2
Pikiran Rakyat o Selasa o Rabu o Kamis Jumat o Sabtu 2 3 4 5 6 7' 8 9 10 11 12 13 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 OPeb o Mar OApr o Me; OJun OJul 'OAgs OSep .Okt n watiran. Mulai Oari ancaman meningkatnya angka ke- miskinan, kelaparan, pengangguran, sampai kejahatan. Kekhawatiran merigemuka, karena Iedakan pendu- duk tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan pa- ngan dun lapangan keIja. Biasanya, masalah sosial itu akan diikuti dengan meningkatkan angka kriminalitas. Apalagi, laju pertumbuhan penduduk di Jabar ini ter- golong besar. Sebab, dalam kurun waktu sepuluh tahun terjadi penambahan tujuhjutajiwa. Sensus sepuluh ta- hun lalu, pendudukJabar sebanyak 37 jutajiwa. Se- mentara hasil Sensus 2010 mencatatjumlah penduduk J abar 43 juta atau terbanyak dibandingkan dengan pro- vinsi lain di Indonesia. Dengan laju pertambahan seperti itu, pada 2020 nan- ti diperkirakan jumlah penduduk J abar bakal mencapai minimal 50 juta jiwa. Artinya, tingkat kepadatan bakal naik dari sekarang 1.150jiwa per kilometer persegi men- jadi 1.400 jiwa. "Yang menjadi masalah kemudian adalah bagaimana cara membuat 50 juta orang itu, dapat memiliki tempat tinggal dan makan. Jumlah penduduk terus bertambah, tetapi lahan di Jabar tak sejengkal pun bertambah. Ini akar masalah," ujar Saut Munte, pakar kependudukan. Saut mencontohkan, ancaman nyata dalam bidang pangan. Pertambahan penduduk yang relatif cepat tidak diimbangi dengan peningkatan produksi padi. Malahan, ia mencatat penurunan dari sebelumnya produksi men- capai 250 kilogram per kapita pada 2005, menjadi 245 kilogram per kapita pada 2008. Penurunan semacam ini sangat mungkin menjadi kecenderungan berlarut-la- rut, karena pada banyak tempat luas lahan pertanian te- rus menyusut akibat alih fungsi. Dalam hal ketenagakeIjaan, situasinya sama saja. Da- ri tujuh jutajiwa penduduk baru dalam sepuluh tahun terakhir, Saut memperkirakan tidak kurang dari sepa- ruhnya merupakan penduduk usia produktif. Artinya, lapangan pekerjaan dituntut tumbuh cepat sesuai de- ngan dinamika pertambahan penduduk ini. Jika tidak, membeludaknya angka pengangguran bisa menjadi an- caman sosial tersendiri. Kepala Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Jabar Agus Gustiar mengata- kan, penyediaan lapangan kerja untuk mengantisipasi ledakan jumlah penduduk usia produktif, bukan perkara membangun pabrik. Kondisi yang lebih eng- khawatirkan adalah ketersediaan dua daya dukuhg uta- manya, yakni energi dan air. "Kalau pabrik mau dibangun untuk menyerap .eba- nyak mungkin tenaga kerja, ya silakan. Akan tetepi, dari mana merka dapat energi? Apa ketersediaan airnyajuga mencukupi? Keberlangsungan pabrikjuga mesti menja- di perhatian," ujarnya. Agus Gustiar mencontohkan pabrik-pabrik te yang ada di Majalaya. Awalnya, daerah tersebut kan kawasan industri karena memiliki ketersedi yang dipandang cukup. Namun, saat ini teIjadi Ketersediaan air terus menyusut, sehingga dikh atir- kan akan memengaruhi keberlangsungan indust . se- tempat. ** MENJADI provinsi terpadat dengan laju pe bahan penduduk 1,89 persen, Jabar kerap ditu 'i g se- bagai biang kerok kegagalan mengerem ledakad endu- duk secara nasional. Maklum, dengan jumlah duduk terbesar, Jabar memegang peran penting. Apa un yang teIjadi di Jabar, akan berpengaruh signifikan t adap konstalasi kependudukan nasional. Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana ( ) Ja- bar Suroso Dasar menolak cap biang kerok bua U'abar, karena secara faktual berdasar hasil sensus pe bah- an penduduk di Jabar lebih banyak dipeng . faktor migrasi daripada faktor kelahiran. Artinya, cam ur ta- ngan provinsi lain turut berperan dalam dinamika ke- pendudukan di Jabar. Hasil akhir sensus yang lengkap dun terperinci me- mang belum selesai, sehingga belum diketahui pasti ang- ka migrasi dan fertilitas suatu daerah. Namun, uroso mengajukan argumen berdasar tingginya angka migrasi > di pusat-pusat industri Jabar. Bogor-Depok-Bekasi (Bo- debek) memiliki laju pertumbuhan hingga empat persen, sementara Bandung Raya antara dua hingga tig persen. Kliping Humas Unpad 2010

PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/pikiranrakyat-20101015... · tahun, sudah bisa nikah dan punya anak disini.Laju pertambahannya bisa

  • Upload
    doduong

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/pikiranrakyat-20101015... · tahun, sudah bisa nikah dan punya anak disini.Laju pertambahannya bisa

Pikiran Rakyato Selasa o Rabu o Kamis • Jumat o Sabtu

2 3 4 5 6 7' 8 9 10 11 12 1319 20 21 22 23 24 25 26 27 28

OPeb oMar OApr oMe; OJun OJul 'OAgs OSep .Okt

nwatiran. Mulai Oari ancaman meningkatnya angka ke-miskinan, kelaparan, pengangguran, sampai kejahatan.

Kekhawatiran merigemuka, karena Iedakan pendu-duk tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan pa-ngan dun lapangan keIja. Biasanya, masalah sosial ituakan diikuti dengan meningkatkan angka kriminalitas.

Apalagi, laju pertumbuhan penduduk di Jabar ini ter-golong besar. Sebab, dalam kurun waktu sepuluh tahunterjadi penambahan tujuhjutajiwa. Sensus sepuluh ta-hun lalu, pendudukJabar sebanyak 37 jutajiwa. Se-mentara hasil Sensus 2010 mencatatjumlah pendudukJ abar 43 juta atau terbanyak dibandingkan dengan pro-vinsi lain di Indonesia.

Dengan laju pertambahan seperti itu, pada 2020 nan-ti diperkirakan jumlah penduduk J abar bakal mencapaiminimal 50 juta jiwa. Artinya, tingkat kepadatan bakalnaik dari sekarang 1.150jiwa per kilometer persegi men-jadi 1.400 jiwa.

"Yangmenjadi masalah kemudian adalah bagaimanacara membuat 50 juta orang itu, dapat memiliki tempattinggal dan makan. Jumlah penduduk terus bertambah,tetapi lahan di Jabar tak sejengkal pun bertambah. Iniakar masalah," ujar Saut Munte, pakar kependudukan.

Saut mencontohkan, ancaman nyata dalam bidangpangan. Pertambahan penduduk yang relatif cepat tidakdiimbangi dengan peningkatan produksi padi. Malahan,ia mencatat penurunan dari sebelumnya produksi men-capai 250 kilogram per kapita pada 2005, menjadi 245kilogram per kapita pada 2008. Penurunan semacamini sangat mungkin menjadi kecenderungan berlarut-la-rut, karena pada banyak tempat luas lahan pertanian te-rus menyusut akibat alih fungsi.

Dalam hal ketenagakeIjaan, situasinya sama saja. Da-ri tujuh jutajiwa penduduk baru dalam sepuluh tahunterakhir, Saut memperkirakan tidak kurang dari sepa-ruhnya merupakan penduduk usia produktif. Artinya,lapangan pekerjaan dituntut tumbuh cepat sesuai de-ngan dinamika pertambahan penduduk ini. Jika tidak,membeludaknya angka pengangguran bisa menjadi an-caman sosial tersendiri.

Kepala Badan Koordinasi Promosi dan PenanamanModal Daerah (BKPPMD) Jabar Agus Gustiar mengata-kan, penyediaan lapangan kerja untuk mengantisipasi

ledakan jumlah penduduk usia produktif, bukanperkara membangun pabrik. Kondisi yang lebih eng-khawatirkan adalah ketersediaan dua daya dukuhg uta-manya, yakni energi dan air.

"Kalau pabrik mau dibangun untuk menyerap .eba-nyak mungkin tenaga kerja, ya silakan. Akan tetepi, darimana merka dapat energi? Apa ketersediaan airnyajugamencukupi? Keberlangsungan pabrikjuga mesti menja-di perhatian," ujarnya.

Agus Gustiar mencontohkan pabrik-pabrik teyang ada di Majalaya. Awalnya, daerah tersebutkan kawasan industri karena memiliki ketersediyang dipandang cukup. Namun, saat ini teIjadiKetersediaan air terus menyusut, sehingga dikh atir-kan akan memengaruhi keberlangsungan indust . se-tempat.

**MENJADI provinsi terpadat dengan laju pe

bahan penduduk 1,89 persen, Jabar kerap ditu 'i g se-bagai biang kerok kegagalan mengerem ledakad endu-duk secara nasional. Maklum, dengan jumlah dudukterbesar, Jabar memegang peran penting. Apa un yangteIjadi di Jabar, akan berpengaruh signifikan t adapkonstalasi kependudukan nasional.

Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana ( ) Ja-bar Suroso Dasar menolak cap biang kerok bua U'abar,karena secara faktual berdasar hasil sensus pe bah-an penduduk di Jabar lebih banyak dipeng . faktormigrasi daripada faktor kelahiran. Artinya, cam ur ta-ngan provinsi lain turut berperan dalam dinamika ke-pendudukan di Jabar.

Hasil akhir sensus yang lengkap dun terperinci me-mang belum selesai, sehingga belum diketahui pasti ang-ka migrasi dan fertilitas suatu daerah. Namun, urosomengajukan argumen berdasar tingginya angka migrasi >

di pusat-pusat industri Jabar. Bogor-Depok-Bekasi (Bo-debek) memiliki laju pertumbuhan hingga empat persen,sementara Bandung Raya antara dua hingga tig persen.

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/pikiranrakyat-20101015... · tahun, sudah bisa nikah dan punya anak disini.Laju pertambahannya bisa

Kaum pendatang di kota sebagian besar adalah mere-ka yang berusia produktif, untuk bekeIja di pabrik -pab-rik. "Para pendatang yang tinggal di Jabar dua atau tigatahun, sudah bisa nikah dan punya anak di sini. Lajupertambahannya bisa sangat cepat. Bandingkan denganlaju kelahiran warga asli Jabar. Untuk bertambah satugenerasi, mereka harus menunggu setidaknya hinggasekitar dua puluhan tahun lagi,' ujar Suroso.

Dalam kacamata nasional, temuan menarik hasil sen-sus tahun ini juga menyokong analisis semacam ini. Jikadi Jabar jumlah penduduk Iaki-laki lebih banyak daripada perempuan, fakta sebaliknya ditemui di Jawa Te-ngah dan Jawa Timur. "Jika ditanya ke mana laki-lakiJateng dan Jatim, ya jawabannya mereka berkumpul se-mua di Jabar ini,' kata Kepala Badan Pusat Statistik(BPS) Jabar Lukman Ismail, setengah bercanda.

Gejala di lapangan yang ditemui Badan Kependuduk-an dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)Jabarturut mendukung analisis semacam ini. Tingkat fertili-tas (kesuburan) di Rota ternyata cenderung makin ting-gi, mengalahkan tingkat kesuburan di daerah-daerahterpencil. Padahal, sebelumnya daerah terpencil dipan-dang paling rawan menyumbang tingkat kelahiran ting-gi, karena kondisi ekonomi dan tingkat keterdidikanyang relatiflebih rendah.

"Oleh karena itulah, saat ini kami mulai mengubah .pola sosialisasi KB dengan memperbanyak petugas dikota,' ujar Kepala BKKBNJabar Rukman Heryana,

Program KBjuga harus terns digalakan kembali, un-tuk membantu menekan ledakan jumlah penduduk.

**BESARNYA arus migrasi ke Jabar menjadi kajian

yang menarik pula. Penutupan pintu bagi para penda-tang tentu bukan jawabari final, karena mencari peker-jaan merupakan hak mendasar setiap manusia. "Banyaklapangan pekerjaan di Jabar diambil orang luar, karenamasyarakat Jabar sendiri selalu kalah bersaing. Harusada usaha nyata untuk meningkatkan kualitas,' kata

Munajat, pemerhati masalah ketenagakeIjaan danversitas Winaya Mukti (Unwim) Jatinangor.

Adi Purwanto dari Forum Studi Kependudukan danPengembangan Keluarga (FSKPK)Jabar mengat an,jumlah penduduk banyak termasuk arus migrasi gkencang, tidak harus selalu dipandang sebagai ma ah.Menurut dia, hal ini justru bisa menjadi modal pen' guntuk maju. la mencontohkan Cina dan India, dua ne-gara Asia berpenduduk padat, yang berhasil menj illke-kuatan ekonomi dunia barn. "Masalahnya bukan (lajumlahnya yang besar, tetapi mau di ke manakah jlah yang besar itu,' ujarnya.

Yang menjadi persoalan, sumber daya manusiamelimpah secara kuantitas, belum diimbangi tingkualtiasnya. Hal ini bermuara pada akutnya masalpendidikan. Dengan angka putus sekolah yang . ihtinggi dan rata-rata usia sekolah belum genap lulusSMP, sulit diharapkan peningkatan kualitas sumber da-ya manusia secara signifikan. Kurikulum juga dipdang gagal menghasilkan manusia yang mandiri." en-didikan masih sekadar bisa membuat robot. Semes '-nya, pendidikan mulai berusaha menciptakan para vi-rausahawan," ujarnya.

Guru besar Antropologi Unpad Haryo Martodirdj ,menaruh harapan pada metode sensus itu sendiri. n-sus jangan hanya melihat manusia secara administr .f,tetapi lebih secara budaya. la bersyukur, latar belakangetnik sudah masuk dalam metode pengumpulan datdua sensus teraklrir. Data lain yang lebih detail sem sti-nya dapat diakomodasi dalam sensus-sensus be .nya. "Dengan detail semacam ini, hasil sensus dapatmenjadi pegangan tepat merumuskan kebijakan. Thanya melulu melihat orang secara admistratif kaku, 'katanya.

Ledakan penduduk ini merupakan masalah seriyang mesti dikaji bersama. Sebab, jika terlambat matasinya, akan menjadi masalah besar. (AmaliyafTri Joko Her Riadi/PR)***

r