referat jiwa

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

Gangguan jiwa bukan hanya milik negara-negara miskin atau sedang berkembang seperti Indonesia. Pada kenyataannya, gangguan jiwa menjadi salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara maju. Dan gangguan bipolar termasuk salah satu contohnya. Boleh dibilang, insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas alias bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. Gangguan bipolar yang tidak diterapi dengan baik akan membahayakan jiwa Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai manik. Gejala-gejala manik meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis.

1

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Layaknya sebuah magnet, gangguan bipolar memiliki dua kutub yaitu manik dan depresi. Dari situ pulalah nama bipolar itu berasal. Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita [Tabel 1].

Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31) F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran2

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejalagejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.

2. Epidemiologi Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan menetap sebesar 0,3 1,5 %. Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 1,6 %, dimana dua jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas dan Mortalitas dari gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan gangguan ini di Amerika serikat sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar 15,5 miliar dolar Amerika. Perkiraan lainnya, sekitar 25 50 % individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri dan 11 % benar-benar tewas karena bunuh diri.

3. Etiologi Hingga saat ini, etiologi dan patofisiologi gangguan bipolar masih belum dapat dijelaskan. Virus pun sempat dituding sebagai biang kerok. Serangan virus pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah kelahiran. Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya manifestasi itu3

timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal yang memproduksi hormon yang mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah berkurang 50%. Akhir-akhir ini, penelitian mengarah pada keterlibatan genetik. Pemikiran tersebut muncul berawal dari ditemukannya 50% penderita bipolar yang memiliki riwayat penyakit yang sama dalam keluarga. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%. Pola penurunan tersebut tidak mengikuti hukum Mendel. Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar. Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Kandidat gen yang berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-O-metiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT). Tak berhenti sampai disitu, peneliti juga mempunyai tersangka baru yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar. Dan hasilnya, positif.

4. Faktor risiko 1. Ras Tidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi kecenderungan terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para klinisi menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi Afrika-Amerika.

4

2. Jenis Kelamin Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun rapid-cycling bipolar disorder (gangguan bipolar dengan 4 atau lebih episode dalam setahun) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih tinggi pada wanita daripada pria. 3. Usia Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup besar. Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50 tahun, dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15 19 tahun, dan rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20 24 tahun. Sebagian penderita yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang mungkin saja juga mengalami gangguan bipolar dan baru berkembang mengalami episode manik yang pertama saat usia mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang juga menderita gangguan bipolar. Sebagian besar penderita dengan onset manik pada usia lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan neurologis seperti penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi genetik, biokimiawi, psikodinamik dan lingkungan. 4. Genetik Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama. Bukti yang mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan bipolar terdapat beberapa bentuk, antara lain : a) Hubungan keluarga inti dengan orang yang menderita BP I diperkirakan 7 kali lebih sering mengalami BP I dibandingkan populasi umum. Perlu digarisbawahi, keturunan dari orang tua yang menderita gangguan bipolar memiliki kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain. b) Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 90 % menderita BP I dari saudara kembar yang identik. c) Penelitian pada keluarga adopsi, membuktikan bahwa lingkungan umum bukanlah satu-satunya faktor yang membuat gangguan bipolar terjadi dalam keluarga. Anak dengan hubungan biologis pada orang tua yang menderita BP I atau gangguan depresif hebat memiliki resiko yang lebih tinggi dari perkembangan gangguan afektif, bahkan meskipun mereka bertempat tinggal5

dan dibesarkan oleh orang tua yang mengadopsi dan tidak menderita gangguan. d) Cardno dan kawan-kawan di London menunjukkan bahwa skizofrenia, skizoafektif, dan sindrom manik berbagi faktor resiko genetik dan genetik yang bertanggung jawab terhadap gangguan skizoafektif seluruhnya secara umum juga terdapat pada dua sindrom yang lain tadi. Penemuan ini menimbulkan dugaan suatu genetik tersendiri bertanggungjawab pada psikosis berbagi dengan gangguan suasana perasaan dan skizofrenia. Tsuang dan kawan-kawan mengindikasikan adanya kontribusi genetik pada gangguan bipolar dengan gambaran psikotik, serta menunjukkan adanya hubungan antara skizofrenia dan gangguan bipolar. e) Studi tentang ekspresi gen juga menunjukkan orang dengan gangguan bipolar, depresif berat, dan skizofrenia mengalami penurunan yang sama dalam ekspresi dari gen hubungan oligodendrosit-myelin dan abnormalitas substansia nigra pada bermacam daerah otak. 5. Biokimiawi Multipel jalur biokimiawi mungkin berperan pada gangguan bipolar, hal ini yang menyebabkan sulitnya mendeteksi suatu abnormalitas tertentu. a) Beberapa neurotransmitter berhubungan dengan gangguan ini, sebagian besar didasarkan pada respon pasien terhadap agen-agen psikoaktif. b) Sejumlah bukti menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara glutamat dengan gangguan bipolar dan depresi berat. Studi postmortem dari lobus frontal dengan kedua gangguan menunjukkan peningkatan level glutamat. c) Obat tekanan darah reserpin, yang menghabiskan/mendeplesikan katekolamin pada saraf terminal telah tercatat menyebabkan depresi. Ini berpedoman pada hipotesis katekolamin yang berpegang pada peningkatan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan manik dan penurunan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan depresi. d) Obat-obatan seperti kokain, yang juga bekerja pada sistem neurotransmitter ini mengeksaserbasi terjadinya manik. Agen lain yang dapat mengeksaserbasi manik termasuk L-dopa, yang menginhibisi reuptake dopamin dan serotonin.

6

e) Gangguan dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalamus-pituitariadrenal, menggangu homeostasis dan menimbulkan respon stres yang juga berperan pada gambaran klinis gangguan bipolar. f) Antidepresan trisiklik dapat memicu terjadinya manik 6. Psikodinamik Banyak praktisi melihat dinamika gangguan bipolar sebagai suatu hal yang berhubungan melalui suatu jalur. Mereka melihat depresi sebagai manifestasi dari suatu kehilangan, contohnya hilangnya pegertian terhadap diri dan adanya perasaan harga diri rendah. Oleh karena itu, manik timbul sebagai mekanisme defens dalam melawan rasa depresi (Melanie Klein) 7. Lingkungan Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan langsung dengan stres eksternal atau tekanan eksternal yang dapat memperburuk berulangnya gangguan pada beberapa kasus yang memang sudah memiliki predisposisi genetik atau biokimiawi. Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat gangguan bipolar dan meningkatkan kemungkinan psikosis postpartum. Contoh lain, oleh karena sifat pekerjaan, beberapa orang memiliki periode permintaan yang tinggi diikuti periode kebutuhan yang sedikit. Hal ini didapati pada seorang petani, dimana ia akan sangat sibuk pada musim semi, panas, dan gugur, namun selama musim dingin akan relatif inaktif kecuali membersihkan salju, sehingga ia akan tampak manik pada hampir sepanjang tahun dan tenang selama musim dingin. Hal ini menunjukkan lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap keadaan psikiatri seseorang.

5. Tanda dan gejala Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan setidaknya terdapat episode manik paling tidak dengan durasi 1 minggu yang mengindikasikan penderita untuk dirawat inap atau kelainan lain yang signifikan dalam fungsi okupasi dan sosial. Episode manik bukan disebabkan oleh penyakit medis lain atau penyalahgunaan zat. Kriteria ini berdasarkan spesifikasi dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR). 1. Episode manik ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :

7

Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang dalam, yang ditandai dengan suasana perasaan yang meningkat (elasi), mudah marah (iritabel), atau adanya keinginan untuk keluar rumah.

Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3 atau lebih): Perasaan kebesaran; gangguan tidur; nada suara yang tinggi dan bicara berlebihan; flight of ideas; menghilangkan bukti kekacauan pikiran; meningkatnya tingkat fokus kerja di rumah, tempat kerja atau seksual; meningkatnya aktivitas yang menyenangkan dan bahkan yang memiliki konsekuensi menyakitkan.

Gangguan suasana perasaan cukup untuk membuat kerusakan di tempat kerja, membahayakan pasien atau orang lain. Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

2. Episode hipomanik ditandai oleh gejala-gejala berikut : Penderita mengalami suasana perasaan yang meningkat (elasi), adanya keinginan untuk keluar rumah, atau mudah marah (iritabel) setidaknya selama 4 hari. Paling tidak terdapat 3 atau lebih gejala-gejala berikut ini : Perasaan kebesaran atau mengagumi diri sendiri; gangguan tidur; nada suara tinggi; flight of ideas; menghilangkan bukti kekacauan pikiran; agitasi psikomotor di rumah, tempat kerja atau seksual; mulai melakukan aktivitas dengan resiko tinggi terhadap konsekuensi yang menyakitkan. Gangguan suasan perasaan tampak oleh orang lain. Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

6. Pemeriksaan Fisik Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk mendiagnosis adanya gangguan bipolar. Status mental penderita tergantung pada keadaan depresi, hipomanik, manik, atau campuran, dengan variasi area MSE ditandai sesuai dengan fase tertentu dari penderita.

8

1. Penampilan a) Episode hipomanik : Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi dan selalu kemana-mana. Mereka selalu berencana melakukan sesuatu, sebagian mengalami perubahan tingakat energi dan suasana hati (Keck, 2003). b) Episode manik : Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase manic menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase depresi. Penderita fase manik menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka kurang istirahat, bertenaga, aktif, serta berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat dikenakan dengan tergesagesa dan kacau. Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna, serta mencolok. Mereka berdiri di keramaian dan menjadi menonjol karena pakaian mereka yang sering menarik perhatian. 2. Afek/Suasana Hati Episode hipomanik: Suasana hati penderita meningkat, meluas dan peka. Episode manik: Suasana hati penderita tampak menggembirakan, dan bahkan berlebihan. Euphoria. Penderita sangat mudah marah. Mereka memiliki toleransi frustasi yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi depresi dalam beberapa menit atau jam. 3. Pikiran Episode Hipomanik: Penderita mempunyai pemikiran yang optimis, berpikir ke depan dan mempunyai sikap yang positif. Episode Manik: Penderita mempunyai pemikiran yang sangat opimis dan luas. Percaya diri yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat membuat

pemikiran/gagasan. Mereka merasa pemikiran mereka sangat aktif dan aktif, sering kali perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yang tidak terkendali cepat. 4. Bicara Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel dan penganggu bagi orang orang disekitarnya. Saat keadaan teraktifitas meningkat pembicaraan penuh gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata kata dan hal hal yang tidak relefan. Saat tingkat aktifitas meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi menghilang, menyebabkan gagasan yang meloncat loncat9

(flight of idea), gado gado kata dan neologisme. Pada kegembiraan manik akut pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat membedakan dari pembicaraan skizofrenik. 5. Persepsi Episode Hipomanik: Penderita tidak mengalami gangguan persepsi. Episode Manik: 3 dari 4 penderita dalam tahap ini mengalami halusinasi. Khayalan manik menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan. Waham ditemukan pada 75% dari semua pasien manik. Waham sesuai mood seringkali melibatkan kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar biasa. Dapat juga ditemukan waham dalam halusinasi aneh yang tidak sesuai mood. 6. Bunuh Diri Episode Hipomanik: Angka bunuh diri rendah. Episode Manik: Angka bunuh diri rendah.

7. Pembunuhan/Kekerasan Episode Hipomanik: Penderita menunjukkan sifat mudah marah dan agresif. Mereka dapat menjadi tidak sabar terhadap orang lain. Episode Manik: Penderita agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau toleransi dengan orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi sangat menuntut, kasar, sangat mudah marah. Pembunuhan terjadi jika penderita mempunyai suatu khayalan terhadap kesenangan penderita. 8. Pengertian Diri/Insight Episode Hipomanik: Biasanya penderita memiliki penegrtian yang baik mengenai diri mereka. Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka sangat produktif dan teliti, bukan sebagai hipomanik. Episode Manik: Dalam tahap ini pengertian diri/insight sangat lemah. Penderita tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai kebutuhan, rencana dan perilaku mereka. 9. Sensorium dan Kognitif Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat jarang diamati pada pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik. Mereka mengetahui waktu dan temapt mereka berada.mereka dapat mengingat kejadian yang lampau dan terbaru. Pada beberapa kasus hipomanik dan kadang manik, kemampuan penderita untuk mengingat informasi dapat sangat luas. Pada depresi dan manik yang10

berat, penderita dapat mengalami kesulutan dalam berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya. Secara kasar orientasi dan daya ingat adalah intak walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala tersebut disebut mania delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin. 10. Reliabilitas Pasien manik terkenal tidak dapat dipercaya dalam informasinya

7. Penatalaksanaan 1. Penentuan Kegawatdaruratan Penderita Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya, seperti depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan. 1) Pengobatan pasien rawat inap : a. Indikasi seseorang dengan gangguan bipolar episode manik untuk dirawat inap adalah sebagai berikut : i. Berbahaya untuk diri sendiri : penderita dengan manic yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin mengalami kelelahan yang hebat, dapat mendatangkan bahaya bagi penderita yang datang dari aspek lain dari penyakit. ii. Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode manik. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya. iii. Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medis, dimana obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi. iv. Perlu prosedur diagnostik v. Resiko bunuh diri atau membunuh vi. Penurunan jelas kemampuan pasien untuk mendapatkan makanan atau tempat berlindung11

vii. Riwayat gejala yang berkembang dengan cepat viii. Hancurnya sistem pendukung pasien b. Rawat inap parsial atau program perawatan sehari i. Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil. ii. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malam dan harus peduli terhadap penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan membina hubungan interpersonal. 2) Pengobatan rawat jalan : Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama: a) Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini bisa berasal dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi, mereka mendorong penderita menjadi manic. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi. b) Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau melanjutkan pengobatan. c) Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat. d) Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu12

kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa. Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem urinari, dan gangguan keseimbangan elektrolit.

2. Terapi a) Terapi Farmakologi Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan yang dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat penggunaannya untuk kedua hal yaitu manik akut dan mood stabilization. Selanjutnya, suatu medikasi lain dipilih untuk terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan. Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manic dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan mood penderita sesuai namanya, juga menstabilkan manik dan depresi yang ekstrim. Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manic akut. Berdasarkan konsensus yang sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manik akut adalah kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood stabilizing. Tabel berikut menunjukkan FDAapproved bipolar treatment regimens. Tabel FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens Nama Generik Valproate Carbamazepine extended release Lamotrigine Lithium Aripiprazole Ziprasidone Risperidone Quetiapine Abilify Geodon Risperdal Seroquel Nama Dagang Manic Mixed Maintenance Depresi Depakote Equestro Lamictal X X X X X X X X X X X X X X X

13

Chlorpromazine Olanzapine

Thorazine Zyprexa

X X X X X

Olanzapine/fluoxetine Combination Symbyax Tabel dari Medscape.

Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi gangguan bipolar. Keefektivitasannya telah terbukti dalam mengobati 60-80% pasien. Tapi bukan berarti lithium tanpa cela. Terdapat segelintir orang yang kurang memberi respon terhadap lithium di antaranya penderita dengan riwayat cedera kepala, mania derajat berat (dengan gejala psikotik), dan yang disertai dengan komorbid. Bila penggunaanya dihentikan tiba-tiba, penderita cepat mengalami relaps. Selain itu, indeks terapinya sempit dan perlu monitor ketat kadar lithium dalam darah. Gangguan ginjal menjadi kontraindikasi penggunaan lithium karena akan menghambat proses eliminasi sehingga menghasilkan kadar toksik. Di samping itu, pernah juga dilaporkan lithium dapat merusak ginjal bila digunakan dalam jangka lama. Karena keterbatasan itulah, penggunaan lithium mulai ditinggalkan. Antipsikotik mulai digunakan sebagai antimanik sejak tahun 1950-an. Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada penderita bipolar dengan agitasi psikomotor. Perhatian ekstra harus dilakukan bila hendak merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang terutama generasi pertama (golongan tipikal) sebab dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti ekstrapiramidal, neuroleptic malignant syndrome, dan tardive dyskinesia. Valproat menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak memberi respon terhadap lithium. Bahkan valproat mulai menggeser dominasi lithium sebagai regimen lini pertama. Salah satu kelebihan valproat adalah memberikan respon yang baik pada kelompok rapid cycler. Penderita bipolar digolongkan rapid cycler bila dalam 1 tahun mengalami 4 atau lebih episode manik atau depresi. Efek terapeutik tercapai pada kadar optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L. Efek samping dapat timbul ketika kadar melebihi 125 mg/L, di antaranya mual, berat badan meningkat, gangguan fungsi hati, tremor, sedasi, dan rambut rontok. Dosis akselerasi valproat yang dianjurkan adalah loading dose 30 mg/kg pada 2 hari pertama dilanjutkan dengan 20 mg/kg pada 7 hari selanjutnya.14

Sediaan obat anti mania dan dosis anjuran (yang beredar di Indonesia menurut MIMS vol. 7, 2006)No. 1. 2. Nama Generik Lithium Carbonate Haloperidol Nama Dagang FRIMANIA (Mersifarma) HALOPERIDOL (Indofarma) HALDOL (Janssen) SERENACE (Searle) Sediaan Tab 200 -300-400-500 mg Tab 0,5 -1,5- 5 mg Tab 0,5 -2 -5 mg Tab 0,5 -1,5 -5 mg Liq 2 mg/ml Amp. 5 mg/cc Dosis anjuran 250 500 mg/h 4,5 15 mg/h

3.

Carbamazepine

4. 5.

Valproic Acid Divalproex Na.

TEGRETOL (Novartis) BAMGETOL (Mersifarma) DEPAKENE (Abbott) DEPAKOTE (Abbott)

Tab. 200 mg Caplet 200 mg Syr. 250 mg/ml Tab. 250 mg

5 mg (im) Setiap 2 jam, maksimum 100mg/h 400 600 mg/h 2 3 x perhari

3 x 250 mg/h 3 x 250 mg/h

Penggolongan 1. Mania Akut : Haloperidol (Haldol, Serenace, dll.) Carbamazepine (Tegretol, dll.) Valproic Acid (Depakene) Divalproex (Depakote) 2. Profilaksis Mania Indikasi Penggunaan Gejala sasaran (target syndrome): SINDROM MANIA Butir butir diagnostik Sindrom mania 1. Dalam jangka waktu paling sedikit 1 minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif atau iritabel. 2. Keadaan tersebut disertai paling sedikit 4 gejala berikut: o Peningkatana aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan social atau seksual), atau ketidak tenangan fisik. o Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk berbicara terus menerus.15

: Lithium Carbonate (Frimania)

o Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayalan subjektif bahwa pikirannya sedang berlomba. o Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai waham / delusi) o Berkurangnya kebutuhan tidur o Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada stimulus dari luar yang tidak penting atau yang tidak berarti. o Keterlibatan berlebih dalam aktivitas aktivitas yang mengandung kemungkinan resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak diperhitungkan secara bijaksana, misalnya berbelanja berlebihan, tingkah laku seksual secara terbuka, penanaman modal secara bodoh, mengemudi kendaraan (mengebut) secara tidak bertanggung jawab dan tanpa perhitungan. 3. Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan kermampuan bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin. Mekanisme Kerja Hipotesis: sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada system limbic, yang berdampak terhadap dopamine receptor supersensitivity Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan Sindrom Mania akut atau Profilaksis terhadap serangan Sindrom Mania yang kambuhan pada Gangguan Afektif Bipolar. Efek anti mania dari Lithium disebabkan kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity, dengan meningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat Cyclic AMP (Adenosine Monophospate) & phosphoinositides. Cara Pengunaan Pemilihan obat Pada Mania akut diberikan: Haloperidol (im) + Tab. Lithium Carbonate. Haloperidol (im) untuk mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas, dengan onset of action yang cepat (kalau perlu dengan rapid neuroleptization)16

Lithium Carbonate efek anti mania baru muncul setelah penggunaan 7 10 hari. Pada Gangguan Afektif Bipolar (manic depressive disorder) dengan serangan serangan episodik mania/ depresi: Lithium Carbonate sebagai obat profilaksis terhadap serangan sindrom mania/ depresi dapat mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya suatu kekambuhan. Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak mampu ditolerir dengan baik, atau kondisi fisik yang kontra indikatif) tidak memungkinkan penggunaan obat Lithium Carbonate, dapat menggunakan obat alternatif : CARBAMZEPINE, VALPROIC ACID, DIVALPROEX Na, yang terbukti juga ampuh untuk meredakan Sindrom Mania Akut dan profilaksis serangan Sindrom Mania/ Depresi pada Gangguan Afektif Bipolar. Pengaturan Dosis Proses dalam pengaturan dosis : 1. Initiating dosage (test dose); untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu. 2. Titrating dosage (optimal dose); mulai dosisi anjuran sampai mencapai dosis efektif (dosis optimal) 3. Stabilizing dosage (stabilization dose); dosis optimal yang dipertahankan selaam 2-3 bulan. 4. Maintaining dosage (maintenance dose); selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan = dosis optimal. 5. Tappering dosage (tappering dose); selama 1 bulan. Kebalikan dari proses initiating dosage. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan: Onset efek primer (efek klinis): 7 10 hari (1 2 minggu) Rentang kadar serum teraupetik = 0,8 1,2 mEq/L dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 x 500 mg/hari) Kadar serum toksik = diatas 1,5 mEq/L Efek samping Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare feses lunak), kelemahan otot,17

poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek sedasi dan gangguan akstrapiramidal Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid, edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan konsentrasi pikiran Gejala intoksikasi Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun, oliguria, kejang-kejang Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium : o Demam (berkeringat berlebihan) o Diet rendah garam o Diare dan muntah-muntah o Diet untuk menurunkan berat badan o Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi non steroid Tindakan mengatasi intoksikasi lithium o Mengurangi faktor predisposisi o Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV sebanyak 10 ml o Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang factor predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi dengan minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan kontrol rutin Perhatian khusus Sebelum dan selama penggunaan obat anti mania Lithium Carbonate perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium secara periodik:

18

-

Kadar serum Na dan K (Li & Na saling mempengaruhi di Tubulus proximalis renalis). Kadar ini merendah pada pasien diet garam dan menggunakan diuretika.

-

Tes fungsi ginjal (serum creatinine). Hampir semua kadar Lithium dalam darah diekskresikan melalui ginjal.

-

Tes fungsi kelenjar tiroid (serum T3 & T4). Lithium merendahkan kadar serum Iodium. Pemeriksaan EKG (Lithium mempengaruhi Cardiac Repolarization)

Wanita hamil adalah kontra indikasi penggunaan Lithium oleh karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta dan masuk ke peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.

b) Terapi Non Farmakologi ECT (Electro Convulsive Therapy) Pada pasien dengan mania, pada permulaan dapat dilakukan 3 x seminggu selama 2 minggu, bila tampak perbaikan, maka dikurangi sampai 1 2 x seminggu, dan dilanjutkan sampai berjumlah 12 20 kali. Dengan adanya neuroleptika, maka ECT tidak begitu sering dipakai lagi . Konsultasi Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi. Diet Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas. Aktivitas Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.19

Edukasi Penderita Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya. Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat. Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terkait apresiasi tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik. Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting dari perawatan dan edukasi. Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu identifikasi individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan aspek kritis penderita dan kewaspadaan keluarga. Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang kekambuhan dalam konteks gangguan. Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan keluarga, terutama cerita tentang individu dengan gangguan bipolar dapat membantu penderita untuk berusaha menghadapi tantangan dari perspektif lain.

8. Pencegahan Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka panjang dari gangguan bipolar. Hal ini mencakup beberapa hal sebagai berikut : Pertama, medikasi seperti litium bertindak sebagai mood stabilizers. Kedua, psikoedukasi dimulai dari penderita dan keluarga penderita. Keduanya harus memahami dan mengetahui pentingnya pengobatan adekuat dan tanda-tanda awal dari manik, ini merupakan hal yang penting.

9. Komplikasi Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan adiksi.20

10. Prognosa Seringkali perputaran episode depresif dan manik berhubungan dengan usia. Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain : Riwayat kerja yang buruk; penyalahgunaan alkohol; gambaran psikotik; gambaran depresif diantara episode manik dan depresi; adanya bukti keadaan depresif, jenis kelamin laki-laki. Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut : fase manik (dalam durasi pendek); Onset terjadi pada usia yang lanjut; pemikiran untuk bunuh diri yang rendah; gambaran psikotik yang rendah; masalah kesehatan (organik) yang rendah.

21

BAB III PENUTUPGangguan afektif episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada system limbic, yang berdampak terhadap dopamine receptor supersensitivity. Maka mekanisme kerja dari anti mania dalam hal ini Lithium adalah kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity, dengan meningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat Cyclic AMP (Adenosine Monophospate) & phosphoinositides. Sedangkan Valproat menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak memberi respon terhadap lithium. Bahkan beberapa tahun terakhir ini Valproat mulai menggeser dominasi lithium sebagai regimen lini pertama. Selain penatalaksanaan terapi psikofarmaka, juga dilakukan pendekatan lain melalui konsultasi, diet tertentu, dan edukasi, baik bagi penderita sendiri maupun pihak keluarga. Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya compliance untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih dini.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.psychologynet.org/dsm/bipolar1.html 2. http.//www.geocities.com.fkupn 3. http://helpguide.org/mental/bipolar_disorder_symptoms_treatment.htm 4. Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.Gangguan Mood, bab 15. Jilid I .Ed. VII, Jakarta. Binarupa Aksara, 1997.H; 777-857. 5. Morgan H.G, Morgan M.H. Segi Praktis Psikiatri. Gangguan Afek. Jakarta. Binarupa Aksara, 1991. H; 53-71. 6. Maslim Rusdi, Dr.Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Pedoman Diagnostik : F 30-39 : gangguan suasana perasaan/mood (gangguan afektif). Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2001. H; 58-69. 7. Maslim Rusdi, Dr. Panduan praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Obat Anti depresi. Ed III. Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007. H; 23-30 8. Maramis, WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya, Airlangga University Press. 1994.

23