2
Pikiran Rakyat o Senin o Se/asa o Rabu o Kamis o Jumat e Sabtu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar eApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes. M EWNJAKNYA populasi ulat bulu, sebagian besar dise- babkan oleh perubahan suhu yang menguntungkan bagi pertumbuhan serangga. Meski ada korelasinya dengan migrasi ulat atau berkurangnya predator alami (seperti burung dan sernut), untuk tahun ini perubahan suhulah yang di- simpulkan sebagai penyebab utama. "Untuk kasus lain, alasan berkurangnya predator alami bisa menyebabkan over- populasi serangga. Atau, bisa saja' akibat habitat yang terganggu sehingga seolah- olah terjadi invasi serangga. Namun, un- tuk fenomena ulat bulu sekarang ini, saya rasa karena suhu yang menghangat dari sebelumnya," ungkap entomolog sekaligus Dekan FMIPA Universitas Pa- djadjaran, Wawan Hermawan. la mengatakan, meski bukan penyebab utama, jika kehadiran predator alami se- imbang, bisa dipastikan populasi ulat bu- lu bisa dikendalikan. "Contohnya di Jati- nangor. Setiap tahun, ada kalanya waktu 'hujan ulat', terutama dari pohon flam- boyan. Namun, karena predator alaminya juga hadir (biasanya beberapa jenis burung), maka tidak sampai dikatakan wabah atau hama," katanya. Hal yang samajuga dikemukakan oleh Yusron Saaroni dari Yayasan Pribumi Alam Lestari. Menurut dia, hilangnya predator menyebabkan terputusnya rantai makanan sehingga tak ada yang mengendalikan populasi ulat bulu. "Ini tidak hanya terjadi pada ulat, tetapi juga hama tikus dan wereng," ujar Yusron. Predator alarni ulat bulu, seperti burung kutilang, semakinjarang ditemukan di alam karena habitat alaminya rusak, Menurut dia, dalam kasus ulat bulu, salah satu faktor penyebab berkurangnya populasi burung pemakan serangga adalah ulah manusia. "Burung pemakan serangga memiliki suara yang bagus se- hingga nilaijualnya tinggi," tuturnya. Padahal, dengan berkurangnya jumlah burung pemakan serangga, efeknya tak hanya terjadi pada ulat bulu. "Pemilik burung kutilang memberikan makanan berupa kroto ataujangkrik sehingga populasi semut ataujangkrik bisa saja terganggu. Oleh karena itu, yang harus dijaga keberadaannya di alam adalah predator utama, seperti burung elang," tutur Yusron. Tanpa kehadiran jenis predator tersebut, rantai makanan yang berada di bawahnya tidak bisa ter- kendali. Namun, tak mudah mengendalikan keberadaan predator utama tersebut di Indonesia. Salah satunya adalah karena masih adanya perdagangan ilegal satwa liar. Hingga tahun 2007 saja, nilai perda- gangan ilegal satwa liar di Indonesia bisa mencapai Rp 9 triliun per tahun, semen- tara ornzet untuk level dunia mencapai 10-20 miliar dolar AS per tahun (terting- gi kedua setelah bisnis narko a). Lemah- nya penegakan hukum turut menjadi faktor semakin berkemban ya perda- gangan ilegal satwa liar. Di Bandung sendirijenis perdagangan tersebut masih berlangsung ingga saat ini. "Di daerah Rajiman, misalnya, yang diperdagangkan mulai dari elang hingga burung pipit," tutur Yusron. Hanya, perdaganganitusulitdideteksikarena biasanya hewan yang dijual tidak dipa- jang secara terang-terangan. "Sistem yang biasa digunakan adal sistem in- den," ucapnya. Bandung sendiri tak hanya menjadi tempat perdagangan hewan yang di- tangkap di kawasan Bandung, tetapi juga dari luar Bandung. Faktor ekonomi men- jadi salah satu faktor pendorong perda- gangan liar. "Anak elang sap bisa terjual hingga Rp 300.000," kata Y sron. ** SALAH satu faktor lain yang men- dorong timbulnya wabah adalah hi- langnya predator alarni berupa lebah karena penggunaan pestisida pada per- tanian. Efekjangka panjang pestisidaju- ga bisa mencapai predator tama, yaitu elang. Yusron mencontohkan, hasil penelitian terhadap telur elang menun- jukkan ketahanan telur yang semakin berkurang sehingga mudah pecah. Hal tersebut diakibatkan adanya akumulasi pestisida yang terjadi pada tai makanan sebelumnya. KIlping Humas Onpad 2011 1-

PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/pikiranrakyat-20110416...alam karena habitat alaminya rusak, Menurut dia, dalam kasus ulat bulu,

Embed Size (px)

Citation preview

Pikiran Rakyato Senin o Se/asa o Rabu o Kamis o Jumat e Sabtu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1317 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31OJan OPeb oMar eApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes.

MEWNJAKNYA populasi ulatbulu, sebagian besar dise-babkan oleh perubahan suhu

yang menguntungkan bagi pertumbuhanserangga. Meski ada korelasinya denganmigrasi ulat atau berkurangnya predatoralami (seperti burung dan sernut), untuktahun ini perubahan suhulah yang di-simpulkan sebagai penyebab utama."Untuk kasus lain, alasan berkurangnyapredator alami bisa menyebabkan over-populasi serangga. Atau, bisa saja' akibathabitat yang terganggu sehingga seolah-olah terjadi invasi serangga. Namun, un-tuk fenomena ulat bulu sekarang ini,saya rasa karena suhu yang menghangatdari sebelumnya," ungkap entomologsekaligus Dekan FMIPA Universitas Pa-djadjaran, Wawan Hermawan.

la mengatakan, meski bukan penyebabutama, jika kehadiran predator alami se-imbang, bisa dipastikan populasi ulat bu-lu bisa dikendalikan. "Contohnya di Jati-nangor. Setiap tahun, ada kalanya waktu'hujan ulat', terutama dari pohon flam-boyan. Namun, karena predatoralaminya juga hadir (biasanya beberapajenis burung), maka tidak sampaidikatakan wabah atau hama," katanya.

Hal yang samajuga dikemukakan olehYusron Saaroni dari Yayasan PribumiAlam Lestari. Menurut dia, hilangnyapredator menyebabkan terputusnyarantai makanan sehingga tak ada yang

mengendalikan populasi ulat bulu. "Initidak hanya terjadi pada ulat, tetapi jugahama tikus dan wereng," ujar Yusron.Predator alarni ulat bulu, seperti burungkutilang, semakinjarang ditemukan dialam karena habitat alaminya rusak,

Menurut dia, dalam kasus ulat bulu,salah satu faktor penyebab berkurangnyapopulasi burung pemakan seranggaadalah ulah manusia. "Burung pemakanserangga memiliki suara yang bagus se-hingga nilaijualnya tinggi," tuturnya.

Padahal, dengan berkurangnya jumlahburung pemakan serangga, efeknya takhanya terjadi pada ulat bulu. "Pemilikburung kutilang memberikan makananberupa kroto ataujangkrik sehinggapopulasi semut ataujangkrik bisa sajaterganggu. Oleh karena itu, yang harusdijaga keberadaannya di alam adalahpredator utama, seperti burung elang,"tutur Yusron. Tanpa kehadiran jenispredator tersebut, rantai makanan yangberada di bawahnya tidak bisa ter-kendali.

Namun, tak mudah mengendalikankeberadaan predator utama tersebut diIndonesia. Salah satunya adalah karenamasih adanya perdagangan ilegal satwaliar. Hingga tahun 2007 saja, nilai perda-gangan ilegal satwa liar di Indonesia bisamencapai Rp 9 triliun per tahun, semen-tara ornzet untuk level dunia mencapai10-20 miliar dolar AS per tahun (terting-

gi kedua setelah bisnis narko a). Lemah-nya penegakan hukum turut menjadifaktor semakin berkemban ya perda-gangan ilegal satwa liar.

Di Bandung sendirijenis perdagangantersebut masih berlangsung ingga saatini. "Di daerah Rajiman, misalnya, yangdiperdagangkan mulai dari elang hinggaburung pipit," tutur Yusron. Hanya,perdaganganitusulitdideteksikarenabiasanya hewan yang dijual tidak dipa-jang secara terang-terangan. "Sistemyang biasa digunakan adal sistem in-den," ucapnya.

Bandung sendiri tak hanya menjaditempat perdagangan hewan yang di-tangkap di kawasan Bandung, tetapi jugadari luar Bandung. Faktor ekonomi men-jadi salah satu faktor pendorong perda-gangan liar. "Anak elang sap bisa terjualhingga Rp 300.000," kata Y sron.

**SALAH satu faktor lain yang men-

dorong timbulnya wabah adalah hi-langnya predator alarni berupa lebahkarena penggunaan pestisida pada per-tanian. Efekjangka panjang pestisidaju-ga bisa mencapai predator tama, yaituelang. Yusron mencontohkan, hasilpenelitian terhadap telur elang menun-jukkan ketahanan telur yang semakinberkurang sehingga mudah pecah. Haltersebut diakibatkan adanya akumulasipestisida yang terjadi pada taimakanan sebelumnya.

KIlping Humas Onpad 2011

1-

Selain burung pemakan serangga danlebah, predator alami ulat bulu adalahsemnt rangrang (semut merah) yang bi-asa memakan telur ngengat (bakal calonulat bulu). Peran semut rangrang sebagai "

predator alami ulat bulu dinilailebih efektif. Menurut

Wawan, kedua organ-isme itu termasuk

klasifikasi seranggayang memiliki

karakterperkem-

bangbi-akau..

yang sama. "Dua-duanya memiliki re-produksi yang cepat dan dalam jumlahbesar. Logikanya, ngengat betina mampubertelur hingga dua ratus telur per sik-lusnya. Semut rangrang pun mampubertelur dalamjumlap sama besar," kataWawan.

Hanya, dewasa ini, masyarakat mulaimelirik kroto (telur semut rangrang) se-bagai celah bisnis yang menarik dancukup menguntungkan. Padahal, keber-adaan semut merah yang bisa menjadipengendali ulat bulu bisa saja terganggujika kroto dieksploitasi dan tidak dite-taskan. •

Bisnis kroto mulai marak ketika dilirikpehobi burung pekicau atau pernancingikan. Kroto biasa dijadikan pakan utamaburung pekicau atau umpan ikan yanglezat. Untuk sentra burung sekelas PasarSukahaji, perdagangan kroto terbilangcukup tinggi. Dalam satu hari, bisa ter-

juallebih dari dua ratus kilogram kroto.Asumsinya, dari seratus pedagang

yang.ada di Pasar Sukahaji, masing-ma-sing menjual dua kilogram kroto perharinya. Seperti yang diungkapkan Toha(50), salah seorang pedagang pakan bu-rung di Pasar Sukahaji. "Untuk menda-patkan kroto, harus pesan dari luar kota.Di Bandung, kroto tidak dapat dibudi-dayakan karena suhunya terlalu dingin.Biasanya, saya ambil dari daerah pesisirselatan Jawa atau Lampung," katanya.

la mengakui permintaan kroto me-mang cukup besar meski bukan komodi-tas utama di Pasar Sukahaji. "Ya, untukpakan burung, biar suaranya lebih mer-duo Kalau mau ada lomba burungpeki-eau, biasanya permintaan naik," katanya.(Eva FahasI"PR" IV etriciawizachj-Periset "PR")***

JENI5-JENIS BURUNG (PEMAKAN S iRANGGA)DILlNDUNGI YANG S RING DIPERD ANGKAN

Tepwt PlpI-perakf8un.mg KMo• Jenis !Stachyris melanothorax• Ukuran : Sebesar burung gereja• Beotuk : $epeftl ciblek• Warna : Cokelat abtMIbU•• Cid Khas ; MahkOta-punggUng.sayap

colwlat terang. dl dQdaterdapatstriJ) hltamseperti bulan sablt.tenggorOkan P\itih

• Habitat : Semak·semak hutan• WHayah Persebaran : Pulau Jawa

FOTO: NURYAMAN/"PR"