2
Pikiran Rakyat o Senin o Selasa o Rabu Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 1 2 3 456 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ~ 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 .Jan OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes Keadilan bagi Calon Mahasi wa Oleh ACENG ABDULLAH B EBERAPA hari te- rakhir ini media massa termasuk Pikiran Rak- yat memberitakan ihwal jalur mandiri di perguruan tinggi negeri (PTN), yang akan diha- pus mulai 2012.Mulai tahun de- pan, PTN akan kembali ke khi- tah dengan hanya membuka jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama ini, jalur mandiri PTN ini dituding menyulap PTN menjadi lemba- ga komersial dan hanya berpi- hak kepada orang kaya, semen- tara masyarakat yang tidak mampu alias miskin akan sema- kin tertutup untuk dapat kuliah diPTN. Jalur mandiri juga dituding ikut andil dalam "mematikan" PTS, karena PTN terkesan jor- joran menerimajumlah maha- siswa yang besar, sehingga PTS tidak kebagian mahasiswa baru. Fakta menunjukkan, sejak maraknya PTN membukajalur mandiri, sejumlah PTS (khusus- nya) PTS papan bawah nyaris gulung tikar. Mahalnya pendidikan Mahalnya biaya pendidikan berkualitas, sebetulnya bukan hanya di tingkat perguruan ting- gi, tetapijuga di semuajenjang pendidikan, mulai tingkat dasar dan menengah. Kita jangan menutup mata, sekolah favorit - -terlebih swasta-- sejak lama memasang tarif yang tidak mungkin terjangkau oleh siswa miskin. Begitu pun di sekolah negeri favorit, yang para lulu- sannya dikenal mampu bersaing untuk memasuki PTN-PTN ter- nama, baik di dalam maupun di luar negeri juga biaya pen- didikannya tidak lagi murah. Hal itu dikarenakan sekolah tadi harus menyediakan sarana proses belajar-mengajar ekstra, termasuk biaya-biaya lain untuk peningkatan kualitas pen- didikan yang tidak terpenuhi oleh anggaran rutin disediakan pemerintah. Oleh karena itu SD, SMP, sampai SMAfavorit nyaris tidak ada yang berbiaya murah, bahkan ada beberapa sekolah favorit yang biaya pendidikan per bulannya bisa lebih mahal dibandingkan dengan SPP per semester mahasiswa di PTN yang memiliki jalur mandiri. Bagirakyat miskin, jangankan membiayai sekolah, untuk bisa menembus atau diterima ke sekolah favorit yang berkualitas pun bukan perjuangan gam- pang. Mengapa? Sebab, sejak awal mereka tidak mampu membayar aneka program pen- ingkatan kemampuan belajar siswa, misalnya ikut bimbingan belajar (bimbel), yang biayanya juga jauh lebih mahal ketim- bang biaya sekolah. Ada kecen- derungan mereka yang nilai NEM-nya besar, umumnya anak yang mengikuti bimbel se- cara intensif. Sebaliknya, anak yang tidak ikut bimbel cen- derung kurang percaya diri, saat mengikuti ujian akhir sehingga memunculkan sugesti negatif. Bimbel ini memang banyak dikritik para pengamat pen- didikan, karena siswa hanya dipersiapkan untuk lulus ujian bukan menguasai bidang ilmu. Fenomena bimbel ini sudah berlangsung sejak tingkat SD, sehingga siswa miskin yang tidak ikut bimbel umumnya sulit untuk bisa bersaing menu- ju SMP favorit. Begitu pun keti- ka memasuki tingkat SMA,lagi- lagi warga miskin umumnya tidak mampu bersaing ke SMA favorit yang berkualitas. Akibat- nya, orang miskin umumnya teramat sulit untuk bisa mengenyam pendidikan pada lembaga pendidikan formal yang berkualitas, mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi. Akhirnya, mereka pun umum- nya hanya bisa sekolah di SMP atau SMA pinggiran, kendati pun boleh jadi sebetulnya mere- ka memiliki kemampuan yang setara. Pada Fakultas Ilmu Komu- nikasi Unpad misalnya, ternyata mahasiswa tidak mampu yang berhasil bersaing di jalur SNMPTN sejak lamajumlahnya sangat sedikit, itu merupakan pertanda bahwa mereka me- mang sejak dari pendidikan dasar sudah tersingkir, karena ketiadaan biaya serta fasilitas penunjang lainnya selain kon- disi lingkungan sosial ekonomi yang kurang mendukung. Ke- cenderungan yang sama ber- langsung di fakultas lainnya se- perti di fakultas ekonomi, ke- dokteran, farmasi, dan yang lainnya. Demi warga tak mampu Sejak awal kemunculannya, jalur mandiri PTN ini seringkali mendapat kritik dari berbagai kalangan. Jalur mandiri ini di- anggap sebagai salah satu ben- tuk komersialisasi kampus, yang tertutup bagi masyarakat tak mampu secara ekonomi. Sejak sepuluh tahun lalu, peminat ke Fikom Unpad mi- salnya, selalu di atas 8.000 peminat, sedangkan yang dite- rima sebagai mahasiswa tidak lebih dari 1.000 orang (bahkan dua tahun terakhir di bawah 800 mahasiswa baru). Artinya, ada sekitar 7.000 peminat pro- gram studi ilmu komunikasi yang tidak diterima di fakultas ini. Logikanya, seharusnya me- reka mendaftar ke fikom atau jurusan komunikasi di PTS. Akan tetapi, anehnya PTS men- jerit kekurangan mahasiswa. lni artinya, kendatipun PTN mem- buka jalur mandiri, jumlah pe- serta testing yang tidak diterima angkanya masih sangat besar dan ini sebetulnya peluang bagi PTS. Hal serupa terjadi di fakul- tas ekonomi antara peminat dan yang tidak diterima perbandin- gannyasangatjauh. Menuding jalur mandiri tidak berpihak kepada kalangan miskin juga tidak sepenuhnya benar. Justru dengan dibukanya jalur mandiri makin memberi peluang lebih besar bagi warga miskin, untuk dapat mena- klukkan SNMPTN. Mengapa? Orang-orang berduit biasanya ancang-ancang dengan mendaf- tar melalui jalur mandiri dan warga tak mampu bersaing melalui SNMPTN, sehingga Kllping Rumaa Onpad 2011

PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/pikiranrakyat-20110120... · proses belajar-mengajar ekstra, ... kamemasuki tingkat SMA,lagi-

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/pikiranrakyat-20110120... · proses belajar-mengajar ekstra, ... kamemasuki tingkat SMA,lagi-

Pikiran Rakyato Senin o Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

1 2 3 456 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 ~ 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

.Jan OPeb oMar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes

Keadilan bagi Calon Mahasi waOleh ACENG ABDULLAH

B EBERAPA hari te-rakhir ini media massatermasuk Pikiran Rak-

yat memberitakan ihwal jalurmandiri di perguruan tingginegeri (PTN), yang akan diha-pus mulai 2012.Mulai tahun de-pan, PTN akan kembali ke khi-tah dengan hanya membukajalur Seleksi Nasional MasukPerguruan Tinggi Negeri(SNMPTN). Selama ini, jalurmandiri PTN ini ditudingmenyulap PTN menjadi lemba-ga komersial dan hanya berpi-hak kepada orang kaya, semen-tara masyarakat yang tidakmampu alias miskin akan sema-kin tertutup untuk dapat kuliahdiPTN.

Jalur mandiri juga ditudingikut andil dalam "mematikan"PTS, karena PTN terkesan jor-joran menerimajumlah maha-siswa yang besar, sehingga PTStidak kebagian mahasiswa baru.Fakta menunjukkan, sejakmaraknya PTN membukajalurmandiri, sejumlah PTS (khusus-nya) PTS papan bawah nyarisgulung tikar.

Mahalnya pendidikanMahalnya biaya pendidikan

berkualitas, sebetulnya bukanhanya di tingkat perguruan ting-gi, tetapijuga di semuajenjangpendidikan, mulai tingkat dasardan menengah. Kita janganmenutup mata, sekolah favorit --terlebih swasta-- sejak lamamemasang tarif yang tidakmungkin terjangkau oleh siswamiskin. Begitu pun di sekolahnegeri favorit, yang para lulu-sannya dikenal mampu bersainguntuk memasuki PTN-PTN ter-nama, baik di dalam maupun diluar negeri juga biaya pen-didikannya tidak lagi murah.

Hal itu dikarenakan sekolahtadi harus menyediakan saranaproses belajar-mengajar ekstra,termasuk biaya-biaya lain untukpeningkatan kualitas pen-didikan yang tidak terpenuhioleh anggaran rutin disediakanpemerintah. Oleh karena itu SD,SMP, sampai SMAfavorit nyaristidak ada yang berbiaya murah,bahkan ada beberapa sekolahfavorit yang biaya pendidikanper bulannya bisa lebih mahaldibandingkan dengan SPP persemester mahasiswa di PTN

yang memiliki jalur mandiri.Bagi rakyat miskin, jangankan

membiayai sekolah, untuk bisamenembus atau diterima kesekolah favorit yang berkualitaspun bukan perjuangan gam-pang. Mengapa? Sebab, sejakawal mereka tidak mampumembayar aneka program pen-ingkatan kemampuan belajarsiswa, misalnya ikut bimbinganbelajar (bimbel), yang biayanyajuga jauh lebih mahal ketim-bang biaya sekolah. Ada kecen-derungan mereka yang nilaiNEM-nya besar, umumnyaanak yang mengikuti bimbel se-cara intensif. Sebaliknya, anakyang tidak ikut bimbel cen-derung kurang percaya diri, saatmengikuti ujian akhir sehinggamemunculkan sugesti negatif.

Bimbel ini memang banyakdikritik para pengamat pen-didikan, karena siswa hanyadipersiapkan untuk lulus ujianbukan menguasai bidang ilmu.Fenomena bimbel ini sudahberlangsung sejak tingkat SD,sehingga siswa miskin yangtidak ikut bimbel umumnyasulit untuk bisa bersaing menu-ju SMP favorit. Begitu pun keti-ka memasuki tingkat SMA,lagi-lagi warga miskin umumnyatidak mampu bersaing ke SMAfavorit yang berkualitas. Akibat-nya, orang miskin umumnyateramat sulit untuk bisamengenyam pendidikan padalembaga pendidikan formalyang berkualitas, mulai tingkatSD sampai perguruan tinggi.Akhirnya, mereka pun umum-nya hanya bisa sekolah di SMPatau SMA pinggiran, kendatipun boleh jadi sebetulnya mere-

ka memiliki kemampuan yangsetara.

Pada Fakultas Ilmu Komu-nikasi Unpad misalnya, ternyatamahasiswa tidak mampu yangberhasil bersaing di jalurSNMPTN sejak lamajumlahnyasangat sedikit, itu merupakanpertanda bahwa mereka me-mang sejak dari pendidikandasar sudah tersingkir, karenaketiadaan biaya serta fasilitaspenunjang lainnya selain kon-disi lingkungan sosial ekonomiyang kurang mendukung. Ke-cenderungan yang sama ber-langsung di fakultas lainnya se-perti di fakultas ekonomi, ke-dokteran, farmasi, dan yanglainnya.

Demi warga tak mampuSejak awal kemunculannya,

jalur mandiri PTN ini seringkalimendapat kritik dari berbagaikalangan. Jalur mandiri ini di-anggap sebagai salah satu ben-tuk komersialisasi kampus, yangtertutup bagi masyarakat takmampu secara ekonomi.

Sejak sepuluh tahun lalu,peminat ke Fikom Unpad mi-salnya, selalu di atas 8.000peminat, sedangkan yang dite-rima sebagai mahasiswa tidaklebih dari 1.000 orang (bahkandua tahun terakhir di bawah800 mahasiswa baru). Artinya,ada sekitar 7.000 peminat pro-gram studi ilmu komunikasiyang tidak diterima di fakultasini. Logikanya, seharusnya me-reka mendaftar ke fikom ataujurusan komunikasi di PTS.Akan tetapi, anehnya PTS men-jerit kekurangan mahasiswa. lniartinya, kendatipun PTN mem-buka jalur mandiri, jumlah pe-serta testing yang tidak diterimaangkanya masih sangat besardan ini sebetulnya peluang bagiPTS.Hal serupa terjadi di fakul-tas ekonomi antara peminat danyang tidak diterima perbandin-gannyasangatjauh.

Menuding jalur mandiri tidakberpihak kepada kalanganmiskin juga tidak sepenuhnyabenar. Justru dengan dibukanyajalur mandiri makin memberipeluang lebih besar bagi wargamiskin, untuk dapat mena-klukkan SNMPTN. Mengapa?Orang-orang berduit biasanyaancang-ancang dengan mendaf-tar melalui jalur mandiri danwarga tak mampu bersaingmelalui SNMPTN, sehingga

Kllping Rumaa Onpad 2011

Page 2: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/pikiranrakyat-20110120... · proses belajar-mengajar ekstra, ... kamemasuki tingkat SMA,lagi-

tingkat persaingannya menjadiberkurang.

Dalam pelaksanaan peneri-maan mahasiswa baru, PTN se-lalu melakukan pendaftaran,testing dan herregistrasi bagimahasiswa baru jalur mandirilebih awal dibandingkan de-ngan SNMPTN. Unpad misal-nya dalam pelaksanaan SMUP(Seleksi Masuk UniversitasPadjadjaran), selalu melakukanpendaftaran, testing, danheregistrasi lebih awal diband-'ingkan dengan SNMPTN, se-hingga yang mendaftar ke jalurini hanyalah orang-orang yangsecara ekonomi berkecukupan.Sebab, prosesnya yang men-dahului SNMPTN calon maha-siswa yang sudah dinyatakanditerima kemudian membayardana pengembangan pen-didikan (yang nominalnya ter-gantung program studinya).Karena sudah dinyatakan diter-ima, mereka tidak perlu lagiikut SNMPTN. Inilah kesem-patan warga tidak mampu un-tuk bisa menaklukkanSNMPTN, karena pesaingnyaditerima di SMUP!

Dibukanyajalur mandiri bu-kan berarti menutup jalur re-guler SNMPTN. Jalur regulerdari dulu tetap dibuka, sehinggamakin jelas peruntukannya,orang berduit lewatjalur man-diri dan bagi yang tidak siapdengan dana melalui jalur re-guler. Artinya, peluang wargatidak mampu untuk masuk le-wat jalur reguler menjadi se-makin terbuka. Inilah asas ke-adilan.

Yang mengkhawatirkan jus-tru kalau jalur mandiri ditutup,persaingan warga miskin akanmakin ketat lagi di SNMPTN.Mereka hams berjuang denganorang-orang mapan yang se-tahun sebelumnya sudah ber-latih testing melalui kelompok-kelompok bimbel tarifnya ju-taan rupiah. Sementara wargamiskin jika tidak memiliki ke-pintaran lebih, umumnya agaksulit untuk bisa bersaing di jalurregular.

Jalur reguler ini tetap ada se-lain jalur mandiri, sayangnyawarga miskin tetap tidak me-miliki peluang untuk masukkarena kalah dalam seleksi. Aki-batnya, program "5.000 bea-siswa" bagi mahasiswa kurangmampu yang dicanangkan Rek-

tor Unpad sejak 2007 tidak bisaterlaksana, karena ternyata me-mang jumlah mahasiswa tidakmampu tidak sebanyak lowon-gan sumber beasiswa yang ada.

Di tengah tudingan kampusyang semakin komersial, dalamkenyataan sebetulnyajuga tidakdernikian. PTN seringkali harusfleksibel menghadapi beragampermasalahan ekonomi orang-tua mahasiswa. Permohonanuntuk menunda pembayaranSPP dari para mahasiswa yangkesulitan ekonomi, seperti yangterjadi di Unpad antreannyalumayan panjang dan karenaPTN bukan perusahaan swastaserta sebagai lembaga sosial ju-ga tidak bisa saklek mem-berikan sanksi tegas kepadamereka yang menunggak, tetapiproses belajar-mengajar bisatetap berlangsung. Inilah yangtidak terekspos ke luar.

Bagi PTN, penutupan jalurmandiri sebetulnya tidak menja-di masalah, asal pemerintahbersedia membiayai PTN baikdalam peningkatan kualitas tridharma IT, juga peningkatankualitas dan kuantitas saranadan prasarana kampus. Ren-cana kenaikan anggaran fungsipendidikan dari sekitar Rp 248triliun pada 2011 menjadi Rp284 triliun pada 2012, kabarnyadijanjikan Mendiknas, di an-taranya untuk mengatasi ke-kurangan anggaran PTN yangselama ini diatasi dengan caramembuka jalur mandiri. Na-mun, kenaikan tersebut diper-kirakan tidak akan mencukupi,mengingat kenaikan tersebuthanya sekitar 15persen, sedang-kan kebutuhan pengembanganPTN untuk mencapai universi-tas yang dicita-citakan bangsakita, yakni world class universi-ty tentunya masih jauh dariharapan.

Yang perlu mendapat perha-tian, justru bagaimana agar war-ga tidak mampu dapat bersaingdalam seleksi masuk denganorang-orang kaya untuk dapatkuliah di PTN yang berkualitas.Jangan sampai sejak pendidikandasar, menengah, hingga pen-didikan tinggi mereka tetap ter-pinggirkan karena keterbatasandari segi ekonomi. ***

Penulis, Dosen Jurusan Jur-nalistik dan Pembantu DekanIII Fikom Unpad Bandung.