4
Penggantungan (hanging) Hampir sama dengan penjeratan, perbedaannya terletak pada asal tenaga yang diperlukan umtuk memperkecil jeratan diperoleh dari luar, sedang pada penggantungan teanga diperoleh dari berat badan orang tersebut. a. Cara Kematian Bunuh diri: merupakan 90% dari seluruh kasus penggantungan. Tempat kejadian perkara biasanya tenang, tempat tersembunyi atau tak dipergunakan lagi. Posisi korban mendekati lantai, pakaian rapi dan biasanya ditemukan surat berisi alasan tindakan yang dilakukan. Semakin banyak lilitan maka dugaan bunuh diri semakin besar. Simpul alat penjerat biasanya simpul hidup. Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang luas yang berarti tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar tapi cukup menekan pembuluh balik maka muka korban tampak sembab, mata menonjol, wajah berwarna merah kebiruan dan lidah serta air liur dapat keluar tergantung letak alat penjerat. Pembunuhan: Situasi tempat kejadian perkara tidak beraturan dan terlihat adanya tanda-tanda perlawanan dan luka-luka. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai, makin dekat jarak antar simpul dengan tiang tumpuan makin kuat dugaan pembunuhan. Kecelakaan: Terjadi sewaktu bermain, bekerja atau sewaktu melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang. b. Sebab kematian 1. Penggantungan dengan dislokasi atau fraktur vertebra ruas leher mengakibatkan kerusakan pada batang otak dan medula spinalis 2. Penggantungan dengan penekanan pada dinding saluran nafas dan pembuluh darah di leher. c. Mekanisme Kematian - Paralisis susunan saraf pusat. Kerusakan pada batang otak dan medula spinalis menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan denyut jantung dan pernafasan masih berlangsung sampai 10-15 menit kemudian. - Asfiksia: mekanisme terjadi asfiksia pada penggantungan sama dengan pada penjeratan, oksigen gagal memasuki sirkulasi darah, Cuma jika terjadi hambatan total pada arteri maka muka tampak pucat dan tidak terdapat ptekie pada kulit dan konjungtiva. Ini terjadi pada jerat yang kecil dan keras.

refrat penggantungan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penggantungan pada kasus forensik

Citation preview

Page 1: refrat penggantungan

Penggantungan (hanging)

Hampir sama dengan penjeratan, perbedaannya terletak pada asal tenaga yang diperlukan umtuk memperkecil jeratan diperoleh dari luar, sedang pada penggantungan teanga diperoleh dari berat badan orang tersebut.

a. Cara Kematian

Bunuh diri: merupakan 90% dari seluruh kasus penggantungan. Tempat kejadian perkara biasanya tenang, tempat tersembunyi atau tak dipergunakan lagi. Posisi korban mendekati lantai, pakaian rapi dan biasanya ditemukan surat berisi alasan tindakan yang dilakukan. Semakin banyak lilitan maka dugaan bunuh diri semakin besar. Simpul alat penjerat biasanya simpul hidup. Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang luas yang berarti tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar tapi cukup menekan pembuluh balik maka muka korban tampak sembab, mata menonjol, wajah berwarna merah kebiruan dan lidah serta air liur dapat keluar tergantung letak alat penjerat.

Pembunuhan: Situasi tempat kejadian perkara tidak beraturan dan terlihat adanya tanda-tanda perlawanan dan luka-luka. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai, makin dekat jarak antar simpul dengan tiang tumpuan makin kuat dugaan pembunuhan.

Kecelakaan: Terjadi sewaktu bermain, bekerja atau sewaktu melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang.

b. Sebab kematian1. Penggantungan dengan dislokasi atau fraktur vertebra ruas leher mengakibatkan

kerusakan pada batang otak dan medula spinalis2. Penggantungan dengan penekanan pada dinding saluran nafas dan pembuluh darah di

leher.

c. Mekanisme Kematian- Paralisis susunan saraf pusat. Kerusakan pada batang otak dan medula spinalis

menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan denyut jantung dan pernafasan masih berlangsung sampai 10-15 menit kemudian.

- Asfiksia: mekanisme terjadi asfiksia pada penggantungan sama dengan pada penjeratan, oksigen gagal memasuki sirkulasi darah, Cuma jika terjadi hambatan total pada arteri maka muka tampak pucat dan tidak terdapat ptekie pada kulit dan konjungtiva. Ini terjadi pada jerat yang kecil dan keras.

- Gagal Jantung: Refleks vagal merupakan keadaan yang menyebabkan kematian dengan segera (immediate death), yang mana dikaitkan dengan terminologi “sudden death arrest”. Mekanisme kematian berupa terjadinya fibrilasi ventrikel akibat refleks vagal.

Pembekapan ( Smothering)

Adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru.

a. Cara Kematian

Bunuh diri: Dapat terjadi pada orang sakit jiwa dan tahanan. Dengan menggunakan gulungan kasur, bantal, pakaian yang menutupi hidung dan mulut.

Page 2: refrat penggantungan

Pembunuhan: Biasa terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri, pada dewasa terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orang tua, orang sakit, orang berada dibawah pengaruh obat-obatan dan minuman keras.

Kecelakaan: Pada bayi dalam bulan pertama kehidupan terutama pada bayi prematur dimana penyumbatan hidung tertutup oleh bantal, selimut, atau pakaian. Pada kanak-kanak dan dewasa muda terkunci dalam tempat yang sempit dan udara sedikit. Pada orang dewasa terjadi pada keadaan jatuh waktu bekerja sehinga hidung dan mulut tertutup oleh pasir, tanah, tepung, dan lan-lain. Ini dapat terjadi pada penderita epilepsi.

b. Mekanisme Kematian

Asfiksia, yng terjadi berupa anoksik anoksia, oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah, akibat tertutupnya jalan masuk saluran nafas luar.

Gagging dan Choking

Gagging merupakan sumbatan jalan pernafasan yang disebabkan oleh benda asing pada orofaring. Choking juga sumbatan jalan nafas oleh benda asing namun letak benda asing tersebut adalah di laringofaring.

a. Cara Kematian

Bunuh diri: Dilakukan oleh penderita gangguan jiwa, dengan memasukkan kertas atau potongan kain ke dalam mulut.

Pembunuhan: umumnya terjadi pada kasus pembunuhan anak dengan cara penyumbatan.

Kecelakaan: terjadi sewaktu sedang makan, disertao tertawa atau menangis. Dapat pula oleh gigi palsu, mur, batu dan sebagainya.

b. Mekanisme kematian1. Asfiksia: Sumbatan jalan nafas karena adanya benda asing daam saluran nafas

( orofaring atau laringofaring) menghambat aliran udara ke paru. Oksigen tidak dapat masuk ke sirkulasi darah.

2. Refleks Vagal: Menimbulkan ventrikel fibrilasi3. Spasme Laring: Sumbatan yang terjadi tidak total, biasanya oleh asam lambung, yang

menimbulkan spasme laring yang fatal (Fatal Laryngeal Spasm).

Tenggelam (Drowning)

Merupakan keadaan terbenamnya seluruh tubuh atau sebagian dari tubuh ke dalam cairan.

a. Cara Kematian

Keadaan ini merupakan salah satu kematian akibat asfiksia. Tenggelam umumnya akibat kecelakaan misalnya korban dalam keadaan mabuk atau berada di bawah pengaruh obat-obatan atau pada penderita epilepsi.

Pembunuhan: Dengan cara menenggelamkan, jarang dilakukan. Korban biasanya bayi atau anak-anak. Bila korban bayi dapat dipastikan bahwa kasusnya pembunuhan. Bila korban dewasa ditemukan dalam sungai yang dangkal makan dapat dipikirkan bahwa itu merupakan suatu tindak pembunuhan. Pada dewasa, yang terjadi tanpa sengaja misalnya korban penganiayaan yang dikira sudah mati diteggelamkan ke dalam sungai.

Page 3: refrat penggantungan

Bunuh Diri: korban sering memberati dirinya denganbatu atau besi lalu terjun ke dalam air. Pada aksus bunuh diri dimana korban dari tempat tinggi kemudian terjun ke sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang sangat keras sehingga menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher.

b. Mekanisme Kematian1. Asfiksia karena spasme laring terjadi pada dry drowning, dimana cairan tidak masuk ke

dalam saluran pernafasan, tapi mengakibatkan spasme laring.2. Asfiksia karena gagging dan choking.3. Refleks Vagal: Mekanisme ini biasanya terjadi pada kasus pada air dingin dimana terjadi

refleks vagal karena terkejut atau shok.4. Ventrikel fibrilasi ( air tawar) terjadi oleh karena kosentrasi elektrolit air tawar kecil dari

konsentrasi konsentrasi elektrolit darah, sehingga terjadi hemodilusi darah. Air masuk ke dalam aliran darah mengakibatkan sel darah merah pecah. Keadaan ini menyebabkan kadar kalium darah meningkat (hiperkalemi) yang akhirnya menyebabkan ventrikel fibrilasi. Kematian timbul 5 menit setelah tenggelam.

5. Edema Pulmonum (air asin/ laut): Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih besar dari konsentrasi elektrolit darah yang mengakibatkan air ditarik dari sirkulasi pulmonal ke jaringan interstisial. Keadaan ini menimbulkan edema pulmonum, hipovolemik, hemokonsentrasi sehingga aliran darah menjadi lambat dn akhirnya akan menimbulkan payah jantung. Kemtian terjadi 8-9 menit setelah tenggelam.