Upload
tenialfitri
View
262
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skcdsak kjsadksja
Citation preview
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
REFERATPENYAKIT JANTUNG BAWAAN
Mustika Anggiane Putri
105103003422
Pembimbing :
Dr.Lola Purnama, Sp.A
FK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 4 5/1000 sampai 12-14/1000 kelahiran hidup
Insiden PJB terjadi sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup.
7% kematian neonatal disebabkan kelainan kongenital mayor, 25% diantaranya PJB yang berat.
Bayi lahir preterm kecenderungan 2 X menjadi PJB dibandingkan bayi yang cukup bulan.
Di Indonesia 1 dari 100 bayi lahir akan menderita PJB dari ringan --- berat
PERUBAHAN SISTEM SIRKULASI PADA SAAT LAHIR
Sirkulasi darah janin
Sirkulasi darah setelah lahir
ETIOLOGI
PJB
genetik
Lingkungan
Faktor Ibu
Faktor teratogenik
trisomi kromosom 18,
trisomi kromosom 21
sindrom Turner
KLASIFIKASI
PJB
sianotik
Non-sianotik
pirau kiri ke kanan : DAP,DSA,DSV
obstruksi jantung kanan : stenosis katup pulmonal
obstruksi jantung kiri : stenosis katup aorta, koartasio aorta.
pirau kanan ke kiri,
tetralogi Fallot (TF),
Transposisi Arteri Besar (TAB),
Double Outlet Right Ventricle (DORV).
FAKTOR YANG MEMBUAT KECURIGAAN TERHADAP PJB KRITIS PADA NEONATUS
1. Riwayat :
Famili dengan penyakit herediter, saudaranya dengan PJB
Kehamilan dan perinatal : infeksi virus, obat yang dikonsumsi si ibu terutama saat kehamilan trimester I.
Postnatal : kesulitan minum, sianosis sentral.
Pemeriksan Fisik :
Auskultasi : harus dilakukan pertama kali sebelum bayi menangis
Frekuensi, irama denyut jantung,bunyi jantung, bising jantung, gallop.
Sianosis sentral, penurunan perfusi perifer, hiperaktivitas prekordial, thrill, pulse dan tekanan darah ke 4 ekstremitas berbeda bermakna, takipnea, takikardia, edema.
Pemeriksaan tambahan :
Foto polos dada : adanya kelainan letak, ukuran dan bentuk jantung, vaskularisasi paru, edema paru, parenkim paru, letak gaster dan hepar.
Elektrokardiografi : adanya kelainan frekuensi, irama, aksis gelombang P dan QRS, voltase di sandapan prekordial.
Pendekatan klinis untuk PJB sianosis pada neonatus
Sianosis adalah manifestasi klinis tersering dari PJB simptomatik pada neonatus.
Sianosis tanpa disertai gejala distres nafas yang jelas hampir selalu akibat PJB.
kelainan parenkhim paru yang sudah sangat berat saja yang baru bisa memberikan gejala sianosis dengan demikian selalu disertai gejala distres nafas yang berat.
Kondisi klinis yang menunjukkan kecurigaan sianosis kardiak pada neonatus & alasan merujuk :
Hipoksemia sistemik menimbulkan gejala sianosis sentral
Sianosis sentral dengan frekuensi pernafasan yang cepat (hiperventilasi) tanpa disertai pernafasan cuping hidung dan retraksi ruang iga serta kadar CO2 yang rendah.
Sianosis sentral dengan tes hiperoksia menunjukkan kenaikan tekanan O2 tidak melebihi 100mmHg.
PF & PP menunjukkan kelaianan jantung
Pendekatan klinis PJB non-sianosis (disertai peningkatan aliran darah ke paru )
Berhubungan dengan perubahan tekanan a.pulmonalis.
Defek jantung aliran darah menuju paru.
Gejala utama takipnea
Takipnea PJB non-sianosis
Timbul bila peningkatan aliran darah ke apru sampai lebih dari 2,5x aliran normal.
Takipnea kelainan parenkim paru
Timbul walaupun peningkatan aliran darah ke paru masih ringan
Pendekatan klinis untuk PJB yang disertai penurunan aliran darah ke sistemik pada neonatus
Contoh : kartasio aorta
Tekanan darah ekstremitas bawah >>>> atas
Nadi femoralis >bayi dan anak
Sebagian besar asimptomatik D/ setelah anak besar atau remaja
Gagal jantung usia 4 bln
(2) DEFEK SEPTUM ATRIUM
Defek setum atrium tipe sekundum
Wanita : pria = 3:1
Wanita tampak langsing, tinggi, kurus
Gejala-gejala klinis
Anamnesis dispnea pada waktu aktivitas, infeksi jalan napas, palpitasi, ggg pertumbuhan
PF kesan umum baik, sianosis (-), awalnya ejeksi sistolik, thrill jarang
Shunt besar hipertrofi ventrikel kanan, diastolik flow murmur di daerah katup trikuspid.
Prognosis
Shunt besar gagal jantung
ASD dengan shunt besar operasi mencegah hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal jarang terjadi pada anak
Penutupan spontan jarang
(3) Duktus Arteriosus Persisten (DAP)
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri ke aorta descendens tepat di sebelah distal arteri subclavia kiri.
Kelainan ini sering ditemukan tanpa kelainan jantung bawaan lain.
Insiden : 10-15%
sering pada bayi prematur dan BBLR
6-8% dari seluruh kelainan jantung kongenital.
Secara fisiologis, duktus arteriosus menutup pada 10-15 jam setelah kelahiran dan lengkap pada usia 2-3 minggu.
Pada 90% bayi penutupan lengkap pada 6 minggu pertama kehidupan, dan 99% menutup pada usia 1 tahun.
Faktor yang diduga berperan dalam penutupan duktus:
Peningkatan PaO2 menyebabkan konstriksi duktus, sebaliknya hipoksemia akan membuat duktus melebar.
Peningkatan kadar katekolamin (norefinefrin, efinefrin) berhubungan dengan konstriksi duktus.
prostaglandin
Terjadinya shunt dari kiri ke kanan melalui duktus.
Seperti pada VSD aliran darah ke dalam pulmo lebih banyak dan keadaan ini lambat laun akan menimbulkan arteriosklerosis pada arteri pulmonalis, yang nantinya akan berakibat berbaliknya shunt dari kiri ke kanan menjadi dari kanan ke kiri. (sindrom Eisenmenger).
Manifestasi klinis
PDA sempit
biasanya asimptomatik.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan nadi dengan amplitudo lebar.
Iktus kordis tampak normal.
Bising kontinu terkeras pada sela iga dua linea parasternalis kiri dan dibawah klavikula.
Bising mulai tepat setelah S1.
PDA sedang dan besar dengan tahanan paru masih tinggi
Gejala mulai tampak pada umur 6-8 minggu ditandai bayi tampak mudah lelah, sulit makan, banyak berkeringat.
Makin lama bayi tampak makin takipneu dan sering menderita radang paru (batuk, pneumonia) yang sukar diobati.
Pertumbuhan terlambat dan adanya gejala gagal jantung.
Pada pemeriksaan fisik bisa tampak gejala gagal jantung, amplitudo tekanan nadi lebar.
Pada dada kiri dada mencembung sesuai pembesaran jantung.
Iktus kordis kuat angkat pada palpasi teraba ventrikel kiri membesar.
Suara jantung pertama mengeras dan suara kedua tertutup oleh bising.
PDA besar dengan tahanan paru yang mulai naik
Gejala-gejala gagal jantung
Gambaran Radiologi
pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri.
Tampak peningkatan corakan vaskular paru.
Dilatasi aorta decenden biasanya tidak tampak pada bayi prematur dengan PDA.
Bila telah terdapat penyakit vaskular paru akan tampak pembesaran ventrikel kanan.
Elektrokardiografi
Pada tahap awal EKG pada PDA tidak menunjukkan kelainan.
PDA cukup besar hipertrofi ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.
Pada PDA besar atau bila terdapat penyakit vaskular paru dapat tampak gambaran hipertrofi ventrikel kanan.
Komplikasi
- Endokarditis
- Gagal jantung
- Penyakit obstruktif vaskular paru
- Ruptur aorta
(4) Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal tersendiri merupakan 8% dari PJB.
Pada stenosis katup pulmonal katup tidak dapat terbuka secara normal dengan daun katup yang tidak terbentuk normal.
Perbedaan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis ringan (> 20 mmHg) sampai berat (>60 mmHg).
Stenosis berat dapat menyebabkan kematian karena gagal jantung kanan.
Gejala Klinis
Stenosis ringan => asimptomatik
ejeksi sistolik pada sela iga ke-2 kiri dan terdengar paling keras saat ekspirasi.
Bunyi jantung II terdengar terpecah (split),
makin berat stenosis makin lamanya waktu ejeksi ventrikel.
Radiologi
Pada stenosis katup pulmonal ukuran jantung masih normal dengan pelebaran arteri pulmonalis post stenotik, namun vaskularisasi paru tidak meningkat.
Elektrokardiografi
hipertrofi ventrikel merupakan petunjuk yang paling baik terhadap beratnya stenosis.
hipertrofi atau dilatasi atrium kanan.
stenosis pulmonal ringan EKG normal.
Ditemukan deviasi aksis ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan pada stenosis katup pulmonal sedang sampai berat.
(5) Stenosis Aorta
Stenosis katup aorta merupakan sekitar 5% dari semua PJB.
laki-laki : perempuan 4 : 1
Dapat ditemukan bersama koartasio aorta.
Gejala Klinis
Stenosis aorta berat gagal jantung dan kematian mendadak.
Pada anak yang lebih besar bising jantung ditemukan pada saat pemeriksaan rutin.
Anak akan tampak sesak, rasa sakit substernal pada saat latihan, sinkop atau dizziness.
Pasien tampak asianotik dan biasanya nadi normal kecuali pada stenosis berat,
nadi lemah.
Pada anak getaran bising sistolik teraba jelas pada suprasternal dan sekitar karotis, pada sela iga 2 kanan.
Radiologi
Foto toraks biasanya normal
Dapat ditemukan dilatasi aorta asendens atau yang menonjol disebabkan oleh post stenotik dilatasi.
Biasanya tidak ada kardiomegali keuali jika disertai gagal jantung.
Elektrokardiografi
Pada stenosis katup aorta ringan, EKG tampak normal. Pada kasus yang berat ditemukan hipertrofi ventrikel kiri.
(6) Koartasio Aorta
6% dari seluruh pjb.
laki-laki >>> Perempuan.
Koartasio aorta terjadinya konstriksi pada tempat duktus bermuara pada aorta.
> 10% disertai kelaianan lain ( DSV, kelaianan katup mitral dan stenosis aorta).
Patogenesis
disebabkan penyebaran jaringan khusus pada duktus ke aorta dan membentuk lingkaran disekitar aorta.
Pada keadaan yang berat biasanya duktus tetap paten.
Koartasio aorta dibagi menjadi 2 :
Tipe infantil : Konstriksi letaknya proksimal terhadap duktus arteriosus
Tipe anak/dewasa : Konstriksi letaknyanya tepat disebelah distal arteri subklavia kiri & duktus (yang tertutup).
Gejala Klinis
Gejala klinis pada masa neonatus
Bayi lahir baik dalam beberapa hari kemudian keadaannya memburuk
berhubungan dengan mulai menutupnya duktus aretriosus.
Tiba-tiba bayi tidak mau minum, sesak nafas dan perfusi perifer menurun.
Nadi brakialis teraba, nadi femoralis sangat lemah / tidak teraba.
Tekanan darah di ekstremitas atas>> ekstremitas bawah
Gejala klinis pada anak/dewasa
Biasanya tidak bergejala.
Sulit menentukan nadi femoral yang lebih lemah & terlambat dibandingkan nadi radial.
TD tungkai < TD lengan.
Bising sangat bervariasi, biasanya bising ejeksi sistolik yang berasal dari katup aorta atau segmen aorta yang sempit.
Radiologi
Pada koartasio aorta gambaran foto toraks pembesaran jantung yang menyeluruh dan terdapat kongesti vena pulmonalis
Elektrokardiografi
EKG hipertrofi ventrikel kanan yang jelas.
Tatalaksana
Pemberian PGE1 untuk mempertahankan DAP
Terapi terhadap gagal jantung
Ballon angioplasty
Operasi
Penyakit jantung bawaan sianotik
(7) Tetralogi Fallot
Insidensi TF 10% kasus PJB dan merupakan PJB yang sering.
Pada TF terdapat kombinasi 4 hal:
(1) defek septum ventrikel,
(2) overriding aorta,
(3) stenosis pulmonal,
(4) hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal bahkan sampai atresia pulmonal.
Stenosis pulmonal ini bersifat progresif, makin lama makin berat.
Gejala Klinis
sianosis,
takipnea
jari tabuh.
Squating (jongkok)
PF
Pada bayi bentuk dada normal,
anak lebih besar dapat tampak menonjol akibat pembesaran ventrikel kanan. Getaran bising
Bunyi jantung I normal, bunyi jantung II biasanya tunggal .
bising stenosis pulmonal,.
Radiologi
Pada TF gambaran sepatu.
Elektrokardiografi
EKG pada anak dengan TF tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkin gelombang T positif di V1, disertai deviasi sumbu ke kanan dan hipertrofi ventrikel
Tatalaksana
terapi ditujukan untuk memutuskan rantai patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara-cara :
1. Posisi lutut ke dada
2. Morphine sulfat
3. Bikarbonas natrikus
(8) Double outlet right ventricle (DORV)
terjadi 1% dari PJB
Pada DORV kedua arteri besar keluar dari ventrikel kanan,masing-masing dengan konusnya; satu-satunya jalan keluar ventrikel kiri adalah DSV.
Posisi kedua arteri besar ini bersebelahan.
Gejala Klinis
Gambaran klinis DORV sangat bervariasi, bergantung kepada kelainan hemodinamik, ia dapat mirip defek septum ventrikel, transposisi arteri besar atau TF.
Foto dada juga sangat bervariasi.
terdapat kardiomegali atau tidak, dengan vaskularisasi paru dapat bertambah,
EKG pada sebagian besar kasus menujukkan deviasi sumbu ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan.
Insidensi 5% dari semua PJB
Lebih sering pada bayi laki-laki.
(9) Transposisi Arteri-arteri Besar
Transposisi Arteri-arteri Besar
Kelainan sianotik yang
paling sering pada neonatus
Posisi Aorta & Arteri Pulmonar terbalik.
Maka Aorta mendapatdarah dari Ventrikel kanan dan Arteri Pulmonar mendapat darah dari Ventrikel kiri
Harus ada campuran
melalui ASD, PDA, VSD, PFO
Tanda dan Gejala:
Sianosis sejak lahir
Gagal/payah jantung mulai dalam minggu pertama sejak lahir.
Pertumbuhan terhambat
Pemeriksaan fisik
Bayi tampak biru : tidak bervariasi dengan menangis atau pemberian oksigen.
Bunyi jantung I normal
Bunyi jantung II terdengal tunggal dan keras.
Bising ejeksi sistolik yang halus bila ada stenosis pulmonal.
Bising pansistolik bila ada VSD.
Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiografi
- Pada neonatus : normal
- usia 2 minggu : hipertrofi vetrikel kanan&pembesaran atrium kanan.
- hipertrofi biventrikel : curiga VSD yang besar.
Radiologi
- eeg shaped
- mediastinum sempit
- corakan vaskular paru mula2 normal kemudian meningkat.
- disertai VSD & PS vaskularisasi paru menurun&ukuran jantung normal.
Tatalaksana
Prostaglandin E1 (PGE1) untuk membuka / mempertahankan PDA agar tetap terbuka.
Septostomi dengan menarik kateter balon untuk melebarkan ASD atau PFO dengan merobek septum atrium.
Switch arteri pada usia < 1 bulan.