Upload
duongkhuong
View
243
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH
DAN PAGU INDIKATIF 2017
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas
Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat
Jakarta, 13 April 2016
REPUBLIK
INDONESIA
KERANGKA PAPARAN
POKOK-POKOK RANCANGAN AWAL RKP 2017
Slide 13-31
TINDAK LANJUT
Slide 33-36
LAMPIRAN
• DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
• DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
• DIMENSI PEMERATAANDAN PEMBANGUNAN ANTARWILAYAH
• DIMENSI PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN, DAN KEAMANAN
PENDAHULUAN
Slide 3-12
• AGENDA PENYUSUNAN RKP 2017
• ARAHAN PRESIDEN TERKAIT PENYUSUNAN RKP 2017
• KERANGKA PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKP DAN PAGU INDIKATIF 2017
• PENDEKATAN TEMATIK, HOLISTIK, TERINTEGRASI & SPASIAL
• KERANGKA EKONOMI MAKRO 2015-2019
• PERKIRAAN POSTUR APBN 2017
• KERANGKA PENDANAAN
• STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
• PELAKSANAAN RPJMN MELALUI RKP DAN APBN
• PEMBANGUNAN INDUSTRI/KEK
• PEMBANGUNAN PARIWISATA
• RENCANA TINDAK LANJUT
• RANGKAIAN PENYUSUNAN RKP 2017
2
Slide 40-123
Slide 4
Slide 5
Slide 6
Slide 7-12
Slide 14
Slide 16
Slide 19
Slide 20
Slide 17-18
Slide 21-28
Slide 29-32
Slide 34
Slide 35
Slide 38-50
Slide 51-70
Slide 71-108
Slide 109-119
REPUBLIK
INDONESIA
PENDAHULUAN
3
REPUBLIK
INDONESIA
10 Februari 2016
Sidang Kabinettentang Tema, Arah
Kebijakan, dan Prioritas Pembangunan RKP 2017
22 Februari 2016
RAKER KEMENTERIAN/LEMBAGA dan TEMU KONSULTASI
TRIWULANAN BAPPENAS-BAPPEDA
Penyampaian tentang Tema, Arah Kebijakan, dan Prioritas Pembangunan RKP 2017
23-30 Februari 2016
MULTILATERAL MEETING
Pencapaian kesepakatan terhadap Program dan Kegiatan Prioritas untuk masing-masing
Prioritas Nasional
4- 11 Maret 2016
BILATERAL MEETING
Pencapaian kesepakatan masing-masing K/L terhadap sasaran,
program dan kegiatan K/L, indikatorsasaran untuk mendukung Program
dan Kegiatan Prioritas
7 April 2016
Sidang Kabinettentang Rancangan Awal
Rencana Kerja Pemerintah tahun 2017
13 April 2016
Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus)
Penyampaian Rancangan Awal RKP 2017 dan Pagu Indikatif 2017 (SB MenPPN/Bappenas – Menkeu)
14–18 April 2016 Multilateral Meeting II
dan 19 -20 April 2016
Bilateral Meeting Tahap II
Maret s.d Minggu III April 2016
Rangkaian Musrenbang Provinsi
Penyampaian masing-masingprioritas nasional dalam
Rancangan Awal RKP 2017 untukmasing-masing provinsi
20 April - 4 Mei 2016Forum Musrenbang Nasional
dan 25 April – 4 Mei 2016
Trilateral Meeting
PENDAHULUANAgenda Penyusunan RKP 2017
4
17 Mei 2016Sidang Kabinet Penetapan RKP 2017
dan20 Mei 2016
Penyampaian RKP 2017 kepada DPR RI
Juni – awal Juli 2016
Perpres RKP 2017
REPUBLIK
INDONESIA
TEMA RKP 2017:
“Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah”
Setiap Menteri dan Kepala Lembaga wajib mengendalikan anggaran di setiap K/L yang dipimpinnya.Tidak boleh masalah anggaran hanya diserahkan kepada Biro Perencanaan
Anggaran negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan berorientasi pada prioritas untukmencapai tujuan pembangunan nasional
Kebijakan anggaran belanja yang dilakukan tidak berdasarkan money follow function, tetapi moneyfollow program. Tidak perlu semua tugas dan fungsi (tusi) harus dibiayai secara merata
Memangkas program yang nomenklatur yang tidak jelas dan manfaatnya kurang langsung tertuju padarakyat. Semua nomenklatur proyek harus jelas, misalnya membeli jaring, membeli benih, danseterusnya
ARAHAN PRESIDEN TERKAIT PENYUSUNAN RKP 2017(Hasil Sidang Kabinet 10 Februari 2016)
Telah dilaksanakan Raker dengan K/L dan Bappeda pada tanggal 22 Februari 2016 dan dilanjutkan pembahasan detailtahap awal. Pembahasan draft RKP 2017 akan dilaksanakan hingga bulan Juli 2016
5
REPUBLIK
INDONESIA
KERANGKA PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKP DAN PAGU INDIKATIF 2017
6
Prinsip Money Follow Program• Mengamankan alokasi pada prioritas• Memanfaatkan efisiensi dan tambahan
belanja untuk Belanja Prioritas: konkrit dan sesuai dengan Tema RKP 2017
Hal yang perlu diperkuat• Program/kegiatan prioritas yang masih terlalu
banyak (usulan pendanaan prioritas Rp941,0 T)
• Belum dilakukan pengintegrasian mendalam berbagai sumber pendanaan (K/L, Subsidi/PSO, hibah, DAK, Dana Desa dan PembiayaanBUMN)
• Belum dilakukan pembahasan mendetailuntuk kesiapan proyek
LANGKAH IRancangan Awal RKP dan Pagu Indikatif RKP
2017 (Jan-Apr)
LANGKAH IIPenajaman Rancangan RKP dan Pagu Indikatif RKP 2017 (Apr-Jun)
Penajaman dan Pengintegrasian• Melakukan penajaman program/kegiatan prioritas (termasuk Penyederhanaan
nomenklatur). Prioritas akan difokuskan pada:
- Kegiatan yang berdampak signifikan bagi pencapaian sasaran pembangunan
- Kegiatan yang dapat diselesaikan pada masa periode Kabinet Kerja
• Mengintegrasikan dukungan dari berbagai sumber pendanaan (Belanja K/L, Subsidi/PSO,
Hibah, DAK, Dana Desa, dan Pembiayaan BUMN)
• Mendetailkan kesiapan pelaksanaan proyek (Lahan, Detail Engineering Design (DED))
Konfirmasi Kesiapan Pelaksanaan, melalui:• Multilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait)• Bilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait (K/L – non K/L)• Trilateral Meeting (Bappenas, Kemkeu dan K/L)• Rangkaian Musrenbang (Bappenas, K/L dan Pemerintah Daerah)
LANGKAH IIIPERPRES RKP dan Penyiapan Nota Keuangan/RAPBN 2017
(Juli – Agustus)
REPUBLIK
INDONESIA
PENDEKATAN TEMATIK, HOLISTIK, TERINTEGRASI & SPASIALContoh Pembangunan Kesehatan
Pembangunan Kesehatan:
PeningkatanDerajat Kesehatan
dan Gizi Masyarakat
Penguatan Upaya Promotif dan Preventif:
“Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat”
PeningkatanAkses dan Mutu
Pelayanan Kesehatan
Percepatan Perbaikan Gizi
Masyarakat
Peningkatan Pelayanan KB
dan Kesehatan Reproduksi
Kemenkes, BPJS, Kemensos, BPS, Kemen PANRB, Kemenristekdikti,BPOM, Pemda
Kemenkes, Kemendikbud, Kemenperin, Kementan, Kemendag, BKKBN, BPOM, Kemenag, Kemensos,Kemen PPPA, Kemenkominfo Kemen PUPR,Kemen KP, Kemen PDTT, Kemendagri
BKKBN, Kemenkes, BPS, Kemensos,Kemendagri, Kemendikbud,Pemda
Kemenkes, Kemenpora, Kemendikbud, BPOM, BPJS, Kementan, Kemen KP, Kemensos, Kemenag, Kemenristekdikti, Kemenkeu, KemenPDTT, Kemen PANRB, Kemenkominfo, Kemenhub, Kemendag, Kemenperin, BPOM, Kemen LHK, Kemenaker, Kemen PUPR, Kemendagri, Pemda
LEVEL 1
Program Prioritas
Prioritas Nasional
7
REPUBLIK
INDONESIA
31 RS
27 RS
7 RS
13 RS
19 RS
13 RS
PENDEKATAN TEMATIK, HOLISTIK, TERINTEGRASI & SPASIALContoh Pembangunan Kesehatan
8
Rencana 2017: Upaya promotif & preventif lintas sektor: Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Penempatan nakes: Nusantara Sehat, Wajib Kerja Sarjana Peningkatan kapasitas sistem rujukan RS
Penguatan Upaya Promotif
& Preventif: “Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat”
Advokasi Regulasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
Kampanye Hidup Sehat
Pencegahan Penyakit dan Deteksi Dini
Konsumsi Pangan Sehat
Lingkungan Sehat
Aktifitas Fisik dan
Konektifitas Antarmoda
Transportasi
Kawasan Tanpa Rokok, Narkoba dan
Minuman Keras
Penurunan Stress dan
Keselamatan Berkendara
• Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
• Sanitasi total berbasis masyarakat
• Posyandu aktif
• Imunisasi dasar lengkap
• Deteksi dinipenyakit
• UKS
• Jajanan sehat dan aman
• Desa pangan aman• Pasar aman • Gerakan Gemar
Makan Ikan• Poskestren• Toilet di tempat wisata • Air bersih dan sanitasi • Ruang terbuka hijau• Pencegahan kebakaran hutan• Penghapusan penggunaan merkuri
dan PCB
• Pekan olahraga pelajar
• Olahraga rekreasi
• Peningkatan
cukai rokok• Kawasan tanpa
rokok di sekolah
• Sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi bebas NAPZA
• Kampanye
keselamatan berkendara
• Prasarana keselamatan jalan
• Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
• Senam, poco-poco
Kemenpora, Kemenkes,MenPan RB
Kemenkes, POLRI, Kemenhub
Kemenkeu, Kemedikbud, Kemenristek Dikti
Kemenpora, Kemedikbud, Kemenhub
Kemenag, Kemenkes, KemePU &Pera, KLHK
BPOM, Kementan, KKP
Kemenkes, BPJS,Kemdikbud
Kemenkes, Kominfo
LEVEL 2
Permasalahan: Pelayanan kesehatan masih cenderung pada upaya kuratif Tenaga kesehatan kurang merata Akses dan mutu pelayanan kesehatan belum optimal
Peta Sebaran Peningkatan Kapasitas Sistem Rujukan, 2017
*DTPK: Daerah Terpencil, Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan; DBK: Daerah Bermasalah Kesehatan
Rumah Sakit
RS Nasional: 14 Prov
RS Provinsi: 20 Prov
RS Regional: 33 Prov
RS Pratama: 26 Kab
Pelayanan Kesehatan Bergerak: 128 Kab
Rencana Penempatan Tenaga Kesehatan
PTT di DTPK: 43.917 orang
Nusantara Sehat di DTPK dan DBK:
• Berbasis tim: 260 tim
• Berbasis individu:15.250 orang
Wajib Kerja Sarjana Dokter Spesialis di luar Pulau Jawa: 1.600 orang
REPUBLIK
INDONESIA
PENDEKATAN TEMATIK, HOLISTIK, TERINTEGRASI DAN SPASIALContoh Pendanaan Terintegrasi Kedaulatan Pangan (1/3)
21
Kelancaran DistribusiPangan dan Akses
Pangan MasyarakatPeningkatan ProduksiPadi dan Pangan Lain
PembangunanKedaulatan
Pangan
4 3
Penangangan Gangguanterhadap Produksi
Pangan
Peningkatan KualitasKonsumsi Pangan dan
Gizi Masyarakat
PrioritasNasional
ProgramPrioritas
KegiatanPrioritas
9
LEVEL 1 PRIORITAS NASIONAL KEDAULATAN PANGAN LEVEL 2 PROGRAM PRIORITAS PENINGKATAN PRODUKSI PADI DAN PANGAN LAIN
REPUBLIK
INDONESIA
PENDEKATAN TEMATIK, HOLISTIK, TERINTEGRASI DAN SPASIALContoh Pendanaan Terintegrasi Kedaulatan Pangan (2/3)
10
Belanja KL• Pengembangan Desa Mandiri Benih
Belanja Non K/L • Susbidi Pupuk dan Benih
Belanja KL• Bantuan Alat dan Mesin
Belanja KL• Pencetakan Sawah Baru• Penyediaan data lahan bebas sengketa dan
terlantar • Penyediaan kanal drainase dan saluran primer
Belanja K/L• Pembangunan jaringan Irigasi primer dan sekunder (Kem PUPR)• Pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier (Dana Tugas
Pembantuan Kementan ?)Pemerintah Daerah:
APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Desa• Pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier (DAK “Pola
Inpres”)• Pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani/irigasi
desa (Dana Desa)• Pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi/rawa kewenangan
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (APBD)
Belanja KL• Pemanfaatan lahan marjinal (lahan gambut) • Penyediaan data lahan
• BUMN
REPUBLIK
INDONESIA
xBELANJA NEGARA
Rp 2.095,72 T
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
Rp 1.325,55 T
TRANSFER DAERAH DAN DANA DESA
Rp 770,17 T
BELANJA K/LRp 784,13 T
BELANJA NON K/L
Rp 541,43 T
TRANSFER DAERAH
Rp 723,19 T
DANA DESARp 46,98 T
OPERASIONAL (Belanja 001 & 002)
Rp 239,16 T
NON OPSRp 544,96 T
HIBAH NEGARA Rp 4,0 T
SUBSIDI NON ENERGI Rp 72,3 T
(diluar Subsidi Pajak DTP Rp. 8,2 T)
LAINNYARp 457,0 T
(termasuk subsidi energi)
DANA PERIMBANGAN
Rp. 700,4 T
DANA INSENTIF DAERAHRp. 5,0 T
DANA OTSUS DAN KEISTIMEWAAN
DIY Rp. 17,8 T
DANA TRANSFER KHUSUS
Rp 209,0 T
DANA TRANSFER UMUM
Rp 491,5
DBHRp 106,1 T
DAURp 385,4 T
DAK NON FISIK
Rp 123,5 T DAK FISIKRp 85,5 T
POS PEMBIAYAAN: Rp 273,2 T a.l. :
1. PMN BUMN: Rp 40,4 T
2. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)*): Rp 9,2 T
* ) Untuk dukungan infrastruktur, terdapat pula dukungan
KPS (Viability Gap Fund-VGF) pada belanja Non K/L sebesar Rp1,1 T
Pos Belanja NegaraLegenda :
SumberPendanaan Prioritas
11
SUMBER PENDANAAN PRIORITAS PEMBANGUNANIlustrasi APBN 2016
REPUBLIK
INDONESIA
PENDEKATAN TEMATIK, HOLISTIK, TERINTEGRASI DAN SPASIALContoh Pendanaan Terintegrasi dan Nomenklatur yang Jelas dalam Kedaulatan Pangan (3/3)
12
Program Prioritas Kegiatan PrioritasKementerian /
LembagaProgram Kegiatan Sasaran Indikator Lokasi
Target 2017
Alokasi (Juta Rp.)
Ket
Peningkatan Produksi Padi dan Pangan Lain
Pencetakan Sawah Baru dan Perluasan Areal Pangan Lain
Kementerian Pertanian
Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian
Terlindunginya x 000 Ha Lahan Irigasi Teknis dari Konversi untuk Penggunaan lain.
Terlindunginya x 000 Ha Lahan Irigasi Teknisdari Konversi untukPenggunaan lain.Terbitnya x buahPerda yang melindungiLahan Irigasi Teknis
Kabupaten A, B, C, DKoordinat : ………
10.000 ha
Peningkatan Produksi Padi dan Pangan Lain
Bantuan Alat dan Mesin Pertanian-Perikanan
Kementerian Pertanian
Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian
Memberikan subsidi x % atas harga Alsintan, sehinggaPetani/Kelompok Tanimembeli Alsintan, menggunakan danmerawatnya.
Tersalurnya 7.300 Unit Alsintan kepadaPetani atau KelompokTani dengan subsidi x % dari harga
Kab A …Unit; Kab B…Unit ; Kab. C….Unit
7.300 unit
PRIORITAS NASIONAL: KEDAULATAN PANGAN
ProgramPrioritas
KegiatanPrioritas
Penyederhanaan Nomenklatur
Menjadi alat ukur kinerja oleh Presiden/Kabinet, untuk itu perlu
sasaran yang konkret
(Yang muncul di dokumen penganggaran/RKA-KL)
REPUBLIK
INDONESIA
POKOK-POKOK RANCANGAN AWAL RKP 2017
13
REPUBLIK
INDONESIA
KERANGKA EKONOMI MAKRO 2015-2019
*) Dengan perkembangan keadaan saat ini, target RPJMN 2015-2019 perlu dipertimbangkan kembali**) Target APBN 2016***) Indeks baru dengan parameter: gotong royong, toleransi, dan rasa aman. Konsep masih dalam proses penyempurnaan dan
pematangan, termasuk pembahasan variabel, sehingga target masih belum dapat ditetapkan secara kuantitatif.
Sumber: RPJMN 2015-2019
Realisasi 2014 dan perkiraan realisasi 2015
INDIKATOR MAKRO2014
(BASELINE)2015 2016 2017 2018* 2019*
Pertumbuhan Ekonomi (%)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
5,0
(5,1)
4,8
(5,8)
5,3**
(6,6)
5,5-5,9
(7,1)
5,8-6,6
(7,5)
6,4-7,4
(8,0)
Pengangguran (%)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
5,94
(5,6-5,9)
6,18
(5,5-5,8)
5,2-5,5 5,3-5,6
(5,0-5,3)
5,0-5,3
(4,6-5,1)
4,0-5,0
(4,0-5,0)
Angka Kemiskinan (%)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
10,96
(9,0-10,0)
11,13
(9,5-10,5)
9,0-10,0
(9,0-10,0)
9,5-10,5
(8,5-9,5)
8,0-9,5
(7,5-8,5)
7,0-8,0
(7,0-8,0)
Gini ratio (indeks)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
0,41
n.a
0,41
(0,40)
0,39
(0,39)
0,38
(0,38)
0,37
(0,37)
0,36
(0,36)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 73,8 74,8 75,3 75,7 n.a 76,3
Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMAS)*** 0,59 n.a n.a n.a n.a Meningkat
14
REPUBLIK
INDONESIA
PERTUMBUHAN EKONOMI 2014-2017
Target Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (Persen) Target Pertumbuhan Ekonomi Sisi Produksi (Persen)
* Realisasi (BPS,2016); **Bappenas, data diolah* Realisasi (BPS,2016); **Bappenas, data diolah
• Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan mencapai 5,5 - 5,9 persen
• Sisi permintaan:o Pemulihan ekonomi global (AS dan Uni Eropa) mendorong pertumbuhan ekspor
hingga 4,5 – 5,0 persen, terutama produk non-migaso Perbaikan iklim investasi dan pasar domestik mendorong pertumbuhan
investasi 6,0 - 6,6 perseno Inflasi yang stabil di kisaran 4,0 persen akan meningkatkan daya beli masyarakat
sehingga mendorong konsumsi masyarakat tumbuh 5,4 - 5,5 perseno Konsumsi pemerintah tumbuh 6,7 persen, didorong oleh penyerapan anggaran
yang merata dan berkualitas dengan program pembangunan yang semakinefisien
• Sisi penawaran: industri pengolahan diperkirakan tumbuh 6,2 - 6,5 persen
• Kebutuhan investasi 2017 diperkirakan sebesar Rp 4.498-4.617 triliun, disumbangoleh investasi pemerintah dan masyarakat sebesar 11,3 persen dan 88,7 persen
Kerangka Regulasi:
1. Periode 2006-2015, jumlah regulasi di Indonesia ± 42.000, terutama: Peraturan Menteri 12.792; Perda Kabupaten/ Kota 25.575; Perda Provinsi 3.177 ; Peraturan Pemerintah 861; Peraturan Presiden 1.041
2. Pemangkasan 50 persen dari 42.000 regulasi yang dilaksanakan bertahap setiap tahun, melalui simplifikasi regulasi (pemangkasan, penyederhanaan, deregulasi)
3. Paket-paket Kebijakan Ekonomi
15
INDIKATOR 2014* 2015* 2016** 2017**
Konsumsi Rumah Tangga 5,1 5,0 5,1 5,4 - 5,5
Investasi 4,1 5,1 5,2 6,0 - 6,6
Konsumsi Pemerintah 2,0 5,4 5,4 5,6 - 6,7
Ekspor Barang dan Jasa 1,0 -2,0 1,0 4,5 - 5,0
Impor Barang dan Jasa 2,2 -5,8 1,6 4,3 - 4,8
INDIKATOR 2014* 2015* 2016** 2017**
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,2 4,0 4,2 4,2 - 4,3
Industri Pengolahan 4,6 4,3 5,4 6,2 - 6,5
Konstruksi 7,0 6,7 8,0 7,7 - 8,4Jasa-jasa 6,6 7,9 8,5 8,5 – 8,8
Lainnya 4,6 2,5 4,3 4,9 – 5,3PDB 5,0 4,8 5,3 5,5 – 5,9
Kerangka Pendanaan:
Investasi pemerintah lebih difokuskan pada pembangunan infrastruktur dan program prioritas
REPUBLIK
INDONESIA
PERKIRAAN POSTUR APBN 2017
Perkiraan pendanaan prioritas 2017, antara lain:
• Belanja K/L Non-Operasional = Rp 598,0 T
• Subsidi Non-Energi = Rp 80,2 T
• DAK Fisik = Rp 75,4 T
• DAK Non-Fisik = Rp 137,2 T
• Dana Desa = Rp 81,2 T
Perkembangan Pendapatan Negara(Rp Triliun)
Perkembangan Belanja Negara(Rp Triliun)
1.146,9 1.240,7 1.409,4
398,6 253,5 237,0
2014 2015 2016
Pajak PNBP
1.203,6 1.173,7 1.237,6
573,7 623,0 735,4
2014 2015 2016
Belanja Pusat Transfer Daerah & Desa
U R A I A NRealisasi
s/d31-Des-2015
2016 2017
APBN Proyeksi Proyeksi
Pendapatan Negara dan Hibah 13,0 14,4 13,0 13,9
I. Penerimaan Dalam Negeri 12,9 14,4 13,0 13,8
1. Penerimaan Perpajakan 10,8 12,2 11,1 12,0
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 2,2 2,2 1,9 1,8
II. Hibah 0,1 0,0 0,0 0,0
Belanja Negara 15,6 16,5 15,6 16,0
I. Belanja Pemerintah Pusat 10,2 10,4 9,8 10,0
1. Belanja KL 6,3 6,2 5,8 6,0
2. Belanja Non KL 3,9 4,3 4,0 3,9
II. Belanja ke Daerah 5,4 6,1 5,8 6,0
1. Dana Perimbangan 4,2 5,5 5,3 5,3
a. Dana Bagi Hasil 0,7 0,8 0,8 0,8
b. Dana Alokasi Umum 3,1 3,0 3,0 3,0
c. Dana Alokasi Khusus 0,5 1,6 1,5 1,5
2. Dana otsus, penyeimbang dan desa 1,2 0,6 0,5 0,93. Dana Insentif Daerah - 0,0 0,0 0,0
Keseimbangan Primer (1,2) (0,7) (1,1) (0,7)
Surplus/Defisit Anggaran (2,5) (2,1) (2,5) (2,2)
Pembiayaan 2,8 2,1 2,5 2,2
I. Pembiayaan Dalam Negeri 2,7 2,1 2,5 2,1
II. Pembiayaan Luar Negeri 0,1 0,0 0,0 0,0
16
(Persentase terhadap PDB)
Catatan : perkiraan pendanaan prioritas akan dimutakhirkan sesuai dengan ketersediaan anggaran terakhir (Bappenas – Kemkeu)
REPUBLIK
INDONESIA
KERANGKA PENDANAANPerkuatan Dana Alokasi Khusus
INDIKATOR DAK REGULER DAK INFRASTRUKTUR PUBLIK (Pola “Inpres”)
Menu Kegiatan • Menggunakan menu eksisting atau sesuai pemenuhan pelayanan publik
• Daerah memiliki diskresi untuk menentukan menu serta lokus dari pembangunan setiap Bidang DAK
• Menu terbatas dan fokus pada pencapaian target prioritas nasional
• Bersifat closed menu dan top-down
Prioritas Daerah Penerima
• Penerima DAK adalah daerah yang mengusulkan DAK • Penentuan kriteria daerah, sampai dengan lokus pembangunan DAK (contoh: ruas jalan tertentu)
MekanismePengusulan
• Proposal Based disampaikan melalui aplikasi e-musrenbang
• Bottom-Up
• Proposal Based disampaikan melalui aplikasi e-musrenbang
• Bottom-Up
Ketersediaan Data Teknis
• Mekanisme verifikasi data teknis yang dimiliki K/L dan daerah • Dukungan data teknis pada level Pemerintah Pusat sebagai acuan untuk menentukan menu prioritas dan lokasi prioritas
Penentuan Alokasi • Pengalokasian dibahas bersama Bappenas, K/L Teknis dan Kemenkeu dengan mempertimbangkan usulan alokasi yang disampaikan oleh daerah (Proposal Based)
• Pengalokasian per bidang/daerah dikoordinasikan Bappenas dengan melibatkan K/L teknis dan Kementerian Keuangan (top down)
• Ditetapkan melalui pasal khusus dalam UU APBN
Kriteria • Kriteria Umum, Khusus dan Teknis • Kriteria Teknis (di-earmarked untuk mendukung program tertentu)
“Diprioritaskan untuk Membantu Daerah dalam
Pemenuhan Pelayanan Publik”
“Diprioritaskan untuk mendukung pencapaian
Prioritas Nasional”
DAK REGULER
DAK INFRASTRUKTUR PUBLIK*)
(Pola “Inpres”)
*) Termasuk DAK Afirmasi
Dana Alokasi Khusus
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Daerah dan sesuai denganPrioritas Nasional (UU 33/2004)
17
REPUBLIK
INDONESIA
NO NAMA DAERAH IRIGASI (DI) KABUPATENTARGET REHAB
2017 (ha)KEBUTUHAN (Miliar Rp)
1 DI Sendow Minahasa 145 3,5
2 DI Kulo Minahasa 173 4,1
3 DI Nuai Minahasa 125 3,0
4 DI Mamaya Minahasa Tenggara 150 2,1
5 DI Sawangan Kaasar Minahasa Utara 100 2,1
6 DI Mopolo Minahasa Selatan 50 0,7
7 DI Kaluntai Atas Minahasa Selatan 70 0,9
8 DI Ranyoapo Minahasa Selatan 630 8,5
9 DI Kinali Bolaang Mongondow 80 1,6
10 DI Domisili Bolaang Mongondow 40 0,9
11 DI Pinogaluman Monanow Bolaang Mongondow 480 9,8
12 DI Kuma Kep. Sangihe 50 3,1
13 DI Dumagin Bolaang Mongondow Timur 250 5,5
TOTAL 2.343 45.8
Target RPJMN 2015-2019:Rehabilitasi 3 juta hektar jaringan irigasi.Target RKP 2017:Rehabilitasi 243 ribu hektar.
Peta Sasaran Rehabilitasi Jaringan Irigasi 2017
Kebutuhan Rehabilitasi Irigasi Kewenangan Kabupaten 2017
• Rehabilitasi Irigasi Kewenangan Kabupaten 2.343 ha = Rp 45,8 Miliar
KEDAULATAN PANGAN
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
PENAJAMAN RANCANGAN AWAL RKP 2017 Ilustrasi Perkuatan DAK Infrastruktur Publik (Pola “Inpres”) untuk Rehabilitasi Irigasi
18
Provinsi Sulawesi Utara
REPUBLIK
INDONESIA
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
19*) Disiapkan oleh KIB II, kemudian direvisi melalui Perpres No. 3/2015 tentang Perubahan RKP 2015
RKP 2015*)
MELANJUTKAN REFORMASI BAGI PERCEPATAN
PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKEADILAN
RKP 2016
MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG
BERKUALITAS
RKP 2017
MEMACU PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN EKONOMI
UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA SERTA
MENGURANGI KEMISKINAN DAN KESENJANGAN ANTARWILAYAH
RKP 2018
Ditentukan dalam proses penyusunan RKP 2018
RKP 2019
Ditentukan dalam proses penyusunan RKP 2019
DIMENSI PEMBANGUNANDIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN
MASYARAKAT
Revolusi MentalPendidikanKesehatan
Perumahan dan Permukiman
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Kedaulatan Pangan
Kedaulatan Energi
Kemaritiman dan Kelautan
Industri dan KEKPariwisata
DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN
Antarkelompok PendapatanAntarwilayah: (1) Desa; (2) Perbatasan;
(3) Tertinggal (4) Perkotaan; (5) Reforma Agraria; (6) Konektivitas
Nasional
DIMENSI PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN, DAN KEAMANAN
Demokrasi dan Diplomasi Keamanan dan Ketertiban Kepastian dan Penegakan Hukum Reformasi Birokrasi
QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA
Nawacita 8 & 9
Nawacita 5
Nawacita 6 & 7
Nawacita 3
Nawacita 4 Nawacita 1 Nawacita 9 Nawacita 2
REPUBLIK
INDONESIA
PELAKSANAAN RPJMN 2015-2019 MELALUI RKP DAN APBN
1. Tahun 2015 dan 2016: Memperbaiki Komposisi dan Efisiensi Belanja
• Pengalihan subsidi BBM untuk perkuatan pendanaan prioritas RPJMN, yaitu: pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, kemaritiman, kelautan dan perikanan, kedaulatan energi, promosi pariwisata, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan peningkatan cakupan Bantuan Tunai bersyarat (Program Keluarga Harapan)
• Memenuhi anggaran kesehatan 5% APBN
• Memperkuat desentralisasi fiskal dengan pengenalan DAK Infrastruktur Publik danpengalokasian Dana Desa
• Meningkatkan efisiensi belanja dengan penajaman nomenklatur belanja (jelasperuntukannya, menghindari duplikasi)
2. Rencana Tahun 2017: Meningkatkan Efektivitas Belanja
• Memperkuat landasan pembangunan berkesinambungan dan menyerap tenaga kerjamelalui pengembangan kawasan industri dan destinasi wisata, serta pembangunaninfrastruktur
• Memperkenalkan pembangunan dengan pendekatan holistik, tematik, terintegrasi, serta spasial untuk meningkatkan kualitas belanja
20
REPUBLIK
INDONESIA
Sasaran2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
1. Sasaran Pertumbuhan Industri
Industri (%)(Target RPJMN 2015-2019)
4,63(4,70)
4,25(6,10)
5,40(6,90)
6,50(7,40)
8,00(8,60)
Kontribusi dalam PDB (%)
(Target RPJMN 2015-2019)
21,01(20,70)
20,84(20,80)
20,95(21,00)
21,35(21,10)
21,76
(21,60)
2. Sasaran Pembangunan Kawasan Industri/Kawasan Ekonomi Khusus
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)di Luar Jawa
7 77 lama
+3 baru
10 lama+
2 baru
12 lama+
2 baru
b. Kawasan Industri n.a n.a n.a 14 14
ARAH KEBIJAKAN
Pertumbuhan Industri:
1. Pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa
2. Penumbuhan populasi industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha besar dan sedang dan 20 ribu usaha kecil
3. Peningkatan daya saing dan produktivitas industri nasional (peningkatan nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja)
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Luar Jawa:
1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah, melalui percepatan industrialisasi/hilirisasi pengolahan SDA
2. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur
3. Pengembangan SDM dan IPTEK
4. Pengembangan regulasi dan kebijakan
5. Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha antara lain: Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan pemberianinsentif fiskal dan non-fiskal
PEMBANGUNAN INDUSTRI/KAWASAN EKONOMI KHUSUSSasaran dan Arah Kebijakan
21
1. Promosi mencintai dan memanfaatkan produk dalam negeri2. Peningkatan kemudahan dan percepatan pelayanan perijinan
investasi3. Penegakan hukum dan disiplin
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
STRATEGI INDUSTRIALISASI INDONESIA
KEUNGGULAN KOMPARATIF
PILIHAN INDUSTRIALISASI
AGLOMERASIINDUSTRI
Keunggulan Utama:1. Kekayaan sumber daya
alam2. Jumlah penduduk (tenaga
kerja, pasar)
Keunggulan Potensial:1. Keragaman hayati: ekonomi
hijau dan ekonomi biru2. Keragaman budaya:
ekonomi kreatif3. Tingkat pendidikan:
kewirausahaan dan inovasi
1. industri peningkatan nilai tambah sumber daya alam
2. industri pemenuhan kebutuhan domestik
3. Industri jaringan produksi global yang didukung oleh daya saing tenaga kerja
1. Industri Pesisir Utara Jawa: padat karya dan padat teknologi
2. Industri Pesisir Luar Jawa: pengolahan sumber daya alam
3. Industri Batam - Kep. Riau: jaringan produksi global
KERANGKA DASAR INDUSTRIALISASI (Ekspansi Produksi dan Produktivitas)1. Economies of Scale: pemanfaatan teknologi dan perluasan pasar2. Peningkatan Daya Saing3. Economies of Agglomeration: faktor input terkonsentrasi di satu lokasi
DUKUNGAN KEBIJAKAN MAKRO
1. Menjaga daya beli masyarakat agar tumbuhsecara berkelanjutan serta pemerataan pembangunan agar kesejahteraan tidak terkonsentrasi di kelompok tertentu
2. Mendorong akumulasi faktor input produksiyaitu:
Modal fisik: investasi dan tabunganmasyarakat
Kualitas sumber daya manusia: pendidikanmenengah, vokasi, dan pendidikan tinggi
3. Meningkatkan akses teknologi baru melaluipengembangan teknologi dalam negeri dan adopsi teknologi dari negara lain
4. Meningkatkan partisipasi dalam perdaganganglobal
STRATEGI DAN DUKUNGAN KEBIJAKAN INDUSTRIALISASI
22
REPUBLIK
INDONESIA
PETA PEMBANGUNAN INDUSTRI DAN KEK
KEK & KI SEI MANGKEIKab. Simalungun, Sumut
KEK TANJUNG API-APIKab. Banyuasin, Sumatera Selatan
KEK TANJUNG LESUNGKab. Pandeglang, Banten
KEK MANDALIKAKab. Lombok Tengah, NTB
KEK & KI PALUKota Palu, Sulawesi Tengah
KEK & KI BITUNGKota Bitung, Sulawesi Utara
KEK MOROTAIKab. Pulau Morotai, Maluku Utara
KEK MBTKKabupaten Kutai Timur, Kaltim
KEK SORONG
KEK MERAUKE
KEK & KI LANDAKKab. Landak, Kalbar
KEK KALTARA
KEK MAKASSAR
Maluku
KEK NTT
Keterangan:
Lokasi KEK yang telah ditetapkan sampai 2014
Lokasi KEK 2014-2019
KI KUALA TANJUNG
KI TANGGAMUS
KI KETAPANG
KI JORONGKI BATULICIN
KI BANTAENG
KI KONAWE
KI MOROWALI
KI BULI
KI TELUK BINTUNI
Lokasi 14 Kawasan Industri
23
REPUBLIK
INDONESIA
KAWASAN INDUSTRI DAN KEK MOROWALI
Anchor Industry China Tsingshan Group yang bergerak dalam bidang pembangunan smelter ferro-nickel
Penyediaan Tenaga Terampil (a.l: BLK, SMK, Akademi Komunitas)
• Kem Perindustrian-Peningkatan kelengkapan sarana Politeknik, termasuk perumahan dosen• Kem Perindustrian-Penyelenggaraan pendidikan Politeknik/Akademi Komunitas untuk 400 siswa
Konektivitas/Aksesibilitas• Kem PUPR-Pelebaran jalan Bohonsai-Bungku 48,81 Km• Kem PUPR-Pelebaran Jalan Pelabuhan Bungku-Kawasan Industri 40,0 Km • Kem PUPR-Rekonstruksi Jalan Bahadopi-Batas Sultra 12,8 Km• Kemenhub-Pengembangan Bandara Morowali
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI Morowali dan Bitung
Catatan: belum termasuk dukungan belanja non K/L, DAK, dan BUMN24
KAWASAN INDUSTRI DAN KEK BITUNG
Pembangunan Infrastruktur dalam Kawasan• Kem Perindustrian-Pembangunan jalan poros kawasan 6 km• Kem Perindustrian-Pembangunan infrastruktur pengolah air bersih dan air limbah berkapasitas 3.000 L/detik• Kem Perindustrian-Pematangan lahan seluas 93 Ha
Konektivitas/Aksesibilitas• Kem PUPR-Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung 9,3 Km• Kemenhub dan PEMDA-Pembebasan Lahan dan Pembangunan Jaringan KA Manado-Bitung 10 Km
Ketersediaan Infrastruktur Dasar• Kem PUPR-Rusun untuk MBR dengan PSU Pendukung (bagian dari 5.600 unit yang dicadangkan untuk KEK dan
KI)
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRIBantaeng dan Sei Mangke
KAWASAN INDUSTRI DAN KEK SEI MANGKE
• Anchor Industry PT. Unilever Tbk yang bergerak di bidang industri oleochemical
• Ketersediaan Infrastruktur Dasar dalam Kawasan- Kem Perindustrian-Pembangunan jalan poros dan jalan lingkungan sepanjang 10 km di ROW 34- Kem PUPR-Pembangunan Rumah Susun untuk karyawan di lingkungan sekitar kawasan industri
• Penyediaan Tenaga Terampil (a.l BLK, SMK, Akademi Komunitas)- Kem Ketenagakerjaan-Peningkatan kapasitas Balai Latihan Kerja
• Konektivitas/Aksesbilitas- Kem Perhubungan-Pembangunan stasiun KA jalur Bandar Tinggi-Kuala Tanjung- Kem PUPR-Pemeliharaan Jalan Sei Mangkei-Simpang Mayang-Lima Puluh-Simpang Kuala Tanjung- Kem PUPR-Rehabilitasi Jalan Simpang Dolok Merangir-Serbelawan-Laras-Pematang Bandar-Pajak Nagari- Kem PUPR-Pembangunan Fly Over Sei Mangke- Rehabilitasi Jalan Sp. Kuala Tanjung-Kuala Tanjung
KAWASAN INDUSTRI BANTAENG
Anchor Industry PT. Bumi Bhakti Sulawesi dan PT. Titan yang bergerak di bidang smelter ferro-nickel
BUMD PT. Bantaeng Industrial Persada sebagai pengelola kawasan industri
Ketersediaan Infrastruktur Dasar dalam Kawasan• Kem Perindustrian-Pembangunan jalan poros kawasan sepanjang 3 km• Kem PUPR-Pembangunan Rusunawa Pekerja Industri
Penyediaan Tenaga Terampil (a.l BLK, SMK, Akademi Komunitas)• Lanjutan pembangunan sarana pendidikan Akademi Komunitas
Konektivitas/Aksesibilitas• Kem PUPR-Pelebaran jalan Bantaeng-Bulukumba 25 km• Kem PUPR-Pembangunan jalan akses menuju kawasan industri sepanjang 2 km
Catatan: belum termasuk dukungan belanja non K/L, DAK, dan BUMN25
REPUBLIK
INDONESIA
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RENCANA TERINTEGRASI PENGEMBANGAN KEKKEK Tanjung Api-api
No Prioritas Kegiatan Tahun 2017
Kementerian/Lembaga
1. Pembebasan lahan untuk pembangunan Jalan TolPalembang-Tanjung Api Apisepanjang 8,4 km
Kementerian PUPR
2. Pengerukan alur pelayaranpelabuhan Tanjung Api-Api
Kementerian Perhubungan
3. Pembebasan Lahan dan Pembangunan Jalur KA Simpang-Tanjung Api-api
Kementerian Perhubungan
4. Pembangunan Gardu Induk Kementerian ESDM
5. Pembangunan JaringanTransmisi
Kementerian ESDM
6. Pembangunan jaringaninternet super cepat
Kementerian Kominfo
Luas 2.030 ha di Desa Muara Sungsang dan Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan
Jenis Komoditas dikelola: Industri karet dan kelapa sawit, industri petrokimia
Produk Turunan: gasifikasi batubara dan ethanol
Catatan: belum termasuk dukungan belanja non K/L, DAK, dan BUMN
26
REPUBLIK
INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
No Prioritas Kegiatan Tahun 2017
Kementerian/Lembaga
1. Terlaksananya Pengembangan
Fasilitas Pelabuhan Laut Maloy
(Umum dan CPO)
Kementerian Perhubungan
2. Pengembangan Bandara
Samarinda BaruKementerian Perhubungan
3. Rekonstruksi akses pelabuhan
Maloy sepanjang 3 km Kementerian PUPR
4. Peningkatan Kapasitas Jalan
Samarinda-Bontang sepanjang
4,5 km
Kementerian PUPR
5. Pembangunan Gardu Induk Kementerian ESDM
6. Pembangunan Jaringan Transmisi Kementerian ESDM
Luas 557,34 ha di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur
Jenis Komoditas dikelola: Industri Kelapa Sawit dan Logistik
Produk Turunan: CPO
RENCANA TERINTEGRASI PENGEMBANGAN KEKKEK MBTK (Maloy Batuta Trans Kalimantan)
Catatan: belum termasuk dukungan belanja non K/L, DAK, dan BUMN27
REPUBLIK
INDONESIA
KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DAN KEK
28
1. Quality Appraisal untuk mencegah masalah rendahnya penilaian konsentrasi dankualitas bijih besi
2. Kebijakan untuk mencegah Transfer Pricing agar tidak merugikan penerimaannegara
3. Perlu dipastikan alih tenaga kerja dari pekerja asing ke tenaga kerja lokal
4. Mendorong pertumbuhan industri hilir pengolahan baja, bahkan sampai denganproduk akhir berbasis stainless steel
KAWASAN INDUSTRI MOROWALI
1. Perlu penegasan kembali terhadap peran Anchor Industry
2. Perlu peninjauan kembali terhadap kebijakan moratorium kapal dan dampaknyaterhadap industri perikanan
KAWASAN INDUSTRI/KEK BITUNG
1. Perlu kebijakan untuk dapat menurunkan harga gas untuk industri di kawasan SeiMangke
2. Perlu penyediaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan industri
3. Perlu percepatan penyelesaian pelabuhan Kuala Tanjung dan Kereta Api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung
KAWASAN INDUSTRI/KEK SEI MANGKE
KENDALA UMUM YANG DIHADAPI OLEH KAWASAN INDUSTRI DAN KEK1. Masalah pembebasan lahan:
a. Keterbatasan dana Pemerintah Daerah
b. Lahan di kawasan industri bukan dianggap untuk kepentingan umum
2. Belum semua Kawasan Industri dan KEK memiliki Anchor Industry
3. KI/KEK masih memerlukan insentif fiskal sesuai dengan PP No. 96 Tahun 2015.
REPUBLIK
INDONESIA
Sasaran2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
Wisatawan Mancanegara (Orang)
9,4 juta 9,7 juta 12,0 juta 15,0 juta 20,0 juta
Wisatawan Nusantara (Kunjungan)
250 juta 259 juta 260 juta 265 juta 275 juta
Devisa (triliun rupiah)(kurs Rp12.000)
133,9 150,0 172,8 185,9 260,0
ARAH KEBIJAKAN
1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyakmungkin wisatawan manca negara dan mendorongpeningkatan wisatawan nusantara
2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan dayatarik daerah tujuan wisata, sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di luar negeri
3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional,serta meningkatkan keragaman dan daya saingproduk/jasa pariwisata nasional di setiap destinasipariwisata yang menjadi fokus pemasaran
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangunsumber daya manusia pariwisata serta organisasikepariwisataan nasional
PEMBANGUNAN PARIWISATASasaran dan Arah Kebijakan
Membentuk masyarakat yang ramah dan lingkungan yang nyaman bagi pelancong
Petugas yang ramah dan melayani
Penegakan hukum dan disiplin
29
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN PARIWISATASebaran 10 Destinasi Wisata Prioritas
Danau Toba Tanjung Kelayang Pulau MorotaiKepulauan Seribu
Labuan BajoTanjung Lesung
Wakatobi
Borobudur Kawasan Gunung Bromo Mandalika
= KEK Pariwisata
= KSPN
30
REPUBLIK
INDONESIA
DESTINASI WISATA DANAU TOBA
Bentuk Pengelolaan: Badan Otorita
Kemenpar• Promosi Pariwisata, Infrastruktur sarana di Kawasan Destinasi dan Pelatihan dan sertifikasi SDM Pariwisata
Kemen PU dan Pera• Fasilitasi sanitasi, air dan kebersihan• Preservasi dan Pelebaran Jalan Pangururan-Ambarita-Tomok- Lagundi-Onan Runggu sepanjang 76,9 Km; Tele-
Pangururan-Nainggolan - Onan Runggu sepanjang 69 Km; dan Jalan Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Parapatsepanjang 90,07 Km
Kemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan• Penanganan Sampah
Kominfo• Peningkatan Sarana Broadband
DESTINASI WISATA BOROBUDUR DAN SEKITARNYA
Bentuk Pengelolaan: Badan Otorita
Kemenpar
• Promosi pariwisata, infrastruktur sarana di kawasan destinasi dan pelatihan dan sertifikasi SDM pariwisata
Kemenhub
• Pembangunan Bandar Udara Kulonprogo
• Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai akses masuk menuju Borobudur
• Reaktivasi jalur KA Yogyakarta-Magelang sepanjang 25 Km dan Kedung Jati-Tuntang sepanjang 32 Km
• Kemen PU dan Pera
• Pembangunan Jalan Jogja Outer Ring Road Ruas Utara Klangon-Tempel-Pulowatu-Pakem-Prambanan-Piyungansepanjang 22,48 Km Kemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kominfo
• Peningkatan Sarana Broadband
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA Danau Toba dan Borobudur
Dukungan Belanja Lainnya• Transfer ke Daerah
- DAK Transportasi-Jalan- DAK Infra Permukiman, Air
Minum dan Sanitasi
Dukungan Belanja Lainnya• Transfer ke Daerah
- DAK Transportasi - Jalan- DAK Infra Permukiman, Air
Minum dan Sanitasi
Catatan: belum termasuk dukungan belanja non K/L dan BUMN 31
REPUBLIK
INDONESIA
DESTINASI WISATA LABUAN BAJO Bentuk Pengelolaan : Badan Otorita
Kemenpar• Promosi pariwisata, infrastruktur sarana di kawasan destinasi dan pelatihan dan sertifikasi SDM Pariwisata
Kemen PU dan Pera• Peningkatan kualitas jalan Trans Flores Lintas Kabupaten (Manggarai Barat-Maumere)• Pembangunan Jembatan penghubung (Labuan Bajo-Pulau Bajo)• Pembangunan Jalan Labuan Bajo-Kondo (Boleng-Terang) dan Labuan Bajo-Terang-Kendidi• Pembangunan Jalan Dispenda-Gua Maria (10 km)• Pembangunan Jalan Patung Caci-Wae Kesambi-Batu Cermin (6 km)• Pembangunan dan penataan jaringan jalan (Liang Bua, Wae Rebo)
Kemenhub• Perluasan Runway Bandara Komodo, Bandara H. Hasan Aroeboesman, dan Bandara Franseda Maumere• Lanjutan pembangunan terminal tahap III penyelesaian slope (Leveling runway) Bandar udara Frans Sales
Lega – Ruteng (Kab. Manggarai) • Peningkatan Pelabuhan Sape dan Pelabuhan Bung Karno – Ende• Pengadaan Dermaga Wisata di Rinca, untuk penyebarangan ke Pulau Komodo dan sekitarnya
Kemen LHK /LIPI• Pusat Studi Komodo
DESTINASI WISATA TANJUNG KELAYANG Bentuk pengelolaan destinasi: Kawasan Ekonomi Khusus
Kemenpar• Promosi pariwisata, infrastruktur sarana di kawasan destinasi dan pelatihan dan sertifikasi SDM Pariwisata
Kemenhub• Peningkatan status menjadi Bandara internasional H. A. S. Hanandjoeddin• Peningkatan kualitas pelayanan CIQ di bandara H. A. S. Hanandjoeddin• Perluasan bandara (runway) 2.800 meter• Peremajaan gedung terminal bandara• Peningkatan pelayanan di pelabuhan Manggar
Kemen PU dan Pera• Pelebaran dan kualitas jalan bandara-kota, kota-kawasan wisata• Pelebaran jalan Bts. Kab. Belitung --Sp. Ranggiang-Sp. Pedang• Pelebaran Jalan Petikan-Pilang; Jalan Soedirman• Pembuatan jalan tembus bandara-kawasan wisata• Pembangunan Prasarana Penyediaan Air Baku IKK Damar dan Simpang Renggiang
Catatan: belum termasuk dukungan belanja non K/L dan BUMN
Dukungan Belanja Lainnya• Transfer ke Daerah
- DAK Transportasi -Jalan
- DAK Infra Permukiman, Air Minum dan Sanitasi
Dukungan Belanja Lainnya• Transfer ke Daerah
- DAK Transportasi -Jalan
- DAK Infra Permukiman, Air Minum dan Sanitasi
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA Labuan Bajo dan Tanjung Kelayang
32
REPUBLIK
INDONESIA
TINDAK LANJUT
33
REPUBLIK
INDONESIA
Penajaman dan Pengintegrasian Program, Kegiatan dan Pagu Indikatif 2017 Melakukan penajaman program/kegiatan prioritas (termasuk penyederhanaan nomenklatur).
Prioritas akan difokuskan pada:
• Kegiatan yang berdampak signifikan bagi pencapaian sasaran pembangunan
• Kegiatan yang dapat diselesaikan pada masa periode Kabinet Kerja
(apakah proyek ini perlu?, apakah proyek ini perlu sekarang?, apakah proyek akan dapat
lebih efisien?)
Mengintegrasikan dukungan dari berbagai sumber pendanaan (Belanja K/L, Subsidi/PSO,
hibah, DAK, Dana Desa, dan Pembiayaan BUMN)
Mendetailkan kesiapan pelaksanaan proyek (Lahan, Detail Engineering Design (DED))
Konfirmasi Kesiapan Pelaksanaan, melalui: Multilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait) Bilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait (K/L – non K/L) Trilateral Meeting (Bappenas, Kemkeu dan K/L) Rangkaian Musrenbang (Bappenas, K/L dan Pemerintah Daerah)
TINDAK LANJUT
34
REPUBLIK
INDONESIA
RANGKAIAN PENYUSUNAN RKP 2017
35
KEGIATAN JADWAL INPUT OUTPUT
• Sidang Kabinet 7 April 20161. Draf Awal RKP 20172. Arahan Presiden
Draf lanjutan RKP 2017
• Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat
13 April 2016
1. Penyampaian Rancangan Awal RKP 2017 dan Pendanaannya
2. Penyampaian perkiraan KEM dan Ketersediaan Anggaran
3. Diskusi penyelarasan kebutuhanpembangunan daerah dengan rencanakerja pemerintah pusat
Draf lanjutan RKP 2017
• Multilateral II 14-18 April 2016
Draf lanjutan RKP 2017 Draf lanjutan ke-2 RKP 2017• Bilateral Meeting II 19-20 April 2016
• Pembukaan Musrenbang 20 April 2016
• Musrenbangnas 21 April – 4 Mei 2016 Draf lanjutan ke-2 RKP 2017 Rancangan RKP 2017
• Trilateral Meeting 25 April – 4 Mei 2016Rancangan Program dan Kegiatan Prioritas dan Non Prioritas
Kesepakatan pertemuan tiga pihak
• Penutupan (Istana Presiden) 11 Mei 2016 Pemaparan Hasil Musrenbangnas Dokumen Hasil Musrenbangnas
• Sidang Kabinet Penetapan RKP 2017
17 Mei 2016 Rancangan Akhir RKP 2017 Penetapan RKP 2017
• Penyampaian RKP 2017 kepada DPR-RI
20 Mei 2016Surat Pengantar Menteri atau Perpres tentang RKP 2017
Dokumen RKP 2017
REPUBLIK
INDONESIA
Terima Kasih
36
REPUBLIK
INDONESIA
LAMPIRAN
37
REPUBLIK
INDONESIA
DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
38
REPUBLIK
INDONESIA
Pengarusutamaan Revolusi Mental dalam setiap prioritas dan kegiatan pembangunan(baru dimulai pada RKP 2017)
Mempertahankan anggaran pendidikan 20% APBN dengan kebijakan pokok antara lain:
Distribusi guru yang merata yang sekaligus akan mengendalikan biaya gaji dantunjangan guru yang saat ini sudah sekitar separuh anggaran pendidikan
Peningkatan kualitas pendidikan berdasarkan standar pendidikan internasional
Mempertahankan anggaran kesehatan 5% APBN dengan kebijakan pokok antara lain:
penguatan upaya promotif dan preventif “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”
fasilitas pelayanan kesehatan (sistem rujukan RS dan puskesmas)
penempatan tenaga kesehatan (PTT, Nusantara Sehat, Wajib Kerja Sarjana)
perluasan kepesertaan penerima bantuan iuran (PBI)
Melanjutkan pembangunan perumahan yang sudah dimulai di APBN-P 2015 denganprogram sejuta rumah.
PENDEKATAN PEMBANGUNAN Dimensi Pembangunan Manusia dan Masyarakat
39
REPUBLIK
INDONESIA
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAHAN1. Layanan publik prima (cepat, mudah, ringkas , transparan, dan Birokrasi yang
responsif)2. Program pembangunan dan belanja pemerintah didasarkan azas manfaat,
bermutu, efisien dan efektif3. Penerapan disiplin, reward & punishment dan sistem merit dalam birokrasi
PENEGAKAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN POLITIK1. Penegakan hukum, kode etik dan disiplin aparat Pemerintah, penegak hukum dan
masyarakat2. Harmonisasi dan simplifikasi peraturan perundangan-undangan untuk mendorong
kreatifitas masyarakat3. Penanganan perkara yang transparan dan memuaskan4. Pendidikan dan penghormatan etika dalam berpolitik
PENEGUHAN JATI DIRI DAN KARAKTER BANGSA1. Pendidikan berbasis karakter (percaya diri, disiplin, jujur dan kerja keras)2. Lingkungan pendidikan yang menyenangkan dan bebas dari intimidasi dan
kekerasan (bullying free school environment)3. Pendidikan agama dan etika yang mengajarkan akhlak mulia (keutuhan keluarga,
kesalehan sosial, dan toleransi)4. Peningkatan jiwa patriot, suka menolong, dan cinta tanah air
PENGUATAN DAYA REKAT SOSIAL DALAM KEMAJEMUKAN1. Pengembangan ruang publik yang ramah dan bebas dari penyebaran kebencian2. Peningkatan kerjasama dan kesetiakawan sosial3. Peningkatan peran lembaga agama, keluarga, dan media publik yang mengajarkan
perdamaian dan toleransi
PENINGKATAN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN DAYA SAING BANGSA1. Peningkatan Etos Kerja (kerja keras, kreatif , dan professional) serta mendorong
semangat inovasi dan kewirausahaan2. Penumbuhan budaya konsumen cerdas dan cinta produk dalam negeri3. Internalisasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat (cooperate and compete,
bekerja berorientasi hasil bermutu dan nilai tambah)
REVOLUSI MENTALSasaran dan Arah Kebijakan
INDIKATOR 2014(Baseline)
2015 2016 2017 2019
1. Meningkatnya Integritas
Indeks Perilaku Anti Korupsi (Skala 1-5) 3,61 3,59 3,63 3,70 3,75
Indeks Penegakan Hukum Berkualitas (Skala 0-1) 0,34 0,36 0,38 0,40 0,44
Meningkatnya kepatuhan terhadap kode etik dan aturan hukum serta disiplin Aparatur Penegak Hukum/PNS (Skala 1-5)
n.a n.a n.a 4 5
Persentase Instansi Pemerintah (Pusat dan Daerah) yang melaporkan status pelanggaran hukum disiplin pegawai
25% 32% 60% 80% 100%
Persentase keterbukaan penanganan kasus pidana 50% 55% 60% 75% 90%
Peningkatan kualitas dan penurunan beban peraturan perundang-undangan (Indikator akan dikembangkan lebih lanjut)
2. Meningkatnya Etos Kerja
Tingkat kepatuhan Kementerian, Lembaga, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam penerapan standar pelayanan publik pada unit pelayanan
Kementerian 11,8 % 17,0 % 38,0 % 58,0 % 100%
Lembaga 8,1 % 10,0 % 32,5% 55,0% 100%
Provinsi n.a 9,00 % 31,75 % 54,5% 100%
Kabupaten/Kota n.a 1,00 % 15,75 % 30,5 % 60,0 %
Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangganasional
n.a 92,3% 92,5% 92,7% 93,1%
Peningkatan semangat kewirausahaan di masyarakat ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
Perilaku hidup bersih dan sehat 30% 40% 50% 60% 80%
3. Meningkatnya Gotong Royong
Indeks Pembangunan Masyarakat (toleransi, gotong royong, dan rasa aman)0,55
(2012)↑ ↑ ↑ ↑
Berkurangnya jumlah konflik/kekerasan di kalangan masyarakat - <5 <5 <5 <5
Persentase ruang publik yang bebas muatan negatif (penyebar kebencian, radikalisme dan pornografi)
100% 100% 100% 100% 100%
Indeks Pembangunan Gender70,5
(2013)↑ ↑ ↑ ↑
ARAH KEBIJAKAN
40
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS REVOLUSI MENTAL TAHUN 2017
PROGRAM PRIORITAS
SASARAN
Penegakan Hukum danKelembagaan Politik
Penerapan Gerakan Aparat Menuju Indonesia Ramah di 34 Provinsi
Rekomendasi harmonisasi dan simplifikasi undang-undang
Fasilitasi penguatan ruang dialog untuk pendidikan politik warga
Menurunnya jumlah kecelakaan lalu lintas dibanding tahun sebelumnya
Reformasi Birokrasi Pemerintahan
Meningkatnya Indeks kepuasan masyarakat atas mutu pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal
Penerapan sistem rujukan pelayanan kesehatan online (Puskesmas dan RS), rekam medis online dan telemedicine
Penurunan tingkat pelanggaran disiplin di instansi pemerintahan
Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa
Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional
Peningkatan pemahaman dunia usaha terkait nilai-nilai persaingan usaha yang sehat
Peneguhan Jati Diri dan Karakter Bangsa
Penerapan pendidikan karakter di seluruh satuan pendidikan
Terbentuknya Model Sekolah dan Pesantren Ramah Anak di seluruh provinsi
Peningkatan kualitas Pendidikan melalui penerapan kurikulum yang berlaku
Daya Rekat Sosial dalam Kemajemukan
Penyelenggaraan dialog lintas agama
Pembinaan anggota kelompok Bina Keluarga Remaja
Penyuluhan agama dan pembangunan melalui Bahasa agama
41
REPUBLIK
INDONESIA
INDIKATOR2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
Rata-rata lama sekolah penduduk usia diatas 15 tahun 8,2tahun
8,3tahun
8,5tahun
8,6tahun
8,8 Tahun
Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun
94,1%(2013)
94,8% 95,1% 95,4% 96,1 %
Prodi perguruan tinggi minimal berakreditasi B 50,4%(2013)
55,9% 58,8% 61,8% 68,4 %
Persentase SD/MI berakreditasi minimal B 68,7% 73,9% 76,5% 79,0% 84,2% Persentase SMP/MTs berakreditasi minimal B 62,5% 68,7% 71,8% 74,8% 81,0%
Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B 73,5% 77,2% 79,1% 80,9% 84,6% Pesentase Kompetensi Keahlian SMK berakreditasi
minimal B48,2% 53,8% 56,6% 59,4% 65,0%
Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya
0,85 (2012)
0,86 0,87 0,88 0,90
Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya
0,07(2012)
0,29 0,36 0,42 0,54
Nilai Test PISA- Matematika- Sains- Membaca
(2012)375382396
n.a.n.a.n.a.
n.a.n.a.n.a.
n.a.n.a.n.a.
(2018)427438446
Meningkatnya guru yang memiliki kompetensi profesional dan pedagogi (subject knowledge dan pedagogical knowledge)
Meningkatnya integritas lingkungan pendidikan -SD-PT- (tidak mencontek, bebas dari jual beli ijazah, sertifikat palsu, plagiarisme)
Meningkatnya penyelenggaraan pendidikan menyenangkan dan bebas intimidasi serta kekerasan (bullying free environment)
Terlaksananya kurikulum dan proses pembelajaran yang progresif sesuai kebutuhan zaman Terlaksananya pendidikan agama dan etika yang menumbuhkan akhlak mulia
PEMBANGUNAN PENDIDIKANSasaran dan Arah Kebijakan
42
ARAH KEBIJAKAN
1. Meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan dasar, serta memperluas dan meningkatkan pemerataan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan menengah
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui perkuatan penjaminan mutu pendidikan, pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan zaman, serta perkuatan sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel
3. Meningkatkan profesionalisme, kualitas, pengelolaan, dan penempatan guru yang merata
4. Revitalisasi LPTK untuk meningkatkan mutu pendidikan keguruan
5. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat dan layanan pendidikan anak usia dini
6. Meningkatkan kualitas pendidikan vokasi serta pendidikan danpelatihan keterampilan kerja
7. Meningkatkan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi
8. Meningkatkan kualitas pendidikan kewargaan, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan.
1. Meningkatkan kualitas dan efektivitas pendidikan karakter/budi pekerti dan budaya bangsa
2. Menciptakan lingkungan pendidikan yang menumbuhkan integritas, bebas intimidasi dan kekerasan
3. Menegakkan hukum dan disiplin (bebas dari ijazah dan sertifikat palsu, plagiat, bolos)
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNGREVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PERMASALAHAN DISTRIBUSI GURU
43
Aceh
92.055
38.161
1:11
Sumut
178.927
96.015
1:18 Riau
86.416
37.912
1:16
Kepri
22.211
7.346
1:17
Sumbar
82.994
47.107
1:15
Jambi
46.501
22.302
1:15
Bengkulu
30.001
15.231
1:14
Sumsel
101.601
44.200
1:17
Lampung
178.927
96.015
1:16
Babel
15.013
7.977
1:19
DKI Jakarta
82.038
51.450
1:22
Banten
98.556
46.505
1:22
Jateng
349.653
207.041
1:17
Jabar
385.019
206.915
1:22
DIY
46.042
30.041
1:15
Jatim
406.571
231.178
1:16
Bali
48.717
28.125
1:18
NTB
73.624
31.501
1:13
NTT
88.958
26.048
1:16
Kalbar
57.949
25.347
1:18
Kalteng
39.638
19.608
1:14
Kaltara
8.904
3.476
1:16
Kalsel
52.265
26.071
1:14
Kaltim
44.595
21.811
1:16
Sulsel
127.829
67.545
1:15
Sultra
45.755
22.419
1:14
Sulut
35.472
23.403
1:15
Sulbar
21.414
8.279
1:15
Sulteng
47.219
20.289
1:14
Gorontalo
17.408
8.648
1:15
Malut
19.357
6.429
1:15
Maluku
30.906
12.212
1:14
Papua
28.086
9.414
1:22
Papua Barat
12.336
4.248
1:18
PENYEDIAAN TUNJANGAN PROFESI GURU (TPG) TAHUN 2016 PER PROVINSI
(untuk Guru di bawah Koordinasi Kemdikbud)
Nama ProvinsiJumlah Guru
Jumlah Guru Bersertifikasi dan menerima TPGRasio Guru:Murid
Legenda:
Sumber: Kemdikbud, 2015
Permasalahan:1. Distribusi guru tidak merata yang ditunjukkan dengan rasio guru:murid yang sudah sangat
kecil (tidak efisien). Rasio guru:murid sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan adalah 1:32
untuk SD/MI dan 1:36 untuk SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.2. Selisih jumlah guru yang belum tersertifikasi masih besar dan sangat berpengaruh terhadap
penambahan alokasi anggaran untuk membayar TPG. Untuk memenuhi UU No. 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen masih terdapat >
441 ribu guru yang belum tersertifikasi.
Usulan 2017:1. Tidak menambah jumlah guru, baik PNS, maupun guru honor.2. Penambahan sertifikasi dan tunjangan profesi guru harus dilakukan secara
sangat selektif.3. Tunjangan profesi guru harus berdasarkan kinerja guru.
Rp 129,2 T Rp 129,1 T Rp 133,2 T
Rp 74,1 T Rp 86,9 T Rp 88,3 T
Rp 375,4 TRp 408,5 T Rp 419,2 T
54,1% 52,9% 52,8%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
Rp , T
Rp 50, T
Rp 100, T
Rp 150, T
Rp 200, T
Rp 250, T
Rp 300, T
Rp 350, T
Rp 400, T
Rp 450, T
Rp 500, T
2014 2015 2016
Belanja Gaji dan Tunj. Profesi Guru serta Proporsinya terhadap Anggaran Pendidikan
Gaji Guru PNS Tunj. Profesi Guru
Anggaran Pendidikan % thd. Anggaran Pendidikan
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN PENDIDIKANNilai PISA Matematika SMP Kelas IX atau SMA/SMK Kelas X
44
Nilai PISA 2009 Nilai PISA 2012
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
• Tidak ada perubahan signifikan pada hasil tes PISA Indonesia untuk bidang matematika pada 3 tahun terakhir. • Belum ada siswa Indonesia yang memiliki high order thinking skill (mencapai level 4 s.d. 6)
KeteranganLevel 6
Level 5
Level 4
Level 3
Level 2
Level 1
Level 1b
(Sumber: OECD PISA 2009 and 2012 Database)
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS PENDIDIKANDistribusi dan Pemerataan Guru
45
Keterangan:• Peserta SM-3T Tahun 2017 sejumlah 3.020 guru. Sebaran
angka sasaran per lokasi masih perkiraan dan penetapan peserta berdasarkan seleksi.
• Peserta SM-3T memiliki pengalaman mengajar di daerah 3T, sehingga lebih siap untuk ditempatkan sebagai guru PNS di daerah tersebut (Guru Garis Depan).
Program Sarjana Mengajar di daerah 3T (SM-3T)Tujuan: Menjamin semua sekolah di seluruh pelosok wilayah Indonesia dilayani oleh tenaga pendidik yang cukup dan cakap,
melalui penempatan Sarjana Pendidikan di daerah 3T selama satu tahun sebagai upaya penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG).
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN KESEHATANSasaran dan Arah Kebijakan
No INDIKATOR2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
1 Meningkatnya Status Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat
a.Menurunnya Angka kematian ibu (AKI)* per 100.000 kelahiran hidup, diukur dengan proksi: 346(SP, 2010)
n.a. n.a. n.a. 306
• Persalinan di fasilitas kesehatan (persen) 70,4 (2013) 75,0 77,0 81,0 85,0
• Kunjungan Antenatal (K4) (persen) 70,4 (2013) 72,0 74,0 78,0 80,0
b.Menurunnya Angka kematian bayi (AKB)* per 1.000 kelahiran hidup, diukur dengan proksi: 32 (2012) n.a. n.a. n.a. 24
• Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) (persen) 71,3 (2013) 75,0 78,0 81,0 90,0
c.Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun) (persen) 32,9 (2013) 31,3 30,5 29,6 28
d.Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) (per perempuan usia reproduktif 15-49 tahun) 2,60 (2012) 2,37 2,36 2,33 2,28
e.Angka prevalensi pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) (persen)61,9 (2012) 65,2 65,4 65,6 66,0
2 Menurunnya Penyakit Menular dan Tidak Menulara.Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2014) <0,5 <0,5 <0,5 <0,5b.Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk 297 (2013) 280 271 262 245
c.Prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun (persen) 7,2 (2013) 6,9 6,4 5,9 5,4
d.Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 25,0 24,6 24,2 23,4
e.Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18+ tahun (persen) 15,4 (2013) 15,4 15,4 15,4 15,4
3 Meningkatnya Perlindungan Finansial
a.Penduduk yang menjadi peserta BPJS-Kesehatan (persen) 51,8(Okt, 2014)
60,0 68,0 77,0 ≥95
4 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan
a.Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional(kab/kota)
10 (2014) 94 190 287 481
b.Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi(persen)
71,2 (2013) 75,0 80,0 85,0 95,0
c.Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan (unit) 1.015 (2013) 1.200 2.000 3,000 5.6005 Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (indikator akan dikembangkan lebih lanjut)
*Data AKI dan AKB diperoleh melalui survey skala besar dan tidak tersedia setiap tahun
ARAH KEBIJAKAN1.Memperkuat upaya promotif dan preventif
dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat2.Meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan• Pembiayaan kesehatan• Penyediaan, distribusi, dan mutu farmasi,
alkes, dan makanan• Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan• Penguatan sistem informasi, manajemen dan
litbang kesehatan• Penyediaan, persebaran dan kualitas SDM
kesehatan3.Mempercepat perbaikan gizi masyarakat 4.Meningkatkan pelayanan keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi
Meningkatkan responsifitas pelayanan kesehatan, antara lain dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengembangkan rujukan online, rekam medis online dan telemedicine
Efektivitas program promotif dan preventif (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
Penegakan hukum dan disiplin (etika kedokteran, standar rumah sakit, dll)
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNGREVOLUSI MENTAL
46
REPUBLIK
INDONESIA
31 RS
27 RS
7 RS
13 RS
19 RS
13 RS
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KESEHATAN
Permasalahan: Pelayanan kesehatan masih cenderung pada upaya kuratif Tenaga kesehatan kurang merata Akses dan mutu pelayanan kesehatan belum optimal
Rencana 2017: Upaya promotif & preventif lintas sektor: Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Penempatan nakes: Nusantara Sehat Peningkatan kapasitas sistem rujukan RS
Indikator Tipe RS Sumatera Jawa Bali Nusra Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
Total
RS Nasional 3 RS 5 RS 1 RS 2 RS 2 RS 1 RS 14 RS
RS Provinsi 7 RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 3 RS 20 RS
RS Regional 31 RS 27 RS 7 RS 13 RS 19 RS 13 RS 110 RS
Total 41 RS 33 RS 10 RS 18 RS 25 RS 17 RS 144 RS
Peta Sebaran Peningkatan Kapasitas Sistem Rujukan, 2017
*DTPK: Daerah Terpencil, Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan; DBK: Daerah Bermasalah Kesehatan
Rencana Penempatan Tenaga Kesehatan
PTT di DTPK: 43.917 orang
Nusantara Sehat di DTPK dan DBK:
• Berbasis tim: 260 tim
• Berbasis individu:15.250 orang
Wajib Kerja Sarjana Dokter Spesialis di luar Pulau Jawa:1.600 orang
47
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMANSasaran dan Arah Kebijakan
INDIKATOR2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
Akses Air Minum
Layak (%)70,0 70,3 77,0 84,0 100
Akses SanitasiLayak (%)
69,4 72,2 77,4 83,2 100
Akses Layak:61,1
Akses Layak:62,4
Akses Layak:66,3
Akses Layak:70,6
Akses Layak:85
Akses Dasar:8,3
Akses Dasar:9,8
Akses Dasar:11,1
Akses Dasar:12,4
Akses Dasar:15
KawasanPermukiman Kumuh Perkotaan (Ha)
Penanganan: 38.431 Ha (kondisi kumuh100%)
Perencanaan:0 kab/kota
Penanganan: 38.431 Ha (kondisi kumuh85%)
Perencanaan:116 kab/kota
Penanganan: 38.431 Ha (kondisi kumuh70%)
Perencanaan:96 kab/kota
Penanganan: 38.431 Ha
(kondisi kumuh45%)
Perencanaan:121 kab/kota
Penanganan: 38.431 Ha (kondisi kumuh0%)
Perencanaan:-
Kekurangan Tempat TinggalBerdasarkan PerspektifMenghuni (Juta Rumah Tangga)
7,6 7,0 6,5 6,0 5,0
Sungai Bebas Sampah
n.a n.a n.a
Percontohan:
Ciliwung, Cikapundung, Kali Garang
Percontohan:
Ciliwung, Cikapundung,
Kali Garang
ARAH KEBIJAKAN
1. Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendahterhadap hunian baru yang layak, aman, dan terjangkau melaluifasilitas likuiditas pembiayaan perumahan, bantuan stimulanpembangunan rumah swadaya serta penciptaan iklim yang kondusif dalam penyediaan perumahan
2. Peningkatan kualitas hunian dan permukiman bagi masyarakatberpendapatan rendah melalui bantuan stimulan perumahanswadaya, penyediaan prasarana, sarana dan utilitaspenyelesaian rencana penanganan kawasan kumuh dalamrangka pencegahan dan penanganan permukiman kumuh
3. Peningkatan akses air minum dan sanitasi yang layak melaluisinergi pembangunan infrastruktur, penerapan manajemenlayanan terpadu, serta peningkatan keterlibatan dan perubahanperilaku masyarakat
4. Menjamin ketahanan air melalui pembangunan danpengelolaan infrastruktur air baku dan sanitasi, serta optimasisistem eksisting air minum dan pelaksanaan bauran air
1. Perilaku hemat air2. Stop buang sampah di sungai dan saluran3. Stop buang air besar sembarangan (langsung dan tidak
langsung)4. Tertib pengurusan IMB (Izin Mendirikan Bangunan)5. Gerakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)6. Gerakan menabung untuk perumahan
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNGREVOLUSI MENTAL
48
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMANTarget Pembangunan Perumahan 2015-2019
Baseline 2014 7,6 juta unit
Target 2019 5 juta unit
Selisih: 2,6 juta unit
Kebutuhan rumah baru per tahun: 365.448 unit
Kebutuhan penanganan 2015-2019
2,6 juta unit + (365.448 x 5) = 4,4 juta unit
Penanganan Backlog Perspektif Kepenghunian
PEMERINTAH NON-PEMERINTAH
JUTA UNIT2,2 JUTA
UNIT2,2
PORSI PENANGANAN
BUMN/BUMDSwastaMasyarakat
Peningkatan kualitas hunian 1,5 juta unit Baseline 2014
3,4 juta unit
49
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMANPeta Sebaran Indikasi Pembangunan Perumahan Tahun 2017
50
Bergantung pada kesiapan setiap daerah
dalam memenuhi readiness criteria
Sumber: Indikasi lokasi K/L terkait
REPUBLIK
INDONESIA
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
51
REPUBLIK
INDONESIA
Penekanan Sektor Unggulan sudah dimulai sejak APBN-P 2015
Kedaulatan Pangan (terutama anggaran Kementan dan Kemen PUPR, PenyertaanModal Negara). Salah satu yang terpenting adalah integrasi kebijakanpeningkatan produksi padi mulai dari waduk, irigasi, dan desa mandiri benih
Kedaulatan Energi dengan meningkatkan rasio elektrifikasi dan konsumsi listrik perkapita (terutama melalui Penyertaan Modal Negara), dan peningkatanpemanfaatan energi terbarukan
Kemaritiman dan Kelautan (Kemenhub dan Kemen Kelautan dan Perikanan, sertaPenyertaan Modal Negara), terutama dalam menurunkan biaya logistik melaluipengembangan pelabuhan
Pariwisata dan Industri: akan mendapat penekanan lebih lanjut dalam RKP 2017terutama pengembangan kawasan industri dan pariwisata
PENDEKATAN PEMBANGUNAN Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan
52
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGANSasaran dan Arah Kebijakan
Keterangan: * Angka Sementara; ** Angka Tahunan.
53
INDIKATOR2014
(baseline)2015 2016 2017 2019
Produksi Dalam Negeri untuk Kedaulatan Pangan
Produksi pangan utama:
- Padi (juta ton).70,6 75,4 76,2 77,0 82,0
Produksi pangan lainnya/diversifikasi
pangan:
- Jagung (juta ton).
19,1 19,6 21,4 22,4 24,1
- Kedelai (juta ton). 0,92 0,96 1,50 1,90 2,60
- Gula (juta ton). 2,6 2,6* 2,8 3,0 3,8
Produksi sumber protein:
- Daging Sapi (juta ton).0,45 0,42* 0,59 0,64 0,76
- Ikan (juta ton). 10,6 13,6 14,8 16,0 18,8
Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi
- Pembangunan Jaringan irigasi air permukaan , air tanah dan rawa (Juta ha, kumulatif)
8,90 9,08 9,12 9,19 9,89
- Rehabililtasi dan Peningkatan jaringan irigasi permukaan, air tanah dan rawa (Juta ha)
2,71 (2010-2014)
0,46** 0,75** 0,22**3,01
(2015-2019)
- Pembangunan irigasi tambak (Ribu ha, kumulatif)
189,75 193,99 196,34 208,39 304,75
- Pembangunan waduk(groundbreaking)
- Pembangunan waduk lanjutan
16(on going)
13
11
8
22
9
29
49
(2015-2019)
• Peningkatan produksi padi dan pangan lain
• Kelancaran distribusi pangan dan akses pangan
masyarakat
• Peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat
• Penanganan gangguan terhadap produksi pangan
ARAH KEBIJAKAN
• Penurunan pemborosan air, pupuk, pestisida
• Mengurangi food waste di meja makan
• Peningkatan kreativitas dan inovasi
• Peningkatan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan
yang sehat
• Penegakan Hukum dan disiplin
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNGREVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
54
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGANSebaran Pembangunan Waduk (Baru dan Lanjutan) Tahun 2017
TA.2015
13 BENDUNGAN
•Krueng Kreuto(Aceh),
•Logung (Jawa Tengah),
•Raknamo (Nusa Tenggara Timur),
•Lolak (Sulawesi Utara),
•Karian (Banten),
•Bintang Bano(Nusa Tenggara Barat),
•Tanju (Nusa Tenggara Barat),
•Mila (Nusa Tenggara Barat),
•Passeloreng(Sulawesi Selatan),
•Rotiklod (Nusa Tenggara Timur),
•Tapin (Kalimantan Selatan),
•Sei Gong (Kepulauan Riau),
•Sindangheula (Banten)
RENCANA 2016
8 BENDUNGAN
•Rukoh (Aceh),
•Ciawi (Jawa Barat),
•Sukamahi (Jawa Barat),
•Kuwil Kawangkoan (Sulawesi Utara),
•Sukoharjo (Lampung),
•Cipanas (Jawa Barat),
•Leuwikeris (Jawa Barat),
•Ladongi (Sulawesi Tenggara)
RENCANA 2017
9 BENDUNGAN
•Bener (Jateng) ,
•Semantok (Jawa Timur),
•Pamakkulu (Sulawesi Selatan),
•Komering II (Sumatera Selatan),
•Sadawarna (Jawa Barat),
•Tiro (Aceh),
•Lausimeme (Sumatera Utara),
•Kolhua (Nusa Tenggara Timur),
•Sidan (Bali)
Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Groundbreaking 13 8 9 11 8 49
Penggenangan 5 3 6 7 8 29
REPUBLIK
INDONESIA
• Perlu perhatian adanya potensi kompetisi antara bantuan benih (gratis) melalui UPSUS dengan subsidi benih dan benih dari Desa Mandiri Benih yang diperjualbelikan di masyarakat.
• Perlu dikembangkan potensi kerjasama antara Program bantuan benih UPSUS dengan memanfaatkan benih yang dihasilkan oleh Desa Mandiri Benih.
• Perlu dukungan sertifikasi benih terhadap benih yang dihasilkan oleh Desa Mandiri Benih.55
NAD:• 20 Desa Mandiri Benih
Sumut:• 8 Desa Mandiri Benih
Sumbar:• 20 Desa
Mandiri Benih
Riau:• 20 Desa Mandiri
Benih
Bengkulu:• 20 Desa
Mandiri Benih
Jambi:• 20 Desa
Mandiri Benih
Sumsel:• 20 Desa Mandiri Benih
Lampung:• 20 Desa
Mandiri Benih
Bangka Belitung:• 10 Desa Mandiri
Benih
Banten:• 20 Desa Mandiri Benih
Jabar:• 20 Desa
Mandiri Benih
Jateng:• 20 Desa
Mandiri Benih
Jatim:• 20 Desa
Mandiri Benih
DIY:• 15 Desa
Mandiri Benih
Bali:• 20 Desa Mandiri Benih
NTB:• 20 Desa Mandiri
BenihNTT:• 20 Desa Mandiri Benih
Kalbar:• 20 Desa Mandiri
Benih
Kalteng:• 20 Desa Mandiri Benih
Kalsel:• 20 Desa Mandiri Benih
Kaltim:• 20 Desa Mandiri Benih
Kaltara:• 10 Desa Mandiri Benih
Sulsel:• 20 Desa
Mandiri Benih
Sultra:• 20 Desa Mandiri
Benih
Sulbar:• 20 Desa Mandiri
Benih
Sulteng:• 20 Desa Mandiri Benih
Sulut:• 20 Desa Mandiri Benih
Gorontalo:• 20 Desa Mandiri Benih Maluku Utara:
• 20 Desa Mandiri Benih
Maluku:• 16 Desa Mandiri Benih
Papua Barat:• 20 Desa Mandiri Benih
Papua:• 20 Desa Mandiri
Benih
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGANSebaran Desa Mandiri Benih Tahun 2017
REPUBLIK
INDONESIA
56
Kementerian Pertanian:• Cetak sawah: 5.500 ha• Irigasi Tersier: 5.500 ha• Desa Mandiri Benih: 20 Desa• Budidaya jajar legowo: 156 ribu ha
Kementerian Perdagangan:• Pembangunan pasar: 12 unit
Kementerian PUPR:• Rehabilitasi Irigasi: 4.100 ha• Pembangunan Irigasi: 2.834 ha• Pembangunan Waduk: 1 baru (Tiro) dan 2 waduk unit
lanjutan (Keureuto dan Rukoh).• Pembangunan sarpras banjir: 4,5 km.
Kementerian Kelautan dan Perikanan:• Pengadaan kapal dan alat tangkap ikan: 320 kapal dan
13.510 alat penangkap ikan• Benih ikan bersertifikat: 2 juta ekor• Minapolitan: 5 lokasi
BMKG:• Informasi
Iklim
KLHK:• Pencadangan hutan untuk pangan: 15.309 ha• Pemanfaatan lahan di bawah tegakan untuk
pangan: 1.500 ha
Penajaman dan Sinergia.Sinergi Antar Kegiatan:
Waduk-Pencetakan Sawah-Pembangunan/ Rehabilitasi Jaringan Irigasi sinergi tahapan dan lokasi serta keberadaan petani.
b.Sinergi Antar Sumber Pendanaan: (i) Pusat: Kementan-Kemen PU-Pera; (ii) APBD; (iii) DAK; (iv) Dana Desa.
c. Penajaman pemanfaatan Alsintan di masyarakat efektivitas terhadap peningkatan kualitas dan penurunan susut.
Peningkatan & Rehabilitasi Jaringan Irigasi (tersier) :
• Aceh Besar 1.000 ha
• Aceh Jaya 500 ha
• Aceh Timur 2.000 ha
• Aceh Utara 500 ha
• Pidie 1.000 ha
• Piddie Jaya 500 ha
Kuerueto
Tiro
Rukoh
ILUSTRASI INTEGRASI PENINGKATAN PRODUKSI PADI DAN PANGAN LAINNYAProvinsi Aceh
REPUBLIK
INDONESIA
57
ILUSTRASI INTEGRASI PENINGKATAN PRODUKSI PADI DAN PANGAN LAINNYAProvinsi Sumatera Selatan
Kementerian Pertanian:• Cetak sawah: 4.500 ha• Irigasi Tersier: 4.500 ha• Desa Mandiri Benih: 20 Desa• Budidaya jajar legowo: 373.000 ha
Kementerian Perdagangan:• Pembangunan pasar: 9 unit
Kementerian PUPR:• Rehabilitasi Irigasi: 25.082 ha• Pembangunan Irigasi: 4.809 ha• Pembangunan Waduk: 1 buah
(Komering II)• Pengendalian Banjir: 10 km
Kementerian Kelautan dan Perikanan:• Pengadaan kapal dan alat tangkap ikan: 47 unit• Benih ikan bersertifikat: 1.500.000 ekor• Minapolitan: 8 lokasi
BMKG:Informasi Iklim
KLHK:• Pencadangan hutan untuk pangan: 171.541 ha• Pemanfaatan lahan di bawah tegakan untuk pangan: 1.500 ha
Komering II
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN KEDAULATAN ENERGISasaran dan Arah Kebijakan
1. Penguatan tata kelola (good governance)sumberdaya energi
2. Pemanfaatan energi secara efisien3. Pelayanan BUMN energi yang memuaskan
pelanggan4. Penambangan yang ramah lingkungan5. Penegakan hukum dan disiplin di sektor energi
Keterangan:* Merupakan target tahunan: 2014 dan 2015 angka realisasi. Peningkatan sambungan rumah termasuk kerjasama
dengan badan usaha dan diharapkan pada tahun 2019 secara kumulatif mencapai lebih kurang 1,3 juta SR.** Hanya mencakup jumlah SR yang dibangun melalui APBN.
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
58
ARAH KEBIJAKAN1. Meningkatkan produksi energi primer2. Meningkatkan cadangan penyangga dan
operasional energi3. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan
dalam bauran energi4. Meningkatkan aksesibilitas5. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan
energi.
INDIKATOR2014
(baseline)2015 2016 2017 2019
Rasio Elektrifikasi 84,1% 87,5% 90,2% 92,7% 96,6%
Konsumsi Listrik Perkapita (Kwh) 843 914 985 1.058 1.200
Produksi Sumber Daya Energi:
Minyak Bumi (ribu BM/hari) 789 788 830 750 700
Gas Bumi (ribu SBM/hari) 1.455 1.194 1.155 1.150 1.295
Batubara (juta Ton) 458 393 419 413 400
Penggunaan Dalam Negeri (DMO):
Gas bumi Dalam Negeri 57% 59% 61% 62% 64%
Batubara Dalam Negeri 16,6% 20,3% 26,5% 26% 60%
Pembangunan FSRU/ Regasifikasi / LNG Receiving Terminal (unit)
2 1 2 1 2
Jaringan pipa gas (kumulatif, km) 11.960 13.458 15.330 15.364 18.322
Pembangunan SPBG (unit) 13 18 30 25 15
Jaringan gas kota (lokasi/SR)) * 5/16.949** 2/8.000** 33/121.000 46/271.500 48/374.000
Porsi EBT dalam Bauran Energi (%) 6 10 13 15 16
REPUBLIK
INDONESIA
RENCANA PEMBANGUNAN PLT ANEKA EBT TAHUN 2017
59
*
* Perlu dikaji konsekuensi penyediaan lahan bagi PLTS Terpusat terhadap pemanfaatan lahan untuk mendukung prioritas nasional lainnya
REPUBLIK
INDONESIA
TARGET RASIO ELEKTRIFIKASI 2017 PER PROVINSI
Aceh
97,41% Sumut
96,68%
Sumbar
90,45%
Riau
92,97%
Sumsel
88,30%
Bengkulu
92,36%
Babel
99,22%
Lampung
91,10%
Jakarta
99,77%
Banten
98,19%Jabar
93,83%
Jateng
94,97%
Jambi
90,78%
DIY
91,67%Jatim
92,40%
Bali
93,33%
NTT
78,29%
Kalbar
90,25%
Kalsel
92,52%
Kaltim & Kaltara
95,19% Sulut
93,50%
Sulteng
87,82%
Sulsel
93,23%
Malut
96,36%
Maluku
91,65%
Papua
69,46%
KATEGORI
> 70 %
50 - 70 %
< 50 %
Sulbar
87,01%
Kepri
86,95%
Sultra
82,79%
Papua Barat
89,09%Kalteng
83,08%
NTB
83,52%
Gorontalo
87,32%
SASARAN & REALISASI RASIO ELEKTRIFIKASI NASIONAL (%)
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
67.1572.95
76.5680.51
84.3587.5 90.2
92.75 95.15 97.35
Sumber: Rancangan RUKN60
Peningkatan akses listrik rumah tangga: Rasio elektrifikasi dari 87,5% (Capaian 2015), dan rencana 2016: 90,2% menjadi 92,7% pada 2017:
a. Pembangunan pembangkit listrik sebesar 6.389 MW pada tahun 2017 dan mempercepat pembangunan pembangkit listrik 35 GW
b. Perluasan pemanfaatan EBT dari tenaga matahari dan mikrohidro
c. Peningkatan akumulatif kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga EBTmenjadi sebesar 13.996 MW (Badan Usaha)
REPUBLIK
INDONESIA
ILUSTRASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGIProvinsi Sumatera Selatan
61
Slide- 7
GrisikStation
Agardewa
Legenda :
Rencana Jaringan Transmisi
Rencana Jaringan Pipa Gas
Jaringan Pipa Gas Eksisting
Jaringan Gas Kota (Sudah Mengalir)
Eksisting Jaringan Pipa Gas
Rencana Pembangkit (IPP) :1. PLTU Sumbagsel 1: 150 MW, COD 20192. PLTU MT Sumsel 8: 2 x 600 MW, COD 20193. PLTU Sumsel 7: 300 MW, COD 20184. PLTU Sumsel 6: 300 MW, COD 20195. PLTU Rantau Dadap (FTP 2): 110 MW, COD 2019
Keterangan:COD: Commercial Operations Date
460 km
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN KEMARITIMAN DAN KELAUTANSasaran dan Arah Kebijakan
*) Tahun 2017 tidak ada pembangunan baru kapal angkutan laut perintis, hanya melanjutkankapal yang sudah dibangun dengan multi years
maritim
INDIKATOR2014
(Baseline) 2015 2016 2017 2019
Memperkuat Jatidiri sebagai Negara Maritim
- Penyelesaian pencatatan/ deposit pulau-pulau kecil ke PBB
13.466 750 500 Deposit Pulau selesai
Selesai
th 2017
- Penyelesaian batas maritim antarnegara
1 negara(PNG)
6 perundingan
12 perundingan
12 perundingan
Perundingan10 zona
Pemberantasan IUU Fishing
- Meningkatnya ketaatan pelaku perikanan
52% 66% 73% 76% 87%
Membangun Konektivitas Nasional
- Pengembangan pelabuhan untuk menunjang tol laut
24 24 24 24 24
- Pengembangan pelabuhan penyeberangan
210 15 23 15 270 (kumulatif )
- Pembangunan (penyelenggaraan) kapal perintis
50 unit 30 30 0* 104 (kumulatif )
Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan
- Produksi hasil kelautan - juta ton- Ikan (Tangkap dan Budidaya)- Rumput Laut- Garam
28,310,610,12,5
33,113,610,63,3
35,414,811,13,6
39,416,013,43,8
40-5018,819,54,5
- Pengembangan pelabuhan perikanan
21 unit 22 unit 22 unit 22 unit 24 unit
- Luas kawasan konservasi laut 15,7 juta ha 17,3 juta ha 17,8 juta ha 18,6 juta ha 20 juta ha
62
ARAH KEBIJAKAN1. Konektivitas (tol) laut dan industri maritim,2. Peningkatan industri perikanan dan hasil laut,3. Penataan ruang laut, konservasi dan rehabilitasi pesisir
dan laut, serta wisata bahari,4. Peningkatan kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan
dan petambak garam,5. Penanggulangan dan penyelesaian Illegal, Unreported,
Unregulated (IUU) Fishing dan keamanan laut,6. Penetapan batas laut, penamaan pulau, dan
pengelolaan pulau-pulau kecil.
** Perlu dikaji dampak dari moratorium ijin kapalperikanan tangkap
1. Perubahan mindset sebagai bangsamaritim2. Perubahan kebijakan penyelenggaraan
pelayaran perintis3. Penegakan hukum dan disiplin
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNGREVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
5 PELABUHAN STRATEGIS HUB TOL LAUT
Permasalahan
• Perlu penambahan modal BUMN untuk pelaksanaan penugasan,
Tindak lanjut
• Dukungan dari Pemerintah untukPMN kepada BUMN terutamauntuk pelabuhan di Kawasan TimurIndonesia
Gambaran Proyek
• Pengembangan pelabuhan Hub tol laut
Lokasi: Belawan, Tanjung Priok , Tanjung Perak, Makassar dan Bitung
Total Investasi: 34,3 Triliun
Kebutuhan Anggaran 2017: Rp 7,2 Triliun
Pendanaan: BUMN (PT Pelindo I, PT Pelindo II, PT Pelindo III dan PT Pelindo IV)
PElPela
HuHub Tol Laut
63
REPUBLIK
INDONESIA
Arus Barang di Pelabuhan
• Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Belawan tahun2015 tercatat sebanyak 10,72 juta ton, atau turun sekitar 8,89% dibandingkan tahun 2014.
• Khusus untuk arus petikemas tahun 2015 sebanyak 427,49 ribu TEUs, atau terjadi penurunan sebesar 3,6% dari tahun 2014.
PELABUHAN BELAWAN
Sumber Dana
Kota Medan, Sumatera Utara
Direncanakan pengembangan Pelabuhan Belawan sebagai salah satu Pelabuhan Hub dalam pengembangan Tol Laut
Dermaga 950 m, Draft -10 mLWS, CY 251.48543 m2, Alat (11 CC, 25 RTG, 2 MHC, 61 Head Truck, 7 Reach Stacker, 3 Side Loader, 6 Forklift)
Rp 7,2 Triliun
Pembangunan terminal/dermaga Phase I (2016-2018) & Phase II (2015-2018)
Pengadaan peralatan Phase I & II (CC, RTG, Head Truck) pada tahun 2017-2018
Pengembangan alur Belawan s.d -12 MLWS
Menunggu Penetapan RIPN
Pelindo I & Mitra
Lokasi
Rencana
Deskripsi
Kondisi Eksisting
Total Investasi
64
REPUBLIK
INDONESIA
• Pada 2015, arus bongkar muat barang sebesar 54,54juta ton, atau turun sebesar 3,5% dari tahun 2014.
• Khusus untuk arus petikemas tahun 2015 5,57 juta TEUs, atau terjadi penurunan sebesar 2,5% dari tahun 2014.
PELABUHAN TANJUNG PRIOK
Total Investasi
DKI Jakarta
Rp 12 Triliun
Rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok / Kali Baru 2012-2027:
CT 1 mulai beroperasi pada Juli 2016 dengan panjang 850 m, memiliki draft 16 LWS mampu menampung kapasitas kapal maksumum 16.000 TEUs dan memiliki luas area sebesar 32 Ha dengan kapasitas 1,5 juta TEUs/tahun, perencanaan peralatan adalah quay crane, RTGC, truck.
CT 2 dan CT 3 direncanakan beroperasi pada tahun 2023 untuk CT 2 dan 2014 untuk CT 3 dengan panjang total dermaga 1.600 m, kedalaman draft 16 LWS menampung kapasitas kapal maksimmum 16.000 TEUs, dan memiliki luas CY64 Ha dengan kapasitas total 3 juta TEUs/tahun, perencanaan peralatan adalah quay crane, RTGC, truck.
PT 1 direncanakan beroperasi pada tahun 2023 dan PT 2 akan beroperasi pada 2027. PT 1 dan PT 2 dengan panjang dermaga 1.600 m dan draft 19 LWS mampu menampung kapasitas kapal maksimum 160.000 DWT perencanaan perlatan adalah tangki curah cair.
BUMN dan Mitra
Lokasi
Rencana
Sumber Dana
65
REPUBLIK
INDONESIA
• Pada 2015, arus bongkar muat barang sebesar16,78 juta ton, atau naik sebesar 0,85% dari tahun 2014.
• Khusus untuk arus petikemas tahun 2015 3,12 juta TEUs, atau terjadi kenaikan sebesar 0,5% dari tahun 2014.
PELABUHAN TANJUNG PERAK
Surabaya, Jawa Timur
Dermaga Mirah: lenght 640 m; draft -6 MLWS
Dermaga Jamrud Utara: lenght 1.200 m; draft -11 MLWS
Dermaga Internasional TPS: lenght 1.000 m; draft -11 MLWS
Dermaga Internasional TTL: lenght 500 m; draft -14 MLWS
Rp 12,7 Triliun
Pembangunan Terminal Teluk Lamong (2015-2019):
Pembangunan dermaga curah kering dan penambahan dermaga peti kemas
Pembangunan CY dan lapangan penumpukan curah cair
Pengadaan peralatan (STS, ASC, CTT, SC, conveyor dan docking system)
Pembangunan power plant dan pengembangan sistem IT
Pengembangan Terminal Berlian (2015-2019)
Pengembangan Terminal Petikemas Surabaya:
Pendalaman kolam, revitalisasi dan penambahan alat bongkar muat
Pembangunan Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE), Manyar (2014-2016);
Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak Eksisting:
Pengembangan terminal mirah 2015-2019 (car terminal, CY, pengadaan crane darat)
Pengadaan peralatan bongkar muat di Terminal Jamrud dan Nilam 2015-2018 (HMC, HPC, dan CC)
Pembangunan gudang di Jamrud dan storange tank di Nilam
Pengembangan Pelindo Marine Service 2015 – 2019 (pengadaan 15 unit kapal tunda)
Revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya dan Maintenance Dreging (2014-2016)
Pelindo III & Joint Venture PT AKR Corp (JIIPE Manyar)
Lokasi
Rencana
Kondisi Eksisting
Total Investasi
Sumber Dana
66
REPUBLIK
INDONESIA
PELABUHAN MAKASSAR BARU
Lokasi
Rencana
Total Investasi
Makassar, Sulawesi Selatan
Rp 1,8 Triliun
Pembangunan Dermaga Petikemas 320 x 27 m2 (2015 -2017)
Reklamasi 16 Ha (2015-2017)
Pembangunan Lapangan Penumpukan 12 Ha (2015 -2017)
Pengadaan Alat Bongkar Muat (Container Crane 3 unit; RTG 9 unit, Headtruck & Chassis 15 unit)
System IT 1 Paket
Power Plan dan Bangunan kantor 1 paket
BUMN
• Realisasi arus barang pada tahun 2015 tercatat sebanyak 3,82 jutaton, atau terjadi penurunan sebesar 11% dari tahun 2014.
• Khusus untuk arus petikemas tahun 2015 sebanyak 558,98 ribu TEUs, atau terjadi penurunan sebesar 1 % dari tahun 2014.
Sumber Dana
LUAS TOTAL TAHAP II(106 Ha)
LUAS TOTAL TAHAP I(122 Ha)
LUAS TOTAL TAHAP I PHASE I (320x27)M2 + 16 Ha
KAPASITAS 500.000 Teu’s(DRAFT -16 MLWS)
67
REPUBLIK
INDONESIA
• Arus bongkar muat di Pelabuhan Bitung pada tahun 2015 sebesar 2,83 juta ton, atau terjadi kenaikan sebesar 10% dari tahun 2014
• Khusus untuk arus petikemas memberi kontribusi sebanyak 199,12 ribu TEUs pada tahun 2015, atau terjadi penurunan sebanyak 0,5% dari tahun 2014
PELABUHAN BITUNG
Lokasi
Rencana
Total Investasi
Kota Bitung , Sulawesi Utara
Rp 583 Miliar
Pengadaan Container Crane 2 unit (2014 -2015)
Pengadaan Forklift 1 unit, Headtruck & chassis 7 unit (2015)
Pembangunan dermaga (2016 – 2017)
Reklamasi dan penahan tanah 2016 – 2017)
Perkerasan lap. Penumpukan petikemas (2016 – 2017)
Pembangunan Trestle (2016 – 2017)
PMN dan BUMNSumber Dana
Eksisting
Masterplan 2015-2025
68
REPUBLIK
INDONESIA
ARAH KEBIJAKAN
Pertumbuhan Industri:
1. Pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa
2. Penumbuhan populasi industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha
3. Peningkatan daya saing dan produktivitas (nilai ekspor dannilai tambah per tenaga kerja)
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Luar Jawa:
1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah, melalui percepatan industrialisasi/hilirisasi pengolahan SDA
(a) menciptakan nilai tambah; (b) menciptakan kesempatan kerja baru, terutama industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata.
2. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur
3. Pengembangan SDM dan IPTEK
4. Pengembangan regulasi dan kebijakan
5. Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha antara lain: Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan pemberian insentiffiskal dan non-fiskal
PEMBANGUNAN INDUSTRI/KAWASAN EKONOMI KHUSUSSasaran dan Arah Kebijakan
Promosi mencintai dan memanfaatkan produk dalam negeri
Peningkatan kemudahan dan percepatan pelayanan perijinan investasi
Penegakan hukum dan disiplin
2 baru
INDIKATOR2014
(Baseline) 2015 2016 2017 2019
1. Sasaran Percepatan Pertumbuhan Industri
a.Pertumbuhan Industri (%) 4,70(4,63)
6,10(4,25)
6,90(5,40)
7,40(6,50)
8,60(8,00)
b. Kontribusi dalam PDB (%)20,70(21,01)
20,80(20,84)
21,00(20,95)
21,10(21,35)
21,60(21,76)
2. Sasaran Pembangunan Kawasan Industri/KEK
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Luar Jawa
7 7 7 lama +
3 baru
10 lama +
2 baru
12 lama +
b. Kawasan Industri di luar Jawa n.a n.a n.a 14 14
69
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
INDIKATOR2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
Wisatawan Mancanegara (Orang)
9,4 juta 9,7 juta 12,0 juta 13,0 juta 20,0 juta
Wisatawan Nusantara (Kunjungan)
250 juta 259 juta 260 juta 263 juta 275 juta
Devisa(triliun rupiah)(kurs Rp12.000)
133,9 150 172,8 185,9 260
ARAH KEBIJAKAN:
1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkansebanyak mungkin wisatawan manca negara danmendorong peningkatan wisatawan nusantara
2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkandaya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri
3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisatanasional serta meningkatkan keragaman dan dayasaing produk/jasa pariwisata nasional di setiapdestinasi periwisata yang menjaDi fokus pemasaran
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangunsumber daya manusia pariwisata serta organisasikepariwisataan nasional
PEMBANGUNAN PARIWISATASasaran dan Arah Kebijakan
Membentuk masyarakat yang ramah dan lingkungan yang nyaman bagi pelancong
Petugas yang ramah dan melayani Penegakan hukum dan disiplin
70
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
DIMENSI PEMERATAANDAN PEMBANGUNAN ANTARWILAYAH
71
REPUBLIK
INDONESIA
PENDEKATAN PEMBANGUNAN Dimensi Pemerataan dan Pembangunan Antarwilayah
Pemerataan pendapatan antarkelompok penduduk dilakukan secaraterintegrasi dengan cara:
a. Menciptakan lapangan kerja yang baik dan peningkatan keterampilantenaga kerja;
b. Memperbaiki akses pada pelayanan dasar;
c. Memastikan perlindungan bila terjadi goncangan ekonomi; dan
d. Menggunakan kebijakan perpajakan dan anggaran belanja pemerintah untuk mengurangi ketimpangan saat ini dan di masa depan.
72
REPUBLIK
INDONESIA
INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2019
1. Penciptaan lapangan kerja
a. Penyediaan lapangan kerja (orang) 1,73 juta 191,2 ribu + 2 juta + 2 juta + 2 juta
b. Tenaga kerja formal (%) 40,5 42,1 43,6 46 51
2. Peningkatan kualitas dan keterampilan pekerja
a. Pelatihan kerja (orang) 523.870 815.705 810.000 1.000.000 1.200.000
b. Sertifikasi (orang) 151.250 93.813 123.000 260.000 400.000
3. Peningkatan produktivitas usaha mikro dan kecil, penguatan koperasi, serta pengembangan kewirausahaana. Diklat dan pendampingan usaha
(orang/unit usaha)22.790/52.720
31.540/58.186
31.067/84.016
24.465/30.209
43.000/97.000
b. Kewirausahaan (orang) 91.000 70.400 112.600 63.555 150.000
c. PenyaluranKredit Usaha Rakyat (KUR)
• Subsidi KUR (Rp triliun) 3,41 3,04 10,5 10,5 Ditentukan
kemudian• Target Penyaluran (RpTriliun) 37 30 105-120 100-120
d. Kontribusi modal anggota koperasi (persen) 52,7 53,0 (target)
53,5 54 55
4. Akses terhadap pelayanan dasar
Kepemilikan akte lahir 64,6% 72,3% 74,0% 75,0% 77,4%
5. Perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan
a. Bantuan iuran jaminan kesehatan/KIS (orang) 86,4 juta 88,2 juta 92,4 juta 94,4 juta 107,2 juta
b. Bantuan tunai bersyarat/PKH (keluarga) 2,8 juta 3,5 juta 6 juta 6,5 juta 8 juta
c. Bantuan pendidikan/KIP (anak usia
sekolah)
11,9 juta 20,3 juta 21,6 juta 21,6 juta 21,6 juta
d. Subsidi pangan(rumah tangga/kepalakeluarga)
15,5 juta 15,5 juta 15,5 juta 15,8 juta 15,8 juta
ARAH KEBIJAKAN
1. Mendorong aktivitas ekonomi untuk menghasilkan kesempatan kerja dan usaha yang lebih luas: Memperluas industri manufaktur untuk memperluas lapangan kerja
baru yang berkualitas; Mendorong pengeluaran pemerintah dan penciptaan investasi yang
padat karya; Dukungan regulasi yang mendorong iklim investasi; Hubungan industrial yang harmonis.
2. Pengembangan ekonomi produktif: Meningkatkan akses permodalan dan layanan kredit mikro; Pendampingan dan pengembangan kelompok usaha; Mendorong terwujudnya kemudahan, kepastian, dan perlindungan
usaha.3. Perluasan pelayanan dasar, melalui: Peningkatan ketersediaan infrastruktur dan sarana; Pengembangan dan penguatan sistem penyediaan layanan dasar;
4. Penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif: Efektivitas program Bidik Misi; Penataan asistensi sosial: KIS, KIP, dan KKS; Perluasan cakupan SJSN dan Bantuan Tunai Bersyarat/PKH.
PEMERATAAN ANTARKELOMPOK PENDAPATANSasaran dan Arah Kebijakan
73
1. Redesain program yang memungkinkan perubahan mindset masyarakat miskin menjadi produktif, mandiri, dan bermartabat;
2. Mengaitkan program sosial yang mendorong masyarakat miskinpeduli dengan kesehatan, pendidikan dan keluarga berencana;
3. Mempromosikan solidaritas sosial di masyarakat;4. Penegakan aturan dan disiplin.
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS PEMERATAAN PENDAPATAN Highlight Bantuan Tunai Bersyarat
74
Pelaksanaan Kegiatan:
• Bantuan tunai bersyarat bagi 6,5 juta keluarga miskin yang memiliki ibu hamil, balita, anak usia sekolah, penyandang disabilitas dan lanjut usia.
• Penyaluran bantuan sosial melalui PT Pos dan penggunaan uang elektronik melalui layanan keuangan digital.
• Peningkatan jumlah dan kualitas pendamping, antara lain melalui pelibatan Civil Society Organisation (CSO) terutama untuk perluasan di daerah ‘sulit’ dalampenguatan pendampingan.
• Penguatan kapasitas pengelolaan sumber daya manusia, pemantauan dan evaluasi, dan sistem informasi di pusat dan daerah
• Perbaikan mekanisme pengaduan.
TUJUAN JANGKA PENDEK
Mengurangi beban pengeluaran keluarga
miskin
Perbaikan kualitas sumber daya manusia dan memutus
rantai kemiskinan antar generasi
Sanksi pemotongan bantuan atas kewajiban
Verifikasi kewajiban
PenyaluranBantuan
Pemenuhan kewajiban PKH ke fasilitas pendidikan dan kesehatan
• 6 juta keluarga miskin mendapatkan pembayaran penuh (4 kali); 500 ribu peserta baru mendapat 1 kali pembayaran.
• Seluruh ibu penerima bantuan PKH memperoleh pelatihan pengelolaan keuangan keluarga, pengasuhan anak, pendidikan, gizi, dan kesehatan melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
Syarat utama perubahan perilaku untuk keluar dari kemiskinan
Dilaksanakan secara berulang setiap 3 bulan
Strategi graduasi pada tahun ke-6
Fasilitasi ke program-program ekonomi produktif
TUJUAN JANGKA PANJANG
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS PEMERATAAN PENDAPATAN Rencana Sebaran Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2017
75
REPUBLIK
INDONESIA
1. Peningkatan kemudahan dan kecepatan pelayanan
imigrasi, kepabeanan, karantina dan keamanan di
Pos Lintas Batas Negara (PLBN)
2. Mengubah sikap dan cara pandang bahwa kawasanperbatasan bukan halaman belakang namunmenjadi beranda depan negara
PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASANSasaran dan Arah Kebijakan
76
INDIKATOR2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
Pengembangan Pusat
Ekonomi Perbatasan
(Pusat Kegiatan
Strategis
Nasional/PKSN)
3 (111 lokasi
prioritas)
•50
Lokpri
•3 PLBN
•100
Lokpri
•7 PLBN
•10
PKSN
•150
Lokpri
•7 PLBN
•10
PKSN
•187
Lokpri
•16
PLBN
Peningkatan
keamanan dan
kesejahteraan
masyarakat
perbatasan
12 pulau –
pulau kecil
terluar
berpenduduk
10 30 50 92 pulau
kecil
terluar/
terdepan
ARAH KEBIJAKAN
1. Pembangunan infrastruktur KawasanPerbatasan
2. Peningkatan keamanan wilayah perbatasansebagai halaman depan negara
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakatwilayah perbatasan melalui peningkatanpenyediaan kebutuhan fasilitas sosial danekonomi
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN Highlight Daerah Perbatasan
77
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALSasaran dan Arah Kebijakan
INDIKATOR2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
2. PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALa.Jumlah Daerah
Tertinggal122
(termasuk9 DOB)
n.a * n.a * n.a * 42
b. Rata-rata pertumbuhanekonomi di daerahtertinggal
7,10% 6,96% 7,02% 7,17% 7,24%
c. Persentase pendudukmiskin di daerahtertinggal
16,6% 16,0% 15,4% 14,9% 14,0%
d. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal
68,5 68,1 68,5 68,8 69,6
ARAH KEBIJAKAN
1.Percepatan Pembangunan infrastruktur/konektivitas
2. Promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan
3.Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik
4.Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM yang berkualitas
*) Capaian sasaran tidak diukur setiap tahun. Sesuai PP 78/2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, penetapan daerah tertinggal dilakukan setiap 5 tahun sekali melalui PeraturanPresiden. Jumlah 42 daerah tertinggal tahun 2019 merupakan hasil dari 80 kabupaten terentaskan
78
1. Peningkatan kreativitas masyarakat di daerah tertinggal untuk mampu menghasilkan produk yang bernilai tambah berbasis keunggulan setempat
2. Membangun semangat kompetisi untuk mengejar ketertinggalan.
3. Penegakan hukum dan disiplin
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNGREVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALPrioritas Pembangunan Daerah Tertinggal
79
Pengembangan Ekonomi Lokal:• Kemendesa PDTT : Penyediaan Alsintan di 49 Kabupaten, Pembangunan 30 Pasar, pembangunan 20 embung Irigasi,
pengadaan kapal tangkap ikan, penyediaan bibit di 49 kabupaten ?• Kementan : 2036 penyuluh pertanian, Penyediaan Alsintan, Penyediaan Peralatan Pasca Panen, pendampingan• Kemen KUKM : pembinaan 1240 wirausaha, pendampingan 2000 usaha mikro, revitalisasi 45 pasar, pelatihan 1000
wirausaha, fasilitasi pembuatan 100 akta usaha koperasi• Kemenperin : Pelatihan penggunaan Alsintan, Sertifikasi SDM Industri IPAMP
Dukungan PendanaanLainnya:1. APBD2. DAK :
a. DAK Energi SkalaKecil
b. DAK Transportasic. DAK Pendidikand. DAK Kesehatane. DAK Air Minum &
Sanitasif. DAK Perdagangan
3. Dana Desa4. CSR & PKBL
Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik:• Kemendikbud: penempatan 7000 guru garis depan (GDD), 3000 Guru di lokasi SM3T, Tunjangan khusus guru di 43 kabupaten• Kemenkes: penyediaan puskesmas rawat inap, tunjangan tenaga kesehatan di 43 kabupaten• Kemendesa PDTT: Rehabilitasi 160 ruang kelas, penyediaan akses air bersih di 49 kabupaten, pembangunan 52 unit PLTS Terpusat,
pembangunan 21 asrama sekolah SMP ?• Kemensos : Bantuan 64 sarana prasarana MCK untuk Komunitas Adat Terpencil (KAT)• Kemen PUPR : Pembangunan Rumah Swadaya
Peningkatan SDM dan IPTEK:• Kemendikbud: Pembangunan 96 SMK• Kemenristek: Pembinaan dan Pemberdayaan Perguruan Tinggi• Kemendesa PDTT : pelatihan 500 tenaga kerja terampil ?• Kemenaker : Revitalisasi 10 BLK, pelatihan tenaga kerja di 49 kabupaten
Peningkatan Aksesibilitas:• Kemenhub : Rehabilitasi 20 Bandara, penyediaan 100 Bus Perintis, subsidi perintis angkutan laut 100 trayek, angkutan sungai
dan penyeberangan 237 trayek, angkutan jalan 298 lintas dan angkutan udara 240 rute, serta pembangunan pelabuhan.• Kemen PUPR: Pembangunan/rehabilitasi jalan 825 Km, Pembangunan Jembatan, Pelatihan ASN bidang Jalan dan Jembatan• Kemenkominfo: Pembangunan BTS, Revitalisasi LPP TVRI, penyediaan akses internet• Kemendes, PDTT : Pembangunan/rehabilitasi jalan 200 KM, pembangunan 54 Jembatan, pengadaan 23 unit kapal penumpag,
16 kapal barang, 18 unit pelabuhan ?
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS DAERAH TERTINGGALPembangunan Aspek Ketertinggal di 54 Kabupaten Prioritas Tahun 2017
• Kawasan Perbatasan• 2 Pulau Kecil• Rawan Pangan• Rawan Bencana• 16 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan :
Ekonomi, SDM, dan Infrastruktur
• Mendukung KEK dan KSPN Mandalika
• 7 Pulau Kecil• Rawan Konflik• Rawan Bencana• Prioritas Aspek Ketertinggalan:
Ekonomi, SDM, dan Infrastruktur
• KEK dan KSPN Morotai• Kawasan Perbatasan • 6 Pulau Kecil Terluar• Rawan Bencana• 88 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan:
Ekonomi dan SDM
• 9 Pulau Kecil Terluar• Rawan Bencana• Rawan Pangan• 110 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan:
Ekonomi, SDM, dan Aksesibilitas
• Mendukung Pengembangan Wilayah Blok Masela
• Kawasan Perbatasan• 48 Pulau Kecil Terluar• Rawan Pangan• Rawan Bencana• 79 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan
: Ekonomi, SDM, dan Aksesibilitas
80
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAANSasaran dan Arah Kebijakan
INDIKATOR 2019
Penurunan desa tertinggal sampai 5,000 desa
Peningkatan desa mandiri Sedikitnya 2,000 desa
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Penurunan desa tertinggal sampai 500
desa
1,000 desa
sehingga
penurunan desa
tertinggal tahun
2016 mencapai
1,500 desa
1,500 desa
sehingga
penurunan desa
tertinggal tahun
2017 mencapai
3,000 desa
1,500 desa
sehingga
penurunan desa
tertinggal tahun
2018 mencapai
4,500 desa
500 desa sehingga
penurunan desa tertinggal
tahun 2019 mencapai
5,000 desa
Peningkatan desa mandiriSedikitnya
200 desa
400 desa sehingga
peningkatan desa
mandiri tahun
2016 sedikitnya
600 desa
600 desa sehingga
peningkatan desa
mandiri tahun
2017 sedikitnya
1,200 desa
600 desa sehingga
peningkatan desa
mandiri tahun
2018 sedikitnya
1,800 desa
200 desa sehingga
peningkatan desa mandiri tahun 2019 sedikitnya 2,000 desa
Fasilitasi dan
pendampingan secara
transparan dan sesuai
kebutuhan lokal desa
untuk penguatan kader
masyarakat desa menuju
Desa Mandiri (Revolusi
Mental)
17.200
pendamping
17.200
pendamping20.000
pendamping
20.000
pendamping20.000
pendamping
ARAH KEBIJAKAN
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum di Desa
termasuk Kawasan Transmigrasi
2. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengembangan
Usaha Ekonomi Masyarakat Desa termasuk di
Kawasan Transmigrasi
3. Pembangunan SDM, Pemberdayaan, dan Modal
Sosial Budaya Masyarakat Desa termasuk di
Kawasan Transmigrasi
4. Penguatan Pemerintahan Desa
5. Pengawalan Implementasi UU Desa secara
Sistematis, Konsisten, dan Berkelanjutan
6. Pengembangan Ekonomi Kawasan termasuk
Kawasan Transmigrasi untuk Mendorong Pusat
Pertumbuhan dan Keterkaitan Desa-Kota
7. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup Berkelanjutan termasuk di Kawasan
Transmigrasi
81
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum di Desa termasuk Permukiman Transmigrasi
82
Penyediaan sarana prasarana permukiman
Penyediaan Pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan
Penyediaan sarana prasarana listrik dan komunikasi
Penyusunan NSPK SPM Desa sesuai kondisi geografis wilayah
Penyediaan sarana prasarana pendukung sosial dan ekonomi
Dukungan Belanja lainnya• Transfer ke Daerah Alokasi Dana Desa
(ADD) Dana Desa (DD) DAK Transportasi –
perdesaan DAK Sarana Prasarana
Pemerintahan Desa DAK afirmatif lainnya
Kemendesa sebagai Koordinator (Pelaksanaan Pembangunan oleh K/L lain sesuai Tupoksi) dalam Pemenuhan SPM Desa terkait:
UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa
• Pasal 79 (6) Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala lokal Desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa
• Pasal 81 (5) Pelaksanaan program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan dengan pembangunan Desa
Peran Kemendesa dalam Pembangunan Desa sebagai Regulator dan Koordinator
PP 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PP 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
• Pasal 131 (1) Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Pembangunan Desa, Pembangunan Kawasan Perdesaan, dan Pemberdayaan Masyarakat menetapkan pedoman umum pelaksanaan pembangunan Desa, Pembangunan Kawasan, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pendampingan masyarakat Desa berkoordinasi dengan Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Menteri yang menyelenggarakan urusan Perencanaan Pembangunan Nasional
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAANKerangka Regulasi dalam RKP 2017
a. Memperjelas dan mendorong terlaksananya kewenangan desa.
b. Pengaturan tentang Sistem Keuangan Desa yang sederhana untuk mempermudah upaya pengelolaan keuangan desa berdasarkan transparansi dan akuntabilitas.
c. Mengefektifkan dan mendorong partisipasi masyarakat dan akuntabilitas publik kinerja pemerintahan desa melalui Musyawarah Desa.
d. Pengaturan Distribusi dan Pengalokasian Dana Desa yang lebih berkeadilan.
Penyusunan Pedoman Pelaksanaan UU Desa
Penyusunan dan Revisi Peraturan tentang Pelaksanaan UU Desa
a. Peraturan Bersama Kemendagri, BPS, dan Kemendesa tentang Penataan Desa dan Harmonisasi Data Desa
b. Peraturan Bersama Kemendagri dan Kemendesa tentang Penataan dan Pembiayaan Desa Adat
c. Permen Bersama KemenDesa PDTT dan Kemendagri tentang Pemberdayaan Masyarakat Desa
d. PermenDesa PDTT tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa T.A 2017
83
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAANKerangka Kelembagaan dalam RKP 2017
Indeks Desa
•Diperlukan satu acuan indeks desa untuk memonitor perkembangan desa dalam pelaksanaan UU Desa.•Tindak Lanjut: Harmonisasi berbagai indeks terkait desa (Indeks Pembangunan Desa-Bappenas, Indeks Desa
Membangun-Kemendesa PDTT, Indeks Kesejahteraan Rakyat-Kemenko PMK) menjadi Satu Indeks Desa.
Pendampingan
•Rekrutmen saat ini dilakukan di tingkat provinsi dengan pendamping yang tidak sesuai dengan kebutuhanlokal.
•Tindak lanjut: Rekrutmen pendamping sebaiknya dilaksanakan secara transparan di tingkat kab/kota denganmemperhatikan karakter dan kebutuhan lokal.
•Pengaturan penugasan pendamping desa belum jelas.
•Tindak lanjut: Penyiapan SOP Indikator kinerja dari pendamping desa dan road map pendampingan desa
Pemanfaatan Sumber Pendapatan Desa Lainnya
•Kesimpangsiuran kontribusi sumber pendapatan desa yang lain untuk mendukung implementasi UU Desaselain Dana Desa. Tindak Lanjut: Penyiapan SOP tentang (i) Penggunaan Alokasi Dana Desa dari APBD Kabupaten/Kota untukmendukung sarana pemerintahan desa atau (ii) penyediaan DAK sarana pemerintahan desa
84
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN PERKOTAANSasaran dan Arah Kebijakan
ARAH KEBIJAKAN
1. Mewujudkan sistem perkotaan untuk pengurangan kesenjangan
2. Membangun kota yang aman, nyaman, dan layak huni dan
terpenuhinya standar pelayanan perkotaan (SPP)
3. Mengembangkan kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana
4. Mengembangkan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis
teknologi dan TIK
5. Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota yang transparan, akuntabel,
partisipatif, dan profesional
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Pembangunan
Kawasan
Metropolitan
baru di luar Pulau
Jawa – Bali
1 Kawasan Metropolitan
2 Kawasan
Metropolitan 3 Kawasan
Metropolitan 4 Kawasan
Metropolitan 5 Kawasan Perkotaan
Metropolitan
Peningkatan
peran dan fungsi
sekaligus
perbaikan
manajemen
pembangunan di
Kawasan
Perkotaan
Metropolitan
yang sudah ada
1 Kawasan Perkotaan
Metropolitan
2 Kawasan
Perkotaan
Metropolitan
4 Kawasan Perkotaan
Metropolitan
6 Kawasan Perkotaan
Metropolitan
7 Kawasan Perkotaan
Metropolitan yang sudah ada
Optimalisasi kota
otonom
berukuran
sedang di Luar
Jawa sebagai
PKN/PKW dan
penyangga
urbanisasi di Luar
Jawa
3 Kota Otonom Sedang
5 Kota
Otonom
Sedang
10 Kota Otonom Sedang
15 Kota Otonom Sedang
20 Kota Otonom Sedang
Pembangunan 10
Kota Baru
2 kota baru 4 kota baru 6 kota baru 8 kota baru 10 Kota Baru
85
1. Pembangunan kota yang inklusif dan memperhatikan kebutuhan kelompok disabel, wanita, anak dan lansia
2. Pelayanan terpadu keamanan, ketertiban, dan kondisi darurat(kesehatan dan kebencanaan) kota
3. Penegakan hukum dan disiplin masyarakat kota 4. Penguatan inovasi dan kreativitas masyarakat kota melalui pendidikan
formal dan informal 5. Penyederhanaan proses perijinan, perpajakan dan kepabeanan untuk
meningkatkan investasi perkotaan6. Perencanaan kota yang transparan, akuntabel, dan partisipatif
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNGREVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS PEMBANGUNAN PERKOTAANPengembangan Kawasan Metropolitan Luar Jawa, Kota Sedang, dan Kota Baru
Fokus Pengembangan Perkotaan
1. Fokus Pembangunan Kawasan Metropolitan di luar Jawa – Bali: a. Pengembangan Metropolitan Eksisting
adalah dengan pengembangan kelembagaan metropolitan
b. Pengembangan Metropolitan Baru adalah dengan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan dan Perwujudan Kota Hijau serta Kota Cerdas
2. Fokus Pembangunan kota sedang adalah dengan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Perwujudan Kota Hijau serta Kota Cerdas
86
3. Fokus Pembangunan Kota Baru dan percontohan pembangunan kota masa depan yang berkelanjutan• Kota Pemerintahan (Tanjung Selor dan
Sofifi)• Kota Industri (Palembang, Makasar,
Manado-Bitung)• Penataan Kota Sungai (Pontianak)
Prioritas Percontohan Pengembangan Kota Baru:1. Tanjung Selor (Kaltara)2. Sofifi (Malut)3. Pontianak (Kalbar)
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN PERKOTAANKerangka Regulasi dan Kelembagaan dalam RKP 2017
Isu
1. Perlu ada payung hukum yangmengatur pengelolaan perkotaandengan pendekatan kewilayahan;
2. Saat ini peraturan yang ada masihterpisah-pisah dan bersifat sektoral;
3. Kebijakan secara nasional (terkaitperkotaan) belum spesifik dalammengatur pengelolaan kawasanperkotaan yang relatif berkembangpesat;
4. Peraturan Standar PembangunanMinimal (SPM) belum mengacukepada pembangunan berkelanjutan
5. Amanat SDGs Goal No 11 secaraterintegrasi antar wilayah, inklusif,dan berkelanjutan untukmempersiapkan kota dan hunianyang inklusif, aman, resilient, danberkelanjutan
Dalam UU 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah diamanatkan
perkotaan akan diatur dalam
Peraturan Pemerintah
KERANGKA REGULASI PERKOTAAN
Isu 1. Penguatan kelembagaan
antar wilayah dalamKawasan perkotaanmetropolitan;
2. Pemenuhan StandarPelayanan Minimal (SPM) diperkotaan bersifat sektoral,tidak terintegrasi dengankawasan disekitarnya;
3. Keterbatasan kapasitaspemerintah daerah dalampembiayaan infratsruktur
1. Pembentukan badankerjasamapembangunankawasan perkotaanmetropolitan;
2. Peningkatan Keterkaitan Antar SPM dan Basis Wilayah Melalui SPP
3. Penguatankelembagaan yang memasilitasipembiayaaninfrastrukturperkotaan
KERANGKA KELEMBAGAAN PERKOTAAN
87
REPUBLIK
INDONESIA
REFORMA AGRARIASasaran dan Arah Kebijakan
ARAH KEBIJAKAN1. Reforma agraria melalui
redistribusi tanah dan bantuan pemberdayaan masyarakat
2. Membangun Sistem Pendaftaran Tanah Publikasi Positif
3. Pencapaian proporsi kompetensi SDM ideal bidang pertanahan untuk mencapai kebutuhan minimum juru ukur pertanahan
4. Penyediaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
1.Pelayanan Pertanahan yang cepat, murah, dan memuaskan
2.Pembentukan Lembaga Penyediaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
3.Kementerian ATR/BPN menjadi ‘leading sector’pelaksanaan Reforma Agraria
No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
1. Membaiknya proporsi kepemilikan, penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
A. Tersedianya sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA)142.400 ha 2.464.400 ha 2.464.400 ha 2.464.400 ha 2.464.400 ha
B. Pemberian hak milik atas tanah (reforma aset) yang meliputi redistribusi tanah dan legalisasi asset. Khusus untuk redistribusi tanah diberikan terlebih dahulu hak pakai selama 10 tahun baru dikonversi menjadi hak milik.
1.550.806 Bidang1.550.806
Bidang2.223.213 Ha 2.464.400 Ha 2.464.400 Ha
C. Bantuan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Masyarakat Penerima Redistribusi Tanah dan Sertipikasi Tanah. - - 1.242.200 KK 1.242.200 KK 1.242.200 KK
2. Meningkatnya Kepastian Hukum Hak Atas Tanah
A. Cakupan Peta Dasar Pertanahan;2.800.000 Ha 2.650.000 Ha 2.650.000 Ha 2.650.000 Ha 2.650.000 Ha
B. Cakupan Bidang Tanah Bersertifikat;1.550.806 Bidang
1.550.806 Bidang
1.550.806 Bidang1.550.806
Bidang1.550.806
BidangC. Penetapan batas wilayah hutan pada skala 1:5.000;
37.811,32 km 37.811,32 km 37.811,32 km 37.811,32 km 37.811,32 km
D. Sosialisasi peraturan perundangan tanah adat/ulayat .17 Prov 17 Prov 17 Prov 17 Prov 17 Prov
3. Meningkatnya Pelayanan Pertanahan
A. Perbaikan proporsi Juru Ukur Bidang Pertanahan secara nasional; -
Penerimaan 2.717 Org
Penerimaan 2.717 Org
Penerimaan 2.717 Org
Penerimaan 2.717 Org
B. Pemanfaatan teknologi informasi dan komputerisasi (TIK) dalam pelayanan pertanahan.
539 Kantor Pertanahan
539 Kantor Pertanahan
539 Kantor Pertanahan
539 Kantor Pertanahan
539 Kantor Pertanahan
4. Meningkatnya kepastian ketersediaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
A. Pembentukan Lembaga Penyediaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
-Penyusunan
Perpres
Terbentuk-nya Lembaga
Penyediaan Tanah
Operasional Lembaga
Penyediaan Tanah
Operasional Lembaga
Penyediaan Tanah
88
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS REFORMA AGRARIA 2017Identifikasi dan Penyiapan Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA)
• Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T)
2,4 Juta Ha
• Identifikasi KawasanHutan yang akanDilepaskan
0,7 Juta Ha
• Identifikasi HGU habisdan tanah terlantar
0,2 Juta Ha
• Identifikasi Tanah Milikuntuk Legalisasi Aset
1,5 Juta Bidang
Identifikasi dan Penyiapan Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA)Sebesar 2,4 Juta Ha dari Total 9 Juta Ha
89
REPUBLIK
INDONESIA
REFORMA AGRARIAKerangka Kelembagaan dan Kerangka Regulasi dalam RKP 2017
KERANGKA KELEMBAGAAN Pembentukan Lembaga Penyediaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
KERANGKA REGULASI
Revisi PP No. 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah terkait Pasal-pasal sistem pendaftaran tanah yang perlu diubah menjadi sistem pendaftaran publikasi positif;
Revisi UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah terkait Pasal-pasal Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)yang perlu diubah agar dapat dibebaskan bea bagi pendaftaran tanah pertama.
Revisi PP No. 11/2010 tentang Penertiban dan Pemberdayaan Tanah Terlantar untuk memperkuat penetapan tanah terlantar. Selain itu PP tersebut perlu dilengkapi dengan rencana (bussiness plan) yang rinci sebagai instrumen pemantauan dan pengendalian sehingga penetapan tanah terlantar oleh negara mempunyai dasar yang kuat.
Kajian UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria terkait Pasal-pasal sistem pendaftaran tanah yang perlu diubah untuk menjadi sistem pendaftaran publikasi positif. Perlu ditambahkan pasal yang menjadi dasar pemberian hak pakai 10 tahun sebelum dikonversi menjadi hak milik pada tanah-tanah yang diredistribusi dalam kerangka reforma agraria.
Deregulasi Permen ATR/BPN No. 9/2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat yang Berada dalam Kawasan Tertentu
90
REPUBLIK
INDONESIA
PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALSasaran dan Arah Kebijakan
INDIKATOR2014
(Baseline)2015 2016 2017 2019
1. LAUT• Pengembangan Pelabuhan Non Komersil (lokasi) 163 40 45 40 163 (kumulatif)• Rata-rata dwelling time (hari) 7 – 8 5 – 6 4 – 5 3 – 4 3 – 42. KERETA API
• Terbangunnya jalur KA termasuk jalur ganda(Km) 954,43 186,99 619,49 902,3 3.258 (kumulatif)
3. JALAN
• Terbangunnya jalan baru (Km) 1.268 512 490 502,5 2.650 (kumulatif)
• Pengembangan jalan tol (Km) 820 135 104 200 1.000 (kumulatif)
4. UDARA• Terbangunnya bandara baru /peningkatan bandara
yang ada1 15 15 (lanjutan) 15 (lanjutan) 15 (kumulatif)
5. KEPERINTISAN
• Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Laut (trayek) 76 86 93 100 193
• Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Sungai dan Penyeberangan (trayek)
181 210 229 237 261
• Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Udara (trayek) 115 216 228 240 265
• Tersedianya Subsidi Perintis Angkutan Jalan (trayek) 208 217 298 298 470
• Tersedianya Subsidi Perintis Kereta Api (lintas) 3 4 4 4 56. PERKOTAAN
• Meningkatnya pangsa pasar angkutan umum (%) 23 24 26 28 32
• Pengembangan jaringan kereta api perkotaan (kota) 2 3 (kumulatif) 5 (kumulatif) 7 (kumulatif) 10 (kumulatif)
• Pengembangan sistem BRT dan Transit (kota) 17 17 (kumulatif) 20 (kumulatif) 23 (kumulatif) 34 (kumulatif)
7. KESELAMATAN• Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api
(kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api)0,042 0,039 0,035 0,032 < 0,025
• Menurunnya angka fatalitas korban kecelakaantransportasi jalan (% dari kondisi baseline)
16 20 26 32 50
8. KOMUNIKASI & INFORMATIKA
• Jaringan tulang punggung serat optik nasional di ibukota kabupaten/kota
372 422 (kumulatif) 446 (kumulatif)478
(kumulatif)514 (kumulatif)
ARAH KEBIJAKAN1. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan dan
jaringan kereta api.2. Meningkatkan jaringan transportasi yang mendukung
aksesibilitas dari dan menuju kawasan strategis.3. Pembangunan sistem dan fasilitas angkutan umum
massal yang modern, maju, aman, nyaman dan hargayang terjangkau.
4. Mempercepat pembangunan pelabuhan laut danpelabuhan penyeberangan sebagai tulang punggungkonektivitas antarpulau.
5. Membangun dan meningkatkan kapasitas bandara baiksebagai pengumpul dan pengumpan.
6. Mendorong pengembangan industri nasional danpemanfaatan produk industri dalam negeri dalampembangunan infrastruktur.
7. Meningkatkan standar keselamatan pelayanantransportasi serta mengembangkan transportasi ramah lingkungan.
8. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM transportasiyang berkompeten.
9. Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal menjadi broadband-ready.
Pembangunan yang berorientasi Indonesia sentris Masa depan Indonesia tergantung pada keberhasilan
pembangunan yang merata dan pembangunan maritim Penegakan hukum dan disiplin.
91
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPembangunan Bandara Baru
92
Fokus Utama Pembangunan Transportasi Udara diantaranya:
• Lanjutan Pembangunan 15 Bandara Baru
• Peningkatan Kapasitas dan Terminal Mendukung Aksesibilitas serta Perekonomian Wilayah
• Peningkatan Rute Perintis & Subsidi Angkutan Udara 240 Trayek
• Pengembangan Bandara Untuk Penanganan Bencana
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALBandara Kertajati
Gambaran Proyek
• Bandara Kertajati direncanakan untuk mengantisipasi kepadatan penerbangandi Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Husein Sastranegara Bandung
• Bandara Kerjatajati termasuk dalam prioritas pembangunan 15 bandara barupada RPJMN 2015-2019
• Bandara Kertajati terhubung dengan jalan Tol Cipali dan jalan tol Cisumdawu
Lokasi
Kabupaten Majelengka Provinsi Jawa Barat
Permasalahan
• Landasan pacu telah selesai dibangun oleh Kemehubdengan panjang 2.500 meter
• Pada tahun 2016 Kemenhub merencanakan akanmembangun apron dan taxi way
• Pembangunan sisi darat yang menjadi tanggungjawab Pemprov Jawa Barat, akan dialihkanpembangunannya kepada pemerintah pusat dalamhal ini Kemenhub.
• Rencana pembangunan sisi darat tesebut masihterkendala proses penyerahan lahan dan aset dariPemprov Jawa Barat kepada Kemenhub.
Tindak lanjut
• Perlu percepatan pembahasan rencana serah terimalahan dan aset dari Pemprov Jawa Barat kepadaKemenhub.
• Perlu penerbitan Perpres terkait pembangunan Bandara Kertajati khususnya untuk percepatan penyelesaian pembangunan Bandara Kertajati yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan
93
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALBandara Samarinda Baru
Permasalahan
• Pemerintah Provinsi Kalimantan Timurmembutuhkan bantuan Pemerintah Pusat untukmembangun apron dan taxi way
• Kebutuhan anggaran untuk pembangunan apron dan taxi way sebesar Rp 475 milyar.
• Pada tahun 2016 dianggarkan di Kemenhubsebesar Rp 65 milyar dan sisanya pada tahun 2017sebesar Rp 410 Milyar
• Pembangunan belum dapat dilaksanakan, karenaproses serah terima lahan kepada Kemenhubbelum tuntas/disepakati.
Tindak lanjut
• Perlu percepatan penyelesaian rencana serahterima lahan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Kemenhub.
Gambaran Proyek
• Bandara ini direncanakan sebagai pengganti Bandara Temindung
• Pada saat ini telah menyelesaikan pembangunan sisi darat (gedung terminal dan lapangan parkir) yang dibiayai oleh Pemerintah Provinsi.
• Pembangunan sisi udara sedang dilaksanakan dan diharapkan selesai padaakhir 2016 dengan pembiayaan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
• Bandara Samarinda Baru termasuk dalam prioritas pembangunan 15 bandarabaru pada RPJMN 2015-2019.
Lokasi
Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur
94
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALBandara Buntu Kunik
Permasalahan
• Lokasi pembangunan bandara berada padakawasan dan lahan yang relatif sulit dan terbatas, sehingga membutuhkan biaya pembangunankontruksi yang besar Rp 1,73 Triliun.
• Pada tahun 2015 Kemenhub telah menganggarkandana sebesar Rp 100 milyar dan pada tahun 2017 direncanakan akan membutuhkan anggaransebesar Rp 544 milyar.
• Pada saat ini (2016), Kemenhub sedang melakukanvalue engineering terkait rencana lanjutanpembangunan bandara tersebut.
Tindak lanjut
• Mengingat kebutuhan dana yang cukup besar, Kemenhub perlu segera mempercepat proses pelaksanaan value engineering terkait rencanalanjutan pembangunan bandara tersebut.
Gambaran Proyek
• Bandara Buntu Kunik dibangun untuk mendukung akses menuju daerah tujuanwisata Tana Toraja.
• Bandara Buntu Kunik termasuk dalam prioritas pembangunan 15 bandara barupada RPJMN 2015-2019.
• Keberadaan bandara ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjunganwisatawan dengan adanya penerbangan langsung dari daerah tujuan wisatalainnya seperti Bali dan Lombok.
Lokasi
Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan
95
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPengembangan Sabuk Penyeberangan
96
Kebijakan Pembangunan Jaringan Sabuk Penyeberangan:1. Penyelesaian Sabuk Utara, Sabuk Tengah, serta lintas Penghubung antara Sabuk Selatan.2. Terkoneksi dan saling melengkapi dengan moda lainya (Jalan, Kereta api, Tol Laut, Sungai
dan Danau);3. Mempercepat penyelesaian pelabuhan-pelabuhan penyeberangan perintis dan
pembangunan kapal perintis;4. Menyediakan subsidi operasi, memperluas area layanan, dan menambah trip perintis.
Subsidi Perintis Angkutan Sungai dan
Penyeberangan pada 237 trayek
Terbangunnya Pelabuhan Penyeberangan 15 Unit
Tersedianya Kapal Penyeberangan Perintis 12 Unit
Sabuk Utara :Mengkapan-Tb.Karimun-Telaga Pungkur-Tanjung Uban-Tambelan-Sintete, Bitung-Ternate-Rum-Soasiu-Sofifi-Patani-Gebe-SorongSabuk Tengah :Manggar-Ketapang, Luwuk-Salakan-Banggai-Taliabu-Sanana-Namlea-Hunimua-Waipirit-Wahai-Fakfak
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPembangunan Jalur Perkeretaapian
97
TJ. API API
LHOKSEUMAWEBIREUN
BESITANG
MEDAN
RANTAUPRAPAT
DURI
DUMAI
PADANG
MUARO
PEKANBARUTARAHAN
JAMBI
KERTAPATI
PURWOKERTO, KROYA KUTOARJO
YOGYAKARTA
SOLO
MADIUN
WONOKROMO, SURABAYA
MOJOKERTO
BANJARMASIN
PALANGKARAYA
SAMARINDABALIKPAPAN
MAKASSAR
PARE PARE
MANADO
BITUNG
SORONG MANOKWARI JAYAPURA
SARMI
Pengembangan 902,3 km jalur KA
PRIORITAS 1
REVITALISASI JALUR/DOUBLETRACKING
DOUBLETRACK EKSISTING
PRIORITAS 2
*Trase prioritas 2 masih perlu dikaji lebih lanjut
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPengembangan Konektivitas Jalur Kereta Api Lintas Sumatera
98
Banda Aceh
Lhokseumawe
Besitang
Rantauprapat
Dumai
Duri
Pekanbaru
Jambi
Tj. Api-Api
Kertapati
Bakauheni
Tarahan
Bireun
Padang
Bengkulu
Medan
Muaro
RANTAUPRAPAT
249 km
DURI - DUMAI
PEKANBARU
JAMBI
KERTAPATI/
PALEMBANG
90 km
350 km
218 km
RANTAUPRAPAT – DURI – DUMAI:• Penetapan Trase (2015)• Review Desain (2015)• AMDAL (Review) dan Larap (2015)• Pengadaan lahan (2015-2017)• Konstruksi segmen Rantauprapat –
Kota Pinang (2015-2017)• Konstruksi segmen Kota Pinang – Duri
– Dumai (2016-2018)
DURI – PEKANBARU:• Penetapan Trase (2015)• Review Desain (2015)• AMDAL (Review) dan Larap (2015)• Pengadaan lahan (2015-2016)• Konstruksi (2016-2018)
PEKANBARU – JAMBI:• Kajian Kelayakan & Trase (2015)• Detail Desain (2016)• AMDAL dan Larap (2016)• Pengadaan lahan (2017-2019)• Konstruksi segmen Pekanbaru –
Rengat & Rengat – Jambi (2018-2019)
JAMBI - PALEMBANG:• Kajian Kelayakan & Trase (2015)• Detail Desain (2016)• AMDAL dan Larap (2016)• Pengadaan lahan (2016-2019)• Konstruksi segmen Jambi – Betung &
Betung – Palembang (2017-2019)
PEKANBARU
MUARO
164 km
PEKANBARU-TELUK KUANTAN-MUARO :• Penetapan Trase (2015)• Detail Desain (2015)• AMDAL dan Larap (2015)• Pengadaan lahan (2015-2018)• Konstruksi (2017-2019)
Bireun - Lhokseumawe:• Penetapan Trase (2015)• Detail Desain (2015)• AMDAL dan Larap (2015)• Pengadaan lahan (2015-2018)• Konstruksi (2017-2019)
98
Permasalahan• Lahan baru tersedia kurang dari 20%, proses
Pembebasan Lahan perlu dipercepat• Alokasi anggaran 2017 sesuai pagu indikatif hanya
Rp. 3,1 Triliun (termasuk pembebasan lahan)
Tindak lanjut • Perlu percepatan pembebasan Lahan dengan
menyediakan alokasi pembebasan lahan di Tahun 2016 dan 2017
• Rencana dioperasikan pada akhir Tahun 2019
Gambaran Proyek• Panjang jalur KA Trans Sumatera 1,074 km
Ruas Rantau Prapat- Duri – Pekanbaru –Jambi - Palembang
Ruas Dumai – Pekanbaru – Teluk kuantan – Muaro - Padang
Bireun – Lhokseumawe – Medan
Kebutuhan Pembiayaan• Indikasi Kebutuhan sekitar Rp. 25 Triliun• Kebutuhan konstruksi 2017 Rp. 5,5 Triliun dan
pengadaan lahan sekitar Rp 750 Milyar• Sumber Pembiayaan Rupiah Murni dan SBSN
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPengembangan Konektivitas Jalur Kereta Api Lintas Sulawesi
99
48 km
MANADO
BITUNG
MANADO- BITUNG:• Kajian Tras e & Desain (2015)• AMDAL dan Larap (2016)• Pengadaan lahan (2016-2017)• Konstruksi (2017-2018)
PARE-PARE
MAKASSAR – PARE-PARE :• Lanjutan Desain (2015)• Pengadaan lahan (2015-2016)• Konstruksi (2015-2018)
MAKASSAR
145 km
Permasalahan• Lahan sepanjang 145 km belum tersedia, baru
sekitar 25 % , perlu percepatan pembebasan lahan• Alokasi anggaran untuk pembebasan lahan belum
tersedian sesuai kebutuhan• Alokasi pagu indikatif 2017 Rp. 6,2 T (termasuk
pengadaan lahan)
Tindak lanjut • Perlu percepatan pembebasan Lahan .• Diperlukan alokasi untuk lahan di tahun 2016 dan
2017 • Rencana dioperasikan Tahun 2019
Gambaran Proyek• Panjang jalur KA Trans Sulawesi ruas Makassar –
Pare pare sekitar 145 km• Pelaksanaan Konstruksi sudah dimulai sejak 2015
Pembiayaan• Indikasi Kebutuhan Total Makassar-Pare pare
tahun 2017 Rp. 8,9 Triliun• Kebutuhan pengadaan lahan Rp 1 Triliun• Rencana Sumber pembiayaan dari Rupiah Murni
dan SBSN
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPengembangan Konektivitas Jalur Kereta Api Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa
100
BANDUNG
Jawa Barat
JAKARTA
SERANG
SURABAYA
SEMARANG
DKI
Banten
Jawa TengahJawa Timur
YOGYAKARTADIY
Merak
Bogor
Sukabumi
Cikampek
PadalarangCirebon
Banjar
Kroya
Tegal
Purwokerto
Pekalongan
Solo
Madiun Kertosono
Blitar
Malang
Bangil
Sidoarjo
Bojonegoro
Jember
Banyuwangi
Bojonegoro
Gambringan
Bojonegoro
Gundih
Prupuk
Kutoarjo
BANDUNG
Jawa Barat
JAKARTA
SERANG
SURABAYA
SEMARANG
DKI
Banten
Jawa TengahJawa Timur
YOGYAKARTADIY
Merak
Bogor
Sukabumi
Cikampek
PadalarangCirebon
Banjar
Kroya
Tegal
Purwokerto
Pekalongan
Solo
Madiun Kertosono
Blitar
Malang
Bangil
Sidoarjo
Bojonegoro
Jember
Banyuwangi
Bojonegoro
Gambringan
Bojonegoro
Gundih
Prupuk
Kutoarjo
Madiun -Wonokromo
Solo -Madiun
Kutoarjo -Yogya - Solo
Purwokerto -Kroya - Kutoarjo
Cirebon -Prupuk
Prupuk-Purwokerto
Wonokromo - Surabaya
CIREBON
SURABAYA
KROYA KUTOARJO YOGYAKARTA SOLO MADIUN
56 km 64 km 25 km76 km 37 km
PRUPUK PURWOKERTO
75 km 27 km 59 km
PARON
70 km 40 km
MOJOKERTO
WONOKROMO
7 km
NGANJUK
KERTOSONO
40 km49 km
Jalur ganda KA yang telah beroperasi sampai tahun 2014 261 km
Jalur ganda KA yang dalam tahap konstruksi sampai tahun 2016 171 km
Rencana pembangunan jalur ganda KA tahun 2017-2019 177 km
Panjang Jalur KA Lintas Selatan Jawa (Cirebon – Yogyakarta – Surabaya) 609 km
Permasalahan
• Secara umum permasalahan lahan dapat ditangani, apabila dana terpenuhi di 2017, maka 2019 diharapkan dapat rampung
• Alokasi pagu indikatif 2017 Rp. 3,5 T (termasuk pengadaan lahan)
Tindak lanjut
• Perlu percepatan pelaksanaan konstruksi
Gambaran Proyek
• Dari panjang jalur sekitar 609 km, telah beroperasi 43 %, 28 % sedang konstruksi, dan 29 % rencana akan diselesaikan di 2019
Lokasi
• Lintas Purwokerto – Kroya – Kutoarjo,
• Lintas Solo – Madiun – Kertosono – Wonokromo
• Kebutuhan alokasi TA 2017 Rp. 5,2 Triliun
• Kebutuhan pengadaan lahan Rp 250 Milyar
• Sumber pembiayaan SBSN dan Rupiah Murni.
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPengembangan Pelabuhan dan Pelayaran Rakyat
Pengembangan 40 lokasi
Pelabuhan Non Komersil
Dwelling time rata-rata
3-4 hari
Subsidi Perintis Angkutan Laut
pada 100 trayek
PELAYARAN RAKYAT 2017Konektivitas Pulau-Pulau Kecil, dan Sub Feeder Tol Laut
Revitalisasi Pelayaran Rakyat:
Pengembangan standar desain atau prototype kapal
PELRA
Penyusunan skema sertifikasi dan asuransi Perumusan
skema subsidi operasional PELRA untuk mendukung
keperintisan
Debottlenecking peraturan perundangan
Peningkatan Kapasitas & Sertifikasi SDM PELRA
Sulawesi1.Belang-Belang )2.Lirung3.Melonguane4. Bau bau5.Karatung6. Beo
Kalimantan:1.Teluk Segintung2.Sintete3.Padang Tikar 4.Pulau Laut
Kep. Maluku1.Daruba2.Wayabula3.Tobelo4.Jailolo5.Dobo6.Saumlaki
7. Pagimana8. Palopo9. Telaga Biru10. Luwuk11. Bunta
Nusa Tenggara1.Wulandoni2.Atapupu3.Reo4.Kolbano5.Sabu6.Salura7.Maurole
Sumatera:1.Midai 2.Dompak 3.Letung 4. Singkil 5.Bagan Siapi api 6.Tanjung Moco 7.Pasapuat
Papua1.Kaimana 2.Mumugu 3.Nabire 4.Waren 5.Wasior
101
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPengembangan Transportasi Umum Massal Perkotaan
• Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel (MRT, jalur lingkar layang KA, LRT/ Monorail/ Tram).
• Pengembangan kereta perkotaan di 7 kota besar: Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
• Pengembangan BRT di 23 kota besar.• Penyediaan PSO angkutan umum massal
perkotaan.
Sistem angkutan umum, berorientasi
bus maupun rel, dengan fasilitas
alih moda
• Memperbesar rasio jalan kota minimum 10 persen dari luas wilayah sepanjang memungkinkan.
• Pengembangan kapasitas dan kualitas jalan.
• Penataan kembali status Jalan Nasional di perkotaan.
Manajemen transportasi yang memperhatikan
interaksi tataguna lahan
• Peningkatan akses terhadap angkutan umum dengan Pembangunan Berorientasi Angkutan (TOD).
• Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih moda seperti Park and Ride
Kapasitas, Kualitas Jaringan Jalan Kota
yang baik
102
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPembangunan Jalan Tol
WILAYAH/TRANSPanjang
(km)Konstruksi
S.D 2014 (Km)
Rencana Dibangun dan Diopersikan (Tahun/Km)
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
Sumatera 2.865 301 - 5 74 73 40 192
Jawa 2.815 1.279 132 118 110 265 197 821
a. Jabodetabek 530 231 - 1 36 22 47 106
b. Trans Jawa 1.187 811 116 90 48 223 98 575
c. Non Trans Jawa 1.098 237 16 27 26 20 51 140
Kalimantan 99 37 - 10 12 11 - 33
Bali 229 10 - - - - - -
Sulawesi 107 25 - 4 4 6 - 14
Total 6.115 1.664 132 136 200 355 237 1060
Jakarta
BandungSurabaya
Medan
Lhokseumawe
Dumai
Pekanbaru
Padang Jambi
PalembangBengkulu
Lampung
Balikpapan
Samarinda
Manado
Solo
Semarang
SUMATERA2.865 Km
2017:74 Km JAWA2.815 Km
2017: 110 Km
KALIMANTAN99 Km
2017: 12 Km
SULAWESI107 Km
2017: 4 Km
Gambaran Proyek• Proyek prioritas untuk pembangunan jalan tol tahun 2017 meliputi tol Trans Sumatera, tol Trans Jawa,
tol Cisumdawu, tol Balikpapan-Samarinda, dan tol Manado-Bitung• Target pembangunan jalan tol 2015-2019 sesuai RPJMN adalah 1000 km. Untuk tahun 2017 target
pembangunan jalan tol adalah sepanjang 200 km sehingga panjang jalan tol secara kumulatif pada tahun 2017 adalah 468 km.
NO RUAS JALAN TOL DIBANGUN PEMERINTAH PJG (KM)
1 Solo-Mantingan-Ngawi Seksi I & II 14,22 Ngawi-Kertosono Seksi IV 23,073 Cileunyi-Sumedang-Dawuan Seksi II 3,004 Medan-Kualanamu-Tb. Tinggi Seksi I 12,85 Akses Tanjung Priok 16,076 Manado-Bitung Seksi I 4,007 Balikpapan-Samarinda Seksi I & V 12,00
TOTAL 85,15
NO RUAS JALAN TOL DIBANGUN BADAN USAHA PJG (KM)1 Pejagan-Pemalang Seksi III 10,42 Gempol-Pasuruan Seksi II 7,593 Medan-Kualanamu-Tb. Tinggi Seksi II 43,94 Cinere-Jagorawi Seksi II 5,505 Depok-Antasari Seksi I 3,616 Bekasi-Cawang-Kampung Melayu Seksi I 11,007 Ciawi-Sukabumi Seksi I 15,358 Bakauheuni-Terbanggi Besar 17,00
TOTAL 114,35
Permasalahan & Tindak Lanjut• Terdapat kebutuhan anggaran untuk pengadaan lahan TA 2016
sebesar Rp 14,8 Triliun (diharapkan melalui APBN P 2016) dan kebutuhan untuk TA 2017 sebesar Rp 12,3 Triliun.
• Tahun 2017 rencana dibangun dan dioperasikan sepanjang 200 Km (masih dibawah target RPJMN sepanjang 253 Km dengan pertimbangan kesiapan lahan)
• Tahun 2017 dialokasikan sebesar Rp 8 Triliun• Jika TA 2016 Dana Lahan tidak dapat terpenuhi, maka masih
terdapat kekurangan pemenuhan pendanaan lahan sebesar Rp 19,1 Triliun
Rencana Jalan Tol Dibangun & Beroperasi Th 2017
103
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALKebutuhan Dana Pengadaan Tanah Jalan Tol
104
NO RUAS JALAN TOL
KEBUTUHAN DANAREALISASI
DIPA 2016
(Rp. M)
KEBUTUHAN DANA
Panjang
(Km)
Luas
(Ha)
UGR
(Rp. M)
TA. 2016
(Rp. M)
Sisa Keb.2016
(Rp. M)
TA. 2017
(Rp. M)
TA. 2018
(Rp. M)
I JAWA
- Trans Jawa (11 Ruas) 616,68 4.189,33 11.270,6 386,8 3.089,5 2.702,7 2.126,8 -
- Non Trans Jawa (27 Ruas) 783,42 4.420,97 40.345,2 406,5 10.718,1 10.311,6 10.171,8 6.769,6
II SUMATERA (7 Ruas) 496,52 2.802,42 2.738,9 41,2 1.495,5 1.454,2 - -
III KALIMANTAN (1 Ruas) 99,02 - - - - - - -
IV SULAWESI (1 Ruas) 39,00 201,70 600,0 86,6 500,0 413.3 - -
TOTAL 2.034,64 11.614,42 54.954,7 921,2 15.803,2 14.882,0 12.298,7 6.769,6
• Pengadaan tanah dilaksanakan melalui BLU
• Kebutuhan total tanah untuk jalan tol tahun 2016 sebesar Rp 15,8 T, dan baru dialokasikan di APBN sebesar Rp 1,4 T (realisasi Dana UGR Rp955,5 M)
• Sisa kebutuhan Dana Tanah TA 2016 mencapai Rp 14,9 T (diharapkan
dipenuhi daLam APBN-P 2016)
• Sedangkan kebutuhan 2017 sebesar Rp 12,3 T• Jika dana tanah tidak dapat dipenuhi dalam APBN-P 2016, maka kebutuhan dana
tanah TA 2017 mencapai Rp 27,2 T• Jumlah tersebut belum termasuk kebutuhan anggaran tanah untuk berbagai
program infrastruktur lainnya.
2016 Rp 14,9 Triliun
2017 Rp 12,3 Triliun
2018 Rp 6,7 Triliun
TOTAL Rp 33,9 Triliun
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPembangunan Jalan Perbatasan
PEMBIAYAAN• Kebutuhan pembangunan jalan perbatasan (paralel
dan akses) hingga 2019 mencapai Rp 14,07 Triliun• Kebutuhan alokasi untuk TA 2017 adalah Rp 4,02
Triliun
PERMASALAHAN• Sebagian rencana ruas jalan melewati kawasan
Hutan Lindung dan Hutan Produksi
REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT• Koordinasi Pusat dan Daerah agar regulasi yang
dibutuhkan termasuk Izin Pinjam Pakai Kementerian LH dan Kehutanan dan Perda Tata Ruang dapat diterbitkan untuk pembangunan jalan perbatasan yang melewati Hutan Lindung.
PERBATASAN PAPUA
PERBATASAN NTT
Jalan Paralel Perbatasan di Kalimantan
Gambaran ProyekPrioritas pembangunan jalan perbatasan 2015-2019 meliputi jalan paralel perbatasan Kalimantan (1.583,14 KM), NTT (212 Km), dan Papua (751,8 Km) dan akses menuju perbatasan sepanjang 377,10 Km.
105
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALPembangunan Infrastruktur Komunikasi dan Informatika
Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Komunikasi dan Informatika difokuskan melalui tiga prioritas, yaitu :
(1) Pita lebar dan penyiaran di wilayah non komersil; (2) debottlenecking regulasi dan sinkronisasi dalam
penggelaran pita lebar dan penyiaran; (3) Pengembangan SDM dan Industri TIK.
106
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS NASIONALKebijakan Pembangunan Sarana dan Prasarana Terkait KPBU
Penerapan Value for Money (VfM) dalam menentukan prioritas dan memilih mekanisme pelaksanaan (delivery mechanism) yang paling efektif dan efisien dalam keseluruhan siklus proyek;
Mendorong pembiayaan infrastruktur melalui APBN/APBD sebagai the last resources;
Penyediaan anggaran oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah melalui APBN dan/atau APBD bagipelaksanaan tahapan proses persiapan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU);
Pemanfaatan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 untuk mendorong percepatan penyediaan infrastruktur dengan skema KPBU melalui:
• Kepastian pengembalian investasi dengan pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif (user charge) atau pembayaran atas ketersediaan layanan (availability payment);
• Penyediaan dukungan pemerintah dengan Viability Gap Funding (VGF) dan/atau bentuk lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.;
• Penyediaan jaminan pemerintah.
Peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan melalui pembentukan simpul-simpul KPBU pada kementeriansektor dan seluruh provinsi di Indonesia;
1
2
3
4
5
107
REPUBLIK
INDONESIA
HIGHLIGHT KEGIATAN PROYEK KPBU TA 2017
No. PROYEK AKTIVITAS SASARAN 2017
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap 2X1000 MW,
Jawa Tengah
a. Penyelesaian sengaketa pengadaan tanahb. Monitoring pelaksanaan perjanjian kerjasama
Perolehan Pembiayaan Proyek (Financial Close)
2. KA Puruk Cahu - Bangkuang-Batanjung,
Kalimantan Tengah
a. Pengajuan perolehan jaminan atas risiko poli tik dari pemerintah
b. Monitoring pelaksanaan perjanjian kerjasama
Perolehan Pembiayaan Proyek (Financial Close)
3. Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi a. Penyelesaian pengadaantanahb. Monitoring pelaksanaan perjanjian kerjasama
Pemenuhan perolehan pembiayaan (Financial Close)
4. Jalan Tol Kayu Agung – Palembang – Betung
Sumatera Selatan
Pengadaan tanah Pemenuhan perolehan pembiayaan (Financial Close)
5. TPPAS Regional Jawa Barat di Nambo a. Penyelesaian pengadaan badan usahab. Pengadaan tanah
Pemenuhan perolehan pembiayaan (Financial Close)
6. Proyek Palapa Ring Fasilitasi perizinan oleh PJPK Pemenuhan perolehan pembiayaan (Financial Close)
7. PLTU Mulut Tambang 9 dan 10, Sumatera Selatan a. Fasilitasi perizinan oleh PJPKb. Pengadaan tanah
Pemenuhan perolehan pembiayaan (Financial Close)
8. Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu Proses pengadaan lahan Pemenuhan perolehan pembiayaan (Financial Close)
9. SPAM Pondok Gede, Kota Bekas a. Penyelesaian pengadaan badan usahab. Pengadaan lahan
Pemenuhan perolehan pembiayaan (Financial Close)
10. Jalan Tol Pandaan-Malang Pengadaan lahan Selesainya pengadaan tanah
11. Light Rail Transit (LRT) Batam Penyelesaian Pengadaan Badan Usaha Pelaksanaan konstruksi
12. Proyek Pengelolaan Sampah Kota Batam Pengadaan badan usaha Terpilihnya badan usaha pelaksana KPBU
13. Pengembangan Pelabuhan Kabil (Terminal
Tanjung Sauh) di Batam
Pengadaan badan usaha Terpilihnya badan usaha pelaksana KPBU
14. Sistem Layanan Pajak Terpadu Pengadaan badan usaha Terpilihnya badan usaha pelaksana KPBU
15. Fasilitas PON Papua Tahun 2020 Penyusunan Pra studi Kelayakan KPBU Tersusunnya dokumen Pra studi Kelayakan
16. KPBU Bidang Pemasyarakatan Penyusunan Pra studi Kelayakan KPBU Tersusunnya dokumen Pra studi Kelayakan108
REPUBLIK
INDONESIA
DIMENSI PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN,DAN KEAMANAN
109
REPUBLIK
INDONESIA
PENDEKATAN PEMBANGUNAN Dimensi Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan
Memenuhi secara bertahap Minimum Essential Forces dengan peranindustri pertahanan dalam negeri yang makin meningkat.
Memantapkan kepastian dan penegakan hukum.
Memantapkan reformasi birokrasi.
Memantapkan konsolidasi demokrasi melalui penguatan aspek-aspekdemokrasi termasuk komunikasi dan informasi publik serta menguatkanefektivitas diplomasi dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan,perlindungan WNI/BHI, pelaksanaan diplomasi ekonomi dan kerjasamapembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular.
110
REPUBLIK
INDONESIA
KONSOLIDASI DEMOKRASI DAN EFEKTIVITAS DIPLOMASISasaran dan Arah Kebijakan
111
No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
1. Indeks Demokrasi Indonesia 73,0 74,0 74,3 74,6 75,0
2. Penyelesaian sengketa informasi publik 60% 60% 70% 80% 90%
3. Berkurangnya jumlah konflik berlatar belakang isu SARA
< 5 < 5 < 5 < 5 < 5
4. Persentase peningkatan daya tangkal masyarakat dari pengaruh radikal teroris
n.a 30% 40% 50% 60%
5. Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional
89% 89% 89% 89% 89%
ARAH KEBIJAKAN1. Peningkatan kualitas lembaga demokrasi dan hak-
hak politik, serta kebebasan sipil2. Peningkatan efektivitas penanggulangan konflik
kekerasan dan ancaman terorisme 3. Peningkatan akses dan kualitas informasi publik4. Pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan5. Perlindungan WNI/BHI di luar negeri6. Penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama
pembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular
7. Pemantapan peran di ASEAN dan efektivitas politik luar negeri yang bebas aktif
1. Penyediaan dan pengelolaan konten informasi yang berkualitas dan bersifat mendidik.
2. Pelayanan dan kapasitas penyelenggara pemilihan umum yang bersih dan jujur
3. Peningkatan akuntabilitas lembaga politik dalam memperkuat sistem demokrasi
ARAH KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG REVOLUSI MENTAL
REPUBLIK
INDONESIA
PRIORITAS KONSOLIDASI DEMOKRASI DAN EFEKTIVITAS DIPLOMASI TAHUN 2017
• Penguatan Lembaga Demokrasi
Pembentukan Kitab Undang-Undang Pemilu
• Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak-Hak Politik
20 Provinsi yang menerapkan pelaksanaan best practice pendidikan politik
• Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik
70% Badan Publik Pemerintah melaksanakan ketentuan UU Keterbukaan Informasi Publik
• Pelaksanaan Roadmap Perundingan Perbatasan
80% Perundingan Terselenggara
• Perlindungan WNI/BHI, termasuk Pekerja Migran di Luar Negeri
Indeks Pelayanan dan Perlindungan WNI/BHI sebesar 74,13
112
REPUBLIK
INDONESIA
STABILITAS KEAMANAN DAN KETERTIBANSasaran dan Arah Kebijakan
113
No INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Pemenuhan MEF TNI (%) 28,1 36,0 44,5 53,1 62,0 71,2
2 Potensi kontribusi Industri Pertahanan
Nasional (%)
21,3 35,0 41,6 45,5 49,8 53,8
3 Penyelesaian Kasus Tindak Pidana n.a 178.27
9
180.27
9
182.08
1
183.8
83
185.74
0
4 Persentase institusi yang melaksanakan
pengamanan informasi
15 20 25 30 35 40
5 Jumlah operasi penegakan hukum
kemanan laut
9 12 12 30 30 30
6 Prevalensi penyalahgunaan narkoba (%) 2,25 2,20 2,00 1,96 1,94 1,93
7 Jumlah kejadian terorisme n.a 10 1 0 0 0
ARAH KEBIJAKAN1. Membangun postur pertahanan berdaya gentar tinggi dan
wilayah perbatasan yang aman: (i) Pengadaan alutsista TNI dalam rangka pemenuhan MEF; (ii) Peningkatan sarpras keamanan perbatasan; (iii) Pembangunan Sarpras Alutsista TNI; (iV) Pemeliharaan dan perawatan Alutsista TNI; (v) Penguatan Industri Pertahanan.
2. Meningkatkan pelayanan prima kepolisian: (i) Optimalisasi pelayanan kepolisian; (ii) Pemenuhan peralatan dan teknologi kepolisian; (iii) Penguatan sistem kepolisian; (iv) Profesionalisme SDM.
3. Menjaga keamanan data dan informasi (keamanan siber): (i) Teknologi persandian dan siber; (ii) Operasional pengamanan siber; (iii) Peningkatan kapasitas SDM sandi.
4. Mengendalikan keamanan dan keselamatan di laut: (i) Sarpras pendukung keamanan laut; (ii) Sistem informasi kamla yang terpadu; (iii) Operasi keamanan laut dan penegakan hukum; (iv) Pengembangan SDM keamanan laut.
5. Membangun lingkungan masyarakat bersih dari penyalahgunaan narkoba: (i) Pemberantasan peredaran gelap narkoba; (ii) Pencegahan peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba; (iii) Rehabilitasi korban penyalahguna narkoba; (iv) Litbang penanganan narkoba.
6. Meningkatkan deteksi dini dan bebas ancaman terorisme: (i) Deteksi dini dan penanggulangan terorisme; (ii) Penindakan kejahatan terorisme dan deradikalisasi; (iii) Teknologi intelijen.
KONTRIBUSI TERHADAP PRIORITAS NASIONAL LAIN 1. Daerah Perbatasan: Pengamanan Sumber Daya dan Batas Wilayah Darat, Laut, dan Udara;2. Kemaritiman dan Kelautan: Penanggulangan dan Penyelesaian IUU Fishing dan Keamanan Laut;3. Kepastian dan Penegakan Hukum: Penegakan Hukum yang Berkualitas; Penghormatan, Perlindungan, dan
Pemenuhan hak atas keadilan; Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi yang Efektif;4. Pelayanan Kesehatan: Penguatan Promotif dan Preventif "Gerakan Masyarakat Sehat”5. Revolusi Mental: Peneguhan Jati Diri dan Karakter Bangsa; Penegakan Hukum dan Kelembagaan Politik6. Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi: Pemantapan Peran di ASEAN7. Pembangunan Pariwisata: Jaminan Keselamatan, Kebersihan, Keamanan dan Ketertiban Destinasi Wisata
REPUBLIK
INDONESIA
114
RENCANA KEKUATAN MEF 2015-2019
Kekuatan Postur Saat Ini Rencana Postur MEF
Kostrad 2 Divisi 3 Divisi
Koarmada 2 Armada 3 Armada
Koopsau 2 Koopsau 3 Koopsau
Kodam 13 Kodam 15 Kodam
RENCANA PEMBANGUNAN PERTAHANAN DI PERBATASAN
2015-2019
Wilayah Pembangunan
Kep. Natuna Satuan, Alutsista & SaranaPrasarana (Sarpras)
PulauTerdepan
Satuan & Sarpras
Perbatasan Darat
Satuan & Sarpras
P. Selaru Sarpras
RENCANA PENGUATANINDUSTRI PERTAHANAN
Pendanaan Pinjaman Dalam Negeri untuk Pengadaan Alustsista Produksi Industri Pertahanan
Peran Industri Pertahanan dalam Offset Pengadaan Alutsista Luar Negeri
Pengembangan KFX/ IFX
Penyambungan Hull Kapal Selam ke 3
Pengembangan prototipe Radar Nasional
ToT Rudal C-705
Pengembangan prototipe tank dan tank boat
Peningkatan Kapasitas Industri Pertahanan dalam Pemeliharaan dan Perawatan Alutsista
PEMBANGUNAN MEF 2015-2019
Pemenuhan MEF
Pengadaan/ Penggantian
Alutsista
Pemeliharaan dan
Perawatan Alutsista
Pembanguan Sarpras
Alutsista
Penguatan Industri
Pertahanan
REPUBLIK
INDONESIA
Rencana Pengadaan Alutsista Tahun 2017
Mabes TNI AD AL AU
Sistem Interoperability Kodal Roket (Termasuk Rantis AVRMD &AVFCU) Kapal Offshore Patrol Vessel (OPV) Pesawat Angkut Ringan - CN 295 & N 235 – PT DI
Alpernika Meriam 155/GS Heli Angkut (Full Mission) – PT DI Heli Angkut Berat
Alat Sandi Rudal Pertahanan Udara Sistem Persenjataan PKR UAV
Rantis Panser Canon (Badak) - Pindad Kapal Patroli KCR – PT PAL Pesawat Latih Mula - G-120 TP Grob
Senjata dan Amunisi - Pindad Rantis Komodo - Pindad Kapal Penyapu Ranjau Rudal Jarak Sedang Multi Fungsi PAM Ibu kota
Radar Pasif Panser APS (Anoa) - Pindad Pesawat MPA – PT DI Penangkis Serangan Udara (PSU)
Heli Angkut Berat Tank/kendaraan tempur Angkut Personel Radar Ground Control Interception (GCI)
Alat Penyeberangan Amphibious Ponton Set Senjata dan Amunisi - Pindad Senjata dan Amunisi - Pindad
Senjata dan Amunisi - Pindad
RENCANA PEMENUHAN DAN KESIAPAN MEF TAHUN 2017
Rencana Pemeliharaan dan Perawatan Alutsista Tahun 2017
Mabes TNI AD AL AU
Alpernika Kendaraan tempur infanteri Kapal pemukul/ pendukung Pesawat tempur
Kendaraan taktis Kendaraan tempur kavaleri Pesawat terbang/ helikopter Pesawat angkut, MPA, tanker, dan amfibi
Senjata dan amunisi Pesawat terbang/ helikopter Kendaraan tempur marinir Pesawat latih
Senjata artileri Senjata dan amunisi Helikopter
Senjata dan amunisi Penangkis serangan udara/ artileri pertahanan udara
Senjata dan amunisi
115
REPUBLIK
INDONESIA
KEPASTIAN DAN PENEGAKAN HUKUMSasaran dan Arah Kebijakan
116
1. Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha, pada Program Prioritas Pelaksanaan Deregulasi danHarmonisasi Regulasi Perijinan Pusat dan Daerah
2. Revolusi Mental, pada Program Prioritas Penegakan Hukum dan Kelembagaan Politik
3. Kemaritiman dan Kelautan, pada Program Prioritas Penanggulangan dan Penyelesaian IUU Fishing danKeamanan Laut
4. Desa dan Kawasan Pedesaan, pada Program Prioritas Pembangunan SDM, Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa termasuk di Permukiman Transmigrasi
5. Stabilitas Keamanan dan Ketertiban, pada Program Prioritas Lingkungan Bersih Penyalahgunaan Narkoba
6. Percepatan Pertumbuhan Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK), pada Program Prioritas PeningkatanPopulasi
7. Pembangunan Pariwisata, pada Program Prioritas Layanan Kemudahan Wisatawan Mancanegara Masuk
1. Penegakan Hukum yang Berkualitas
1.1. Transparansi dan Akuntabilitas Penanganan Perkara di
Lembaga
Peradilan
1.2. Sistem Peradilan Pidana Anak berlandaskan Keadilan
Restoratif
1.3. Pengembangan Sumber Daya Manusia aparat penegak hukum
1.4. Budaya Hukum
1.5. Sistem Hukum Perdata yang Mudah dan Cepat
1.6. Penegakan Hukum Tindak Pidana Perbankan dan Tindak
Pidana
Pencucian Uang.
2. Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi yang Efektif
2.1. Penguatan Kelembagaan Anti Korupsi
2.2. Pencegahan Tindak Pidana Korupsi
2.3. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan di Bidang Anti
Korupsi
3. Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak atas
Keadilan melalui
3.1. Optimalisasi Bantuan Hukum dan Layanan Peradilan bagi
Masyarakat
3.2. Penanganan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
3.3. Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu
3.4. Penegakan HAM dalam rangka Penanganan Pengaduan
Pelanggaran HAM
3.5. Pendidikan HAM bagi Aparat Penegak Hukum
3.6. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan terkait HAM.
ARAH KEBIJAKAN
KONTRIBUSI TERHADAP PRIORITAS NASIONAL LAIN
INDIKATOR 2014 (Baseline) 2015 2016 2017 2019
Kepastian dan Penegakan Hukum
Indeks Pembangunan Hukum (Skala 0-1)
0,68 0,68-0,69 0,69 - 0,71 0,71 – 0,73 0,75
Indeks Persepsi Korupsi(Skor)
34 36 38 42 50
Indeks Perilaku Anti Korupsi (Skala 0-5)
3,61 3,59 3,63 3,70 3,75
REPUBLIK
INDONESIA
KEPASTIAN DAN PENEGAKAN HUKUM
117Slide - 117117
Program
Prioritas
Kegiatan
Prioritas
Penghormatan
, Perlindungan
& Pemenuhan
Hak atas
Keadilan
Penegakan
Hukum yang
Berkualitas
Pencegahan &
Pemberantasa
n Korupsi
yang Efektif
Optimalisasi Bantuan Hukum dan Layanan Peradilan bagi Masyarakat
Penanganan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Transparansi danAkuntabilitas Penanganan Perkara di Lembaga Peradilan
Sistem Peradilan Pidana Anak berlandaskan Keadilan Restoratif
Highlight
Penguatan Kelembagaan Anti Korupsi
Pencegahan Tindak Pidana Korupsi
1 1 1
2 2 2
Pilot Project SPPT-TI di 5 (lima) wilayah
Penyediaan SDM Apgakum, Aparatur
Lainnya dan Sarpraspada Daerah denganAngka ABH Tertinggi
Koordinasi danSupervisi
Penanganan PerkaraTipikor antar
Apgakum
Pembangunan Integritas dan
Jaringan Anti KKN pada K/L, Pemda,
Organisasi, Masyarakat dan
Sektor Pendidikan
PelaksanaanBantuan Hukum
Litigasi dan Non-litigasi
OptimalisasiPenanganan
Terpadu KasusKekerasanTerhadap
Perempuan danAnak
11 1
222
REPUBLIK
INDONESIA
REFORMASI BIROKRASISasaran dan Arah Kebijakan
118
NO INDIKATOR2014
(baseline)2015
2016 2017 2019
1. Peningkatan Integritas dan Akuntabilitas Birokrasi
a Opini WTP atas Laporan Keuangan
K/L 74 % 78 % 82 % 87% 100 %
Provinsi 52 % 57 % 64 % 73% 100 %
Kabupaten 30 % 36 % 42 % 48% 60 %
Kota 41 % 46 % 51 % 65% 85 %
b Skor B SAKIP
K/L 60,2% 65,0 % 70,0 % 75,0% 85,0 %
Provinsi 30,3% 39,0 % 48,0 % 57,0% 75,0 %
Kab/Kota 2,4% 11,5 % 21,0 % 31,0% 50,0 %
2. Peningkatan Kapasitas dan Profesionalitas Birokrasi
c Skor B Indeks Reformasi Birokrasi
K/L 47 % 53 % 59 % 61% 75 %
Provinsi n.a 20 % 30 % 40% 60 %
Kab/Kota n.a 5 % 15 % 25% 45 %
3. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
d Tingkat Kepatuhan atas UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik (zona hijau)
Kementerian 11,8 % 17,0 % 38,0% 58,0 % 100 %
Lembaga 8,1% 10,0 % 32,5% 55,0% 100 %
Provinsi NA 9,0 % 31,8% 54,5 % 100 %
Kab/Kota NA 1,0 % 15,8% 30,5% 60,0 %
ARAH KEBIJAKAN
1. Terwujudnya birokrasi yang bersih dan akuntabel:a) Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasib) Pengawasan yang independen dan
profesionalc) Penguatan akuntabilitas keuangan dan Kinerja
2. Terwujudnya birokrasi yang efektif dan efisien:a) Pelaksanaan Road Map RB dan penguatan
pengelolaan RB Nasionalb) Penataan kelembagaan birokrasic) Penataan tatakelola birokrasid) Penerapan manajemen ASNe) Penerapan sistem manajemen kinerja
pembangunan nasionalf) Penguatan sistem pengadaan barang dan jasa
3. Terwujudnya birokrasi yang berorientasi melayani:a) Penguatan kelembagaan dan manajemen
pelayanan publikb) Penguatan partisipasi masyarakat dalam
peningkatan kualitas pelayanan publik
REPUBLIK
INDONESIA
REFORMASI BIROKRASIHighlight Kegiatan Prioritas Nasional Reformasi Birokrasi
119
NO PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS SASARAN
1 Pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019
1. Pelaksanaan Road Map dan Penguatan Pengelolaan Reformasi Birokrasi Nasional
Pelaksanaan Road Map RB di seluruh K/L/Pemda Terlaksananya asistensi Reformasi Birokrasi di 150 instansi pemerintah
2. Manajemen ASN Tersusunnya kebijakan formasi ASN sesuai prioritas pembangunan nasional Pemetaan kompetensi 4.000 Pejabat Pimpinan Tinggi (JPT)
3. Penataan Kelembagaan Audit atas 27 Lembaga Non Struktural (LNS)
4. Penataan Tatakelola Tersusunnya Masterplan dan Arsitektur e-government
5. Pengadaan Barang/Jasa Tergabungnya 62.500 produk dalam e-catalogue 610 LPSE yang terstandarisasi
2 Penerapan Standar Pelayanan Publik dan Sistem Informasi Perijinan
1. Penguatan Kelembagaan dan Manajemen Pelayanan Publik
• Terbentuknya PTSP Prima di 51 kab/kota• Pengembangan sistem aplikasi perijinan dan non perijinan yang dilimpahkan kepada PTSP, KEK, dan FTZ
2. Penguatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas pelayanan publik
• Terintegrasikannya seluruh sistem pengaduan K/L/Pemda dengan aplikasi LAPOR!
3 Peningkatan Disiplin dan Pengawasan Kinerja dan Administrasi Keuangan
1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi
• Penyampaian LHKASN dan penerapan penanganan konflik kepentingan• Pencanangan zona integritas di K/L/Pemda
2. Peningkatan Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja
• Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) oleh seluruh K/L/Pemda
3. Pengawasan yang Independen dan Profesional
• 100% rekomendasi hasil pengawasan atas pelaksanaan program prioritas nasional ditindaklanjuti
REPUBLIK
INDONESIA
SELESAI
120