyebabkan kematian dirinya
2. Perubahan perilaku
Adanya perubahan sikap dan perilaku dari seseorang dari
sebelumnya
3. Menarik diri
Menjauhkan diri dari lingkungan sosial
4. Kepribadian premorbid
Deskripsi dari karakter dan sikap pasien sebelumpasien sakit, yang
diberikan dalam riwayat pskiatrik
5. Skizoid
Menunjukkan sifat yang menyerupai skizoprenia yang
mengindikasikan predisposisi untuk menjadi skizofrenia
6. Gejala ambivalensi
Eksistensi simultan dari sikap emosianal yang bertentangan tenang
suatu tujuan, objek dan orang
7. Mengisolasi diri
Adanya perilaku menarik diri dari lingkungan
8. Autisme
Keadaan yang didominasi oleh pikiran atau perilaku yang bersifat
subjektif yang tidak dapat dikoreksi oleh informasi dari luar
9. Berbicara terbatas
Keadaan pasien yang mana ia tidak ingin berbicara terlalu banyak
10. Skizofrenia
Gangguan mental atau sekelompok gangguan yang ditandai oleh
kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran contohnya delusi dan
halusinasi
11. GAF scale
Skala yang menunjukkan penilaan fungsi secara global
2
12. Stressor
Adanya sumber pemaksaan pegaruh atau tekanan pada seseorang
13. Tidak ada interaksi sosial
Tidak ada hubungan dengan lingkungan sekitar
14. Kalimat yang diucapkan kacau dan susah dimengerti
Kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan tata bahasa yang baik
dan benar
II. Identifikasi Masalah
1. Tn Abu 30 tahun, petani, dibawa ke RS EB karena meresahkan
keluarga dan pernah mencoba untuk bunuh diri
2. Tn Abu sering sedih dan kadang menangis tanpa sebab
3. 3 tahun yang lalu Menurut keluarganya terdapat perubahan
perilaku ditandai dengan secara berangsur-angsur menarik diri dari
pergaulan dan lebih suka mengurung diri di dalam kamar
sepanjang hari
4. 1 tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada
seorang yang mengobrol dan kadang mengomentari dirinya
padahal orangnya tidak ada dan suara ini makin mengganggu da
memerintahkan untuk melakukan sesuat dan dia tak kuasa untuk
menolaknya serta seminggu yang lalu suara memaksanya untuk
melukai dirinya sendiri
5. Kepribadian premorbid mengarah ke skizoid dan pada umur 20
tahun menjadi makin nyata, makin mengisolasi diri dan tak ada
interaksi sosial sama sekali
6. Dalam 1 tahun terakhir kemunduran makin hebat, kurang bisa
mengurus diri dan tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
berbicara terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sukar
dimengerti
7. Menurut keluarga tak ada stressor yang memicu perubahan
perilaku ini
3
8. Pada automanamnesis: tampak pasien terlihat diam tak banyak
bergerak, kadang menangis dan sulit untu mnjawab pertanyaan,
jawaban hanya sepatah dua patah kata saja, tidak begitu jelas, dan
kadang menolak untuk bicara sama sekali
9. Hasil pengamatan : tanda autisme jelas terlihat dan tak ada gejala
ambivalensi
10. Informasi tambahan : terdapat riwayat perkawinan yang baik, ada
riwayat skizofrenia dalam keluarga dan taraf kecerdasan normal,
tak ada stressor dalam satu tahun terakhir. GAF scale sekitar 20-11
saat pemeriksaan (saat ada upaya bunuh diri menurun sampai 10-0)
III. Analisis Masalah
1. Apa saja kemungkinan yang dapat menyebabkan:
a. Mencoba bunuh diri?
Jawab :
Implikasi dari etiologi bunuh diri dapat digolongkan menjadi
sosial, psikologis, dan klinis
I. Faktor Sosial
Disintegrasi sosial (bunuh diri anomik)
Isolasi individu dari masyarakat
Ketersediaan alat
II. Penyakit Jiwa
Depresi berat
Schizophrenia
Etanol abuse/kecanduan alcohol
Gangguan kepribadian borderline
Antisosial
Penyalahgunaan obat-obat terlarang
Adanya riwayat keluarga yang bunuh diri
III. Penyakit Medis
Penyakit-penyakit kronis
4
Penyakit-penyakit dengan rasa nyeri yang tidak
tertahankan
Faktor resiko untuk kasus bunuh diri disebut SAD PERSON
S (Sex) , dimana kasus bunuh diri lebih sering ditemukan
pada pria daripada wanita
A (Age) pada usia tertentu bunuh diri lebih sering
terjadi. Bunuh diri sering terjadi pada usia remaja secara
umum --- dimana kondisi mental belum stabil, dan pada
usia > 45 tahun pada pria.
D (Depression) depresi berat merupakan penyebab
terbesar
P (Previous attempt) individu yang pernah melakukan
percobaan bunuh diri sebelumnya memiliki tendensi
melakukan percobaan bunuh diri lagi
E (Etanol abuse) orang-orang yang kecanduan alcohol
memiliki tendensi melakukan bunuh diri
R (Rational thinking loss) penyakit jiwa
S (Social support lacking) kurangnya dukungan social
(Organized plan)
N (No pastimes) tidak memiliki masa lalu
S (Sickness) memiliki penyakit kronis atau penyakit
dengan nyeri yg tidak tertahankan
b. Sering sedih dan menangis tanpa sebab?
Jawab:
Sedih, murung, dan menangis adalah tanda khas adanya
gangguan depresi pada seseorang. Pada hal ini terjadi gangguan
suasana perasaan ke arah hypothymia, yaitu depresi. Pada
kasus ini, hal ini menandai adanya episode depresi. faktor yang
dapat menyebabkan gangguan depresi meliputi:
5
a. Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan
neurotransmiter di otak terutama serotonin
b. Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak
pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
c. Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan
pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana,
dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
Keadaan gangguan depresi dapat menjadi salah satu
penyebab bunuh diri
c. Menarik diri dari pergaulan; Suka mengurung diri didalam
kamar sepanjang hari (tidak ada interaksi sosial)?
Jawab :
Perjalanan gangguan skozofrenia itu terdiri dari tiga fase : fase
prodormal, fase aktif gejala dan fase residual
Tn. Abu Menarik diri dari pergaulan; Suka mengurung diri
didalam kamar sepanjang hari (tidak ada interaksi sosial) hal
itu menunjukan bahwa tuan tn sedang mengalami fase
prodromal yang mana pada fase prodromal ditandai dengan
deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan, sebelum
tergangguannya fase aktif gejala,dan tidak disebabkan oleh
gangguan afek atau gangguan penggunaan.
Individu yang mengalami fase prodormal itu dapat berlangsung
dalam beberapa minggu, bulan hingga bertahun tahun sebelum
gejala lain memenuhi kritera diagnosis skizofrenia. Semakin
lama fase prodromal semakin jelak prognosisnya
d. mendengar suara seperti ada orang yang mengobrol padahal
tidak ada orang dan memerintahkannya untuk melukai diri
sendiri?
Jawab :
6
Mendengar suara seperti ada orang yang mengobrol merupakan
salah satu jenis halusinasi yakni halusinasi auditori. Pasien
seakan-akan mendengar suara mengomentari perilaku pasien;
atau saling mendiskusikan pasien; atau suara halusinasi lain
yang berasal dari bagian tubuh tertentu.
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan halusinasi auditori:
Schizophrenia (halusinasi ini timbul pada sekitar 70%
penderita)
Lesi pada batang otak (yang sering diakibatkan strokes);
Tumor kepala
Encephalitis
Abscesses otak
Kehilangan pendengaran
Aktivasi epilepsi
Wake-initiation of lucid dreams (WILD)
15% pasien dengan gangguan mood (mood disorders)
seperti mania or depression dapat terjadi halusinasi auditori.
Klasifikasi
Musical hallucination (Halusinasi musik)
Command hallucination (Halusinasi perintah)
Arguing hallucination (Halusinasi pendapat/komentar)
Kemungkinan penyebab halusinasi auditori:
Teori dasar halusinasi :
Topological theories
Menjelaskan bahwa halusinasi timbul akibat ketidak-
normalan aktivitas otak. Sebagai contoh, pada halusinasi
auditori terjadi aktivasi abnormal pada regio visual dan
auditori otak. Stimulasi elektrik juga dapat menimbulkan
7
keabnormalan aktivotas otak seperti yang terjadi pada
evaluasi presurgical pada pasien epilepsy.
Hodological theories
Teori ini menekankan bahwa halusinasi dapat timbul akibat
perubahan/ gangguan pada jalur koneksi antar region otak.
Sebagai contoh, pada pasien schizophrenia studi brain
imaging menemukan perubahan dan gangguan pada
aktivitas di jalur koneksi pada lobus frontalis dan
temporalis.
Ffytche hypothesis
Ffytche menyimpulkan bahwa halusinasi tidak dapat timbul
melalui mekanisme hodological atau topological yang
berdiri sendiri, halusinasi dapat timbul bila terdapat
kombinasi antara kedua teori itu.
Mengapa bentuk halusinasi auditorinya mendesak dan
menyalahkan dirinya ?
– Jenis halusinasi dengar ditentukan oleh tipe kepribadian dan
gangguan mental pasien. Sebagai contoh, command
hallucination merupakan bentuk perwujudan isi hati dan
ketakutan pasien ketika bersosialisasi, sifat over-sensitive
terhadap tanggapan orang lain yang belum tentu negative
dan kecendrungan untuk menyalahkan diri sendiri akan
kegagalannya dalam bergaul.
– Suara serta jenis kata-kata yang muncul pada saat halusinasi
diduga ditentukan oleh memory pasien, segala macam
memori kejadian, memori suara yang pernah didengar
pasien ter-recall kembali pada saat serangan.
– Namun jenis command yang muncul dapat juga diciptakan
oleh pasien sendiri tanpa adanya suatu memori command
tersebut.
8
2. Mengapa pada usia 20 tahun kepribadian premorbid mengarah ke
skizoid dan semakin nyata?
Jawab :
Kepribadian premorbid adalah kepribadian pasien sebelum onset
penyakit terjadi. Pada perjalanan skizofrenia, gejala premorbid
terlihat sebelum fase prodromal dari penyakit. Pada riwayat
premorbid skizofrenia, pasien memiliki kepribadian schizoid atau
skizotypal yang yang cirinya seperti diam, pasif dan tertutup. Pada
anak-anak mereka punya sedikit teman. Pada anak remaja, mereka
tidak memiliki teman dekat, pacar dan mengindari keramaian.1 ciri
dari gangguan kepribadian schizoid menurut PPDGJ III adalah
sebagai berikut:
a. Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
b. Emosi dingin, afek mendatar, atau tak peduli
c. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan
kelembutan dan kemarahan terhadap orang lain
d. Tampak nyata ketidak pedulian baik terhadap pujian maupun
kecaman
e. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
f. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang
akrab dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti
itu
g. Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan sosial
yang berlaku.3
Kepribadian premorbid yang mengarah ke schizoid berhubungan
dengan prognosis penyakit tn. Abu. Kepribadian premorbid yang
buruk akan memberikan prognosis yang buruk dalam kasus ini
sedangkan kepribadian yang siklotimik memberikan prognosis
yang baik.
9
3. Mengapa dalam 1 tahun terakhir terdapat kemunduran yang hebat
kurang bisa mengurus diri dan tak dapat mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, berbicara terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan
sukar dimengerti?
Jawab :
Adanya kemunduran yang hebat dalam hal kurang bisa mengurus
diri dan tak dapat mengerjakan pekerjaan seharai-hari merupakan
adanya deteriorasi yang semakin berat. Deteriorasi terlihat pada
fase prodromal dan semakin berat pada fase aktif.
Berbicara yang terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sukar
dimengerti merupakan tanda adanya gejala psikosis yakni
inkoherensi. Inkoherensi merupakan kelainan progresi pikiran
dimana ide yang berurutan diekspresikan tidak mempunyai urutan
yang logis sehingga terjadi diorganisasi struktur kalimat sehingga
kalimat yang ducapkan sukar dimengerti. Bleuer menggolongkan
gejala ini sebagai salah satu bentuk pelanggaran asosiasi yang
termasuk dalam gejala primer skizofrenia.
Fase-fase pada sizofrenia
A. Fase prodromal
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam
fungsi kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan
tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat gangguan
penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua gejala dari
kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia. Awal munculnya
skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode yang
sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik
diri secara sosial dari lingkungannya Individu yang mengalami
fase prodromal dapat berlangsung selama beberapa minggu
hingga bertahun-tahun, sebelum gejala lain yang memenuhi
kriteria untuk menegakkan diagnosis skizorenia muncul.
10
Individu dengan fase prodromal singkat, perkembangan gejala
gangguannya lebih jelas terlihat daripada individu yang
mengalami fase prodromal panjang.
B. Fase Aktif Gejala
Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala
skizofrenia secara jelas. Sebagian besar penderita gangguan
skizofrenia memiliki kelainan pada kemampuannya untuk
melihat realitas dan kesulitan dalam mencapai insight. Sebagai
akibatnya episode psikosis dapat ditandai oleh adanya
kesenjangan yang semakin besar antara individu dengan
lingkungan sosialnya.
C. Fase Residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit
terdapat dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis
skizofrenia yang bersifat mentap dan tidak disebabkan oleh
gangguan afek atau gangguan penggunaan zat. Dalam
perjalanan gangguannya, beberapa pasien skizofrenia
mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh
karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi
dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang
kebanyakan tidak ada, namun pada pasien Skizofrenia justru
muncul. Gejala positif adalah gejala yang bersifat aneh, antara
lain berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan pembicaraan,
dan perubahan perilaku (Kaplan & Sadock, 2004).
Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku
tertentu, seperti perasaan yang datar, tidak adanya perasaan
yang bahagia dan gembira, menarik diri, ketiadaan
pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial, serta
kurangnya motivasi untuk beraktivitas (Kaplan & Sadock,
2004).
11
Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi, antara lain
perilaku yang aneh (misalnya katatonia, di mana pasien
menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan
pose tubuh yang aneh; atau waxy flexibility, yaitu orang lain
dapat memutar atau membentuk posisi tertentu dari anggota
badan pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang
lama) dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi
pembicaraan adalah masalah dalam mengorganisasikan ide dan
pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan
gangguan berpikir formal). Misalnya asosiasi longgar,
inkoherensi, dan sebagainya
Perpecahan pada pasien digambarkan dengan
adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik,
yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan
gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi.
Gejala fundamental lainnya adalah gangguan
afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala
sekundernya adalah waham dan halusinasi (Kaplan
& Sadock, 2004).
4. Mengapa saat mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk
melakukan sesuatu ia tak bisa menolak?
Jawab :
Pasien yang mempunyai halusinasi auditori berbentuk command
(perintah) akan merasa seperti mendapat tekanan dari suara-suara
tersebut sehingga pasien yang tidak tahan dengan suara tersebut
akan melakukan hal yang diperintahkan atau berusaha melakukan
hal-hal yang berusaha menghentikan mendengar suara tersebut
yakni dengan mencoba bunuh diri.
12
5. Bagaimana hubungan ada atau tidaknya stressor dengan keadaan
Tn Abu?
Jawab :
Diketahuinya stressor pada pasien skizofrenia berhubungan dengan
prognosis pasien. Pada kasus yang tidak diketahui stressornya
maka prognosisnya akan menjadi lebih jelek.
6. Mengapa pasien tampak terlihat diam tak banyak bergerak, kadang
menangis dan sulit untukmenjawab pertanyaan, jawaban hanya
sepatah dua patah kata saja, tidak begitu jelas, dan kadang menolak
untuk bicara sama sekalitanda autisme jelas terlihat dan tak ada
gejala ambivalensi?
Jawab :
Jawaban hanya sepatah dua patah kata saja, tidak begitu jelas dan
kadang menolak untuk bicara sama sekali merupakan ciri dari
kelainan bicara. Hal ini termasuk dalam kelainan bicara psikogenik
yakni stammering/stuttering dan mutisme. Stammering ditandai
dengan terputusnya arus pembicaran karena istirahat yang pendek
atau pengulangan sehingga kata-kata yang keluar hanya sepatah
dua patah kata saja. Mutisme adalah kehilangnan bicara yang total
atau membisu. Mutisme dapat berlangsung dari jam sampai
berhari-hari bahkan pertahun-tahun. Sehingga pasien menolak
untuk bicara sama sekali.
Pasien yang terlihat diam, tidak banyak bergerak dan kadang
menangis merupakan tanda dari gangguan afektif dalam hal ini
adalah episode depresi yang mana pasien memiliki perasaan kecil
hati, tak bahagia rendah diri tak ada harapan hilangnya gairah
hidup, hipoaktif kadang menangis.
13
7. Bagaimana tanda-tanda autisme?
Jawab :
Tanda-tanda autisme:
Gangguan interaksi sosial,
Gangguan dalam hal komunikasi,
Gangguan pola perilaku, minat dan aktivitas stereotipik
yang berulang dan terbatas.
8. Bagaimana gejala ambivalensi?
Jawab :
Ambivalensi yakni adanya 2 impulse yang terjadi saat bersamaan
tentang sesuatu yang sama pada orang yang sama pada waktu yang
sama. Terlihat pada pasien skizofrenia, status borderline dan
gangguan obsesif-kompulsif.1
Ambivalensi merupakan suatu gangguan kemauan dimana
penderita menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang
sama. Hal ini mengakibatkan sebelum suatu perbuatan selesai
sudah timbul dorongan yang berlawanan (misalnya : tangan
diulurkan untuk berjabat tangam, tetapi belum sampai tangannya
sudah ditarik kembali).
9. Bagaimana hubungan adanya riwayat skizofrenia dalam keluarga
dengan keadaan yang dialami tn Abu?
Jawab :
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa skizofrenia memiliki
kecenderungan menurun kepada generasi berikutnya. Jika salah
satu orang tua menderita skizofrenia maka 7-16% anaknya
memiliki resiko menderita skizofrenia. Bila kedua orangtua
14
menderita skizofrenia maka 40% anaknya memiliki resiko
menderita skizofrenia. Bahkan risiko pada anak kembar sangat
tinggi terutama pada kembar monozigot, yaitu 85,8%, sedangkan
kembar dizigot lebih rendah, yakni 14%. (dari IT)
10. Bagaimana interpretasi GAF scale 20-11 saat pemeriksaan dan saat
upaya bunuh diri GAF scale menurun sampa 10-0? ?
Jawab :
Skala GAF adalah skala yang digunakan pada aksis V DSM-IV-TR
yang digunakan untuk melaporkan penilaian seorang dokter
terhadap tingkat kemampuan seorang pasien untuk berfungsi
secara keseluruhan. Informasi ini digunakan untuk memutuskan
rencana terapi dan di kemudian hari untuk mengukur efek rencana
tersebut. (Untuk menentukan terapi dan prognosis).
Kemampuan untuk berfungsi dianggap merupakan gabungan tiga
area mayor: berfungsi secara social, berfungsi secara okupasional,
dan berfungsi secara psikologis. Skala GAF, berdasarkan
kesinambungan antara kesehatan mental dengan penyakit mental,
merupakan skala nilai dari 0-100, 100 menggambarkan tingkat
tertinggi kemampuan berfungsi semua area. (Kaplan dan Sadock
halaman 46).
Interpretasi GAF Scale saat pemeriksaan (2)
20-11: bahaya mencederai diri/orang lain (contohnya
percobaan bunuh diri tanpa harapan yang jelas akan kematian,
sering bersikap kasar, kegaduhan manik), disabilitas sangat
berat dalam komunikasi (contohnya sangat inkoheren atau
membisu) dan mengurus diri (sering gagal menjaga hygiene
pribadi, cth. berlumuran feses)
15
GAF Scale saat upaya bunuh diri 10-01: bahaya persisten
mencederai diri/orang lain (contohnya kekerasan rekuren),
disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri
secara persisten ATAU tindakan bunuh diri yang serius dengan
harapan yang jelas akan kematian.
11. Bagaimana diagnosis banding kasus ini?
Jawab :
Autisme Spectrum disorder
(gejala: menarik diri dari pergaulan, lebih suka mengurung
diri di dalam kamar sepanjang hari; kalimat kacau dan sulit
dimengerti, bicara terbatas, sulit menjawab pertanyaan)
Episode depresif berat dengan gejala psikotik
(gejala:Halusinasi{mendengar suara}; delusi {merasa/yakin
tidak dapat menolak perintah}; kurang bisa mengurus diri,
tidak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari
Skizofrenia
(gejala: halusinasi {mendengar suara}; delusi
{merasa/yakin tidak dapat menolak perintah}; kalimat
kacau dan sulit dimengerti, bicara terbatas, sulit menjawab
pertanyaan; kurang bisa mengurus diri, tidak dapat
mengerjakan pekerjaan sehari-hari)
12. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan diagnosis kerja (serta
diagnosis multiaksial)?
Jawab :
Pedoman Diagnostik Skizofrenia Berdasarkan PPDGJ III (2)
16
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas):
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umumnya mengetahuinya.
b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatantertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara
jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran,
tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik
dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap prilaku pasien .
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara atauJenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh).
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan
17
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu
ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja ,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
18
pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri
secara sosial.
Diagnosis kerja: Skizofrenia dengan gangguan kepribadian
schizoid
Diagnosis multi aksial
Aksis I : F20-29 skizofrenia, gang. Skizotipal, dan gang.
waham
Aksis II : F60.1 gangguan kepribadian schizoid
Aksis III : tidak ada kelainan fisik
Aksis IV : tidak ada stressor
Aksis V : GAF scale 20-11 (bahaya mencederai diri sendiri
dan orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri).2
13. Bagaimana etiologi dan faktor risiko kasus ini?
Jawab :
Ada beberapa etiologi schizophrenia antara lain:
Genetik/Riwayat keluarga
Schizophrenia
Psikosis afektif
Kembar monozigot (50%)
Kembar dizigot (15%)
Perkembangan saraf
Trauma otak janin
Kelahiran pada musim dingin
Komplikasi obstetric
19
Berat lahir rendah
CT/MRI abnormal
Ganja
Interaksi gen (cathecol-O-methyl transferase)
Lingkungan
Ekspresi emosi tinggi
Kejadian hidup yang menyedihkan
Penurunan sosio-ekonomi
Neurokimia
Hipotesis dopamine
Peningkatan 5-HT
Penurunan glutamat
Faktor Resiko :
a. Jenis kelamin : awitan terjadi lebih dini pada pria
dibandingkan wanita
b. usia : awitan dibawah 10 tahun dan diatas 60 tahun sangat
jarang, hampir 90% yang menjalani pengobatan berusia 15-55
tahun
c. Musim lahir : Kemungkinan besar dilahirkan pada musim
dingin dan awal musim semi.
d. Infeksi : mencakup slow virus, retrovirus, dan reaksi autoimun
yang diaktifkan virus; frekuensi skizofrenia meningkat setelah
pajanan influenza yang terjadi di musim dingin selama
trimester 2 kehamilan.
e. Distribusi geografik: prevalensi bagian timur laut dana barat
amerika serikat, irlandia lebih tinggi
f. riwayat keluarga dengan skizofrenia : keluarga biologis derajat
pertama pasien skizofrenik memiliki resiko sepuluh kali lebih
besar dibanding populasi umum.
g. Penggunaan zat : merokok kretek, alkohol, kanabis, kokain
20
h. Populasi : berkorelasi antara kepadatan penduduk dan
prevalensi skizofrenia
i. Sosioekonomi dan kultural [1]
14. Bagaimana epidemiologi kasus ini? (1)
Jawab :
Usia dan jenis kelamin
- Banyak terjadi pada usia produktif (15-54 tahun)
- ♀ = ♂
- Onset skizofrenia pada ♂ lebih awal daripada ♀, yaitu pada usia
15-25 tahun, sedangkan ♀ 25-35 tahun
- ♂ lebih banyak mengalami gejala negative
- ♀ mempunyai hasil akhir penyakit yang lebih baik
- ♀ mempunyai fungsi sosia; yang lebih baik
Musim kelahiran
- Lebih mungkin dilahirkan pada awal musim dingin
hipotesisnya bahwa orang yang mempunyai predisposisi genetic
untuk skizofrenia mempunyai keuntungan biologis yang lebih
tinggi untuk bertahan hidup terhadap bahaya yang spesifik
musim
Distribusi geografis
- Banyak ditemukan di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat
Angka reproduksi
- Akibat penggunaan obat antipsikoterapik, pernikahan adan
fertilitas diantara orang skizofrenik meningkat, sehingga anak
yang dilahirkan dari orangtua dengan skizofrenia menjadi dua
kali lipat
Status sosioekonomi
- Prevalensi lebih tinggi pada status sosioekonomi rendah
Penyakit medis
21
- Berdasarkan peneitian, 80% orang skizofrenik mempunyai
penyakit medis yang signifikn yang terjadi bersama-sama, dan
sampai 50% keadaan tersebut tidak terdiagnosis
15. Bagaimana tatalaksana kasus ini?
Jawab :
Tatalaksana:
1. Rawat Inap
Rawat inap diindikasikan terutama untuk tujuan diagnostic,
utnuk stabilitas pengobatan, utnuk keamanan pasien karena
adanya ide bunuh diri atau pembunuhan, serta untuk perilaku
yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya, termasuk
ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar seperti pangan,
sandang, dan papan. Rawat inapa juga dapat mengurangi stress
pasien dan membantunya menyusun aktivitas harian.
2. Terapi biologis
a. Antagonis Reseptor Dopamin
Antagonis reseptor dopamine efektif dalam penanganan
skizofrenia adalah terhadap gejalan positif seperti waham,
halusinasi.
Obat ini memiliki kekurangan dua utama yakni hanya
persentase kecil pasien (kemungkinan 25%) yang cukup
membantu untuk dapat memulihkan fungsi mental secara
bermakna, dan yang kedua, antagonis reseptor dopamine
dikaitkan dengan efek simpang yang mengganggu dan
serius yaitu akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa
rigiditas dan tremor.
Contohnya: Klorpromazin (Thorazine) dan Haloperidol
(Haldol)
b. Antagonis Serotonin-Dopamine (SDA)
22
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal
atau tidak ada, berinteraksi dengan subtype reseptor
dopamine yang berbeda dibanding antipsikotik standar, dan
memengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamate.
Obat ini juga menghasilkan efek simpang neurologis dan
endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam
menangani gejala negative skizofrenia, contohnya
penarikan diri.
Contohnya: risperidon (Risperdal), klozapin, olanzapin
(Zyprexa), sertindol, kuetiapin dan ziprasidon.
3. Terapi Elektrokonvulsif (Terapi ECT)
4. Terapi psikososial
a. Pelatihan keterampilan sosial
b. Terapi berorientasi keluarga
16. Bagaimana prognosis kasus ini?
Jawab :
Gambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam
skizofrenia : (Kaplan dan Sadock) (1)
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Awitan lambat Awitan muda
Ada factor presipitasi yang
jelas
Tidak ada factor presipitasi
Awitan akut Awitan insidious
Riwayat sosial, seksual, dan
pekerjaan pramorbid baik
Riwayat sosial, seksual, dan
pekerjaan pramorbid buruk
Gejala gangguan mood
(terutama gangguan depresif)
Perilaku autistic, menarik diri
Menikah Lajang, cerai, atau
menjanda/duda
23
Riwayat keluarga dengan
gangguan mood
Riwayat keluarga dengan
skizofrenia
Sistem pendukung baik Sistem pendukung buruk
Gejala positif Gejala negative
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinata
Tanpa remisi dalam 3 tahun
Berulangkali relaps
Riwayat melakukan tindakan
penyerangan
Prognosis:
Vitam: Dubia
Fungsionam: Dubia ad malam
17. Bagaimana tindakan pencegahan kasus ini?
Jawab :
Terdapat 3 bentuk pencegahan primer dari skizofrenia:
pencegahan universal yang ditujukan kepada populasi umum
agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya dengan mencegah
komplikasi kehamilan dan persalinan.
pencegahan selektif yang ditujukan kepada kelompok yang
mempunyai risiko tinggi. Caranya adalah dengan orangtua
menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil.
pencegahan terindikasi, yaitu mencegah mereka yang
memperlihatkan tanda-tanda fase prodromal agar tidak menjadi
skizofrenia yang nyata. Caranya adalah dengan memberikan
obat antipsikotik dan suasana keluarga yang kondusif.
Pada pasien skizofrenia, untuk mencegah terjadinya kekambuhan
maka obat-obatan harus dikonsumsi secara rutin
18. Bagaimana KDU kasus ini?
24
Jawab :
3B: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh
dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-
ray). Dokter dapat memutuskan dan member terapi pendahuluan
serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
IV. Hipotesis
Tn Abu (30 tahun), petani, mencoba untuk bunuh diri dan meresahkan
keluarganya karena mengalami skizofrenia dan mengalami gangguan
kepribadian schizoid dengan GAF sangat rendah.
V. Kerangka konsep
25
Faktor genetik
Gangguan neurotransmitter seperti dopamine, serotonin, GABA dll
Tn Abu (30 tahun) mengalami gangguan skizofrenia
Fase prodromal (3 tahun yang lalu)
Gangguan kepribadian premorbid skizoid
Adanya deteriorasi, tidak ada interaksi sosial, menarik diri mengurung diri dikamar
Fase aktif (1 tahun yang lalu hingga sekarang)
Deteriorasi semakin berat, adanya halusinasi, inkohrensi, tanda autism jelas, adanya gangguan afektif berupa episode depresi, percobaan bunuh diri
VI. Learning issue
1. Neurotransmitter (1)
Neurobiologi
Kausa skizofrenia belum diketahui. Meski demikian, dalam satu decade
belakangan, terdapat peningkatan jumlah penelitian yang mengindikasikan
adanya peran patofisiologis area otak tertentu, termasuk system limbic,
korteks frontal, serebelum, dan ganglia basalis. Keempat area ini saling
berhubungan sehingga disfungsi satu area dapat melibatkan proses
patologi primer di tempat lain. Pencitraan otak manusia hidup dan
pemeriksaan neuropatologi jaringan otak postmortem menyatakan system
26
limbic sebagai lokasi potensial proses patologi primer pada setidaknya
beberapa, bahkan mungkin sebagian besar, pasien skizofrenik.
Dua area yang menjadi subjek penelitian aktif adalah waktu ketika suatu
lesi neuropatologi terlihat di otak serta interaksi lesi tersebut dengan
stressor sosial dan lingkungan. Dasar penampakan abnormalitas otak
mungkin teletak pada pembentukkan abnormal (contohnya, migrasi
abnormal neuron di sepanjang sel glia radial pembentukan) atau pada
degenerasi neuron setelah pembentukan (sebagai contoh, kematian sel
terprogram yang terlalu dini, seperti yang tampak pada penyakit
Huntington). Namun, fakta bahwa kembar monozigotik memiliki angka
kejadian bersama sebesar 50 persen menyiratkan adanya interaksi yang
masih sangat sedikit diketahui antara lingkungan dan timbulnya
skizofrenia. Di lain pihak, factor yang mengatur ekspresi gen baru mulai
dipahami. Meski kembar monozigotik mempunyai informasi genetic yang
sama, regulasi gen yang berbeda sepanjang hidup mungkin menyebabkan
salah satu kembar monozigotik mengalami skizofrenia, sementara
kembarannya tidak.
Hipotesis Dopamine
Rumusan paling sederhana hipotesis dopamine tentang skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia timbul akibat aktivitas dopaminergik yang
berlebihan. Teori ini berkembang berdasarkan dua pengamatan. Pertama,
kemanjuran serta potensi sebagian besar obat antipsikotik (yaitu, antagonis
reseptor dopamine) berkorelasi dengan kemampuannya bertindak sebagai
antagonis reseptor dopamine D2. Kedua obat yang meningkatkan aktivitas
dopaminergik, yang terkenal adalah amfetamin, bersifat psikotomimetik.
Teori dasar ini tidak menguraikan apakah hiperaktivitas dopaminergik
disebabkan pelepasan dopamine yang berlebihan, reseptor dopamine yang
terlalu banyak hipersensitivitas reseptor dopamine terhadap dopamine atau
kombinasi mekanisme tersebut. Jalur dopamine di otak yang terlibat juga
tidak rinci dalam teori ini, meski jalur mesokortikal dan mesolimbik
27
menjulur dari badan sel di mesensefalon ke neuron dopaminoseptif di
system limbic dan korteks serebri.
Peran signifikan dopamine dalam patofisiologi skizofrenia sejalan dengan
studi yang mengukur konsentrasi plasma metabolit utama dopamine, asam
homovanilat. Sejumlah studi pendahuluan mengindikasikan bahwa pada
kondisi eksperimental yang terkontrol secara seksama, konsentrasi asam
homovanilat plasma dapat menggambarkan konsentrasi asam homovanilat
di system saraf pusat. Studi tersebut melaporkan adanya korelasi positif
antara konsentrasi asam homovanilat prapengobatan yang tinggi dan dua
factor: Keparahan gejala psikotik dan respon pengobatan terhadap obat
antipsikotik. Studi mengenai asam homovanilat juga melaporkan setelah
peningkatan sesaat, konsentrasi asam homovanilat plasma akan terus
menurun. Penurunan ini berkorelasi dengan perbaikan gejala pada
setidaknya beberapa pasien. Hipotesis dopamine tentang skizofrenia terus
diperbaharui dan diperluas, dan reseptor dopamine baru terus
diidentifikasi. Satu studi melaporkan peningkatan reseptor D4 pada sampel
otak posmorten pasien skizofrenik.
Nerotransmitter lain.
Meski neurotransmitter dopamine telah menjadi pusat perhatian sebagian
besar peneliti an skizofrenia, terdapat peningkatan perhatian yang
ditujukan kepada neurotransmitter lain, setidaknya atas dua alasan.
Pertama, karena skizofrenia cenderung merupakan gangguan yang
heterogen,. Terdapat kemungkinan bahwa abnormalitas pada
neurotransmitter yang berbeda dapat menimbulkan sindrom perilaku yang
sama. Sebagai contoh, zat halusinogenik yang memengaruhi serotonin,
seperti asam lisergat dietilamid, dan zat yang memengaruhi dopamine
dalam dosis tinggi, seperti amfetamin, dapat menyebabkan gejala psikotik
yang sulit dibedakan dari skizofrenia. Kedua, penelitian neurosains
menunjukkan bahwa suatu neuron tunggal dapat mengandung lebih dari
satu neurotransmitter dan mungkin mempunyai reseptor neurotransmitter
28
untuk setengah lusin neurotransmitter lainnya. Dengan demikian, berbagai
neurotransmitter di otak terlibat dalam hubungan interaksional yang
kompleks, dan fungsi yang abnormal dapat timbul akibat perubahan pada
satu neurotransmitter yang manapun.
SEROTONIN
Serotonin telah menerima banyak perhatian dalam penelitian skizofrenia
sejak dilakukannya pengamatan yang menyatakan bahwa obat antagonis
serotonin-dopamin (SDA) (contohnya, klozapin, risperidon, sertindol)
memiliki aktivitas terkait serotonin yang poten. Secara spesifik,
antagonism pada reseptor 5-HT2 serotonin ditekankan sebagai sesuatu
yang penting dalam mengurangi gejala psikotik dan meredakan timbulnya
gangguan pergerakan terkait antagonism D2. Pemeriksaan profil afinitas
reseptor untuk masing-masing antagonis serotonin-dopamin menunjukkan
tidak adanya pola atau rasio aktivitas yang seragam selain afinitasnya
terhadap reseptor 5 HT2 serotonin yang lebih tinggi disbanding terhadap
reseptor D2. Klozapin memiliki afinitas tertinggi untuk reseptor histamine,
sementara kuetiapin paling erat berikatan dengan reseptor adrenergic-alfa,
dan ziprasidon merupakan satu-satunya anggota kelompok tersebut yang
berinteraksi kuat dengan reseptor 5-HT1. Afinitas terhadap reseptor 5-HT2
dan D2 bervariasi dengan kisaran lebih dari 100 kali lipat dalam kelas obat
ini. Meski demikian, masing-masing merupakan agen antipsikotik yang
lebih efektif daripada ratusan senyawa terkait yang hanya berbeda sedikit
afinitasnya. Oleh sebab itu, tampaknya berbagai system neurotransmitter
berinteraksi dalam suatu keseimbangan tertentu untuk mengatur tanda dan
gejala skizofrenia dan, lebih lanjut, bahwa obat antipsikotik dapat
memodulasi sirkuit ini dengan mengacaukan secara samar salah satu dari
beberapa system neurotransmitter tersebut. Seperti yang diisyaratkan pada
penelitian mengenai gangguan mood, aktivitas serotonin dianggap terlibat
dalam perilaku impulsive dan bunuh diri yang juga dapat tampak pada
pasien skizofrenik.
29
NOREPINEFRIN
Sejumlah peneliti melaporkan bahwa pemberian obat antipsikotik jangka
panjang menurunkan aktivitas neuron noradrenergic di lokus seruleus dan
bahwa efek terapeutik beberapa obat antipsikotik mungkin melibatkan
aktivitasnya pada reseptor adrenergic-alfa dan adrenergic-alfa2. Meski
hubungan antara aktivitas dopaminergik dan noradrenergic masih belum
jelas, terdapat peningkatan jumlah data yang menyatakan bahwa system
noradrenergic memodulasi system dopaminergik dalam suatu cara
sehingga abnormalitas system noradrenergic mempredisposisikan pasien
untuk mengalami relaps lebih sering.
GABA
Neurotransmiter asam amino inhibitorik, asam γ-aminobutirat (GABA)
juga dianggap terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang tersedia
sejalan dengan hipotesis bahwa sejumlah pasien skizofrenia mengalami
kehilangan neuron GABAnergik di hipokampus. Hilangnya neuron
GABAnergik inhibitorik secara teoretis dapat mengakibatkan
hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik.
Glutamat
Hipotesis yang diajukan tetntang glutamat mencakup hiperaktivitas,
hipoaktivitas, dan neurotoksisitas terinduksi glutamat. Glutamat dilibatkan
karena ingesti akut fensiklidin, suatu antagonis glutamat, menimbulkn
sindrom yang menyerupai skizifrenia.
Neuropeptida
Dua neuropeptida, kolesistokinin dan neurotensin, ditemukan di sejumlah
regio otak yang terlibat dalam skizofrenia. Konsentrasinya mengalami
perubahan pada keadaan psikotik.
30
2. Gangguan Kepribadian (2)
Gangguan kepribadian paranoid
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
- Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
- Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.
- Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsi-kan
pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral
atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
- Perasaan permusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa
memperhatikan situasi yang ada (actual situation)
- Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang
kesetiaan seksual dari pasangannya.
- Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-
referential attitude)
- Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantive dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien
sendiri maupun dunia pada umumnya.
Untuk mendiagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.
Gangguan kepribadian Skizoid
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
- Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
- Emosi dingin, afek datar atau tidak peduli (detachment)
- Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan, atau
kemarahan terhadap orang lain
- Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
- Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang
lain (perhitungkan usia penderita)
- Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
31
- Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
- Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab
(kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin
hubungan seperti itu
- Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan social yang
berlaku.
Untuk mendiagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.
Gangguan kepribadian dissosial
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
- Bersikap tidak peduli terhadap perasaan orang lain
- Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan, dan
kewajiban social.
- Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
- Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah
untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan.
- Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman.
- Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat.
Untuk mendiagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.
Gangguan kepribadian Emosional Tak Stabil
- terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara
impulsive tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan
dengan ketidak-stabilan emosional.
- dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.
32
Gangguan kepribadian Histrionik
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
- Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti
bersandiwara (theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated)
- Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh keadaan atau oleh orang lain
- Keadaan afektif yang dangkal dan labil
- Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan
(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi
pusat perhatian
- Penampilan atau perilaku “merangsang” (seductive) yang tidak
memadai
- Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk mendiagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.
Gangguan kepribadian Anankastik
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
- Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan
- Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar,
urutan, organisasi atau jadwal
- Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas
- Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak
semestinya pada produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan
hubugan interpersonal
- Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan social
- Kaku dan keras kepala
- Pemaksaan yang tidak beralasan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan
untuk mengizinkan orang lain untuk mengajarkan sesuatu.
- Mencampur-adukan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang
enggan.
33
Untuk mendiagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.
Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
- Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasive,
- Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain
- Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam
situasi social
- Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan
disukai
- Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
- Menghindari aktivitas social atau pekerjaan yang banyak melibatkan
kontak interpersonal karena takut banyak dikritik, tidak didukung atau
ditolak
Untuk mendiagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.
Gangguan kepribadian dependen
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
- Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian
besar keputusan penting untuk dirinya
- Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada
siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap
keinginan mereka
- Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang
dimana tempat ia bergantung
- Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak-mampuan mengurus
diri sendiri
- Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya, dan dibiarkab untuk mengurus dirinya sendiri
34
- Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.
Untuk mendiagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.
3. Kepribadian Schizoid
Gangguan kepribadian skizoid merupakan suatu karakter yang sifatnya
menetap dalam diri individu yang menghindari (withdrawal) kontak dari
hubungan sosial. Individu dengan gangguan kepribadian skizoid (SPD)
digambarkan sebagai individu yang tidak memiliki emosi dalam merespon
pelbagai situasi. Kondisi ini seperti ketidakmampuan dalam menikmati
pelbagai pengalaman-pengalaman hidup dalam pelbagai situasi yang terjadi.
Individu dengan SPD dalam hubungan sosial cenderung tidak menunjukkan
ekspresi emosi, ia tidak tertarik pada hal-hal tertentu yang terjadi di
sekelilingnya. Bermuram dan menjauhkan diri dari yang lain sehingga ia
kadang terlihat seperti menyendiri dalam keterasingan.
Meskipun demikian individu dengan gangguan kepribadian SPD yang lebih
menyukai menyendiri, akan tetapi tetap menyukai kehidupan sosial, artinya
individu tersebut tidak mengurung dirinya dengan menghindari orang lain
semata, ia masih tetap keluar ruangan dan tidak bersembunyi ―beda halnya
dengan gangguan kepribadian menghindar (Avoidant Personality Disorder;
APD) [Dobbert, D. (2007) Understanding Personality Disorders: An
Introduction. Greenwood Press]
Beberapa perilaku pada individu dengan gangguan SPD adalah minimnya
ekspresi emosi, kebanyakan orang normal akan menganggap bahwa ia tidak
tertarik dengan sesuatu hal yang sedang terjadi, kurangnya perhatian dan
tidak sensitif. Individu tersebut juga kesulitan untuk menunjukkan ekspresi
amarah atau permusuhan dengan orang lain.
Gangguan kepribadian ini (skizoid) tidaklah sama dengan gangguan
skizofrenia (schizophrenia) walaupun ada kemiripan pada nama, skizofrenia
dikategorikan sebagai gangguan psikotik. Namun demikian SPD sering
35
disebut sebagai gangguan mental "spektrum dari skizofrenia", beberapa
simptom yang ada pada SPD seperti menghindari kontak pribadi dengan
orang lain, minimnya ekspresi emosi merupakan simtom yang terdapat pada
skizofrenia pula. Bedanya, pada SPD tidak terjadinya penyimpangan persepsi,
paranoia dan ilusi dibandingan dengan kepribadian schizotypal maupun pada
gangguan psikotik episode dari skizofrenia.
Untuk bekerja, individu dengan gangguan SPD dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik, kesulitan akan dialami bila individu terlibat dalam
hubungan interpersonal dengan rekan kerja atau orang lain. Individu dengan
gangguan SPD juga dapat menikah, namun kesulitan akan ditemui dalam
penciptaan hubungan lekat (intimacy) dengan pasangannya disamping itu,
individu dengan tipe ini menunjukkan ketidaktertarikan pada hubungan
seksual.
SIMPTOM
Individu dengan gangguan SPD sangat jarang menikah, mereka kadang
tergantung pada orangtuanya dan menghindari kontak personal dengan orang
lain. Gangguan kepribadian SPD didiagnosa berdasarkan beberapa kriteria
berikut;
1. Pola perilaku menetap yang tidak berpengaruh dari bentuk hubungan
sosial dan keterbatasan pengungkapan ekspresi emosi dalam pelbagai
hubungan antar pribadi pada awal masa dewasa;
Tidak pernah tertarik atau menikmati dalam berhubungan dengan
orang lain termasuk untuk menjadi bagian dalam keluarga
Hampir selalu memilih aktivitas untuk menyendiri
Sangat sedikit diantaranya yang tertarik pada aktivitas seksual
Sangat jarang untuk memilih waktu untuk bersenang-senang
Sedikit mempunyai teman akrab
Tidak terpengaruh pada pujian dan kritik dari orang lain
Perilaku "dingin", emosi datar
36
2. Gangguan kepribadian skizoid tidak muncul yang disebabkan oleh
skizofrenia, gangguan mood dengan gejala psikotik dikemudian hari,
gangguan psikotik lainnya atau disebbkan oleh gangguan perkembangan
termasuk fungsi fisiologis dari dampak langsung pengobatan medis.
Kriteria PPDGJ dalam menentukan adanya gangguan kepribadian schizoid
adalah
sedikit aktivitas yangmemberikan kesenangan
emosi dingin, afek datar atau tak peduli (detachment)
Kurang mampu mengekspresikan kelembutan, kehangatan, dan kemarahan
pada orang lain
Tampak nyata ketidak pedulian terhadap pujian atau kecaman
Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
tidak memilikiteman dekat atau hubungan pribadi yang akrab(kalau ada
cuma satu) dan tidak punya keinginan untuk melakukannya
sangat tidak sensitive terhadap norma social yang berlaku
Untuk diagnosis dibutuhkan minimal 3 kriteria di atas.
Hubungan kepribadian schizoid dengan gejala lain
• Pada kasus ini, membuktikan bahwa pada tiap peningkatan umur, di mana
stressor juga ikut meningkat, dibutuhkan defense mechanism yang kuat.
Gangguan kepribadian menyebabkan defense mechanism yang lemah dari
pasien.
• Banyak pasien depresi merasa terkucil dan putus asa. Apalagi pada kasus
diketahui sejak lama pasien sudah mengalami gangguan kepribadian di
mana dirinya tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga
masalah-masalah pribadinya seolah dia pendam sendiri
• Masalah merupakan stressor yang umumnya akan bertambah berat seiring
dengan bertambahnya usia. Pada kasus ini, membuktikan bahwa pada tiap
37
peningkatan umur, di mana stressor juga ikut meningkat, dibutuhkan
defense mechanism yang kuat. Gangguan kepribadian menandakan
defense mechanism yang lemah dari pasien. Hal ini ditunjukkan oleh
kepribadian premorbidnya yang makin lama makin mengganggu orang
sekitar.
4. SKIZOFRENIA
DEFINISI
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetic, fisik, dan social budaya.
Gejala-gejala :
Ada dua gejala yang menyertai schizophrenia yakni gejala negatif dan
gejala positif. Gejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa
dampak merugikan bagi lingkungannya, seperti mengurung diri di kamar,
melamun, menarik diri dari pergaulan, dan sebagainya. Sementara gejala
positif adalah tindakan yang mulai membawa dampak bagi lingkungannya,
seperti mengamuk dan berteriak-teriak.
Gejala negativependataran afektif, alogia (miskin bicara,
kemiskinan isi bicara, afek yang tidak sesuai), tidak ada kemauan-
apati, anhedonia-asosialitas, tidak memiliki atensi social, tidak ada
perhatian selama tes
Gejala positif halusinasi, waham, perilaku aneh (cara berpakaian,
perilaku social, agresif, perilaku berulang), ganggun pikiran formal
positif (penyimpangan, tangensialitas, inkoherensi, dll)
38
Selain itu, ada juga pengelompokan gejala-gejala menjadi gejala primer
dan sekunder (oleh Bleuler). Gejala primer adalah gejala pokok,
sedangkan gejala sekunder merupakan gejala tambahan.
Gejala primer
- Gangguan proses pikiran yang terutama terganggu adalah
asosiasi. Gangguannya berupa terdapatnya inkoherensi, pasien
cenderung menyamakan hal, seakan-akan pikiran berhenti,
stereotipi pikiran (ide yang sama berulang-ulang timbul dan
diutarakan olehnya)
- Gangguan afek dan emosi afek dan emosi dangkal (acuh tak
acuh terjadap dirinya), parathimi (yang seharusnya
menimbulkan rasa senang, malah menimbulkan rasa sedih pada
pasien), paramimi (penderita senang tapi menangis), terkadang
afek dan emosinya tidak mempunyai satu kesatuan, emosi yang
berlebihan, hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan
emosi yang baik, dua hal yang berlwanan mungkin terjadi
bersama-sama
- Gangguan kemauan kelemahan kemauan dengan alasan yang
tidak jelas, ngativisme (sikap yang negative atau berlawanan
terhadap suatu permintaan), ambivalensi kemauan
(menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu bersamaan),
otomatisme (penderita merasa kemauannya dipengaruhi orang
lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara
otomatis)
- Gejala psikomotor gejala katatonik (gerakan kurang luwes),
bias sampai stupor (tidak bergerak sama sekali), mutisme,
berulang-ulang melakukan satu gerakan atau sikap, verbigerasi
(mengulang-ngulang kata), manerisme (keanehan cara berjala
dan gaya), gejala katalepsi (bila dalam jangka waktu lama),
flexibilitas cerea (bila anggota gerak dibengkokan terasa ada
tahanan seperti pada lilin, negativism (melakukan hal
39
berlawanan dengan yang diperintahkan), echolalia (meniru kata-
kata yang diucapkan orang lain), ekhopraxia (meniru perbuatan
orang lain)
Gejala sekunder
- Waham waham primer (timbul secara tidak logis sama sekali,
tanpa penyebab apa-apa dari luar hamper patognomonis pada
skizofrenia), waham sekunder (biasanya terdengar logis, seperti
waham kebesaran, waham nihilistic, dll)
- Halusinasi pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa
penurunan kesadaran (pada kelainan lain tidak ditemukan yang
seperti ini). Paling sering halusinasi auditorik. Halusinasi
penglihatan jarang, namun bila ada, biasanya pada stadium
permulaan
KLASIFIKASI
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
– Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol;
• Suara-saura halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit, mendengung atau tawa
• Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual
• Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang
dikejar-kejar
– Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
40
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
Diagnosis heberfrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan sering
menyendiri
Diagnosis hebefrenia perlu pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk
memastikan bahwa gambaran berikut memang benar bertahan :
– Perilaku yang tidak bertanggung jawab, kecenderungan
selalu menyendiri, dan perilaku menunjukkan hampa tujuan
dan hampa perasaan;
F20.2 Skizofrenia Katatonik
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :
– Stupor atau mutisme
– Gaduh-gelisah
– Menampilkan posisi tubuh tertentu
– Negativisme
– Rigiditas
– Fleksibilitas cerea (posisi yang dapat dibentuk)
– Gejala-gejala lain seperti ”command autism”
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
41
Pedoman Diagnostik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
heberfrenik, atau katatonik
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-
skizofrenia.
F20.4 Depresi pasca-skizofrenia
Pedoman Diagnostik
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
- Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum
skizofrenia) selama 12 bulant terakhir ini
- Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya)
- Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu
- Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi Episode Depresif, bila masih jelas harus tetap antara (F20.0 –
F 20.3)
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman Diagnostik
• Untuk diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua :
Gejala ”negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, pasif dan ketiadaan inisiatif, miskin
dalam kuantitas dan isi pembicaraan, afek menumpul, komunikasi non-
verbal yang buruk, perawatan diri dan kinerja yang buruk
Setidaknya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
42
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom ”negatif” dari skizofrenia
Tidak terdapat dementia atau penyakit/ gangguan otak organik lain.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Pedoman Diagnostik
• Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan
karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan
perlahan dari :
– Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa
didahului halusinasi, waham atau manifestasi lain dari
episode psikotik
– Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan dengan sub
tipe skizofrenia lainnya.
Etiologi
a. Faktor genetic (dibahas pada factor resiko)
b. Aktivitas neurotransmitter yang tak seimbang :
i. Excessive dopamine release
ii. Serotonin excess
iii. Degenerasi neuronal spesifik untuk sistem
norepinephrine reward
iv. Loss of GABAergic in the hippocampus.
v. Glutamate antagonis intoxicity
43
vi. Decrease of muscarinic and nicotinic receptor in the
caudate-putamen, hippocampus, and selected regions of
the prefrontal cortex.
c. Kelainan otak secara kasar :
i. Lateral & third ventricular enlargement, reduction in
cortical volume.
ii. Reduced symmetry of temporal, occipital, and frontal
lobes.
iii. Decreased size of amygdale, hippocampus, dan
parahippocampal gyrus.
iv. Abnormalities in prefrontal cortex,
v. Penurunan neuron pada region thalamus
vi. Reduction of volume of the globus palidus and the
substantia nigra
d. Keabnormalan pada gelombang P300
e. Exogenic factor (factor lingkungan)
f. Dll
Epidemiologi
a. Sekitar 1% populasi US.
b. Tinggi pada orang yang lahir di wilayah perkotaan
c. Setara pada pria dan wanita
d. Onset timbul lebih awal pd pria. Usia puncak wanita 25-35
sementara pada pria 10-25
Faktor Resiko
a. Diperkirakan gen yang telibat adalah: 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q,
15q, dan 22q. dang en yang diperkirakan terlibat alpha-7nicotine
receptor, DISC 1, GRM 3, COMT, NGR 1, RGS 4, dan G27.
44
b. Lahir pada musim dingin dan awal musim semi (Mungkin
berkaitan dengan virus atau perubahan pola makan pada tiap
musim).
c. Komplikasi masa kehamilan dan persalinan.
d. Bentuk tubuh astenik.
e. Terinfeksi influenza pada trisemester ketiga.
f. Penyalahgunaan obat-obatan.
g. Usia ayah saat hamil di atas 60 tahun
Penatalaksanaan
Tujuan umum pengobatan
– mengurangi keparahan gejala kegilaan
– mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal
yang berkaitan dengan kemunduran fungsi
– dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf hidup yang
terbaik.
Tiga komponen utama dalam pengobatan
– Hospitalisasi
– Terapi somatic/ terapi biologis
– Aktivitas rehabilitasi dan komunitas pendukung
– Psikoterapi
Terapi somatic
- Penggunaan Obat Antipsikosis
o Prinsip-prinsip terapeutik:
Harus cermat menetukan gejala sasaran yang
akan diobati
Suatu antipsikotik yang efektif di masa lalu harus
digunakan lagi
45
Lama minimal percobaan antipsikotik adalah 4-6
bulan pada dosis yang adekuat. Jika tidak
berhasil, maka diganti dengan antipsikotik lain.
Pada umumnya penggunaan lebih dari satu
medikasi antipsikotik pada satu waktu jarang
diindikasikan
Pasien harus dipertahankan pada dosis serendah
mungkin yang diperlukan untuk mencapai
pengendalian gejala selama episode psikotik
o Pemilihan obat
Antagonis reseptor dopamine efektif, tapi
punya 2 kelemahan utama, yaitu hanya sebagian
kecil pasien tertolong untuk mendapatkan
kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal
dan mempunyai efek paling mengganggu seperti
ataksia, gejala mirip parkinsonisme (rigiditas,
tremor)
Remoxipride merupakan antagonis reseptor
dopamine dari kelas yang berbeda. Efektif dan
mempunyai efek samping neurologis yang kurang
bermakna, tapi bias mengakibatkan anemia
aplastik
Risperidone obat antipsikotik yang mempunyai
aktivitas antgonis yang bermakna pada reseptor
serotonin tipe 2 (5-HT2), dan pada reseptor
dopamine tipe 2 (D2). Lebih efektif mengatasi
gejala positif dan negative skizofrenia, dan
merupakan obat lini pertama pada skizofrenia.
Clozapine merupakan antagonis lemah pada
resptor dopamine 4 (D4), dan reseptor
46
serotonergik. Harganya mahal, namun merupakan
obat lini kedua pada skizofrenia, untuk pasien
yang tidak berespon terhadap obat lain.
o Obat-obat lain
Litium efektif untuk menurunkan gejala
psikotik lebih lanjut pada sampai 50% pasien
dengan skizofrenia. Obat yang patut dicoba pada
pasien yang tidak dapat menggunakan medikasi
antipsikotik
Antikonvulsan carbamazepine dan valporate,
bisa digunakan sendiri-sendiri atau dikombinasi
dengan litium. Efektif dalam menurunkan episode
kekerasan pada beberapa pasien dengan
skizofrenia
Benzodizepin
- Terapi Elektrokonvulsif
o Diindikasikan pada pasien dengan skizofrenia
katatonik, atau pada pasien yang tidak dapat
menggunakan obat antipsikotik.
o Pasien yang telah sakit selama kurang dari 1 tahun
paling mungkin respon terhadap ECT
Psikoterapi
Gejala-gejala gangguan schizophrenia yang kronik telah
membuat situasi pengobatan di dalam maupun di luar Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton dan menjemukan. Para
psikiater dan petugas kesehatan terkondisi untuk menangani
schizophrenia dengan obat saja selain terapi kejang listrik
(ECT). Psikoterapi suportif, terapi kelompok, maupun terapi
47
perilaku hampir tidak pernah dilakukan, karena dianggap tidak
akan banyak manfaatnya. Wawancara tatap muka yang rutin
dengan pasien jarang dilakukan (Wicaksana, 2000).
Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa
dengan cara psikologis. beberapa pakar psikoterapi
beranggapan bahwa perubahan perilaku tergantung pada
pemahaman individu atas motif dan konflik yang tidak
disadari.
- Terapi Psikoanalisa.
o Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan
konsep Freud.
o Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu
akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme
pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan
kecemasannya .
o Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk
mengatasi hal-hal yang direpress oleh penderita.
o Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita
schizophrenia sedang tidak “kambuh”. Macam terapi
psikoanalisa yang dapat dilakukan, adalah Asosiasi
Bebas.
o Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk
membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan
apa saja yang ada dalam pikirannya tanpa penyuntingan
atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini,
penderita disupport untuk bisa berada dalam kondisi
relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di
sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam
keadaan relaks, maka pasien harus mengungkapkan hal
yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.
48
Pada saat penderita tidur di sofa dan disuruh
menyebutkan segala macam pikiran dan perasaan yang
ada di benaknya dan penderita mengalami blocking,
maka hal itu merupakan manifestasi dari keadaan over-
repressi. Hal yang direpress biasanya berupa dorongan
vital seperti sexual dan agresi. Repressi terhadap
dorongan agresi menyangkut figur otorotas yang selalu
diwakili oleh father dan mother figure. Repressi anger
dan hostile merupakan salah satu bentuk intrapsikis
yang biasa menyebabkan blocking pada individu.
Akibat dari blocking tersebut, maka integrasi
kepribadian menjadi tidak baik, karena ada tekanan ego
yang sangat besar. Menurut Freud, apabila terjadi
blocking dalam proses asosiasi bebas, maka penderita
akan melakukan analisa. Hasil dari analisanya dapat
menimbulkan insight pada penderita. Analisa pada
waktu terjadi blocking bertujuan agar penderita mampu
menempatkan konfliknya lebih proporsional, sehingga
penderita mengalami suatu proses penurunan
ketegangan dan penderita lebih toleran terhadap konflik
yang dialaminya. Seperti yang telah diungkapkan
terdahulu bahwa penderita diberi kesempatan untuk
dapat mengungkapkan segala traumatic events dan
keinginan-keinginan yang direpressnya. Waktu ini
disebut dengan moment chatarsis. Disini penderita
diberi kesempatan untuk mengeluarkan uneg-uneg yang
ia rasakan , sehingga terjadi redusir terhadap pelibatan
emosi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Dalam teknik asosiasi bebas ini, juga terdapat proses
transference, yaitu suatu keadaan dimana pasien
menempatkan therapist sebagai figur substitusi dari
49
figur yang sebenarnya menimbulkan masalah bagi
penderita. Terdapat 2 macam transference, yaitu
1. transference positif, yaitu apabila therapist
menggantikan figur yang disukai oleh
penderita,
2. transference negatif, yaitu therapist menggantikan
figur yang dibenci oleh penderita (Fakultas
Psikologi UNPAD, 1992).
- Terapi Perilaku (Behavioristik)
o Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip
pengkondisian klasik dan operan, karena terapi ini
berkaitan dengan perilaku nyata. Para terpist mencoba
menentukan stimulus yang mengawali respon malasuai
dan kondisi lingkungan yang menguatkan atau
mempertahankan perilaku itu (Ullaman dan Krasner,
1969; Lazarus, 1971 dalam Atkinson, 1991).
o Terdapat hasil yang cukup baik, terutama untuk kasus-
kasus baru, dengan menggunakan cognitif - behavior
therapy tersebut. Rupanya ada gelombang besar
optimisme akan kesembuhan schizophrenia di dunia
dengan terapi yang lebih komprehensif ini. Selain itu,
secara umum terapi ini juga bermaksud secara langsung
membentuk dan mengembangkan perilaku penderita
schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan
penderita untuk kembali berperan dalam masyarakat.
Paul dan Lentz (Rathus,et al., 1991; Davison, et al.,
1994) menggunakan dua bentuk program psikososial
untuk meningkatkan fungsi kemandirian.
o Social Learning Program.
50
Social learning program menolong penderita
schizophrenia untuk mempelajari perilaku-perilaku
yang sesuai. Program ini menggunakan token economy,
yakni suatu cara untuk menguatkan perilaku dengan
memberikan tanda tertentu (token) bila penderita
berhasil melakukan suatu perilaku tertentu. Tanda
tersebut dapat ditukar dengan hadiah (reward), seperti
makanan atau hak-hak tertentu Program lainnya adalah
millieu program atau therapeutic community. Dalam
program ini, penderita dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab
untuk tugas-tugas tertentu. Mereka dianjurkan
meluangkan waktu untuk bersama-sama dan saling
membantu dalam penyesuaian perilaku serta
membicarakan masalah-masalah bersama dengan
pendamping. Terapi ini berusaha memasukkan
penderita schizophrenia dalam proses perkembangan
untuk mempersiapkan mereka dalam peran sosial yang
bertanggung jawab dengan melibatkan seluruh
penderitan dan staf pembimbing. Dalam penelitian,
social learning program mempunyai hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan perawatan dalam rumah
sakit jiwa dan millieu program. Persoalan yang muncul
dalam terapi ini adalah identifikasi tentang unsur-unsur
mana yang efektif. Tidak jelas apakah penguatan
dengan tanda (token) ataukan faktor-faktor lain yang
menyebabkan perubahan perilaku; dan apakah program
penguatan dengan tanda tersebut membantu perubahan
perilaku hanya selama tanda diberikan atau hanya
dalam lingkungan perawatan.
o Social Skills Training.
51
Terapi ini melatih penderita mengenai ketrampilan
atau keahlian sosial, seperti kemampuan percakapan,
yang dapat membantu dalam beradaptasi dengan
masyarakat (Rathus, et al., 1991; Davisoan, et al., 1994;
Sue, et al., 1986). Social Skills Training menggunakan
latihan bermainsandiwara. Para penderita diberi tugas
untuk bermain peran dalam situasi-situasi tertentu agar
mereka dapat menerapkannya dalam situasi yang
sebenarnya. Bentuk terapi seperti ini sering digunakan
dalam panti-panti rehabilitasin psikososial untuk
membantu penderita agar bisa kembali berperan dalam
masyarakat. Mereka dibantu dan didukung untuk
melaksanakan tugas-tugas harian seperti memasak,
berbelanja, ataupun utnuk berkomunikasi, bersahabat,
dan sebagainya. Meskipun terapi ini cukup berhasil,
namun tetap ada persoalan bagaimana mempertahankan
perilaku bila suatu program telah selesai, dan
bagaimana dengan situasi-situasi yang tidak diajarkan
secara langsung.
- Terapi Humanistik
o Terapi Kelompok.
Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, yang
dapat menyebabkan seseorang berusaha menghindari
relasinya dengan orang lain, mengisolasi diri, sehingga
menyebabkan pola penyelesaian masalah yang
dilakukannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan dunia
empiris. Dalam menagani kasus tersebut, terapi
kelompok akan sangat bermanfaat bagi proses
penyembuhan klien, khususnya klien schizophrenia.
52
Terapi kelompok ini termasuk salah satu jenis terapi
humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul
dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai
fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Di
antara peserta terapi tersebut saling memberikan
feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami
oleh mereka. Klien dihadapkan pada setting sosial yang
mengajaknya untuk berkomunikasi, sehingga terapi ini
dapat memperkaya pengalaman mereka dalam
kemampuan berkomunikasi. Di rumah sakit jiwa, terapi
ini sering dilakukan. Melalui terapi kelompok ini iklim
interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta,
sehingga klien selalu diajak untuk berpikir secara
realistis dan menilai pikiran dan perasaannya yang
tidak realistis.
o Terapi Keluarga.
Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus
dari terapi kelompok. Kelompoknya terdiri atas suami
istri atau orang tua serta anaknya yang bertemu dengan
satu atau dua terapist. Terapi ini digunakan untuk
penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan
tinggal bersama keluarganya. Ungkapan-ungkapan
emosi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan
penyakit penderita kambuh kembali diusahakan
kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara-cara
untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang
positif maupun yang negatif secara konstruktif dan
jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara
bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang
keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya.
Keluarga juga diberi penjelasan tentang cara untuk
53
mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan
sikap penuh penghargaan. Perlakuan-perlakuan dan
pengungkapan emosi anggota keluarga diatu dan
disusun sedemikian rupa serta dievaluasi. Dari
beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon
(Davison, et al., 1994; Rathus, et al., 1991) ternyata
campur tangan keluarga sangan membantu dalam
proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya
mencegah kambuhnya penyakit penderita,
dibandingkan dengan terapi-terapi secara individual.
Prognosis
• Pasien dengan skizofrenia mempunyai 10% resiko untuk bunuh diri
• Pulih seutuhnya tidak biasa terjadi
• Gejala biasanya mengikuti waxing dan waning course :
– Pola pasien bisa berubah dalam kurun waktu beberapa tahun
– Gejala positif berespon baik terhadap pengobatan antipsikotik,
gejala lainnya biasanya menetap
• Mengevaluasi prognosis dengan melihat riwayat longitudinal dari
penyakit, dimulai dengan riwayat keluarga sampai pada sistem
penanganan
• Menentukan baik atau buruknya prognosis pada skizofrenia :
– Prognosis baik :
• Riwayat keluarga ttg gangguan mood / affect
• Perilaku dan personalitas premorbid yang baik
• Sudah menikah
• Onset akut
• Gejala kelainan mood terutama kelainan depresif
• Gejala positif (Positive symptoms)
• Sistem pembantu (support systems) yang baik
54
– Prognosis buruk :
• Riwayat keluarga skizofrenia
• Riwayat trauma perinatal
• Onset pada usia muda
• Perilaku dan personalitas premorbid yang buruk
• Lajang, bercerai, atau menjanda
• Insidious onset
• Tanpa sebab yang jelas
• Tanda dan gejala gangguan neurologis
• Cenderung menarik diri autistic behavior
• Gejala negatif (Negative symptoms)
• Tidak ada remisi dalam 3 tahun
• Sering kambuh
• Riwayat kekerasan
• Sistem pembantu (support systems) yang buruk
Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa prognosis Tn
Abu ini adalah malam
55
DAFTAR PUSTAKA
1) Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb. 2010. Sinopsis
Psikiatri : Imu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Ciputat-
Tangerang : Binarupa Aksara.
2) Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta : PT. Nuh Jaya
3) Dorland, W. A. Newman.. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29.
Jakarta: EGC.
4) Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan
Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
5) Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya:
Airlangga University Press.
6) Anonym. Schizophrenia. Diunduh dari www.brown.edu pada tanggal 7
Januari 2013.
7) http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/
56