20
PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI ANTENATAL DI PUSKEMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2013 Wiyar Annerangi 1 , Helda 2 1 Program Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia. 2 Departemen Epidemiologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia. ABSTRAK Ansietas dan depresi antenatal merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering kali luput dari perhatian. Penelitan ini dilakukan karena mengingat dampak yang ditimbulkan oleh ansietas dan depresi antenatal baik bagi ibu maupun janinnya dan belum adanya penelitian mengenai prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ansietas antenatal sebesar 56,5% dan prevalensi depresi antenatal sebesar 14,8%. Yang menjadi faktor risiko terhadap ansietas antenatal yaitu memilki 2 keluhan selama masa kehamilannya. Sedangkan yang menjadi faktor risiko terhadap depresi antenatal adalah primigravida dan ansietas antenatal. Yang merupakan faktor protektif terhadap depresi antenatal adalah jumlah anak 1 dan dukungan sosial rendah namun hanya berlaku dalam studi ini. Kesimpulannya, prevalensi ansietas dan depresi antenatal adalah tinggi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan menganai dampak, faktor risiko dan upaya pencegahannya. Kata kunci: ansietas, antenatal, depresi ABSTRACT Antenatal anxiety and depression is one of public health problems that we do not often realize. That has impact on fetus and maternal. Research on prevalence and determine of antenatal anxiety and depression has not been done in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The purpose of this research is to know prevalence and determine of antenatal anxiety and depression in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The research design used was cross-sectional from March- April 2013. The research shows prevalence of antenatal anxiety is 56,5% whereas prevalence of antenatal depression is 14,8%. Risk factor of antenatal anxiety is 2 complain in pregnancy period. Whereas risk factor of antenatal depression is primigravid and antenatal anxiety. Protector factor of antenatal depression is number of children live 1 child and lower social support but it just for this study. Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

 

PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI ANTENATAL DI PUSKEMAS KECAMATAN PASAR

MINGGU TAHUN 2013

Wiyar Annerangi1, Helda2

1Program Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

16424, Indonesia. 2Departemen Epidemiologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Depok 16424, Indonesia.

ABSTRAK

Ansietas dan depresi antenatal merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering kali luput dari perhatian. Penelitan ini dilakukan karena mengingat dampak yang ditimbulkan oleh ansietas dan depresi antenatal baik bagi ibu maupun janinnya dan belum adanya penelitian mengenai prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ansietas antenatal sebesar 56,5% dan prevalensi depresi antenatal sebesar 14,8%. Yang menjadi faktor risiko terhadap ansietas antenatal yaitu memilki ≥2 keluhan selama masa kehamilannya. Sedangkan yang menjadi faktor risiko terhadap depresi antenatal adalah primigravida dan ansietas antenatal. Yang merupakan faktor protektif terhadap depresi antenatal adalah jumlah anak ≥1 dan dukungan sosial rendah namun hanya berlaku dalam studi ini. Kesimpulannya, prevalensi ansietas dan depresi antenatal adalah tinggi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan menganai dampak, faktor risiko dan upaya pencegahannya. Kata kunci: ansietas, antenatal, depresi

ABSTRACT

Antenatal anxiety and depression is one of public health problems that we do not often realize. That has impact on fetus and maternal. Research on prevalence and determine of antenatal anxiety and depression has not been done in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The purpose of this research is to know prevalence and determine of antenatal anxiety and depression in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The research design used was cross-sectional from March-April 2013. The research shows prevalence of antenatal anxiety is 56,5% whereas prevalence of antenatal depression is 14,8%. Risk factor of antenatal anxiety is ≥2 complain in pregnancy period. Whereas risk factor of antenatal depression is primigravid and antenatal anxiety. Protector factor of antenatal depression is number of children live ≥1 child and lower social support but it just for this study.

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 2: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

In conclusion, prevalence antenatal anxiety and depression is higher and have several risk factor. Because of that so given education about impact, risk factor and prevention of antenatal anxiety and depression. key word: anxiety, antenatal,depression

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan periode terpenting dalam kehidupan seorang

wanita. Kehamilan membawa suatu perubahan tidak hanya perubahan dalam segi

fisik, tetapi juga dalam segi sosial dan psikologi (Golbasi et.al, 2010). Masalah

psikologi pada masa kehamilan yaitu ansietas dan depresi (Faisal-Cury &

Menezes, 2007) dan hal tersebut merupakan masalah kesehatan masayarakat

(Yoshihiro, Keiko dan Masashi, 2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh

Faizal-Cury dan Manazes (2007) terhadap 432 wanita yang hamil di Brazil,

ditemukan bahwa prevalensi ansietas antenatal state dan trait sebesar 59,5% dan

45,3 % sedangkan prevalensi depresi antenatal sebesar 19,6,3%. Penelitian lain

oleh Yoshihiro, Keiko dan Masashi (2007) menemukan bahwa sebanyak 18,4%

dari wanita yang hamil mengalami depresi pada masa kehamilannya dan beberapa

di antaranya sebanyak 12,7% termasuk depresi tingkat major. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Golbasi et al (2010) menemukan bahwa prevalensi

depresi prenatal sebesar 27,5%.

Ansietas dan depresi pada saat kehamilan memiliki dampak yang negatif

baik bagi ibu maupun bagi bayi yang akan dilahirkan. Penelitian Faisal-Cury dan

Menezes (2007) menemukan bahwa ansietas dan depresi selama kehamilan

memiliki dampak kepada janin seperti prematur, BBLR, gangguan dalam

pertumbuhan janin dan juga berpengaruh pada perkembangan mental anak.

Sedangkan dampak bagi ibu yaitu terjadi peningkatan penggunaan obat, preterm

birth, masalah kardiovaskular, kelahiran secara sesar. Selain itu, diperkirakan

13% dari semua wanita yang hamil yang mengalami depresi berkembang menjadi

depresi pada saat postpartum (Faisal-Cury dan Menezes, 2007).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ansietas dan depresi pada

kehamilan yaitu faktor sosialdemografi; faktor obstetrik dan faktor perilaku

seperti olahraga dan prenatal care; dan faktor psikologi seperti ansietas selama

kehamilan yang berhubungan dengan depresi antenatal (Faisal-Cury & Menezes,

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 3: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

2007; Giardinelli et al, 2012; Golbasi et al, 2010; Yoshiro et al, 2012; Bowen,

2007).

Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu terhadap

32 ibu hamil ditemukan bahwa prevalensi ansietas antenatal sebesar 68,8%

sedangkan prevalensi depresi antenatal sebesar 21,9%. Tingginya prevalensi dari

ansietas dan depresi antenatal menjadi masalah yang besar bagi kesehatan ibu

hamil dan juga berpotensial meluasnya dampak negatif terhadap perkembangan

janin dan pertumbuhannya oleh karena itu akan dilakukan penelitian mengenai

prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di

Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013.

TINJAUAN TEORITIS

Faktor-faktor yang berhubungan dengan ansietas dan depresi antenatal

adalah sama. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor sosialdemografi seperti

tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur, dukungan sosial, suku, tipe

keluarga, status perkawinan; faktor obstetrik seperti trimester kehamilan, riwayat

keguguran, kehamilan yang direncanakan, paritas, gravida, jumlah anak yang

hidup, keluhan dan status kesehatan; faktor perilaku seperti olahraga dan prenatal

care; dan faktor psikologi seperti ansietas yang dapat berhubungan dengan depresi

(Faisal-Cury & Menezes, 2007; Giardinelli et al, 2012; Golbasi et al, 2010;

Yoshiro et al, 2012; Bowen, 2007; Romauli,2011; Stuart&Sudeen, 1998;

Saifudin, 2001).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2013.

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas

Kecamatan 2013 dan masuk dalam kriteria inklusi penelitian. Desain studi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi cross-sectional. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan data primer menggunakan kuesioner dan

data sekunder (rekam medik ibu hamil). Jumlah sampel dalam penelitian ini

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 4: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

dihitung dengan menggunakan rumus estimasi (Ariawan, 1998) dan ditambah

10% untuk menghindari data missing sehingga jumlah sampel minimal sebanyak

107 ibu hamil. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampel.

Variabel yang diukur adalah sosial-demografi (umur, suku, pendapatan ibu hamil,

pendapatan suami, pendapatan suami-istri, tingkat pendidikan, pekerjaan,

dukungan sosial, tipe keluarga), faktor obstetrik (trimester kehamilan, riwayat

keguguran, kehamilan yang direncanakan, paritas, gravida, jumlah anak yang

hidup, keluhan dan status kesehatan), faktor perilaku (olahraga dan prenatal

care). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sosial-

demografi, dukungan sosial (Zimet et al,1988) dan DASS (The Depression

Anxiety Stress Scales) yang diadopsi dari P.F. Lovibond, dalam Mcdowell, 2006.

Data akan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS 13.0

FKMUI. Data tersebut dianalisis secara univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 1. Prevalensi Ansietas & Depresi Antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar

Minggu

Variabel Frekuensi Persentase (%) Ansietas

• Normal 50 43,5 • Ringan 20 17,4 • Sedang 38 33,0 • Parah 5 4,3 • Sangat parah 2 1,7

Ansietas • Tidak 50 43,5 • Ya 65 56,5

Depresi • Normal 98 85,2 • Ringan 14 12,2 • Sedang 2 1,7 • Parah 1 0,9

Depresi • Ya 17 14,8 • Tidak 98 85,2 Jumlah 115 100,0

Error! Reference source not found. menunjukan prevalensi ansietas

antenatal yaitu normal/tidak mengalami ansietas (43,5%), yang mengalami

ansietas (56,5%) dengan kategori ringan (17,4%), sedang (33,0%), parah (4,3%)

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 5: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

dan sangat parah (1,7%). Tabel 5.1.2 menunjukan prevalensi depresi antenatal

berdasarkan empat kategori yaitu normal, ringan, sedang dan parah. Sebagian

besar ibu hamil memiliki tingkat depresi yang normal yaitu sebesar 85,2%,

sedangkan yang depresi sebanyak 14,8% dengan kategori ringan (12,2%), sedang

(1,7%) dan tingkat parah (0,9%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sosial-Demografi Ibu Hamil

Variabel Frekuensi Persentase (%) Umur

• <29 tahun 58 50,4 • ≥29 tahun 57 49,6

Suku • Jawa 35 30,4 • Betawi 46 40,0 • Sunda 19 16,5 • Batak 4 3,5 • Minang 6 5,2 • Campuran/suku lain 5 4,3

Suku

• Betawi 46 40,0 • Bukan Betawi 69 60,0

Pendidikan • Tidak tamat SD 1 0,9 • Tamat SD 4 3,5 • Tamat SMP 16 13,9 • Tamat SMA 83 72,2 • Tamat Perguruan

Tinggi 11 9,6

Pendidikan • Pendidikan tinggi 94 81,7 • Pendidikan rendah 21 18,3

Pekerjaan • Bekerja 43 37,4

• Tidak Bekerja 72 62,6

Pendapatan Ibu hamil • ≥2,2 juta 13 11,3

• <2,2 juta 36 31,3

• 0,00 66 57,4

Pendapatan Ibu hamil • Rendah 102 88,7

• Tinggi 13 11,3

Pendapatan Suami • ≥ 2,2 Juta 52 45,2

• < 2,2 Juta 63 54,8

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 6: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

Pendapatan Suami-Istri • ≥ 2,2 Juta 61 53,0

• < 2,2 Juta 54 47,0

Tipe keluarga • Keluarga besar 34 29,6 • Keluarga inti 81 70,4

Dukungan sosial • Tinggi 59 51,3 • Rendah 56 48,7

Jumlah 115 100,0

Pada tabel 2. Distribusi ibu hamil berdasarkan karakteristik sosial-demografi

menunjukkan bahwa kebanyakan ibu hamil berumur <29 tahun (84,3%), bersuku

Betawi (40%), tamat SMA (72,2%), tidak bekerja (62,6%), tidak memiliki

pendapatan (57,4%), pendapatan suami <2,2 juta perbulan (54,8%), pendapatan

suami-istri ≥2,2 juta perbulan (53,0%), berada pada tipe keluarga inti (70,4%),

mendapat dukungan sosial yang tinggi (55,7%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Faktor Obstetrik Ibu Hamil

Variabel Frekuensi Persentase (%) Trimester Kehamilan

• Trimester 1 20 17,4 • Trimester 2 55 47,8 • Trimester 3 40 34,8

Riwayat Keguguran • Tidak Pernah 104 90,4 • Pernah 11 9,6

Kehamilan • Diinginkan/direncanakan 92 80,0 • Tidak diinginkan/tidak

direncanakan 23 20,0

Gravida • Primigravida 35 30,4 • Multigravida 80 69,6

Paritas • Nulipara 37 32,1 • Primipara 47 40,9 • Multipara 31 27,0

Jumlah Anak yang Hidup • < 1 anak 37 32,2 • ≥ 1 anak 78 67,8

Keluhan dan status kesehatan • Mual/muntah 72 62,6 • Sakit kepala/pusing 55 47,8 • Anemia 27 23,5 • Hipertensi 2 1,7 • Alergi 2 1,7 • Sakit/nyeri perut 25 21,7 • Lainnya 21 18,3

Keluhan dan status kesehatan

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 7: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

• < 2 keluhan 56 48,7 • ≥ 2 keluhan 59 51,3

Jumlah 115 100,0

Tabel 3. Distribusi ibu hamil berdasarkan faktor obstetrik menunjukkan bahwa

kebanyakan ibu hamil trimester kedua (47,8%), tidak pernah mengalami

keguguran (90,4%), kehamilannya merupakan kehamilan yang

direncanakan/diinginkan (80,0%), ibu multigravida (69,6%), primipara (40,9%),

memiliki anak ≥1 anak (67,8%), keluhan yang dialami muntah/mual (62,6%).

Tabel 4. Gambaran Perilaku Ibu Hamil

Variabel Frekuensi Persentase (%) Olahraga

• Setiap Hari 29 25,2

• 2-3 kali dalam seminggu

16 13,9

• Kadang-kadang 64 55,7

• Tidak pernah 6 5,2

Olahraga • Pernah 109 94,8 • Tidak pernah 6 5,2

Prenatal care • Terlambat 53 46,1 • Tidak terlambat 62 53,9

Jumlah 115 100,0

Tabel 4. Distribusi ibu hamil berdasarkan faktor perilaku menunjukkan bahwa

kebanyakan ibu hamil kadang-kadang berolahraga seminggu terakhir (55,7%),

tidak terlambat melakukan prenatal care (53,9%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 5. Hubungan Sosial Demografi dengan Ansietas Antenatal

Variabel Ansietas Total PR

(95% CI) Nilai

P Ya Tidak

n % n % n % 1. Umur

<29 tahun 34 58,6 24 41,4 58 100,0 1,07 (0,78-1,49) 0,647 ≥29 tahun 31 54,4 26 45,6 57 100,0 1 2. Suku

Bukan Betawi 44 63,8 25 36,2 69 100,0 1,4 (0,97-2,00) 0,055 Betawi 21 45,7 25 54,3 46 100,0 1 3. Pendidikan

Rendah 14 66,7 7 33,3 21 100,0 1,23 (0,86-1,75) 0,300 Tinggi 51 54,3 43 45,7 94 100,0 1

4. Pekerjaan Tidak Bekerja 41 56,9 31 43,1 72 100,0 1,02 (0,73-1,42) 0,906 Bekerja 24 55,8 19 44,2 43 100,0 1

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 8: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

5. Pendapatan Ibu hamil

Rendah 58 56,9 44 43,1 102 100,0 1,06 (0,62-1,79) 0,836 Tinggi 7 53,8 6 46,2 13 100,0 1

6. Pendapatan Suami

< 2,2 juta 38 60,3 25 39,7 63 100,0 1,2 (0,84-1,61) 0,366 ≥ 2,2 juta 27 51,9 25 48,1 52 100,0 1

7. Pendapatan Suami-Istri

< 2,2 juta 32 59,3 22 40,7 54 100,0 1,09 (0,79-1,51) 0,577 ≥ 2,2 juta 33 54,1 28 45,9 61 100,0 1

8. Tipe Keluarga Keluarga Inti 44 54,3 37 45,7 81 100,0 0,87 (0,63-1,22) 0,462 Keluarga Besar 21 61,8 13 38,2 34 100,0 1

9. Dukungan Sosial Rendah 31 55,4 25 44,6 56 100,0 0,96 (0,69-1,32) 0,806 Tinggi 34 57,6 25 42,4 59 100,0 1

Tabel 5. Menunjukan bahwa suku bukan Betawi berisiko 1,4 kali lebih besar

untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan suku Betawi. Yang

berpendidikan rendah berisiko 1,23 kali lebih besar untuk mengalami ansietas

antenatal dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Pendapatan suami<2,2

juta berisiko 1,2 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan

dengan ≥2,2 juta. Tipe keluarga inti memiliki 0,87 kali lebih rendah untuk

mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan keluarga besar sedangkan

varibel umur, pekerjaan, pendapatan ibu hamil, pendapatan suami istri dan

dukungan sosial bukan merupakan faktor risiko maupun faktor protektif terhadap

kejadian ansietas antenatal. Dari variabel sosial-demografi tidak ditemukan

adanya hubungan yang bermakna secara statistik.

Tabel 6. Hubungan Faktor Obstetrik dengan Ansietas Antenatal

Variabel Ansietas Total PR

(95% CI) Nilai

P Ya Tidak

n % n % n % 1. Trimester

Kehamilan

Trimester 3 21 52,2 19 47,5 40 100,0 0,95 (0,58-1,56) 0,855 Trimester 2 33 60,0 22 40,0 55 100,0 1,09 (0,69-1,71) 0,697

Trimester 1 11 55,0 9 45,0 20 100,0 1

2. Riwayat Keguguran

Pernah 4 36,4 7 63,6 11 100,0 0,62 (0,28-1,38) 0,156 Tidak Pernah 61 58,7 43 41,3 104 100,0 1 2. Gravida

Primigravida 21 60,0 14 40,0 35 100,0 1,09 (0,78-1,53) Multigravida 44 55,0 36 45,0 80 100,0 1 0,619

3. Kehamilan yang diinginkan

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 9: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

Tidak 16 69,6 7 30,4 23 100,0 1,3 (0,94-1,82) 0,158 Ya 49 53,5 43 46,7 92 100,0 1

4. Paritas ≤1 kali 48 57,1 36 42,9 84 100,0 1,04 (0,72-1,51) 0,825

>1 kali 17 54,8 14 45,2 31 100,0 1

5. Jumlah anak yang hidup

≥ 1 anak 44 56,4 34 43,6 78 100,0 0,99 (0,71-1,4) 0,972 < 1 anak 21 56,8 16 43,2 37 100,0 1

6. Keluhan dan status kesehatan

≥ 2 Keluhan 39 66,1 20 33,9 59 100,0 1,4 (1,02-1,99) <0,05* < 2 Keluhan 26 46,4 30 53,6 56 100,0 1

Tabel 6. Menunjukan pernah memiliki riwayat keguguran 0,62 kali lebih rendah

untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang tidak memiliki

riwayat keguguran. Kehamilan yang tidak diinginkan berisiko 1,3 kali lebih besar

untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang diinginkan. Yang

memiliki keluahan ≥2 memiliki risiko 1,4 kali lebih besar untuk mengalami

ansietas antenatal dibandingkan dengan yang memiliki keluhan <2 sedangkan

varibel trimester, gravid, paritas, jumlah anak yang hidup bukan merupakan faktor

risiko maupun faktor protektif terhadap kejadian ansietas antenatal. Dari faktor

obstetrik, hanya variabel jumlah keluhan yang bermakna secara statistik.

Tabel 7. Hubungan Faktor Perilaku dengan Ansietas Antenatal

Variabel Ansietas Total PR

(95% CI) Nilai

P Ya Tidak

n % n % n % 1. Olahraga

Tidak Pernah 4 66,7 2 33,3 6 100,0 1,2 (0,66-2,15) 0,607 Pernah 61 56,0 48 44,0 109 100,0

2. Prenatal Care Terlambat 40 64,5 22 35,5 62 100,0 1,4 (0,97-1,92) 0,061 Tidak Terlambat 25 47,2 28 52,8 53 100,0 1

Tabel 7. Menunjukan bahwa ibu hamil yang tidak berolahraga memiliki risiko 1,2

kali lebih besar untuk menglami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang

pernah berolahraga. Ibu hamil yang terlambat melakukan prenatal care memiliki

risiko 1,4 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan

dengan yang tidak terlambat. Namun hubungan ini tidak bermakna secara

statistik.

Tabel 8. Hubungan Sosial-Demografi dengan Depresi Antenatal

Variabel Depresi Total PR

(95% CI) Nilai

P Ya Tidak

n % n % n %

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 10: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

1. Umur <29 tahun 11 19,0 47 81,0 58 100,0 1,8 (0,71-4,54) 0,202 ≥29 tahun 6 10,5 51 89,5 57 100,0 1

2. Suku

Bukan Betawi 11 15,9 58 84,1 69 100,0 1,22 (0,48-3,07) 0,668 Betawi 6 13,0 40 87,0 46 100,0 1

3. Pendidikan Rendah 5 23,8 16 76,2 21 100,0 1,86 (0,74-4,73) 0,304 Tinggi 12 12,8 82 87,2 94 100,0 1

4. Pekerjaan Tidak Bekerja 10 13,9 62 86,1 72 100,0 0,85 (0,35-2,07) 0,727 Bekerja 7 16,3 36 83,7 43 100,0 1

5. Pendapatan Ibu hamil

Rendah 16 15,7 86 84,3 102 100,0 2,04 (0,29-14,13) 0,688

Tinggi 1 7,7 12 92,3 13 100,0 1 6. Pendapatan

Suami

< 2,2 juta 11 17,5 52 82,5 63 100,0 1,5 (0,6-3,84) 0,373 ≥ 2,2 juta 6 11,5 46 88,5 52 100,0 1

7. Pendapatan Suami-Istri

< 2,2 juta 9 16,7 45 83,3 54 100,0 1,3 (0,53-3,06) 0,592 ≥ 2,2 juta 8 13,1 53 86,9 61 100,0 1

8. Tipe Keluarga Keluarga Inti 9 11,1 72 88,9 81 100,0 0,47 (0,19-1,12) 0,08 Keluarga Besar 8 23,5 26 76,5 34 100,0 1

9. Dukungan Sosial Rendah 4 7,1 52 92,9 56 100,0 0,32 (0,11-0,93) <0,05* Tinggi 13 22,0 46 78,0 59 100,0 1

Tabel 8. Menunjukan bahwa ibu hamil yang berumur <29 tahun berisiko 1,8 kali

lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan ≥29 tahun. suku

bukan Betawi berisiko 1,22 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal

dibandingkan dengan suku Betawi. pendidikan rendah berisiko 1,86 kali lebih

besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan pendidikan tinggi.

Tidak bekerja memiliki 0,85 kali lebih kecil untuk mengalami depresi antenatal

dibandingkan dengan yang bekerja. Pendapatan ibu hamil yang rendah berisiko

2,04 kali lebih besar untuk mengalami mengalami depresi antenatal dibandingkan

dengan berpendapatan tinggi. Pendapatan suami<2,2 juta berisiko 1,5 kali lebih

besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan ≥2,2 juta.

Pendapatan suami-istri <2,2 juta berisiko 1,3 kali lebih besar untuk mengalami

depresi antenatal dibandingkan dengan ≥2,2 juta. Tipe keluarga inti memiliki 0,47

kali lebih rendah untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan

keluarga besar. Ibu hamil yang mendapatkan dukungan rendah memiliki risiko

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 11: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

0,32 kali lebih kecil untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan yang

mendapat dukungan tinggi dan hubungan ini bermakna secara statistik.

Tabel 9. Hubungan Faktor Obstetrik dengan Depresi Antenatal

Variabel Depresi Total PR

(95% CI) Nilai

P Ya Tidak

n % n % n % 1. Trimester

Kehamilan

Trimester 3 6 15,0 34 85,0 40 100,0 1,00 (0,28-3,59) 1,000 Trimester 2 8 14,5 47 85,5 55 100,0 0,97 (0,28-3,29) 1,000 Trimester 1 3 15,0 17 85,0 20 100,0 1

2. Riwayat Keguguran

Pernah 1 9,1 10 90,9 11 100,0 0,59 (0,08-4,04) 1,000 Tidak Pernah 16 15,4 88 84,6 104 100,0 1

3. Gravida Primigravida 9 25,7 26 74,3 35 100,0 2,6 (1,08-6,11) <0,05* Multigravida 8 10,0 72 90,0 80 100,0 1

4. Kehamilan yang diinginkan

Tidak 3 13,0 20 87,0 23 100,0 0,86 (0,27-2,73) 1,000 Ya 14 15,2 78 84,8 92 100,0 1

5. Paritas ≤1 kali 14 16,7 70 83,3 84 100,0 1,72 (0,53-5,59) 0,554 >1 kali 3 9,7 28 90,3 31 100,0 1

6. Jumlah anak yang hidup

≥ 1 anak 8 10,3 70 89,7 78 100,0 0,42 (0,17-1,00) <0,05* < 1 anak 9 24,3 28 75,7 37 100,0 1

7. Keluhan dan Status Kesehatan

≥ 2 Keluhan 11 18,6 48 81,4 59 100,0 1,74 (0,69-4,39) 0,231 < 2 Keluhan 6 10,7 50 89,3 56 100,0 1

Tabel 9. Menunjukan pernah memiliki riwayat keguguran 0,59 kali lebih rendah

untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan yang tidak memiliki

riwayat keguguran. Ibu primigravida berisiko 2,6 kali lebih besar untuk

mengalami depresi antenatal dibandingkan multigravid dan ini bermakna secara

statistik. Kehamilan yang tidak diinginkan berpeluang 0,86 kali lebih rendah

untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan yang diinginkan. Paritas

<1 kali berisiko 1,72 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal

dibandingkan dengan ≥1 kali. ≥1 anak memiliki peluang 0,42 kali lebih rendah

untuk mengalami depresi antenatal dan ini bermakna secara statistik. yang

memiliki keluhan ≥2 memiliki risiko 1,74 kali lebih besar untuk mengalami

ansietas antenatal dibandingkan dengan yang memiliki keluhan <2 sedangkan

varibel trimester, gravid, paritas, jumlah anak yang hidup bukan merupakan faktor

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 12: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

risiko maupun faktor protektif terhadap kejadian ansietas antenatal. Dari faktor

obstetrik, hanya variabel jumlah keluhan yang bermakna secara statistik.

Tabel 10. Hubungan Faktor Perilaku dengan Depresi Antenatal

Variabel Depresi Total PR

(95% CI) Nilai

P Ya Tidak

n % n % n % 1. Olahraga

Tidak pernah 1 16,7 5 83,3 6 100,0 1,14 (0,18-7,19) 1,000 Pernah 16 14,7 93 85,3 109 100,0 1

2. Prenatal Care

Terlambat 13 21,0 49 79,0 62 100,0 2,8 (0,96-8,01) 0,064 Tidak Terlambat 4 7,5 49 92,5 53 100,0 1

Tabel 10. Menunjukan bahwa ibu hamil yang tidak berolahraga memiliki risiko

yang sama dengan yang pernah berolahraga untuk mengalami depresi antenatal.

Ibu hamil yang terlambat melakukan prenatal care memiliki risiko 2,8 kali lebih

besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang tidak

terlambat. Namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

Tabel 11. Hubungan Ansietas Antenatal dengan Depresi Antenatal

Ansietas Antenatal Depresi Total PR

(95% CI) Nilai

P Ya Tidak

n % n % n % Ya 16 24,6 49 75,4 65 100 12 (1,69-89,71) <0,01* Tidak 1 2,0 49 98,0 50 100

Tabel 12. Menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami ansietas antenatal

berisiko 12 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal.

PEMBAHASAN

Desain studi dalam penelitian ini adalah desain studi potong lintang (cross-

sectional) sehingga dalam studi ini tidak dapat menentukan mekanisme sebab

akibat. Jumlah sampel yang tidak adekuat untuk membuktikan hubungan sehingga

banyak ditemukan hubungan yang tidak bermakna yang ditemukan dalam

penelitian ini. Instrumen ansietas dan depresi antenatal yang kurang spesifik untuk

ibu hamil, sehingga tidak menutup kemungkinan ada gejala yang memang bisa

dialami pada masa hamil.

Hubungan Sosial-Demografi dengan Ansietas Antenatal

Dalam penelitian ini ditemukan yang bukan suku Betawi lebih berisiko

dbandingkan suku Betawi (PR=1,4). Hasil penelitian Giardinelli et al (2012)

menemukan bahwa wanita berkebangsaan bukan bangsa Italia (bukan bangsa Asli)

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 13: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

berpeluang 1,3 kali untuk mengalami ansietas trait antenatal dibandingkan wanita

yang berkebangsaan bangsa Italia (bangsa asli) namun tidak berhubungan secara

statistik. Suku Betawi merupakan suku pendatang (Betawi, 2007).

Berpendidikan rendah lebih berisiko dibandingkan yang berpendidikan

tinggi (PR=1,23) hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012) yang

menemukan bahwa pendidikan <8 tahun berisiko 1,7 kali untuk mengalami

ansietas dibandingkan dengan pendidikan 8-11 tahun namun tidak berhubungan

secara statistik. Pendidikan yang tinggi merupakan protector terhadap kejadian

ansietas-trait antenatal (Faisal-Cury & Menezes, 2007).

Istri yang memiliki suami berpendapatan <2,2 juta lebih berisiko (PR=1,2).

Hal ini sejalan penelitian Faisal-Curry & Menezes (2007) menyatakan ada

hubungan antara pendapatan suami yang rendah dengan kejadian ansietas

antenatal baik state maupun trait dan menyebutkan bahwa suami yang tidak

memiliki pendapatan memiliki risiko 1,9 kali untuk mengalami ansietas antenatal

trait.

Keluarga inti menjadi faktor protektif terhadap ansietas antenatal

(PR=0,87). Wanita yang tinggal bersama keluarga besarnya dapat mengalami

ansietas hal ini berkaitan dengan keluarga besar yang dapat mencampuri urusan

kehidupan wanita sehingga dapat menjadi stressor bagi wanita tersebut. Di dalam

keluarga besar dapat terjadi konflik di dalam keluarga tersebut sehingga konflik di

dalam keluarga tersebut menjadi faktor risiko terhadap ansietas antenatal

(OR=1,98) (Giardinelli et al, 2012).

Hubungan Faktor Obstetrik dengan Ansietas Antenatal

Yang pernah keguguran menjadi faktor protektif (PR=0,62). Hasil ini

sejalan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes (2007) yang menemukan bahwa

wanita yang tidak memiliki riwayat keguguran memiliki risiko 1,38 kali untuk

mengalami ansietas antenatal state dibandingkan yang pernah mengalami

keguguran 1-3 kali namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

Kehamilan yang tidak diinginkan berisiko untuk mengalami ansietas

antenatal (PR=1,3). Hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012)

bahwa wanita yang kehamilannya tidak direncanakan memiliki peluang 2 kali

untuk mengalami ansietas antenatal state namun tidak bermakna secara statistik.

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 14: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

Yang memiliki keluhan ≥2 berisiko untuk mengalami ansietas antenatal

(PR=1,4). Hasil ini sejalan dengan penelitian Zelkowitz1 & Papageorgiou (2012)

yang menyatakan bahwa komplikasi (keluhan ibu hamil) berhubungan dengan

gejala ansietas pada kehamilan. Bowen (2007) juga menyebutkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara keluhan yang dialami oleh ibu hamil dengan

kejadian ansietas antenatal.

Yang tidak pernah berolahraga berisiko untuk ansietas antenatal (PR=1,2).

Level kortisol yang tinggi dapat menyebabkan masalah psikologis seperti ansietas.

Pluess and colleagues (2010) menyatakan ada kerelasi yang negative antara level

kortisol dihubungkan dengan kejadian ansietas –trait pada masa kehamilan

(Zelkowitz1& Papageorgiou 2012, p.206). Olahraga pada masa kehamilan

bermanfaat untuk mengurangi ketidaknyamanan secara fisik, dapat mengurangi

kelelahan dan nafa pendek, dapat mengurangi pembengkakkan dan kram, sakit

kepala, sakit punggung dan konstipasi (Nevarez, 2006).

Ibu yang terlambat melakukan Prenatal care bersisiko untuk mengalami

ansietas antenatal (PR=1,4). Beberapa karakteristik yang berperan dalam depresi

dan ansietas pada kehamilan adalah prenatal care yang tidak adekuat (Karac-

am,2009,p.346). Seorang ibu yang melakukan prenatal care akan lebih mendapat

informasi mengenai kehamilannya, jika ibu hamil terlambat dalam mengetahui

informasi tersebut akan berdampak pada kesehatan ibu hamil baik fisik maupun

mental (Nur’aini, 2006).

Hubungan Sosial-Demografi dengan Depresi Antenatal

Umur yang <29 tahun lebih berisiko untuk depresi antenatal (PR=1,8) hal

ini sejalan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes (2007) menyebutkan bahwa

umur yang makin tua menjadi faktor protector terhadap kejadian depresi antenatal

(OR=0,61 95% CI 0,27-1,38).

Suku bukan Betawi berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,22).

Hal ini sejalan dengan penelitian Bowen (2007) menemukan bahwa ras tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan depresi antenatal. Dilihat dari

proporsinya, depresi antenatal (EPDS≥13) pada ras aborigin (bukan suku asli)

lebih besar dibandingkan dengan yang bukan aborigin (suku asli). Suku Betawi

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 15: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

adalah penduduk asli dari kota Jakarta. Suku lain (selain suku Betawi) merupakan

suku pendatang (Betawi, 2007).

Pendidikan rendah berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,86).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Yoshihiro, Keiko dan Masashi (2012) juga

menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan depresi

antenatal pendidikan yang tinggi merupakan protector (OR=0,72).

Tidak bekerja merupakan faktor protektif untuk mengalami depresi

antenatal (PR=0,85). Hasil ini sejalan dengan Yoshihiro, Keiko dan Masashi

(2012) menemukan bahwa ibu hamil yang tidak bekerja memiliki risiko 1,35 kali

untuk mendapatkan depresi antenatal dan hubungan ini bermakna secara statistik.

Pekerjaan merupakan stresor bagi ibu hamil dan stressor ini berhubungan dengan

depresi terutama pada masa kehamilan (Bowen, 2007,p.35).

Berpendapatan ibu hamil yang rendah berisiko untuk mengalami depresi

antenatal (PR=2,04) Hasil ini sejalan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes

(2007) yang menyatakan bahwa penghasilan istri tidak berhubungan dengan

depresi antenatal dan juga menemukan bahwa wanita yang tidak memiliki

pendapatan berisiko 2,9 kali untuk depresi (berpendapatan tinggi menjadi faktor

protektor terhadap kejadian depresi antenatal).

Pendapatan suami yang rendah berisiko untuk mengalami depresi antenatal

(PR=1,5). Pendapatan suami yang tinggi merupakan faktor protektor terhadap

kejadian depresi antenatal (Faisal-Cury & Menezes, 2007). Ibu hamil yang

memiliki suami yang tidak memiliki pendapatan berisiko 2,6 kali untuk

mendapatkan depresi antenatal.

Pendapatan suami-istri yang rendah berisiko untuk mengalami depresi

antenatal (PR=1,3) Hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012)

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stres sosial ekonomi dengan

skor depresi pada masa kehamilan dan menemukan bahwa yang memiliki stres

sosial ekonomi berisiko 2,07 kali untuk mengalami depresi.

Tipe keluarga inti merupakan faktor protektif untuk mengalami depresi

antenatal (PR=0,47). Di dalam keluarga besar dapat terjadi konflik di dalam

keluarga tersebut sehingga konflik di dalam keluarga tersebut menjadi faktor

risiko terhadap depresi antenatal (Giardinelli et al, 2012). Masalah keluarga

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 16: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

merupakan faktor psikososial yang dapat menjadi pemicu terjadinya depresi

(“Depresi Sosial”).

Dukungan sosial rendah menjadi faktor protektif untuk mengalami depresi

antenatal (PR=0,32). Hasil ini bertentangan dengan penelitian Bowen (2007)

bahwa Support sebagai protektif untuk depresi. Wanita dengan dukungan yang

tingkat sedang lebih kecil untuk mengalami depresi, yang mendapatkan dukungan

tinggi memiliki peluang 0,05 lebih kecil untuk mengalami depresi. (Bowen,

2007). Dalam penelitian ini, justru proporsi depresi pada ibu hamil yang

mendapatkan dukungan yang tinggi lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil

yang mendapatkan dukungan rendah hal tersebut dapat terjadi karena selain

tanggapan ibu hamil terhadap dukungan tersebut, dapat juga terjadi karena ibu

yang mendapatkan dukungan tinggi kebanyakkan adalah ibu primigravida dimana

bahwa ibu primigravida memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami

depresi karena memang pada umumnya kehamilan yang pertama mendapat

dukungan yang lebih tinggi daripada kehamilan yang selanjutnya sehingga dapat

menyebabkan depresi lebih banyak diderita oleh ibu yang mendapatkan dukungan

sosial tinggi.

Yang pernah mengalami keguguran merupakan faktor protektif (PR=0,59).

Hasil ini betentangan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes (2007) yang

menemukan bahwa riwayat keguguran berhubungan dengan depresi antenatal dan

wanita yang memiliki riwayat keguguran memiliki peluang 2x lebih besar untuk

mengalami depresi antenatal. Dalam penelitian ini, justru proporsi depresi pada

ibu hamil yang tidak pernah mengalami keguguran lebih besar dibandingkan

dengan ibu hamil yang pernah mengalami keguguran hal tersebut dapat terjadi

karena ibu yang tidak pernah mengalami keguguran kebanyakan merupakan ibu

primigravida (salah satu variabel yang berhubungan dengan depresi antenatal).

Primigravida berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=2,6).Hasil ini

sejalan dengan penelitian Golbasi et al (2010) yang menyatakan ada hubungan

yang signifikan yang positif antara skor EPDS dengan gravid (semakin banyak

jumlah kehamilannya semakin besar skor EPDS). Penelitian Ying (2011)

menemukan bahwa ibu yang primigravida memiliki proporsi untuk depresi yang

lebih tinggi dibandingkan ibu multigravida.

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 17: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan faktor protektif terhadap

depresi antenatal (PR=0,86). Hasil ini bertentangan dengan penelitian Giardinelli

et al (2012) yang menemukan bahwa bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan dengan skor depresi pada masa

kehamilan (OR=3,83). Penelitian oleh Csatordai et al. (2007) kehamilan yang

tidak direncanakan/diinginkan merupakan faktor risiko terhadap depresi antenatal

(Giardinelli et al, 2012, p.22). Adanya hasil yang berlawanan dengan studi

sebelumnya hal tersebut dapat terjadi karena ibu yang kehamilannya

direncanakan/diinginkan merupakan ibu primigravida (salah satu variabel yang

berhubungan dengan depresi antenatal). Memang pada umumnya kehamilan yang

pertama (primigravida) merupakan kehamilan yang direncanakan/diinginkan.

Dalam sampel ini proporsi ibu primigravida yang kehamilannya

diinginkan/direncanakan adalah tinggi sehingga menyebabkan depresi antenatal

lebih tinggi pada ibu hamil yang kehamilannya diinginkan/direncanakan.

≤1 kali melahirkan berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,72).

Hasil ini sejalan dengan Golbasi et al, 2010 yang menemukan bahwa skor EPDS

pada multipara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan dengan primipara. Ibu

multipara memiliki peluang 1,5 kali untuk mendapatkan skor depresi yang tinggi

(Giardinelli et al, 2012) namun hubungan ini tidak berhubungan. Pengalaman

melahirkan berperan dalam psikologis ibu hamil.

Jumlah anak yang hidup ≥1 anak merupakan faktor protektif (PR=0,42).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Golbasi et al (2010) yang menyatakan ada

hubungan yang signifikan yang positif (korelasinya ringan) antara skor EPDS

dengan jumlah anak yang hidup. Jumlah anak yang hidup memperngaruhi tingkat

depresi ibu hamil. Jumlah anak < 1 dapat mengalami depresi karena berkaitan

dengan pangalaman dalam mendidik anak dan kesiapan menjadi seorang ibu.

Dapat disimpulkan bahwa jumlah anak <1/ belum memiliki anak dapat menjadi

faktor risko terhadap depresi antenatal dan hubungan ini bermakna secara

statistik.

Keluhan ≥2 berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,74). Hasil

ini sejalan dengan Bowen (2007) yang menemukan bahwa wanita yang

mengalami mual atau muntah memiliki peluang 1,89 kali untuk mengalami

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 18: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

depresi antenatal namun tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan

kesehatan, dengan depresi antenatal.

Yang tidak pernah berolahraga berisiko untuk mengalami depresi antenatal

(PR=1,14). Yang kadang-kadang beolahraga memiliki risiko dua kali untuk

mengalami depresi dan yang tidak pernah berolahraga memiliki risiko tiga kali

untuk mengalami depresi dari pada yang berolahraga setiap hari (Bowen, 2007).

Ibu yang terlambat melakukan prenatal care berisiko untuk mengalami

depresi antenatal (PR=2,8). Depresi antenatal dihubungkan dengan kemauan

seorang ibu untuk memperiksakan kehamilannya/ kesadaran ibu untuk melakukan

kunjungan kehamilan (Hughes, 1999). Hal yang penting untuk skrinning dengan

mengetahui faktor risiko kejadian depresi antenatal seperti keterlambatan dalam

melakukan prenatal care (Bowen, 2007).

Mengalami ansietas antenatal berisiko untuk mengalami depresi antenatal

(PR=12). hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012) bahwa ada

hubungan yang signifikan antara ganguan ansietas selama kehamilan dengan skor

depresi pada masa kehamilan. Wanita yang memiliki gangguan ansietas selama

kehamilan memiliki risiko 4,25 kali lebih tinggi untuk mendapatkan skor depresi

yang tinggi.

KESIMPULAN

Prevalensi ansietas antenatal di puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013

sebesar 56,5% sedangkan prevalensi depresi antenatal sebesar 14,8%. Faktor yang

memberi risiko terhadap ansietas antenatal adalah jumlah keluhan ≥2 keluhan

(PR= 1,4; 95% CI= 1,02-1,99). Faktor yang memberi risiko terhadap depresi

antenatal adalah primigravida (PR=2,6; 95% CI= 1,08-6,11); ansietas antenatal

(PR=12 CI=1,69-89,71). Yang merupakan faktor protektif terhadap kejadian

depresi antenatal adalah jumlah anak yang hidup ≥1 (PR=0,42; 95% CI=0,17-

1,00) dan dukungan sosial rendah (PR=0,32; 96% CI= 0,11-0,93) namun khusus

dukungan sosial rendah hanya berlaku pada penelitian ini.

SARAN

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 19: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

Memberikan penyuluhan tentang ansietas dan depresi pada masa kehamilan

mengenai bahaya, faktor risiko dan pencegahannya tidak hanya kepada ibu hamil

tetapi juga kepada keluarga ibu hamil; penyuluhan mengenai pentingnya olahraga,

masalah kehamilan, persiapan masuk dalam masa hamil dan persalinan selain itu

juga ibu hamil harus tetap diberi dukungan sosial yang baik (dari keluarga, suami,

maupun teman) tidak hanya ketika mereka mengalami kehamilan yang pertama

kali saja tetapi juga dikehamilan yang selanjutnya serta adanya layanan jiwa bagi

ibu hamil. serta perlunya dilakukan penelitian yang lebih baik dengan

menggunakan instrument yang lebih spesifik dan dilakukan oleh orang yang

professional dibidangnya.

DAFTAR REFERENSI

Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.

Depok: Jurusan Biostatistik dan Ilmu Kependudukan FKM UI.

Bowen et al. (2006). Antenatal depression. Proquest Nursing & Allied Health

Source. Hal. 27-29

Bowen, Hauser Angela. (2007). Antenatal depression: Prevalence and

determinants in a high-risk sample of women in Saskatoon. ProQuest

Dissertations and Theses; 2007

Ensiklopedi Jakarta. Betawi-Suku. (September 2007).

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3842/Betawi-Suku.

Mei 25, 2013

Faisal-Cury dan Menezes. (2007). Prevalence of anxiety and depression during

pregnancy in a pricate setting sampel. Journal of Women’e Mental

Health. 10: 25-32. Januari 12, 2013. DOI 10.1007/s00737-006-0164-6

Giardinelli et al. (2012). Depression and anxiety in perinatal period: prevalence

and risk factors in an Italian sample. Journal Women’s Mental Health.

pg. 21-30

Golbasi et al (2010). Prevalence and correlate of depression in pregnancy among

Turkish women. Journal of Matenal Child Health. 14: 485-491. Januari

19, 2013. DOI 10.1007/s10995-009-0459-0

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013

Page 20: PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI …

   

Karac-am & Manc-el. (2009). Depression, anxiety and influencing factors in

pregnancy: a study in a Turkish population. Journal of Midwifery. pg.

344-356

McDowell. (2006). Measuring health: A Guide to Rating Scales and

Questionnaires. (3rd ed). New York: Oxford University Press

Nevarez, Holly Clements. (2006). A cross cultural examination of factors

influencing exercise during pregnancy. Oregon State University.

Dissertation

Nur’aini, Tri Astuti. (2006). Konsstruksi Alat Ukur Kecemasan pada Wanita

Hamil. Pascasarjana Fakultas Psikologi UI. Tesis

Romauli, Suryati. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan

Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Media

Saifuddin et al. (ed). (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI bekerjasama dengan

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Stuart & Sudeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Tahrir, Hizbut. Depresi Sosial Gejala dan Akar Penyebabnya. http://hizbut-

tahrir.or.id/2008/07/03/depresi-sosial-gejala-dan-akar-penyebabnya/.

Juni 3, 2013

Ying, Lei & Yuqiong. (2011). Antenatal Depressive Symptomatology, Family

Conflict and Social Support Among Chengdu Chinese Women. Journal

of Maternal Child’s Health. pg. 1416-1426

Yoshiro, Keiko & Masashi (2012). Employment, income, and education and

prevalence of depression symptoms during pregnancy: the Kyushu

Okinawa Maternal and Child Health Study. BMC Pschiatry. Hal 2-6.

Januari 12, 2013. http://www.biomedcentral.com/1471-244X/12/117

Zelkowitz & Papageorgiou. (2012). Easing maternal anxiety: an update. Journal

of Women’s Health. pg. 205-213

Zimet et al. (1988). The Multidimensional Scale of Perceived Social Support.

Journal of Personality Assessment, 52:1, 30-41. Februari 26, 2013.

http://dx.doi.org/10.1207/s15327752jpa5201_2

Prevalensi dan..., Wiyar Annerangi, FIK UI, 2013