Upload
ida-dayang-ruby
View
90
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
NEUROANATOMI
TRAKTUS EKSTRAPIRAMIDALIS
Pembimbing :
dr.Ayub L. Pattinama, Sp.S
Disusun Oleh :
Happy Martha Nababan
Nim : 08-145
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
PERIODE 9 JULI – 4 AGUSTUS 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2012
Pendahuluan
Sistem ekstrapiramidal meliputi :
1. Basal ganglia : nucleus kaudatus, putamen dan globus pallidus
2. Substansia nigra
3. Nukleus rubra
Gangguan pada ekstrapiramidal dapat menimbulkan gerakan otot
involunter,yaitu gerakan otot secara spontan dan tidak dapat dikendalikan
dengan kemauan dan gerak otot tersebut tidak mempunyai tujuan. Efek dari
gangguan sistem ini dapat memberikan efek defisit fungsional primer yang
merupakan gejala negatif dan efek sekunder yaitu gejala positif.
Pada ganguan dalam fungsi traktus ekstrapiramidal gejala positif dan
negatif itu menimbulkan dua jenis sindrom yaitu :
1. Sindrom hiperkinetik-hipotonik : asetilkolin menurun,
dopamine
meningkat
• Tonus otot menurun
• Gerak involunter/ireguler
Pada : chorea, atetosis, distonia, ballismus
2. Sindrom hipokinetik-hipertonik : asetilkolin meningkat,
dopamine
menurun
• Tonus otot meningkat
• Gerak spontan/asosiatif menurun
• Gerak involunter spontan
Pada : parkinson
Gejala negative dapat berupa :
1. Bradikinesia
Gerakan volunter yang bertambah lambat atau menghilang sama
sekali. Gejala ini merupakan gejala utama yang didapatkan pada penyakit
Parkinson.
2. Ganguuan sikap postural
Merupakan hilangnya reflex postural normal. Paling sering ditemukan
pada penyakit Parkinson. Terjadi fleksi pada tungkai dan badan karena
penderita tidak dapat mempertahankan keseimbangan secara tepat. Penderita
akan terjatuh bila berputar dan didorong.
Gejala positif dapat berupa :
1) Gerakan involunter
• Tremor
• Athetosis
• Chorea
• Distonia
• Hemiballismus
2) Rigiditas
Kekakuan yang dirasakan oleh pemeriksa ketika menggerakkan
ekstremitas secara pasif. Tahanan ini timbul di sepanjang gerakan pasif
tersebut dan mengenai gerakan fleksi maupun ekstensi sering disebut sebagai
plastic atau lead pipe rigidity. Bila disertai dengan tremor maka disebut
dengan tanda cogwheel. Pada penyakit Parkinson terdapat gejala positif dan
gejala negative seperti tremor dan bradikinesia. Sedangkan pada chorea
Huntington lebih didominasi oleh gejala positif, yaitu : chorea.
Patofisiologi
Pada keadaan normal terdapat arus rangsang kortiko-kortikal yang
melalui inti-inti basal (basal ganglia) yang mengatur kendali korteks atas
gerakan volunteer dengan proses inhibisi secara bertingkat. Inti-inti basal juga
berperan mengatur dan mengendalikan keseimbangan antara kegiatan neuron
motorik alfa dan gamma. Di antara inti-inti basal, maka globus pallidus
merupakan stasiun neuroaferen terakhir dan yang kegiatannay diatur oleh
asupan dari korteks, nucleus kaudatus, putamen, substansia nigra dan inti
subtalamik.
Gerakan involunter yang timbul akibat lesi difus pada putamen dan
globus pallidus disebabkan oleh terganggunya kendali atas reflex-refleks dan
rangsangan yang masuk, yang dalam keadaan normal turut mempengaruhi
putamen dan globus pallidus. Keadaan tersebut dinamakan Release
phenomenon, yang berarti hilangnya aktivitas inhibisi yang normal.
Adapun lesi di substansia nigra (penyakit Parkinson), di inti dari luys
(hemiballismus), bagian luar dari putamen (atetosis), di nucleus kaudatus
terutama dan nucleus lentiformis sebagian kecil (korea) dan di korteks serebri
piramidalis berikut putamen dan thalamus (distonia).
Berbagai neurotransmitter turut berperan dalam fungsi dan peran
system neurotransmitter, meliputi :
a. Dopamine, bekerja pada jalur nigostriatal (hubungan substansia
nigra dan korpus striatum) dan pada system mesolimbik dan mesokortikal
tertentu.
b. GABA (Gama Aminobutiric Acid), berperan pada jalur / neuron-
neiron striatonigral.
c. Glutamate, bekerja pada jalur kortikostriatal
d. Zat-zat neurotransmitter kolinergik, digunakan untuk neuron-
neruon talamostriatal.
e. Substansia P dan metenfekalin, terdapat pada jalur striatopalidal
dan striatonigral.
f. Kolesistokinin, dapat ditemukan bersama dopamine dalam sistem
neural yang sama.
A. PENYAKIT PARKINSON
Definisi
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit neuro degenerative yang
disebabkan karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak
adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus. Yaitu
gangguan gerakan yang kronik progresif ditandai dengan adanya tremor,
bradikinesia, rigiditas, dan ketidakstabilan postural.
Etiologi
Penyebab pasti penyakit Parkinson masih belum diketahuii, meskipun
penelitian mengarah pada kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis.
Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka
sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan
tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah
sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan
informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri. Keseluruhan sinyal
tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di
sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama
pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan
sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel
saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor
genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit ini cenderung
diturunkan. Akan tetapi ada beberapa faktor risiko (multifaktorial) yang telah
dikenalpasti dan mungkin menjadi penyebab penyakit parkinson yakni :
1. Usia, karena Penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia
lanjut dan jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.
2. Ras, di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit
Parkinson daripada orang Asia dan Afrika.
3. Genetik, factor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai
kecacatan pada gen tertentu yang terdapat pada penderita Penyakit Parkinson,
khususnya penderita Parkinson pada usia muda.
4. Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine
(MPTP), CO, Mn, Mg, CS2, methanol, etanol dan sianida), penggunaan
herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
5. Cedera kranio serebral, meski peranannya masih belum jelas, dan
6. Tekanan emosional, yang juga dipercayai menjadi faktor risiko.
Onset biasanya insidious dan bertahap, serta penjalaran penyakitnya
lambat. Gejala-gejala pertama biasanya berupa perasaan lemas yang
cenderung untuk gemetar, terutama pada lengan dan jari-jari tangan. Terdapat
trias Parkinson, yaitu : tremor, rigiditas, dan bradikinesia.
1. Tremor
• Resting / alternating tremor, terutama saat istirahat dan bertambah
hebat saat emosi.
• Tremor bersifat kasar dan pelan (3-7 detik)
• Pola tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-
mulung pil. (pil rolling)
• Tremor mulai pada tangan, namun dapat meluas ke bibir dan
seluruh kepala, juga dapat meluas ke kaki.
2. Rigiditas
• Cogwheel phenomenon positif, disebabkan meningkatnya aktivitas
motor neuron alfa.
• Hipertoni pada seluruh gerakan.
3. Akinesia / Bradikinesia
• Gerakan volunteer yang lambat dan sulit terutama pada gerakan
halus
• Gerakan asosiatif yang berkurang, misalnya gerakan lengan, yang
kurang dan melekat pada badan sewaktu berjalan, lengan dalam keadaan fleksi
dan adduksi.
• Gerakan spontan yang berkurang.
• Ekspresi muka/ gerak mimic wajah berkurang (muka topeng),
bicara menjadi lambat dan monoton, volume suara berkurang (hipofonia).
4. Langkah dan gaya berjalan
• Instabilitas postural
• Sikap parkinsonisme yang khas, penderita berjalan dengan
langkah-langkah kecil (festination). Makin menjadi cepat. Kepala dan badan
doyong ke depan dan sukar berhenti atas kemauan sendiri, bila mendadak
dapat berhenti membeku sehingga bisa jatuh terjungkal, kadang doyong ke
belakang atau ke samping dan juga mempunyai kecenderungan beralih seperti
gerakan berlari serta sulit atau tidak dapat berbalik dengan cepat.
5. Gejala lain
• Tanda Myerson positif, yaitu kedua mata berkedip dengan gencar
pada pengetukan diatas pangkal hidungnya.
• Kesukaran dalam usaha pengosongan kandung kencing dan juga
sering mengalami obstipasi kronik.
• Rasa nyeri pada otot terutama otot betis pada malam hari
• Juga terdapat kesukaran bila hendak berlari dari kursi atau tempat
tidur yang rendah.
• Gejala-gejala pelengkap yang lain disesuaikan dengan kausa
parkinsonisme atau sindrom Parkinson. Misalnya hipotensi orthostatic,
takikardi, hiperhidrosis, sekresi kelenjar lemak kulit yang tinggi, emosi yang
labil, impotensia, intelegensia tetap utuh, atau mengalami kemunduran sampai
kelumpuhan neuron motorik sentral, oftalmoplegi, krisis okulogirik, gangguan
serebellum dan lain-lain.
B. WILSON DISEASES (Degenerasi hepatolentikular)
Definisi
Merupakan kelainan autosom resesif dari metabolism tembaga dengan
gambaran ekstrapiramidal yang jelas. Cacat primer genetik tidak diketahui.
C. HEMIBALISMUS (Sindrom Balistik)
Gerakan involunter ditandai secara khas oleh gerakan melempar dan
menjangkau keluar yang kasar, terutama oleh otot-otot bahu dan pelvis.
Adanya gangguan ekstrapiramidal ini merupakan kerusakan akut nucleus
subtalamik dan hubungannya dengan sector lateral dari pallidum.
Hemibalismus yang terjadi kontralateral terhadap lesi. Hal ini biasa terjadi
pada penyakit vaskuler dan multiple sklerosis. Terapi obat tidak efektif.
D. CHOREA
1. Chorea Huntington (Chorea Mayor)
Merupakan gangguan herediter yang bersifat autosomal dominan,
onset pada usia pertengahan dan berjalan progresif sehingga menyebabkan
kematian dalam waktu 10 – 12 tahun. Dapat terjadi pada usia muda (tipe
juvenile) dimana gejalanya kurang tampak dan didominasi oleh gejala
negative (rigiditas).
Patologi
Kehilangan neuron pada striatum berhubungan dengan berkurangnya
hubungan dengan struktur ganglia basalis lainnya. Selain itu juga, ditemukan
hilangnya sel pada korteks frontal dan temporal. Dasar neurokimia dari
penyakit ini adalah defisiensi GABA dan asetilkolin sebagai neuromodulator
enkephalin dan substansi P.
Gejala
• Chorea
• Demensia
• Gangguan mental: perubahan kepribadian, gangguan afektif,
psikosis.
• Hipotonus
• Refleks primitive
Diagnosis
Pada pasien dengan gejala chorea dan didapatkan riwayat keluarga,
singkirkan dari penyakit benign hereditary chorea di mana terdapat intelektual
pada penyakit tersebut. Pada Huntington’s Choreal biasnya intelektual
terganggu. Bedakan dengan chorea senilis dimana terjadi biasanya pada usia
yang lebih tua dan terdapat demensia. Singkirkan juga berbagai penyebab
chorea yang lain seperti chorea syndenam, chorea gravidarum, dan chorea
akibat obat-obatan.
Pengobatan
Pada stadium awal dapat digunakan fenotiazin, haloperidol atau
tetrabenazin.
2. Chorea Sydenham (Chorea Minor)
Onset akut, berhubungan dengan infeksi streptokokus. Lebih sering
terdapat pada anak-anak. Terdapat gejala rematoid lain (jantung)
3. Chorea Gravidarum
Onset saat kehamilan, merupakan reaktivasi chorea Sydenham.
E. DISTONIA
Manifestasi sebagai postur tubuh yang abnormal untuk waktu yang
lama, yang diakibatkan oleh spasme otot-otot besar yang terdapat di badan dan
ekstremitas. Misalnya retraksi pada kepala. Distonia dapat terjadi umum pada
distonia muskulorum atau lokal pada torticolis.
1. Dystonia Musculorum Deformans
Onset terjadi pada masa anak-anak dan diturunkan secara autosomal
resesif. Pada awalnya terjadi deformans pada kaki berupa fleksi ketika
berjalan. Lalu kelainan ini bertambah menjadi generalisata. Dengan postur
kepala, badan, dan ekstremitas yang abnormal.
Diagnosis ditegakkan jika pada pasien memiliki riwayat perinatal
normal dan tidak terdapat bukti laboratorium adanya penyakit Wilson.
Pengobatan penyakit ini dapat dengan levodopa atau Karbamazepin. Namun
pada beberapa pasien tidak ditemukan peningkatan yang berarti sehingga
dapat diganti dengan anti kolinergik.
2. Spasmodik Tortikolis (Why neck)
Deviasi kepala unilateral dan etiologinya belum diketahui. Pada
pemeriksaan didapatkan kelainan vestibular, namun hal ini tidak jelas apakah
disebabkan oleh tortikolis atau postur kepala yang tidak normal.
Kontraksi distonik dari M. Sternokleidomastoideus yang nyeri dan
dapat terjadi hipertrofi pada otot tersebut dan otot-otot leher lainnya, yang
menyebabkan kepala berputar ke satu sisi secara involunter, juga kadang ke
arah depan (antekoli) dan ke belakang (retrokoli).
F. ATETOSIS
Atetosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti berubah-ubah atau
tidak mantap. Gangguan kinetik ini biasanya disebabkan oleh kerusakan
perinatal dan korpus striatal. Dapat juga disebabkan oleh Kern ikterus atau
hiperbilirubinemia. Gerakan involunter menjadi lambat dengan kecenderungan
untuk ekstensi berlebihandari ekstremitas bagian perifer. Tampak sebagai
kekacauan gerakan dengan tingkat pergerakan Chorea dan dystonia. Gejala ini
melibatkan organ tangan, kaki dan sisi wajah. Umumnya disertai otak
congenital (palsi serebral).
Gambar 1. Traktus ekstrapiramidalis