Ghina -Preskas Skizofren Tak Terinci Dg RM Ringan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Preskas

Citation preview

LAPORAN KASUS PSIKIATRI SKIZOFRENIA YANG TAK TERINCI DENGAN RETARDASI MENTAL RINGAN

Pembimbing dr. Rosita. M.H. SpKJ

Disusun Oleh :Ghina Ninditasari 1410221028

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN Veteran JAKARTADEPARTEMEN KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SUBROTOPERIODE 24 November 27 November 2014Status Pasien Psikiatrik

Nomor Rekam Medis: 447119Tanggal Masuk Rumah Sakit: 21 November 2014

I. Identitas Pasien Nama : Ny. FJenis Kelamin : Perempuan Usia : 47 tahun Tempat/Tanggal lahir: Jakarta, 26 Oktober 1967Bangsa/suku: Indonesia Agama : Islam Pendidikan Terakhir: Sekolah Dasar (SD)Pekerjaan : Cleaning Service Alamat : Jl. Keutamaan Dalam No.23 Rt 014/04 Kelurahan Krukut Taman Sari Jakarta BaratStatus Pernikahan : Janda

II. Riwayat Psikiatrik Autoanamnesa : Tanggal 27 dan 28 November 2014, 1,2, dan 3, 7 desember 2014 Alloanamnesa : Ibu (tanggal 27 dan 28 November 2014, 1,2, dan 3,7 desember 2014), Ayah (1 desember 2014)

a. Keluhan Utama Datang dengan kondisi mengamuk karena dibawa ke RSPAD Gatot Subroto. Pasien dibawa oleh keluarga karena pasien sering kabur-kaburan dari rumah dan sangat merepotkan keluarga. Dirasakan sangat jelas oleh keluarga sejak 1 bulan yang lalu.b. Keluhan Tambahan Pasien sering berbicara sendiri tanpa ada orang yang sedang diajak bicara, pasien sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri, dan pasien sering kabur dari rumah tanpa ada tujuan yang jelas sejak terjadinya perceraian pada tahun 1999 namun semakin jelas sekitar 1 bulan yang lalu pasca kecelakaan.

c. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Poli Keswa RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 21 November 2014 diantar oleh keluarganya karena pasien mengamuk dan bicara sendiri. Pasien menolak untuk dipindahkan ke ruang perawatan di bangsal Amino. Berdasarkan alloanamnesa dengan ibunya, awal mula kejadian mengamuk adalah ketika keluarga membawa pasien ke RSPAD Gatot Subroto pasca sembuh akibat dari kecelakaan lalu lintas. Pasien tidak mau dibawa karena pasien merasa sehat dan tidak perlu dirawat di bangsal Amino RSPAD Gatot Subroto. Namun keluarga tetap membawanya karena keluarga ingin pasien sembuh dari gangguan jiwa yang sudah sangat mengganggu keluarga besarnya dirumah. Menurut ibu, pasien sering mengamuk saat dirumah sejak sembuh pasca kecelakaan. Pasien mengamuk karena tidak diberi uang atau dilarang untuk membeli obat oskadon. Saat autoanamnesa, pasien sering berbicara bahwa dia melihat kakaknya yang bernama Fauziah (sudah meninggal) datang menemuinya dan juga melihat neneknya (sudah meninggal) berkunjung dan sangat sedih melihat kondisi pasien sekarang. Pasien juga berkata bahwa saat malam hari pasien seringkali melihat ada dua orang laki-laki yang sangat tidak bersahabat datang menghampirinya dan mereka selalu meminta uang pasien, jika tidak diberikan mereka akan memaksa. Pasien merasa terganggu ketika dua orang laki-laki itu datang karena pasien tidak punya uang untuk diberikan. Namun, setelah dikonfirmasi kembali apakah pasien yakin dengan hal itu atau itu hanya mimpi, pasien menjawab dengan pembicaraan lain yang tidak berhubungan dengan pertanyaan (asosiasi longgar). Terkadang pasien juga berkata dia sering mendengar ada suara laki-laki yang berbicara akan mengeluarkan pasien asalkan pasien memberikan selendang kepada lelaki itu. Pasien sangat tergiur namun pasien tidak punya selendang sehingga dia tidak dapat keluar dari rumah sakit ini. Berdasarkan alloanamnesa dari ibu pasien, sang ibu seringkali melihat pasien berbicara sendiri, pasien sering berkata kepada ibunya bahwa dia sering mendengar suara laki-laki, dan pasien sering kabur-kaburan. Hal itu terjadi kurang lebih sejak terjadinya perceraian tahun 1999 yang lalu. Pasien berulangkali meminta tembakau untuk dikunyah dan menanyakan kapan dia bisa pulang. Pasien tampak sangat lemas, sangat kurus, sering melamun, mengalami gangguan keseimbangan saat berjalan (sehingga perlu dituntun oleh sang ibu) dan mengalami gangguan saat makan dan minum (malas untuk mengunyah dan saat minum seringkali tumpah), sehingga sang ibu pun selalu membantu memberinyaa makan. Saat ditanya usia, pasien mengaku masih berusia 17 tahun dan ketika ditanya kembali pasien menjawab 28 tahun. Saat ditanya keadaan perasaaannya sekarang, pasien hanya menjawab biasa saja. Pada tanggal 6 Desember 2014 pada pukul 08.30 WIB, pasien jatuh di halaman bangsal Amino. Kepala pasien terbentur ujung lantai dan mengalami perdarahan. Pasien dibawa ke Unit Gawat Darurat RSPAD Gatot Subroto dan mendapatkan jahitan untuk kepalanya. Setelah kondisi stabil, pasien dikembalikan ke ruang perawatan Amino.

d. Riwayat Gangguan SebelumnyaBerdasarkan alloanamnesa kepada ibu pasien, awal mula timbulnya keluhan adalah setelah pasien menerima surat cerai dan suami menikah kembali dengan perempuan lain pada tahun 1999. Sang ibu sering melihat banyak bekas luka tumpul di beberapa bagian tubuh pasien namun pasien selalu menyangkal dan berdalih bahwa kondisi rumah tangganya dalam keadaan baik. Setelah terjadi perceraian, pasien sering sekali keluar rumah, berjalan-jalan tanpa ada arah dan tujuan yang pasti, dan berbicara sendiri. Pasien terlihat sangat stress menghadapi permasalahannya. Pasien pun mulai mengonsumsi minuman keras setiap harinya kurang lebih 1 botol. Menurut ibu pasien, pasien membeli minuman keras tersebut dengan cara meminta-minta uang kepada teman-temannya. Keluarga pasien sudah menasehati pasien, namun pasien keras kepala untuk tetap membeli minuman keras tersebut. Sejak perceraian tersbut, pasien juga mulai berbicara sendiri dan mendengar suara-suara yang membuat dia takut, pasien terlihat sering keluar rumah berjalan-jalan tanpa ada arah tujuan yang pasti, pasien tidak bisa merawat dirinya sendiri, dan pasien sering berdiam diri dan jarang berkomunikasi dengan teman-temannya maupun keluarganya lagi. Pada bulan Oktober 2014, pasien tertabrak mobil. Setelah itu, pasien sering mengonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri seperti oskadon dan biasanya dicampur dengan obat-obatan lain seperti neonafasin. Pasien mulai terlihat mengalami perubahan kejiwaan yang sangat signifikan seperti pasien sering berhalusinasi melihat sanak keluarga yang sudah meninggal, sering mendengar bisikan-bisikan yang yang selalu meminta uang pasien yang mengganggu pasien, pasien juga sering kabur dari rumah dan mulai meresahkan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pasien dibawa ke RSPAD Gatot Subroto atas kehendak dari keluarga pasien sendiri. Namun, pasien menolak karena merasa baik-baik saja1. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelum terjadi perceraian. Pasien adalah orang yang ceria dan memiliki banyak kawan. 2. Riwayat Medik Umum Riwayat trauma kepala pasca kecelakaan. Saat itu pasien dirawat di RS Tarakan. Dan adanya gangguan keseimbangan.3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol Riwayat konsumsi alkohol dan konsumsi obat oskadon dan dicampur dengan obat lain seperti neo-napasin.

e. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Masa Prenatal dan PerinatalTidak terdapat keluhan selama kehamilan ibu pasien, usia kehamilan cukup bulan, dilahirkan oleh dokter dengan persalinan normal. Berat badan dan tinggi badan normal sesuai untuk kehamilannya. Tidak terdapat cacat atau cedera saat persalinan. Pasien termasuk anak yang diharapkan karena ayah dan ibu pasien memang merencanakan untuk mempunyai anak kedua sehingga pasien dirawat oleh kedua orang tuanya dengan kasih sayang.1. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)Pasien tumbuh normal sesuai usianya. Pada masa usia tersebut, pasien sudah bisa berjalan, berbicara, sering bermain dengan teman seusianya, dan pasien tidak memiliki gangguan tidur. Pasien juga dirawat dengan kedua orangtuanya bukan dengan pengasuh. 1. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien memulai jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar. Pasien terakhir mendapatkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar Kampung Jawa Keagungan, Pasien sempat tinggal kelas 2 kali dan seringkali tidak lulus ujian terutama saat ujian akhir. Pasien memiliki banyak teman dan tidak pernah mengalami hal traumatis saat kecil. 1. Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)Pasien berhenti bersekolah karena kekurangan baiaya dan pasien tidak lulus ujian akhir sehingga pasien sering menghabiskan waktu dirumah. Pasien biasanya bermain dengan tetangga dan membantu ibunya mengurus rumah. Pasien merasa dirinya cantik dan sering berkata kasar pada lelaki yang sering menggodanya. 1. Masa Dewasa1. Riwayat PendidikanPasien hanya menjalani pendidikan tingkat dasar (SD). Pasien tidak melanjutkan sekolah akibat kekurangan biaya dan tidak mampu mengikuti pelajaran.1. Riwayat PekerjaanPasien bekerja di kompeksi namun tidak lama. Setelah itu pasien bekerja sebagai cleaning service.1. Riwayat PernikahanPasien menikah saat berusia 28 tahun. Pasien menikah dengan Tn. N dan sudah menikah selama 5 tahun, pasien tidak memiliki anak, dan pasien diceraikan pada tahun ke-5 oleh sang suami. Menurut alloanamnesa dari sang ibu, pasien sering mengalami KDRT dari sang suami karena sang ibu sering melihat luka akibat kekerasan benda tumpul pada tubuh pasien namun pasien selalu mengalihkan jawabnnya dan tidak mau becerita kepada ibunya. 1. Riwayat Kehidupan BeragamaPasien beragama Islam. Menurut ayahnya, pasien rajin shalat 5 waktu dan pasien mengenakan hijab dalam kesehariannya.1. Riwayat Pelanggaran HukumPasien belum pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan dengan pihak berwajib.1. Riwayat PsikoseksualPasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu menyukai lawan jenis (heteroseksual). Pasien mulai berpacaran saat berusia 28 tahun. Pasien merasa sangat cocok dengan lelaki tersebut dan akhirnya meminta ijin untuk menikah. Namun, sang ayah tidak menyetujuinya karena calon suaminya tersebut bukan orang baik, sering bertengkar dengan temannya, dan kasar. Pasien memaksa untuk dinikahkan dan pada akhirnya ayah maupun ibu pasien merestuinya dan pasien pun menikah di usia 28 tahun juga.

1. Aktivitas SosialMenurut ibu pasien, pasien sangat periang dan memiliki banyak teman. Pasien sering ketus terhadap laki-laki yang menggodanya dan terkadang keluar kata-kata kasar sebagai bentuk pertahanan dirinya.1. Situasi kehidupan sekarangBerdasarkan autoanamnesa, pasien ingat bahwa sebelum dirawat pasien tinggal bersama keluarganya di daerah Krukut Jakarta Barat. Pasien dapat menyebutkan sebagian anggota keluarga. Pasien tahu bahwa kedua orangtua nya sering menjenguknya. Namun, pasien tidak dapat mendeskripsikan lingkungan tempat tinggalnya (seperti berapa jumlah kamar, bagaimana kondisi rumahnya, bagaimana kondisi daerah tempat tinggalnya), dari mana pendapatan keluarga pasien. Kini pasien tinggal di ruang perawatan bangsal Amino RSPAD Gatot Subroto. Untuk melakukan perawatan diri, makan, dan minum pasien biasanya dibantu oleh sang ibu yang setiap harinya yang datang untuk menjenguk pasien.

1. Riwayat KeluargaPasien merupakan anak ke-3 dari dua belas bersaudara. Ayah pasien adalah buruh dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Kakak pasien, anak ke-2 meninggal akibat pneumothoraks dan adik pasien (anak ke-11) meninggal di dalam kandungan. Pasien sangat dekat dengan adik bungsunya. Namun, adik (anak ke-7) kurang dekat dengan pasien karena sang adik menganggap pasien terlalu keras kepala apabila di tegur melakukan hal yang kurang baik. Keluarga pasien adalah keluarga yang menganut agama islam cukup kuat. Pasien mengatakan bahwa keluarganya sangat menyayangi pasien. Berdasarkan aloanamnesa, ibu pasien mengatakan bahwa dalam keluarga besar tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan kejiwaan. Sang ibu juga mengatakan bahwa mantan suami pasien seringkali berbuat kasar dan mengonsumsi minuman keras dan perokok.

GENOGRAMNy. F, 47Ny. S, 66Bp. Y 68Bp. N, 51: Wanita : Pria: meninggal : bercerai : Pasien

Keterangan:

1. Persepsi 9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya Pasien tidak sadar dirinya sakit. Pasien selalu meminta untuk kembali ke rumah orang tuanya. Pasien juga mengalami disoreintasi tempat dan waktu, karena tidak mengetahui bahwa pasien sedang berada dirumah sakit dan tidak mengetahui hari maupun tanggal. 9. Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien Keluarga pasien mengetahui tentang penyakit pasien namun sang mantan suami tidak mengetahui keadaan pasien yang sedang sakit, karena sang mantan suami sudah tidak perduli lagi dengan pasien. Keluarga pasien sudah mulai ikhlas menerima kondisi pasien yang sedang sakit

III. STATUS MENTAL (dilakukan pada tanggal 3 dan 7 desember 2014)a. Deskripsi Umum 1. Penampilan Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 47 tahun. Pasien terlihat lemas, lesu, sangat kurus, mengenakan baju yang sedikit basah (akibat minum yang tumpah) dan banyak makanan yang berceceran di baju pasien, dan terlihat perwatan diri yang sangat kurang baik. Pasien memiliki kulit sawo matang, dengan rambut pendek berwarna merah (cat rambut) dan terlihat sangat tidak terurus. Saat berjalan pasien tampak sangat sempoyongan dan seringkali pasien jatuh. Pasien tampak tremor, sulit menelan, dan terdapat asimetri pada wajah. Dibagian kepala terlihat ada bekas luka akibat kecelakaan dan ada luka yang ditutup perban akibat jatuh pada tanggal 6 Desember 2014 yang lalu. Pasien terlihat sangat pusing.2. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorSelama wawancara pasien sedang duduk di atas matras sambil manyandar dan disuapi oleh sang ibu. Pasien tampak mengalami hipoaktivitas karena terdapat penurunan aktivitas motorik dan kognitif, adanya perlambatan secara nyata pada proses pikir, bicara, dan gerakan.3. Sikap Terhadap PemeriksaPasien kurang kooperatif selama wawancara, karena terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan, pasien tidak fokus dengan pemeriksa dengan pandangan mata yang kosong.b. Alam Perasaan (Emosi)1. Mood: Kosong (tidak ada atau sangat sedikit menghayati suasana perasaan) 2. Afek : Tumpul (sulit untuk menunjukkan ekspresi yang tampak dari tatapan mata yang kosong, irama suara monoton, dan bahasa tubuh yang minim 3. Keserasian : Tidak serasi antara mood dengan afek c. Pembicaraan Bicara kurang spontan, volume suara pelan, dan artikulasi kurang jelas. Isi pembicaraan kurang dapat dimengerti secara jelas dan terkadang pasien menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan ( tak menentu), mengucapkan kata-kata yang tidak dapat dipahami, dan perhatian mudah teralih. Setelah menjawab pertanyaan pasien selalu meminta tembakau ataupun uang secara berulang-ulang (reiterated phrases).d. Gangguan Persepsi Terdapat gangguan persepsi panca indera berupa halusinasi visual dan auditorik. Halusinasi visual digambarkan bahwa pasien sering kali melihat sang nenek dan kakak (Fauziah) yang sudah meninggal datang menjenguknya. Sedangkan pada halusinasi auditorik, terkadang pasien mendengar ada suara lelaki yang selalu meminta uang pasien dan selalu menghantui pasien. e. Pikiran 1. Bentuk Pikir: Asosiasi longgar.(adanya aliran pikiran berupa perpindahan ide dari satu subjek ke subjek lain tanpa ada keterkaitan antar ide tersebut)2. Isi Pikir : Kemiskinan isi pikir (hanya menghasilkan sedikit informasi karena ketidakjelasan dalam berbicara, mengucapkan kalimat yang samar, dan pengulangan yang kosong)3. Proses Pikir : Psikosis (pasien tidak mampu membedakan kenyataan dari khayalan, RTA terganggu, disertai pembentukan realitas baru)f. Kesadaran dan Kognisi1. Taraf kesadaran dan PerhatianKebingungan (reaksi pasien tidak tepat terhadap lingkungannya bermanifestasi sebagai gangguan orientasi waktu dan tempat). Taraf perhatian pasien tergolong mudah teralih (pasien sulit memusatkan perhatiannya terutama saat dilakukan wawancara) 2. Orientasi i. Waktu : Buruk, pasien tidak mengetahui hari dan tanggal. Pasien pun tidak dapat membedakan waktu antara pagi, siang, maupun sore.ii. Tempat: Kurang baik, pasien tidak mengetahui bahwa dia sedang berada di RSPAD Gatot Subroto bangsal Amino. Namun, pasien mengetahui bahwa dia sekarang tinggal di negara Indonesia tepatnya di daerah Jakarta.iii. Orang: Baik, pasien mengenali pemeriksa, orang tua, dan perawat. 3. Daya Ingat i. Jangka Panjang : Kurang baik, pasien tidak dapat mengingat tanggal lahir, pernah memiliki suami. Namun, pasien masih dapat mengingat nama anggota keluarganya dan juga tempat tinggal terakhir. ii. Jangka Sedang : Buruk, pasien tidak dapat mengingat kegiatan dengan teman satu perwatannya dalam seminggu terakhir iii. Jangka Pendek : Buruk, pasien tidak dapat mengingat menu makan pada pagi hari iv. Jangka Segera : Baik, pasien dapat mengulang kata-kata yang telah disebutkan oleh pemeriksa (mengatakan dadah saat ada orang yang pergi).4. Konsentrasi dan Perhatian Buruk, karena saat diberikan pertanyaan berhitung yang sederhana pasien tidak dapat menjawab dan perhatian pasien seringkali teralihkan.5. Kemampuan Membaca dan Menulis Kurang baik, pasien sulit sekali untuk diminta membaca dan menulis. Harus didahului dengan penyontohan dan bujukan dari pemeriksa. Pasien masih dapat membaca huruf vokal yang ditulis pemeriksa namun tidak dapat membaca satu kalimat. Pasien hanya dapat menulis namanya dan kata cai yang memiliki arti air.

6. Kemampuan Visuospasial Buruk, pasien tidak dapat membaca ataupun menunjukkan jarum jam dengan benar.7. Pikiran AbstrakBuruk, pasien tidak mengerti peribahasa yang diucapkan oleh pemeriksa.8. Intelegensia dan Kemampuan InformasiBuruk, pasien tidak mengetahui siapa presiden maupun wakil presiden RI priode saat ini ataupun sebelumnya.g. Pengendalian Impuls Pasien memiliki riwayat impuls agresif, namun saat ini pasien terlihat tenang. h. Daya Nilai 1. Daya Nilai SosialKurang baik, pasien tidak dapat bersikap sopan terhadap pemeriksa, dokter, perawat dan petugas di Paviliun Amino karena pasien cenderung acuh terhadap lingkungannya.1. Penilaian RealitaRTA terganggu (gangguan tes realitas dengan menciptakan suatu realitas baru, terdapat halusinasi visual dan auditorik)

1. TilikanDerajat 2, pasien agak menyadari sakit dan membutuhkan terapi agar sembuh dari penyakitnya, namun dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya dengan mengatakan bahwa kondisi pasien baik-baik saja.0. Taraf Dapat DipercayaSecara umum dari wawancara dapat disimpulkan bahwa keterangan pasien tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh ibu maupun ayah pasien.

IV. PEMERIKSAAN FISIK (diperiksa pada tanggal 22 November 2014)Keadaan Umum: BaikKesadaran: Kompos MentisStatus Gizi: Kurang Gizi (BMI = 15.6)Tekanan Darah: 120/ 70Frekuensi Nadi: 80 x/ menitFrekuensi Nafas: 20 x/ menitSuhu: 360CMata: Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.THT: Tidak ada gangguanMulut dan Gigi: Gigi tidak lengkap, warna kekuninganThorax: Jantung paru dalam batas normalAbdomen: Datar, Bunyi Usus normalEkstremitas: Akral hangat, perfusi perifer baik, tidak ada edema

A. Status NeurologisTidak dilakukan pemeriksaan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan Laboratorium (diperiksa pada tanggal 25 November 2014)Hematologi Rutin Hb: 11,3 % Ht: 33 % Eritrosit: 4 juta g/dl% Leukosit: 5.340 /mm3 Trombosit: 402.000 /mm3 Hitung Jenis: Basofil: 0 Eosinofil: 6 Neutrofil Batang: 6 Neutrofil Segmen : 55 Limfosit : 31 Monosit : 6 MCV: 84 fl MCH: 29 pg MCHC: 34 g/dLKimia Klinik : Ureum: 16 mg/dL Kreatinin: 0.7 mg/dL SGOT: 14 mmol/L SGPT: 10 mmol/L GDS: 82 mmol/L

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAPemeriksaan dilakukan pada Ny. F, jenis kelamin perempuan, usia 47 tahun, agama islam, suku Betawi, pendidikan terakhir SD, pekerjaan Cleaning Service, tinggal di Krukut Jakarta Barat, masuk pavilion Amino RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 21 November 2014 diantar oleh keluarganya, datang dengan kondisi mengamuk saat dibawa ke RS. Dibawa keluarga karena pasien sering kabur-kaburan dari rumah dan sudah sangat merepotkan keluarga dan keluhan sangat jelas sejak 1 SMRS.Berdasarkan pemeriksaan status mental pada tanggal 3 Desember 2014, pasien bernampilan tidak sesuai dengan usia, perawatan diri yang kurang baik, selama wawancara pasien duduk menyandar ke tembok dengan membawa botol minum yang sesekali diminum namun selalu berceceran, akitivitas psikomotor pasien cenderung hipoaktivitas dan perhatian pasien seringkali teralihkan, saat berjalan pasien tampak sempoyongan, tremor, sulit menelan, dan terdapat asimetri pada wajah. Terdapat mood yang kosong dengan afek yang tumpul tanpa ada keserasian antara mood dan afek. Volume suara pelan dan jawaban pasien selalu memanjang tanpa makna yang jelas. Terdapat halusinasi visual dan auditorik. Bentuk pikiran asosiasi longgar, isi pikiran miskin isi, dan proses pikiran psikosis.Penilaian RTA tergangggu, nilai tilikan pasien adalah derajat 2 karena pasien agak menyadari sakit dan butuh terapi namun dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya dan mengatakan bahwa pasien sehat. Secara umum hasil autoanamnesa dengan pasien dan alloanamnesa dengan kedua orangtuanya tidak sesuai (tidak dapat dipercaya).Saat ini pasien seringkali melamun. Halusinasi visual maupun auditorik terkadang masih ada. Pasien terlihat mengalami hipoaktivitas dan untuk melakukan kegiatan sehari-hari pasien biasanya dibantu oleh sang ibu yang selalu menjenguknya setiap hari. Jika diajak berbicara suaranya pelan dengan tatapan kosong.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIKAksis IBerdasarkan Kaplan dan Sadock, seseorang dikatakan memiliki gangguan jiwa ketika terdapat distress dan disfungsi. Pada pasien ini telah terjadi distress yakni pasien merasa terganggu ketika mengalami halusinasi auditorik ( saat dua orang laki-laki datang menghampiri pasien untuk meminta uang). Pada pasien ini juga terdapat disfungsi dalam kesehariannya yakni pasien sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri dan selalu dibantu ibunya (seperti untuk makan, minum, mandi, dan sebagainya). Sehingga, pasien dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa. Pasien tidak pernah menderita penyakit yang secara fisiologis mengganggu fungsi otak sebelumnya. Namun pada bulan Oktober 2014 (1 bulan SMRS), pasien mengalami kecelakaan dan menyebabkan trauma kepala. Trauma kepala ini timbul setelah terjadinya gangguan kejiwaan. Sehingga gangguan mental organik tidak dapat dijadikan diagnosa. Pasien memiliki riwayat mengonsumsi alkohol namun sudah berhenti setelah mengalami kecelakaan. Pasien telah mengalami gangguan jiwa sebelum pasien mengonsumsi alkohol. Sehingga gangguan akibat zat psikoaktif dapat dieliminasi. Namun, pengguanaan zat alkohol dapat menjadi komorbid pada pasien ini. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien memenuhi 1 kriteria mayor berupa halusinasi auditorik dan 3 kriteria minor yakni adanya halusinasi visual yang menetap, arus pikir mengalami asosiasi longgar (dimana pasien sering mengeluarkan ide-ide yang tidak berhubungan namun ide tersebut masih dapat dipahami), dan gejala-gejala negatif seperti bicara yang sedikit (abuli), afek tumpul, dan hipoaktivitas. Gejala-gejala tersebut sudah berlangsung sejak terjadinya perceraian pada tahun 1999 namun semakin memburuk sekitar 1 bulan yang lalu pasca kecelakaan.Namun dalam klasifikasi sub-tipe skizofrenia, pasien tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, atau depresi pasca-skizofrenia. Sehingga menurut PPDGJ-III, pasien digolongkan kedalam kelompok F20.3 yakni Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated). Aksis IIBerdasarkan anamnesis, pada pasien ini didapatkan pula penurunan tingkat kecerdasan saat berada di sekolah dasar. Pasien pernah mengalami tinggal kelas sebanyak 2 kali dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (selain karena tidak mampu dalam hal biaya, pasien tidak lulus ujian saat berada di kelas 6 SD). Sehingga menurut PPDGJ-III, pasien dapat digolongkan kedalam kelompok F70 yakni Retardasi Mental Ringan.

Aksis IIIAdanya Riwayat Trauma Kepala (akibat kecelakaan lalu lintas, sering jatuh saat berjalan akibat gangguan keseimbangan, dan trauma kepala akibat terbentur lantai), gangguan neurologis (tremor, asimetri pada wajah, dan sulit menelan), dan kekurangan gizi (kurus).

Aksis IV0. Pasien bercerai dengan suaminya dan mantan suaminya menikah kembali dengan perempuan lain. 0. Pasien sempat tidak direstui oleh ayahnya untuk menikah dengan Bp. N0. Ibu mertua kesayangan pasien yang juga berperan sebagai penopang keuangan keluarga kecil pasien meninggal dunia. 0. Perekonomia keluarga kecil pasien mengalami krisis.0. Pasien mengalami masalah dalam pendidikan dimana akibat krisis ekonomi pasien tidak dapat melanjutkan jenjang sekolah dan pasien pernah tinggal kelas 2 kali dan sering tidak lulus ujian.

Aksis VMenurut PPDGJ-III, penilaian atas fungsi umum secara global dengan menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) didapatkan skor 25 yakni adanya disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai juga tidak mampu berfungsi hampir pada semua bidang.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIALAksis I: Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3) Aksis II: Retardasi Mental Ringan (F70).Aksis III: Riwayat Trauma Kepala (akibat kecelakaan lalu lintas, sering jatuh saat berjalan akibat gangguan keseimbangan, dan trauma kepala akibat terbentur lantai), gangguan neurologis (tremor, asimetri pada wajah, dan sulit menelan), kekurangan gizi (kurus).Aksis IV: - Perceraian pasien dan menikah kembalinya mantan suami. Tidak mendapatkan restu untuk menikah dari sang ayah. Meninggalnya mertua pasien yang merupakan penopang keuangan keluarga kecil pasien. Perekonomian kecil pasien yang buruk. Tingkat pendidikan dan kemapuan intelegensi yang kurang.Aksis V: GAF saat ini (tanggal 6-12-2014) adalah 30-21 GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 40-31

IX. DIAGNOSISDiagnosis Kerja: Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3) dengan Retardasi Mental Ringan (F70) Diagnosis Banding: Gangguan Mental Organik yakni Halusinasi Organik (F06).

X. DAFTAR MASALAH1. OrganobiologikAdanya riwayat trauma kepala, gangguan neurologis, dan kekurangan gizi (kurus).1. Psikologis Mood: Kosong Afek: Tumpul Gangguan Persepsi: Halusinasi auditorik dan halusinasi visual Bentuk pikir: Asosiasi longgar Isi Pikir: Miskin isi Proses Pikir: Psikosis RTA: Terganggu Tilikan: Derajat 21. Lingkungan dan Sosioekonomi Perceraian pasien dan menikah kembalinya mantan suami. Tidak mendapatkan restu untuk menikah dari sang ayah. Meninggalnya mertua pasien yang merupakan penopang keuangan keluarga kecil pasien. Perekonomian kecil pasien yang buruk. Tingkat pendidikan dan kemapuan intelegensi yang kurang.

XI. PROGNOSISQuo ad vitam: dubia ad bonamQuo ad fungtionam(mengganggu fungsi orgn tubh/tdk): dubia ad malamQuo ad sanationam (kekambuhan): dubia ad malam

Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik : Dukungan dari keluarga pasien berupa perhatian dan kepedulian kedua orang-tuanya dalam merawat diri dan melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat baik.Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk : Adanya resiko jatuh berulang (trauma kepala berulang akibat gangguan keseimbanganXII. RENCANA TERAPIA. PsikofarmakaNama ObatDosis Cara Kerja

Risperidon 2 x 2 mgMerupakan antipsikosis atipikal golongan Antagonis Dopamin Serotonin. Bekerja untuk memperbaiki gejala-gejala negatif dan positif dari psikosis dan menurunkan insiden ekstrapiramidal simptoms.

Trihexyphenidyl 2 x 2 mgMenghambat sistem nervus parasimpatik dan menyebabkan relaksasi pada otot (mengurangi tremor)

donepezil 1 x 2,5 mgObat ini berfungsi memperbaiki kognisi, memori pasien, dan menghilangkan gejala apati, depresi, halusinasi.

Terapi gizi :Protein3 x 1 saccBerguna untuk meningkatkan gizi dari pasien.

B. Psikoedukasi1. Kepada pasien :Berikan motivasi kepada pasien agar bisa cepat pulang, maka pasien harus menghabiskan makanan yang diberikan dan minum obat secara teratur.2. KeluargaPsikoedukasi mengenai penyakit pasien dengan memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya. Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan. Serta memberikan saran agar keluarga pasien yang datang dapat mengajarkan kembali ayat-ayat suci al-quran atau mendengarkan kembali ayat-ayat alquran kepada pasien. Berikan pula edukasi mengenai terapi yang diberikan pada pasien, efek samping yang mungkin muncul pada pengobatan, dan kepatuhan meminum obat agar keluarga dapat mendukung program terapi yang sudah diberikan.XIII. DISKUSI Berdasarkan Kaplan dan Sadock, seseorang dikatakan memiliki gangguan jiwa ketika terdapat distress dan disfungsi. Pada pasien ini telah terjadi distress yakni pasien merasa terganggu ketika mengalami halusinasi auditorik ( saat dua orang laki-laki datang menghampiri pasien untuk meminta uang). Pada pasien ini juga terdapat disfungsi dalam kesehariannya yakni pasien sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri dan selalu dibantu ibunya (seperti untuk makan, minum, mandi, dan sebagainya). Sehingga, pasien dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan PPDGJ-III, skizofrenia adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya skizofrenia ditandai dengan adanya penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar, kesadaran yang jernih, dan kemampuan intelektual yang tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Adapun kriterian skizofrenia adalah : Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut yang jelas (biasnya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala kurang jelas).1. Thought echo (isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya), thought insertion ( isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya, thought broadcasting (isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain dapat mengetahuinya)2. Delusion of control (waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar), Delusion of infuence (waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar), delusion of passivity (waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar), delusion of perception ( pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat magis)3. Adanya halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasien4. Waham-waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil Atau paling sedikit 2 gejala minor yakni:1. Halusinasi yang menetap dari panca indra yang terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.2. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi3. Gejala-gejala negatif. Adanya gejala khas tersebut yang berlangsung selama kurun waktu 1 bulan atau lebih Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.Pada pasien ini di dapatkan 1 gejala mayor yakni adanya halusinasi auditorik dan 3 kriteria minor yakni adanya halusinasi visual yang menetap, arus pikir mengalami asosiasi longgar (dimana pasien sering mengeluarkan ide-ide yang tidak berhubungan namun ide tersebut masih dapat dipahami), dan gejala-gejala negatif seperti bicara yang sedikit (abuli), afek tumpul, dan hipoaktivitas dan adanya perubahan yang bermakna dari aspek perilaku pribadi seperti hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial. Gejala-gejala tersebut sudah berlangsung sejak terjadinya perceraian pada tahun 1999 namun semakin memburuk sekitar 1 bulan yang lalu pasca kecelakaan. Namun dalam klasifikasi sub-tipe skizofrenia, pasien tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, atau depresi pasca-skizofrenia. Sehingga menurut PPDGJ-III, pasien digolongkan kedalam kelompok F20.3 yakni Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated). Pada pasien juga terdapat Retardasi Mental Ringan (F70). Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yanag terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Adapun pedoman diagnostik untuk RM Ringan adalah : Bila menggunakan tes IQ, maka rata-rata IQ antara 50-69 Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademik Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita Keadaan lain yang menyertainya seperti autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsiPada pasien ini belum pernah dilakukan tes IQ dan terlihat adanya Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademik. Pasien pernah mengalami tinggal kelas sebanyak 2 kali dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (selain karena tidak mampu dalam hal biaya, pasien tidak lulus ujian saat berada di kelas 6 SD). Diagnosis banding pada pasien ini adalah adanya Gangguan Mental Organik (F0) yakni Halusinasi Organik (F06) karena pada bulan Oktober 2014 (1 bulan SMRS), pasien mengalami kecelakaan dan menyebabkan trauma kepala. Kemudian selama di ruang perawatan, pasien seringkali jatuh dan mengalami gangguan keseimbangan. Pasien belum mendapatkan tatalaksana trauma kepalanya. Diagnosis ini dapat disingkirkan karena gangguan jiwa pada pasien ini sudah terjadi jauh sebelum terjadinya trauma kepala. Namun, adanya trauma kepala yang terjadi berkali-kali pada pasien dapat memperberat gangguan kejiwaan pasien. Selain itu, pada pasien ini memiliki riwayat mengonsumsi alkohol sejak mengalami perceraian. Namun, pasien berhenti mengonsumsi akibat kecelakaan dan gejala pasien masih menetap bahkan lebih terlihat jelas. Pada pasien ini tidak memenuhi kriteria intoksikasi alkohol (F1x.0) maupun keadaan putus alkohol (F1x.3) pada saat bulan Oktober yang lalu (paska kecelakaan) karena pada pasien ini rancu dengan adanya trauma kapitis (GMO) yang dapat menyamarkan gejala-gejala yang terdapat pada kriteria intoksikasi ataupun keadaan putus alkohol (seperti adanya gangguan keseimbangan, hendaya atensi atau memori, pembicaraan meracau, tremor, dan adanya hendaya dalam fungsi sosial). Namun, penggunaan zat psikoaktif yang sudah lama ini bisa menjadi komorbid pada penyakit pasien yang harus diwaspadai.Berdasarkan diagnosa diatas, psikofarmaka yang diberikan adalah :0. Risperidon 2 x 2 mg POMerupakan antipsikosis atypikal golongan Antagonis Dopamin Serotonin. Memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor tipe 2 serotonin (5-HT2), terikat pada reseptor dopamin D2 sehingga memperbaiki gejala-gejala negatif dan positif dari psikosis dan menurunkan insiden ekstrapiramidal simptoms.0. Trihexyphenidyl 2 x 2 POAdalah obat dari golongan antikolinergik (resptor muskarinik = obat anti-muskarinik). Menghambat sistem nervus parasimpatik dan menyebabkan relaksasi pada otot (mengurangi tremor). Obat ini dapat memiliki efek sampinh yang serius yang ditandai dengan adanya penurunan kesadaran, bangkitan, halusinasi, hipotensi berat, takikardi supraventrikular. Maka untuk mencegahnya dilakukan tapering off pada pengobatan pasien. 0. Donepezil 1 x 1,5 mg PODonepezil termasuk kedalam golongan inhibitor kolinesterase. Obat ini akan menghambat secara reversibel asetilkolinesterase dan butirilkolinesterase (yakni suatu enzim yang mengatabolisme AcH di SSP. Sehingga akan meningkatkan konsentrasi AcH sinaps terutama di hipokampus dan korteks serebri yang berfungsi memperbaiki kognisi, memori pasien, dan menghilangkan gejala apati, depresi, halusinasi. Efek samping donezepil sangat ringan yakni mual, diare, dan muntah apabila digunakan pada dosis 10 mg. 0. Protein 3 x 1 saccBerguna untuk meningkatkan gizi dari pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dharmady. 2003. Psikopatologi: Dasar di Dalam Memahami Tanda dan Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. Ed.1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.Sadock, Benjamin James., Sadock, Virginia Alcott. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta : EGCMaslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.Drugs and Diseases : Risperidone dan Trihexyphenidyl Tersedia pada http://reference.medscape.com/drug/ [diakses pada tanggal 5 desember 2014].