Upload
adhesugiartha
View
171
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kowkowkow
Citation preview
A. PERKEMBANGAN DEWASA AWAL 1. Pengertian
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan
pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi
sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal.
Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi
ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah
lebih realistis.
Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang
digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan
komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk
keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari
orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi
kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia
20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition)
transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role
trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa
dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap
yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting.
Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan
dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga,
mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat
hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.
Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan
secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa
awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan
kebebasan yang diperolehnya.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik.
Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit,
mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal
adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh
kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja
dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada
kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Ciri Perkembangan Dewasa Awal
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam
Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:
a) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi
pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri
sendri atau untuk kepentingan pribadi.
b) Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang
matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu
dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja
secara terbimbing menuju arahnya.
c) Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-
perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan
sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri,
tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
d) Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e) Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham
bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-
saran orang lain demi peningkatan dirinya.
f) Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi
kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan.
Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat
dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi
tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
g) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri
fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya
dengan situasi-situasi baru.
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan
harapan-harapan sosial yang baru[1]. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja.
Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan
perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah:
a. Usia reproduktif (Reproductive Age)
Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah
tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa belum
membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu
lapangan tertentu.
b. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age)
Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara
individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain
membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau
masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang
yang bersangkutan.
Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya.
Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita
muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
c. Usia Banyak Masalah (Problem age)
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini,
dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi
seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan,
semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.
d. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya.
Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-
kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu,
atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.
e. Masa keterasingan sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang
dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok
sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan
kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi
semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang
disebut krisis ketersingan (Erikson:34).
f. Masa komitmen
Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak mungkin
orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab
yang trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika
anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat
dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda
mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”.
g. Masa Ketergantungan
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya
berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan
beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman
untuk membiayai pendidikan mereka.
h. Masa perubahan nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada
kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
i. Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan
kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang
memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi,
ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.
BAB II. HASIL – HASIL PENELITIAN PSIKOLOGI DEWASA AWAL
Hasil penelitian dewasa awal lebih banyak mengarah pada hubungan sosial, dan perkembangan
intelektual, pekerjaan dan perkawinan di usia dewasa awal, dan pengoptimalan perkembangan
dewasa awal serta perilaku penghayatan keagamaan. Beberapa hasil penelitian, diantaranya:
1. Persepsi seks maya pada dewasa awal
Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini[2], menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita
memiliki sikap yang negatif terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya timur, dimana
manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam bersikap dan berperilaku.
Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang berkembang dimana
seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa
disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang terhadap
berbagai macam hal.
2. Penundaan usia perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan
Dari hasil penelitian[3] didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap
terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal ini berarti mereka
memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia perkawinan akan memberikan
keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
Penundaan perkawinan akan memberikan waktu lebih banyak bagi mereka untuk membentuk
identitas pribadi sebagai individu yang matang secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
3. Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja[4]
Adanya ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan berujung perceraian merupakan hal/kondisi
yang membuat wanita bekerja ragu tentang kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya
perceraian yang dipublikasikan di media massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi
fenomena biasa. Salah satu penyebab wanita yang bekerja memutuskan untuk menunda
pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional dengan pasangannya.
Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja termanifestasi dengan adanya ketakutan
menghadapi krisis perkawinan serta ragu tentang kemampuan mereka berbagi secar mosional
dengan pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik. Individu yang
merasa memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal DM) cenderung ragu
melangkah menuju jenjang pernikahan.
Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada beberapa criteria yang perlu
diperhatikan:
o Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.
o Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
o Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan seksual.
o Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim.
o Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada orang lain.
o Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
o Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.
o Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.
o Bersedia menerima keterbatasan orang lain.
o Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
ekonomi.
o Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.
Individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah yang lebih baik,
artinya mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan beradaptasi setelah memasuki
pernikahan.
4. Kemandirian Dewasa Awal
Penelitian dengan judul “Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Ditinjau dari Kesadaran Gender”
[5] ini, membuktikan bahwa bahwa perbedaan perlakuan yang diterima anak laki-laki dan
perempuan sejak lahir akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Semakin tinggi kesadaran
gender maka semakin tinggi kemandirian pada Mahasiswa UIN Suska Riau. Dengan makin
tingginya kesadaran gender yang dimiliki mahasiswi UIN Suska Riau lebih mandiri
dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak memiliki kesadaran gender atau memiliki kesadaran
gender yang rendah. Mahasiswi yang memiliki kemandirian tinggi akan lebih mudah
menghadapi kehidupan, tantangan yang dihadapinya, serta menjalin hubungan yang mantap
dalam kehidupan sosialnya.
5. Perilaku Perkembangan penghayatan Identitas dan Nilai-Nilai Agama dalam Kehidupan
Sehari-Hari
a. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama
Penelitian dengan judul “Perkembangan Identitas Diri Dalam Area Agama pada Remaja
Akhir”[6] ini adalah studi deskriptif pada mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Suska Riau,
dengan usia sample 18 – 22 tahun Menurut Hurlock, usia ini sudah memasuki usia Dewasa
Awal.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa remaja akhir yang berstatus sebagai mahasiswa
Fakultas Psikologi berada pada status identitas diri yang ideal.
b. Perilaku Penghayatan Nilai-Nilai Agama
Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku
Membeli produk Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA
Pekanbaru”[7], membuktikan bahwa semakin positif sikap terhadap aspek kehalalan, maka
semakin meningkat perilaku membeli produk makanan dan minuman halal. Subjek memiliki
pengetahuan tantang masalah kehalalan, sehingga subjek memiliki persepsi dan keyakinan
bahwa kehalalan adalah hal yang mendasar dalam kaitannya dengan produk makanan dan
minuman yang dikonsumsinya. Subjek meyakini bahwa bahan yang terkandung dan proses yang
dilalui dalam pembuatan produk tersebut memiliki titik kritis untuk kehalalan pangan. Subjek
juga membentuk afek yang mendukung keyakinan tersebut, serta reaksi fisiologis yang sesuai
dengan kepercayan dan keyakinan yang dimilikinya. Selanjutnya juga muncul keinginan dan
kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang selaras dengan kepercayaan dan perasaan
tersebut.
BAB III. OPTIMALISASI PERKEMBANGAN DEWASA AWAL
Dewasa awal adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada puncak
perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu antara 20 – 40
tahun adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri individu. Jika masa ini
bermasalah, akan mempengaruhi bahkan kemungkinan individu mengalami masalah yang paling
serius pada masa selanjutnya.
Menurut Vailant (1998)[8], membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa
pembentukan (20 – 30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,
membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa
konsolidasi (30 – 40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan.
Masa transisisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjan dan
melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.
Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal
menurut R.J. Havighurst (1953)[9], telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan
dalam masa dewasa awal sebagai berikut:
a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis
(seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan
biologis.
Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam
perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat
pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
b. Belajar hidup bersama dengan suami istri
Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling
menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang
terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih
banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang
dihadapi bersama.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang
yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan
dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya
minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain
itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki
dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan
membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung
lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
Belajar mengasuh anak-anak.
d. Mengelolah rumah tangga
Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya. Dia akan berusaha
membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya
agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja
sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan,
membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin
hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya
dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya
menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa
depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan
merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara
minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang
sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar
belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan
bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan
dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa
muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan
penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang
lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik,
mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan
bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat
dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-
cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon,
listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong
royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas
perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma
sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama
(rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu
mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap
orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.
g. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan
nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi
dan keahlian.
Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang menghampiri.
Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa yang menuntut tanggung
jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah
dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:
a. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas
Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang
harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami
kekaburan identitas.
b. Kemandirian vs tidak mandiri
c. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.
d. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
e. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri
Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat
perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal, diantara penghambat yang sangat penting
sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan, diantranya[10]:
ü Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities); sebagai salah satu penghambat
penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-
pengalaman belajar dan latihan masa lalu.
ü Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan pola asuh orangtua
yng pernah dialami dalam masa kanak-kanak.
ü Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation of peer-group influences); Satu
diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan.
Disini akan terlihat pengaruh kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa awal.
ü Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration); Kesukaran-kesukaran dewasa
awal, dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak pada dewasa awal
(yang baru meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat
dicapai.
BAB III. PENUTUP
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber potensi dan
kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih
dalam ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini
adalah fase dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga
masa dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian
karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang
yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem
rumah tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga
masyarakat, pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
REFERENSI
Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan
(edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga
Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional
Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius
Psikologi Perkembangan: Masa Dewasa Madya
Masa dewasa pertengahan (madya) atau yang disebut juga usia setengah baya dalam terminologi kronologis yaitu pada umumnya berkisar antara usia 40 - 60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental (Hurlock,1980:320).
Usia pertengahan dipenuhi tanggung jawab berat dan berbagai peran yang menyita waktu dan energi, tanggung jawab serta peran yang dirasa mampu ditanggung oleh sebagian besar Orang dewasa; menjalankan rumah tangga, departemen, atau perusahaan; memiliki anak Dan mungkin memelihara orang tua yang sudah uzur atau memulai karir baru. (Gallagher, 1993; Lachman, 2001; Lachman Lewkowicz, Markus, & Peng, 1994; Merrill & Verbrugge, 1999).
Ciri-ciri Merupakan periode yang sangat ditakuti Merupakan masa transisi Adalah masa stress Usia yang berbahaya Usia canggung Masa berprestasi Masa evaluasi Evaluasi dengan standar ganda Merupakan masa sepi Merupakan masa jenuh
Tugas Perkembangan Masa Dewasa Madya
Menurut EriksonTugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
Menurut Havighurst,Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan…
Masa Usia Dewasa Madya1. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis 2. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu 3. Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
4. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan 5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa 6. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.7. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.
Dinamika Perkembangan Fisik Masa Dewasa MadyaMenurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis.Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F. Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua.Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya telah datang.
Beberapa Perubahan Fisik yang Terjadi pada Masa Dewasa Madya antara lain:1. Timbulnya Uban.2. Kulit mulai keriput.3. Gigi yang menguning.4. Tubuh semakin lama semakin pendek karena otot-otot melemah.5. Punggung orang dewasa melemah kerena piringan sendi di tulang belakang mengalami penurunan.6. Tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya, seorang laki-laki yang tingginya 5 kaki 10 inci pada usia 30 tahun barang kali akan menjadi 5 kaki 9 7/8 inci di usia 50 tahun, dan mungkin akan menjadi 5 kaki 9 1/4 pada usia 60 tahu. 7. Sulit melihat objek-objek yang dekat. Daya akomondasi mata, kemampuan untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina mengalami penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59 tahun. 8. Penurunan pada sensitivitas pendengaran.9. Menopause. pada usia dewasa madya ini mereka akan mengalami periode menopaose, dimana pada periode ini haid dan kemampuan bereproduksi akan berhenti secara keseluruhan, sehingga dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi wanita, seperti hot flushses, mual, letih, dan cepatya denyut jantung. hal ini disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen oleh indung telur.10. Penurunan kebugaran fisik. masalah kesehatan utama pada masa dewasa madya antara lain penyakit kanker, kardivaskuler, dan obesita.
Perkembangan Kognitif Pada tahap Formal Operasional : Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini. Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu
dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya. Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
Penyesuaian Diri Terhadap PerubahanFisik Masa Dewasa madya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada masa dewasa madya terasa agak sulit. Hal ini dikarenakan adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun selanjutnya.Perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa madya yang menyebabkan individu perlu melakukan penyesusaian padanya, antara lain: Perubahan dalam penampilan Perubahan dalam kemampuan indra Perubahan pada keberfungsian fisiologis Perubahan pada kesehatan Perubahan seksual
Daftar PustakaSantrock, John W., 2002, Life - Span Develompment (Perkembangan Sepanjang Hidup), Jilid I, Jakarta : Erlangga B. Hurlock, Elizabeth, 1987, Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga Papalia, Diane E., Old, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin, 2008, Human Development (Psikologi Perkembangan), Jakarta : Kencana
Masa Perkembangan Dewasa Akhir (Lansia)
PengertianPengertian Dewasa akhir (lansia) menurut beberapa ahli:Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
• Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni: Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.Ciri-ciri dewasa akhir Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis. Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.
Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.Tugas Perkembangan dewasa akhirAdapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir ini, diantaranya:• Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua.• Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan• Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.• Saling merawat sebagai suami-istri• Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanan dengan sikap yang positif (menjadi janda atau duda).• Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu.• Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.
DINAMIKA PERKEMBANGANFisik Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah :1. Daerah kepala Hidung menjulur lemas Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi
Mata kelihatan pudar Dagu berlipat dua atau tiga
Kulit berkerut/keriput dan kering Rambut menipis dan menjadi putih• Daerah Tubuh Bahu membungkuk dan tampak mengecil Perut membesar dan tampak membuncit Pinggul tampak mengendor dan tampak lebih besar Garis pinggang melebar Payudara pada wanita akan mengendor3. Daerah persendian Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol Tangan menjadi kurus kering Kaki membesar karena otot-otot mengendor Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.
KognitifKecerdasan dan Kemampuan MemprosesKecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.Meskipun kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa segi substansial.
Misalnya, pada suatu eksperimen yang mempelajari waktu reaksi dan keterampilan mengetik dari juru ketik pada semua usia (salthouse, 1984). Juru ketik tua biasanya memiliki reaksi-reaksi yang lambat, namun mereka sebenarnya mengetik sama cepatnya dengan juru ketika yang masih muda.
Barangkali para juru ketik tua itu lebih cepat mengetik pada saat mereka masih muda dan pelan-pelan mulai melambat, tetapi hasilnya pada kondisi lain menunjukkan bahwa ada hal lain yang telah terlibat. Ketika jumlah karakter yang dapat dilihat selanjutnya oleh para juru ketik itu terbatas, kecepatan mengetik pada juru ketik tua menurun secara substansial; para juru ketik muda kurang begitu terpengaruh dengan keterbatasan ini. Para juru ketik tua telah belajar untuk melihat jauh ke depan, sehingga memberi kesempatan pada mereka untuk mengetik sama cepatnya dengan rekan-rekannya yang lebih muda.
Pekerjaan dan Pensiun
PekerjaanPada tahun 1980-an, persentase laki-laki berusia di atas 65 tahun yang tetap bekerja purna waktu lebih kecil dibanding pada awal abad 20. Penurunan yang terjadi dari tahun 1900 sampai tahun 1980-an sebesar 70% (Douvan, 1983). Satu perubahan penting dari pola pekerjaan orang-orang dewasa lanjut adalah meningkatnya perkejaan-pekerjaan paruh waktu. Mis: dari tiga juta lebih orang dewasa berusia di atas 65 tahun yang pekerja pada tahun 1986, lebih dari separuhnya merupakan pekerja-pekerja paruh waktu.
Pensiun Pensiun merupakan ide yang relatif baru. Ide ini baru menampakkan efeknya di banyak negara maju sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad dua puluh ketika harapan hidup meningkat. Di Amerika Serikat, depresi ekonomi 1930 merupakan pendorong sistem pengamanna sosial, yang bersama dengan perusahaan yang mensponsori rencana pensiun yang telah dinegosiasi dengan serikat buruh- memungkinkan banyak pekerja lansia yang pensiun dengan keamanan kondisi keuangan. Akhirnya, pensiun wajib pada usia 65 tahun menjadi sesuatu yang hampir unversal.
Pilihan pensiun untuk para pekerja tua merupakan fenomena akhir abad 20 di Amerika Serikat. Sistem jaminan sosial, yang memberikan keuntungan bagi para pekerja tua ketika mereka pensiun, diwujudkan pada thn 1953. Rata-rata, para pekerja saat ini akan menikmati 10 sampai 15 persen dari kehidupannya dalam masa pensiun.
Fase-Fase PensiunSeorang ahli gerontologi, Robert Atchley (1976), menggambarkan 7 fase pensiun yang dilalui oleh orang-orang dewasa, sb:• Fase Jauh (the remote phase)• Fase dekat (the near phase)• Fase bulan madu (the honey moon phase)• Fase kekecewaan (the disenchantment phase)• Fase re-orientasi (reorientation phase)• Fase stabil (the stability phase)• Fase akhir (the termination phase)Lingkungan Sosial Orang Dewasa LanjutSalah satu teori sosial mengenai penuaan adalah teori pemisahan (disengagement theory) menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry, 1961).PenghasilanOrang usia lanjut yang miskin merupakan pusat perhatian khusus. Pada tahun 1988, 3.482.000 orang usia 65 tahun dan di atasnya di AS diklasifikasikan miskin oleh pemerintah federal.
Dapat dipahami bahwa orang lansia mengkhawatirkan pendapatan mereka. Rata-rata pendapatannya hanya sekitar setengah dari apa yang mereka dapatkan ketika masih bekerja secara penuh.
Pengaturan Tempat TinggalSatu stereotipe dari para lansia adalah bahwa mereka tinggal di dalam institusi-institusi-rumah sakit, rumah sakit jiwa, panti jompo (nursing home), dan sebagainya.Semakin tua seseorang, semakin besar hambatan mereka untuk tinggal sendirian. Mayoritas orang dewasa lanjut yang tinggal sendirian adalah janda, tinggal sendirian sebagai orang dewasa lanjut tidaklah berarti kesepian. Karena para lansia yang dapat menopang dirinya sendiri ketika hidup sendiri seringkali memiliki kesehatan yang baik dan sedikt ketidakmampuan, dan mereka selalu memiliki hubungan sosial dengan sanak keluarga, teman-teman, dan para tetangga.Perkembangan Psikis Perkembangan Intelektual Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
Perkembangan Emosional Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi
semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Perkembangan Spiritual Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
1.Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius.2.Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.3.Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya.4.Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.5.Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
Perkembangan Minat Minat dalam diri sendiri: orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila semakin tua Minat terhadap pakaian: minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial Minat terhadap uang: pensiun atau pengangguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan samasekali.
Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan Minat keagamaan, dalam hal ini beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang usia lanjut temyata tidak harus selalu semakin kuat kehidupan keagamaannya. Disimpulkan bahwa
kehidupan beragama ini akan sangat ditentukan oleh bagaimana individu tersebut menjalankan kehidupan beragama di masa sebelumnya
Minat untuk mati, beberapa pertanyaan sering kali banyak menghinggapi pikiran para lanjut usia ini antara lain, kapan saya akan mati ?, apa yang menyebabkan kematian saya nanti ?, apa yang bisa saya lakukan terhadap kematian seperti yang saya inginkan ?, atau apakah saya dibenarkan untuk bunuh diri ?, bagaimana saya dapat mati dengan cara yang baik?. Minat untuk makan sering kali sangat berkurang. Hal ini banyak disebabkan karena masalah gigi, gusi dan sistem pencemaan. Sehingga ini juga menyebabkan terjadinya ketegangan dengan mereka yang mengurus/menyediakan makanan tersebut.
Perkembangan KepribadianPertanyaan awal adalah…Apakah kepribadian itu berubah pada saat kita tua?Apakah kita memasuki tahapan baru dari perkembangan kepribadian?Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut kita akan merujuk kepada teori psikoanalisa; Freud, Roger, dan Erikson
• Freud Percaya bahwa pada usia lanjut, kita kembali kepada kecenderungan2 narsistik masa kanak-kanak awal (Santrock, 2002: 250). Artinya tindakan yang dibuat harus diperlihatkan kepada orang lain. Ketika itu tidak bisa dilakukan maka tidak akan memperoleh kepuasan.
• Carl JungMengatakan bahwa pada usia lanjut, pikiran tenggelam jauh di dalam ketidaksadaran (Santrock, 2002: 250).Berdasarkan pendapat Jung ini, mungkin saja hal ini yang membuat orang yang sudah tua mudah lupa, karena sulit untuk memanggilnya kembali ke alam sadar.Hal ini mungkin saja disebabkan oleh sedikitnya kontak dengan realitas, sehingga pikirannya terpendam dalam ketidaksadaran
• EriksonIntegritas Vesus KeputusasaanPercaya bahwa masa dewasa akhir dicirikan oleh tahap terakhir dari delapan tahap siklus kehidupan.Tahun-tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama hudupnya. Jika kehidupan sebelumnya dapat dijalani dengan baik maka akan merasakan kepuasan/integritas pada masa tuanya, dan sebaliknya.
Bahaya Fisik dan Psikis LansiaSecara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain.
Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
Beberapa Tanda Bahaya Yang Sebaiknya Diantisipasi1. Bahaya fisik yang umum terjadi pads usia lanjut• Penyakit degeneratif/penyakit kronis.• Adanya hambatan fisik (penglihatan, pendengaran, otot, tulang dll.).• Gangguan pada gigi/gusinya.• Berkurangnya pemasukan gizi, karena minat makan yang berkurang, dalam hal ini dirinya ada rasa takut dan juga murung, ingin makan bersama orang lain.• Menurunnya kemampuan dan gairah seksual.• Mereka tergolong rentan/rawan terhadap kecelakaan.
2. Bahaya Psikis Pada Lansia• Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya, contoh: misalnya mereka harus memutuskan mendiami rumah yang tidak terlalu besar lagi, karena anakanak sudah menikah semua dan mempunyai keluarga sendiri.• Dapat pula muncul pemikiran pada orang usia lanjut bahwa proses mental mereka sudah mulai dan sedang menurun. Misalnya mereka mengeluh sangat pelupa, kesulitan dalam menerima hal baru. Dan mereka juga merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan seperti ini membentuk mental mereka seolah tertidur, dengan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk mengerjakan hal tertentu, mereka menarik diri dari semua bentuk kegiatan.
• Masalah psikologis lain yang dapat menjadi gangguan adalah perasaan bersalah karena menganggur. Sering kali hal ini akan tergantung dari sistem nilai yang ada dalam dirinya, seberapa jauh orang usia lanjut ini sangat mementingkan materi, dan seberapa jauh dia menilai pentingnya bekerja. Mereka merasa sangat membutuhkan pekerjaan agar sangat dihargai oleh orang lain, ingin memperoleh perhatian. Berkaitan dengan hal ini, mereka juga menyadari bahwa pendapatan mereka menurun.
• Gangguan psikologis yang dipandang paling berbahaya adalah sikap mereka yang ingin tidak terlibat secara sosial. Sikap ini akan membuat mereka mudah curiga terhadap orang lain, atau menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri dengan munculnya rasa tidak berguna dan rasa murung, rendah diri, bahkan juga mungkin akan menjadi sangat apatis.
Daftar PustakaPapalia,Diane E.,dkk. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.F.J. Monks & A.M.P. Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Cet.XV; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.Desmita, Psikologi Perkembangan. Cet.II; Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006.B. Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.Santrock,John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.Mukhlis & Hirmaningsih. 2010. Teori-Teori Psikologi Perkembangan. Pekanbaru: Psikologi Press.Psikologi Perkembangan Lansia, diakses pada tanggal 17 april 2011 pukul 22.06 wib dari http://shulizwanto08.wordpress.com/2010/01/12/psikologi-perkembangan-lansia/Tahap perkembangan pada usia dewasa, diakses pada tanggal 17 april 2011 pukul 22.14 wib dari http://smpn2lem.blogspot.com/2011/02/tahap-perkembangan-pada-usia-dewasa.htmlhttp://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/pedomam%20keswa_lansia.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17277/4/Chapter%20II.pdfPerkembangan pisik dan kognitif dewasa akhir, diakses pada tanggal 17 april 2011 pukul 22.46 wib dari http://blog.uinmalang.ac.id/azzqie/2011/02/01/perkembangan-fisik-dan-kognitif-dewasa-akhir/http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/pedomam%20keswa_lansia.pdf