Ghina Puspita Fsh

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    1/101

    PENYALURAN DANA ZAKAT UNTUK PENDIDIKAN

    DALAM PERSPEKTIF IMAM HANAFI

    (Studi Terhadap Bazis Kotamadya Jakarta Selatan)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

    Oleh :

    Ghina Puspita

    NIM :206043104333

    KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH

    PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 M/ 2010 H

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    2/101

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT, Tuhan

    semesta alam yang menguasai seluruh lini kehidupan dan yang telah memberikan

    segala nikmat, nikmat kesehatan dan kesempatan.

    Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi, Nabi Muhammad Saw,

    keluarga dan sahabat-sahabatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    dengan baik.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak,

    baik moril maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

    terhormat :

    1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dekan Fakultas

    Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Perbandingan Mazhab Fiqih Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA

    dan Bapak Dr. H. Muhammad Taufiqi, M. Ag.

    i

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    3/101

    3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey., SH., MA selaku dosen pembimbing skripsi

    yang telah memberikan waktu luang, pengarahan dan bimbingan kepada penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    4. Para Dosen yang telah mendidik dengan baik hingga penulis dapat

    menyelesaikan studi di Program Perbandingan Mazhab Fiqih Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Untuk staf perpustakaan, terima kasih atas kemudahan, arahan dan bantuannya

    kepada penulis dalam memperoleh data-data kepustakaan dalam penulisan

    skripsi ini.

    6. Kedua orang penulis tercinta, ayahanda Faizal Abdullah, S.PdI dan Ibunda

    Zakiyyah, Zikriyyah Damayanti (Kakak), dan Ghulam Nurul Huda (Adikku)

    yang telah memberikan kasih sayangnya yang tiada henti mendoakan, serta

    menyemangati baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    7. Bapak Rahmadi selaku Kasubbag Tata Usaha, Ibu Hayati Saragih dan Bapak

    Tatang Wardhana selaku Staf Seksi Penyaluran dan Pengumpulan di BAZIS

    Keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

    observasi data wawancara di Kantor BAZIS Kota Administrasi Jakarta Selatan

    selama penulisan ini.

    8. Semua teman-teman seperjuangan ku di Perbandingan Mazhab Fiqih angkatan

    2006 yang ikut merasakan betapa banyak pengorbanan kita saat membuat

    ii

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    4/101

    iii

    skripsi ini. Semoga kita semua diberikan pekerjaan yang kita cita-citakan

    semua.

    9. Semua teman-temanku mulai dari Reni Cute, Iroh, Sila, Inez, DU, Audhitd,

    Vina, Mey, Achi, Mamih, Wita, Tirta, Ihsan, Purwanto, Goni, Asep dan lain-

    lainnya yang senantiasa tak lupa juga memberikan motivasi sekaligus dorongan

    untuk tetap semangat, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan

    baik.

    10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

    memberikan dukungan baik langsung maupun tidak, moril maupun materil

    penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis

    mohonkan, untuk memberikan balasan dan pahala yang berlipat ganda.

    Amiin.

    Jakarta, 22 September 2010 M

    13 Syawal 1431 H

    Penulis

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    5/101

    ABSTRAK

    Ghina Puspita Judul Skripsi Penyaluran Dana Zakat Untuk Pendidikan

    Dalam Perspektif Imam Hanafi (Studi Terhadap BAZIS Kotamadya Jakarta

    Selatan). Strata Satu (S1) Jurusan Perbandingan Mazhab Fiqih Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1431 H / 2010 M.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Imam Hanafi terhadap

    penyaluran dana zakat untuk pendidikan dan mekanisme penyaluran yang diterapkan

    oleh Bazis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode

    penelitian yang menguraikan dan memaparkan masalah yang ada sehingga

    memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dan masalah tersebut dapat

    dipecahkan serta diselesaikan dengan baik dan benar.

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan (field

    research) untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dan

    penelitian langsung terhadap pihak yang dianggap berkompeten. Selain itu, penulis

    juga melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data

    sekunder, yakni untuk memperoleh data ilmiah dan akurat yang bersumber pada

    buku-buku, dokumen, dan rujukan lain yang berkaitan dengan pokok pembahasan,

    kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui fenomena yang sebenarnya.

    Penelitian ini menyimpulkan bahwa, Hanafiyah mendefinisikan Ibnu Sabil

    sebagai musafir yang kehabisan dana perjalanan, yang boleh menerima zakat sebagai

    kebutuhannya saja. Mekanisme penyaluran dana zakat untuk pendidikan pada Bazis

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    6/101

    Jakarta Selatan adalah memberikan beasiswa kepada orang yang kurang mampu

    dalam membiayai pendidikannya (Ibnu Sabil) dari tingkat SD/MI (Madrasah

    Ibtidaiyyah) sampai S3 (Strata 3) dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh

    Bazis. Dalam mekanismenya permasalahan yang dihadapi oleh Bazis adalah :

    Pertama, masih ditemukan Petugas Operasional Bazis Kecamatan dan Kelurahan

    yang belum mengerti tentang tata cara pengadministrasian pembukuan keuangan ZIS,

    disebabkan masih kurang paham dan adanya petugas operasional Bazis yang pensiun

    atau mutasi pegawai. Kedua, masih terlambatnya pendayagunaan ZIS tidak

    dilaksanakan sesuai jadwal. Ketiga, adanya perubahan penerimaan gaji, kesra dan

    TPP pegawai dan guru dari bendahara unit kepada atau melalui Bank, sehingga

    menyulitkan dalam pemotongan ZIS yang berdampak pada hasil pengumpulan ZIS.

    Keempat,masih terjadinya keterlambatan dalam penerimaan check untuk pencairan

    dan pendayagunaan ZIS atau kegiatan.

    Kata Kunci : Penyaluran Dana Zakat Untuk Pendidikan Dalam Perspektif

    Imam Hanafi (Studi Terhadap BAZIS Kotamadya Jakarta Selatan).

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    7/101

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang asasi merupakan media yang

    tepat untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi

    untuk membina Ukhuwah Islamiyyah. Karena pada dasarnya prinsip zakat adalah

    harta orang mampu dibagikan kepada mustahik dan untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat dan agama.1

    Kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna yang sangat fundamental.

    Selain berkaitan erat dengan aspek-aspek ketuhanan, juga ekonomi dan sosial. Di

    antara aspek-aspek ketuhanan (Trasendental) adalah banyaknya ayat-ayat Al-

    Quran yang menyebut masalah zakat, termasuk diantaranya dua puluh tujuh ayat

    yang menyandingkan kewajiban zakat dengan kewajiban shalat secara bersamaan.

    Sedangkan dari aspek keadilan sosial (al-adallah al-ijtimaiyyah), perintah

    zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan dalam

    pencapaian kesejahteraan sosial-ekonomi dan kemasyarakatan. Zakat diharapkan

    dapat meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin. Di

    1Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Pustaka Setia,

    2002), Cet. 1, hlm 132.

    1

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    8/101

    samping itu, zakat juga diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan

    perekonomian, baik pada level individu maupun pada level sosial masyarakat.

    2

    Kemiskinan sangat rentan terhadap religiusitas seseorang, sehingga Islam

    sangat memperhatikan persoalan kemiskinan ini. Salah satu nilai instrumen

    ekonomi yang terkadang dalam ajaran Islam adalah peralihan kekayaan melalui

    zakat.3Zakat merupakan salah satu tata hubungan yang menghubungkan hamba

    secara vertikal kepada Tuhan serta menjembatani hamba secara horizontal dalam

    hal agar ada keseimbangan dan stabilitas sosial ekonomi.

    Dalam hal pendayagunaan zakat secara tekstual yang berhak menerima

    zakat adalah sasarannya pada delapan ashnaf (golongan), yaitu : fakir, miskin,

    amil, muallaf, riqab (hamba sahaya), gharim, fi sabilillah dan ibnu sabil. Di lain

    hal juga dipergunakan untuk kepentingan seperti : sarana ibadah pendidikan

    Islam, beasiswa pendidikan dan lain sebagainya.

    Seperti yang dilakukan oleh Bazis DKI Jakarta yang memiliki beberapa

    program unggulan, yaitu pembinaan SDM. Yang diantaranya memberikan

    beasiswa dari tingkat SD/MI (Madrasah Ibtidaiyyah) sampai S3 (Strata 3),

    kesejahteraan, pembinaan guru dan marbot.

    Zakat yang diberikan untuk biaya pendidikan termasuk kedalam golongan

    yang berhak menerima zakat (mustahik) yaitu Ibnu Sabil yang berarti musafir,

    2Nurudin Mhd Ali,Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta : PT. Raja

    Grafindo Persada), Cet. 1, hlm 1-2.3Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press,

    1998), Cet. 1, hlm 9.

    2

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    9/101

    berpergian atau orang yang berpergian. Terdapat pandangan dari ulama membagi

    Ibnu Sabil kedalam dua golongan, yaitu orang yang mengadakan perjalanan

    ditanah airnya sendiri dan orang yang mengadakan pekerjaan di negeri orang.

    Surat-surat dalam Al-Quran menjelaskan tentang zakat secara mendetail

    berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam hal ini Allah

    juga telah menjadikan zakat sebagai salah satu tujuan untuk memberikan

    kakuasaan di bumi. Tidak ada sebab bagi seseorang yang mengaku dirinya

    sebagai Muslim mengelak dari tuntutan zakat dalam semua cabang-cabang zakat

    apabila ia memenuhi syarat wajib zakat tersebut.

    Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim dibagi dalam dua

    bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat harta (Mal). Zakat fitrah adalah zakat yang

    wajib dikeluarkan pada setiap akhir Ramadhan oleh setiap keluarga yang

    ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan untuk sehari pada hari raya Idul

    Fitri. Sedangkan yang dimaksud dengan zakat harta adalah zakat atas harta yang

    wajib dikeluarkan oleh muslim apabila telah sampai nisab dan atau haul.4

    Zakat merupakan sumber sosial ekonomi Islam yang disyariatkan oleh

    Allah SWT untuk menjadi tonggak bagi kekuatan umat karena kemampuannya

    dalam menyelesaikan masalah ummat Islam pada saat ini. Islam meletakan

    4 A. Djazuli dan Yani Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (sebuah

    pengenalan), (Jakarta : PT. raja Grarindo Persada, 2002), h 41.

    3

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    10/101

    tanggung jawab administrasi zakat kepada wewenang pemerintah sekaligus

    menjadikan zakat sebagai sumber keuangan terkemuka.

    5

    Penanaman zakat bukanlah karena menghasilkan kesuburan bagi harta,

    tetapi untuk mensucikan diri masyarakat. Ia merupakan manifestasi dari

    kepedulian para hartawan dengan para mustahik (orang yang berhak menerima)

    terikat dalam ikatan tanggung jawab dalam fakir miskin. Adanya kewajiban ini

    bukan disebabkan antara muzakki (wajib zakat) dan hak dan kewajiban.

    Pengeluaran zakat merupakan perlindungan bagi masyarakat dari bencana sosial,

    yaitu kemiskinan, kelemahan baik fisik maupun mental. Akibat dari kemiskinan

    itu pula, masalah-masalah pendidikan pun terhambat. Banyak dari masyarakat

    yang lemah tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

    dikarenakan biaya pendidikan yang mahal.6

    Apabila seseorang mengkhususukan diri mencari ilmu, maka ia boleh

    diberi zakat sekedar memenuhi kebutuhan membeli buku-buku guna kepentingan

    agama dan dunianya. Orang yang mencari ilmu patut diberi zakat karena dia

    melaksanakan fardhu kifayah dan fardhu ilmunya itu tidak hanya untuk dirinya,

    tapi juga untuk seluruh umat. Ia berhak untuk ditolong dengan harta zakat, karena

    ia termasuk kategori orang yang membutuhkan kaum muslim itu sendiri.

    Sebagian orang ada yang memberi syarat dalam pemberian zakat untuk golongan

    pencari ilmu, yaitu kepandaian yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan

    5Beni Sarbeni, Panduan Zakat Al-Quran dan Sunnah, (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir,2005), h 25.

    6Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1999), h 8-9.

    4

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    11/101

    masyarakat, khususnya kaum Muslim (pendapat tersebut dianut oleh Negara-

    negara modern, dimana pemerintah atau lembaga-lembaga memberikan beasiswa

    kepada mahasiswa yang pandai).7

    Dalam lembaga zakat antara pemberi dan penerima sebenarnya tidak

    mempunyai hubungan apa-apa. Munculnya kewajiban di pundak si pemberi

    semata karena pada hartanya terdapat sesuatu yang menyebabkan ia wajib

    mengeluarkannya, yaitu memiliki harta yang banyak dan pada si penerima ada

    sesuatu yang menyebabkan ia berhak menerima kebutuhannya. Dengan demikian,

    Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) telah dapat meneruskan, niat suci

    kepemerintahan Negeri Indonesia dalam usaha membantu pelajar-pelajar sekolah

    rendah (SD), sekolah menengah atas (SMA) dan juga kepada pelajar-pelajar yang

    ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Maka bagi pihak

    ketua BAZIS Jakarta Selatan berharap agar pelajar-pelajar dapat belajar dengan

    lebih tekun dan lebih bersungguh-sungguh sehingga dapat berhasil dan sukses.

    Dengan usaha yang gigih dalam menimba ilmu pengetahuan sehingga kita dapat

    mengerti makna dari kesenangan, kemewahan dan kesejahteraan, pada masa yang

    akan datang.

    Adanya fenomena yang terjadi di masyarakat membuat BAZIS lebih

    memfokuskan diri untuk menangani bidang pendidikan melalui program

    beasiswa. Program beasiswa tersebut perlu dikaji dan diteliti, mengingat urgensi

    7 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqhuzzakah, (Muassah Dar-salam), terjemahan Hukum Zakat(Studi Kompratif mengenai Status dan Filsafat Zakat berdasarkan al-Quran dan Hadist), (Bogor

    : Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), h 525-526.

    5

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    12/101

    zakat sebagai salah satu instrumen model pengembangan keuangan umat Islam

    yang berperan sebagai sebuah institusi keagamaan yang diharapkan mampu

    mengatasi kelemahan struktur ekonomi yang mengangkat pemeratan distribusi

    pendapatan. Karena dengan pemberdayaan zakat, akan dapat meminimalisir

    kesenjangan ekonomi yang merupakan salah satu kelemahan struktur ekonomi

    dan mampu membawa pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

    masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.8

    Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti masalah ini melalui

    penelitian berupa skripsi dengan judul Penyaluran Dana Zakat Untuk

    Pendidikan Dalam Perspektif Imam Hanafi (Studi Terhadap Bazis Kotamadya

    Jakarta Selatan).

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah atau (BAZIS) dalam skripsi ini

    adalah singkatan dari Badan Zakat Infaq dan Shadaqah yang berada di Prapanca

    Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

    BAZIS adalah pemegang amanah dalam mengurusi dana zakat untuk

    pendidikan anak-anak di Jakarta yang harus bertanggung jawab dan jujur dalam

    penyalurannya. Kaidah penyalurannya ke delapan asnaf sesuai dengan Al-Quran

    8Malichatun, Peranan Zakat Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi

    Kasus Beasiswa Tunas Bangsa Badan Amil Zakat Nasional),(Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah

    dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2004), h 6, t.d.

    6

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    13/101

    dan system pengelolaan zakatnya sesuai dengan Al-Quran dan hadist yang

    mengacu kepada kemaslahatan umat.

    Karena luasnya cakupan masalah zakat, maka penelitian dalam skripsi ini

    dibatasi hanya pada masalah penyaluran dana zakat untuk pembiayaan

    pendidikan. Selanjutnya penyaluran dana zakat ini juga hanya di Prapanca,

    Jakarta Selatan.

    Agar lebih jelas pembahasan di atas, penulis merumuskan pokok

    permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimana pendapat Imam Hanafi terhadap penyaluran dana zakat untuk

    pendidikan?

    2. Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat untuk pendidikan pada BAZIS

    Jakarta Selatan?

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui realitas penyaluran

    dana zakat untuk pendidikan serta membuktikan bahwa adanya BAZIS selaku

    pemegang amanah memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan pelajar pada waktu

    sekarang dan memberi kemudahan secara langsung kepada masyarakat dalam

    upaya menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dalam penyaluran dana zakat

    untuk pendidikan di Prapanca, Walikota Jakarta Selatan.

    Oleh karena itu, yang menjadi kegunaan dari penulis skripsi ini adalah

    sebagai berikut :

    7

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    14/101

    1. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1)

    pada jurusan Perbandingan Mazhab Fiqih, Fakultas Syariah dan Hukum,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Untuk mengetahui pendapat Imam Mazhab terhadap penyaluran dana zakat

    untuk pembiayaan pendidikan.

    3. Untuk mengetahui berapa besar dana zakat yang dikeluarkan oleh BAZIS

    Jakarta Selatan untuk pembiyaan pendidikan.

    4. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk pembiayaan pendidikan yang

    dibantu pendanaannya oleh BAZIS Jakarta Selatan.

    D. Obyek Penelitian

    Penyaluran dana zakat merupakan obyek penelitian yang dikaji oleh

    penulis. Di Prapanca, pengurusan zakat dikendalikan oleh Pusat Zakat Walikota

    Jakarta Selatan yang merupakan lembaga atau badan yang dimiliki sepenuhnya

    oleh Pemerintah DKI Jakarta. Di bawah kantor ini telah didirikan cabangnya yaitu

    kantor BAZIS . sedangkan yang dikaji oleh penulis adalah BAZIS cabang Jakarta

    Selatan.

    Dana zakat adalah berupa uang yang diberikan oleh muzakki kepada

    pengelola yang memegang amanah sebagai lembaga penyaluran zakat untuk

    pendidikan. BAZIS bertindak dalam menyelenggarakan penyerahan zakat dari

    muzakki kepada yang memerlukan mengikut sistem pembagian zakat di Jakarta

    Selatan.

    8

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    15/101

    E. Kerangka Teori atau Kajian Teori

    Berdasarkan Undang-undang No. 39 Tahun 1999, Lembaga Pengelolaan

    Zakat di Indonesia terdiri dari lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang

    disebut Badan Amil Zakat (BAZ) dan lembaga yang didirikan oleh masyarakat

    yang dikenal dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Berdasarkan data yang

    dihimpun oleh Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Departemen Agama

    RI, di Provinsi DKI Jakarta terdapat 15 (lima belas) Lembaga Pengelolaan Zakat

    yang terdaftar dan telah dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat, meliputi 1

    (satu) BAZ yaitu BAZIS DKI Jakarta, dan 14 (empat belas) LAZ, yaitu : Dompet

    Dhuafa Republika, Yayasan Pondok Mulya, LAZ Bandar Soekarno Hatta, LAZ

    Al-Azhar, Dana Sosial Ummul Quro, Baitul Maal Umat Islam BNI, Baitul Maal

    Muammalat, Baitul Maal Hidayatullah, LAZ Persatuan Islam, LAZ

    Muhammadiyah, Yayasan Baitul Maal BRI, BAZIS Bank Tabungan Negara,

    Yayasan Amanah Takafful, Medical Emeergency Rescue Commite (MER-C).

    Dari 15 (lima belas) LPZ yang ada di DKI Jakarta, secara purposive

    sampling,BAZIS DKI Jakarta yang akan dijadikan sample penelitian ini. Adapun

    pertimbangannya adalah bahwa BAZIS DKI Jakarta merupakan satu-satunya

    BAZ yang dimiliki oleh Pemerintah DKI Jakarta, merupakan pioner BAZ-BAZ di

    provinsi lain dan memiliki Unit Pelaksana Teknis yang tersebar di seluruh

    Jakarta.

    Zakat adalah suatu bentuk ibadah malliyah yang mempunyai dimensi dan

    fungsi social ekonomi dalam mewujudkan solidaritas social karena dengan

    9

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    16/101

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    17/101

    BAZIS Kotamadya Jakarta Selatan merupakan cabang dari salah satu

    lembaga dalam penerimaan dana zakat, infaq dan shodaqah di DKI Jakarta. Salah

    satu hal yang menarik bagi penulis meneliti ZIS di BAZIS ialah, karena

    cakupannya seluruh wilayah Jakarta yang lebih dikenal dengan kota metropolitan.

    Dalam hal ini penerimaan dengan cara transfaran lebih mudah didapatkan, dimana

    masyarakat yang menengah keatas lebih banyak dan tidak sedikit pula masyarakat

    yang menengah ke bawah.

    F. Review Studi Terdahulu

    Dari beberapa literatur tesis dan skripsi yang berada di perpustakaan

    Syariah dan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis

    mengambilnya untuk dijadikan sebuah bahan perbandingan mengenai pendapat

    Imam Mazhab terhadap penyaluran dana zakat untuk pendidikan, sebagai berikut

    :

    1. Ahmad Yaman , Penyaluran Zakat dari Konsumtif ke Produktif Telaah atas

    Pemikiran DR. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc.Fakultas Syariah dan Hukum

    Jurusan Perbandingan Mazhab Fiqih, Disusun pada tahun 1427 H/2006 M.

    penulis membahas masalah konsep penyaluran zakat yang konsumtif ke

    produktif dalam pandangan DR. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc.

    2. Mufidah, Pengelolaan Zakat Pada Lembaga Amil Dompet Dhuafa Republika

    Pasca Pemberlakuan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, Konsentrasi

    Peradilan Agama, disusun pada tahun 1429 H/ 2008 M. penulis membahas

    11

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    18/101

    tentang system pemberlakuan UU No. 38 Tahun 1999 serta pengaruhnya

    terhadap profesionalisme pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Lembaga

    Amil dompet Dhuafa Republika.

    3. Nada Fitria Syari Aty, Peranan Strategi Fundraising Dalam Peningkatan

    Penerimaan Dana Zakat Infaq dan Shodaqah Pada PT. PLN Persero Jakarta.

    Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta 2009, penulis membahas masalah strategi fundraising

    zakat infaq dan shodaqah pada PT. PLN Persero Jakarta serta pengaruhnya

    terhadap dana ZIS.

    Dari judul skripsi di atas, sudah sangat berbeda pembahasannya dengan

    skripsi yang akan dibahas oleh penulis, penulis akan mencoba membahas tentang

    pendapat Imam Mazhab terhadap penyaluran dana zakat untuk pendidikan,

    mekanisme penyaluran dan pengumpulan serta gambaran mengenai BAZIS

    Jakarta Selatan.

    G. Metode Penelitian

    Adapun jenis metode yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif.

    Penelitian ini adalah dihasilkan melalui data-data deskriptif (pemaparan) yang

    diperoleh dari pengamatan di lapangan dan tidak selalu berbentuk angka-angka.

    Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan pembahasan di atas, maka

    penulis menggunakan penelitian kualitatif yang mengacu pada tehnik

    pengumpulan data yaitu dengan :

    12

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    19/101

    a. Interview/Wawancara

    Wawancara adalah mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung

    kepada responden dengan wawancara terbuka. Secara sederhana wawancara

    diartikan sebagai alat pengumpulan data dengan cara mempergunakan tanya

    jawab antara informasi dengan sumber informasi.9

    b. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah mengumpulkan data-data sekunder mengenai bahan

    penelitian yang didapatkan dari berbagai sumber tertulis seperti arsip,

    dokumen resmi, foto, data statistik dan sejenisnya yang diharapkan dapat

    mendukung analisis penelitian.10

    Adapun metode penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah buku

    Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. sedangkan untuk menafsirkan ayat-

    ayat Al-Quran yang menjadi dalil dalam skripsi ini, penulis menggunakan Al-

    Quran dan Terjemahan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik

    Indonesia.

    H. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang

    terjadi pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam memahami tata

    9Hadari Nawawi,Metode Penelitian Sosial,(Yogyakarta : Gajah Mada University,1993), h 111

    10Ibid

    13

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    20/101

    aturan penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan

    menjadi lima (5) bab, yaitu :

    Bab I Dalam bab ini penulis menjelaskan gambaran pendahuluan yang terdiri

    dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

    tujuan penulisan, review kajian terdahulu, kerangka teori atau kajian

    teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab II Dalam bab ini penulis mendeskripsikan tentang tinjauan umum

    mengenai zakat, yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum zakat,

    yaitu : tujuan, macam-macam harta yang wajib dizakati,

    perkembangan, yang berhak menerima zakat (Mustahik), dan yang

    berhak mengeluarkan zakat (muzakki), mekanisme pengumpulan dana

    zakat untuk pendidikan, serta hikmah pengeluaran zakat.

    Bab III Dalam bab ini penulis mencoba untuk memberi gambaran mengenai

    sejarah berdirinya Bazis, struktur organisasi Bazis dan progam kerja,

    kegiatan dari Bazis Jakarta Selatan dan mekanisme penyaluran dana

    zakat pendidikan pada Bazis.

    Bab IV Dalam bab ini penulis mencoba untuk mengkaji tentang penyaluran

    dana zakat pendidikan menurut Imam Hanafi, yang terdiri dari biografi

    Imam Hanafi, pandangan Imam Mazhab terhadap penyaluran dana

    zakat, serta analisa penyaluran dana zakat Bazis dalam pandangan

    Imam Hanafi.

    14

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    21/101

    15

    Bab V Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dari bab-bab yang telah

    dibahas dan dilanjutkan dengan rekomendasi terhadap pihak-pihak

    yang terkait yang diharapkan menjadi kritik konstruktif bagi pihak

    yang terkait. Selain itu, penulis juga mencantumkan dengan daftar

    pustaka disertai lampiran-lampiran.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    22/101

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

    A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat

    Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-

    barakatu Keberkahan, al-namaa pertumbuhan dan perkembangan , ath-

    thaharatu kesucian, dan ash-shalahu keberesan.1 Sedangkan secara istilah,

    meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda

    antara satu dengan yang lainnya, bahkan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa

    zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT

    mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak

    menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.2

    Zakat termasuk salah satu rukun islam yang lima. Dan kata zakatdalam

    Al-Quran ditemukan beriringan dengan kata shalat dalam 82 ayat. Zakat

    diwajibkan dalam kitabullah, sunnah Rasulullah Saw danIjmaaul ummah.3

    Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal (harta) dengan

    mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zhahir ini, hakikatnya

    akan bertambah dan berkembang (nilai intrinsik) yang hakiki disisi Allah SWT.

    Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan

    1Majmu lughah al-arabiyyah, al-mujam al-wasith, (Mesir: Daar el-maarif, 1972) juz I

    hlm 3962Ibid,hlm 3963Abdul Aziz Asy-Syannawi, Ketika Harta Berbicara, (Jakarta : Pustaka Azzam 2004),

    hlm 119.

    16

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    23/101

    17

    horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat

    manusia, terutama umat Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang

    berkaitan dengan Allah maupun hubungan social kemasyarakatan di antara

    manusia, antara lain : menolong, membantu, membina dan membangun kaum

    dhuafa yang lemah dengan materi yang sekedar untuk memenuhi kebutuhan

    pokok hidupnya. Dengan kondidi tersebut, akan mampu melaksanakan

    kewajibannya terhadap Allah SWT, memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan

    dengki dari diri-diri orang yang berkehidupan cukup, apalagi mewah. Sedang ia

    sendiri tak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang

    kaya) kepadanya.

    Zakat dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa

    (menumbuhkan akhlak mulia, menjadi murah hati, peka terhadap rasa

    kemanusian) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu,

    akhirnya tercipta suasana ketenangan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah

    SWT dan kewajiban kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati.

    Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian

    menurut istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi

    berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Zakat adalah ibadah

    maaliyah yang mempunyai dimensi pemerataan karunia Allah SWT sebagai

    fungsi social ekonomi sebagai perwujudan solidaritas social, pernyataan rasa

    kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan

    ummat, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan miskin zakat,

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    24/101

    18

    sarana membangun kedekatan antara yang kuat dengan yang lemah, mewujudkan

    tatanan masyarakat yang sejahtera, rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya

    dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. Dalam kehidupan

    masyarakat seperti itu, tidak ada lagi kekhawatiran hidupnya kembali bahaya

    komunisme, sebab dengan fungsi ganda zakat, kesenjangna social yang dihadapi

    seperti kapitalisme maupun dengan sosialisme dengan sendirinya akan terkikis,

    menuju terciptanya tatanan sebuah masyarakat yang baldatun thoyibun wa

    Rabbun Ghafur.

    Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah

    penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan

    pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana telah dicontohkan oleh

    Rasulullah Saw serta penerusnya di zaman keemasan Islam.

    Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya system kemasyarakatan

    Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: ummatan wahidah (umat yang satu),

    musawamah (persamaan derajat, dan kewajiban), ukhuwah Islamiyah

    (persaudaraan Islam) dan takaful ijtima (tanggung jawab bersama). Zakat

    menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta,

    dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

    Zakat dalam Al-Quran disebut sebanyak 82 kali. Ini menunjukan hokum

    dasar zakat yang sangat kuat, antara lain :

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    25/101

    19

    Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Apapun yang

    diusahakan oleh dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi

    Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui kegiatan apapun yang

    kamu kerjakan. (Al-Baqarah / 2 :110)

    hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian

    menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan

    zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah. Hal ini

    sebagaimana dinyatakan dalam surah at-Taubah: 103 dan surah ar-Ruum: 39,

    )/:(

    Artinya :Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

    membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.

    Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka.

    Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

    (At-Taubah / 9 : 103)

    ):/(

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    26/101

    20

    Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah

    pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

    Dan yamg kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untukmencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah

    orang-orang yang melipat gandakan hartanya (Ar-Ruum / 30 : 39).

    1. Tujuan Pengeluaran Zakat

    Yusuf Qardhawi membagi dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu tujuan untuk

    kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan social kemasyarakatan. Tujuan

    yang pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka

    berinfak atau memberi, mengembangkan akhlak seperti akhlak Allah, mengobati

    hati dari cinta dunia yang merajalela, mengembangkan kekayaan bathin dan

    menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia. Dengan ungkapan lain,

    esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya

    jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan

    martabat melebihi martabat benda, dan menghilangkan sifat matrealistis dalam

    diri manusia.4

    Tujuan kedua, memiliki dampak pada kehidupan kemasyarakatan secara

    luas. Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan bagian dari system

    jaminan social dalam Islam. Kehidupan masyarakat sering terganggu oleh

    problema kesenjangan, gelandangan, problema kematian dalam keluarga dan

    4Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV. Pustaka

    Amri 2005), hlm. 16

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    27/101

    21

    hilangnya perlindungan, problema bencana alam maupun cultural dan lain

    sebagainya.

    Sedangkan tujuan dari zakat, Didin Hafifuddin menguraikan sebagai

    berikut5:Pertama,merupakan perwujudan ketundukan, ketaatan dan rasa syukur

    atas karunia Allah. Kedua,zakat merupakan hak mustahikyang berfungsi untuk

    menolong, membantu dan membina mereka kearah kehidupan yang lebih baik

    dan lebih sejahtera, agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak dan

    dapat beribadah kepada-Nya. Ketiga, merupakan pilar amal bersama (jamai)

    antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang

    seluruh waktunya untuk berjihad di jalan Allah. Keempat, sebagai sumber dana

    bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki ummat Islam,

    seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, social maupun ekonomi sekaligus

    sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kelima, untuk

    memasyarakatkan etika bisnis yang benar sebab zakat itu bukanlah membersihkan

    harta yang kotor akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain atas harta

    kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai ketentuan Allah SWT.

    Keenam, merupakan salah satu instrument/sarana bagi pembangunan

    kesejahteraan ummat. Ketujuh, mendorong ummat untuk bekerja dan berusaha

    sehingga memiliki harta untuk dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarganya

    serta dapat berzakat/berinfaq.

    5Ibid, hlm 17.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    28/101

    22

    Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan

    manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang

    berzakat (muzakki), penerimaannya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya,

    maupun bagi masyarakat keseluruhan.6

    2. Macam-macam Harta Yang Wajib Dizakati

    Sebagaimana yang telah disebutkan pada Bab I, zakat itu terbagi menjadi

    dua macam, yaitu zakat mal dan zakat nafs (fitrah). Zakat mal (harta) adalah

    bagian dari harta kekayaan seseorang yang wajib dikeluarkan untuk golongan-

    golongan tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan jumlah

    tertentu.7 Seperti emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan (buah-buahan dan

    biji-bijian) dan barang perniagaan. Sedangkan zakat nafs/fitrah adalah zakat yang

    diberikan berkenaan dengan selesainya mengerjakan shiyam (puasa) yang

    difardhukan.8

    Untuk wajibnya zakat disyariatkan hendaknya harta yang dimiliki itu

    mencapai nishab. Arti nishab adalah sesuatu ukuran yang ditetapkan oleh

    syari sebagai tanda wajibnya zakat, baik berupa emas dan perak atau lainnya.

    Mazhab hanafi berpendapat bahwa sempurnya nishab itu disyariatkan ada pada

    dua penghujung tahun (yakni awal dan akhir), sama saja dengan pertengahan

    6Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta : PT. Raja

    Grafindo Persada, 1998), hlm, 827Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : Universitas

    Indonesia, 2006), hlm 42.8Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang : PT. Pustaka

    Rizki Putra, 1999), hlm 9.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    29/101

    23

    tahun nishab harta tersebut masih tetap sempurna atau tidak. Bila memiliki nishab

    yang sempurna pada awal tahun, dan nishab tersebut berkurang, kemudian

    sempurna lagi pada akhir tahun, maka dalam hal ini wajib juga zakat. Sedang

    apabila tetap tidak mencapai nishab hingga batas tahunnya berakhir, maka tidak

    ada zakat.

    Zakat atas hasil yang dicapai berbeda dengan zakat atas modal, yaitu

    dalam hal pembayarannya. Harta yang wajib dizakati berdasarkan hasil yang

    dicapai, penunaian zakatnya segera setelah didapat hasilnya tanpa terkait dengan

    syarat haul. Harta yang termasuk dalam kategori ini adalah :

    a. Zakat Atas Hasil Pertanian

    Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang

    berniali ekonomis seperti biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-

    lain. Hal tersebut adalah berdasarkan keumuman dalil yang ada dalam al-

    Quran dan al-sunnah. Pendapat ini merupakan pendapat Imam Abu Hanifah.

    Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus

    dilakukan setiap kali menuai. Kadar zakatnya 5% untuk hasil bumi yang atas

    usaha penanam sendiri dan 10% kalau pengairannya tadah hujan tanpa usaha

    yang menanam.9Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air tetapi

    ada biaya-biaya lain seperti pupuk, insektisida dan lain-lain. Oleh sebab itu,

    untuk memudahkan perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan

    9Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : Universitas

    Indonesia, 2006), hlm 46.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    30/101

    24

    sebagainya dikurangkan hasil panen. Kemudian dari sisanya dikeluarkan zakat

    sebesar 10% atau 5%.

    b. Zakat Atas Harta Terpendam (Rikaz), Barang Tambang (maadin)

    dan Kekayaan laut

    Mazhab Hanafi tidak membedakan antara rikaz dan maadin. Wajib

    dikeluarkan zakat atas keduanya sebesar 20% baik yang telah maupun belum

    mencapai nishab. Maadin adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam

    perut bumi, baik padat maupun cair seperti emas, perak, tembaga, minyak,

    gas, besi sulfur dan yang lainnya, serta ada usaha untuk mengeksploitasinya.

    Sedangkan, rikaz adalah harta kekayaan peninggalan orang terdahulu

    dari zaman purbakala yang dipendam di dalam bumi, atau biasa disebut

    ditemukan dan tidak ada pemiliknya. Sebagaimana hadist Nabi Saw :

    Rasul ditanya tentang barang temuan, maka beliau menjawab,

    apabila ditemukan pada jalan yang ramai atau pada daerah yang

    berpenghuni, maka umumkanlah selama satu tahun. Jika dating pemiliknya

    (maka itu haknya), jika tidak maka menjadi milikmu. Tapi jika ditemukan

    pada jalan mati (tanah yang tidak bertuan) atau daerah tak berpenghuni,

    maka pada barang temuan tersebut dan juga pada rikaz wajib dikeluarkan

    seperlima (20%).(H.R. Nasaai).

    Berdasarkan hadist diatas tentang kadar zakat rikaz menurut Hanafi

    yang menetapkan 20%, tanpa mensyaratkan adanya nishab. Sementara itu,

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    31/101

    25

    Hanafi juga menetapkan 20% atas dasar ghonimahsama seperti rikaz.Untuk

    hasil laut seperti mutiara, ambar, marjan dan sejenisnya, Mazhab Hanafi

    berpendapat bahwa tidak ada zakat atas mutiara, marjan dan sejenisnya.

    Zakat atas modal adalah zakat yang dihitung berdasarkan harta pokok

    dan hasil yang didapat, bukan atas hasil saja. Biasanya, zakat atas harta yang

    berdasarkan modal atau pokok akan mengikuti kaidah haul, yaitu satu tahun.

    Yang termasuk dalam kategori ini adalah :

    1. Zakat Binatang Ternak

    Hewan ternak, yaitu unta, sapi dan kambing. Yang dimaksud di sini

    adalah yang piaraan. Maka tidak ada zakat untuk yang liar. Yang semisal itu

    adalah hewan yang dilahirkan dari hasil percampuran antara hewan liar dan

    piaraan. Mazhab Hanafi berpendapat, yang perlu diperhatikan dalam masalah

    hewan yang dilahirkan dari hasil pencampuran antara hewan liar dan piaraan

    adalah induknya. Bila induknya itu piaraan, maka ia dikenakan zakat. Jika

    bukan, maka tidak dikenakan zakat.10

    Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah ternak yang telah dipelihara

    setahun di tempat pengembalaan dan tidak pekerjakan sebagai tenaga

    pengangkutan dan sebagainya, dan sampai nishabnya. Kadar zakatnya

    berbeda-beda. Ternak yang wajib dizakati antara lain, unta yaitu nishabnya

    10Syekh Abdurrahman Al-Jaziri,Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arbaah, (Mathbaah Al-Istiqomah, Cairo), Ct. 4, Penerjemah H. Chatibul Umam dan Abu Hurairah, Fiqh Empat Madzhab,

    (Jakarta : Darul Ulum Press, November 2002), Ct. 1, hlm 107.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    32/101

    26

    adalah 5 ekor. Artinya bila seorang telah memiliki 5 ekor unta, maka ia

    terkena kewajiban zakat.

    Hanafiyah berpendapat bila jumlah unta itu lebih dari 120 maka

    kewajiban zakatnya diperhitungkan dari awal lagi dan selebihnya dari jumlah

    tersebut sama dengan zakat nishab pertama. Berdasarkan hadist Nabi Saw

    yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Annas bin Malik, maka dapat

    dibuat tabel sebagai berikut:

    Jumlah (Ekor) Zakat

    5-9 1 ekor kambing/domba11

    10-14 2 ekor kambing/domba

    15-19 3 ekor kambing/domba

    20-24 4 ekor kambing/domba

    25-35 1 ekor unta bintu makhad12

    36-45 1 ekor unta bintu labun13

    46-60 1 ekor unta hiqah14

    61-75 1 ekorjadzah15

    79-90 2 ekor unta bintu labun

    91-120 2 ekor hiqah

    Sapi dan kerbau yaitu nishab kerbau disetarakan dengan nishab sapi,

    yakni 30 ekor. Artinya, bila seorang telah memiliki 30 ekor sapi atau kerbau,

    maka ia telah terkena kewajiban zakat. Sapi antara jantan dan betina adalah

    11Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur satu tahun atau lebih12Unta betina berumur 1 tahun, masuk tahun ke-213Unta betina berumur 2 tahun, masuk tahun ke-314Unta betina berumur 3 tahun, masuk tahun ke-415Unta betina berumur 4 tahun, masuk tahun ke-5

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    33/101

    27

    sama. Maka dalam jumlah 40 ekor sapi/kerbau, zakat yang wajib dikeluarkan

    adalah 1 ekor sapi jantan atau betina berumur 2 tahun masuk tahun ketiga.

    Berdasarkan hadist Nabi Saw yang diriwayatkan oleh At Tirmizi dan

    Abu Daud dari Muadz bin Jabbal r.a, maka dapat dibuat table sebagai berikut :

    Jumlah (Ekor) Zakat

    30-39 1 ekor sapi jantan/betina tabi16

    40-59 1 ekor sapi betina musinnah17

    60-69 2 ekor tabi

    70-79 1 ekor musinnah dan 1 ekor tabi80-89 2 ekor musinnah

    Selanjutnya, jika setiap jumlah itu bertambah 30 ekor zakatnya

    bertambah 1 ekor tabi.Dan jika bertambah ekor, maka zakatnya bertambah 1

    ekor musinnah.

    Kuda tunggangan dan kuda yang dipergunakan tidak dikenakan zakat.

    Sedangkan, kuda yang diperjualbelikan yang dianggap sebagai asset

    perdagangan dikenai zakat perdagangan sebesar 2,5%. Adapun kuda yang

    diternakan dengan tujuan investasi, ditetapkan tidak dikenai zakat. Namun,

    Imam Abu Hanifah berpendapat, kuda dikenai zakat sebesar 1 dianr (4.25

    gram emas) dengan nishab 5 ekor jika kuda arab. Selain kuda arab, nishabnya

    2,5%.

    16Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-217Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    34/101

    28

    Nishab kambing/domba adalah 40 ekor. Artinya, bila seorang telah

    memiliki 40 ekor kambing/domba, maka ia telah terkena kewajiban zakat.

    Jumlah (Ekor) Zakat

    40-121 1 ekor kambing 2th/domba 1th

    121-200 2 ekor kambing/domba

    201-300 3 ekor kambing/domba

    Selanjutnya, jika setiap jumlah itu bertambah 100 ekor, maka zakatnya

    bertambah 1 ekor, serta jenis lainnya kecuali hewan yang diharamkan menurut

    agama.

    2. Zakat Emas dan Perak/Simpanan

    Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi.

    Pertama, karena merupakan barang tambang yang berharga dan sering

    dijadikan perhiasan. Kedua, emas dan perak juga dijadikan mata uang yang

    berlaku dari waktu ke waktu. Syariat Islam memandang emas dan perak

    sebagai harta yang potensial untuk berkembang. Oleh karenanya, Mazhab

    Hanafi berpendapat bahwa zakat perhiasan itu hukumnya wajib, baik bagi

    laki-laki maupun wanita, baik masih berupa biji (emas/perak) atau sudah

    lebur, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang

    lain. Yang menjadi zakat perhiasaan adalah beratnya bukan harganya.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    35/101

    29

    Seseorang yang memiliki emas atau perak sebesar 20 dinar atau 200

    dirham atau senilai dengan keduanya selama setahun, maka ia terkena

    kewajiban zakat sebesar 2,5%. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Saw :

    Apabila kamu telah memiliki 200 dirham (perak) dan telah

    mengalami ulang tahun ((haul), maka zakatnya 5 dirham. Dan kamu tidak

    mempunyai kewajiban apa-apa sehingga kamu memiliki 20 dinar dan telah

    mengalami ulang tahun, maka zakatnya dianr. Selanjutnya jika lebih, maka

    perhitungkanlah seperti itu.(H.R. Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib r.a)

    3. Zakat Atas Barang Yang Diperdagangkan

    Zakat itu wajib pada harga dari barang dagangan itu sendiri. Yang

    dimaksudkan barang dagangan di sini adalah barang dagangan seperti

    kain, besi dan lain sebagainya. Jenis barang yang diperdagangkan

    nishabnya adalah sama dengan nilai harga emas sebanyak 96 gram. Zakat

    tersebut dikeluarkan ketika setiap tutup buku, setelah perdagangan

    berjalan selama satu tahun lamanya, seluruh uang dan barang yang ada

    dari barang dagangan tersebut dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5%. Yang

    menjadi ukuran bagi Mazhab Hanafi dalam masalah wajibnya zakat

    karena adanya nishab dalam masa satu tahun. Jika kita lihat perdagangan

    masa sekarang ini yang semakin meluas, maka zakat perdagangan ini pun

    diperluas lagi pada perusahaan atau badan usaha lain.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    36/101

    30

    Selain dari yang di atas tadi terdapat juga zakat piutang yaitu

    mempunyai piutang di orang lain yang mencapai batas nishab dan telah

    berlangsung selama satu tahun, dan memenuhi syarat yang pernah

    dikemukakan terdahulu. Zakat uang kertas (Banknote) Mazhab Hanafi

    berpendapat bahwa itu sama dengan piutang kuat, hanya saja uang kertas

    itu dapat langsung dipertukarkan dengan perak, maka ia juga wajib

    langsung dizakati.

    3. Perkembangan Zakat dari Masa ke Masa

    Sistem penghimpunan dan penyaluran zakat dari masa ke masa

    memiliki perbedaan. Awalnya, zakat lebih banyak disalurkan untuk kegiatan

    konsumtif, tetapi belakangan ini telah banyak pemanfaatan dana zakat untuk

    kegiatan produktif, upaya ini diharapkan dapat merubah strata social dari yang

    terendah (mustahik) kepada yang tertinggi (muzakki). Pengumpulan zakat

    dapat dilakukanoleh Badan Amil Zakat/Lembaga Amil Zakat (BAZ/LAZ) di

    setiap tingkat atau membentuk unit pengumpulan zakat (UPZ) yang bertugas

    mengumpulkan zakat, infak, sedekah dan lainnya langsung melalui bank.

    Dalam pelaksanaan pengumpulan dana zakat BAZ/LAZ dapat bekerja sama

    dengan lembaga keuangan dan perbankan.

    Pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan dengan paksaan terhadap

    muzakki, melainkan muzakki melakukan dengan kesadaran sendiri,

    menghitung sendiri jumlah hartanya yang harus dibayarkan kewajibannya.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    37/101

    31

    Dalam hal, muzakki tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajibannya

    zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ atau lembaga

    pengelola zakat (LPZ). Idealnya LPZ menyediakan panduan dalam

    penghimpunan dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima. Organisasi

    pengelola menetapkan jenis dana yang akan diterima sebagai sumber dana.

    Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan

    berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.

    Di samping mempertimbangkan ketentuan umum, pendayagunaan

    dana zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah praktis yang dihadapi

    oleh masyarakat. Untuk lebih jelasnya mapping penghimpunan dan

    penyaluran zakat dapat dicermati dari perkembangan sejarah zakat dari masa

    ke masa sebagai berikut :

    a. Zakat Pada Periode Islam Awal (Masa Nabi dan Khulafa al-Rasyidin)

    1. Masa Rasulullah Saw

    Pemberlakuan syariat zakat diterapkan secara efektiff pada tahun

    ke-2 H. eksistensi zakat pada masa itu adalah sebagai ibadah bagi muzakki

    dan sumber pendapatan Negara. Dalam pengelolaanya, Nabi terlibat

    secara langsung memberikan contoh dan petunjuk pelaksanaan.

    Adapun prosedur pengumpulan dan pendistribusiannya, Nabi Saw

    mengutus petugas di luar wilayah kota Madinah untuk mengumpulkan dan

    mengelola zakat. Diantaranya adalah Muadz bin Jabal yang di utus ke

    penduduk Yaman. Para petugas yang ditunjuk oleh Nabi tersebut dibekali

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    38/101

    32

    dengan pedoman, petunjuk teknis pelaksanaan, bimbingan, serta

    peringatan keras dan ancaman sanksi agar dalam pelaksanaan dan

    pengeloalaan zakat dapat berjalan efektif dan efisien.

    2. Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Khalifah ini memiliki kepedulian yang sangat tinggi dan serius

    terhadap persoalan zakat. Hal ini disebabkan strategis fungsi zakat sebagai

    pajak dan sumber pendapatan Negara. Dalam menangani dan mengelola

    pelaksanaan zakat, khalifah selalu berpedoman pada sebuah hadist Nabi

    Saw :

    Dari Umar ra. Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda : saya

    diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mengucapkan

    dua kalimat syahadat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila

    mereka melaksanakan semuanya, maka mereka telah memelihara darah

    dan hartanya dari padaku, kecuali yang hak Islam, maka perhitungan

    mereka terserah kepada Allah(H.R. Bukhari dan Muslim)

    Pembahasan kewajiban shalat dan zakat secara bersamaan dan

    beiringan, hal ini menunjukan indikasi signifikansi dan urgensi zakat

    dalam ajaran Islam. Khalifah Abu Bakar Shidiq melakukan gerakan untuk

    memerangi orang yang tidak berzakat, seperti memerangi orang yang

    tidak shalat.

    Hal ini nampak dalam salah satu ultimatum yang berbunyi :

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    39/101

    33

    Aku akan memerangi siapa saja yang memisahkan antara shalat

    dan zakat Hadist tersebut menjadi landasan teorotik dan operasional

    dalam pengelolaan zakat. Meskipun Nabi Saw semasa hidupnya tidak

    pernah mengambil tindakan tegas memerangi yang enggan membayar

    zakat, karena pada masa itu belum timbul gerakan menentang zakat

    sebagaimana yang terjadi pada masa Abu Bakar.

    Khalifah mengangkat petugas-petugas zakat (Amil Zakat), dan

    mendistribusikan kepada mustahik secara langsung tidak menumpuk di

    Baitul Mal.Sementara beliau mengambil haknya sekedarnya saja.

    3. Masa Umar Bin al-Khattab

    Pemungutan dan pengelolaan zakat pada masa ini dilakukan secara

    intensif. Penerimaan zakat meningkat drastic, karena jumlah wajib zakat

    bertambah secara kuantitatif dengan berkembangnya wilayah kekuasaan

    Islam.

    Salah satu kebijakan Umar mengenai zakat, pendapatannya yang

    menyatakan bahwa zakat merupakan sumber pendapatan Negara. Zakat

    merupakan sumber pendapatan nasional. Dengan demikian, zakat harus

    diserahkan kepada Negara.18

    Umar memahami bahwa tujuan utama kewajiban zakat yakni

    mencegah menumpuknya harta dibawah kekuasaan sekelompok kecil.

    18Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri,Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV.

    Pustaka Amri, 2005), hal 30

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    40/101

    34

    Oleh karena itu Umar menyusun kebijakan penambahan jenis barang yang

    wajib dizakati, menghilangkannya sewaktu-waktu, jika dianggap sudah

    tidak relevan dalam struktur perpajakan dan pendapatan Negara sewaktu-

    waktu.19

    4. Masa Utsman bin Affan

    Pada periode ini penerimaan zakat meningkat, sehingga gudang

    Baitul Mal penuh dengan harta zakat. Khalifah kadang memberi

    wewenang kepada para wajib zakat untuk atas nama khalifah

    menyerahkan secara langsung kepada yang berhak. Bahkan khalifah

    mengeluarkan hartanya sendiri untuk memperbesar penerimaan zakat

    untuk kepentingan Negara. Khalifah sangat popular sebagai orang yang

    dermawan dan memiliki kekayaan yang pribadi dalam jumlah besar

    sebelum menjabat sebagai khalifah.

    Dana zakat yang terkumpul segera didistribusikan kepada yang

    berhak. Jika terdapat sisa di Baitul Mal, maka beliau menginstruksikan

    untuk menyalurkannya ke lembaga-lembaga social yang memberi manfaat

    bagi kemashlahatan ummat, terutama membiayai pembangunan dan tamir

    Masjid Rasulullah

    19Ibid, 30

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    41/101

    35

    5. Masa Ali bin Abi Thalib

    Meskipun dalam suasana politik yang tidak stabil, Ali tetap

    menangani persoalan zakat bahkan terlibat langsung secara intensif

    melakukan pendistribusian. Kebijakannya mengikuti khalifah-khalifah

    terdahulu.

    b. Zakat Dalam Kebijakan dan Pemikiran Tokoh-tokoh Penting Pada

    Masa Daulah Islamiyyah

    1. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H)

    Pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, kerajaan mengalami

    kemajuan karena ditangani dengan system dan manajemen fungsional.

    Jenis-jenis harta kekayaan yang dikenakan zakat mengalami

    pertambahan. Dalam hal ini Yusuf Qardhawi20

    menuturkan bahwa,

    khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang pertama yang

    mewajibkan zakat atas harta kekayaan yang diperoleh dari penghasilan

    usaha atau hasil jasa baik termasuk gaji, honorium, penghasilan

    prifesi, danMaal al-Mustafadlainnya.

    2. Abu Ubayd al-Qasim Ibn Sallam (W. 838 M)

    Pendapatnya dalam kitab Al-Amwal tentang keuangan negara

    diantaranya berkenaan dengan zakat :

    20Ibid, 31

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    42/101

    36

    a. Zakat merupakan salah satu jenis harta yang dikumpulkan dan

    disalurkan.

    b. Tidak ada batas tertinggi pembayaran zakat dan penyalurannya.

    3. Al-Ghazali (1055-1111)

    Al-Ghazali21

    dalam beberapa buku seperti Ihya Ulumuddin

    dan Mizan al-amal mengemukakan pendapatnya tentang norma-

    norma kehidupan social diantaranya berkaitan dengan pengelolaan

    harta dan kewajiban zakat :

    a. Penimbunan kekayaan berlebihan adalah penindasan

    b. Kewajiban untuk membantu rakyat yang kekurangan melalui

    bendahara publik. Dana bendahara publik diantaranya berasala dari

    pemungutan zakat.

    4. Ibnu Taimiyah (1263-1328 M)

    Menurut Ibnu Taimiyah,22

    zakat merupakan salah satu bentuk

    penerimaan publik yang menjadi sumber utama dari pendapatan

    Negara. Zakat merupakan tonggak dari system perpajakan dalam

    Negara Islam. Zakat merupakan kewajiban dari setiap penduduk

    seperti halnya juga shalat yang menjadi hak Allah.

    Dari 8 asnaf penerimaan zakat, menurut Ibnu Taimiyah

    merupakan kewajiban untuk mengeluarkan zakat kepada seluruh

    21Ibid,3222Ibid,33

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    43/101

    37

    penerima zakat itu secara merata. Pembagian ditentukan berdasarkan

    tingkat kebutuhan dan kepentingannya.

    Jika pengauasa tidak adil dan dalam pendistribusian dana zakat

    kepada yang berhak, setiap orang boleh menolak membayar zakat

    kepada mereka dan diperkenakan secara langsung menyalurkan zakat

    kepada mereka yang berhak. Hal ini tidak berlaku untuk jenis

    kewajiban lain yang menjadi sumber penerimaan nrgara, kendati

    penguasaanya tidak adil, tetap harus dibayar.

    Pemikiran tokoh-tokoh di atas menunjukan betapa pentingnya

    peranan zakat dalam perkembangan ekonomi di masyarakat.

    c. Zakat Pada Era Kontemporer

    zakat sebagai instrument social ekonomi memiliki aspek histories

    tersendiri pada masa kejayaan Islam. Zakat sebagai elemen perekonomian

    memiliki peranan penting dalam struktur perekonomian Negara. Aspek

    inilah yang digambarkan dalam sejarah peradaban Islam mulai khalifah

    Abu Bakar yang telah meletakkan aturan dasar pelaksanaan, regulasi, dan

    system dalam pemungutan zakat, sampai pada khalifah Umar bi Abdul

    Aziz yang telah melengkapi aspek-aspek pengelolaan zakat.

    Dalam penghimpunan dan pengelolaan zakat tidak lepas dari

    empat aspek yang terkait, yakni : mustahik, ashnaf zakat yang delapan,

    amilin, (individu dan institusi) dan manajemen zakat (pemungutan dan

    penyalurannya). Idealnya keempat aspek tersebut bersinergi membentuk

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    44/101

    38

    sebuah system yang transparan, akuntabel, dan efektif. Dalam sebuah

    Negara Islam, zakat harus dikelola oleh Negara, pada saat Negara tidak

    melakukan pengelolaan, maka kewajiban itu jatuh ke tangan masyarakat

    yang memiliki kemampuan dan berkesempatan.

    Beberapa hal berikut, mesti mendapat perhatian dalam pengelolaan

    zakat :

    1. zakat merupakan investasi social

    2. Investasi zakat harus memperhatikan pada aspek :

    a. Halaldan Thoyyib

    b. Local Source

    c. Bottom Up

    d. Ramah Lingkungan

    e. Kebutuhan Pasar

    3. Pengelolaan zakat harus memiliki karakter social/wirausaha

    4. Karakter manajemen, yaitu manajemen by process

    Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dana zakat dapat

    digolongkan sebagai berikut :

    1. Konsumtif tradisional, zakat dimanfaatkan dan digunakan langsung

    oleh mustahik, untuk pemenuhan kebutuhan hidup

    2. Konsumti kreatif, zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dan jenis

    barang semula, misalnya beasiswa

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    45/101

    39

    3. produktif tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barang-

    barang produksi, seperti sapi, mesin jahit dan lain-lain

    4. produktif kreatif, yaitu pendayagunaan zakat diwujudkan dalam

    bentuk modal, baik untuk membangun suatu proyek social maupun

    menambah modal pedagang untuk berwirausaha.

    4. Yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik)

    Sesuai dengan firman Allah QS. At-Taubah ayat 60, bahwa zakat

    diberikan kepada delapan ashnaf, diantaranya yaitu :23

    ):60(

    Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

    orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk

    hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang,

    untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,

    23Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV.

    Pustaka Amri, 2005), hlm 11.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    46/101

    40

    sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha

    Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah : 60)

    1. Golongan Fakir

    Golongan yang memiliki harta namun kebutuhan hidup mereka lebih

    banyak dibandingkan harta yang mereka miliki, atau orang-orang yang sehat

    dan jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan sehingga tidak mempunyai

    penghasilan. Fakir berarti orang yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan,

    atau mempunyai pekerjaan tetapi penghasilannya sangat kecil, sehingga tidak

    cukup untuk memenehi sebagian dari kebutuhannya.

    2. Golongan Miskin

    Golongan orang yang mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan

    hidup namun tidak memenuhi standar, atau orang yang lemah dan tidak

    berdaya (cacat) karena telah berusia lanjut, sakit atau karena akibat

    peperangan, baik yang mampu bekerja maupun tidak tetapi tidak memperoleh

    penghasilan yang memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan

    keluarganya.

    3. Golongan Amil Zakat

    Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau

    penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat, mengumpulkan,

    menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badan/lembaga

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    47/101

    41

    atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang

    yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat. Menurut SyafiI amil

    mendapat bagian seperdelapan dari seluruh zakat yang terkumpul, untuk

    dipergunakan sebagai biaya operasional, administrasi, dan honor / gaji bagi

    anggota team. Setiap amil boleh menerima bagian zakatnya sebagai petugas

    sesuai dengan kedudukan dan prestasi kerjanya, kendatipun dia orang kaya.24

    4. GolonganMuallafah al-Qulub

    Muallaf yang dibujuk hatinya, yaitu orang yang memilki

    kekharismatikan tinggi dalam keluarga atau kaumnya dan bisa diharapkan

    masuk Islam, atau dikhawatirkan perbuatan jahatnya atau bila diberi zakat

    orang tersebut bisa diharapkan keimanannya akan semakin mantap. Dengan

    dana zakat diharapkan orang seperti ini memiliki keteguhan keimanan dan

    keyakinannya.

    Rawwas Qalahji didalam bukunya Ensiklopedi Fiqh Umar bin

    Khattab ramenyebutkan :

    Umar berpendapat bahwa bagian para muallaf itu diberikan pada

    saat orang-orang Islam dalam keadaan lemah. Zakat itu diberikan kepada

    mereka untuk melindungi mereka dari kejelekan dan yang membahayakan

    imannya serta untuk melemahlembutkan hati mereka. Jika Islam sudah

    bberjaya dan jumlah orang Islam sudah banyak dan mereka menjadi kuat dan

    24Lili Bariadi,Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005), hal 12-15.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    48/101

    42

    dahsyat, maka mereka tidak boleh diberi bagian zakat, baik orang yang diberi

    itu orang yang harus mendapat perlindungan atau orang yang hatinya harus

    dilemahlembutkan.

    Sementara Majfuk Zuhdi25

    berpendapat bahwa selain mengikuti jejak

    Umar, juga menyatakan bahwa muallaf adalah orang yang menghadapi

    problem keluarga atau pekerjaan atau tempat tinggal akibat kepindahannya ke

    agama Islam maka mereka berhak menerima zakat. Adapun orang yang tidak

    mengalami problem apapun ketika masuknya ke agama Islam maka mereka

    tidak berhak menerima zakat.

    5. Golongan Riqab

    Riqab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk

    memerdekakan budak, atau dalam rangka membantu memerdekakannya.

    6. Golongan Gharim

    Gharimadalah orang yang berhutang bukan untuk keperluan maksiat,

    seperti hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan isterinya serta hamba

    sahaya miliknya. Termasuk juga hutang untuk menjalankan peritah Allah

    SWT, seperti haji, umrah dan hutang untuk menunaikan hak-hak seperti

    membayar diyat (denda) atau pembiayaan perkawinan.

    7. GolonganFi Sabilillah

    25 Pro. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta : PT. Toko Gunung

    Agung,1997), hlm. 256.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    49/101

    43

    Sabilillah adalah sarana untuk menuju keridhaan Allah dalam semua

    kepentingan bagi ummat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan

    Negara bukan untuk keperluan pribadi. Kata fisabilillah memiliki arti luas,

    pengertiannya bisa berubah sesuai waktu dan kebiasaan. Fisabilillahmeliputi

    banyak perbuatan, meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik

    segi agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, termasuk

    mendirikan rumah sakit, pengiriman dai dan sebagainya. Semua usaha

    kebaikan untuk kemaslahatan umum, semua upaya untuk menambah kekuatan

    dan kejayaan agama dan Negara termasuk dalam kandunganfisabilillah.

    8. Golongan Ibnu Sabil

    Yang dimaksud Ibnu Sabil adalah musafir, orang yang berpergian

    jauh, yang kehabisan bekal. Pada sat itu, ia sangat membutuhkan belanja bagi

    keperluan hidupnya. Ia berhak mendapatkan bagian zakat sekedar keperluan

    yang dibutuhkan sebagai bekal dalam perjalanannya sampai tempat yang

    dituju. Sesuai dengan perkembangan zaman, dana zakat Ibnu Sabil dapat

    disalurkan antara lain untuk : beasiswa bagi pelajar mahasiswa yang kurang

    mampu, mereka yang belajar jauh dari kampung halaman, mereka yang

    kehabisan atau kekurangan belanja, penyediaan sarana pemondokan yang

    murah bagi musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa.

    5. Yang Wajib Menyalurkan Zakat (Muzakki)

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    50/101

    44

    Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang

    berkewajiban menunaikan zakat atau pembayar/penunai zakat. Dalam salah satu

    ayat al-Quran surat al-Baqarah ayat 261, yang berbunyi :

    )/:(

    Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang

    menafkahkan hartanya di jalan Allah26

    ) adalah serupa dengan sebutir

    benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji.

    Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki. Dan

    Allah Maha Luas (karunia-Nya) Lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-

    Baqarah / 2 : 261)

    Setiap muslim wajib membayar zakat, dan orang yang disepakati wajib

    mengeluarkan zakat, ialah merdeka, telah sampai umur, berakal dan nishab yang

    sempurna. Muzakki dapat juga diartikan orang yang kaya akan harta dan wajib

    atasnya untuk mengeluarkan sebagian hartanya apabila sudah mencapai haul

    (cukup setahun dimiliki nishabnya). Harta-harta yang disyaratkan cukup setahun

    dimiliki nishabnya, ialah : binatang (ternak), emas/perak dan barang perniagaan

    (dagangan).Menurut Abu Hanifah, orang kaya adalah orang yang mempunyai

    harta satu nishab. Ini berdasarkan hadist Muadz :

    26Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad,

    pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    51/101

    45

    Rasulullah berpesan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat

    kepada mereka yang diambil dari mereka yang kaya dan dibagikan kepada

    mereka yang fakir.(HR. Bukhari dan Nasai)27

    B. Mekanisme Pengumpulan Dana Zakat Pendidikan Pada BAZIS

    Guna meningkatkan jumlah pengumpulan ZIS dan memasyarakatkan di

    Ibukota, ditempuh beberapa tehnik (cara) sebagai berikut :

    1. Setiap tahun sekali Gubernur mengeluarkan seruan pengumpulan sedekah

    sebagai gerakan amal social. Pada umumnya seruan ini dikeluarkan pada

    waktu menjelang bulan Ramadhan oleh BAZIS DKI Jakarta, pelaksanaannya

    dengan mengedarkan map Gerakan Amal Sosial .

    2. Untuk menanamkan ketakwaan dan kesadaran ber-ZIS sedini mungkin,

    Gubernur mengirim surat kepada Kepala Kanwil Agama dan Kepala Dinas

    Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta, yang berisi harapan dan himbauan

    agar setiap lembaga pendidikan merintis dan mendidik anak-anak

    SD/Madrasah untuk sadar berzakat dan berinfak/sedekah di bawah bimbingan

    Guru/Kepala Sekolah masing-masing.

    3. Bersamaan dengan itu Gubernur juga mengeluarkan surat yang sama

    (himbauan untuk ber-ZIS) kepada :

    a. Para Walikotamadya, Direksi PD Pasar Jaya dan para camat, agar mereka

    mengumpulkan ZIS di pasar-pasar di wilayah masing-masing. Cara ini

    27Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, (Jakarta : Pustaka

    Amani 2002), hlm 615.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    52/101

    46

    cukup efektif, karena pedagang-pedagang di pasar sangat potensi dalam

    pengumpulan dana ZIS.

    b. Para calon jamaah haji, baik ONH biasa maupun ONH Plus, agar sebelum

    menunaikan ibadah haji mereka membersihkan harta mereka yang akan

    digunakan untuk naik haji. Hal ini yang oleh khalayak ramai di kenal

    dengan Zakat ONH.28

    4. Pemerintah DKI Jakarta membentuk BAZIS pada Unit-unit/Satuan Kerja,

    yang berfungsi untuk mengefektifkan pengumpulan ZIS pada Unit/Satuan

    Kerja dimaksud.

    5. Khusus untuk mengumpulkan ZIS dari para pengusaha nasional, hartawan dan

    dermawan, di samping disampaikan surat Seruan Gubernur, juga diberikan

    kesempatan untuk bersilaturahmi dan sekaligus menyampaikan ZIS langsung

    kepada Gubernur Kepala Daerah.

    Penyetoran ZIS

    1. Hasil pengumpulan ZIS dari masyarakat seluruhnya disetorkan kepada BAZIS

    DKI Jakarta melalui bank yang ditunjuk (system perbankan).29

    2. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan system penyetoran lain.

    Sistem penyetoran ini harus ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Kepala

    Daerah.

    28 Istilah Zakat ONH sebenarnya tidak tepat, tetapi sudah terlanjur digunakan.

    Yang benar adalah bahwa dalam rangka mencapai haji mabrur, uang yang akan digunakan

    untuk membayar ONH harus diberikan dulu, dengan cara dikeluarkannya zakat.29 Seruan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1454/XI/1986 tertanggal 27 November

    1986, Pem. DKI, Pedoman Pengelolaan ZIS, 1992, hlm 52.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    53/101

    47

    Yang Perlu Dilakukan Oleh BAZIS dalam Pengumpulan Dana Zakat

    adalah sebagai berikut :

    1. Pengumpulan ZIS

    a. BAZIS DKI Jakarta membagikan kupon beserta formulir-formulir ZIS

    kepada :

    1. BAZIS Kotamadya

    2. BAZIS Unit/Satuan Kerja

    b. BAZIS Kotamadya membagikan kupon dan formulir yang diterimanya

    kepada BAZIS Kecamatan dalam wilayahnya, berdasarkan usulan dari

    BAZIS Kecamatan masing-masing.

    c. BAZIS kecamatan membagikan kupon kepada BAZIS kelurahan

    berdasarkan usulan dari BAZIS Kelurahan masing-masing.

    d. BAZIS kelurahan membagikan kupon dan formulir-formulir yang

    diterimanya kepada petugas amil RW/RT atau tokoh masyarakat (para

    kiai, pengurus masjid, majlis talim dan lain-lain).

    Para Petugas Amil

    1. Melakukan pengumpulan ZIS ummat, dengan cara :

    a. Melayani muzakki, munfiq dan musadik yang dating ingin

    menunaikan ibadah ZIS

    b. Mendatangi muzakki, munfiq dan musadik untuk memberikan

    kesempatan dan kemudahan bagi mereka untuk ber-ZIS.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    54/101

    48

    2. Petugas amil menyetorkan ZIS yang diterimanya kepada pengurus

    BAZIS setempat, dengan ketentuan :

    a. petugas amil tingkat kelurahan menyetorkan kepada BAZIS

    kelurahan.

    b. Petugas amil tingkat kecamatan (seperti pengumpulan zakat dari

    toko-toko, masyarakat pengusaha tingkat kecamatan dan lain-lain),

    menyetorkan kepada pengurus BAZIS kecamatan.

    c. Petugas amil tingkat Pemerintah Kotamadya (seperti pengumpulan

    zakat dari calon jamaah haji dan pengusaha tingkat kotamadya)

    menyetorkan kepada BAZIS kotamadya.

    d. Petugas amil Unit/Satuan Kerja menyetorkan kepada BAZIS

    Unit/Satuan Kerja yang bersangkutan. Dalam hal BAZIS

    Unit/Satuan Kerja belum terbentuk, petugas amil menyetorkan

    kepada Bapinroh Unit Satuan Kerja yang bersangkutan.

    3. Memberikan bimbingan kepada muzakki dalam menghitung zakat

    sendiri bagi mereka yang belum memahaminya.

    4. BAZIS kelurahan, kecamatan, kotamadya, atau BAZIS Unit/Satuan

    Kerja :

    a. Menerima dan mencatat uang yang disetorkan oleh petugas amil.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    55/101

    49

    b. Menyetorkan uang ZIS tersebut kepada BAZIS DKI Jakarta. Untuk

    BAZIS kelurahan dan kecamatan harus menyampaikan tembusan

    penyetoran kepada BAZIS Kotamadya.

    c. Menata pembukuan dan administrasi ZIS.

    5. BAZIS DKI Jakarta

    a. Menerima uang setoran ZIS dan membukukan secara tertib.

    b. Menyimpan uang ZIS di Bank yang ditunjuk.

    c. Melaporkan hasil pengumpulan ZIS secara berkala kepada Gubernur

    Kepala Daerah secara langsung dan atau melalui Ketua Badan

    Pembinaan.

    C. Hikmah Pengeluaran Zakat

    Hikmah dan manfaat tersebut antara lain sebagai berikut :

    Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri

    nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,

    menghilangkan sifat kikir, rakus, dan materialistis, menumbuhkan ketenangan

    hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

    Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi

    untuk menolong, membantu, dan membina mereka, terutama fakir miskin, kea rah

    kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi

    kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar

    dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    56/101

    50

    mungkin timbul dari kalangna mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang

    memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi

    kebutuhan para mustahik, terutama fakir miskin, yang bersifat konsumtif dalam

    waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan kepada

    mereka, dengan cara menghilangkan ataupun memperkecil penyebab kehidupan

    mereka menjadi miskin dan menderita.30

    Ketiga,sebagai pilar amal besama (jamai) antara orang-orang kaya yang

    berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan

    untuk berjihad di jalan Allah, yang kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki

    waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah

    diri dan keluarganya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 273 :

    ):(

    Artinya : (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di

    jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang

    tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri

    dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-

    sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan

    apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka

    sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (Q.S. al-Baqarah : 273)

    30Yusuf al-Qardhawi, Fikih Zakat, (Beirut-Libanon), hlm. 564

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    57/101

    51

    Di samping sebagai pilar amal bersama, zakat juga merupakan salah satu

    bentuk konkrit dari jaminan social yang disyariatkan oleh ajaran Islam. Melalui

    syariat zakat, kehidupan orang-orang fakir, miskin, dan orang-orang menderita

    lainnya, akan terperhatikan dengan baik. Zakat merupakan salah satu bentuk

    perintah AllahSWT untuk senantiasa melakukan tolong-menolong dalam

    kebaikan dan ketakwaan.

    Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana

    maupun prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana ibadah,

    pendidikan, kesehatan, social maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan

    kualitas sumberdaya manusia muslim.31

    Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu

    bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari

    hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.

    Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan

    salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan

    baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan

    pendapatan, economic with equality.32

    Ketujuh,dorongan ajaran Islam yng begitu kuat kepada orang-orang yang

    beriman untuk berzakat, berinfaq, dan bersedekah menunjukan bahwa ajaran

    Islam mendorong ummatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga

    31Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, (Kuwait : Daar el-Bayan, 1968), hlm. 14632Al-Qurthubi, al-jammili Ahkam Al-Quran, (Beirut : Daar el-Kutub al-llmiyah, 1993),

    hlm. 156.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    58/101

    52

    memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri

    dari keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik.Zakat yang

    dikelola dengan baik, akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas,

    sekaligus penguasaan aset-aset oleh ummat Islam.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    59/101

    BAB III

    PROFIL BAZIS DKI JAKARTA

    A. Sejarah Berdirirnya BAZIS DKI Jakarta

    Badan amil zakat, sebagai cikal bakal BAZIS sekarang, sudah digagas

    lebih awal berdirinya pemerintahan Orde Baru. Tepatnya, ketika sebelas Ulama

    tingkat nasional mengadakan pertemuan pada tanggal24 September 1968 di

    Jakarta. Ulama-ulama itu adalah Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH. Moh.

    Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh Sholeh Suaidi, M.

    ali Alhamidy, Mukhtar Luthfi, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH.

    M.A. Zawawy. Mereka menyarankan diadakannya sebuah badan untuk

    pelaksanaan zakat di Indonesia. Hal ini dipertegas oleh Presiden Soeharto ketika

    menyampaikan pidatonya pada peringatan Isra Miraj, tanggal 26 Oktober 1968.

    pada saat itu beliau mengajak umat Islam untuk mengamalkan ibadah zakat secara

    konkret dengan mengintensifkan pengumpulan zakat sehingga hasilnya menjadi

    lebih terarah.

    Selanjutnya, Presiden Soeharto, Presiden RI saat itu, mengeluarkan surat

    perintah No. 07/PRN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 yang isinya adalah

    perintah kepada Alamsyah Ratuperwiranegara, M. Azwar Hamid, dan Ali Afandy

    untuk membantu Presiden dalam pengadministrasian penerimaan zakat.

    53

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    60/101

    54

    Sebelum adanya seruan Presiden, BAZ sendiri sebenarnya sudah berdiri

    berdasarkan peraturan Menteri Agama tahun 1968 tentang pembentukan Badan

    Amil Zakat yang bertugas melaksanakan pemungutan dan pengumpulan zakat

    maal dan zakat fitrah. Hanya saja, mungkin pelaksanaannya di lapangna saat itu

    masih tersendat.

    Di tingkat daerah, seruan Presiden Soeharto direspon secara positif.

    Gubernur DKI Jakarta, misalnya, saat itu Ali Sadikin, mengeluarkan SK

    Gubernur DKI Jakarta No. Cb-14/8/18/68 tentang pembentukan Badan Amil

    Zakat berdasarkan syariat Islam pada tanggal 5 Desember 1968. mulai saat itu,

    secara resmi BAZ DKI Jakarta berdiri dari tingkat propinsi, kotamadya,

    kecamatan, hingga kelurahan. Inilah cikal bakal yang sebenarnya dari BAZIS

    DKI yang pada saat itu bernama BAZ karena memang kegiatannya masih terbatas

    pada pengumpulan dana zakat saja.

    Seiring dengan berjalannya waktu, pengumpulan dana zakat oleh BAZ

    DKI diperluas lagi, bukan hanya terbatas pada dana zakat, tetapi juga meliputi

    infaq dan sedekah. Perluasan ini dituangkan dalam SK Gubernur DKI Jakarta No.

    D.III/14/6/51/73 tentang pembentukkan Badan Amil Zakat dan Infaq Sedekah

    (BAZIS) DKI Jakarta yang dikeluarkan pada tanggal 22 Desember 1973.

    berdasarkan keputusan ini, maka dana yang dikumpulkan oleh BAZIS menjadi

    lebih luas spektrumnya.

    Pada awal pembentukannya, BAZIS DKI Jakarat berada langsung

    dibawah Gubernur DKI Jakarta. Namun, pada proses yang lebih lanjut, dirasakan

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    61/101

    55

    adanya keperluan untuk mengadakan perubahan di bidang struktur, agar BAZIS

    lebih leluasa lagi dalam gerak organisasinya, maka tahun 1991, dikeluarkan SK

    Gubernur DKI Jakarta No. 859 tentang susunan dan tata kerja BAZIS DKI

    Jakarta. Dengan surat keputusan ini kepemimpinan BAZIS, yang tadinya

    dipegang langsung oleh Gubernur, dilimpahkan oleh aparat teknis yang bersifat

    professional dan fungsional. Sejak saat itu pula, BAZIS menjadi Perangkat

    Pelaksana Pemerintah Daerah yang mandiri, karena bersifat non-struktural.

    Pada tahun 1998, Gubernur DKI Jakarta kembali mengeluarkan surat

    keputusan No. 87 tentang susunan dan tata kerja BAZIS DKI Jakarta.

    Berdasarkan SK ini, nama pimpinan BAZIS berubah dari ketua menjadi kepala

    BAZIS,. Sementara itu, BAZIS tingkat Kotamadya diganti pula menjadi

    pelaksana BAZIS Kotamadya.

    Pada tahun 2002, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan dua surat

    keputusan yang berkaitan dengan BAZIS, yaitu SK No. 120 dan SK No. 121.

    Yangpertama,mengenai organisasi dan tata kerja Badan Amil, Zakat, Infaq dan

    Shadaqah Propinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta; dan yang keduamengenai pola

    pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah

    Propinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan SK ini, istilah badan

    Pembina tidak lagi dipergunakan, tetapi diganti dengan Dewan Pertimbangan dan

    Komisi Pengawas. Dengan kedua SK ini diharapkan organisasi BAZIS menjadi

    lebih efisien dan pola pengelolaan dana zakatnya menjadi lebih optimal,

    professional, amanah, dan transparan.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    62/101

    56

    1. Landasan Hukum BAZIS DKI Jakarta

    a.

    Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.

    CB/14/8/68

    b. Instruksi Menteri Agama No. 16 Tahun 1968 tentang Pembinaan Zakat

    dan Infaq/Sedekah

    c. Instruksi Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 1991

    dan No. 47 Tahun 1991 tentang pembinaan Badan Amil Zakat dan

    Infaq/Sedekah

    d. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 280 Tahun 1991 tentang Pola

    Pengelolaan Zakat dan Infaq/Sedekah di DKI Jakarta

    e. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 87 Tahun 1998 tentang Organisasi

    dan Tata Kerja BAZIS DKI Jakarta

    2. Visi dan Misi

    Visi : Menjadi badan pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya

    Misi : Mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah,

    professional, transparan, akuntabel, dan mandiri di Jakarta

    menuju masyarakat yang sejahtera, berdaya, dan bertaqwa.1

    1Company Profil, Kantor Bazis Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta, 2010, hlm

    2.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    63/101

    57

    3. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Zakat Bazis DKI Jakarta

    Didirikannya Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah di DKI Jakarta

    memiliki tujuan sebagai berikut :

    a. Agar administrasi pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan

    shadaqah dikelola secara lebih baik dan professional. Hal ini diperlukan

    untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pengelola zakat,

    infaq dan shadaqah, bahwa harta yang mereka keluarkan disalurkan

    kepada mustahik yang berhak menerimanya.

    b. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya membayar

    zakat dan mengeluarkan infaq dan shadaqah sebagai tanggung jawab

    social, serta pentingnya fungsinya amil sebagai pengelola dana zakat.

    c. Wujud tanggung jawab pemerintah sebagai bagian dari konsepsi integral

    dalam merealisasikan Pancasila khususnya sila keadilan social dan pasal

    34 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi fakir miskin dan anak-

    anak terlantar dipelihara oleh Negara .

    Pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah oleh BAZIS DKI Jakarta

    bertujuan untuk :

    a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq

    dan shadaqah sesuai dengan tuntunan agama.

    b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

    mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan social.

    c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq dan shadaqah.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    64/101

    58

    Untuk mencapai tujuan tadi, BAZIS DKI Jakarta dalam pelaksanaan

    pengelolaan zakat selalu berprinsip kepada 6 hal :

    a. Prinsip Syariah dan Moral Keagamaan. Artinya, pengelolaan zakat, infaq

    dan shadaqah berlandaskan pada syariah dan moral agama Islam.

    b. Prinsip Kesadaran umum. Artinya pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah

    hendaknya mempunyai dampak positif dalam menumbuh-kembangkan

    kesadaran bagi muzakki, munfiq dan mutashaddiq untuk melaksanakan

    kewajibannya.

    c. Prinsip Manfaat. Artinya, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah harus

    memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan ummat.

    d. Prinsip Koordinasi. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah

    hendaknya terjalin koordinasi secara harmonis antar berbagai

    instansi/lembaga terkait, agar tercipta efisiensi dan efektifitas yang

    optimal.

    e. Prinsip Keterpaduan. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan

    shadaqah secara menyeluruh diperlukan adanya keterpaduan antar

    berbagai instansi/lembaga terkait, dan keterpaduan antar ulama dan umara.

    f. Prinsip Produktif Rasional. Artinya, dalam pendayagunaan dana zakat,

    infaq dan shadaqah hendaknya diarahkan secara produktif dan rasional.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    65/101

    59

    B. Struktur Organisasi Bazis DKI Jakarta

    Organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan SK

    Gubernur DKI no. 12 Tahun 2002), yaitu :

    1. Dewan Pertimbangan

    2. Komisi Pengawas

    3. Badan Pelaksana

    Susunan Dewan Pertimbangan BAZIS DKI Jakarta ditetapkan oleh

    gubernur dan mempunyai tugas sebagai berikut :

    1. Memberikan pertimbangan tentang pengembangan hukum dan pemahaman

    seputar zakat, infaq, dan shadaqah.

    2. Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat dalam kebijaksanaan

    pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah.

    3. Menampung dan menyalurkan pendapat umat Islam tentang pengembangan,

    pengumpulan, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah.

    Susunan Komisi Pengawas juga ditetapkan oleh gubernur dan bertugas

    untuk melaksanakan pengawasan internal terhadap pengelolaan zakat, infaq, dan

    shadaqah. Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawasan bertanggung jawab

    kepada Gubernur.

    Anggota Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawasan terdiri dari unsur

    Ulama, Umaro, DPRD, Tokoh Masyarakat, Pengusaha Nasional, dan

    Cendikiawan Muslim.

  • 7/26/2019 Ghina Puspita Fsh

    66/101

    60

    Susunan Organisasi Badan Pelaksana adalah :

    1.

    Kepala

    2. Wakil Kepala

    3. Sekretariat

    4. Bidang Pengumpulan

    5. Bidang Pendayagunaan

    6. Bidang Dana

    7. Pelaksana BAZIS Kotamadya/ Kabupaten Administrasi

    Sekretariat terdiri dari Subbagian Umum, Subbagian hubungan Masyarakat,

    Subbagian Informasi dan komunikasi, dan Sub bagian Penelitian dan Pengembangan;

    Bidang Pengumpulan terdiri dari Seksi HimpunMuzzaki dan Seksi BinaMuzzaki; Bidang

    pendayagunaan terdiri dari Seksi layananMustahik, Seksi Usaha, dan Seksi Bina Sumber

    Daya Mustahik; Bidang Dana terdiri dari Seksi Kas dan Seksi Akuntansi; Pelaksanaan

    BAZIS Kotamadya/Kabupaten terdiri dari Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengumpulan

    dan Seksi Penyuluhan.

  • 7/2