Upload
daniel-parks
View
42
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ghgyg
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Homeostasis, stress, dan adaptasi adalah blok keenam Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus yang kedua sebagai tahap
pembelajaran. Penulis kali ini memaparkan kasus yang diberikan mengenai
Homeostasis, stress, dan adaptasi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :
1. Untuk belajar dalam memecahkan masalah
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dan mekanisme thalasemia
3. Untuk mengetahui mutasi genetik
Skenario A Blok 5 Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
TUTORIAL SKENARIO BTutor : dr. Yanti Rolita , M.Kes
Moderator : Rahmad AZ
Sekretaris meja : Widia Warmi
Sekretaris papan : Anin Kalma Perdana
Hari, Tanggal : Senin, 16 Mei 2011
Rule tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
2.2 Skenario Kasus
Sarah, seorang remaja putrid berusia 15 tahun sedang mengantri tiket konser
Justin Beiber yang berdesak-desakkan dan dibawah terik sinar matahari disiang hari
pada musim kemarau. Karena terburu-buru takut terlambat mengantri, ia hanaya
minum air putih sebanyak 2 gelas (@200 cc) dan makan 2 potong roti sebelum
berangkat.
Setelah 5 jam mengantri dan tidak sempat makan siang, tiba-tiba Sarah lemas,
gemetaran, berkeringat dingin, wajah tampak memerah dan tidak sadarkan diri hingga
Satpam mengangkatnya keluar dari antrian. Paramedis dating dan melakukan
pemeriksaan.Kulit terlihat kemerahan dan teraba kering, denyut jantung 112x/menit,
tekanan darah 110/70 mmHg, temperature 38,2 Celcius dan skor Glasgow Coma
Skenario A Blok 5 Page 2
Scale (GCS) 13 (Eye :4, Movement 5, Verbal:4). Kemudian paramedic hanya
memasang infuse cairan elektrolit dan langsung membawa Sarah ke RS.
2.3 Paparan
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Lemas : terkulai, tak bertenaga
2. Gemetar : bergetarnya anggota badan akibat kontraksi otot
rangka involunter
3. berkeringat dingin : suatu keadaan yang ditimbulkan dari efek suhu
lingkungan dan homeostasis tubuh
4. Cairan infuse : penyuntikan cairan terapeutik yang lambat selain dari
darah kedalam vena
5. Wajah tampak memerah : keadaan yang ditimbulkan dari efek sengatan matahari
dan vasodilatasi vaskular
6. Elektrolit : substansi yang berdisosiasi menjadi ion yang
mengalami fusi dalam larutan
7. Paramedis : orang yang bekerja dilingkungan kesehatan
8. GCS : salah satu metode pemeriksaan kesadaran
9.Tidak sadarkan diri : pingsan
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Sarah, 15 tahun berdesak-desakan dibawah terik matahari disiang hari pada
musim kemarau
2. Sarah terburu-buru , sehingga ia hanya minum air pitih sebanyak 2 gelas
(@200cc) dan makan 2 potong roti sebelum berangkat
3. Setelah 5 jam mengantri dan tidak sempat makan siang, tiba-tiba Sarah lemas,
gemetaran, keringat dingin, kulit tampak memerah dan tidak sadarkan diri
Skenario A Blok 5 Page 3
4. Hasil pemeriksaan, kulit terlihat kemerahaneraba kering, denyut jantung
112x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, temperature 38,2 Celcius dan GCS
13(Eye: 4, Movement 5, Verbal:4)
5. Paramedis hanya memasang infuse cairan elektrolit dan langsung membawa
Sarah ke RS
2.3.3 Analisis Masalah
1. Sarah, 15 tahun berdesak-desakan dibawah terik matahari disiang hari pada
musim kemarau
a. Apa dampak sengatan matahari pada siang hari dan berdesak-desakkan
terhadap tubuh dalam kasus ini ?
b. Bagaimana respon tubuh pada keaadaan dibawah terik matahari dan berdesak-
desakkan ?
c. Sistem apa saja yang berpengaruh saat berdesak-desakkan dibawah terik
matahari siang ?
d. Bagaimana pandangan islam tentang menzolimi diri sendiri ?
2. Sarah terburu-buru , sehingga ia hanya minum air pitih sebanyak 2 gelas
(@200cc) dan makan 2 potong roti sebelum berangkat
a. Berapa kebutuhan energi untuk orang yang berusia 15 tahun ?
b. Apakah dampak jika seseorang hanya dengan mengkonsumsi 2 gelas air putih
dan 2 potong roti dalam kasus ini ?
c. Berapa kebutuhan air yang dibutuhkan dalam sehari ?
d. Faktor apa saja yang mempengaruhi pengeluaran cairan dalam tubuh ?
e. Bagaimana regulasi air didalam tubuh ?
f. Manfaat air dalam tubuh manusia ?
Skenario A Blok 5 Page 4
3. Setelah 5 jam mengantri dan tidak sempat makan siang, tibatiba Sarah lemas,
gemetaran, keringat dingin, kulit tampak memerah dan tidak sadarkan diri
a. Bagaimana mekanisme lemas pada kasus ini ?
b. Bagaiman mekanisme gemetaran ?
c. Bagaimana mekanisme keringat dingin ?
d. Bagaimana mekanisme kulit kemerahan ?
e. Bagaimana mekanisme tidak sadarkan diri ?
f. Bagaimana histologi kulit ?
g. Sistem apa saja yang berhubungan dengan gejala dalam kasus ini ?
4. Hasil pemeriksaan, kulit terlihat kemerahaneraba kering, denyut jantung
112x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, temperature 38,2 Celcius dan GCS
13(Eye: 4, Movement 5, Verbal:4)
a. Apa makna hasil pemeriksaan dalam kasus ini ?
b. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan tersebut ?
c. Bagaimana teknik pemeriksaan GCS ?
5. Paramedis hanya memasang infuse cairan elektrolit dan langsung membawa
Sarah ke RS
a. Bagaimana kondisi cairan tubuh Sarah pada kondisi ini ?
b. apa saja macam-macam dan fungsi cairan elektrolit ?
c. cairan elektrolit apa yang cocok dalam kasus ini ?
d.. Mengapa pemberian cairan elektrolit harus melalui infuse ?
e. apa alasan paramedic memberikan cairan elektrolit pada kasus ini ?
f. Apa prognosis, setelah pemberian cairan elektrolit ?
Skenario A Blok 5 Page 5
2.3.4 Kerangka Konsep
Skenario A Blok 5 Page 6
Kurangnya makan &minum
hipoglikemi dehidrasi
gemetar
hipotalamus
thermoreseptor
Panas(matahari)
berkeringat
Vasodilatasi perifer
Efek simpatis
Perfusi O2 keotak terganggu
Metabolisme ke otak terganggu
Gangguan metabolisme
Bahan metabolisme
berkurang
Vol.darah keotak terganggu
Elektrolit&vol.plasma
Curah jantung
Vol.darah terpusat arteriol
Tidak sadarkan
diri
Curah jantung
Resistensi perifer
Kontraktilittas jantung
baroreseptor
2.3.5 Hipotesis
Sarah usia 15 tahun, tidak sadarkan diri karena heat exhaustion, dehidrasi
dan hipoglikemia
2.3.6 Keterbatasan Ilmu
No Pokok Bahasan What I
know
What I don’t
know
What I have
to prove
How I’ll
learn
1. Heat exhaustion Mekanisme Internet,
Journal
dan
textbook2. Dehidrasi Mekanisme
3. Hipoglikemi Mekanisme
4. cairan infuse Macam dan
fungsi
5. cairan tubuh
6. histologi kulit morfologi
7. Homestasis Mekanisme
8. Respon tubuh
terhadap stress
Mekanisme
9. keseimbangan
cairan dan garam
Mekanisme
2.3.7 Learning Issue
1. Heat exhaustion
2. dehidrasi
3.hipoglikemi
Skenario A Blok 5 Page 7
4.cairan infus
5.cairan tubuh
6.histologi kulit
7.Homeostasis
8.respon tubuh terhadap stres
9.keseimbangan cairan dan garam
2.3.8 Sintesis
1. Putri C, 4 tahun, didiagnosis dokter spesialis anak menderita thalasemia, sehinnga
C mendapat transfusI darah setiap 20 hari sekali. Doagnosis ini didasarkan pada
ananmnesis , pemeriksaan fisik, pemeriksaan mikroskopis darah tepi dan analisis
hemoglobin
a. dampak sengatan matahari pada siang hari dan berdesak-desakkan
terhadap tubuh dalam kasus ini
1. Kerusakan pada organ vital
2.kulit terbakar dan kemerahan
3.peradanganan kulit
4. rusaknya DNA pada sel kulit akibat sinar UV
5. Kadar glukosa darah menurun
b. respon tubuh pada keaadaan dibawah terik matahari dan berdesak-
desakkan
Tubuh akan melakukan heat loss
1. Radiasi
Pemindahan panas melaui gelombang elektromagnetik
2. Konduksi
Pemindahan panas melalui 2 objek
3. Konveksi
Skenario A Blok 5 Page 8
Pemindahan panas melalui molekul udara yang menempel pada kulit. Saat
angin bertiup molekul udara yang dibawa angin menyentuh tubuh sekaligus
menyerap panas tubuh
4. Evaporasi
Perpindahan panas melalui cairan. Cairan tersebut akan berubah menjadi gas
dengan cara menyerap panas. Contoh keringat yang keluar dari kulit, uap air
yang keluar dari pernafasan.
c. Sistem yang berpengaruh saat berdesak-desakkan dibawah terik
matahari siang
1. Sistem saraf otonom
Yaitu bila suhu lingkungan panas maka aliran system simpatis menimbulkan
vasokonstriksi dijaringan lain ,kecuali kulit, sehingga aliran darah kekulit
meningkat sehingga akan keluar keringat dan sel-sel kulit terhindar dari cuaca
panas
2. Sistem integumentum
3. Sistem respirasi
4. Sistem kardiovaskular
d. pandangan islam tentang menzolimi diri sendiri
�ُم�ْو�ا �َظ�اَل َت � َف�َال ًم ا ًم�َح�َّر� �ْم� �ُك �َن �ْي َب �ُه� �ُت َو�َج�َع�ْل �ْف�ِس�ي َن َع�ْل�ى �ْم� اَلَظ$ْل ًم�ُت� َح�َّر� 'ي �َن ِإ �اِد�ْي� َب �َع �ا ..َي
“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguh Aku mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan haram di antara kalian maka janganlah kalian saling mendzalimi”
2. Sarah terburu-buru , sehingga ia hanya minum air pitih sebanyak 2 gelas
(@200cc) dan makan 2 potong roti sebelum berangkat
a. kebutuhan energi untuk seseorang
Skenario A Blok 5 Page 9
2350 kalori (perempuan)
2400 kalori (laki-laki)
Sedangkan kalori dalam roti yang dikonsumsi Sarah hanya 268kkal/100 gr, hal ini
tidak mencukupi untuk kebutuhan energy Sarah
b. dampak jika seseorang hanya dengan mengkonsumsi 2 gelas air putih
dan 2 potong roti dalam kasus ini
sarah akan mengalami dehidrasi Karena kebutuhan tubuh terhadap air 2-2,5 liter atau
8-10 gelas ,kemudian sarah mengalami hipoglikemi yaitu kebutuhan kalori dibawah
dari normal karena sarah hanya mengkonsumsi 2 potong roti.sedangkan kebutuhan
normal 100-180 mg/dl.
c. kebutuhan air yang dibutuhkan dalam sehari
2-2,5 liter atau 8-10 gelas perhari, input = output
minum: 1250ml insensible loss: 900ml
makan:1000ml keringat : 100ml
H2O hasil metabolic : 350ml feses: 100ml, urin :1500ml
Total: 2600ml
Namun, kita tidak tahu kadar air dalam makanan maka harus diasup dari minuman
sekitar 1800ml-2000ml.
d. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran cairan dalam tubuh
1. Usia
Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Perubahan cairan
dan elektrolit terjadi secara normal seiring dengan perubahan perkembangan
seseorang. Total proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar daripada total
proporsi air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau orang dewasa. Pada
kenyataannya, bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kekurangan
Skenario A Blok 5 Page 10
volume cairan atau ketidakseimbangan hiperosmolar karena per kilogram
berat tubuhnya akan kehilangan air yang lebih besar secara proporsional.
2. Ukuran Tubuh
Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah total air dalam tubuh.
Lemak tidak mengandung air karena itu klien yang gemuk memiliki proporsi
air tubuh yang lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak cadangan lemak di
dalam payudara dan paha mereka daripada pria. Akibatnya, jumlah total air
tubuh pada wanita lebih kecil daripada pria walaupun usia mereka sama.
3. Temperatur Lingkungan
Tubuh berespon terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan dalam
bentuk perubahan cairan. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan
tubuh yang menyebabkan kehilangan ion-ion natrium dan klorida. Apabila
temperatur di sekitar kita meningkat sampai di atas 32,20 atau jika tubuh di
atas 38,30, keringat akan banyak keluar. Hal ini bertujuan untuk
mendinginkan darah perifer untuk mengurangi suhu tubuh. Karena volume
keringat yang keluar bervatiasi dari 0-1000 ml/jam atau bahkan lebih,
dehidrasi dapat terjadi tanpa adanya penggantian cairan yang adekuat. Namun,
normalnya mekanisme rasa haus akan menstimulasi penggantian tersebut.
4. Gaya Hidup
Gaya hidup memberikan pengaruh tidak langsung pada keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa.
5. Input cairan yang masuk
e. regulasi air didalam tubuh
Skenario A Blok 5 Page 11
Osmoregulasi adalah suatu proses untuk mempertahankan keseimbangan cairan,
air, dan elektrolit dalam tubuh kita. Spesifik, osmoregulasi adalah pengaturan
konsentrasi cairan di pembuluh darah dan secara efektif juga mengatur jumlah air
yang tersedia untuk diserap sel tubuh. Pengaturan homeostasis cairan tubuh dilakukan
dengan mekanismesebagai berikut :
a. Perubahan konsentrasi cairan dideteksi oleh osmoreseptor sistem sirkulasi ke
hypothalamus untuk mengaktifkan umpan balik negatif
b. Hypothalamus kemudian mengirimkan sinyal kimiawi ke kelenjar hipofisis untuk
mensekresi hormon ADH (Anti Diuretika Hormone) yang akan bekerja pada organ
target ginjal dimana ginjal bertanggung jawab untuk menstabilkan konsentrasi cairan
tubuh.
c. Ketika hormon ADH mencapai organ target, terjadi perubahan pada ginjal yaitu
menjadi kurang atau lebih bersifat permeable terhadap air.
f. Manfaat air dalam tubuh manusia
1. Memperlancar sistem pencernaan
Mengkonsumsi air dalam jumlah cukup setiap hari akan memperlancar sistem
pencernaan sehingga kita akan terhindari dari masalah-masalah pencernaan seperti
maag ataupun sembelit. Pembakaran kalori juga akan berjalan efisien.
2. Air putih membantu memperlambat tumbuhnya zat-zat penyebab kanker, plus
mencegah penyakit batu ginjal dan hati. Minum air putih akan membuat tubuh lebih
berenergi.
3. Menyehatkan jantung
Skenario A Blok 5 Page 12
Air juga diyakini dapat ikut menyembuhkan penyakit jantung, rematik, kerusakan
kulit, penyakit saluran napas, usus, dan penyakit kewanitaan, dan lainnya. Bahkan
saat ini cukup banyak pengobatan alternatif yang memanfaatkan kemanjuran air
putih.
4. Tubuh lebih bugar
Khasiat air tak hanya untuk membersihkan tubuh saja tapi juga sebagai zat yang
sangat diperlukan tubuh. Mungkin lebih dapat bertahan kekurangan makan beberapa
hari ketimbang kurang air. Sebab, air merupakan bagian terbesar dalam
5. Mencegah penyakit batu ginjal
3. Setelah 5 jam mengantri dan tidak sempat makan siang, tiba-tiba Sarah lemas,
gemetaran, keringat dingin, kulit tampak memerah dan tidak sadarkan diri
a. mekanisme lemas pada kasus ini
hipoglikemi nutrisi otot berkurang metabolism terganggu pemecahan
glikogen berlangsung sementara kehabisan nutrisi lemas
b. mekanisme gemetaran
hipoglikemi (jawaban belum didapat)
c. mekanisme keringat dingin
Apabila suhu badan tinggi, termoreseptor akan mentransfer suhu pada kulit, di
otak,hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat untuk mengatur suhu darah
yang melaluinya, mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh
hipotalamus dengan menggunakan koordinasi tubuh, yaitu dengan memberikan
respon melalui system saraf otonom berupa efek simpatis yaitu vasodilasi perifer
Skenario A Blok 5 Page 13
dimana pembuluh darah mengembang untuk berdekatan dengan kulit (lingkungan
luar) yang memungkinkan panas dibebaskan keluar
d mekanisme kulit kemerahan
Karena terjadinya vasodilatasi sehingga lebih banyak darah pada kulit
(kulitkelihatan merah), hal ini memudahkan panas darah terbebas keluar melalui
proses penyinaran
e. mekanisme tidak sadarkan diri
Peningkatan suhu vasodilatasi perifer aliran darah terpusat
pada arteriol aliran darah keotak terganggu perfusi O2ke otak
berkurang tidak sadarkan diri
Hipoglikemi bahan metabolism berkurang metabolism
terganggu metabolism keotak terganggu tidak sadarkan diri
f. histologi kulit
Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.
Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum,
stratum granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal
yang mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan
elastin. Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan pembuluh
g. Sistem yang berhubungan dengan gejala dalam kasus ini
Skenario A Blok 5 Page 14
1. system saraf : kesadaran, lemas, berkeringat, kulit memerah
2. system musculoskeletal : lemas , gemetaran
3. system kardiovaskular: kulit kemerahan dan kesadaran
4. system endokrin :keringat, kulit kemerahan
6. system darah : kesadaran, kulit kemerahan
4. Hasil pemeriksaan, kulit terlihat kemerahan teraba kering, denyut jantung
112x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, temperature 38,2 Celcius dan GCS
13(Eye: 4, Movement 5, Verbal:4)
a. makna hasil pemeriksaan dalam kasus ini
kulit terlihat kemerahan teraba kering: dehidrasi
denyut jantung 112x/menit : takikardia
tekanan darah 110/70 mmHg: normal
temperature 38,2 Celcius : suhu tubuh tinggi (hipertermi)
GCS 13(Eye: 4, Movement 5, Verbal:4) : membuka
mata, rangsangan nyeri , percakapan kacau
b. mekanisme hasil pemeriksaan tersebut
Pada suhu lingkungan tinggi atau tubuh mengalami hipertermia maka
hipotalamus mengatur agar tubuh merespon untuk menurunkan suhu tubuh.
Hipotalamus juga memberikan respon melalui system saraf otonom berupa efek
Skenario A Blok 5 Page 15
simpatis. Efek simpatis meyebabkan vasodilatasi vascular sehingga darah akan
banyak dipermukaan tubuh (bawah kulit) membawa suhu tubuh keluar, namun
pada kasus ini keluarnya keringat tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang
cukup, sehingga air yang keluar dari interstisial akan meyebabkan peningkatan
konsentrasi elektrolit didalam CES. Hal ini apabila dibiarkan lama, maka sel-sel
tubuh mengalami dehidrasi, yang mengakibatkan terhambatnya laju pengeluaran
panas didalam tubuh yang menyebabkan terjadinyapeningkatan temperature
internal tubuh yang kemudian memicu terjadinya heat stress
Kekurangan cairan mengakibatkan volume plasma menurun. Akibatnya
penurunan curah jantung ini merespon baroreseptor untuk meningkatkan
kontraktilitas sehingga curah jantung meningkat, hal ini mengindikasikan
terjadinya takikardia
5. Paramedis hanya memasang infuse cairan elektrolit dan langsung membawa
Sarah ke RS
a. kondisi cairan tubuh Sarah pada kondisi ini.
Terjadinya peningkatan konsentrasi elektrolit didalam cairan ekstra seluler,
karena pada saat keluarnya keringat tidak diimbangi dengan konsumsi cairan
yang cukup, maka air yang keluar dari cairan interstisial/plasma darah ini akan
menyebabkan peningkatan tersebut,sehingga terjadinya perbedaan konsentrasi
antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.Jika hal ini dibiarkan lama tanpa
diimbangi dengan konsentrasi cairan yang cukup, sel-sel didalam tubuh akan
mengalami dehidrasi.
b. macam-macam dan fungsi cairan infuse
Skenario A Blok 5 Page 16
1.kristaloid , yaitu cairan ynag mengandung zat dengan BM rendah dengan atau
tanpa glukosa. Memiliki tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi
keseluruh ruang ekstraseluler. Contoh :RL, NaCl 0,9%, dextrose 5% dan 10%,
darrow
2.Koloid, yaitu cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi, tekanan onkotik
tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap tinggal diruang intravascular
3.Cairan khusus, digunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, seperti NaCl 3%,
bic-nat, mannitol
c. cairan elektrolit yang cocok dalam kasus ini
NaCl 0,9 % karena sama seperti cairan tubuh, dan mampu bertahan diplasma
kurang lebih 30 menit serta lebih murah kalau dibandingkan dengan cairan
koloid. Kalau cairan elektrolitnya sudah kembali normal,berikan cairan dekstrosa.
d. alasan pemberian cairan elektrolit harus melalui infuse
pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran
darah. Karena kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—
obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan.Oleh karena itu pemberian cairan elektrolit hanya bisa
dilakukan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena).
e. alasan paramedic memberikan cairan elektrolit pada kasus ini
karena sarah mengalami dehirasi,sedangkan dehidrasi itu sendiri adalah keadaan
tubuh kekurangan cairan elektrolit.
f. prognosis, setelah pemberian cairan elektrolit
Skenario A Blok 5 Page 17
1. kadar garam dan volume caira CES stabil
2. termoregulator berfungsi kembali, suhu tubun turun
3. volume plasma stabil, kontraktilitas stabil
1. Heat exhaustion
Heat exhaustion mengacu pada kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai pingsan
yang disebabkan oleh penurunan tekanan darah akibat kerja mekanisme
pengeluaran panas yang berlebiahan. Keringat berlebihan mengurangi curah
jantung karena volume plasma berkurang, dan vasodilatasi kulit yang ekstensif
menyebabkan penurunan resistensi perifer total karena tekanan darah ditentukan
oleh curah jantung dikalikan dengan resistensi perifer total, tekanan darah turun
dan jumlah darah yang disalurkan keotak berkurang, sehingga yang bersangkutan
pingsan. Dengan demikian, heat exhaustion adalah konsekuensi dari aktivitas
berlebihan mekanisme pengeluranan panas dan bukan gangguan dari mekanisme
tersebut. Karena mekanisme pengaeluaran sangat aktif, karena heat exhaustion
suhu tubuh hanya sedikit meningkat.Dengan memaksa aktivitas berhenti setelah
mekanisme pengeluaran panas tidak lagi mampu mengatasi penambahan panas
yang ditimbulkan oleh olahraga atau lingkungan yang panas , heat exhaustion
berfungsi sebagai katub pengaman untuk membantu mencegah konsekuensi yang
lebih serius.
2. Dehidrasi
Tubuh manusia sebagian besar terbentuk dari cairan, dengan prosentase hampir 75%
dari total berat badan. Cairan ini terdistribusi sedemikian rupa sehingga mengisi
hampir di setiap rongga yang ada pada tubuh manusia.
Skenario A Blok 5 Page 18
Dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang
masuk. Namun karena mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia sudah sangat
unik dan dinamis maka tidak setiap kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh
dehidrasi.
Dalam kondisi normal, kehilangan cairan dapat terjadi saat kita :
Bernafas
Kondisi cuaca sekitar
Berkeringat
Buang air kecil dan buang air besar.
Sehingga setiap hari kita harus minum cukup air guna mengganti cairan yang hilang
saat aktifitas normal tersebut.
Untungnya, tubuh mempunyai mekanisme unik bila kekurangan cairan. Rasa haus
akan serta merta muncul bila keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu.
Tubuh akan menghasilkan hormon ADH guna mengurangi produksi kencing oleh
ginjal. Tujuan akhir dari mekanisme ini adalah mengurangi sebanyak mungkin
kehilangan cairan saat keseimbangan cairan tubuh terganggu.
Apakah yang menyebabkan dehidrasi?
Dehidari terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan
sangat kurang. Beberapa kondisi yang seringa menyebabkan dehidrasi antara lain :
Diare. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan
cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak anak mati setiap
tahun karena dehidrasi akibat diare.
Muntah. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk
menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.
Skenario A Blok 5 Page 19
Berkeringat. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi
lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu
tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama
sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi
dehidrasi.
Diabetes. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing
manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui
kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk
kencing.
Luka bakar. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya
cairan berlebihan pada pada kulit yang rusak oleh luka bakar.
Kesulitan minum. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu
sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.
Apakah gejala dan tanda dehidrasi?
Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain :
1. Rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan yang diikuti dengan
2. Penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan
yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.
Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi
selanjutnya yaitu :
1. Mulut kering.
2. Berkurangnya air mata.
3. Berkurangnya keringat.
4. Kekakuan otot.
5. Mual dan muntah.
Skenario A Blok 5 Page 20
6. Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.
Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa
gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka akan
sangat sulit untuk menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.
Bagaimana mengobati dehidrasi?
Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian cairan ini
dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan cairan
melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin
dari minuman.
Keputusan menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien
berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat
dari produksi kencing.
Penggunaan obat obatan diperlukan untuk mengobati penyakit penyakit yang
merupakan penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah dan lain lain.
Dapatkah saya mengatasi dehidrasi di rumah?
Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali
saat awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik
hasil yang didapatkan. Koreksi yang paling cepat tentu dapat dilakukan di rumah.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan di rumah untuk mencegah terjadinya
dehidrasi antara lain :
Skenario A Blok 5 Page 21
Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk
mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk
mengurangi gejala yang terjadi.
Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.
Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun
frekuensinya ditingkatkan.
Jika dengan tindakan diatas, gejala dehidrasi tidak membaik atau bertambah buruk,
segeralah menuju rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dapatkan dehidrasi dicegah?
Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
Lingkungan. Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat
mungkin untuk dilakukan pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual
kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan
melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.
Olah raga . Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus
minum lebih banyak cairan.
Umur. Umur muda dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.
Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani
dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah
Skenario A Blok 5 Page 22
antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada
hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Hypoglikemi
adalah konsentrasi glukose darah di bawah 40mg/100ml. Hypoglikemi merupakan
keadaan yang serius dan keadaan semakin gawat jika anak semakin muda.
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi
berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan
mengalami Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin. Selama
masa menggigil simpanan glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan
terjadi peningkatan kebutuhan glikogen. Simpanan glikogen menurun dan cadangan
tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan (Rosa M Sacharin, 1986).
Otak merupakan organ yang sangat peka terhdap kadar gula darah yang rendah
karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama.
Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem
saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal in
akan merangsang hari untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap
terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
B. Etiologi
Etiologi Hypoglikemi pada diabetes militus (DM)
1. Hypoglikemi pada DM stadium dini
2. Hypoglikemi dalam rangka pengobatan DM
a. Penggunaan insulin
b. Penggunaan sulfonilura
c. Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hypoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM
a. Hiperinsulinisme alimeter pascagastrektomi
b. Insulinoma
c. Penyakit hati berat
Skenario A Blok 5 Page 23
d. Tumor ekstrapankreatik.: fibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. Hipopituitarisme
B. Faktor Predisposisi (Arif Masjoer, 2001)
Faktor predisposisi terjadi hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonilurea:
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. Pengurangan / keterlambatan makan
b. Kesalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Perubahan tempat suntikan insulin
e. Penurunan kebutuhan insulin
1) Penyembuhan dari penyakit
2) Nefropati diabetic
3) Penyakit Addison
4) Hipotirodisme
5) Hipopituitarisme
f. Hari-hari pertama persalinan
g. Penyakit hati berat
h. Gastroparesis diabetic
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. Pengendalian glukosa darah yang ketat
b. Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipogliklemik
c. Penggantian jenis insulin
C. Patogenesis (Arif Masjoer, 2001)
Pada waktu makan cukup tersedia sumber energi yang diserap dari usus. Kelebihan
energi disimpan sebagai makromolekul dan dinamakan fase anabotik. 60% dari
glukosa yang di serap usus dengan pengaruh insulin akan di simpan di hati sebagai
Skenario A Blok 5 Page 24
glikogen, sebagian dari sisanya akan disimpan di jaringan lemak dan otot sebagai
glikogen juga. Sebagian lagi dari glukosa akan mengalami metabolisme anaerob
maupun aerob untuk energi seluruh jaringan tubuh terutama otak sekitar 70%
pemakaian glukosa berlangsung di otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas
sebagai sumber energy
Pencernaan dan penyerapan protein akan menimbulkan peningkatan asam amino di
dalam darah yang dengan bantuan insulin akan disimpan di hati dan otak sebagai
protein. Lemak diserap dari usus melalui saluran limfe dalam bentuk kilomikron yang
kemudian akan dihidrolasi oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak. Asam lemak
akan mengalami esterifikasi dengan gliserol membentuk trigliserida, yang akan
disimpan di jaringan lemak. Proses tersebut berlangsung dengan bantuan insulin.
Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5-6 jam, kadar glukosa darah mulai
turun keadaan ini menyebabkan sekresi insulin juga menurun, sedangkan hormon
kontraregulator yaitu glukagon, epinefrin, kartisol, dan hormon pertumbuhan akan
meningkat. Terjadilah keadaan kortison sebaliknya (katabolik) yaitu sintetis glikogen,
protein dan trigliserida menurun sedangkan pemecahan zat-zat tersebut akan
meningkat.
Pada keadaan penurunan glukosa darah yang mendadak: glukogen dan epinefrilah
yang sangat berperan. Kedua hormon tersebut akan memacu glikogenolisis,
glukoneogenisis, dan proteolisis di otot dan lipolisis di jaringan lemak. Dengan
demikian tersedia bahan untuk glukoneogenesis yaitu asam amino terutama alanin,
asam laktat, piruvat, sedangkan hormon, kontraregulator yang lain berpengaruh
sinergistk glukogen dan adrenalin tetapi perannya sangat lambat. Secara singkat dapat
dikatakan dalam keadaan puasa terjadi penurunan insulin dan kenaikan hormon
kontraregulator. Keadaan tersebut akan menyebabkan penggunaan glukosa hanya di
jaringan insulin yang sensitif dan dengan demikian glukosa yang jumlahnya terbatas
hanya disediakan untuk jaringan otak. Walaupun metabolik rantai pendek asam lemak
bebas, yaitu asam asetoasetat dan asam β hidroksi butiran (benda keton) dapat
Skenario A Blok 5 Page 25
digunakan oleh otak untuk memperoleh energi tetapi pembentukan benda-benda
keton tersebut memerlulan waktu beberapa jam pada manusia. Karena itu ketogenesis
bukan merupakan mekanisme protektif terhadap terjadinya hipoglikemia yang
mendadak. Selama homeostatis glukosa tersebut di atas berjalan, hipoglikemia tidak
akan terjadi. Hipoglikemia terjadi jika hati tidak mampu memproduksi glukosa
karena penurunan bahan pembentukan glukosa, penyakit hati atau ketidakseimbangan
hormonal.
D. Manifestasi klinis (Arif Masjoer 2001)
Gejala-gejala hipoglikemia terjadi dari dua fase, yaitu:
1. fase I gejala-gejala akibat aktifitas pusat autonom di hipotalomus sehingga
hormon epinefrin dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena
saat itu pasien masih sadar sehingga dapat diambil tindakan yang perlu untuk
mengatasi hipoglikemia lanjutan.
2. fase II, gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,
karena itu dinamakan gejala neurologis.
Penelitian pada orang bukan diabetes menunjukkan adanya gangguan fungsi otak
yang lebih awal dari fase I dan dinamakan gangguan fungsi otak subliminal. Di
samping gejala peringatan dan neurologist, kadang-kadang hipoglikemia,
menunjukan gejala yang tidak khas. Peringatan kadang-kadang gejala fase
adrienergik tidak muncul dan pasien langsung jatuh pada fase gangguan fungsi otak.
Terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan yaitu akut dan kronik
C. Penyebab
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
Pelepasan insulin yang berlebihan oelh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
Skenario A Blok 5 Page 26
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Kelaiana pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan
obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia
terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi
menjadi:
Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap
makan, biasanya karbohidrat.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika
dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak
menurunkan kadar gula darah.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat.
Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara
normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal
kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula
darah yang rendah.
Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa
menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan
psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk
dirinya.
Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olah
raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan
hipoglikemia. Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat
Skenario A Blok 5 Page 27
penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun
secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang
adekuat.
Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa
menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem
enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam
makannya.
Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia
diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia
reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang
pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan
penurunan kadar gula darah yang cepat.
Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani
pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik.
Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan
makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin.
Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang
pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas.
Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan
makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang
dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang
berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel
penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang
menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang
menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena
pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini
Skenario A Blok 5 Page 28
bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes. Hipoglikemia juga bisa
terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan
fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat. Penyakit hati yang berat
(misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan hipoglikemia.
D. Gejala
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darh dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.
Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan
gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar) tiba-tiba.
Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik
per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi
hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena
melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan
hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih
berat.
E. Diagnosa
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL.
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat
kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika
dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk
mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor
penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa
(kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum
pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.
Skenario A Blok 5 Page 29
F. Pengobatan
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena
efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten.
Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan
makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau
biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk
mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya
selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus
diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh
tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami
hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam
porsi kecil
4. Cairan infuse
Jenis Cairan Infus
Cairan hipotonik:
osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+
lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
Skenario A Blok 5 Page 30
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah
dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi
sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis
diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Cairan Isotonik:
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik
osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%
+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
Skenario A Blok 5 Page 31
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
Kristaloid
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat,
dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-
Laktat dan garam fisiologis.
Koloid
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah,
maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh
darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Terapi Cairan
Intravena.
1. Dari Sisi Pasien.
Dari sisi pasien yang perlu diperhatikan adalah penyakit dasar pasien,
status hidrasi dan hemodinamik, pasien dengan komplikasi penyakit
tertentu, dan kekuatan jantung. Kesemua faktor ini merupakan hal yang
harus diketahui dokter.
2. Dari Sisi Cairan
a. Kandungan elektrolit cairan
Elektrolit yang umum dikandung dalam larutan infus adalah Na+,
K+, Cl, Ca2+, laktat atau asetat. Jadi, dalam pemberian infus, yang
diperhitungkan bukan hanya air melainkan juga kandungan
elektrolit ini apakah kurang, cukup, pas atau terlalu banyak.
Skenario A Blok 5 Page 32
b. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi dan komposisi
larutan infus sangatlah penting agar bisa memilih produk sesuai
dengan indikasi masing-masing.
c. Osmolaritas cairan
Yang dimaksud dengan osmolaritas adalah jumlah total mmol
elektrolit dalam kandungan infus. Untuk pemberian infus ke dalam
vena tepi maksimal osmolaritas yang dianjurkan adalah kurang dari
900mOsmol/L untuk mencegah risiko flebitis (peradangan vena).
Jika osmolaritas cairan melebihi 900 mOsmol/L maka infus harus
diberikan melalui vena sentral.
3. Kandungan lain cairan.
Seperti disebutkan sebelumnya, selain elektrolit beberapa produk infus
juga mengandung zat-zat gizi yang mudah diserap ke dalam sel, antara
lain: glukosa, maltosa, fruktosa, silitol, sorbitol, asam amino,
trigliserida. Pasien yang dirawat lebih lama juga membutuhkan unsur-
unsur lain seperti Mg2+, Zn2+ dan trace element lainnya.
4. Sterilitas cairan infus.
Parameter kualitas untuk sediaan cairan infus yang harus dipenuhi
adalah steril, bebas partikel dan bebas pirogen disamping pemenuhan
persyaratan yang lain. Pada sterilisasi cairan intravena yang
menggunakan metoda sterilisasi uap panas, ada dua pendekatan yang
banyak digunakan, yaitu overkill dan non-overkill (bioburden-based).
a. Overkill adalah Pendekatan yang dilakukan untuk membunuh
semua mikroba, dengan prosedur sterilisasi akhir pada suhu tinggi
yaitu 121oC selama 15 menit. . Dengan cara ini, hanya cairan infus
yang mengandung elektrolit tidak akan mengalami perubahan.
Namun cara ini sangat berisiko dilakukan pada cairan infus yang
Skenario A Blok 5 Page 33
mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino karena bisa
jadi nutrisi tersebut pecah dan pecahannya menjadi racun. Misalnya
saja larutan glukosa konsentrasi tinggi. Pada pemanasan tinggi,
cairan ini akan menghasilkan produk dekomposisi yang dinamakan
5-HMF atau 5-Hidroksimetil furfural yang pada kadar tertentu
berpotensi menimbulkan gangguan hati. Selain suhu sterilisasi yang
terlalu tinggi, lama penyimpanan juga berbanding lurus dengan
peningkatan kadar 5-HMF ini.
b. Non-overkill :
sesuai dengan perkembangan kedokteran yang membutuhkan jenis
cairan yang lebih beragam contohnya cairan infus yang
mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino serta obat-
obatan yang berasal dari bioteknologi, maka berkembang juga
teknologi sterilisasi yang lebih mutakhir yaitu metoda Non-Overkill
atau disebut juga Bioburden, dimana pemanasan akhir yang
digunakan tidak lagi harus mencapai 121 derajat, sehingga produk-
produk yang dihasilkan dengan metoda ini selain dijamin steril,
bebas pirogen, bebas partikel namun kandungannya tetap stabil
serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang terlampau
tinggi. Dengan demikian infus tetap bermanfaat dan aman untuk
diberikan.
4. Cairan tubuh
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu :
1. Cairan intraselular (CIS) 2. Cairan ekstra selular (CES) 3. Pada orang dewasa 60% dari berat badan adalah air (cairan dan elektrolit).
Skenario A Blok 5 Page 34
1.Jumlah cairan tubuh
Pada orang dewasa rata-rata 45 – 70 % dari Berat Badan (BB) :
60% PRIA
55% WANITA
Variasi tergantung gemuk-kurusnya.
Pada Kanak : 70 – 80 % dari BB, rata-rata 75%
2.Cairan tubuh dibagi dalam:a) Cairan Ekstra Seluler (CES) : - PLASMA (5% dari BB) - CAIRAN INTERSTISIAL (15% dari BB)b) Cairan Intra Seluler (CIS) : 40% dari BBc) Cairan Trans – Seluler (CTS) : 1 – 3 % dari BB
Electrolyte Composition of Body Fluid
Electolyte Plasma(mEq/L Interstetiel(mEq/KgH2o)
Intracelluler(mEq/KgH2o)
Cation:
Na+ 142 145 10
K+ 4 4 159
Ca2+ 5 3 1
Mg2+ 2 2 40
Total 153 154 210
Anion:
Cl- 103 117 3
HCO3- 25 28 7
Protein 17 - 45
Others 8 9 155
Total 153 154 210
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
Skenario A Blok 5 Page 35
2. Jenis kelamin
3. Sel-sel lemak
4. Stres
5. Sakit
6. Temperatur lingkungan
7. Diet
proses pergerakan / transpor cairan tubuh
1. Difusi
Difusi adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Faktor-faktor yang meningkatkan difusi
1. Peningkatan suhu
2. Peningkatan konsentrasi partikel
3.Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
4.Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
5.Penurunan jarak lintas dimana massa partikel harus berdifusi
2. Transport Aktif
1) Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.
2) Adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
3) Diperlukan Energi.
4)Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel
meliputi: natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino.
5)Tarnsport aktif adalah vital untuk mempertahankan keunikan komposisi
baik CES dan CIS.
3. Filtrasi (penyaringan)
Skenario A Blok 5 Page 36
1)Filtrasi adalah adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput
permeable.
2)Arah perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi
ke daerah dengan tekanan yang lebih rendah.
4. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang
lebih tinggi yang sifatnya menarik.
cara pengeluaran cairan
a. Ginjal
b. Kulit
c. Paru –paru
d. Gastrointestinal
6. Histologi kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari
lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m2 dan beratnya sekitar
15% dari berat badan secara keseluruhan.
Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.
Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum,
stratum granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal
yang mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan
Skenario A Blok 5 Page 37
elastin. Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan pembuluh
Kulit terdiri dari 2 lapisan :
1.Epidermis disebelah luar dan merupakan lapisan nonvascular yang dilapisi
epitel selapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan jenis dan lapian yang berbeda
beda.
Lapisan epidermis terdiri dar dua jenis lapisan tebal dan tipis.
Kulit tebal: contohnya kulit tebal adalah telapak tangan dan telapak kaki,karena kulit
ini terus selalu terpapar langsung keluar.kulit ini juga mengandung banyak kelenjar
keringat(glandula sudorifera),tanpa folikol rambut,kelenjar sebasae,atau serat otot
polos.
Kulit tipis : komposisi selnya lebih sederhana mengandung sel sel
melanosit(melanocytus),sel langerhans,sel merkel.
2.Dermis : lapisan kulit sebelah dalam,dermis dan epidermis dipisahkan oleh
membran basalis yang tidak rata ,banyak tonjolan keatas/papillae.
Bagian dari kulit lapisan dermis adalah stratum papillare.lapisan ini terdiri dari
jaringan ikat longgar tidak teratur,kapiler,pembuluh darah,fibroblast,makrofag,dan
sel jaringan ikat longgar lainya.
Lapisan dermis lebih dalam adalah stratum reticulare.lebih tebal ditandai oleh serat
jarngan ikat padattidak teratur dan kurang selular dibandingkan dengan stratum
Skenario A Blok 5 Page 38
papillare.sebelah inferior dermis menyatu dengan hypodermis / lapisan subkutis yang
terdapat fasia superficial dan jaringan adifosa.
Fungsi kulit :
1. Pelindung
2. Regulasi suhu
3. Persepsi sensorik
4. Ekskresi
5. Pembuatan vitamin D
7. Homeostasis
Skenario A Blok 5 Page 39
Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan
kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis
merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi
dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis pengaturan dalam organisme.
Umpan balik homeostasis terjadi pada setiap organisme.
Terdapat 2 jenis keadaan konstan atau mantap dalam homeostasis yaitu
1. Sistem tertutup - Keseimbangan statis
o Di mana keadaan dalam yang tidak berubah seperti botol tertutup.
2. Sistem terbuka - Keseimbangan dinamik
o Di mana keadaan dalam yang konstan walaupun sistem ini terus
berubah contohnya seperti sebuah kolam di dasar air terjun.
Organisme mempunyai 2 lingkungan yaitu:
1. Lingkungan luar yaitu lingkungan yang mengelilingi organisme secara
keseluruhan. Organisme akan hidup berkelompok dengan organisme-
organisme (biotik) dan objek-objek yang mati (abiotik).
2. Lingkungan dalam yaitu lingkungan dinamis dalam badan manusia yang
terdiri dari fluida yang mengelilingi komunitas sel-sel yang membentuk
badan.
Biotik ialah komponen hidup yang meliputi semua organisme hidup. Contoh
komponen biosis ialah:
Manusia
Tumbuhan
Hewan
Abiotik ialah komponen mati seperti:
Skenario A Blok 5 Page 40
Suhu
Nilai pH
Cahaya
Kelembapan
Topografi
Iklim
Perubahan kecil dalam lingkungan dinamis dalam tubuh bisa menyebabkan sel-sel
mati. Contoh-contoh yang akan menyebabkan sel-sel mati walaupun dalam jumlah
kecil ialah seperti:
Dehidrasi - Kurang air
Zat makanan yang kurang
Sisa racun dikumpul dalam badan
Suhu berubah dengan mendadak
Mekanisme ini diatur oleh otak terutama hipotalamus, yang bila terangsang akan
merangsang koordinasi tubuh. Proses ini akan terjadi terus menerus hingga
lingkungan dinamis dalam tubuh akan berada pada jumlah yang normal.
2 koordinasi badan yang terlibat ialah:
1. Kordinasi kimia - Seperti hormon
2. Kordinasi saraf - Seperti impuls saraf
Beberapa proses-proses yang terlibat ialah:
1. Umpan balik positif - Contoh demam, badan akan bertambah panas untuk
membunuh bakteri dan virus.
2. Umpan balik negatif - Contoh keadaan panas, badan akan diatur untuk
mengurangi panas badan.
Skenario A Blok 5 Page 41
Contoh homeostasis yang ringkas ialah
Apabila cuaca panas, sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan peluh
melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darahnya
meningkat, pembuluh darah akan mengembang untuk mengeluarkan panas ke
sekitarnya, hal ini juga menyebabkan kulit berwarna merah.
Apabila kadar glukosa dalam darah telah habis atau berkurang dari jumlah
tertentu, hati akan dirangsang oleh insulin untuk mengubah glikogen menjadi
glukosa supaya dapat digunakan sebagai tenaga untuk kontraksi otot.
Organ-organ yang terlibat dalam pengaturan homeostasis antara lain:
Hati
Ginjal
Kulit
Di antara kemungkinannya ialah:
1. Apabila banyak garam dalam badan dan kurang air
2. Apabila kurang garam dalam badan dan banyak air
Apabila kadar garam lebih dari julat normal dan kurang air dalam badan, tekanan
osmosis darah akan meningkat, osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang
kemudian kelenjar hipofisis akan dirangsang lebih aktif untuk mensekresikan hormon
ADH yang bersifat antidiuretik untuk meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal
terhadap air, kelenjar adrenal (hormon aldosteron) akan kurang dirangsang, maka
lebih banyak air diserap dan kurang ion natrium dan ion kalsium diserap kembali
masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan turun, proses ini akan berulang
sehingga tekanan osmosis darah pada jumlah normal.
Skenario A Blok 5 Page 42
Apabila kadar garam lebih rendah dari jumlah normal dalam tubuh dan lebih banyak
air dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan menurun, osmoreseptor pada
hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjar pituitari akan kurang dirangsang
untuk mensekresikan hormon ADH (antidiuresis) untuk mengurangi permeabilitas
tubulus ginjal terhadap air, kelenjar adrenal (hormon aldosteron) akan dirangsang
dengan lebih aktif, maka lebih sedikit air diserap dan lebih sedikit juga natrium dan
kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan naik,
proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah berada pada jumlah normal.
Fungsi hormon antidiuresis ialah:
Merangsang penyerapan kembali air pada tubulus ginjal - Menambah
permeabilitas tubulus ginjal terhadap air.
Fungsi hormon aldosteron ialah:
Agar ion natrium dan ion kalsium dalam darah tetap seimbang - Penyerapan
ion kalsium dan ion natrium pada tubulus ginjal.
Memelihara keseimbangan air dan garam dalam darah
Air yang tidak diserap masuk kembali dalam tubuh dan akan keluar sebagai air
kencing.
8. respon tubuh trhadap stressStres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan
tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi.
Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan
yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif
atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau
penyebab tertentu
(Isaacs, 2004).
Skenario A Blok 5 Page 43
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai
berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres;
semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003; 158).
Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan bahwa stres
adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih
organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres,
gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik),
tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres
mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut
dikatakan eustres. Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik nonspesifik
yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi
stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa
adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental
yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam
terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya. Empat variabel psikologik yang
dianggap mempengaruhi mekanismerespons stres (Papero, 1997):
1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stressor yang
mengurangi intensitas respons stres.
2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang
tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.
3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat
meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres.
Skenario A Blok 5 Page 44
4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas dapat
menambah atau mengurangi respons stres.
Reaksi tubuh terhadap stres
1) Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna
menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum
waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
2) Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena
kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau
sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
3) Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
4) Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi
pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
5) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimic nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka kedutan (tic
facialis).
6) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu
pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle
cramps) sehingga serasa “tercekik”.
7) Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari
sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain
kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu
Skenario A Blok 5 Page 45
perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat
(basah).
8) Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas
terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai
dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat
dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme dan
tidak atau kurang elastic sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan
tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma
(asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paruparu juga
mengalami spasme.
9) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya
karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation)
atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah
atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan
atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu
sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa
“dingin”.
10) Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini
disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah
kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit
maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus,
sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau
sebaliknya sering diare.
Skenario A Blok 5 Page 46
11) Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari
biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
12) Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang
persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan
anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
”pegal-linu”.
13) Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes
mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi
yang tidak teratur dan rasa sakit
(dysmenorrhoe).
Reaksi fisiologis terhadap stres
Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem
neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan system korteks adrenal. Sistem saraf
simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu :
1) Mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah
pengendaliannya.
2) sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi
pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medulla adrenal.
3) Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran dara.;
Skenario A Blok 5 Page 47
4) Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat
kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus.
5) Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang
dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.
6) Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang
meregulasi kadar gula darah.
7) ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30
hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah
ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam
respons fight or flight.
9.keseimbangan cairan dan garam
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapatmenyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak
volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan
tekanan darah jangka panjang.
Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sbb.:
Skenario A Blok 5 Page 48
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi
karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan
lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam:
1. External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar. (Gambar
3)
1.1. Pemasukan air melalui makanan dan minuman 2200 ml
air metabolisme/oksidasi 300 ml
-------------
2500 ml
1.2. Pengeluaran air melalui insensible loss (paru-paru & kulit) 900 ml
urin 1500 ml
feses 100 ml
-------------
2500 ml
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti
proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan
sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang
hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai
dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan
seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi
harus diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam. Ginjal
mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
Skenario A Blok 5 Page 49
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal .Jumlah Na+ yang
direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di
tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri . Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini
disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkatan volume
plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi
urin sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara
osmosis dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi)
ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). Osmosis
hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menembus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang banyak
ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel,
ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.
Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan
kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua
kompartmen ini. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan
melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefron
Skenario A Blok 5 Page 50
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas
yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh
secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang
isosmotik di tubulus proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars
desending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi
cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam
lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak
permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini
menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke
tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus
distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).
Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis
ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus
koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.
Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.
Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus
sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh
system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan
Skenario A Blok 5 Page 51
keseimbangan cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotiikus, osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor regang
di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat
tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan
Vasopresin/ ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika
terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan
meningkatkan ekskresi volume natrium dan air . Perubahan volume dan osmolaritas
cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan. Sebagai contoh Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya ialah umur, suhu
lingkungan, diet, stress, dan penyakit.
Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H
bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45
dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh.
Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber,
yaitu:
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H. Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi
fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
Skenario A Blok 5 Page 52
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion
H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika
dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor
dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
ammonia.
Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H
menurun.
Skenario A Blok 5 Page 53
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru.
Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat
gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H
bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi
asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi
karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis.
Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir
bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat. Untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat
penting.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam
dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen
dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan
dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresi ion hidrogen
dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
.
Daftar Pustaka
Skenario A Blok 5 Page 54
Sylvia A.PRICE, Lorraine M.Wilson. 2003.Patofisiologi..Jakarta : EGC
Stanley L.Robbins,dkk.2007. Patologi Robbins..Edisi 7, vol 2:EGC
Sherwood, Lauralee. (2004). Human Physiology: From cells to system. 5th ed.
California: Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc.
Silverthorn, D.U. (2004). Human Physiology: An Integrated approach. 3th ed. San
Fransisco: Pearson Education.
Guyton dan Hall. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B
Skenario A Blok 5 Page 55
TUTORIAL 4 :
1. Widiawarmi
2. Ghita Novita
3. Shofwatul Ulya
4. Anin Kalma Perdani
5. Siti Zubaidah Amnina
6. Rahmad AZ
7. Fredy Rizky
8. Anggrian Iba
9. Meitria Tiara Nanda
10. Rizky Dwi Putra
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jalan Jenderal Ahmad Yani Talang Banten Kampus-B
13 Ulu Telp. 0711-7780788
PALEMBANG
Skenario A Blok 5 Page 56