Upload
reynita-setia-dewi
View
52
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Presus obsgyn
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Setiap tahunnya diperkirakan terjadi 7,6 juta kematian perinatal di seluruh dunia
dimana 57% diantaranya merupakan kematian fetal atau intrauterine fetal death (IUFD).
Sekitar 98% dari kematian perinatal terjadi di Negara yang berkembang. 1,2. Kematian janin
dapat terjadi antepartum atau intrapartum dan merupakan komplikasi yang paling berbahaya
dalam kehamilan. Insiden kematian janin ini bervariasi diantara Negara. Hingga saat ini,
IUFD masih menjadi masalah utama dalam praktek obstetric. 3,4,5
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan Intra
Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau
lebih.3 Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal
death dibagi menjadi Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, Intermediate Fetal Death, kematian janin yang berlangsung antara
usia kehamilan 20-27 minggu dan Late Fetal Death, kematian janin yang berlangsung pada
usia lebih dari 28 minggu.1
Angka kematian janin termasuk dalam angka kematian perinatal yang digunakan
sebagai ukuran dalam menilai kualitas pengawasan antenatal. Angka kematian perinatal di
Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Angka
yang ada ialah angka kematian perinatal dari rumah sakit besar yang pada umumnya
merupakan referral hospital, sehingga belum dapat menggambarkan angka kematian
perinatal secara keseluruhan.
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial baik dari faktor fetal, maternal,
plasenta maupun iatrogenik dengan 25 – 35 % kasus tidak diketahui penyebabnya1,2,3. Untuk
dapat menentukan penyebab pasti harus dilakukan pemeriksaan autopsi. Diagnosis dini dalam
kasus kematian janin adalah melalui pemantauan kesejahteraan janin serta pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) yang teratur. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang dapat menegakkan diagnosis kematian janin intra uterin.1-6
Penatalaksanaan kematian janin intra uterin ialah melakukan terminasi kehamilan
yang dapat dilakukan melalui penanganan ekspektatif dan penanganan aktif. Ada beberapa
metode terminasi kehamilan pada kematian janin intra uterin, yaitu dengan induksi persalinan
per vaginam dan persalinan per abdominam (Sectio Caesaria) 2,3,5. Pemeriksaan kehamilan
(antenatal care) sangat berperan penting dalam upaya pencegahan kematian janin dan secara
tidak langsung dapat menurunkan angka kematian janin. 1-6
1
I.2. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya IUFD serta mengetahui
penatalaksanaan gejala dan keluhan yang timbul pada wanita dengan IUFD
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang IUFD pada kasus
b. Mengetahui terapi pada pasien dengan keluhan dan gejala IUFD
2
BAB II
KASUS
II.1. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SY
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 37 tahun
Tanggal/tempat lahir : 20-05-1979
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Susukan RT 004/RW 001 Grabag, Magelang
Tgl. Masuk RS : 03 Juni 2015/ 20.30 WIB
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. M
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Susukan RT 004/RW 001 Grabag, Magelang
II.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis , 03 Juni 2015 , jam 20.30 WIB)
1. Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah sejak 1 hari SMRS.
2. Keluhan Tambahan
Darah (-), cairan (+), kenceng-kenceng (+)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang melalui IGD RST DR. Soedjono dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah sejak 1 hari SMRS. 3 hari SMRS pasien mengatakan keluar cairan
putih kental dari kemaluan dalam jumlah banyak. Pasien merasakan gerakan janin
sudah tidak terasa sejak 3 hari SMRS. Pasien mengatakan sudah rembes sejak jam
3
07.00 tanggal 03 juni 2015. Pasien merasakan adanya mules-mules tetapi tidak rutin.
Pasien menyangkal ada riwayat trauma.
4. Riwayat pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan selama kehamilan (ANC) di bidan 3 kali selama kehamilan, tidak
teratur setiap bulan terakhir 14 April 2015 dan terdapat denyut jantung janin (DJJ),
selama ANC dikatakan tidak ada kelainan. Pasien tidak pernah dilakukan USG.
5. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 13 thn, lama ±7 hari, siklus haid 28 hari, teratur,
banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang hebat selama
haid. Hari Pertama Haid Terakhir, 1 November 2015. Haid terakhir selama 7 hari
banyaknya 2-3 pembalut, tidak nyeri.
6. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali.
7. Riwayat kehamilan dan persalinan
G3P2A0
a. 18 tahun, laki-laki, BBL: 3500 gr, PBL: lupa, PN, oleh bidan, sehat.
b. 12 tahun, perempuan, BBL: 3700 gr, PBL: lupa, PN, oleh bidan, sehat.
c. Hamil ini
8. Riwayat KB
Kontrasepsi suntik per 3 bulan.
9. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis disangkal. Riwayat
asthma, dan alergi makanan maupun obat-obatan disangkal. Pasien belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya. Belum pernah mendapat tindakan operasi
sebelumnya.
10. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis di keluarga disangkal.
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan di keluarga disangkal, riwayat asthma di
keluarga disangkal. Riwayat kehamilan kembar dalam keluarga disangkal.
11. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok. Kebiasaan minum alkohol dan penggunaan obat-obatan
tertentu disangkal.
II.3. PEMERIKSAAN FISIK (03 Juni 2015, jam 20.30 WIB)
1. PEMERIKSAAN UMUM
4
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah: 130/80 mmHg, lengan kanan, berbaring
Frekuensi nadi: 82x/menit, reguler, kuat, volume cukup, ekual kiri dan kanan
Pernapasan : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36,5 0C, aksiler, afebris
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 153 cm
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-),
pupil isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung
+/+
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan
mastoid (-), sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-),
mukosa hiperemis (-)
Bibir : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula ditengah,
oral higiene baik
Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus di tengah
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Paru – paru
Inspeksi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat inspirasi dan
ekspirasi.
5
Palpasi : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks tertinggal, vokal
fremitus kedua hemithoraks sama, krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda radang
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah medial garis
midklavikularis kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Tampak buncit, tidak tampak tanda radang, linea nigra (+), striae alba
(+), teraba supel, defans muskuler -/-, nyeri tekan -/-, nyeri lepas -/-, bising
usus (+) 3 kali/menit.
Ekstermitas
Superior InferiorAkral dingin (-/-) (-/-)Edema (-/-) (-/-)Sianosis (-/-) (-/-)
2. PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGIa. Pemeriksaan luar
Inspeksi : tampak perut buncit, letak, striae gravidarum (+), linea nigra (+), luka bekas SC (-)
Palpasi : Leopold 1 : TFU 31 cm, teraba bulat , lunak dan melenting Leopold 2 : kanan : teraba bagian rata, keras seperti papan
Kiri : teraba bagian kecil-kecil Leopold 3 : teraba bagian bulat, keras Leopold 4 : bagian terbawah janin belum masuk pintu atas
panggul,konvergenKontraksi/ his (-), Auskultasi : DJJ (-) tidak terdengar via dopplerKesan : TFU 31 sesuai dengan hamil 31 minggu, presentasi kepala, pu-ka,
DJJ (-), janin intrauterine, tunggal, mati.b. Pemeriksaan dalam
Vaginal Toucher: pembukaan 1 cm, portio tebal lunak, arah posterior, ketuban (+) mengalir, kepala Hodge I, STLD (-)
Taksiran berat janin : (31 cm – 13) x 155 = 2790 gramII.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6
Pemeriksaan lab (04 Juni 2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10.1 g/dL 11.0 – 15.0
Leukosit 36.0 x 10^3 /uL 4.0 – 10.0
Hematokrit 25.5 % 36.0 – 40.0
Eritrosit 3.40 x 106/uL 3.50 – 5.50
Trombosit 197000 /uL 150000 – 450000
MCV 75.2 fL 79.0 – 99.0
MCH 29.7 pg 27.0 – 31.0
MCHC 39.6 % 33.0 – 37.0
RDW 11.6 % 11.5 – 14.5
MPV 12.2 % 7.2 – 11.1
Pemeriksaan USG
Tampak janin tunggal, intrauterine, presentasi kepala, gerakan janin (-), BPD sesuai umur
kehamilan 31 minggu, IUFD
II.5. DIAGNOSIS
G3P2A0 Hamil preterm 31 minggu dengan IUFD, KPD 3 hari, janin tunggal
presentasi kepala, intrauterin.
II.6. PENATALAKSANAAN
1. Observasi kemajuan persalinan dan His
2. Gastrul tab 3
3. Metergin 1 amp
4. Oxytocin 2 amp
5. Rencana partus pervaginam
6. Rencana kuretase 04 Juni 2015
II.7. PROGNOSIS
Ad vitam: Bonam
Ad functionam: Dubia ad Bonam
Ad sanationam: Dubia ad bona
7
II.8. FOLLOW UP
Tgl S O A P
03/06/15
Pukul
21.00
WIB
Mules kadang-
kadang
Ku/Kes : Sakit
ringan/CM
St. Generalis :
TD : 120/80
mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.5 o C
P : 20 x/menit
St. Obstetri :
DJJ : (-)
His : (+)
IUFD pada
multigravida
hamil preterm
dengan
presentasi
kepala
2 tab Gastrul
pervagina
Inj. Ceftriaxon
1 gr/12 jam
(skin test)
Tanggal 04/06/2015 pukul 01.30 WIB telah lahir spontan IUFD, mati, jenis kelamin
perempuan, BB : 1500 gram, PB : 37 cm, LK/LD : 26/24 cm, plasenta lahir manual,
perdarahan kurang lebih 200 cc, perineum utuh
Planning dr. Heriyono Sp.OG : Gastrul 3 tab, Inj. Methergin 1 amp, pro curetase
Tgl S O A P
04/06/15
Pukul
06.00
WIB
Nyeri perut
bagian bawah
(+)
Perdarahan
pervagina
Ku/Kes : Sakit
ringan/CM
St. Generalis :
TD : 110/80
mmHg
N : 82 x/menit
S : 38.1 o C
P : 22 x/menit
St. Obstetri :
DJJ : (-)
His : (+)
P3A0
Post partus
pervagina
dengan IUFD
Observasi
TTV
Pengawasan
post partum
Pro curetase
Tanggal 04-06-2015 pukul 09.00 WIB dilakukan tindakan kuretase
Laporan tindakan kuretase :
1. Disinfeksi
8
2. Stadium narkose
3. Posisi pasien litotomi
4. Dilakukan kuretase
5. Hasil :
Jaringan sisa plasenta kurang lebih 50 cc
Perdarahan 50 cc
6. Operasi selesai
7. KU pasien baik
Instruksi post operasi :
1. Observasi KU + TTV
2. Amoxcicilin 3 x 500mg
3. Metilergo 3 x 1 tab
4. Asam mefenamat 3 x 500 mg
Tgl S O A P
04/06/15
Pukul
16.00
WIB
Ibu agak pusing Ku/Kes : Sakit
ringan/CM
St. Generalis :
TD : 110/70
mmHg
N : 80 x/menit
S : 37.1 o C
P : 21 x/menit
St. Puerperalis :
Abdomen
Perut tampak datar,
TFU 2 JBP, NT (-)
P3A0
Post partus
pervagina
dengan IUFD,
post kuretase
Amoxcicilin 3
x 500mg
Metilergo 3 x
1 tab
Asam
mefenamat 3 x
500 mg
9
Tgl S O A P
05/06/15
Pukul
06.00
WIB
Keluhan (-) Ku/Kes : Sakit
ringan/CM
St. Generalis :
TD : 120/90
mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.7 o C
P : 20 x/menit
St. Puerperalis :
Abdomen
Perut tampak datar,
TFU 2 JBP, NT (-)
P3A0
Post partus
pervagina
dengan IUFD,
post kuretase H1
Amoxcicilin 3
x 500mg
Metilergo 3 x
1 tab
Asam
mefenamat 3 x
500 mg
05/06/15
Pukul
09.00
WIB
Keluhan (-) Ku/Kes : Sakit
ringan/CM
St. Generalis :
TD : 110/70
mmHg
N : 74 x/menit
S : 36.0 o C
P : 20 x/menit
St. Puerperalis :
Abdomen
Perut tampak datar,
TFU 2 JBP, NT (-)
P3A0
Post partus
pervagina
dengan IUFD,
post kuretase H1
Pasien boleh
pulang
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. DEFINISI
Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 – International Statiscal
Classification of Disease and Related Health Problems adalah kematian fetal atau
janin pada usia gestasional ≥ 22 minggu. 2 WHO dan Ameical Collage of
Obstetricians and Gynecologist menyatakan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) ialah
janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir
dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin
atau fetal death dibagi menjadi1,2,3 :
Early Fetal Death : kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu.
Intermediate Fetal Death: kematian janin yang berlangsung antara usia
kehamilan 20-27 minggu.
Late Fetal Death : kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari
28 minggu.
III.2. EPIDEMIOLOGI
Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena
belum ada survei yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal
dari rumah sakit besar yang pada umumnya merupakan referral hospital, sehingga
belum dapat menggambarkan angka kematian perinatal secara keseluruhan. Angka
kematian perinatal di RSUP Fatmawati pada tahun 2007 ialah 63,98 per 1000
kelahiran hidup. 1
III.3. ETIOLOGI1,2,3
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
bersifat multifaktorial, yaitu :
1. Faktor maternal :
Post term (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik
lupus erimatosus, infeksi, hipertensi, preeklamsia, eklampsia, hemoglobinopati,
umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi
akut ibu, kematian ibu.
11
2. Faktor fetal :
Hamil kembar, hamil tubuh terhambat, kelainan congenital, kelainan
genetic, infeksi
3. Faktor plasental :
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa
4. Sedangkan factor risiko terjadinya kematian janin intra uterine meningkat pada
usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertile, riwayat bayi dengan berat badan lahir
rendah, infeksi ibu, kegemukan, ayah berusia lanjut.
Sebagian besar informasi kausa yang mendasari terjadinya IUFD diperoleh dari
audit perinatal. Beberapa studi melaporkan kausa spesifik IUFD sebagai berikut :
1. Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Hubungan berat badan kelahiran rendah dan kematian perinatal juga telah
ditegaskan. Janin IUFD juga rata-rata memiliki berat badan yang kurang
dibandingkan janin normal pada tingkat usia gestasional yang sama. Hal ini
disebabkan karena proses restriksi pertumbuhan yang mungkin berbagi kausa
yang sama dengan insufisiensi plasenta.7
IUGR adalah penyebab penting IUFD. IUGR diketahui berhubungan
dengan kehamilan multiple, malformasi congenital, kelainan kromosom fetal dan
preeklamsia.7
2. Penyakit Medis Maternal
Diabetes mellitus tipe 1 dan 2 dapat meningkatkan risiko IUFD. Risiko
IUFD pada wanita diabetes tipe 1 dilaporkan 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan
populasi non diabetic. Sebagian besar IUFD terkait diabetes terjadi akibat kendali
glikemi yang tidak baik dan komplikasi makrosemia, polihidroamnion, restriksi
pertumbuhan janin intrauterine dan preeklamsia. Factor maternal yang berkaitan
dengan peningkatan angka kejadian makrosemia adalah obesitas, hiperglikemi,
usia tua, dan multiparitas. 7
Peningkatan IUFD juga dilaporkan pada wanita dengan defisiensi
antitrombin herediter, resistensi protein C teraktivasi dan defisiensi protein C dan
protein S. Sindrom antibody fosfolipid juga didapatkan berhubungan erat dan
IUFD terkait dengan gangguan implantasi, thrombosis dan infark pada plasenta.
Sindrom fosfolipid ini dapat terjadi dalam hubungannya dengan penyakit lain
misalnya SLE.
3. Kelainan kromosom dan Kelainan Kongenital Janin
12
Aberasi kromosom meningkatkan risiko terjadinya IUFD. Kuleshov dkk
melaporkan bahwa sekitar 14% IUFD terjadi akibat kelainan kariotipe. 7
peningkatan outcome kehamilan yang buruk baik IUFD maupun restriksi
pertumbuhan intra uterine, persalinan premature ternyata berhubungan dengan
confined placental mosaicism (CPM), yang ditandai oleh adanya ketidaksesuaian
antara kariotipe janin dan plasenta. 7
4. Komplikasi Plasenta dan Tali Pusat
Penyebab kematian janin terkait dengan adanya abnormalitas pada plasenta,
tali pusat dan membrane plasenta.
1. Plasenta : pada kehamilan, janin yang normal mendapatkan sirkulasi dari
pembuluh darah umbilical dengan jumlah 350 – 400 ml/menit.2
2. Tali pusat : terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis allantois
dan mesoderm primer. Panjang tali pusat N ialah 50-60 cm dengan diameter
12 mm. Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin didalam dua trimester
pertama. Tali pusat abnormal, tali pusat terpanjang >100 cm dan tali pusat
pendek <30 cm.
Sejumlah kelainan plasenta berhubungan dengan IUFD misalnya inflamasi
membrane, kompresi tali pusat, lesi akibat insufisiensi vascular uteroplasental
yang tampak sebagai infark dan arteriopati desidua dan tanda adanya solusio.
Komplikasi tali pusat juga dilaporkan memicu IUFD secara langsung. 7
Kompresi tali pusat dapat menghambat aliran darah dan oksigen ke janin,
sehingga dapat menyebabkan iskemik, hipoksia dan kematian.
Lilitan tali pusat juga pernah dilaporkan sebagai salah satu penyebab
kematian pada janin. Gambar dibawah ini menunjukkan perubahan warna pada
13
tubuh janin yang berhubungan dengan keadaan hipoksia janin yaitu kekurangan
oksigen akibat tertekannya arteri umbilikalis. 8
Perdarahan fetomaternal massif (FMH) juga berhubungan dengan IUFD
dan anomaly fetal. Solusio plasenta adalah separasi premature plasenta dengan
implantasii normalnya diuterus. 9
5. Infeksi
Plasenta dan janin dapat terinfeksi baik melalui transmisi transplasental
maupun melalui ascending infection dari vagina. Beberapa agen dipertimbangkan
terhadap kematian janin. Infeksi virus congenital oleh provirus B19 dan
cytomegalovirus (CMV) juga sering dilaporkan sebagai pemicu kematian janin.
Rubella maternal pada awal kehamilan juga memicu IUFD. Pada kasus
yang jarang, IUFD juga dapat disebabkan oleh infeksi intrauterine dari herpes
14
simpleks. Infeksi maternal primer oleh toxoplasma gondii juga dapat
ditrasmisikan menuju janin dan memicu toksoplasmosis congenital bahkan
kematian janin.
Kematian janin akibat sepsis maternal berat dengan thrombosis pada
plasenta dan IUFD sering dilaporkan. 8 infeksi dapat memicu pecahnya ketuban
sebelum waktunya yang mengakibatkan persalinan preterm bahkan dapat berakhir
dengan kematian janin.
6. Kausa lain yang tidak dapat dijelaskan
Factor risiko pada kematian yang tidak dapat dijelaskan ini juga berbeda
dibandingkan dengan IUFD dengan kausa yang spesifik. Menurut Freon dkk,
IUFD mendadak ini cenderung meningkat seiring usia gestasional, usia maternal,
pemakaian rokok yang tinggi, edukasi yang rendah dan obsesitas. Asap rokok
telah terbukti menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, emningkatkan
risiko sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome, serta
mengakibatkan bibir sumbing, kelainan jantung dan gangguan lainnya.
III.4. KLASIFIKASI
Menurut United States National Center for Health Statistic, Kematian janin
dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan
mencapai 20 minggu penuh (early fetal death)
2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28
minggu (intermediate fetal death)
15
3. Golongan III : Kematian sesudah masa >28 minggu
(late fetal death)
4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan
pada ketiga golongan diatas
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubaan-
perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mortis (kaku mayat)
Berlangsung 2.5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali
2. Maserasi grade 0 (durasi <8 jam)
Kulit kemerahan ‘setengah matang’
3. Maserasi grade I (durasi >8 jam)
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian
menjadi merah dan mulai mengelupas
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari)
Kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga thoraks dan abdomen. Lepuh-
lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat
5. Maserasi grade III (durasi >8 hari)
Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi. Badan
janin sangat lemas, hubungan antar tulang-tulang sangat longgar dan terdapat
oedema dibawah kulit.
III.5. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS IUFD1,3,5
a. Anamnesis : Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
b. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi :Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia
kehamilannya. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya
dapat terlihat pada ibu yang kurus.
16
Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid. Tidak teraba gerakan-
gerakan janin.
Auskultasi: Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia kehamilan 10-12
minggu pada pemeriksaan ultrasonic Doppler merupakan bukti
kematian janin yang kuat.
c. Pemeriksaan Penunjang :
1. USG (Ultrasonografi)
Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang diukur
selama periode observasi 10 menit dengan USG, merupakan bukti kuat
adanya kematian janin.
Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-tulang
tengkorak akan tampak.
2. Foto Rontgen Abdomen
Spalding’s Sign, yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler
tulang tengkorak, yang terjadi akibat likuefaksi massa otak dan
melemahnya struktur ligamentosa yang membentuk tengkorak.
Biasanya tanda ini muncul 7 hari setelah kematian. Namun ciri-ciri
yang sama dapat ditemukan pada kehamilan ekstrauterin dengan janin
hidup.
Hiperrefleksi dari tulang belakang
Tulang punggung janin sangat melengkung (Naujokers’s sign)
Hiperekstensi kepala tulang leher janin (Gerhard’s sign)
Bayangan tulang-tulang iga bertumpuk-tumpuk, dimana tidak dapat
lagi ditemukan bentuk simetris torak.
Robert’s sign, dimana didapatkan gambaran gas dalam ruang jantung
dan pembuluh darah.
17
d. Pemeriksaan Hematologi :
Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C,
ureum, kratinin, profil tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus,
anticardiolipin antibody.
e. Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.
f. Pemeriksaan Autopsi :
Langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi
petunjuk pasti sebab kematian janin.
Untuk mendiagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi
janin, pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara
komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis
kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan
selanjutnya.
Protokol pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan
Hollier (1997)1 :
1. Deskripsi bayi
Malformitas
bercak/noda
warna kulit- pucat,pletorik
derajat maserasi
2. Tali pusat
Prolaps
Pembengkakkan - leher, lengan, kaki
Hematoma atau striktur
Jumlah pembuluh darah
Panjang tali pusat
3. Caira amnion
Warna - mekoneum, darah
Konsistensi
Volume
4. Plasenta
Berat plasenta
Bekuan darah dan perlengketan
18
Malformasi struktur - sirkumvalata, lobus aksesorius
Edema – perubahan hidropik
5. Membrane amnion
Bercak/noda
Ketebalan
Tabel 1. Diagnosis dan diagnosis banding IUFD
Gejala dan tanda yang
selalu ada
Gejala dan tanda yang
kadang ada
Kemungkinan diagnosis
Gerakan janin berkurang
atau hilang, nyeri perut
hilang timbul atau
menetap, perdarahan
pervagina sesudah hamil
22 minggu
Syok, uterus
tegang/kaku, gawat
janin atau DJJ tidak
terdengar
Solusio plasenta
Gerakan janin dan DJJ
tidak ada, perdarahan,
nyeri perut hebat
Syok, perut
kembung/cairan bebas
intra abdominal, kontur
uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-
bagian janin terabam
denyut nadi ibu cepat
Rupture uteri
Gerakan janin/DJJ hilang Tanda-tanda kehamilan
berhenti, TFU
berkurang, pembesaran
uterus berkurang
IUFD
III.6. PATOFISIOLOGI
1. FAKTOR FETAL
25 – 40% dari bayi dengan lahir mati ( stillbirths ) diakibatkan oleh faktor
fetal. Salah satu faktor yang biasanya mengakibatkan kematian janin ialah
malformasi kongenital mayor. Insidensi infeksi janin intra uterin juga sering
menyebabkan kematian pada janin, infeksi Rubella, CMV (CytoMegaloVirus,
Parvovirus B-19, varicella dan listeriosis. 1,2,3
19
2. FAKTOR PLASENTAL
Penyebab kematian janin terkait dengan adanya abnormalitas pada plasenta,
tali pusat dan membran plasenta
a. Plasenta ; Pada kehamilan, janin yang normal
mendapatkan sirkulasi dari pembuluh darah umbilikal dengan jumlah 350 –
400 ml/menit.2,3
b. Tali Pusat ; terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena
umbilikalis allantois dan mesoderm primer. Panjang tali pusat N ialah 50 – 60
cm dengan diameter 12 mm. Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin di dalam
dua trimeter pertama.
Tali pusat abnormal, Tali pusat panjang : > 100 cm, Tali pusat pendek : <
30 cm.
Kelainan –kelainan pada tali pusat, yaitu ; 1,2,3,4,5
Prolapsus Tali Pusat
Insidens 0,2 – 0,6 %, 4 – 6 % dengan panjang tali pusat > 80 cm. Hampir 50 %
terjadi pada Kala II
Tali pusat yang pendek
Panjang tali pusat < 30 cm.
Loops of the Umbilical Cord ( Lilitan Tali Pusat )
Insidens 24, 6 % (21 %: 1 lilitan;2,5 % ;2 lilitan, 0,2 % >3 lilitan ). Satu
atau dua lilitan tali pusat pada leher bayi tidak menyebabkan. Angka kesakitan
dan kematian janin meningkat.
Knots in the Umbilical Cord ( Simpul )
Ada dua klasifikasi jenis simpul, yaitu: true knots dan false knots 2.
Insidens 0,3 – 2,1 %, disertai dengan kematian antepartum. Tidak berkaitan
dengan abnormalitas neurologik.4 Simpul nyata ( true knots ) sulit ditemukan
pada saat antenatal care. Simpul ini dapat terbentk akibat torsi / putaran pada
tali pusat yang membentuk suatu lengkungan dimana janin dapat terperangkap
didalamnya, membentuk simpul.5
Single Artery
Adanya aplasia atau atrofi dari satu pembuluh darah arteri umbilikalis.
Insidens 1 dari 500 persalinan. Primipara memiliki resiko yang sama dengan
multipara, namun kecenderungan pada ras kulit hitam lebih besar dibandingkan
dengan ras kulit putih.
20
3. FAKTOR MATERNAL
Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah dua penyakit ibu yang sering
menyebabkan kematian janin intra uterin. 1,2,3
III.7. PENATALAKSANAAN IUFD 2,3,5
Pasien dan keluarganya memiliki kemungkinan besar terganggu secara psikis,
tetapi mereka harus diyakinkan tentang amannya persalinan spontan. Pada
kebanyakan IUFD (80%) pasien akan melahirkan secara spontan dalam waktu 2
minggu setelah janin mati. Pasien dapat tinggal di rumah selama 2 minggu pertama
tetapi dengan saran untuk datang ke rumah sakit untuk bersalin. Bila persalinan
spontan tidak terjadi dalam waktu 2 minggu, pasien harus dirawat untuk menilai kadar
fibrinogennya setiap minggu, atau dua kali seminggu. Kadar fibrinogen serum yang
menurun mencapai 150 mg% harus ditangani dengan pemberian heparin terkontrol.
1. Tindakan, Indikasi dilakukan tindakan :
Gangguan psikologis dari pasien
Terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi uterus
Kadar fibrinogen yang menurun, kadar fibrinogen harus dinaikkan melebihi
kadar kritis sebelum dilakukan tindakan.
Adanya tendensi persalinan spontan akan terjadi lebih dari 2 minggu.
2. Metode-metode terminasi:
Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah
terjadi pematangan serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin
dalam 500 ml larutan Dextrose 5% melalui tetesan infus intravena. Dua botol
infus dapat diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang
induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan pada
hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan
Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan
menjadi 40 unit. Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi
harus dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih dari dua botol
pada waktu yang sama.
21
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat
menurunkan resiko tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang
dapat diulang setelah pemberian prostaglandin per vaginam. Kemungkinan
terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan bila upaya berulang tetap
gagal menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks
posterior sangat efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum
matang. Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat
ditambah dengan pemberian oksitosin.
3. Operasi Sectio Caesaria (SC)
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada
kasus yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak
lintang.
SKEMA PENATALAKSANAAN IUFD2
Non-Interferensi
2 minggu
22
Kasus refrakter atau kasus Partus Spontan
dimana terminasi kehamilan dalam 2 minggu
diindikasikan (80%)
Psikologis
Infeksi
Penurunan kadar fibrinogen
Retensi janin lebih dari 2 minggu
Rawat di RS, Induksi persalinan
Servik matang Servik belum matang
Infus Oksitosin Prostaglandin gel
Diulang setelah 6-8 jam
Gagal gagal
Oksitosin diulang dengan Ditambah dengan infus Oksitosin
Ditambah Prostaglandin/vaginam
III.8. KOMPLIKASI2,3
1. Gangguan psikologis
23
2. Infeksi, selagi ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat
kecil, namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh
mikroorganisme pembentuk gas seperti Cl.welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu,
dapat terjadi defibrinasi akibat silent Dissaminated Intravascular Coagulopathy
(DIC). Walaupun terjadinya terutama pada janin mati akibat inkompatibilitas Rh
yang tetap dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada kasus lainnya
harus dipikirkan. Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari
tromboplastin yang dilepaskan dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam
sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post
partum.
III.9. PENCEGAHAN 2,4
Resiko kematian janin dapat sepenuhnya dihindari dengan antenatal care yang
baik. Ibu menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman beralkohol atau
penggunaan obat-obatan.
Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress
test fetal elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum
terjadi kematian dan terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat
janin.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini wanita, 37 tahun dengan diagnosis kematian janin intra uterin (Intra
Uterine Fetal Death) ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang disesuaikan dengan literature.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien dengan G3P2Ao lahir hidup 2. Hamil 31
minggu dating ke IGD RST dr Soedjono Magelang dengan keluhan utama janin tidak
bergerak sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan hal tersebut.
Terdapat keluar cairan putih kental dari kemaluan dalam jumlah banyak 3 hari SMRS.
Terdapat kencang-kencang yang tidak rutin, cairan yang keluar dari jalan lahir. Pasien
melakukan ANC 3 x di bidan selama kehamilan, tidak teratur tiap bulannya.
Pasien tidak mengalami trauma dalam kehamilan, pasien juga tidak ada riwayat demam
tinggi dan alergi selama hamil, terdapat riwayat keputihan 3 hari SMRS, riwayat minum
obat-obatan lama juga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetric, inspeksi menjelaskan tanda-tanda
kehamilan pada pasien, usia kehamilan 31 minggu dengan tinggi TFU 31 cm. Pada palpasi,
gerak janin (-), dan pada auskultasi dengan pemeriksaan Doppler tidak terdengar bunyi
jantung janin, hal ini membuktikan adanya kematian janin intra uterin. Pada pemeriksaan
laboratorium, hanya didapatkan pemeriksaan darah rutin dalam batas normal pada wanita
dengan kehamilan. Seharusnya dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap yaitu
fibrinogen untuk mengetahu ada tidaknya permasalahan pada factor pembekuan darah dari
factor janin terhadap maternal, maupun pemeriksaan kultur cairan vagina untuk mengetahui
terdapat infeksi yang memepengaruhi kehamilan. Pada pemeriksaan USG, ditemukan janin
tunggal, intra uterin, letak presentasi kepala, DJJ (-). Didapatkan kesan janin IUFD disertai
dengan deskripsi yang menjadi dasar diagnosis IUFD, seperti tidakadanya gerakan janin dan
DJJ (-), sehingga ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bias karena factor maternal, fetal dan plasental. Berdasarkan
anamnesis, pasien tidak ada riwayat trauma dan alergi dalam kehamilan. Pasien juga
mengaku tidak punya kebiasaan minum alcohol, merokok dan minum obat-obatan lama.
Tetapi merasakan adanya cairan putih kental yang keluar dari jalan lahir, tetapi tidak
dilakukan pemeriksaan kultur darah.
Factor fetal belum dapat disingkirkan karena sebaiknya dilakukan pemeriksaan
autopsy apakah terdapat kelainan congenital mayor pada janin. Pasien tidak memiliki
25
binatang peliharaan, makan daging setengah matang, yang menurut literarur dapat
menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada janin. Inkompatibilitas rhesus juga sangat kecil
kemungkinannya mengingat pasien dan suaminya dari suku yang sama.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literature, yaitu dilakukan penanganan
aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih melalui induksi persalinan
pervaginam dengan mempertimbangkan kehamilan dan mengurangi gangguan psikologis
pada ibu dan keluarganya. Penanganan secara aktif pada pasien ini juga sudah sesuai dengan
prosedur yang seharusnya. Pada kasus ini dilakukan terminasi kehamilan, induksi persalinan
dengan pemberian cytotex (misoprostol) 3 tab pervaginam karena serviks belum matang.
Tindakan kuretase dilakukan karena terdapat perdarahan pervaginam post partum
yang disebabkan karena adanya retensi sisa plasenta. Setelah kuretase pasien diberika
amoxcicilin 500mg 3x1 tab untuk mengatasi infeksi bakteri spectrum luas yang bersifat
bakterisid. Diberikan juga metal ergometrin 3x1 tab untuk pencegahan dan pengobatan
perdarahan. Selain itu diberikan asam mefenamat 500mg 3x1 tab untuk mengurangi rasa
nyeri dimana mekanisme kerjanya adalah menghambat enzim COX.
Komplikasi IUFD lebih dari 6 minggu akan mengakibatkan gangguan pembekuan
darah, infeksi dan berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa ibu.
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin ( IUFD ) berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan efektif
sangat dibutuhkan untuk mengetahui keadaan janin untuk mendeteksi penurunan
kesehatan janin dan komplikasi pada ibu dapat dihindari.
3. Penatalaksanaan IUFD dibagi menjadi penanganan ekspektatif dan aktif. Penanganan
aktif lebih baik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada ibu dan mengurangi
gangguan psikologis keluarga, terutama ibu.
4. Dukungan moral/psikologis dari pihak dokter dan keluarga sangat berperan penting
pada kasus IUFD.
5. Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD belum diketahui pasti, penyebab pasti
hanya dapat ditegakkan bila pada bayi yang dilahirkan dilakukan autopsi.
SARAN
1. Pemeriksaan Laboratorium TORCH dan Antifosfolipid yang merupakan faktor resiko
IUFD sebaiknya dilakukan sebelum kehamilan.
2. Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante Natal Care secara
teratur di RS atau Bidan.
3. Pemeriksaan USG minimal 3x selama kehamilan, 1x pada setiap trimester untuk
mendeteksi dini adanya kelainan pada kehamilannya dan untuk pemantauan
kesejahteraan janin.
4. Penyuluhan pada para ibu dengan kehamilan untuk dapat melakukan pemantauan
kesejahteraan janinnya sendiri dengan cara yang sederhana, misalnya menghitung
gerakan janin dengan cara Cardif count, sehingga bila terjadi penurunan kesejahteraan
janin dapat di deteksi dini.
5. Pada kasus kematian janin intra uterin dapat ditentukan sebab kematian dengan
pemeriksaan autopsi, dengan syarat persetujuan dari pihak keluarga.
27
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan lima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 1999. 357-8, 785-790.
2. Cunningham, FG. Williams Obstetrics 21 st Edition. McGraw Hill.USA. 1073-1078,
1390-94, 1475-77
3. De Cherney, Alan. Nathan,Lauren. Current. Obstetry & Gynecology.LANGE. Diagnosis
and Treatment. Page 173-4, 201
4. Scott, James. Disaia, Philip. Hammond, B. charles, Danforth Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi. Cetakan pertama, Jakarta ; Widya Medika, 2002.
5. Ultrasonography in Obstetry and Gynecology. Fifth Edition. Saunders Elsevier. Page 747.
6. http://www.geocities.com . Pemantauan Janin. Handaya, Bambang, Prof. Gulardi.1999
7. Petersson K. Diagnostic Evaluation of Fetal Death with Special Reference to Intrauterine
Infection. Thesis dari Departement of Clinical Science, Division of Obstetrics and
Gynecology, Karolinska Institute, Huddinge University Hospital, Stockholm, Sweden
2002.
8. Nucleus Medical Art Inc. Kennesaw , Georgia 30144, 1999-2009
9. Sarah D. McDonald, MD. Risk of Fetal Death Assosiated with Maternal Drug
Dependence and Placental Abruption a Population based Study. Department of Obstetrics
dan Gynecology, McMaster University, Hamilton ON. 2007.
28