84

Ps 01 Supervisi Manajerial 2

Embed Size (px)

Citation preview

PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

PENGAWAS SEKOLAH

SUPERVISI MANAJERIAL IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

TAHUN 2014

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan

Komplek Kemdikbud Gedung D Lantai 17, Jln. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, 10270

Telp.(021) 57946110, Fax. (021) 57946110

Kampus Pusbangtendik Jln. Raya Cinangka Km. 19 Bojongsari, Depok, 16517

Telp. (021) 7490411, Fax. (021) 7491174

website: http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id/pusbangtendik

email: [email protected]

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU

PENDIDIKAN

Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru merupakan tiga pilar penting dalam mewujudkan implementasi Kurikulum 2013. Efektivitasnya sangat bergantung pada kesesuaian kompetensi ketiganya dengan kebutuhan mewujudkan target yang diharapkan pada tingkat satuan pendidikan. Peningkatan kompetensi melalui penyelenggaraan pelatihan merupakan kegiatan strategis yang perlu disertai dengan langkah penjaminan bahwa ketiga pilar mutu pelaksanaan kurikulum yang terukur dan sistematis.

Implementasi kurikulum 2013 berimplikasi terhadap kebutuhan peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan tiga pilar penjamin mutu. Untuk merespon kebutuhan itu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMPK dan PMP) melalui Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan telah menyusun Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.

Materi yang tersusun diharapkan menjadi referensi utama bagi fasilitator dan peserta pelatihan dalam penyelenggaraan Pelatihan Implementasi Kurikulum

2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Materi Pokok Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah terdiri atas Manajemen Implementasi Kurikulum 2013, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013, dan Kepramukaan. Sedangkan Materi Pokok Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Pengawas Sekolah terdiri atas Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013, Manajemen Implementasi Kurikulum 2013, Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013, dan Kepramukaan.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan atas dedikasi tinggi para penyusun materi dan penelaah materi. Terima kasih saya sampaikan kepada pejabat dan staf BPSDMPK dan PMP, widyaiswara, dosen perguruan tinggi, pengawas sekolah, dan kepala sekolah yang telah berpatisipasi aktif sehingga terselesaikan materi tersebut.

Semoga keberadaan materi dan seluruh perangkat pelatihan lainnya dapat berkontribusi positif terhadap efektivitas penyelenggaraan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.

Jakarta, Januari 2014

Kepala Badan PSDMPK dan PMP

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. NIP 196202031987031002

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan materi pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Materi pelatihan merupakan muatan wajib yang digunakan oleh nara sumber, instruktur nasional dan kepala sekolah serta pengawas sekolah sasaran dalam meningkatkan kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Materi pelatihan kepala sekolah meliputi manajemen implementasi kurikulum 2013, supervisi akademik, manajemen kepemimpinan sekolah dan kepramukaan. Sedangkan materi pelatihan pengawas sekolah meliputi manajemen implementasi kurikulum 2013, supervisi akademik, supervisi manajerial dan kepramukaan.

Materi pelatihan ini merupakan salah satu sumber belajar sehingga peserta pelatihan diharapkan dapat memperkaya diri dengan referensi lain yang relevan. Materi yang disusun ini telah diupayakan untuk menjawab beberapa prinsip dan tujuan utama. Pertama, materi ini diharapkan dapat menunjang pengembangan kompetensi pengawas sekolah yang diturunkan dari kebutuhan pelaksanaan kurikulum 2013 pada seluruh level satuan pendidikan. Kedua, setiap materi menunjang sikap keberterimaan, pengetahuan, dan keterampilan serta menumbuhkan daya inisiatif untuk merencanakan strategi dan implementasi perencanaan, pelaksanaan, dan evalausi pengawasan dan pembinaan sekolah sesuai kebutuhan khas implementasi kurikulum 2013. Ketiga, materi yang dipelajari dapat mengurangi resistensi pada implementasi kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. Keempat, seluruh materi pelatihan dapat berkontribusi positif terhadap pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang menunjang kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Kelima, menyelaraskan seluruh kompetensi yang dikembangkan untuk menunjang penjaminan mutu kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta penghargaan atas dedikasi tinggi para tim pengembang materi, penyusun Prosedur Operasional Standar dan pengembang perangkat pelatihan lainnya. Terima kasih pula saya sampaikan kepada seluruh pejabat dan staf BPSDMPK dan PMP, widyaiswara, dosen perguruan tinggi, konsultan, pengawas sekolah, dan kepala sekolah yang telah berpatisipasi aktif dalam penyusunan materi ini.

Semoga materi pelatihan ini dapat membantu nara sumber, instruktur nasional, kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum

2013 dan secara khusus bermanfaat sebagai referensi bagi nara sumber dan instruktur pada pelatihan implementasi kurikulum 2013.

Jakarta, Januari 2014

Kepala Pusbangtendik

Dr. Muhammad Hatta, M.Ed.

NIP.195507201983031003

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ...................................................................................................ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI.................................................................................................. iv PETA KONSEP .............................................................................................. vi I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Petunjuk Pembelajaran ........................................................................ 1

B. Kompetensi Yang Akan Dicapai............................................................. 1

C. Ruang Lingkup Materi .......................................................................... 1

D. Langkah-Langkah Pembelajaran ........................................................... 2

II KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI MANAJERIAL IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013.............................................. 3

A. Deskripsi Materi .................................................................................. 3

B. Tujuan Pembelajaran........................................................................... 3

C. UraianMateri ....................................................................................... 3

1. Pengertian Supervisi Manajerial....................................................... 3

2. Penyusunan Instrumen Supervisi Manajerial ..................................... 4

D. Aktivitas Pembelajaran........................................................................14

E. Rangkuman .......................................................................................14

F. Refleksi .............................................................................................15

III KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 ................................................................16

A. Deskripsi Materi .................................................................................16

B. Tujuan Pembelajaran..........................................................................16

C. Uraian Materi .....................................................................................16

D. Aktifitas Pembelajaran ........................................................................25

E. Rangkuman .......................................................................................26

F. Refleksi .............................................................................................26

IV KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 TINDAK LANJUT DAN PELAPORAN HASIL SUPERVISI MAJERIAL ..................................................................................27

A. Deskripsi Materi .................................................................................27

B. Tujuan Pembelajaran..........................................................................27

C. Uraian Materi .....................................................................................27

TINDAK LANJUT DAN LAPORAN SUPERVISI MANAJERIAL.....................27

D. Aktivitas Pembelajaran........................................................................34

E. Rangkuman .......................................................................................35

F. Refleksi .............................................................................................35

V PENILAIAN ............................................................................................36

A. Aspek Yang Dievaluasi ........................................................................36

B. Pelaksanaan Evaluasi..........................................................................36

C. Kriteria Evaluasi .................................................................................36

D. Nilai Akhir ..........................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................38

PETA KONSEP

vi Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013

I PENDAHULUAN

A. Petunjuk Pembelajaran

Bahan pelatihan ini memfasilitasi Saudara untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan supervisi manajerial implementasi kurikulum 2013. Ini semua dilakukan agar Saudara ketika melakukan kunjungan ke sekolah binaan, untuk pemantauan, pembinaan atau penilaian kinerja, sudah direncanakan dan dipersiapkan semua bentuk instrumennya, daftar hadir, surat keterangan melaksanakan tugas, dan bahan/materinya.

Saudara akan mengawali kegiatan pelatihan ini, perlu memperhatikan hasil belajar yang harus capai. Untuk mencapai hasil belajar tersebut selanjutnya Saudara perlu memahami materi agar dapat melaksanakan proses pembelajaran pada setiap kegiatan yang difasilitasi dengan lembar kerja.

Bahan Pelatihan ini disiapkan untuk digunakan sebagai kajian dan aktivitas nara sumber dan peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Pengawas Sekolah. Bahan ajar ini memberi panduan bagi para pengguna mengenai (1) Skenario pelatihan, (2) Materi pelatihan, (3) Aktivitas Pelatihan, (4) Kegiatan Penilaian. Bahan ajar yang dimaksud meliputi dokumen-dokumen, handout, lembar kerja, bahan tayang baik dalam bentuk slide power point. Pada akhir kegiatan ini Saudara dapat mengukur keberhasilan Saudara dalam proses pembelajaran ini melalui lembar refleksi.

B. Kompetensi Yang Akan Dicapai

Setelah mengikuti pelatihan ini, Pengawas Sekolah diharapkan mampu

1. menyusun menyusun instrumen supervisi manajerial.

2. melaksanakan supervisi manajerial.

3. melaksanakan tindak lanjut dan menyusun laporan hasil supervisi manajerial.

C. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi pelatihan Supervisi Manajerial adalah :

1. Penyusun instrumen supervisi manajerial.

2. Pelaksanaan supervisi manajerial.

3. Penyusunan tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial

D. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal

Pengkondisian

1 JP

Perkenalan

Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu, skenario penyajian, motivasi dan refleksi melalui brainstorming pelaksanaan supervisi manajerial yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Kegiatan Inti

(10 JP)

Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan supervisi manajerial, melalui pendekatan andragogi.

Penyampaian Materi Diklat:

Tugas mandiri mengkaji bahan bacaan tentang

Supervisi Manajerial Implemetasi Kurikulum 2013

Penayangan bahan tayang kegiatan belajar 1

Pengamatan dan Diskusi contoh instrumen supervisi manajerial

Revisi Instrumen Supervisi manajerial dan presentasi hasil revisi instrumen supervisi manajerial.

Penayangan bahan tayang kegiatan belajar 2

Simulasi kasus supervisi manajerial dengan memilih metode yang sesuai

Pengamatan pelaksanaan supervisi manajerial

Penayangan bahan tayang kegiatan belajar 3

Studi kasus supervisi manajerial

Penyusunan Laporan dan tindak lanjut supervisi manajerial

Penguatan

Kegiatan Akhir

1 JP

Refleksi dan evaluasi bersama antara peserta dengan fasilitator tentang jalannya pelatihan.

Rencana tindak lanjut untuk on the job learning

II KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI MANAJERIAL IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

A. Deskripsi Materi

Segala aktivitas supervisi yang dilakukan oleh seorang pengawas sekolah diharapkan semuanya menuju pada peningkatan mutu sekolah dan pendidikan secara umum, dan secara spesifik supervisi yang ditujukan bagi peningkatan mutu Sekolah dari segi pengelolaan disebut dengan supervisi manajerial. Hal ini tentu tidak kalah penting dibandingkan dengan supervisi akademik yang sasarannya adalah guru dan pembelajaran. Materi yang dibahas pada kegiatan pembelajaran ini adalah pertama pengertian supervisi manajerial, kedua penyusunan instrument supervisi manajerial.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 1, peserta dapat menyusun instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan supervisi manajerial implementasi kurikulum 2013 dengan tepat.

C. UraianMateri

Sebelum kita menbahas tentang penyusunan instrument supervisi manajerial, sebaiknya kita paham dulu apa itu supervisi manajerial.

1. Pengertian Supervisi Manajerial

Supervisi adalah kegiatan professional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas

sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai:

a. kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah,

b. asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi

sekolah,

c. pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan d. evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

2. Penyusunan Instrumen Supervisi Manajerial

Analisis kualitas instrumen berkaiatan dengan pertanyaan apakah instrumen alat ukur yang benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur? Dan samapai mana instrumen tersebut dapat diandalkan dan berguna? Kedua pertanyaan tersebut berkaitan dengan validitas dan reabilitas.

a. Validitas Instrumen Supervisi Manajerial

Instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data dalam kegiatan pengawasan sekolah harus terlebih dahulu diuji validitasnya. Uji validitas instrumen dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun tepat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data pengawasan sekolah atau tidak. Terkait dengan validitas instrumen, Arikunto (2002: 144) menyatakan: Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Margono (2004: 186) menyatakan bahwa dalam mengukur validitas perhatian ditujukan kepada isi dan kegunaan instrumen. Valisitas instrumen setidaknya dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:

1) Construct Validity

Construct validity, menunjuk kepada asumsi bahwa alat ukur yang dipakai mengandung satu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoretis. Karena itu construct validity (konstruk) sebenarnya hampir sama dengan konsep, keduanya sama-sama merupakan abstraksi dan generalisasi, yang perlu diberi definisi sedemikian rupa sehingga, sehingga dapat diamati dan diukur. Seorang pengawas sekolah dalam meneliti construct validity itu,

mulai dengan menganalisis unsur-unsur suatu konstruk. Kemudian diberikan penilaian apakah bagian-bagian itu memang logis untuk disatukan (menjadi skala) yang mengukur suatu konstruk. Langkah terakhir adalah menghubungkan konstruk yang sedang diamati dengan konstruk lainnya, dan menelusuri apa saja dari konstruk pertama mempunyai kaitan dengan unsur-unsur tertentu pada konstruk yang lain tadi. (Margono, 2004: 187)

2) Content Validity

Content validity (validitas isi) menunjuk kepada suatu instrumen yang memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur yang akan diukur. Sebagai contoh, seorang guru pada akhir semester akan memberikan tes dari bahan yang diajarkan. Sudah barang tentu banyak terdapat kemungkinan pertanyaan yang diajukan. Sebuah tes yang mempunyai validitas isi yang tinggi, apabila pertanyaan yang diajukan dapat menangkap apa yang sudah diajarkan guru, atau yang diketahui siswanya. Validitas ini kini mendapat perhatian yang makin besar dalam pengukuran- pengukuran terhadap kemajuan belajar. Tes kemajuan belajar, seperti dimaklumi adalah bermaksud mengetahui apa yang sudah diketahui oleh siswa. Untuk mencapai maksud itu, butir-butir tes tidak boleh keluar dari persoalan-persoalan yang dipandang penting, dan masih erat berhubungan dengan isi dari indikator/tujuan pembelajaran yang bersangkutan. Penentuan suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya dapat didasarkan pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut.

3) Face Validity

Face validity (validitas lahir atau validitas tampang) menunjuk dua arti berikut ini:

a) Menyangkut pengukuran atribut yang konkret. Sebagai contoh pengawas ingin mengawasi kemampuan guru dalam mengggunakan fasilitas internet, maka para guru disuruh mengoperasikan akses internet. Apabila kemahiran aplikasi akses internet yang diukur, maka teknik-teknik pemanfaatan internet itu yang akan diukur.

b) Menyangkut penilaian dari para ahli maupun konsumen alat ukur tersebut. Sebagai contoh, pengawas ingin mengawasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap sekolah, kemudian ia

membuat skala pengukuran dan menunjukkannya kepada ahli.

Apabila para ahli berpendapat bahwa semua unsur skala itu memang mengukur partisipasi, skala tersebut memilki validitas tampang.

4) Predictive Validity

Predictive validity menunjuk kepada instrumen peramalan. Meramal sudah menunjukkan bahwa kriteria penilaian berada pada saat yang akan datang, atau kemudian. Sebagai contoh, salah satu syarat untuk diterima di perguruan tinggi adalah menempuh ujian.

Instrumen tes ujian itu dikatakan memiliki predictive validity yang tinggi, apabila mendapat nilai yang baik ternyata dapat menyelesaikan studinya dengan lancar, mudah dan berprestasi baik, sedangkan yang mendapat nilai rendah akan mendapat hambatan yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan kata lain, dengan instrumen tes yang memiliki predictive validity tadi, dapat diramalkan hasil studi calon mahasiswa pada masa yang akan datang.

b. Reliabilitas Instrumen Supervisi Manajerial

Selain harus memenuhi kriteria valid, instrumen supervisi harus reliabel. Arikunto (2002: 154) menyatakan: Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur (instrumen), yaitu 1) kemantapan; 2) ketepatan, dan 3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, dengan syarat bahwa kondisi saat pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil yang sama. Di dalam pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna juga dapat diandalkan (Margono, 2004: 181).

Ketepatan, menunjuk kepada instrumen yang tepat atau benar mengukur dari sesuatu yang diukur. Instrumen yang tepat adalah instrumen di mana pernyataannya jelas, mudah dimengerti dan rinci. Pertanyaan yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama dari responden yang lain, dan dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Homogenitas, menunjuk kepada instrumen yang mempunyai kaitan erat satu sama lain dalam unsur-unsur dasarnya.

Mutu suatu instrumen atau alat pengukur secara keseluruhan, pada dasarnya dapat diperiksa melalui dua tahap usaha, yaitu pertama dengan analisis rasional dan analisis empiris. Seorang pengawas yang cermat dan berpengalaman biasanya dengan mudah dapat menilai reliabilitas suatu instrumen pengawasan dengan cara analisis rasional. Pengawas seperti ini akan dapat pula menunjukkan kelemahan dari instrumen dan dengan segera dapat memberi pertimbangan, apakah informasi yang diperoleh dari responden dapat dipercaya atau harus diterima dengan hati-hati, atau ditolak. Langkah kedua dalam memeriksa mutu instrumen ialah dengan menganalisis secara empiris (analisis dengan menggunakan prosedur statistik).

Untuk menguji reliabilitas ada beberapa metode kerja yang dapat dipergunakan yaitu :

1) Metode Ulang (Test-Retest)

Menurut Margono (2004: 184), metode ini menunjuk adanya pengulangan pengukuran yang sama kepada responden yang sama, dengan situasi yang (kira-kira) sama, pada dua waktu yang berlainan. Cara ini memang sederhana, akan tetapi mempunyai

kelemahan-kelemahan karena kemungkinan-kemungkinan di bawah ini:

(a) Terjadinya perubahan dalam diri responden di antara dua kurun waktu pengisian instrumen, sehingga hasil pengukuran yang pertama dan kedua terjadi perubahan yang besar.

(b) Kesiapan yang berbeda dari responden, pada keadaan pengukuran kedua dibanding dengan yang pertama. Kebenaran ini harus sungguh diperhatikan, apalagi dalam mengukur reliabilitas tes kemampuan.

(c) Kemungkinan responden hanya mengingat dan mengulang kembali jawaban yang pernah diberikan. Untuk sedikit

mengatasi, jarak waktu antara pengukuran yang pertama dengan yang kedua perlu dipertimbangkan .

(d) Kemungkinan bahwa responden yang cirinya diukur berulang kali menunjukkan suatu kesadaran terhadap ciri tersebut, yang

kemudian bertanggung jawab terhadap perubahan sikap itu.

2) Metode Pararel

Metode ini menunjuk pada suatu kesatuan yang sama, atau kelompok variabel diukur dua kali pada waktu yang sama atau hampir bersamaan, pada sampel atau responden yang sama juga. Di dalam pelaksanaannya terdapat dua kemungkinan, yaitu: (1) dua orang peneliti menggunakan instrumen yang sama pada responden yang berbeda, (2) seorang peneliti dengan dua instrumen yang berbeda tetapi bermaksud mengukur variabel yang sama. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas dari dua alat ukur adalah dengan koefisien korelasi. Apabila koefisien korelasi dikuadratkan, akan diperoleh koefisien determinan yang sekaligus merupakan indeks reliabilitas untuk kedua alat ukur (Margono, 2004: 185).

3) Metode Belah Dua (Split Half Method)

Metode ini menunjuk pada pengujian suatu instrumen dengan cara membagi dua, artinya instrumen dan skor pada kedua bagian instrumen itu dikorelasikan. Pengujian dengan metode ini (lebih tepat) pada instrumen yang terdiri dari beberapa pertanyaan atau pernyataan, biasanya dalam bentuk skala. Sebuah skala biasanya mengukur konsep, jadi yang diukur dalam metode belah dua ini adalah homogenitas dan internal consistency pertanyaan/ pernyataan yang termasuk dalam suatu instrumen. Proses pengujian reliabilitas pada metode belah dua ini, hampir sama dengan metode pararel. Sampai saat ini belum ada pedoman yang baik untuk memilih suatu instrumen. Cara yang biasanya ditempuh adalah dengan mengelompokkan pertanyaan yang bernomor ganjil pada satu kelompok dan pernyataan yang genap pada kelompok yang lain. Kelemahan metode ini bahwa koefisien korelasi dan indeks reliabilitasnya biasanya berfluktuasi tergantung dari cara pengelompokkan pertanyaan-pertanyaan. (Margono, 2004: 185-

186).

c. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen

Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu: (1) dengan mengembangkan sendiri; dan (2) dengan cara menyadur (adaptation). Sehubungan dengan pengembangan instrumen pengawasan sekolah, untuk mengawasi bidang-bidang garapan manjemen sekolah, seorang pengawas dapat mengembangkan sendiri instrumen pengawasannya atau dapat menggunakan instrumen yang sudah ada, baik instrumen yang telah digunakan dalam pengawasan sekolah sebelumnya maupun berupa instrumen baku literatur yang relevan.

Sebenarnya kegiatan pengawasan identik dengan kegiatan penelitian. Setidaknya, dalam langkah-langkah penyusunan instrumen. Seperti diketahui, menurut Natawidjaja (Komala, 2003: 59) ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan sendiri instrumen pengawasan sekolah. Langkah-langkah tersebut dapat mengikuti tahapan berikut:

1) Menentukan masalah penelitian (bidang yang akan diawasi)

2) Menentukan variabel (yang diawasi)

3) Menentukan instrumen yang akan digunakan.

4) Menjabarkan bangun setiap variabel.

5) Menyusun kisi-kisi.

6) Penulisan butir-butir instrumen.

7) Mengkaji ulang instrumen tersebut yang dilakukan oleh peneliti

(pengawas) sendiri dan oleh ahli ahli (melalui judgement).

8) Penyusunan perangkat instrumen sementara.

9)Melakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui: (a) apakah instrumen itu dapat diadministrasikan; (b) apakah setiap butir instrumen itu dapat dan dipahami oleh subjek penelitian (pengawasan); (c) mengetahui validitas; dan (d) mengetahui reliabilitas.

10) Perbaikan instrumen sesuai hasil uji coba.

11) Penataan kembali perangkat instrumen yang terpakai untuk memperoleh data yang akan digunakan.

Sedangkan bila pengawas ingin mengembangkan instrumen dengan prosedur adaptasi (menyadur), maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1)Penelaahan instrumen asli dengan mempelajari panduan umum (manual) instrumen dan butir-butir instrumen. Hal itu dilakukan untuk memahami (a) bangun variabel; (b) kisi-kisinya; (c) butir- butirnya; (d) cara penafsiran jawaban.

2) Penerjemahan setiap butir instrumen ke dalam bahasa Indonesia.

Penerjemahan dilakukan oleh dua orang secara terpisah.

3) Memadukan kedua hasil terjemahan oleh keduanya.

4)Penerjemahan kembali ke dalam bahasa aslinya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran penerjemahan tadi.

5) Perbaikan butir instrumen bila diperlukan.

6) Uji pemahaman subjek terhadap butir instrumen.

7) Uji validitas instrumen.

8) Uji reliabilitas instrumen.

Dengan mengacu pada pendapat Crocker dan Algina (Komala, 2003:

60-61), langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengkonstruksikan sebuah instrumen yang standar, yaitu:

1) Menentukan tujuan utama penggunaan instrumen

2)Menentukan tingkah laku yang menggambarkan konstruk yang hendak diukur atau menentukan domain.

3) Menyiapkan spesifikasi instrumen, menetapkan proporsi butir

yang harus terpusat pada setiap jenis tingkah laku yang ditentukan pada langkah 2.

4) Menentukan pool awal butir.

5)Mengadakan penelaahan kembali terhadap butir-butir yang diperoleh pada langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu.

6) Melaksanakan uji coba butir pendahuluan dalam melakukan revisi

bila perlu.

7)Melaksanakan uji lapangan terhadap terhadap butir-butir hasil langkah 6 pada sampel yang besar yang mewakili populasi untuk siapa instrumen ini dimaksudkan.

8)Menentukan ciri-ciri statistik skor butir, dan apabila perlu, sisihkan butir-butir yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

9)Merencanakan dan melaksanakan pengkajian reliabilitas dan validitas untuk bentuk akhir instrumen.

10) Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan

penafsiran skor instrumen.

Pemilihan instrumen pengawasan sekolah harus didasarkan kepada rambu-rambu yang tepat. Sehingga jenis instrumen yang dipilih benar- benar sesuai untuk mengumpulkan data pengawasan secara tepat. Adapun rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan instrumen pengumpulan data pengawasan sekoah dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Arikunto, 1988: 52).

Tabel .1. Rambu-Rambu Pemilihan Instrumen

Pengumpulan Data Pengawasan

No

Metode

Instrumen

Data tentang

1

Angket

Angket

a. Pendapat responden

b. Keadaan diri sendiri atau keadaan luar diri

c. Kejadian yang sudah lampau atau terus menerus

Skala sikap

Sikap diri responden

2

Wawancara

(interviu)

Pedoman wawancara

a. Pendapat responden

b. Keadaan diri sendiri atau keadaan luar diri

c. Kejadian yang sudah lampau atau terus menerus

3

Pengamatan

Check list

a. Keadaan (diam), banyak

No

Metode

Instrumen

Data tentang

(observasi)

aspek, sudah diketahui jenis objeknya, tidak memerlukan penjelasan.

b. Kejadian (berproses), banyak

aspek sudah diduga pemunculannya, tidak memerlukan penjelasan urutan.

Pedoman pengamatan

a. Keadaan atau kejadian yang baru diketahui kerangka

garis besarnya.

b. Keadaan atau kejadian yang garis besar latarnya diketahui

4

Dokumentasi

Check list

Keadaan atau kejadian bagi hal- hal masa lalu

5

Tes

Soal tes

Prestasi belajar, minat, aspek- aspek kepribadian, serta aspek-

aspek psikologis yang lain, yang

dikumpulkan dalam kondisi tertentu.

Menurut Arikunto (1988: 48-52), langkah-langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan sekolah adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Bagi para peneliti atau pengawas sekolah pemula, merumuskan tujuan seperti ini tidak lazim. Padahal sebetulnya langkah ini sangat perlu. Tidak mungkin kiranya atau apabila mungkin akan sukar sekali dilakukan, menyusun instrumen tanpa tahu untuk apa data itu terkumpul, apa yang harus dilakukan sesudah itu apa fungsi setiap jawaban dalam setiap butir bagi jawaban problematika dan sebagainya. Contoh: Tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar dengan modul.

2) Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan.

Contoh: Untuk mengumpulkan data tentang kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan angket, wawancara, observasi, dan dokumen. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut:

No

Variabel/ Sub

Variabel

Wawancara

Angket

Obser vasi

Doku- men-

tasi

Guru

Siswa

Penge

- lola

Siswa

1

Mulai dan berakhirnya pelajaran

2

Aktivitas siswa

3

Kesulitan modul

4

Kelengkapan modul

5

Kelengkapan alat

6

Pelaksanaan tes

7

Mutu soal tes

8

Pengambilan nilai akhir

9

Pengadministr asian modul

10

Situasi bela- jar secara umum

3) Membuat butir-butir instrumen

Sesudah memiliki kisi-kisi seperti contoh di atas, langkah penilaian berikutnya adalah membuat butir-butir instrumen. Yang tertera pada kolomkolom disebelah kanan adalah wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Keempatnya menunjukkan jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh penilai dalam mengumpulkan data. Untuk dapat melakukan pengumpulan data dengan baik, penilai dilengkapi dengan instrumen (alat) agar pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis, menghemat waktu dan data yang diperoleh sudah tersusun.

Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang membosankan dan menyebalkan. Sebelum memulai pekerjaannya, mereka menganggap bahwa menyusun instrumen itu mudah. Setelah tahu bahwa langkah awal adalah membuat kisi-kisi yang menuntut kejelian yang luar biasa. Tidak mengherankan kalau banyak di antara pengawas yang merasa kesulitan.

Tanda-tanda () yang tertera pada kisi-kisi di atas menunjukkan isi mengenai informasi yang akan dijaring dengan instrumen yang

tertulis pada judul kolom. Dalam contoh terlihat bahwa butir-butir pada wawancara untuk siswa dan angket untuk siswa tidak cukup banyak. Dalam keadaan seperti ini, jika pengawas menghendaki, dapat dipilih salah satu saja. Setiap instrumen mengandung kebaikan dan kelemahan. Untuk itu harap mempelajari butir-butir penelitian tentang instrumen penelitian.

4) Menyunting instrumen

Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka penilai atau pengawas melakukan pekerjaan terakhir dari penyusunan instrumen yaitu mengadakan penyuntingan (editing). Hal-hal yang dilakukan dalam tahap-tahap ini adalah:

(a) Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau pengawas untuk mempermudah pengolahan data.

(b) Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.

(c) Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada orang lain. Untuk pedoman wawancara, pedoman pengamatan (observasi) dan pedoman dokumentasi hanya identitas yang menunjuk pada sumber data dan identitas pengisi.

Angket dengan huruf-huruf yang jelas dan dengan wajah depan yang menarik akan mendorong responden untuk bersedia mengisinya. Berhubungan dengan keengganan responden untuk mengisi angket, Borg dan Gall (Arikunto, 1988: 50) menyarankan hal-hal sebagai berikut:

(a) Angket perlu dibuat menarik penampilannya dengan tata letak huruf atau warna tertentu.

(b) Usahakan supaya responden dapat mengisi dengan cara yang semudah-mudahnya.

(c) Setiap lembar perlu diberi nomor halaman.

(d) Tuliskan nama dengan jelas pada kepada siapa angket tersebut dapat dikembalikan.

(e) Petunjuk pengisian dibuat singkat, jelas dan dengan cetakan yang berbeda dengan butir-butir pertanyaan.

(f)Bila perlu, sebaiknya diberi contoh pengisian sebelum butir pertanyaan pertama.

(g) Urutan pertanyaan diusahakan sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi pengisi untuk mengorganisasikan pikirannya untuk menjawab.

(h) Butir pertanyaan pertama diusahakan yang mudah pengisiannya, menarik dan tidak menekan perasaan.

(i) Butir pertanyaan yang menyangkut informasi yang sangat penting jangan diletakkan di belakang.

(j)Pernyataan setiap butir supaya dibuat sejelas-jelasnya, terutama mengenai inti dari hal yang diselidiki.

Untuk mengakhiri penjelasan tentang penyusunan instrumen, berikut ini ditambahkan kondensi aturan-aturan penulisan butir angket. Beberapa aturan dimaksud hampir sama persis dengan aturan-aturan penyusunan tes objektif. Aturan-aturan tersebut menurut Arikunto (1988: 50-51), yaitu:

(a) Hindarkan penggunaan kata-kata kebanyakan, sebagian besar, biasanya yang tidak mempunyai arti jelas dalam jumlah.

(b) Rumusan yang pendek lebih baik daripada yang panjang karena kalimat yang pendek akan lebih mudah dipahami.

(c) Rumusan negatif seyogyanya dihindari atau dikurangi hingga sesedikit mungkin. Untuk membuat butir arti terbalik (inverse), jika terpaksa menggunakan kata yang menunjuk pada arti negatif hendaknya digarisbawahi.

(d) Tidak boleh membuat butir yang mengandung dua pengertian, misalnya: Pendekatan menjadi tanggung jawab orang tua masyarakat dan negara, karenanya maka orang tua asuh perlu diharuskan untuk anggota masyarakat yang mampu. Terhadap pernyataan tesebut responden dapat setuju terhadap pernyataan pertama tetapi tidak untuk yang kedua.

(e) Hindari penggunaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang membingungkan. Ingat bahwa angket merupakan daftar pertanyaan yang diisi oleh responden pada waktu mereka tidak berdekatan dengan penyusun. Oleh karena itu, semua kata, kalimat atau kumpulan kalimat harus jelas.

(f)Hindari pengarahan terselubung. Penyusun instrumen tidak dibenarkan sedikit atau banyak memberikan isyarat pancingan (hint) yang menyebabkan responden memilih suatu alternatif tertentu.

D. Aktivitas Pembelajaran

Tahapan

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Waktu

1. Persiapan

Fasilitator mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti

LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker,

dan Laser Pointer.

10

2. Kegiatan

Pembelajaran

a. Kegiatan

Pendahuluan

Pengkondisian peserta

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan tujuan, kompetensi, Indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran

Implementasi kurikulum 2013.

Fasilitator memotivasi peserta tentang manfaat materi pembelajaran agar peserta serius, antusias, teliti dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung

5

5

5

5

b. Kegiatan Inti

Peserta mengamati bahan tayang 1, yang ditayangkan oleh fasilitator.

Peserta mengajukan sejumlah pertanyaan berdasarkan tayangan 2.

Setiap kelompok mengamati contoh instrumen yang ada pada LKPS 3.2,

kemudian mengomentari dari sisi kontruksi dan substansi isinya.

Setiap kelompok melaporkan hasil komentarnya.

Setiap kelompok mereviu instrumen sesuai dengan tugas kelompoknya.

Setiap kelompok mempresentasikan hasil reviu .

20

15

30

20

30

20

3. Kegiatan

Penutup

Menyimpulkan Materi pelatihan pembelajaran 1.

Refleksi dan umpan balik tentang proses

Pembelajaran.

5

10

E. Rangkuman

Supervisi manajerial merupakan upaya yang dilakukan pengawas untuk membina kepala sekolah khususnya, dan warga sekolah umumnya dalam pengelolaan sekolah. Aktivitas pengawas dalam supervisi manajerial tercakup dalam empat kata kunci, yaitu:

1. Membimbing (membantu dan mendampingi) dalam penyusunan dan perumusan berbagai pedoman, panduan, kebijakan atau program sekolah.

2. Memonitor, dalam pelaksanaan hal-hal yang sudah jelas aturannya.

3. Membina, dalam pelaksanaan hal-hal yang perlu inisiatif sekolah.

4. Mengevaluasi (termasuk memeriksa dan menilai) dalam hal-hal yang berkaitan dengan ketersediaan perangkat, maupun pelaksanaan program.

Untuk melaksanakan supervisi manajerial pengawas perlu memahami prinsip- prinsip, metode dan teknik yang ada, serta menerapkannya sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang hendakn dicapai.

Sasaran supervisi manajerial adalah pengelolaan sekolah, meliputi perencanaan, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan dan sistem informasi manajemen.

F. Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran 1, ibu/bapak dapat melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan berikut ini !

1. Apa yang ibu/bapak pahami setelah mempelajari materi ini?

2. Pengalaman penting apa yang ibu/ bapak peroleh setelah mempelajari materi ini?

3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas ibu/ bapak sebagai pengawas

sekolah?

4. Apa rencana tindak lanjut yang akan ibu/ bapak lakukan setelah kegiatan ini

III KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

A. Deskripsi Materi

Supervisi manajerial merupakan kegiatan supervisi berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, dan sumber daya lainnya.

Berubahnya kurikulum dari KTSP 2006 ke KTSP 2013 secara langsung menuntut peningkatan fungsi supervisi manajerial seorang pengawas. Dengan munculnya manajemen perubahan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas harus melakukan pendampingan secara efektif sebagai wujud tajamnya supervisi manajerial dengan target berlangsungnya perubahan- perubahan di sekolah dengan baik untuk implementasi kurikulum 2013.

Ruang lingkup supervisi manajerial terdiri dari pemantauan, penilaian, dan pembinaan. Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi manajerial adalah monitoring dan evaluasi. Tetapi metode lainnya dapat digunakan sesuai dengan kondisi sekolah dan masalah yang akan dipecahkan di sekolah.

Dalam kegiatan pembelajaran ini, saudara akan mendiskusikan bahan ajar pelaksanaan supervisi manajerial terkait dengan implementasi kurikulum 2013, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Pelaksanaan pengawasan manajerial dilakukan melalui pemantauan, penilaian dan pembinaan. Penilaian dilaksanakan terhadap kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran 2, peserta dapat merancang dan melaksanakan supervisi manajerial implementasi kurikulum 2013 dengan benar.

C. Uraian Materi

Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, penilaian dan pembinaan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di

dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi 8 standar nasional pendidikan.

Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan administrasi dan pengelolaan sekolah. Kegiatan administrasi ditekankan pada proses dan metode untuk menjamin suatu tindakan yang tepat. Administrasi sebagai tugas (kewajiban) dalam konteks pendidikan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang meliputi : 1. Administrasi standar isi, 2. Administrasi standar kompetensi lulusan, 3. Administrasi standar proses, 4. Administrasi standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5. Administrasi standar sarana dan prasarana, 6. Administrasi standar pengelolaan, 7. Administrasi standar pembiayaan, dan 8. Administrasi standar penilaian. Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa administrasi sekolah adalah pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya sekolah secara efisien dalam penyelenggaraan pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah tercapai secara optimal.

Supervisi pada kegiatan administrasi sekolah dilakukan agar pengawas memastikan bahwa administrasi sekolah dapat : 1. Memberi arah dalam penyelenggaraan sekolah 2. Menjadi umpan balik bagi perbaikan proses dan hasil pendidikan 3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan administrasi sekolah

4. Tertib administrasi 5. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 6. Menunjang tercapainya program sekolah secara efektif dan efisien.

Salah satu fokus penting lainnya dalam supervisi manajerial oleh pengawas terhadap sekolah, adanya hal berkaitan pengelolaan atau manajemen sekolah. Sebagaimana diketahui dalam dasa warsa terakhir telah dikembangkan wacana manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai bentuk paradigma baru pengelolaan dari sentralisasi ke desentralisasi yang memberikan otonomi kepada pihak sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat (Sudarwan Danim, 2006: 4). Pengawas dituntut dapat menjelaskan sekaligus mengintroduksi model inovasi manajemen ini sesuai dengan konteks sosial budaya serta kondisi internal masing-masing sekolah.

1. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial. a. Pemantauan

Pemantauan manajemen perubahan mengarah pada pencapaian 8

standar nasional pendidikan (SNP) dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.

b. Penilaian

Penilaian terhadap kinerja kepala sekolah dalam hal menjadi agen perubahan pertama di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 sesuai dengan standar nasional pendidikan.

c. Pembinaan

Pembinaan dilakukan pengawas tentang pengelolaan sekolah meliputi :

1) penyusunan KTSP 2013 berdasarkan Standar Nasional Pendidikan,

2) membantu kepala sekolah mengembangkan pusat sumber belajar (PSB) dan sumber-sumber belajar lainnya dalam mendukung terselenggaranya pembelajaran dengan pendekatan saintifik,

3) mengembangkan kemampuan kepala sekolah dalam penyusunan program dan pelaksanaan peminatan dan ekstra kurikuler wajib Pramuka,

4) melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam melaksanakan pengelolaan dan administrasi sekolah secara umum,

5) melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, serta

6) melakukan pendampingan kepala sekolah dalam mengevaluasi keterlaksanaan program-program sekolah,

7) melaporkan hasil evaluasinya kepada pemangku kepentingan, dan

8) menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan data hasil evaluasi tersebut.

Hasil pemantauan dan penilaian oleh pengawas harus dijadikan dasar untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme kepala sekolah dan ditindaklanjuti dengan melakukan pembinaan baik berupa pembimbingan dan/atau pelatihan kepala sekolah.

Pada implementasi kurikulum 2013 supervisi manajerial sangat dibutuhkan mengingat adanya perubahan mindset dan perilaku warga sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah. Karena itu pengawas harus melakukan pendampingan kepada kepala sekolah agar mendapat kepastian bahwa implementasi kurikulum berjalan sesuai dengan harapan.

Seperti telah dikemukakan di depan, dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas harus melakukan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan meliputi :

1) penyusunan Program Pengawasan Tahunan,

2) Program Semester,

3) Program Pembinaan Kepala Sekolah,

4) Program Pemantauan Standar Nasional Pendidikan (SNP),

5) Program Penilaian Kinerja Kepala Sekolah,

6) Rencana Pengawasan Manajerial (RPM), dan

7) membuat Instrumen Supervisi Manajerial.

Seluruh program yang disiapkan harus mengacu pada standar penilaian kinerja pengawas sekolah (PKPS). Hal ini penting, sebab selain untuk menjadi patokan pendokumenan hasil supervisi sekolah binaan, secara individual setiap pengawas memerlukan nilai kinerja minimal baik dalam rangka peningkatan karirnya. Sebagai pedoman dalam penyusunan program yang memenuhi kriteria PKKS, pengawas hendaknya menganalisis instrumen penilaian kinerja pengawas sekolah (menurut Permendiknas no

21 tahun 2010 tentang tugas pengawas sekolah dan angka kreditnya).

2. Metode dan Teknik Supervisi Manajerial.

Metode pelaksanaan pengawasan manajerial dapat dilakukan dengan cara observasi, kunjungan atau pemantauan, pengecekan/klarifikasi data, dan rapat dengan kepala sekolah. Secara spesifik berikut ini saudara akan membaca penjelasan jenis-jenis metode dan teknik supervisi manajerial.

a. Monitoring dan Evaluasi

Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.

1) Monitoring

Monitoring adalah kegiatan pengontrolan pelaksanaan program- program penyelenggaraan sekolah dengan konsekuen sesuai dengan rencana, program dan/atau standar yang telah ditetapkan. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Sebagai contoh, pengawas melakukan monitoring terhadap:

1) penyusunan KTSP 2013,

2) memantau penyusunan program peminatan dengan melibatkan guru bimbingan dan konseling,

3) memantau penyusunan program penerimaan peserta didik baru,

4) memantau program supervisi akademik kepala sekolah untuk memastikan terselenggaranya proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik,

5) memantau penyusunan program pengelolaan sarana prasarana sekolah menyangkut sarana pendukung terselenggaranya pembelajaran saintifik, mulai dari

penyediaan buku siswa dan buku guru,

kegiatan analisis buku siswa dan analisis buku guru,

menyiapkan laboratorium IPA, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, perpustakaan, dan sumber-sumber belajar lainnya,

menyusun administrasi keuangan yang efisien, transparan dan akuntabel,

menyusun program penilaian otentik secara makro dan mikro,

menyusun program peningkatan kualitas hubungan sekolah dengan masyarakat terkait pelaksanaan kurikulum 2013, dan

menyusun program pengembangan diri dan layanan khusus, di antaranya program peminatan dan ekstra kurikuler.

Pengawas harus memantau program pelaksanaan ekstra kurikuler Pramuka mengingat Pramuka sudah ditetapkan sebagai ekstra kurikuler wajib. Monitoring lebih bersifat klinis, pengawas dapat segera mengatasi hambatan dan gangguan yang ditemukan selama program masih berjalan. Namun jangan lupa, pengawas harus memastikan bahwa apa yang dimonitornya adalah hal-hal yang dikembangkan dan dijalankan dalam rencana pengembangan sekolah (RPS).

Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai. Secara tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan: (a) menetapkan standar untuk mengukur prestasi, (b) mengukur prestasi, (c) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan (d) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar (Nanang Fattah, 1996: 102).

Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu.

2) Evaluasi

Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauh

mana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk

(a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program,

(b) mengetahui keberhasilan program,

(c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan

(d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.

Sebagai contoh pengawas melakukan evaluasi keterlaksanaan kurikulum 2013, pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen seperti berikut ini : (contoh hanya menunjukkan supervisi manajerial saja, tidak mencantumkan supervisi akademik).

INSTRUMEN PEMANTAUAN KETERLAKSANAAN KURIKULUM 2013

Sekolah : ..................................... Alamat : ..................................... Kepala Sekolah : ..................................... Hari/Tanggal : ..................................... A. INSTRUMEN PEMANTAUAN MANAJERIAL

No

Uraian

Skor

Keterangan

(2) mengembangkan struktur kurikulum

(3) memetakan tugas siswa (4) merumuskan kalender akademik (5) mentetapkan peraturan akademik

maksimal 5

6.

Menjamin pelaksanaan pendekatan saintifik, yang divariasikan dengan penerapan metode inkuiri, pemecahan

masalah dan proyek melalui kegiatan

pembinaan atau supervisi

Skor 1

7.

Menetapkan prioritas program penyediaan sarana-prasarana pembelajaran.

Skor 1

8

Memantau perkembangan hasil belajar siswa secara berkala dalam evaluasi keterlaksanaan perubahan.

Skor 1

Perolehan skor

Total skor

Persentase Ketercapaian

Kesimpulan:

Rekomendasi:

Mengetahui,

,.

Kepala Sekolah, Pemantau,

------------------------------ ---------------------- NIP. NIP

b. Refleksi dan Focused Group Discussion

Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru.

Misalnya pengawas menyampaikan hasil monitoring pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Temuan-

temuan dari monitoring itu disampaikan kepada stakeholders sekolah, misalnya :

tentang RPP yang belum saintifik,

pembelajaran belum berhasil mengeksplorasi kegiatan yang bersifat saintifik,

alat bantu pembelajaran belum mendukung penggunaan IT secara optimal,

guru banyak yang belum melakukan analisis buku siswa dan buku guru,

guru belum dapat mengelola waktu pembelajaran dengan efektif dan seterusnya.

Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Permasalahan tersebut ditindaklanjuti untuk dibahas melalui forum. Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Putaran pertama membahas RPP, putaran berikut membahas pendekatan saintifik, kemudian membahas media pembelajaran, dan seterusnya.

Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

c. Metode Delphi

Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.

Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat yang bagus, tanpa dilandasi oleh filosofi dan pendalaman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang tua murid dan guru untuk membicarakan masalah peminatan, masalah ekstra kurikuler, masalah pembiayaan suatu kegiatan, dan masalah penilaian otentik, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.

Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak

pihak.

Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;

2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;

3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar

urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.

4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.

5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta

yang dimintai pendapatnya.

d. Workshop

Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP 2013, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.

3. Pelaksanaan Supervisi Manajerial

Supervisi manajerial pada tahun ini diberi tambahan tugas berupa implemetasi Kurikulum 2013 serentak di seluruh sekolah di Indonesia. Pengawas harus melakukan konsentrasi supervisi manajerial bukan saja tentang pengelolaan dan administrasi pelaksanaan kurikulum lama (KTSP

2006), tetapi harus melakukan supervisi pada implementasi Kurikulum 2013. Pada kegiatan ini akan dibahas supervisi yang berkaitan langsung dengan terselenggaranya kurikulum 2013, di antaranya :

a. manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik b. manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan

c. administrasi buku guru dan buku siswa

d. analisis ratio PTK dalam program peminatan e. manajemen keuangan

f. hubungan sekolah dan masyarakat g. layanan khusus peminatan.

h. dan sebagainya.

Manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik

Seperti halnya manajemen kurikulum KTSP 2006, kepala sekolah harus menyusun KTSP 2013 dengan pembelajaran saintifik. Pengawas harus

melakukan pemantauan dan pendampingan dalam penyusunan KTSP 2013. Pengawas memastikan bahwa kepala sekolah telah memahami petunjuk penyusunan KTSP dalam Permendikbud No 81 A lampiran I tentang penyusunan KTSP dan peraturan terkait lainnya. Supervisi kepada kepala sekolah sangat diperlukan karena pada implementasi kurikulum 2013 kepala sekolah harus melakukan perubahan-perubahan baik perubahan terhadap struktur organisasi, hubungan kerja dan job deskripsi yang jelas, perubahan terhadap teknologi proses kerja, metode kerja, dan peralatan kerja, maupun perubahan persepsi, perubahan sikap (perubahan mindset) dan kebiasaan dari para pemangku kepentingan, baik individu maupun kelompok. Pengawas harus merekam data perubahan-perubahan di sekolah secara lengkap, melaporkan temuan kepada sekolah agar segera dilakukan penyelesaiannya.

Supervisi yang dilakukan pengawas harus memantau kepala sekolah melakukan manajemen perubahan melalui Planning, Organizing, Leading, dan Controlling. Pengawas harus mendapat kepastian bahwa kepala sekolah memahami apa yang berubah, ke mana arah perubahan, dan menguasai bagaimana cara merubah sekolah menuju kurikulum 2013.

Selama supervisi penyusunan KTSP pengawas memberi saran dan masukan untuk terciptanya KTSP yang kondusif bagi partisipasi seluruh warga sekolah membentuk berbagai kerja yang sinergis, memiliki agen perubahan yang akomodatif mengeliminasi setiap gejala resistensi perubahan. Pengawas juga dapat mendorong kepala sekolah menyiapkan program evaluasi pelaksanaan KTSP 2013 dan rencana perbaikan berkelanjutan.

Manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan untuk mendukung perkembangan peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan complement) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan. Pengawas dapat merekam data program ekstrakurikuler dengan cara membaca program ekstrakurikuler yang disusun oleh sekolah. Di dalam program tersebut harus tergambar pengelolaan kepala sekolah, meliputi penentuan ekstrakurikuler pilihan, mengembangkan kegiatan pramuka, pemilihan pembina dan pelatih yang handal, menentukan teknis pelaksanaan ekstrakurikuler dan pembiayaannya.

Pengawas harus memberikan pembimbingan kepada kepala sekolah agar penyusunan program ekstrakurikuler mengacu kepada petunjuk pelaksanaan ekstrakurikuler dalam Permendikbud No. 81A lampiran II.

Administrasi buku guru dan buku siswa

Administrasi buku guru dan buku siswa kali ini merupakan prioritas manajemen sarana prasarana sekolah, karena analisis buku guru dan analisis buku siswa menjadi bagian penting dalam implementasi kurikulum

2013. Supervisi yang dilakukan dapat melalui observasi hasil analisis buku yang dilakukan oleh guru, observasi rekapitulasi hasil analisis buku, observasi data jumlah buku yang tersedia.

Analisis ratio PTK dalam program peminatan

Dalam penyusunan program peminatan pengawas hendaknya melakukan pembimbingan dan pemantauan termasuk pembimbingan dalam analisis PTK dengan struktur kurikulum. Selanjutnya pengawas melakukan FGD bersama kepala sekolah, komite sekolah dan PTK terutama guru BK untuk memperoleh dasar pengambilan keputusan tentang jumlah rombel setiap jurusan.

Manajemen keuangan

Supervisi terhadap manajemen keuangan tetap dijadikan prioritas setiap tahun mengingat seluruh kegiatan yang tercantum dalam RKT melibatkan pembiayaan. Pengawas melakukan pemantauan dalam penyusunan RKT/RKAS berbasis transparansi, efisien dan akuntabel.

Hubungan sekolah dan masyarakat

Hubungan sekolah dan masyarakat dalam konteks implementasi kurikulum

2013 melibatkan lebih banyak komponen masyarakat yang diharapkan dapat mendukung terselenggaranya kurikulum di sekolah dengan baik.

Layanan khusus peminatan

Dalam pelaksanaan program peminatan, pengawas harus memantau dan membimbing penyusunan program peminatan melibatkan guru BK dan Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Selanjutnya program peminatan disosialisasikan kepada stakeholder sekolah.

D. Aktifitas Pembelajaran

Tahapan Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Waktu

1. Persiapan

Fasilitator mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti

LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan

Laser Pointer, atau media pembelajaran lainnya.

10

2. Kegiatan

Pembelajaran.

a. Kegiatan

Pendahuluan

Pengkondisian peserta

5

Perkenalan

5

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan

pembelajaran materi pelatihan Supervisi

pembelajaran pada implementasi kurikulum 2013

5

Tahapan Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Waktu

Fasilitator memotivasi peserta tentang manfaat materi pelajaran agar peserta serius, antusias, teliti,

dan bekerja sama saat proses pembelajaran

berlangsung.

5

b. Kegiatan Inti

Peserta mengamati bahan tayang 2 yang ditayangkan oleh fasilitator.

Peserta mengajukan sejumlah pertanyaan berdasarkan bahan tayang 2.

Peserta mendiskusikan tugas lembar kerja bahan bacaan 2

Setiap kelompok melakukan simulasi supervisi

manajerial.

Mengamati dan menganalisis simulasi supervisi manajerial

Menyimpulkan simulasi supervisi manajerial

90

c. Kegiatan

Penutup

Membuat rangkuman materi pelatihan

5

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

10

E. Rangkuman

Sasaran supervisi manajerial adalah pengelolaan sekolah, meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Supervisi manajerial hendaknya diarahkan pada peningkatan mutu berbasis sekolah yang bermuara pada kemandirian, pemberdayaan dan mutu sekolah sehingga dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya terhadap peserta didik, masyarakat, dan pemerintah.

F. Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran 2, saudara dapat melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan berikut ini !

1. Apakah saudara sudah memahami tentang pelaksanaan supervisi manajerial implementasi kurikulum 2013 yang akan diaplikasikan pada sekolah binaan?

2. Pengalaman penting apa yang saudara peroleh setelah mempelajari materi ini?

3. Apa manfaat materi pelaksanaan supervisi manajerial implementasi kurikulum 2013 terhadap tugas seorang pengawas sekolah?

4. Apa rencana tindak lanjut supervisi yang akan saudara lakukan setelah

kegiatan ini?

IV KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

TINDAK LANJUT DAN PELAPORAN HASIL SUPERVISI MAJERIAL

A. Deskripsi Materi

Dalam pembelajaran 3 ini, ibu/bapak akan membaca dan mendiskusikan tentang salah satu tugas pengawas yaitu menyusun tindak lanjut dan laporan hasil supervisi manajerial secara konsep dasar dan praktik. Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi dan Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Produk akhir dari pembelajaran ini adalah pengawas terampil melakukan tindak lanjut dan menyusun laporan hasil

supervisi manajerial.

B.

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 3, laporan dan tindak lanjut hasil supervisi man

2013

pengawas mampu membuat ajerial implementasi kurikulum

C.

Uraian Materi

TINDAK LANJUT DAN LAPORAN SUPERVISI MANAJERIAL

1. Tindak Lanjut

Setelah pengawas sekolah melakukan pemantuan terhadap pengelolaan sekolah, langkah berikutnya adalah melakukan tindak lanjut. Tindak lanjut dalam kegiatan supervisi manajerial dapat berupa tindak lanjut korektif yang memperbaiki temuan ketidaksesuai dalam pengelolaan sekolah dan tindak lanjut preventif yang berupa upaya untuk mengatasi timbulnya permasalahan di masa yang akan datang. Tindak lanjut supervisi manajerial dapat berupa tindakan saran-saran improvisasi untuk meningkatkan keunggulan pengelolaan sekolah.

Tindak lanjut korektif dan preventif memerlukan kegiatan analisis akar penyebab masalah secara terstruktur agar tindakan efektif dan efisien. Terdapat berbagai metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause analysis) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan (undesired outcome).

Analisis Penyebab Masalah merupakan pendekatan terstruktur untuk mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada satu atau lebih kejadian- kejadian yang lalu agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja (Corcoran 2004). Selain itu, analisis penyebab masalah dapat memudahkan pelacakan terhadap faktor yang mempengaruhi kinerja. Penyebab masalah adalah bagian dari beberapa faktor (kejadian, kondisi, faktor organisasional) yang memberikan kontribusi, atau menimbulkan kemungkinan penyebab dan diikuti oleh akibat yang tidak diharapkan.

Jing (2008) menjelaskan lima metode yang populer untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan (undesired outcome) dari yang sederhana sampai dengan komplek yaitu :

a. Is/Is not comparative analysis merupakan metoda komparatif yang digunakan untuk permasalahan sederhana, dapat memberikan gambaran detil apa yang terjadi dan telah sering digunakan untuk menginvestigasi akar masalah.

b. 5 Why methods merupakan alat analisis sederhana yang memungkinkan untuk menginvestigasi suatu masalah secara mendalam.

c. Fishbon diagram merupakan alat analisis yang populer, yag sangat baik untuk menginvestigasi penyebab dalam jumlah besar. Kelemahan

utamanya adalah hubungan antar penyebab tidak langsung terlihat, dan

interaksi antar komponen tidak dapat teridentifikasi.

d. Cause and effect matrix merupakan matrik sebab akibat yang dituliskan dalam bentuk tabel dan memberikan bobot pada setiap faktor penyebab

masalah.

e. Root Cause Tree merupakan alat analisis sebab akibat yang paling sesuai untuk permasalahan yang kompleks. Manfaat utama dari alat analisis tersebut yaitu memungkinkan untuk mengidentifikasi hubungan

diantara penyebab masalah.

Chandler (2004) dalam Ramadhani et. al (2007) menyebutkan bahwa dalam memanfaatkan analsisi penyebab masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan pertama mengidentifikasi dan memperjelas definisi undesired outcome(suatu kejadiaan yang tidak diharapkan), kedua mengumpulkan data, ketiga menempatkan kejadian-kejadian dan kondisi- kondisi pada event and causal factor table, dan keempat lanjutkan pertanyaan mengapa untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang paling kritis.

Metode yang mudah untuk dilaksanakan dalam melakukan analisis penyebab masalah adalah metode Why Analysis (analisa kenapa) adalah suatu metode yang digunakan dalam rangka problem solving yaitu mencari akar suatu masalah atau penyebab dari defect supaya sampai ke akar penyebab masalah.

Istilah lain dari why analysis adalah 5 whys analysis. Metoda ini dikembangkan oleh pendiri Toyota Motor Corporation yaitu Sakichi Toyoda yang menginginkan setiap individu dalam organisasi memiliki skill problem solving dan mampu menjadi problem solver di area masing-masing.

Metoda yang digunakan oleh why analysis adalah dengan menggunakan iterasi yaitu pertanyaan MENGAPA yang diulang beberapa kali sampai menemukan akar masalahnya.

Tahapan umum saat melakukan root cause analysis dengan why why analysis:

a. Menentukan masalahnya dan area masalahnya

b. Mengumpulkan team untuk brainstorming sehingga kita bisa memiliki berbagai pandangan, pengetahuan, pengalaman, dan pendekatan yang

berbeda terhadap masalah

c. Melakukan gemba (turun ke lapangan) untuk melihat tempat, objek dan data aktual

d. Mulai bertanya menggunakan mengapa (why)

Sebagai contoh masalah : Sarana prasarana yang rusak tidak berfungsi ditumpuk di suatu pojok ruangan dan terjadi selama bertahun-tahun.

a. Mengapa ? Komponen karena sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki dan tidak dibuang.

b. Mengapa rusak dan tidak dibuang? Tidak pernah diperbaiki dan sarana prasarana milik negara, jadi susah dihapuskan.

c. Mengapa tidak diperbaiki dan tidak dihapuskan? Tidak ada yang tahu

d. Mengapa tidak ada yang tahu? Tidak ada jadwal rutin pemeliharaan dan tidak tahu prosedurnya.

e. Mengapa tidak tahu prosedurnya? Inilah akar masalahnya

Terkadang untuk sampai pada akar masalah sampai pada pertanyaan kelima atau bahkan bisa lebih atau juga bisa bahkan kurang tergantung dari tipe masalahnya. Metode analisis ini cukup mudah efektif, bukan hanya di permukaan saja dan mencegah masalah.

Setelah sampai pada akar masalah, ujilah setiap jawaban dari yang terbawah apakah jawaban tersebut akan berdampak pada akibat di level atasnya. Contoh: apakah kalau mengetahui prosedur dan ada jadwal rutin pemeliharaan maka akan mudah buat pemeliharaan untuk melakukan pemeliharaan dan penghapusan barang. Apakah hal tersebut paling masuk akal dalam menyebabkan dampak di level atasnya. Apakah ada alternatif kemungkinan penyebab lainnya? Pada umumnya solusi tidak mengarah pada menyalahkan ke orang tapi bagaimana cara melakukan perbaikan sistem atau prosedur. Jika akar penyebab sudah diketahui maka segera implementasikan solusinya.

Tindak lanjut supervisi manajerial merupakan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam rangka memperbaiki temuan-temuan ketidaksesuaian atau mengatasi permasalahan yang ditemukan. Temuan dalam kegiatan supervisi dapat dikategorikan berdasarkan tingkat kepentingannya, berdasarkan dampak yang ditimbulkan, frekuensinya. Temuan yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi, berdampak luas dan sering terjadi berulang kali memerlukan tindak lanjut sesegera mungkin. Efektivitas tindak lanjut supervisi manajerial dalam mengatasi ketidaksesuaian atau temuan bergantung dari ketepatan dalam melakukan

analisis akar penyebab masalah dan pemilihan alternatif solusi yang dipilih untuk mengatasi permasalahan.

Bentuk tindak lanjut supervisi manajerial harus tidak menimbulkan masalah- masalah baru. Pengawas sekolah dalam memberikan saran tindak lanjut harus memperhatikan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, solusi terpilih tidak menimbulkan permasalahan yang baru.

Beberapa dokumen resmi yang dapat dijadikan referensi dan standar dalam kegiatan supervisi manajerial antara lain.

Aspek SNP

Standar dan Referensi Terkait

Standar Kompetensi

Lulusan

Permendikbud no 54 tahun 2013 dsb

Standar Isi

Permendibud no 67, 68, 69,70 tahun 2013 dsb

Standar Proses

Permendikbud 65 thn 2013

Permendikbud 81 a thn 2013 dsb

Standar Penilaian

Permendibud no 66 tahun 2013

Standar PTK

PP no 53 tahun 2010 dsb

Perka BKN no 1 tyhn 2013 dsb

Standar Pengelolaan

Permendiknas no19 thn 2007

PP no 34 tahun 1974 dsb

Standar Sarana

Prasarana

Permendiknas no 24 thn 2007

Permendagri no 17 tahun 2007

Permendikbud 71 tahun 2013 dsb

Standar Pembiayaan

Permendiknas no 69 tahun 2009

Panduan penggunaan dana BOS dsb

.

Bentuk tindak lanjut supervisi manajerial dapat berupa :

1) pembinaan secara individual yaitu pembinaan yang dilakukan secara perseorangan setelah supervisi tersebut selesai dilakukan,

2) pembinaan secara kelompok yaitu pembinaan yang dilakukan secara kelompok sepanjang permasalahan, dan kendala yang dihadapi kepala sekolah sama untuk dicarikan solusi pemecahannya dan

3) pembinaan terpadu yaitu pembinaan yang dilakukan secara terpadu dalam lingkungan sekolah, untuk menyamakan persepsi tentang bidang tugas kepala sekolah, kebersamaan dalam upaya menjaga ketahanan sekolah dan lain sebagainya.

2. Laporan Supervisi Manajerial

Laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan, dan pelaporan berarti perihal melaporkan. Laporan hasil supervisi manajerial merupakan media yang digunakan oleh pengawas untuk mengkomunikasikan hasil supervisi manajerial kepada pimpinan organisasi, unit-unit kerja, serta pihak lain yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja organisasi.

Pelaporan hasil supervisi manajerial kepada pihak-pihak yang berkepentingan merupakan hal yang penting dan nilai tambah pekerjaan pengawas terletak pada penilaian dan penyajian informasi tersebut. Penerimaan dan perhatian pihak yang berkepentingan terhadap simpulan akhir laporan hasil supervisi, serta tindak lanjut terhadap permasalahan yang dilaporkan merupakan ukuran kesuksesan supervisi manajerial.

Fungsi Laporan Hasil Supervisi

Laporan hasil supervisi berfungsi sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan yang sangat beragam sesuai dengan kepentingan masing-masing. Laporan hasil supervisi menginformasikan hasil penilaian kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi sekolah. Laporan hasil supervisi menginformasikan apakah kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan. Laporan juga menginformasikan hasil penilaian kemajuan suatu program/kegiatan.

Laporan hasil supervisi berfungsi sebagai dokumen pertanggungjawaban kegiatan pengawas. Pelaksanaan kegiatan supervisi manajerial menyerap sumber daya dan harus dipertanggungjawabkan penggunaannya dalam bentuk kinerja. Laporan hasil supervisi dapat dijadikan sebagai indikator output kegiatan supervisi.

Untuk dapat memberikan fungsinya secara optimal maka laporan supervisi manajerial harus memenuhi kriteria empat tepat yaitu:

a. Tepat Isi. Laporan harus didasarkan pada hasil pelaksanaan supervisi yang didokumentasikan secara baik. Isi laporan harus sesuai dengan pedoman pelaporan yang berlaku.

b. Tepat Waktu. Laporan hasil supervisi harus disampaikan tepat waktu.

Keterlambatan pelaporan dapat membuat manfaat laporan berkurang bahkan tidak bermanfaat.

c. Tepat Saji. Laporan hasil supervisi disajikan secara menarik sehingga mengundang minat manajemen untuk membacanya. Laporan ditulis

menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana serta materi laporan mudah dipahami pembaca.

d. Tepat Alamat. Laporan hanya boleh disampaikan kepada pihak-pihak

yang berwenang membaca. Laporan yang salah alamat tidak berguna, bahkan dapat disalahgunakan pihak yang tidak berwenang.

Tujuan Laporan Supervisi Manajerial

Penyusunan laporan supervisi manajerial oleh setiap pengawas sekolah bertujuan untuk:

a. Memberikan gambaran mengenai keterlaksanaan setiap butir kegiatan yang menjadi tugas pokok pengawas sekolah.

b. Memberikan gambaran mengenai kondisi sekolah binaan berdasarkan hasil supervisi manajerial berupa hasil pembinaan, pemantauan, dan penilaian.

c. Menginformasikan berbagai aktor pendukung dan penghambat/kendala dalam pelaksanaan setiap butir kegiatan supervisi manajerial

Bagi pengawas laporan hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai landasan dalam penyusunan program kerja supervisi tahun yang akan datang. Bagi Dinas Pendidikan, laporan hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menilai kinerja pengawas sekolah yang bersangkutan, sumber

informasi untuk mengetahui gambaran spesifikasi sekolah, landasan untuk menentukan tindak lanjut pembinaan dan fasilitasi terhadap sekolah, sumber informasi untuk menyusun data statistik Sekolah.

Sistematika Pelaporan Hasil Supervisi

Sistematika pelaporan supervisi manajerial adalah sebagai berikut:

Kerangka Laporan Pelaksanaan Program Supervisi Manajerial

HALAMAN JUDUL (SAMPUL) HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Fokus Masalah

C. Tujuan dan Sasaran Supervisi

D. Tugas Pokok /Ruang Lingkup Supervisi

BAB II KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH BAB III PENDEKATAN DAN METODE

BAB IV HASIL SUPERVISI MANAJERIAL PADA SEKOLAH BINAAN

Hasil Pemantauan dan Pembinaan

Pembahasan Hasil

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Rekomendasi

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

Surat Tugas Supervisi, Surat Keterangan telah melaksanakan tugas, Daftar hadir Guru dan atau Kepala Sekolah pada saat pembinaan/pemantauan/ penilaian kinerja, Contoh-contoh instrumen dll.

Mekanisme Laporan

Berdasarkan lingkup sasaran kegiatan, terdapat dua jenis laporan hasil supervisi manajerial yang disusun pengawas sekolah yaitu:

a. Setiap pengawas sekolah membuat laporan per sekolah binaan dan seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan supervisi manajerial yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.

b. Laporan hasil-hasil supervisi manajerial di semua sekolah binaannya sebanyak satu laporan untuk semua sekolah binaan dengan sistematika yang telah ditetapkan. Laporan ini lebih merupakan informasi komprehensif tentang keterlaksanaan, hasil yang dicapai, serta kendala yang dihadapi oleh pengawas yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas pokok pada semua sekolah binaan.

c. Setiap pengawas Sekolah membuat laporan per sekolah dan seluruh sekolah binaan diserahkan kepada koordinator pengawas (KORWAS)

atau ketua kelompok kerja pengawas Sekolah (KKPS) setiap jenjang pendidikan. Laporan secara lengkap, kemudian menyampaikan laporannya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

d. Penulisan laporan supervisi manajerial harus lengkap, dengan data yang akurat, komunikatif dan mudah dipahami, penyajiannya menarik, dan enak dibaca.

Kualitas Laporan Hasil Supervisi

Setiap pihak yang berkepentingan dan setiap jenjang manajemen sebagai pengguna laporan hasil supervisi manajerial memiliki tuntutan yang spesifik terhadap isi, bentuk, dan frekuensi laporan hasil supervisi. Walaupun setiap pengguna memiliki kebutuhan spesifik, namun secara umum mereka menuntut laporan yang memenuhi delapan karakteristik standar kualitas yaitu:

a. Langsung. Laporan menghendaki penyajian hasil supervisi yang terus terang dan faktual. Laporan langsung dapat menggunakan: kalimat pembuka yang konklusif, judul yang informatif, serta lebih dahulu menyajikan poin utama.

b. Ringkas. Laporan yang ringkas mengemas ide pokok. Pembaca, yang pada umumnya sibuk, menginginkan laporan yang singkat tetapi padat. Laporan ringkas yang berkualitas dihasilkan dari pembatasan detail, pemilihan masalah yang signifikan, serta pengikhtisaran data pendukung.

c. Tepat. Setiap laporan harus menggunakan tekanan dan strategi yang tepat untuk menegaskan informasi yang disajikan. Bahasa laporan harus kreatif. Pemilihan dan penyusunan kata harus mencerminkan berbagai tingkatan untuk menunjukkan signifikansi di antara informasi yang disajikan.

d. Meyakinkan. Pembaca harus peduli/tertarik terhadap informasi yang disajikan sebelum mereka terdorong untuk melaksanakan tindak lanjut. Laporan hasil supervisi harus relevan dengan kegiatan organisasi, menjelaskan risiko dari temuan, serta manfaat dari rekomendasi yang disampaikan. Laporan yang meyakinkan mencakup: argumentasi pendukung simpulan yang terpercaya, penjelasan yang memadai, akibat dari kondisi yang diungkapkan, serta kuantifikasi akibat dari kondisi yang ditemukan.

e. Membangun. Isi dan bahasa laporan harus dipilih agar menunjukkan manfaat positif dan memperoleh komitmen dari pembaca. Laporan yang konstruktif menyajikan sebab (bukan gejala) dari suatu permasalahan, menyampaikan aspek positif dan negatif secara seimbang, serta menghargai tindakan manajemen

f.Berorientasi Hasil. Pimpinan instansi tidak hanya sekedar membaca untuk mengetahui masalah, tetapi berusaha untuk menemukan solusinya. Laporan yang efektif menekankan pada hasil dengan cara: menyampaikan rekomendasi yang spesifik dan terukur, bersifat praktik

dan berorientasi pada solusi, serta menjelaskan tindakan yang telah dilakukan manajemen.

g. Menarik. Laporan yang menarik akan memperoleh perhatian pembaca daripada laporan yang bersifat ancaman. Laporan yang menarik pembaca memuat: ringkasan eksekutif, menggunakan format yang profesional, serta menggunakan judul yang jelas untuk setiap bagian.

h. Tepat waktu. Manfaat dari laporan terkait langsung dengan ketepatan waktu penyajian dengan: penyampaian segera kepada manajemen, penyampaian laporan segera untuk masalah yang serius, serta penegakan standar ketepatan waktu secara tegas.

D. Aktivitas Pembelajaran

Tahapan Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Waktu

Persiapan

Fasilitator mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser

Pointer, atau media pembelajaran

lainnya.

5

Kegiatan

Pembelajaran.

Kegiatan

Pendahuluan

Pengkondisian peserta

5

Fasilitator menjelaskan, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu,

dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Supervisi

pembelajaran pada implementasi

kurikulum 2013

5

Fasilitator memotivasi peserta

5

d. Kegiatan Inti

Peserta mengamati bahan tayang

3 yang ditayangkan oleh fasilitator.

Peserta mengajukan sejumlah pertanyaan berdasarkan bahan tayang 3

15

Setiap kelompok melakukan diskusi pembahasan tugas masing kelompok.

30 menit

Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi dan dilanjutkan dengan tanya jawab

50 menit

e. Kegiatan

Penutup

Membuat rangkuman materi pelatihan

15

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

5

E. Rangkuman

1. Tindak lanjut supervisi merupakan tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan dalam supervisi manajerial.

2. Tindak lanjut hasil supervisi manajerial harus diawali dengan analisis penyebab masalah.

3. Terdapat berbagai metode analisis penyebab masalah.

4. Bentuk tindak lanjut dapat berupa pembinaan individual, pembinaan kelompok dan pembinaan terpadu.

5. Efektivitas tindak lanjut bergantung pada ketepatan dalam analisis penyebab masalah dan pemilihan alternatif solusi pemecahan masalah.

6. Laporan hasil supervisi manajerial merupakan media untuk

mengkomunikasikan hasil supervisi manajerial kepada pimpinan dan para pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja organisasi.

7. Laporan supervisi manajerial sebagai bukti pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.

8. Untuk dapat memberikan fungsinya secara optimal laporan supervisi harus

tepat isi, tepat waktu, tepat saji dan tepat alamat.

9. Delapan karakteristik standar kualitas laporan yaitu langsung, ringkas, tepat, meyakinkan, membangun, berorientasi hasil, menarik dan tepat waktu.

F. Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran 3, ibu/bapak dapat melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan berikut ini.

1. Apa yang ibu/bapak pahami setelah mempelajari materi tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial?

2. Pengalaman penting apa yang ibu/ bapak peroleh setelah mempelajari materi tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial?

3. Apa manfaat materi pelatihan ini terhadap pelaksanaan tugas ibu/ bapak sebagai pengawas sekolah?

4. Apa rencana tindak lanjut yang akan ibu/ bapak laksanakan?

V PENILAIAN

A. Aspek Yang Dievaluasi

Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi peserta yang dilakukan dengan menggunakan metode penilaian otentik. Evaluasi dilakukan pada awal, proses dan akhir pelatihan. Aspek yang dievaluasi terdiri dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

B. Pelaksanaan Evaluasi

1. Penilain awal (pre test), dilakukan