Upload
rio-nesa-pratama
View
130
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Sering Kencing pada Malam Hari dan Haus
Ellen Seprilia Sujiman *
102010105
C4
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
*Alamat Korespondensi :
Ellen Seprilia Sujiman
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510
No Telp (021) 5694-2051 email: [email protected]
Pendahuluan
Sistem traktus urigeniytalis adalah suatu sistem yang dimana tersusun ginjal, uter, vesica
urinaria, urethra, dan sistem reproduksi. Dimana ginjal fungsinya untuk ekskresi produk sisa
metabolisme dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan
osmolaritas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan keseimbangan asam basa melalui
ekskresi asam dan pengaturan simpanan penyangga cairan tubuh, dan terdapat suatu unit
fungsional yang disebut nefron. Didalam ginjal juga terjadi suatu proses pembentukan urin.
Didalam makalah ini akan membahas kasus “Seorang perempuan usia 52 tahun, dating ke
puskesmas dengan keluhan sering kencing, terutama pada malam hari. Pada anamnesa diketahui
bahwa ia juga sering merasa haus dan sering merasa lapar. Setelah anamnesa dan pemeriksaan
fisik lengkap dokter membuat surat pengantar untuk memeriksa kadar gula darah puasa dan 2
jam post prandial”.
1
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui, menagapa bisa terjadi seperti kasus
diatas, seperti yang kita ketahui pembentukan urin dilakukan dalam ginjal. Disini akan
membahas bagaimana susunan anatomi dan susunan struktur yang ada dalam ginjal, apa fungsi,
dan bagaimna cara pebentukan urin.
Makroskopis Gijal
Ren (Ginjal)
Kedua ren berfungsi mensekresikan sebagain besar produk sisa metabolisme. Ren
mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air dan elektrolit didalam tubuh dan
mempertimbangkan keseimbangan asam basa. Produk sisa meninggalkan ren sebagai urin yang
mengalir kebawah di dalam ureter menuju ke visica urinaria yang terletak didalam pelvis. Urin
keluar dari tubuh melalui uretrha. 1
Ren berwarna coklat kemerahan dan terletak di belakang peritoneum, tinggi pada dinding
posterior abdomen disamping kanandan kiri collumna vertebralis; dan sebagian besar tertutup
oleh arcus costalis. Ren dextra terletak sedikit lebih rendah dibading ren sinstra karena adanya
lobus hepatis dexter yang besar. Bila diaphragma berkontraksi pada waktu respirasi kedua ren
turun ke arah vertikal samapai sejauh 2,5 cm. Pada kedua margo medialis ren yang cekung
terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren yang tebal dan disebut
hilus renale. Hilus renale meluas kesuatu ruangan yang besar disebut sinus renalis. Hilus renale
dilalui dari depan kebelakang oleh vena renalis, dua cabang ateri renalis, ureter, dan cabang
ketiga ateria renalis. Pembuluh-pembuluh linfatuk dan serabut-serabut simpatis juga melalui
hilus ini. 1
Selubung-Selubung renalis. Ren mempunyai selubung sebagai berikut :
1. Capsula fiborosa : meliputi dan melekat dengan erat pada pemukaan luar ren/
2. Capsila adiposa : meliputi capsula fibrosa
2
3. Fascia renalis : merupakan kondensasi ajringan ikat yang terletak diluar capsula adiposa
serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Dilateral fascia ini melanjutkan diri sebagai
fascia transversalis.
4. Corpus adiposum pararenale : terletak diluar fascia renalis dan sering didapatkan dalam
jumlah besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagian lemak retroperitoneal. 1
Struktur Ren
Masing-masing ren mempunyai koretek renalis dibagian luar, yang berwarna coklat tua
gelap, dan medula renalis dibagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan
korteks. Medula renalis terdiri atas kira-kira selusin piramid renalis yang masing-masing
mempunyai basis yang menghadap kekorteks renalis, dan apex yaitu papila renalis yang
menonjol kemedial. Bagian korteks yang menonjol kemedula diantara piramid yang berdekatan
disebut collumna renalis. Bagian bergaris-garis yang membentang dari basis piramid renalis
sampai ke korteks disebut radi medularis. Sinus renalis merupakan ruangan didalam hilus renalis
berisi pelebaran keatas ureter yang disebut pelpis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau
tiga calisis renales mayore yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calix
renalis minors. Setiap calix minor di invaginasi oleh apex piramid renalis yang disebut papila
renalis. 1
Hubungan penting ren dextra :
Anterior : glandula suprarenalis, hepar, pars descendens duodenum, dam fleksura coli
dextra.
Posterior : diaphragma, resesus costo diaphragmatikus, costa XII, m. psoas mayor, m.
quadratus lumborum, dan m. transversus abdominis. Nervus subcostalis, n.ilio
hypogastricus, dan n. Ilio inguinalis berjalan kebawah dan lateral.
Hubungan penting ren sinstra :
Antrerior : glandula suprarenalis, lien, gaster, pangkreas, fleksura coli sinistra, dan
lengkung-lengkung jejenum.
3
Posterior : diaphragma, resesus costo diaphragmatikus, costa XI dan costa XII, dan
m.psoa, m.quadratus lumborum, dan m.transversus abdominis. N. Subcostalis, n. Ilio
hypogastricus, dan n. Ilio inguinalis berjalan kebawah dan lateral. 1
Pendarahan
Ateri renalis berasal dari aorta setinggi vetebra L-2. Masing- masing ateri renalis
biasanya bercabang menjadi 5 a.segmentalis yang masuk kedalam hilus renalis, 4 didepan, dan 1
dibelakang pelvis renalis. Ateri ini mendarahi segmen-segmen atau area renalis yang berbeda.
cAteri lobares berasala dari a. Segmentalis, masing-masing 1 buah untuk satu piramid renalis.
Sebelum masuk substansia renalis setiap a. Lobaris mempercabangkan dua atau tiga aa.
Intralobarea. A intralobares berjalan menuju kortex di antara piramid renalis. Pada perbatasan
korteks dan medula renalis, ateriae interlobares bercabang menjadi arteriae acuarta yang
melengkung diatas basis piramid renalis. Ateriae acuarta mempercabangkan sejumlah ateriae
interlobularen yang berjalan ke atas di dalam kortex. 1
Vena renalis keluar dari hilus renalis di depan ateria renalis dan mengalirkan darah ke
vena caba inferior. Aliran limfe : nnll. Aortici laterales di sekitar pangkal arteria renalis.
PersarafanSerabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis
masuk ke medulla spinalis melalui nervi tracal 10-12. 1
Glandula Suprarenalis
Glandula suprarenalis merupakan organ retroperitoneal yang berwarna kekuningan pada
bolus superior ren. Glandula suprarenalis ini dikelilingi oleh fascia renalis. Setiap glandula
mempunyai cortex yang berwarna kuning dan medulla yang berwarna coklat tua. 1
Glandula suprarenalis dextra berbentuk seperti piramid dan menutupi polus superior ren
dextra. Glandula suprarenalis dextra membentang kemedial belakang lonuh hepatis dextra dan
membentang ke medial belakang vena cava inferior. Glandula ini terletak di posterior pada
diaphragma. 1
Glandula suprarenalis sinistra berbentuk bulan sabit dan meluas sepanjang margo
medialis ren sinistra dari polus superior sampai hilus renalis. Glandula ini terletak di belakang
pankreas, bursa mentalis, dan gaster, serta terletak di posterior diaphrgma. 1
4
Pendarahan
Ateriae yang mendarahi masing-masing glandula suprarenalis ada tiga buah : ateria
phrenica inferior, aorta abdominalis, ateria renalis. 1
Sebuah vena keluar dari hilus masing-masing glandula suprasrenalis dan mengalirkan
darahnya ke vena cava inferior pada sisi kanan dan vena renalis pada sisi kiri. Aliran limfe : nnll.
Aortici lateralis. Persarafan Serabut oreganglionik simpatis berasal dari nervus splanchinikus
sebagian besar saraf berakhir pada medulla glandula suprarenalis. 1
Mikroskopis Ginjal
Ginjal
Masing-masing ginjal menyerupai buncis, dengan satu pinggir konkaf dengan indentasi
besar, hilus, suatu daerah dimana saraf-saraf, pembuluh darah dan limfe masuk dan keluar dan
permukaan konvek pada sisi yang berlawanan. Pada hilus, kaliks-kaliks bersatu membentuk
[pelvis ginjal, yang merupakan bagian atas ureter yang melebar. Ginjal diliputi oleh oleh kapsula
ginjal yang terdiri atas jaringan penyambung padat. Ginjal, mempunyai bagian luar (korteks) dan
bagian dalam (medulla). 2
Pada manusia, medulla ginjal terdiri atas 10-18 struktur yang berbentuk kerucut atau
pyramid yang dasar dan pinggir-pinggirnya berada di dalam zona korteks dan puncaknya
menonjol ke dalam kaliks. Penonjolan ini adalah papila ginjal. Permukaan tiap-tiap papila
ditembus oleh 10-12 lubang-lubang, muara duktus koligens, membentuk area cribrosa. 2
Dari dasar pyramid medulla, tersusun paralel 400-500 tubulus-tubulus yang panjang.,
dinamakan medullary rays terdiri atas ductus coligens yang lurus dikelilingi banyak bagian
tubulus nefron yang sejajar, merupakan unit filtrasi ginjal. 2
Jaringan korteks pada daerah antara pyramid-pyramid membentuk collum bertini ginjal.
Pada potongan ginjal segar, korteks menunjukkan bercak-bercak merah kecil yang sesuai dengan
kelompokan vaskuler yang dinamakan renal corpuscel atau badan malphigi. 2
5
Nefron
Tiap-tiap ginjal terdiri atas 1-4 jutaunit filtrasi yang disebut dengtan nefron. Tiap-tiap
nefron terdiri atas (1) bagian yang melebar, renal corpuscel, (2) tubulus contortus proksimal, (3)
bagian tipis dan tebal lengkung henle, (4) tubulus kontortus distal. Renal corpuscel terdiri atas
berkas kapiler-kapiler, glomerulus, dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang
dinamakan kapsula bowman. Lembaran dalam kapsula yang meliputi kapiler-kapiler glomerulus
dinamakan lapisan viseral, sedangkan lembaran luar membentuk batas luar tebal corpuscel dan
dinamakan lapisa parietal kapsula bowman. Antara kedua lembaran kapsula bowman ini terdapat
ruang kapsuler yang menerima cairan yang difiltrasi melalui dinding kapiler dan lapisan viseral. 2
Tiap-tiap renal corpuscel mempunyai kutub vaskuler, dimana arteriol aferen masuk dan
arteriol eferen meninggalkan renal corpuscel, dan kutub urinarius, dimana tubulus kontortus
proksimal dimulai. Setelah memasuki renal corpuscel, arteriol aferen bercabang-cabang menjadi
2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler. 2
Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang terletak di atas
lamina basalis dan disokong lapisan tipis serabut-serabut retikuler yang beranastomosis dengan
jala-jala retikuler sekitar tubulus-tubulus ginjal. Poada kautub urinarius, epitel berubah menjadi
epitel tubulus proksimal. Sedangkan epitel lapisan visseral mengalami bmodifikasi selama
perkembangan embrional, mmepunytai sifat yang aneh. Sel-sel lapisan interna dinamakan
podosit, mempunyai badan sel dimana timbuul beberapa tonjolann primer. Tiap-tiap tonjolan
primer mempunyai tonjolan sekunderyang meliputi kapiler glomerulus. Tonjolan-tonjolan
sekunder secara teratur satu sama lain berjarak 25 nm, berhubungan langsung dengan lamina
basalis kapiler-kapiler, tetapi sebagian besar badan-badan sel podosit dan tonjolan-tonjolan
primernya tidak menyentuh lamina basalis. Tonjolan kaki sekunder dari satu sel epitel meliputi
lebih dari satu kapiler. Tonjol;an kaki sekunder mengandung sedikit atau tidak mngendung
organel-organel, tetapi banyak mengandung mikrofilamen dan mikrotubulus. 2
Tonjolan-tonjolan sekunder podosit saling bertautan, membatasi ruang-ruang yang
panjag, celah filtrasi antara mereka. Jarak antara tonjolan yang berdejkatan(dan oleh karena itu
menjembatani celah filtrasi), merupakan suatu membran tipis yang tebalnya sekitar 6 nm dan
dapat disamakan dengan diafragma yang ditemukan pada pori-pori endotel.sitoplasma podosit
mengandung banyak ribosom bebas, mikrotubuluis, dan mikrofilamen. 2
6
Antara sel-sel endotel kapiler dan podosit yang berluabng-luabng yang meliputi
permukaan luar jarang tebal tetapi merupakan lamina basalis khas. Membran ini merupakan satu-
satunya struktur kontinyu yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dari ruang
kapsuler. 2
Sel-sel endotel kapiler glomerulus mempunyai sitoplasma yang encer, sekitar initi
sitoplasma lebih kenbtal kareena disini sebagian besar oraganel-organel berkelompok. Pori=pori
sel ini lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-kapiler fenestrata organ lain, dan mereka
biasanya tidak mempunyai diafrgma tipis seperti yang sering ditemukan antara pori-pori kapiler
fenestrata lain. 2
Disamping sel-sel endotel dan podosit , kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial
yang melekat pada dinding-dindingnya pada tempat-tempat dimana lamina basalis membentuk
selubung yang dimiliki bersama oleh 2 kapiler atau lebih. 2
Sel-sel mesangial mempunyai tonjolan-tonjolan kecil yang diliputi oleh lapisan zat
amorf. Sel-sel ini bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis dari zat-
zat tertentu yang tertimbun dalam matriks selama filtrasi cairan darah. 2
Tubulus kontortus proksimal
Struktur ini merupakan segmen awal nefron berkelok-kelok yang timbul pada kutub
urinarius badan ginjal dan selanjutnya menjadi segmen desendens luirus yang menembus
medulla dengan dangkal, dil;anjutkan dengan bagian nefron yang dinamakan lengkung henle. Ia
lebih panjang dan lebih lebar daripada tubulus kontortus distal yang membentuk bagian teminal
nefron. 2
Tubulus kontorrtus proksimal, yang biasanya ditemukan pada potongan melintang
korteks dibatasi oleh epitel selapis kubis. Sel-sel epitel ini mempunyai sitoplasma yang asidofil
sebagai akibat adanya banyak mitokondria yang memanjang. Apeks sel yang menghadap lumen
tubulus menunjukkan banyak mikrofili yang panjangnya sekitar 1µm yang membentuk apa
yangg dinamakan brush border. Karena sel-0sel ini besar, setiap potongan melintang tubulus
proksimal hanya mengandung 3-4 inti sferis, biasdanya terletak di bagian tengah sel. 2
Lengkung henle (ansa henle)
7
Badan-badan ginjal yang lebih banyak terletak dekat medula, glomeruli jukstamedula,
mempunyai lengkung henle lebih panjang yang menembus lebih jauh ke dalam medula daripada
badan-badan ginjal yang terletak dengan kapsula yang tidak turun jauh ke dalam medula.
Masing-masing lengkung henle berbentuk huruf U dan mampunyai segmen tipis diikuti oleh
segmen yang tebal. Bagian tipis lengkung henle yang merupakan lanjutan dari tubulus proksimal
mempunyai garis tengah eksterna sekitar 12µm, tetapi lumennya lebar karena dindingnya terdiri
atas sel gepengyang intinya menonjol ke dalam lumen. Peralihan antara tubulus kontortus
poroksimal dan lengkung henle mungkin mendadak atau perlahan-lahan. Pada kasus yang
teakhir, sel-sel gepeng terselip antara sel-sel kubis dengan brush border. Lengkung henle
ascenden yang tebal strukturnya sama dengan tubulus kontortus distal. 2
Tubulus kontortus distal
Bila bagian tebal merupakan bagian ascenden lengkung henle yang menembus korteks,
tetapi menjadi berkelok-kelok dan kemudian menjadi tubulus kontortus distal, yang merupakan
segmen terakhir nefron. Tubulus ini dibatasi oleh epitel selapis kubis. Lumen tubulus distal lebih
besar, dan karena sel-sel tubulus distal lebih pendek dan lebih kecil daripada sel-sel tubulus
proksimal, pada potongan yang sama dinding tubulus distal terlihat lebih banyak sel dan lebih
banyak inti. Sel-sel tubulus distal kurang asidofil daripada sel-sel tubulus prokdimal, dan mereka
tidak menunjukkan brush border atau mikrovili yang banyak. Sel-sel tubulus kontortus distal
mempunyai tonjolan-tonjolan lateral, seperti yang terdapat pada bagian basal sel-sel tubulus
proksimal dan tubulus menunjukkan lamina basalis. Seperti halnya tubulus kontortus proksimal,
tidak ada batas-batas sel yang jelas. 2
Sepanjang perjalananya pada korteks, tubulus kontortus distal mengadakan hubungan
dengan kutub vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri, dekat dengan arteriol aferen dan
eferen. Pada tempta hubungan yang dekat ini tubulus distal menunjukkan modifikasdi bersama
arteriol aferen. Sel-selnya biasanya menjadi toraks, dan intinya menjadi satu. Sebagian besar sel-
sel ini mempunyai aparatus golgi pada daerah basalnya. Segmen dinding tubulus yang
mengalami modifikasi ini disebut dengan macula densa. Sel ini berhubungan dengan
penghantaran data-data osmolaritas dalam tubulus distal ke glomerulus. 2
8
Tubulus koligens
Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens, yang satu sama lain
bersatau membentuk saluaran lurus yang lebih besar, duktus papilaris belini, yang lambat laun
bertambat lebar waktu mereka mendekati papila. Tubulus koligens yang merupakan unsur utama
medula berjalan lurus. 2
Tubulus koligens yang lebih kecil dibatasi oleh epitel kubis dan bergasd=ris tengah
sekitar 40µm. Waktu mereka menebus jauh ke dalam medula dan mendekati paila, sel-selnya
menjadi lebih tinggi sampai menjadi sel toraks. Garis tengah duktus koligens dekat papila
mendekati 200 µm. Batas antar sel jelas. 2
Aparatus jukstaglomerulus
Dekat dengan badan ginjal, tunika media arteriol aferen mngalami modifikasi dan terdiri
atas sel-sel yang mempunyai bentuk seperti epiteloid bukan otot polos. Sel-sel ini dinamakan sel-
sel jukstaglomerulus, mempunyai inti berbentuk seperti rokok dan sitoplasmanya penuh granula
yang berwarna gelap. Makula densa tubulus kontortus yang biasanya terletak dekat dengan
daerah arteriol aferen mengandung sel-sel jukstaglomerular, bersama dengan bagian arteriol ini
membentuk aparatus jukstraglomerulus. Juga bagiuan aparatus jukstaglomerulus mempunyai
sedikit sel yang berwarna pucat yang fungsinya diketahui dengan jelas. Sel ini disebut sel
mesangial ekstraglomerulus, sel-sel basis atau sel polkissen. 2
Sel-sel jukstaglomerulus mempunyai siaft-siufat sel sekretorik, yaitu mengandung
banyak retikulum endoplasma ggranuler, aparatus golgi yang sangat berkembang, dan granula-
granula sekresi. 2
Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal yang penting untuk membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa hasil
pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolism, fungsi kedua merupakan fungsi yang sangat
penting, yaitu untuk mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Untuk air dan semua
elektrolit dalam tubuh, keseimbangan antara asypan (hasil dari pencernaan atau komsumsi
metabolic) dan keluaran (hasil dari eksresi atau komsumsi metabolic) seebagain besar dipertahan
9
oleh ginjal. Fungsi pengaturan oleh ginjal ini memelihara kestabilan lingkungan sel yang
diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitasnya. 3
Ginjal melakukan fungsinya yang penting dengan cara menyaring plasma dan
memisahkan zat dari filtrate dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada kebutuhan
tubuh. Akhirnya ginjal membuang zat-zat yang tidak diinginkan dari filtrate dengan cara
mengeksresikannya ke dalamm urin, sementara zat yang dibutuhkan dikembalikan ke dalam
darah. 3
Nefron seabagai unit fungsional ginjal
Masing-masing ginjal manusia terdiri kurang dari lebih 1 juta nefron, masing-masing
mampu membentuk urin. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Setiap nefron terdiri dari:
(1) glomerolus (sekumpulan kapiler glomerulus) yang dilalui sejumlah besar cairan yang
difiltrasi dari darah, dan (2) tubulus, yang panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi
urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. 3
Glomerolus terdiri dari suatu jaringan kapiler glomerolus yang bercabang dan
beranstomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mm Hg) bila
dibadingkan dengan kapiler lainnya. Kapiler gomerolus dilapisi oleh sel-sel epitel, dan
keseluruhan glomerolus dibungkus dalam kapsula bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler
hglomerolus mengalir ke dalam kapsula bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal,
yang terletak dengan korteks gijal. 3
Ditubulus proksimal, cairan mengalir ke ansa henle yang masuk ke dalam medulla renal.
Setiap lengkungan terdiri atas pars descendens dan ascendens. Dinding pars denscendens dan
ujung cabang ascendens yang paling rendah sangat tipis, dan oleh karena itu disebut bagian tipis
ansa henle. Ditengan kembalinya pars ascendens dari lengkung tersebut ke korteks, dindingnya
jauh lebih tebal dan oleh karena itu disebut bagian terbal pars ascendens. 3
Pada ujung pars ascendens tebal terdapat bagian yang pendek, yang sebenanrnya meruaka
plak pada dindingnya dan dikenal sebagai macula densa. Macula densa memainkan peranan
penting dalam mengatur fungsi nefron. Setelah macula densa, cairan memasuki tubulus distal,
yang terletak pada korteks renal. Tubulus ini kemudian dilanjutkan dengan tubulus renalis
10
acuartus dan tubulus koligentes kortikal, yang menuju ke duktus koligentes kortikal. Bagian awal
dari 8 sampai 10 duktus koligentes kortikal bergabung membentuk duktus kolingentes tunggal
yang lebih besar, yang turun ke medulla dan menjadi duktus koligentes medulla. Duktus
koligentes bergabung membetnuk duktus yang besar secara progresif, yang akhirnya mengalir
menuju pelvis renalis melalui ujung papilla renal. 3
Mekanisme Pembentukan Urin
Filtrasi Glomerulus
Filtrat glomerulus ialah plasma tanpa protein (hanya sekitar 0,03%). Laju filtrasi
glomerulus (GFR) dalam keadaan normal adalah sekitar 125 ml/mnt, atau sekitar 20% dari aliran
plasma ginjal. 3
Ada beberapa hal yang mempengaruhi GFR, di antaranya ialah peningkatan tekanan
kapsula Bowman yang dapat menurunkan GFR. Dalam keadaan normal, perubahan pada tekanan
kapsula Bowman tidak mengontrol GFR, namun pada keadaan patologik tertentu, seperti
obstruksi saluran kemih, tekanan kapsula bowman dapat meningkat sedemikian tinggi sehingga
GFR menurun. Sebagai contoh, pengendapan kalsium atau asam urat dapat menghasilkan batu
yang tersambut di saluran kemih, sering di ureter dan menyumbat aliran urin serta meningkatkan
tekanan di kapsula bowman. 3
Peningkatan tekanan osmotic koloid kapiler glomerulus menurunkan GFR. Dua faktor
yang mempengaruhi tekanan osmotic koloid kapiler glomerulus adalah tekanan osmotic koloid
arteri dan fraksi plasma yang disaring oleh kapiler glomerulus (fraksi filtrasi). Peningkatan
tekanan osmotic koloid arteri atau fraksi filtrasi meningkatkan tekanan osmotic koloid kapiler
glomerulus. Sebaliknya, penurunan tekanan osmotic koloid plasma arteri atau fraksi filtrasi
menurunkan tekanan osmotic koloid glomerulus. Karena fraksi filtrasi adalah rasio GFR /aliran
plasma ginjal, penurunan aliran plasma ginjal akan menurunkan fraksi filtrasi. Bahkan dengan
tekanan hidrostatik glomerulus yang tetap, penurunan aliran darah ginjal cenderung
meningkatkan tekanan osmotic koloid glomerulus dan menurunkan GFR. 3
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus meningkatkan GFR. Tekanan
hidrostatik glomerulus ditentukan oleh beberapa variable. Yang pertama ialah tekanan arteri,
11
meningkatnya tekanan arteri cenderung meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR.
Kedua, resistensi arteriol aferen. Meningkatnya resistensi arteriol aferen, menurunkan tekanan
hidrostatik glomerulus dan GFR. Ketiga, resistensi arteriol eferen. Peningkatan resistensi arteriol
eferen meningkatkan resistensi aliran keluar kapiler glomerulus dan tekanan hidrostatik
glomerulus sehingga cenderung meningkatkan GFR sepanjang peningkatan resistensi eferen
tidak banyak mengurangi aliran darah ginjal. Pada konstriksi eferen yang parah, penurunan
mencolok aliran darah ginjal akan melebihi peningkatan tekanan hidrostatik glomerulus dan
menurunkan GFR. 3
Autoregulasi
GFR dan aliran darah ginjal menjalani autoregulasi sewaktu tekanan arteri berubah. Di
ginjal normal, penurunan tekanan arteri hingga serendah 75mmHg atau peningkatan hingga
setinggi 160 mmHg hanya mengubah GFR beberapa persen; sifat GFR dan aliran darah ginjal
tidaklah sempurna, tetapi dapat mencegah perubahan yang mungkin mencolok pada GFR dan
kemudian pada ekskresi air dan zat terlarut oleh ginjal yang akan terjadi akibat perubahan
tekanan darah seandainya mekanisme ini tidak ada. 3
Umpan balik Tubuloglomerulus adalah komponen kunci pada autoregulasi ginjal. Umpan
balik ini memiliki dua bagian yaitu mekanisme arteriol aferen dan arteriol eferen, yang masing-
masing bergantung pada susunana anatomic khusus pada kompleks jukstaglomerulus. Kompleks
jukstaglomerulus terdiri dari sel-sel macula densa di bagian awal tubulus distal dan sel-sel juksta
glomerulus di dinding arteriol aferen dan eferen. Jika tekanan darah turun, terjadi penurunan
penyaluran natrium klorida ke sel macula densa, yang mampu mendeteksi perubahan ini.
Penurunan konsentrasi NaCl di macula densa, menyebabkan dua efek utama: 1) penurunan
resistensi arteriol aferen, yang meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR menuju
tingkat normal; dan 2) peningkatan pembebasan renin dari sel jukstaglomerulus arteriol aferen
dan eferen, yang menyebabkan peningkatan pembentukan Angiotensin II. Angiotensin II
kemudian menimbulkan konstriksi pada arteriol eferen dan meningkatkan tekanan hidrostatik
glomerulus serta GFR menuju normal. 3
Mekanisme miogenik juga turut berperan pada autoregulasi aliran darah ginjal dan GFR.
Mekanisme ini merujuk pada kemampuan intriksi pembuluh darah untuk berkonstriksi jika
12
tekanan darah meningkat. Konstriksi ini mencegah pembuluh darah teregang berlebihan dan,
dengan meningkatkan resistensi vascular, membantu mencegah peningkatan berlebihan aliran
darah ginjal dan GFR ketika tekanan darah meningkat. Sebaliknya, pada penurunan tekanan
darah, mekanisme miogenik berperan menurunkan resistensi vascular. 3
Reabsorbsi Aktif Sekunder
Pada transport aktif sekunder, dua atau lebih bahan berinteraksi dengan suatu protein
membran spesifik dan diangkut bersama-sama (kotranspor) menembus membran. Sewaktu salah
satu bahan (mis. Natrium) berdifusi mengikuti penurunan gradient elektrokimiawinya, energi
yang dibebaskan digunakan untuk memindahkan bahan lain (mis.glukosa) melawan gradient
elektrokimiawinya. Transpor aktif sekunder tidak membutuhkan energi secara langsung dari
ATP atau sumber fosfat berenergi tinggi lainnya. Sumber energinya adalah yang dibebaskan oleh
difusi terfasilitasi bahan lain mengikuti penurunan gradient elektrokimiawi yang terjadi
bersamaan. 3,4
Banyak nutrient, seperti glukosa dan asam amino, direabsorbsi melalui transport aktif
sekunder bersama natrium. Pada kebanyakan kasus, reabsorbsi bahan-bahan ini memperlihatkan
suatu transport maksimal, yang merujuk kepada laju maksimal reabsorbsi. Jika jumlah bahan
yang difiltrasi melebihi transport maksimal, terdapat kelebihan jumlah yang kemudian
diekskresikan. Ambang adalah beban tubulus saat transpor maksimal terlampaui di satu atau
lebih nefron sehingga zat terlarut muncul di urin. Ambang biasanya timbul pada beban tubulus
yang sedikit lebih rendah daripada transpor maksimal karena tidak semua nefron memiliki
transport maksimal yang sama dan sebagian nefron mengekskresikan glukosa sebelum nefron
lain mecapai transpor maksimal. 3,4
Reabsorpsi dan Sekresi
Pada orang dewasa sehat, ~180 L filtrat memasuki tubulus proksimal setiap harinya.
Sejumlah komponen yang signifikan harus direabsorpsi untuk mencegah terbuangnya air dan
13
solute (zat terlarut). Filtrat akan dimodifikasi secara progresif begitu melewati nefron melalui
reabsorpsi zat-zat ke darah dan sekresi ke cairan tubulus. 4
Diansa Henle dan tubulus kontortus distal terjadi pemekatan urin melalui terbentuknya
osmolalitas tinggi di medulla,yang akan menggerakkan reabsorpsi air dari duktus
kolektivus.Tubulus kontortus distal juga meregulasi ekskresi K+ dan Ca2+ dan meregulasi status
asam-basa. 4
Proses transpor tubulus
Reabsorpsi dan sekresi melibatkan transpor zat melintasi epitel tubulus; hal ini terjadi
baik secara difusi melalui tight junction maupun rongga interselular lateral (jalur paraselular),
digerakkan oleh gradien konsentrasi, gradien osmotik, ataupun gradien listrik, atau secara
transpor aktif melalui sel epitel itu sendiri (jalur transelular). 3,4
Transpor aktif melibatkan protein yang disebut transporter yang bertugas untuk
mentranslokasi zat melintasi membran sel. Simporter (kotransporter) mentranspor zat-zat ke arah
yang sama, seperti Na+ dengan glukosa, sedangkan antiporter mentranspor zat ke arah yang
berlawanan, seperti Na+ dengan H+. 3,4
Laju difusi melintasi membran sel ditingkatkan oleh kanal ion dan uniporter (transporter
yang hanya membawa satu zat saja), yang dengan efektif meningkatkan permeabilitas membran
terhadap zat spesifik; hal ini disebut difusi terfasilitasi, dan dapat dimodulasi oleh hormon atau
obat-obatan. 3,4
Transpor tubulus maksimum
Terdapat batas untuk laju kerja suatu transporter, dan demikian pula, untuk setiap zat
terdapat laju maksimum reabsorpsi atau sekresi, yang disebut transpor tubulus maksimum (Tm).
Sebagai contoh, glukosa normalnya direabsorpsi seluruhnya di tubulus proksimal, dan tidak ada
yang diekskresi di urin. Akan tetapi, jika konsentrasi glukosa dalam filtrat meningkat melebihi
ambang batas ginjal, maka transporter akan mulai tersaturasi, dan glukosa akan terdapat di urin.
Begitu Tm tercapai, ekskresi akan meningkat secara linear seiring peningkatan filtrasi.
Konsentrasi ambang batas sedikit lebih rendah daripada nilai yang diperlukan untuk mencapai
Tm, karena adanya variasi pada transpor maksimum di antara nefron-nefron; hal ini disebut
14
dengan splay (kemiringan). Mekanisme sekretorik juga memiliki Tm. Sebagai contoh, pada
konsentrasi rendah, asam para-aminohipurat (PAH) hampir dihilangkan seluruhnya dari darah
kapiler melalui filtrasi dan sekresi. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, sekresi menjadi
tersaturasi, dan ekskresi lebih lanjut akan terbatasi oleh beban terfiltrasi (filtered load). 4
Tubulus kontortus proksimal
Sebagian besar glukosa, asam amino, fosfat, dan bikarbonat direabsorpsi di tubulus
kontortus proksimal, bersama dengan 60-70% Na+, K+, Ca2+, ureum, dan air. 3,4
Natrium
Konsentrasi Na+ di filtrat adalah ~140 mmol/L, tetapi pada sitosol sel epitel, konsentrasi
Na+ ini jauh lebih rendah (~10-20 mmol/L), yang juga bermuatan negative. Oleh karena itu,
gradien elektrokimia mendukung pergerakkan ion Na+ dari filtrat ke dalam sel, sehingga
memberikan gaya dorong untuk transpor sekunder zat-zat lainnya. Sekitar 80% Na+ yang
memasuki sel tubulus proksimal ditukar dengan H+ (antiporter). Sekresi ion H+ di tubulus
proksimal berperan kritis pada reabsorpsi HCO3-. Pada akhirnya, Na+ akan ditranspor ke cairan
interstitial, dan hanya ~20% Na+ yang ditranspor yang akan berdifusi ke kapiler. 4
Air
Air tidak direabsorpsi secara aktif. Karena Na+ dan HCO3- ditranspor keluar dari tubulus
ke cairan interstitial peritubulus, maka osmolalitas cairan interstitial peritubulus akan meningkat,
sedangkan osmolalitas cairan tubulus berkurang. Perbedaan tekanan osmotik ini menyebabkan
reabsorpsi air. 4
Reabsorpsi air meningkatkan konsentrasi Cl-, K+, Ca2+, dan ureum di dalam tubulus,
sehingga akan terjadi difusi menuruni gradien konsentrasi ke rongga peritubulus. Permeabilitas
terhadap Cl- meningkat pada 2/3 akhir tubulus kontortus proksimal, sehingga memfasilitasi
reabsorpsi Cl-. Hal ini menyebabkan lumen tubulus menjadi lebih positif, dan meningkatkan
reabsorpsi kation. Karena reabsorpsi Na+, Cl-, K+, Ca2+, dan ureum ditubulus kontortus proksimal
15
terjadi bersamaan dengan reabsorpsi air, maka konsentrasi totalnya pada cairan yang
meninggalkan tubulus kontortus proksimal akan serupa dengan konsentrasi pada filtrat dan
plasma, walaupun kuantitas dan volume cairan total berkurang hingga ~70%. 4
Glukosa
Glukosa direabsorpsi secara simporter dengan Na+, dan kemudian berdifusi keluar sel ke
interstitium peritubulus. Tm glukosa adalah ~380 mg/menit (~21 mmol/menit), dan ambang batas
ginjal adalah ~11 mmol/L. 4
Asam amino
Asam amino direabsorpsi oleh beberapa simporter terkait Na+, yang spesifik untuk asam,
basa, dan asam amino netral. 4
Fosfat
Fosfat dikotranspor dengan Na+. Tm fosfat mendekati beban terfiltrasi, sehingga
peningkatan konsentrasi fosfat dalam plasma akan menyebabkan ekskresi. Reabsorpsi fosfat
diturunkan oleh hormon paratiroid. 4
Asam dan basa organik
Zat ini meliputi metabolit-metabolit (misalnya garam empedu, urat, oksalat) dan obat-
obatan (misalnya PAH, penisilin, aspirin), dan semuanya disekresi. Asam organik ditranspor dari
cairan peritubulus ke sel tubulus secara kotranspor dengan Na+, dan berdifusi ke tubulus untuk
ditukar dengan anion (misalnya Cl-, HCO3-). Basa organik secara aktif dikeluarkan dan ditukar
dengan Na+ atau H+. 4
Ansa henle
Cairan yang memasuki bagian descendens ansa Henle bersifat isotonic dengan plasma
(~290 mosmol/kgH2O). Terbentuknya osmolalitas yang tinggi di medulla bergantung pada
perbedaan permeabilitas terhadap air dan solut di berbagai regio yang berbeda, transpor aktif ion
pada bagian ascendens tebal, dan adanya counter-current multiplier. Bagian descendens tipis
permeabel terhadap air tapi tidak permeabel terhadap ureum, sedangkan bagian ascendens tidak
16
permeabel terhadap air tetapi permeabel terhadap ureum; bagian ini juga sangat permeabel
terhadap ion Na+ dan Cl-. Bagian ascendens tebal secara aktif mereabsorpsi Na+ dan Cl- dari
cairan tubulus dengan menggunakan kotransporter Na+-K+-2Cl-. Na+ ditranspor terutama oleh
pompa Na+ (beberapa oleh kotranspor Na+-HCO3-), dan Cl- melalui difusi. K+ keluar lagi ke
lumen melalui kanal K+, menciptakan muatan positif yang menggerakkan reabsorpsi kation
( Na+, K+, Ca2+, Mg2+). Karena bagian ascendens tebal tidak permeabel terhadap air, reabsorpsi
ion mengurangi osmolalitas cairan tubulus (hingga ~90 mosmol/kgH2O) dan meningkatkan
osmolalitas cairan interstitial, sehingga menciptakan perbedaan osmotik sebesar ~200
mosmol/kgH2O. 3,4
Counter-current multiplier
Peningkatan osmolalitas menebabkan air berdifusi keluar dari bagian descendens, dan
sejumlah Na+ dan Cl- berdifusi ke dalam, sehingga cairan tubulus menjadi pekat. Begitu cairan
yang pekat ini mengalir turun, cairan berjalan ke arah yang berlawanan dengan cairan yang
kembali dari regio dengan osmolalitas yang masih lebih tinggi di medulla bagian dalam.
Pengaturan counter-current ini menciptakan gradien osmotik, yang menyebabkan Na+ dan Cl-
berdifusi keluar dari bagian ascendens (menurunkan konsentrasi cairan ascendens), dan air
berdifusi keluar dari bagian descendens (meningkatkan konsentrasi cairan descendens). Efek ini
diperkuat oleh fakta bahwa bagian ascendens tidak permeabel terhadap air, tetapi sangat
permeabel terhadap Na+ dan Cl-, dan juga dengan daur ulang ureum di antara duktus kolektivus
dan bagian ascendens, sehingga merupakan kontribusi penting untuk konsentrasi urin. Pada
ujung ansa Henle, cairan interstitial dapat mencapai osmolalitas sebesar ~1400 mosmol/kgH2O,
karena bagian NaCl dan ureum sama. 3,4
Pasokan darah ke medulla dicegah agar tidak menghilangkan gradien osmotik antara
korteks dan medulla oleh pengaturan counter-current exchanger pada kapiler vasa rekta. Vasa
rekta juga mengeluarkan air yang direabsorpsi dari ansa Henle dan duktus kolektivus medulla. O2
dan CO2 juga dipertahankan, sehingga, pada medulla bagian dalam, PO2 rendah dan PCO2 tinggi. 3,4
Tubulus kontortus distal dan duktus kolektivus
17
Cairan yang memasuki tubulus distal bersifat hipotonik (~90 mosmol/kgH2O). tubulus
kontortus distal dan duktus kolektivus kortikal tidak permeabel terhadap ureum. Saluran ini juga
tidak permeabel terhadap air, kecualijika terdapat ADH. Dengan adanya ADH, air akan berdifusi
ke interstitium korteks ginjal, dan cairan tubulus menjadi pekat, mencapai osmolalitas
maksimum sebesar ~290 mosmol/kgH2O (isotonic dengan plasma). Namun demikian, cairan
tubulus berbeda dari plasma karena banyaknya ion Na+, K+, Cl-, dan HCO3- yang telah
direabsorpsi, dan digantikan dengan ureum. Cairan ini menjadi pekat ketika air direabsorpsi,
karena tubulus kontortus distal dan duktus kolektivus kortikal tidak permeabel terhadap ureum. 4
Duktus kolektivus medulla juga menjadi permeabel terhadap air jika terdapat ADH. Air
direabsorpsi karena tingginya osmolalitas interstitium medulla. Oleh karena itu, pada kondisi
dengan stimulasi ADH maksimum, osmolalitas akhir urin dapat mencapai 1400 mosmol/kgH2O;
jika tidak ada ADH, urin akan encer (~60 mosmol/kgH2O). walaupun hanya 15% nefron yang
memiliki ansa Henle yang sampai ke medulla bagian dalam, dan juga berkontribusi terhadap
tingginya osmolalitas medulla, duktus kolektivus semua nefron akan melewati medulla dan oleh
karena itu akan memekatkan urin. 4
Ureum
Duktus kolektivus medulla permeabel terhadap ureum, yang akan berdifusi menuruni
gradien konsentrasi ke dalam medulla dan kemudian ke bagian ascendens ansa Henle. Ureum
akan menjadi ‘terperangkap’ dan sebagian akan didaur ulang, sehingga konsentrasi yang tinggi
tetap dipertahankan dan memberikan ~50% osmolalitas medulla. ADH akan meningkatkan
permeabilitas duktus kolektivus medulla terhadap ureum, sehingga reabsorpsinya juga meningkat
dengan difusi terfasilitasi; hal ini akan lebih meningkatkan osmolalitas medulla dan
memungkinkan produksi urin yang lebih pekat. 4
Kalium
Sebagian besar kalium telah direabsorpsi sesampainya di tubulus kontortus distal, dan
dengan demikian ekskresi kalium diregulasi oleh sekresi pada tubulus kontortus distal bagian
akhir. K+ ditranspor secara aktif oleh pompa Na+, dan disekresi secara pasif melalui kanal K+ dan
kotranspor K+-Cl-. Jadi, sekresi terjadi karena gradien konsentrasi di antara sitosol dan cairan
dalam lumen tubulus. Akan tetapi, K+ yang disekresi akan mengurangi gradien kecuali jika terus
18
dialirkan, sehingga ekskresi K+ meningkat jika aliran lumen tubulus meningkat. Jadi, diuretik
sering kali menyebabkan hilangnya K+. Sekresi K+ meningkat karena pengaruh aldosteron, yang
meningkatkan aktivitas pompa Na+. gangguan homeostasis K+ seringkali berhubungan dengan
gangguan asam-basa. 4
Kalsium
Reabsorspi kalsium di tubulus kontortus distal diregulasi oleh hormon paratiroid (PTH)
dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol (bentuk aktif vitamin D). PTH akan mengaktivasi kanal masuk
Ca2+. Pembuangan Ca2+ dibantu oleh antiporter Na+-Ca2+. Protein pengikat Ca2+ mencegah
peningkatan berlebihan Ca2+ bebas dalam sitosol. PTH juga menginhibisi reabsorpsi fosfat. 4
Komposisi air kemih (Urin)
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikanoleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalamdarah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai
saranakomunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menujukandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut
berupa sisa metabolisme(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. 5
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisamengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebihatau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung didalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urindapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakanuntuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes
adalah suatu penyakit yangdapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandunggula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. 5
Komposisi air kemih: (1) Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air ; (2) Zat – zat sisa
nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea; (3) amoniak dan kreatinin; (4) Elektrolit; (5)
19
natrium; (6) kalsium; (7) NH3; (8) bikarbonat; (9) fosfat dan sulfat; (10) Pigmen (bilirubin,
urobilin); (11) Toksin; (12) Hormon. 5
Hormon Ginjal
Dalam reabsorpsi di dalam tubulus terjadi beberapa pengendalian hormonal yang
berpengaruh pada pengaturan volume cairan tubuh dan konsentrasi zat terlarut yang
membutuhkan ginjal untuk mengekskresikan berbagai zat terlarut dan air pada berbagai
kecepatan. Hormon – hormon yang bekerja terhadap reabsoprsi tubulus antara lain aldosteron,
angiotensin II, hormon antidiuretik (ADH), peptida natriuretik atrium, dan hormon paratiroid. 5
Aldosteron
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dan meningkatkan sekresi kalium.
Aldosteron disekresikan oleh sel –sel zona glomerolusa pada korteks adrenal, dan tempat kerja
utamanya adalah pada sel –sel prinsipalis di tubulus koligentes kortikalis. 5
Angiotensin II
Merupakan hormon penahan natrium yang paling kuat dalam tubuh. Pembentukan
angiotensin II akan meningkat pada tekanan darah yang rendah dan/atau volume cairan ekstrasel
yang rendah. Peningkatan ini membantu mengembalikan tekanan darah dan volume ekstrasel
menjadi normal dengan meningkatkan reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal.
Peningkatan reabsorsi natrium dan air dari tubulus terjadi melalui tiga efek, yaitu (1) angiotensin
II merangsang sekresi aldosteron, di mana akan meningkatkan reabsorpsi natrium, (2)
mengkontriksikan arteriol efferen akan mengurangi tekanan hidrostatis kapiler peritubulus dan
meningkatkan reabsorpsi akhir tubulus, terutama tubulus proximal, (3) Merangsang secara
langsung reabsorpsi natrium di tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal, dan tubulus
koligentes. 5
Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon Antidiuretik (ADH) meningkatkan reabsorpsi air dengan meningkatkan
permeabilitas air pada tubulus distal, tubulus koligentes, dan epitel duktus koligentes.bila tidak
20
ada ADH, ginjal akan mengekskresikan urine yang encer karena permeabilitas air di tubulus
distal dan duktus koligentes rendah. Jadi, peranan ADH adalah mengontrol pemekatan atau
pengenceran urine. 5
Peptida Natriuretik Atrium
Merupakan peptida yang disekresikan oleh sel – sel spesifik atrium jantung karena
perluasan volume plasma. Peningkatan kadar peptida menghambat reabsorpsi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, terutama pada duktus koligentes. Penurunan reabsorpsi natrium dan air
meningkatkan ekskresi urin yang membantu mengembalikan volume darah menjadi normal. 5
Hormon Paratiroid
Merupakan salah satu hormon pengatur kalsium yang paling penting dalam tubuh.
Kerjanya adalah meningkatkan reabsorpsi kalsium dalam tubukus distal dan juga dalam ansa
henle, termasuk menghambat reabsorpsi fosfat oleh tubulus proximal dan merangsang
magnesium oleh ansa henle. 5
Pemeriksaan Urin
Syarat-syarat dari urin yang di periksa. Urin yang dipakai untuk pemeriksaan adalah urin
baru dan urin yang di ambil adalah pada waktu pagi hari sehabis bangun tidur. Urin baru disini
akan lebih berguna karena belum terjadi perubahan apa-apa, misalnya keasaman, bakteri, benda
keton, dan sebagainya. Urin pagi lebih baik dipakai karena urin mempunyai BD yang tertinggi. 5
Warna
- Warna urin yang normal adalah ke kuning-kuningan.
- Warna urin dapat seperti air biasa misalnya kalau banyak minum atau pada penderita
diabetes.
- Warna urin kuning tua seperti teh menunjukkan kemungkinan ia menderita suatu
penyakit hepatitis.
- Warna merah menunjukkan adanya perdarahan dalam saluran kemih.
21
- Warna urin coklt kehitman menunjukkan adanya hemoglobin dalam urin, misalnya pada
penyakit yang menyebabkan hemolisis, seperti penyakit malaria tropika.
- Warna urin dapat pula bermacam-macam disebabkan oleh obat-obat, bahan-bahan kimia
dan bahan makanan. 5
Bau
- Bau urin normal sudah kenal.
- Bau urin yang telah lama adalah berbau ammonia (bau pesing)
- Urin dapat juga bebau obat-obatan .
- Bau busuk dapat disebabkan oleh bakteri pembusuk.
- Bau petei disebabkan karena mamakan petei, demikian pula jengkol. 5
Kekeruhan
- Urin yang normal adalah jernih.
- Kekeruhan urin disebabkan oleh darah, nanah, dan Kristal. 5
Keasaman
- Urin pagi yang masih baru adalah asam.
- Urin yang telah lama atau habis memakai obat-obatan reaksinya adalah alkaki atau basa.
Untuk menentukan reaksinya digunakan kertas lakmus.
- Kertas lakmus merah tetap merah, kertas lakmus biru menjadi merah. Suasana dikatakan
basa ialah apabila ketas lakmjus biru tetap biru. Kertas lakmus menjadi biru. 5
Berat Jenis
- Berat jenis disini penting diketahui karena BD yang tinggi berate urin mengandung
banyak sekali bahan-bahan di dalamnya. Untuk mengukurnya digunakan urinemeter. 5
Protein
Untuk pemeriksaan ini urin harus dalam suasana asam jadi disini baik digunakan urin
baru, harus dilihat keasamanna dengan menggunakan kertas lakmus. Kalau urin dalam keadaan
22
suasana basa atau alkali maka kita harus membubuhkan beberapa tetes asam asetat untuk
mengasamkannya, malalui :
1. Percobaan masak
2. Percobaan exton : urin di campur dengan aseton lalu dikocok. Bila jernih berarti tidak ada
proteinnya, bila keruh dikatakan positif.
3. Percobaan bang (semi kuantitatif) : urin dicampurkan reagene bang, dimasak. Kalau tetap
jernih berarti negative. Tapi kali terjadi kekeruhan, berarti positif. Tingkatannya :
Kekeruhan dengan butir-butir halus (+)
Kekeruhan dengan butir-butir besar (++)
4. Percobaan esbach kuatitatif : urin selama 24 jam ditampung lalu dimasukkan ke dalam
tabung esbach sampai sama dengan garis U+reagene esbach sampai garis R. tabung
tersebut dibolak-balik 18-20 kali dan jangan sampai berbusa. Disimpan salama 24 jam
dan amati ada endapannya. 5
Kegunan percobaan ini ialah untuk menentukan adanya protein dalam urin yang dapat
menunjukkan adanya kelainan atau penyakit pada saluran kemih terutama ginjal. Pada
keadaan normal maka urin ini tidak mengandung protein sama sekali. Tapi apabila terjadi
peradangan pada ginjal maka akan terdapat proteinuria. Penyakit ginjal yang utama
adalah glomerulonefritis, pielonefritis, sindrom nefrotik. 5
Glukosa
Urin disini haruslah urin yang telah disentrifuger untuk menghindarkan kemungkinan
adanya bahan lain yang turut dalam mereduksi. Caranya tes benedict dan tes kuantitatif.
Percobaan glukosa ini amat berguna untuk menentukn adanya glukosa dalam urin.
Normal glukosa tidak ada dalam urin. Glukosa terdapat di dalam urin bila keadaan banyak
makan gula dan diabetes mellitus. 5
23
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari kasus diatas sesuai dengan hipotesis yang dimana
“Pasien yang sering kencing pada malam hari, merasa haus dan lapar, diduga mengalami
gangguan ginjal”. Hipotesis ini sesuai karena pada wanita tersebut mengalami gangguan pada
salah satu fungsi ginjalnya, yaitu gangguan pada rearbsorbsi glukosa. Sehingga glukosa tidak
dapat direarsorbsi semua di tubulus proximal sehingga glukosa masuk kedalam duktus koligens,
glukosa dapat menyerap air karena glukosa suatu osmolaritas yang kuat. Banyak air yang diserap
oleh glukosa mengakibatkan seseorang banyak mengeluarkan air kencing. Pada kasus ini biasa
terjadi pada seseornag menderita Diabetes Melitus.
Daftar Pustaka
1. Snell R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa : Ed.6. Jakarta : EGC, 2006.p. 268-90.
2. Junqueira LC, Carneiro J. Basic histology text & atlas 10th edition. USA: The Mcgraw-
Hill Companies. 2003.p.392-408.
3. Guyton AC and Hall EJ. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC,
2008.h.193-207.
4. Ward JPT, Clarke RW, Linden RWA. At a glance fisiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.66-9.
5. Adam S. Mikrobiologi parasitologi. Jakarta: EGC;2004.h.94-9.
24