Upload
ajeng-aryuningtyas
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kelompok E6
Skenario 18
Ajeng Aryuningtyas Dewanti102012259 – E6
[email protected] Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana
Dislokasi Sendi pada Caput Femur
Skenario 18
Seorang laki- laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri hebat pada pangkal tungkai
kanannya sejak 3 jam yang lalu setelah terjatuh dari pohon dengan ketinggian sekitar 3 meter. Pada
pemeriksaan fisik, keadaan umum sakit berat, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
status lokalis regio femur dextra, tampak femur dextra dalam posisi sedikit fleksi, adduksi dan internal
rotasi, edema, nyeri tekan (+), pada palpasi femur, tidak ditemukan adanya krepitasi dan fragmen tulang.
yang tidak diketahui
Identifikasi Istilah Krepitasi: suara “keretak-keretak” pada
gerak pasif yang biasanya
menunjukkan kerusakan sendi
lanjut.
Rumusan Masalah ?
Laki-laki berusia 30 tahun mengeluh nyeri hebat pada pangkal tungkai
kanannya sejak 3 jam yang lalu setelah terjatuh dari pohon dengan ketinggian
± 3 meter.
Laki-laki berusia 30 tahun mengeluh nyeri hebat pada pangkal tungkai
kanannya karena mengalami dislokasi posterior caput femur.
Hipotesis
Anamnesis
Dari kasus yang diperoleh, sebagai berikut:
-Jenis kelamin : laki-laki.-Umur : 30 tahun.-Kel.utama : Pasien mengeluh nyeri hebat pada pangkal tungkai kanannya sejak 3 jam yang lalu.-Kel. penyerta-RPD-RPS : Pasien mengeluh nyeri akibat terjatuh dari pohon dengan ketinggian 3m-Riwayat penyakit keluarga-Riwayat obat-Riwayat sosial
Pemeriksaan Fisik
-Tanda-tanda vital: normal-Keadaan umum: sakit berat
-Look/Inspeksi: edema, tampak femur dextra dalam posisi sedikit fleksi, adduksi dan
internal rotasi.-Feel/Palpasi: krepitasi& fragmen tulang (-), nyeri
tekan(+).Movement/pergerakan: gerakan
aktif sakit, gerakan pasif sakit.
Pemeriksaan Penunjang
Dislokasi caput femur dextra dilakukan pemeriksaan rontgen femur dextra
untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi dan mengetahui jenis dislokasi dan apakah disertai dengan fraktur atau
tidak. Maka, minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu anteroposterior (AP) dan
AP lateral. Untuk fraktur baru, dilakukannya foto rontgen untuk melihat
jenis dan kedudukan fraktur serta mengetahui lokasi fraktur dan garis
fraktur secara langsung.
Working Diagnosis
Dislokasi Caput Femur
Dislokasi PosteriorSendi panggul dalam posisi flexi, adduksi dan internal
rotasiTungkai tampak lebih
pendekTeraba caput femur pada
panggul
Working Diagnosis
Dengan sering ditemukannya kasus dislokasi sendi panggul yang merupakan suatu trauma yang hebat, maka dislokasi sendi panggul dibagi dalam 3 jenis, yaitu:5
Dislokasi AnteriorSendi panggul dalam posisi
exorotasi, extensi, dan abduksi
Tak ada pemendekan tungkai
Benjolan di depan daerah inguinal dimana caput
femur dapat diraba dengan mudah
Sendi panggul sulit digerakkan
Dislokasi SentralPosisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di bagian lateral
Gerakan sendi panggul terbatas
Differential Diagnosis
Klasifikasi fraktur femur dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :Fraktur
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang
ditimbulkan)Fraktur Tertutup
(Simple)Fraktur Terbuka
(Compound)
Berdasarkan komplit atau
ketidaklomplitan fraktur.
Fraktur Komplit,Fraktur Inkomplit
Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya
dengan mekanisme
trauma. Fraktur Transversa
Fraktur OblikFraktur Spiral
Fraktur KompresiFraktur Avulsi
Berdasarkan jumlah garis patah
Fraktur Komunitiva
Fraktur SegmentalFraktur Multiple
Berdasarkan pergeseran
fragmen tulang Fraktur
Undisplaced (tidak bergeser)
Fraktur Displaced (bergeser)
Berdasarkan posisi fraktur,
sebatang tulang terbagi menjadi
tiga bagian yaitu 1/3 proksimal, 1/3
medial dan 1/3 distal
Jenis Fraktur
Etiologi
•DISLOKASIDislokasi disebabkan oleh:
•Cedera olahraga•Trauma yang tidak
berhubungan dengan olah raga
•Terjatuh•Akibat kelainan pertumbuhan
sejak lahir•Trauma akibat kecelakaan
•Terjadi infeksi disekitar sendi•Terjatuh dari ketinggian
• FRAKTURFraktur dapat terjadi karena:
• Trauma • Pemukulan
• Penghancuran • Kelelahan/tekanan berulang-ulang
• Fraktur stress/fatique fracture akibat peningkatan drastis tingkat latihan
Epidemiologi
Fraktur dan dislokasi femur mempunyai insiden yang cukup
sering, sehubungan dengan meningkatnya umur, angka
kejadian semakin kecil, dan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Pada orang dewasa
terjadi pada usia produktif antara 17-50 tahun dan insidennya lebih banyak pria dibandingkan dengan
wanita.
Epidemiologi
Patofisiologi Dislokasi Posterior
Mekanisme TraumaCaput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi. Trauma biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras benda yang ada di depan lutut.5
FrakturMekanisme TraumaFraktur terjadi bila interupsi dari kontinuitas tulang, biasanya fraktur disertai cidera
jaringan disekitar ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan. Tulang yang rusak mengakibatkan periosteum pembuluh darah pada korteks dan sumsum tulang serta jaringan lemak sekitarnya rusak. Keadaan tersebut menimbulkan perdarahan dan terbentuknya hematom dan jaringan nekrotik.
Terjadinya jaringan nekrotik pada jaringan sekitar fraktur tulang merangsang respon inflamasi berupa vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera. Tahap ini merupakan tahap awal pembentukan tulang. Berbeda dengan jaringan lain, tulang dapat mengalami regenerasi tanpa menimbulkan bekas luka.7
Epidemiologi
Komplikasi Dislokasi Posterior
Komplikasi Komplikasi dini: kerusakan pada kaput femur, kerusakan pada pembuluh darah, dan fraktur diafisis femur.Komplikasi lanjut: nekrosis avaskuler, osteoarthritis
Fraktur•MalunionSuatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.•Non-unionKegagalan pada proses penyambungan tulang sehingga tulang tak dapat menyambung.•Delayed unionProses penyembuhan tulang berjalan dalam waktu lama dari waktu yang diperkirakan.•InfeksiPaling sering menyertai fraktur terbuka.•Cidera vaskuler dan sarafKedua organ ini dapat cidera akibat ujung patahan tulang yang tajam.•Fat-embolic syndrome/embolik lemakTerjadi setelah 24-48 jam setelah cidera, ditandai distress pernapasan, tachikardi, tachipnoe,
demam, edema paru, dan akhirnya kematian.•Pressure sore (borok akibat tekanan)Akibat gips/bidai yang memberi tekanan setempat sehingga terjadi nekrosis pada jaringan
superficial.•OsteomyelitisInfeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum/korteks tulang dapat berupa hematogenous.
Pathogen masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus atau selama operasi.•Nekrosis avaskulerFraktur mengganggu aliran darah ke salah satu fragmen sehingga fragmen tersebut mati. Sering
terjadi pada fraktur caput femoris.•Kerusakan arteriDitandai adanya denyut, bengkak, pucat pada baigan distal fraktur, nyeri, pengisian kapiler yang
buruk. Kerusakan arteri dapat disertai cidera pada kaki, saraf dan otot visera (thoraks dan abdomen).•ShockPerdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur dan perdarahan ini dapat hebat sehingga terjadilah
shock.7
Epidemiologi
Penatalaksaan Dislokasi Posterior
Gambaran RadiologisDengan pemeriksaan rontgen akan diketahui jenis dislokasi dan apakah dislokasi disertai fraktur atau tidak.
Pengobatan Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum disertai relaksasi yang cukup.5
Penatalaksanaan dislokasi secara umum dilakukan reposisi, dan dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anastesi, atau dapat di reposisi dengan anastesi lokal dan obat penenang misalnya valium, namun untuk dislokasi sendi besar memerlukan anastesi umum.
Epidemiologi
FrakturPenatalaksanaan fraktur prinsipnya adalah dengan 4-R:Recognisi: riwayat dari terjadinya fraktur sampai didiagnosa frakturReduksi: upaya memanipulasi fragmen tulangRetensi: memelihara reduksi sampai penyembuhan Rehabilitasi: upaya untuk pencapai kembali fungsi tulang secara normal Beberapa intervensi yang diperlukan Intervensi Terapeutik atau konservatifImmobilitasDilakukan dalam jangka waktu berbeda-beda untuk kesembuhan fragmen yang dipersatukan dengan pemasangan gips.Memberikan kompres dingin untuk menentukan perdarahan, edema dan nyeri Meninggikan tungkai untuk menurunkan edema nyeri Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan untuk mencegah shock.Traksi untuk fraktur tulang panjangSebagai upaya menggunakan kekuatan tarikan untuk meluruskan dan immobilisasi fragmen tulang.Reposisi tertutup atau fiksasi dengan gipsPada fraktur supra kondilus, reposisi dapat dilaksanakan dengan anestesi umum atau lokal.Pemberian Diet Pemberian diet TKTP dan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia.Intervensi farmakologisAnestesi lokal, analgesik narkotik, relaksasi otot atau sedative diberikan untuk membantu pasien selama prosedur reduksi tertutup.Analgesik diberikan sesuai petunjuk untuk mengontrol nyeri pada pasca operasi ATS diberikan pada pasien tulang complicated
Epidemiologi
•PrognosisPrognosis dislokasi femur dextra tertutup yaitu dubia ad bonam (meragukan ke arah baik). Penderita dislokasi femur setelah mendapatkan terapi latihan yang tepat diharapkan kemampuan fungsional anggota geraknya menjadi lebih baik.
Epidemiologi
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis diterima yaitu pasien
menderita dislokasi caput femur dextra. Dislokasi femur adalah keluarnya kepala sendi dari mangkuknya, yang bisa terjadi akibat cedera traumatik dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Dari kasus yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penyebab pasien menderita penyakit ini yaitu trauma langsung akibat kecelakaan terjatuh dari pohon.
THANK YOU!