125
PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ERMI YENTI NIM: 2008/04559 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

  • Upload
    dangnhi

  • View
    352

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

2

PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI

BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN:

Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

ERMI YENTI

NIM: 2008/04559

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012

Page 2: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

i

Page 3: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

i

Page 4: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

i

ABSTRAK

Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman: Telaah Struktur dan

Nilai Pendidikan”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah,

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masyarakat Binjai yang saat ini sudah

jarang melaksanakan acara pantun bajawek dalam acara mananti tando,

masyarakat kebanyakan hanya langsung menikah maka pantun bajawek dalam

acara mananti tando ini akan hilang dengan sendirinya. Pantun bajawek dalam

acara mananti tando di Binjai dilaksanakan oleh kaum ibu dan kaum bapak tidak

diikutsertakan.

Sesuai dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan: (1) struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di

Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, dan (2) nilai-nilai pendidikan

di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman. Untuk mencapai tujuan, pemecahan masalah dalam

penelitian ini, dilakukan dengan menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman? (2) Apa saja nilai-nilai pendidikan

di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman?

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Entri penelitian ini adalah pantun bajawek dalam acara mananti tando.

Pengumpulan data dilakukan dengan merekam penuturan pantun bajawek pada

situasi kejadian dan wawancara. Penganalisisan data dilakukan dengan

menstrankripsikan data hasil rekaman ke dalam bahasa tulis, dan menganalisisnya

berdasarkan tujuan penelitian.

Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan hal-

hal berikut. Struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, sama dengan pantun biasa,

mempunyai sampiran dan isi dan terdiri atas empat baris, dan talibun yaitu enam

baris, delapan baris dan sepuluh baris. Selain itu, pantun tersebut juga dibangun

oleh struktur fisik dan batin. Nilai pendidikan yang terdapat di dalam pantun

bajawek dalam acara mananti tando dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal yaitu

nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral dan, nilai pendidikan adat.

Page 5: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang

berjudul, “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan

Tigo Nagari Kabupaten Pasaman: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, masukan, saran

dan bimbingan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Pada

kesempatan ini dengan tulus penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: (1) Drs. Hamidin Dt. R.E., M.A.

selaku pembimbing I dan juga selaku Penasehat Akademis, (2) Drs. Amril Amir,

M.Pd. selaku pembimbing II, (3) Dr. Ngusman, M.Hum. dan Zulfadhli, S.S.,

M.A. selaku pimpinan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, (4)

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat

kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Padang, April 2012

Penulis

Page 6: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Fokus Masalah ....................................................................... 4

C. Rumusan Masalah .................................................................. 4

D. Pertanyaan Penelitian ............................................................. 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

G. Definisi Operasional ............................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis .................................................................. 7

1. Hakikat Sastra Lisan ......................................................... 7

2. Pantun sebagai Sastra Lisan ............................................. 8

3. Nilai-Nilai Pendidikan di dalam Pantun ........................... 16

4. Acara Mananti Tando ....................................................... 19

B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 21

C. Kerangka Konseptual ............................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian ................................................... 23

B. Latar, Entri dan Kehadiran Peneliti ........................................ 23

C. Informan Penelitian ................................................................ 24

D. Instrumen Penelitian ............................................................... 25

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 25

F. Teknik Pengabsahan Data ...................................................... 27

G. Metode dan Teknik Pengalisisan Data ................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Temuan penelitian ................................................................... 28

B. Pembahasan ............................................................................. 39

BAB V SIMPULAN

A. Simpulan ................................................................................. 84

B. Implikasi dalam Pembelajaran ................................................ 85

C. Saran ........................................................................................ 86

KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

Page 7: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pantun merupakan bentuk sastra lisan yang paling sering digunakan dalam

berbagai situasi kehidupan. Pantun merupakan bentuk puisi tradisional Indonesia

yang paling tua. Tiap bait pantun biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak

ab ab. Tiap baris terdiri dari empat sampai delapan kata. Baris pertama dan kedua

disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun. Pantun adalah

puisi rakyat yang paling tua dan paling umum di Indonesia. Pantun merupakan

bentuk sastra rakyat yang tidak tertulis perlu dipertahankan karena di dalamnya

terkandung nilai-nilai sastra dan budaya yang tinggi dan merupakan cerminan

bagi masyarakat Minangkabau itu sendiri.

Pada masa dahulunya pantun sebagai salah satu sastra lisan sangat

mewarnai kehidupan masyarakat Minangkabau. Pantun digunakan dalam berbagai

situasi kehidupan, ketika gembira orang berpantun, ketika sedih pun orang

berpantun, anak-anak berpantun, orang tua pun berpantun, untuk kegiatan adat

orang berpantun, untuk kegiatan muda-mudi pun orang berpantun. Begitu

banyaknya pantun yang digunakan dalam situasi kehidupan, dalam kegiatan adat

salah satunya yaitu pantun bajawek yang ada dalam acara mananti tando.

Mananti tando merupakan acara yang diawali dengan kedatangan pihak

calon mempelai laki-laki kerumah pihak calon mempelai wanita secara adat

dengan persyaratan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak,

yaitu pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan pihak wanita sebagai tuan rumah

Page 8: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

2

(si pangka). Semuanya bertujuan untuk menyampaikan maksud yang ingin

disampaikan kedua belah pihak. Di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman dalam acara mananti tando terdapat acara pantun bajawek yang terdapat

di luar pasambahan maupun di dalam pasambahan. Pantun bajawek yaitu pantun

yang dilaksanakan secara langsung dan bersifat dua arah (berbalasan) antara pihak

laki-laki sebagai tamu (si alek) dengan pihak wanita sebagai tuan rumah (si

pangka). Pantun bajawek tersebut diwakili oleh seorang juru bicara yang harus

mampu berpantun dan menyampaikan pasambahan dari pihak laki-laki sebagai

tamu (si alek) dan satu orang pula dari pihak wanita sebagai tuan rumah (si

pangka).

Pasambahan merupakan kemahiran berbicara untuk menuturkan buah

pikiran melalui bahasa yang penuh dengan keindahan dengan menggunakan

ungkapan-ungkapan dan pantun-pantun. Pantun bajawek dalam acara mananti

tando di mulai saat pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) ingin menaiki rumah

pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka) dan berakhir ketika acara mananti

tando selesai. Di dalam acara mananti tando juga dibuat janji lama masa

pertunangan, lama janji pertunangan biasanya 3 bulan, 6 bulan atau setahun. Di

Binjai Kecamatan Tigo Nagari ada dua tahap acara mananti tando sebelum

pernikahan dan pesta perkawinan dilangsungkan yaitu tahap pertama mananti

tando umun dan tahap kedua mananti tando gadang (besar). Mananti tando umun

yaitu acara mananti tando yang hanya dilaksanakan oleh kerabat-kerabat dekat

kedua belah pihak dan hanya disertai dua buah pantun sedangkan mananti tando

Page 9: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

3

gadang (besar) dilaksanakan dengan memberi tahu orang banyak atau masyarakat

kampung tersebut dan disertai beberapa pantun yaitu pantun bajawek.

Namun, tidak selalu masyarakat Binjai melaksanakan kedua tahap mananti

tando tersebut sebelum pernikahan dan pesta perkawinan, hanya tergantung

kepada kesepakatan kedua belah pihak saja. Saat sekarang masyarakat sudah

banyak yang hanya langsung menikah tanpa adanya masa pertunangan atau

walaupun ada bertunangan tapi hanya sampai pada mananti tando umun saja dan

menikah sehingga dengan sendirinya pantun bajawek dalam acara mananti tando

gadang (besar) akan hilang atau terlupakan. Pantun bajawek ini juga berfungsi

sebagai sarana tanya jawab dalam acara tersebut. Pantun bajawek dalam acara

mananti tando dipilih sebagai objek penelitian karena pantun bajawek pada acara

mananti tando gadang (besar) ini hanya dilaksanakan oleh kaum ibuk dan kaum

bapak tidak diikutsertakan. Sedangkan pada daerah lain, dalam acara adat

meminang (batuka tando) biasanya yang menyampaikan pasambahan ialah kaum

bapak-bapak. Pantun bajawek dalam acara mananti tando perlu dipertahankan

karena hanya dilakukan pada acara pertunangan di Binjai Kecamatan Tigo Nagari

Kabupaten Pasaman. Pantun yang disampaikan dalam acara mananti tando

berbeda dengan pantun lain.

Selain itu, dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari

hanya dihadiri oleh kaum wanita saja walaupun ada laki-laki hanya anak-anak,

sedangkan kaum bapak dalam acara ini tidak diikutsertakan. Pada daerah lain

biasanya dalam acara pertunangan ini hanya ada pasambahan atau yang disebut

pasambahan maanta tando, tapi di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Page 10: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

4

Pasaman ada pantun bajawek. Berdasarkan hal ini penulis tertarik mengkaji dan

meneliti Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada: (1)

struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman, (2) nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek

dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus permasalahan yang telah dikemukakan, rumusan

masalah penelitian ini adalah: (1) berkaitan dengan struktur Pantun Bajawek

dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman, dan (2) nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara

Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang bisa diajukan sebagai dasar pelaksanaan

penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah struktur Pantun Bajawek

dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman? (2) Apa saja nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam

Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman?

Page 11: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

5

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan: (1) struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di

Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, dan (2) nilai-nilai pendidikan

di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: (1) peneliti, untuk

menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sastra lisan khususnya pantun,

(2) mahasiswa, untuk menambah pemahaman dan wawasan, serta pengetahuan

tentang karya sastra, (3) bagi pembaca, penelitian ini diharapkan bisa menambah

pengetahuan serta pemahaman tentang sastra lisan dan sebagai bahan pengajaran

apresiasi sastra.

G. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini perlu

dijelaskan beberapa hal berikut ini. (1) Struktural pada pokoknya berarti bahwa

pada sebuah karya seni atau peristiwa dalam masyarakat menjadi suatu

keseluruhan, karena relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dengan

keseluruhan. (2) Pantun adalah puisi lama yang digunakan sebagai alat untuk

menyampaikan pikiran atau digunakan sebagai alat dalam soal jawab antara dua

orang. Ciri-ciri pantun adalah tiap-tiap bait terdiri atas empat baris, tiap-tiap baris

terdiri atas empat sampai dua belas suku kata. (3) Pantun bajawek adalah pantun

Page 12: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

6

yang dilaksanakan secara langsung dan bersifat dua arah (berbalasan) antara pihak

laki-laki sebagai tamu (si alek) dengan pihak wanita sebagai tuan rumah (si

pangka). (4) Mananti tando adalah acara yang diawali dengan kedatangan pihak

calon mempelai laki-laki kerumah pihak calon mempelai wanita secara adat

dengan persyaratan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak,

yaitu pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan pihak wanita sebagai tuan rumah

(si pangka). (5) Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan , dicita-

citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.

(6) Pendidikan adalah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan

dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur

hidup.

Page 13: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam kajian teori ini akan dijelaskan tentang hakikat sastra lisan, pantun

sebagai sastra lisan, nilai-nilai pendidikan di dalam pantun serta acara mananti

tando.

1. Hakikat Sastra Lisan

Pada umumnya masyarakat Indonesia dalam masa pra-modern tidak

mengenal tradisi tulis. Hanya sebagian kecil saja daerah-daerah di Indonesia yang

telah mempunyai tradisi tulis. Bagi yang mengenal tradisi tulis pun tidak atau

jarang menggunakannya untuk menulis karya sastra. Sastra pada masa pra-modern

itu umumnya disampaikan melalui cara lisan, dan diturun-temurunkan secara lisan

pula. Di beberapa sastra daerah tradisi itu masih tetap berkembang di samping

adanya usaha perekaman dan penulisannya.

Sastra lisan yang terdapat pada masyarakat suku bangsa di Indonesia telah

lama ada, bahkan setelah tradisi tulis berkembang, sastra lisan masih kita jumpai.

Baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas sastra lisan di Indonesia luar

biasa kayanya dan luar biasa ragamnya. Melalui sastra lisan, masyarakat dengan

kreativitas tinggi menyatakan diri dengan menggunakan bahasa yang artistik.

Bahkan pada saat sekarang pun, kita masih menjumpai kehidupan sastra lisan

terutama yang digelarkan dalam upacara-upacara adat. Sastra lisan adalah istilah

yang digunakan untuk menyebutkan sastra yang disampaikan secara lisan, atau

sastra yang disampaikan dari mulut ke mulut.

Page 14: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

8

Djamaris (2001:4) sastra lisan adalah sastra yang disampaikan dari mulut

ke mulut. Hal senada juga dikemukan oleh Atmazaki (2005:134) bahwa sastra

lisan adalah sastra yang disampaikan secara lisan dari mulut seorang pencerita

atau penyair kepada seseorang atau kelompok pendengar. Begitu juga awal

kehidupan sastra Minangkabau, berupa sastra lisan, sastra yang disampaikan dari

mulut ke mulut. Salah satu jenis sastra lisan Minangkabau yaitu pantun. Pantun

banyak terdapat dalam sastra lisan Minangkabau karena pantun digemari oleh

orang Minangkabau.

Secara umum pantun merupakan bentuk puisi tradisional Indonesia yang

paling tua. Tiap bait pantun biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak ab ab.

Umumnya tiap baris terdiri dari empat sampai delapan kata. Baris pertama dan

kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun. Pantun

ialah puisi Minangkabau yang banyak jumlahnya dan sering diucapkan dalam

berbagai kesempatan, salah satunya pantun yang ada dalam acara mananti tando

di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

2. Pantun sebagai Sastra Lisan

Teori yang mencakup hakikat pantun yaitu: (a) pengertian pantun, (b) ciri-

ciri pantun, (c) jenis-jenis pantun, dan (d) struktur teks pantun.

a. Pengertian Pantun

Menurut Navis (1984:233) menyatakan separuh jumlah baris permulaan

disebut dengan sampiran, separuh berikutnya adalah isi pantun yang

sesungguhnya. Fungsi sampiran adalah sebagai pengantar dari isi, bunyi dan

iramanya. Jumlah baris sampiran harus sama dengan isi. Tanpa sampiran

Page 15: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

9

serangkaian puisi tidak mungkin dikatakan sebagai pantun. Waluyo (1991:8)

pantun atas dua bagian, yakni sampiran dan isi. Sampiran merupakan dua baris

pantun yang memiliki saran bunyi untuk menuju isi. Pantun ialah jenis puisi lama

yang setiap baitnya terdiri dari empat larik berirama bersilang ab ab, tiap larik

biasanya berjumlah empat kata, dua larik pertama sampiran, dua larik berikutnya

isi (Hasanuddin, 2004:580). Seiring dengan itu, Gani (2010:79) menyatakan

pantun yaitu puisi rakyat yang paling tua dan paling umum di Indonesia. Isi

pantun biasanya berkaitan dengan perasaan rindu, dendam, kesedihan, gurauan,

pengajaran, norma-norma, hiburan, dan lain-lain. Umumnya pantun mempunyai

bait yang terdiri dari empat baris, dengan delapan sampai dua belas suku kata

pada tiap-tiap barisnya. Baris pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris

kedua bersajak dengan baris keempat (ab-ab). Bagian pertama pantun (baris

pertama dan kedua) disebut dengan sampiran dan bagian kedua (baris ketiga dan

keempat) disebut dengan isi.

b. Ciri-Ciri Pantun

Navis (1984:234) menekankan bahwa pantun yang sempurna itu tidak

banyak, yang banyak dijumpai adalah pantun yang sampirannya sekenanya saja

asal berirama dengan isi pantun. Waluyo (1991:8) mengatakan bahwa pantun

terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran merupakan saran bunyi

untuk menuju isi. Hubungan sampiran dengan isi hanyalah hubungan saran atau

bunyi. Dua baris pertama yang menjadi sampiran saling berhubungan. Menurut

Zulkarnaini (2003:67) ciri-ciri pantun sebagai berikut: (1) jumlah kata dalam satu

baris berkisar antara tiga sampai lima kata, (2) bersajak ab ab, dan (3) satu bait

terdiri atas empat baris.

Page 16: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

10

c. Jenis-jenis Pantun

Menurut Navis (1984:235) mengemukakan bahwa berdasarkan jumlah

barisnya sebuah pantun Minangkabau dapat dibedakan atas pantun dua baris,

empat baris, enam baris, delapan baris, sepuluh baris, dan dua belas baris. Pantun

yang terdiri dari enam baris lebih disebut juga dengan talibun. Menurut isinya, ada

lima jenis pantun, yaitu: pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun duka, dan

pantun suka (Navis, 1984:239). Pantun adat itu digunakan dalam pidato, isinya

kutipan undang-undang, hukum, tambo, dan sebagainya, yang berhubungan

dengan adat. Pantun tua berisi petuah orang tua kepada anak muda, yang

mengandung nasihat serta ajaran etika yang lazim berlaku di masa itu. Pantun

muda ialah pantun asmara, yang mengiaskan atau menyindirkan betapa dalam

cinta asmara yang terpendam. Kadang-kadang pantun itu sangat cabul. Isi pantun

ini sering merupakan dialog antara bujang dan gadis, yang seorang menyatakan

cintanya dan yang seorang meminta bukti. Juga isinya kadang-kadang pemujaan

atas kecantikan seorang kekasih yang dikiaskan kepada wajah yang berisikan

cinta yang patah. Disenangi karena demikian halus lukisannya. Pantun suka ialah

pantun jenaka yang berisikan olok-olok. Kadang-kadang isi pantun ini juga ejekan

yang tajam terhadap buah perangai orang-orang yang tidak menyenangkan.

Pantun duka ialah pantun yang umumnya diucapkan anak dagang yang miskin,

yang tidak sukses hidupnya di rantau orang.

Jenis-jenis pantun menurut Waluyo (1991:9) meliputi: pantun anak-anak,

pantun muda, pantun tua, dan pantun jenaka. Djamaris (2003:18) menyebutkan

bahwa jenis pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak-anak, pantun orang

Page 17: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

11

muda, dan pantun orang tua. Zulkarnaini (2003:68) mengemukakan bahwa pantun

terdiri atas beberapa jenis, yaitu pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun

suka, dan pantun duka. Hasanuddin (2004:580) menyebutkan dari segi isi, pantun

dibedakan menjadi pantun kanak-kanak, pantun orang muda (pantun berkasih-

kasihan), pantun orang tua (berisi nasihat, adat, dan agama), pantun jenaka, dan

pantun teka-teki. Hasanuddin (dalam Gani, 2010:79) dari sisi bentuknya, pantun

dibedakan atas pantun biasa, pantun berkait, talibun (pantun yang panjang, yaitu

terdiri dari enam baris), dan karmina (pantun pendek, yaitu terdiri dari dua baris)

atau pantun kilat. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan

isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerapkali berkaitan dengan alam

(menciptakan budaya agragris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tidak

punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk

mengantarkan rima/sajak.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah

bentuk puisi lama yang memiliki bait yang terdiri dari sampiran dan isi.

d. Struktur Teks Pantun

Struktur dari segi istilah berasal dari bahasa Inggris yaitu structure yang

berarti bentuk. Suatu karya sastra dibangun atas unsur-unsur tertentu. Menurut

Atmazaki (2005:96) struktur adalah susunan yang mempunyai data hubungan

antarunsur yang saling berkaitan, artinya struktur karya sastra merupakan ciri dari

unsur-unsur yang membangun suatu karya sastra. Menurut Piaget (dalam

Atmazaki, 2005:95) struktur adalah suatu sistem transformasi yang di dalamnya

unsur-unsur menyiratkan hukum tertentu, yang saling menguatkan dan

Page 18: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

12

memperkaya melalui seluruh perubahan bentuk tanpa melampaui batas sistem

atau memasukkan unsur-unsur yang tidak relevan. Struktur fisik puisi terdiri dari:

diksi (diction), imaji (imagery), kata konkret (the concrete words), bahasa

figuratif (figurative language), rima dan ritma (rhyme and rhytm) (Waluyo,

1991:71). Struktur batin puisi (pantun) terdiri dari: tema (thema), nada (tone),

perasaan (feelling), dan amanat (intention) (Waluyo, 1991:106). Berikut ini adalah

uraian para ahli mengenai unsur-unsur struktur fisik dan batin puisi (pantun)

tersebut.

1) Struktur Fisik

a) Diksi (diction)

Diksi adalah penggunaan atau penempatan kata-kata tertentu dalam puisi

(pantun) yang dilakukan penyair agar tujuan puisi (pantun) dapat disampaikan

dengan sempurna (Tarigan, 1984:29). Pradopo (1987:54) menjelaskan apabila

penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya

seperti yang dialami batinnya. Selain itu, juga ia ingin mengekspresikannya

dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu

harus dipilih kata setepatnya. Pemilihan kata seringkali penyair kata yang

digunakan berkali-kali, yang dirasa belum tepat, bahkan meskipun sajak (pantun)

telah disiarkan (dimuat dalam majalah), masih sering diubah kata-katanya untuk

ketepatan dan kepadatannya. Diksi menurut Waluyo (1991:72) adalah pemilihan

kata-kata oleh penyair untuk mempertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam

rima dan irama. Diksi menurut Siswanto (2008:114) pemilihan kata-kata yang

dilakukan oleh penyair dalam puisinya.

Page 19: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

13

b) Imaji (imageri)

Imaji menurut Tarigan (1984:31) adalah segala yang dirasai atau dialami

secara imajinatif. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat

mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan

perasaan (Waluyo, 1991:78). Imaji menurut Siswanto (2008:18) adalah kata atau

kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti

penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

c) Kata Konkret (the concrete words)

Kata konkret adalah kata-kata yang khusus ditempatkan dalam puisi

(pantun) untuk menjelmakan imaji dengan mudah, melalui kata konkret pembaca

(pendengar) dapat merasakan atau membayangkan segala sesuatu yang dialami

oleh penyair (Tarigan, 1984:32). Setiap penyair berusaha mengkonkretkan hal

yang ingin dikemukakan agar pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau

merasa apa yang dilukiskan oleh penyair (Waluyo, 1991:81). Kata konkret

menurut Siswanto (2008:119) kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra.

d) Bahasa Figuratif (figurative language)

Pradopo (1987:61-62) untuk mendapatkan kepuitisan ialah bahasa kiasan

(figurative language). Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak (pantun)

menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama

menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa figuratif (majas) adalah bahasa

yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara tidak biasa, yakni

secara tidak langsung mengungkapkan makna (Waluyo, 1991:83). Sudjito (dalam

Siswanto, 2008:120) bahasa figuratif (majas) adalah bahasa berkias yang dapat

menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

Page 20: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

14

e) Rima dan Ritma (rhyme and rhytm)

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi (pantun) untuk membentuk

musikalitas atau orkestrasi (Waluyo, 1991:90). Menurut Atmazaki (2008:76) rima

adalah persamaan bunyi akhir kata. Bunyi itu secara terpola dan biasanya terdapat

diakhir baris sajak, tetapi kadang-kadang juga terdapat di awal atau di tengah

baris. Rima menurut Siswanto (2008:122) adalah persamaan bunyi pada puisi

(pantun). Ritma menurut Pradopo (1987:40) adalah irama yang disebabkan

pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak

merupakan jumlah suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang

sukma penyairnya. Ritma adalah irama yang berperan di dalam pembacaan puisi

(pantun). Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan

pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat (Waluyo, 1991:94). Ritma menurut

Siswanto (2008:123) adalah tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya

bunyi.

2) Struktur Batin

Struktur batin disebut juga dengan struktur makna. Struktur batin terdiri

dari tema (theme), perasaan (feelling), nada (tone) dan suasana, dan amanat

(intention). Berikut uraian mengenai struktur batin puisi (pantun) tersebut.

a) Tema (theme)

Tema adalah gagasan pokok (sentral) yang menjadi dasar terbentuknya

suatu karya. Gagasan sentral ini mengandung pokok pikiran atau pokok persoalan

yang begitu kuat dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama puisinya

(Waluyo, 1991:106).

Page 21: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

15

b) Perasaan (feelling)

Perasaan adalah suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dalam

karyanya (Waluyo, 1991:121). Menurut Atmazaki (2008:12) rasa atau feelling

adalah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung di

dalam puisinya.

c) Nada (tone) dan Suasana

Nada dalam puisi (pantun) maksudnya sikap penyair terhadap

pembaca/pendengar. Ada nada menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau

bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca/pendengar (Waluyo,

1991:125). Menurut Atmazaki (2008:18) nada adalah sikap sang penyair terhadap

pembacanya. Nada menurut Siswanto (2008:125) sikap penyair terhadap

pembacanya. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca/pendengar setelah

membaca/mendengar puisi (pantun) itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan

puisi (pantun) itu terhadap pembaca/pendengar (Waluyo, 1991:125).

d) Amanat (intention)

Amanat, tujuan, atau intention adalah sesuatu maksud yang terkandung

dalam sebuah puisi (pantun). Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong

penyair untuk menciptakan puisinya (Waluyo, 1991:130).

Dari beberapa pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur

dalam sebuah karya sastra tidak terlepas dari susunan yang mempunyai hubungan

antar unsur yang membangun karya sastra tersebut. Struktur dalam pantun adalah

proses berlangsungnya pantun mulai dari awal berpantun sampai berakhirnya

pantun bajawek tersebut.

Page 22: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

16

3. Nilai-nilai Pendidikan di dalam Pantun

a. Hakikat Nilai

Menurut Cheng (dalam Setiadi, 2007:120) nilai merupakan sesuatu yang

potensial, dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga

berfungsi untuk menyempurnakan manusia, sedangan kualitas merupakan atribut

atau sifat yang seharusnya dimiliki. Menurut Lasyo (dalam Setiadi, 2007:121)

nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku

atau perbuatannya. Menurut Dardji Darmodihardjo (dalam Setiadi, 2007:121)

nilai adalah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani. Menurut

Setiadi (2007:31) nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-

citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.

b. Nilai-nilai Pendidikan

Menurut Immanuel Kant (dalam Gani, 2010:168), manusia hanya dapat

menjadi manusia yang sesungguhnya melalui pendidikan dan pembentukan diri

yang berkelanjutan. Manusia hanya dapat dididik oleh manusia lain yang juga

dididik oleh manusia yang lainnya lagi. Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam

Gani, 2010:24) mengemukakan pendidikan ialah proses penanggulangan masalah-

masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat

yang berlangsung seumur hidup. Sudirman mendefenisikan pendidikan (dalam

Gani, 2010:25) sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok

orang dalam rangka mempengaruhi seseorang atau kelompok orang lain, agar

orang lain itu menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih baik. Nilai-

nilai pendidikan banyak terdapat dalam pantun Minangkabau, sehingga ia mampu

Page 23: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

17

memainkan perannya sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan masyarakat

Minangkabau. Peran tersebut sangat menonjol dalam pendidikan agama, moral,

dan adat (Gani, 2010: 168).

1) Nilai-nilai Pendidikan Agama

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1996:6) Agama adalah

kepercayaan kepada Tuhan. Agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau

adalah agama Islam, suatu agama yang berasal dari Allah SWT dan disampaikan

melalui rasulullah Muhammad SAW. Menurut adat dan masyarakat

Minangkabau, Islam merupakan satu-satunya agama yang sah dan patut dianut.

Dalam batin masyarakat Minangkabau tidak ada agama lain yang paling bagus

selain agama Islam. Pelaksanaan pendidikan agama ditekankan pada kebiasaan-

kebiasaan seseorang untuk melaksanakan atau mengamalkan ajaran-ajaran agama,

seperti melaksanakan sholat, berpuasa, dan kegiatan agama lainnya. Ajaran dan

norma agama Islam sangat mewarnai dinamika kehidupan masyarakat

Minangkabau, termasuk dalam hal pandangan dan pelaksanaan kependidikannya.

2) Nilai-nilai Pendidikan Moral

Dalam bidang pendidikan, bukan hanya nilai moral individu yang dikaji,

tetapi juga membahas kode-kode etik yang menjadi patokan individu dalam

kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, orang tidak cukup memahami apa yang

diyakininya tanpa menggunakan aturan main yang mengatur kehidupan manusia

dalam masyarakat. Demikian pula untuk mempertimbangkan dan

mengembangkan keyakinan diri dan aturan masyarakatnya. Dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia (1996:359) pengertian moral ialah ajaran tentang budi

Page 24: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

18

pekerti mulia; ajaran kesusilaan. Jadi pendidikan moral ialah pendidikan yang

mengenai budi pekerti seseorang atau susilanya.

Menurut masyarakat Minangkabau, mutiara berharga yang terkandung

dalam ajaran moral adalah budi bahasa, yaitu budi baiak baso katuju (budi yang

baik dan bahasa yang disukai). Orang Minangkabau akan dinilai bermoral apabila

memiliki budi pekerti yang tinggi, hormat pada yang tua, kasih pada yang muda

dan menyegani sesama besar. Budi bahasa merupakan hal yang harus selalu

dipelihara dan dipertinggi karena budi bahasa merupakan dasar dalam

bersosialisasi. Dengan ini, hidup akan penuh dengan nilai-nilai pergaulan yang

baik. Masyarakat menjalani aktivitasnya dengan toleransi, penuh dengan tolak

angsur, dan gemar tolong-menolong.

3) Nilai-nilai Pendidikan Adat

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1996:2) adat adalah aturan,

kebiasaan. Menghayati dan menafsirkan kandungan ajaran adat Minangkabau,

tidaklah dapat dilakukan kalau pemahaman seseorang terhadap ungkapan-

ungkapan Minangkabau (misalnya pantun) hanya secara lahiriah semata, tanpa

mendalami arti tersirat yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui adat

Minangkabau secara baik dan benar, hingga dapat diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari, pemahaman terhadap aneka makna yang terdapat di dalam pantun

Minangkabau sangat diperlukan. Di dalam pantun banyak terhimpun kaidah-

kaidah, norma-norma, peraturan-peraturan, dan hukum-hukum yang berhubungan

dengan nilai-nilai adat. Pantun dan berpantun merupakan salah satu cara yang

dilakukan untuk mengkomunikasikan ajaran-ajaran adat.

Page 25: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

19

4. Acara Mananti Tando

Mananti tando merupakan istilah acara pemberian tando oleh keluarga

yang bersangkutan dengan tujuan untuk menguatkan ikatan antara pihak

perempuan dan pihak laki-laki. Salah satu pihak yaitu pihak laki-laki memberikan

benda kepada pihak wanita sebagai tanda ikatan sesuai dengan hukum perjanjian

pertunangan Minangkabau yang berbunyi: batampuak lah buliah dijinjiang batali

lah buliah diirik. Artinya kalau tanda telah diberikan dalam satu acara resmi oleh

pihak laki-laki kepada pihak wanita, maka bukan saja antar kedua anak muda

tersebut telah ada keterikatan dan pengesahan masyarakat sebagai dua orang yang

telah bertunangan, tetapi juga antar kedua belah keluarga pun telah terikat untuk

saling mengisi adat dan terikat untuk tidak dapat memutuskan secara sepihak

perjanjian yang telah disepakati itu. Siriah pinang timbang tando, dimaksudkan

agar kedua belah pihak menemukan kata sepakat. Pada hakikatnya dalam

meminang, tando yang dibawa ialah cincin selain itu, sirih pinang lengkap,

tidaklah disebut beradat sebuah acara, kalau tidak ada sirih diketengahkan.

Bertunangan berguna atau menghalangi masing-masing pihak bertindak

lain. Pada umumnya wanita yang sudah bertunangan dibatasi geraknya, agar tidak

timbul fitnah dan dia juga akan diperhatikan oleh keluarga lelaki dan ketidak

senangan salah satu pihak akan dapat berakibat putusnya pertunangan. Pertukaran

tanda ini mempunyai makna yang cukup sakral dan mempunyai sangsi-sangsi

tertentu apabila terjadi pelanggaran. Putusnya pertunangan ditandai dengan

pengembalian tando dengan membayar denda. Bila pihak laki-laki yang

Page 26: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

20

melakukan pelanggaran maka tando yang ia berikan kepada pihak perempuan

dianggap sudah hilang dan sebaliknya jika pihak perempuan yang melakukan

pelanggaran maka ia harus mengembalikan tando tersebut dua kali lipat kepada

pihak laki-laki.

Pada pertemuan batimbang tando dimufakati pula hari yang baik untuk

melaksanakan pernikahan, dan bentuk perhelatan yang akan diadakan, serta

syarat-syarat atau permintaan masing-masing. Acara adat yang salah satu

unsurnya acara mananti tando ini melibatkan dua pihak, pihak yang maanta tando

dan pihak yang mananti tando atau tuan rumah. Masing-masing pihak ini

mempunyai juru bicaranya yang mampu berpantun dan menyampaikan

pasambahan. Juru bicara ini harus hafal apa yang biasa disampaikan dan pantun

dalam acara mananti tando itu, hafal kata-kata, fasih berkata-kata dan jelas supaya

orang yang hadir dalam acara itu mendengarnya begitu juga dengan pihak yang

maanta tando juga mempunyai juru bicara. Tata cara dan urutan pembicaraan

pada pantun bajawek dalam acara mananti tando itu sebagai berikut. Pantun

bajawek dimulai saat pihak lelaki ingin menaiki rumah pihak wanita hingga

selesai acara mananti tando atau ketika pihak lelaki ingin pulang ke rumah.

Pantun bajawek adalah pantun yang dilaksanakan secara langsung dan

bersifat dua arah (berbalasan) antara si alek dan si pangka. Pantun yang satu

berkaitan dengan pantun yang lainnya. Keterkaitan yang dimaksud adalah isi dari

pantun itu saja, sedangkan sampiran hanya berperan menyesuaikan bunyi saja.

Page 27: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

21

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang telah dilakukan, penelitian yang

relevan dengan penelitian ini antara lain:

1. ” Struktur Pantun dalam Randai di Andaleh Kecamatan Luhak Lima Puluh

Kota” oleh Salmi (2001). Penelitian tersebut difokuskan pada struktur fisik

dan struktur batin pada pantun dalam randai.

2. “Nilai-nilai Pendidikan dalam Pepatah-Petitih Minangkabau Kumpulan H.

Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu oleh Asnety (2004). Penelitian tersebut

difokuskan pada nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam pepatah-petitih

Minangkabau kumpulan Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu.

Beda penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang relevan

adalah, penelitian ini mengkaji pantun bajawek sebagai sastra lisan dalam acara

mananti tando dengan memfokuskan struktur pantun bajawek dan nilai-nilai

pendidikan di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

C. Kerangka Konseptual

Pantun adalah salah satu sastra lisan yang dimiliki masyarakat

Minangkabau. Sastra lisan khususnya pantun memiliki struktur dan nilai-nilai

pendidikan yang berguna dalam kehidupan. Salah satu pantun yang memiliki

struktur dan nilai pendidikan yaitu pantun bajawek dalam acara mananti tando di

Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Dalam penelitian ini akan

dijabarkan mengenai struktur pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikan di dalam

Page 28: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

22

pantun bajawek dalam acara mananti tando. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

karangka konseptual berikut ini.

Bagan 1

Kerangka Konseptual

Pantun Minangkabau

Pantun Lisan Pantun Tulisan

Struktur

Fisik Batin

Nilai-nilai Pendidikan di

dalam Pantun

1. Nilai-nilai pendidikan agama

2. Nilai-nilai pendidikan moral

3. Nilai-nilai pendidikan adat

Page 29: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dan metode yang digunakan

metode deskriptif. Moleong (2005:11) mengungkapkan bahwa metode deskriptif

adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4) penelitian kualitatif

sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Aminuddin (1990:16)

juga menyatakan penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data yang

dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-

angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Semi (1993:23)

menyatakan, penelitian kualitatif ini dilakukan dengan tidak mengutamakan pada

angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi

antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif ialah penelitian yang

tidak mengutamakan angka-angka tetapi kata-kata atau lisan dan kedalaman

penghayatan.

B. Latar, Entri dan Kehadiran Peneliti

Latar penelitian ini adalah di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman. Entri penelitian ini adalah sastra lisan pantun bajawek dalam acara

mananti tando yang mencakup struktur pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikan

Page 30: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

24

di dalam pantun bajawek tersebut. Dalam penelitian ini peneliti langsung berada

pada situasi kejadian. Data penelitian ini adalah struktur pantun bajawek dalam

acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman dan

nilai-nilai pendidikan di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando di

Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Sumber data penelitian ini

adalah sumber lisan. Sumber lisannya yaitu pantun bajawek yang diucapkan

dalam acara mananti tando.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai

dengan substansi, sifat, dan masalah penelitian yang ada dan bertujuan untuk

menjaga tingkat validitas data. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Samarin

(dalam Gani, 2010:282) yang mengemukakan bahwa orang yang ditetapkan

sebagai informan dalam penelitian bahasa dan sastra harus dipilih berdasarkan

kriteria tertentu. Sekaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian Pantun Bajawek

dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan, informannya ialah penutur asli,

yaitu Ibuk Rubiati yang berumur 53 tahun, bersuku Melayu dan tinggal di Padang

Ranjau Nagari Binjai kemudian Ibuk Mainar yang berumur 51 tahun, bersuku

Koto dan bertempat tinggal di Padang kubu Nagari Binjai. Kedua orang tersebut,

penutur asli yang menguasai atau memahami pantun dan langsung

menyampaikan struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando.

Page 31: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

25

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan

menggunakan tape recorder untuk perekam; serta format/panduan wawancara.

Tape recorder digunakan untuk merekam penuturan pantun bajawek dalam acara

mananti tando berlangsung. Sedangkan format/panduan wawancara digunakan

untuk mengarahkan pelaksanaan wawancara.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu membuat gambaran

secara sistematis, faktual, akurat mengenai data-data. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik seperti berikut ini: (1)

observasi, peneliti langsung ke lapangan atau pada situasi kejadian untuk

mendapatkan data pantun bajawek. Hal ini meliputi daerah keberadaan pantun

bajawek, pemilihan responden, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan data

yang dibutuhkan, (2) rekam, data yang diperoleh merupakan hasil dari merekam

data dalam situasi yang sebenarnya, (3) wawancara, yaitu dengan mengajukan

pertanyaan kepada informan untuk mendapatkan keterangan yang berhubungan

dengan objek penelitian, dan (4) pengolahan data, data yang diperoleh dalam

bentuk rekaman ditranskripsikan dari bentuk lisan menjadi bentuk tulisan

kemudian hasil olah data dan hasil analisis dituliskan berupa laporan lengkap hasil

penelitian.

Page 32: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

26

Format 1

Pengumpulan Data

Struktur Pantun

No Pantun Struktur Fisik Struktur Batin

1 2 3 4 5 1 2 3 4

Keterangan:

Struktur Fisik

1. Diksi

2. Imaji

3. Kata konkret

4. Bahasa figuratif

5. Rima dan ritma

Struktur Batin

1. Tema

2. Perasaan

3. Nada dan suasana

4. Amanat

Format 2

Pengumpulan Data

Nilai-nilai Pendidikan

No Pantun Nilai-nilai Pendidikan

1 2 3

Keterangan:

1. Nilai-nilai pendidikan agama

2. Nilai-nilai pendidikan moral

3. Nilai-nilai pendidikan adat

Page 33: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

27

F. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

teknik uraian rinci. Teknik ini sesuai dengan prinsip penelitian kualitatif yang

harus melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang

menggambarkan tempat dan konteks penelitian yang diselenggarakan.

G. Metode dan Teknik Penganalisisan Data

Metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara sistematis, faktual,

akurat mengenai data-data. Data penelitian ini dianalisis dengan cara berikut ini:

(1) menstranskripsi, data yang berupa rekaman pantun bajawek ditranskripsikan

ke dalam bahasa tulis. (2) menterjemahkan, hasil transkripsi data pantun bajawek

yang berbahasa Minang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berdasarkan

tuturan pantun bajawek yang disampaikan informan. (3) menelaah, setelah seluruh

data pantun bajawek diterjemahkan, peneliti menelaah data pantun bajawek

berdasarkan struktur atau susunan pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikannya.

(4) mengklasifikasikan data, data yang telah dikumpulkan diklasifikasikan

berdasarkan struktur dan nilai-nilai pendidikannya. (5) setelah diklasifikasikan

lalu membuat kesimpulan. (6) dari kesimpulan peneliti membuat laporan

penelitan.

Page 34: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

1. Struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando

Pada bagian ini akan dideskripsikan data penelitian tentang struktur pantun

bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman. Pantun bajawek adalah pantun yang dilaksanakan secara langsung dan

bersifat dua arah (berbalasan) antara pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dengan

pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). Data diperoleh dengan cara

merekam penuturan pantun bajawek dalam acara mananti tando yang sedang

berlangsung. Data dikumpulkan pada hari Minggu, 15 April 2012 di Binjai. Dari

hasil rekaman tersebut diperoleh data pantun bajawek sebanyak 81 buah pantun,

yang terdiri atas 71 buah pantun empat baris seuntai, 8 buah pantun enam baris

seuntai, 1 buah pantun delapan baris seuntai, dan 1 buah pantun sepuluh baris

seuntai (data lengkap terlampir).

Pada umumnya pantun bajawek dalam acara mananti tando bersajak ab ab

baris pertama (1) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketiga (3), sedang

baris kedua (2) mempunyai persamaan bunyi dengan baris keempat (4).

Selanjutnya juga terdapat pantun yang terdiri atas enam baris atau lebih dikenal

dengan talibun. Pantun tersebut bersajak abc abc, persamaan bunyi terdapat pada

baris pertama (1) dengan baris keempat (4), baris kedua (2) mempunyai

persamaan bunyi dengan baris kelima (5), dan baris ketiga (3) mempunyai

persamaan bunyi dengan baris keenam (6). Seterusnya pantun yang berjumlah

Page 35: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

29

delapan baris, empat baris bagian awal sampiran dan empat baris seterusnya

bagian isi, persajakannya abcd abcd baris pertama (1) mempunyai persamaan

bunyi dengan baris kelima (5), baris kedua (2) dengan baris keenam (6), baris

ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketujuh (7), sedangkan baris

keempat (4) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kedelapan (8). Dan ada

juga pantun yang berjumlah sepuluh baris, pada pantun yang seperti ini lima baris

pertama disebut dengan sampiran dan lima baris berikutnya disebut dengan bagian

isi pantun. Persajakan pantun sepuluh baris seuntai ialah abcde abcde baris

pertama (1) dengan baris keenam (6), baris kedua (2) dengan baris ketujuh (7),

baris ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kedelapan (8), baris

keempat (4) dengan baris kesembilan (9), sedangkan baris kelima (5) mempunyai

persamaan bunyi dengan baris kesepuluh (10).

Dilihat dari bentuk dan urutannya, pantun bajawek tidak selalu pantun 1

jawab 1 dari awal acara sampai akhir acara mananti tando. Tetapi, memang

pantun di dalam acara mananti tando di Binjai disebut pantun bajawek karena

pantunnya dari awal sampai acara akhir ada pantun berbalasnya walaupun tidak

selalu balasannya pantun 1 jawab 1. Seperti pantun yang terdapat di dalam

pasambahan yang terdiri dari beberapa pantun dan ini hanya disampaikan oleh

salah satu pihak saja dan jika sudah selesai maka baru dibalas oleh pihak yang

lain.

Struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando tidak selalu dimulai

oleh pihak tuan rumah atau pihak wanita tapi juga ada pantun bajawek yang

dimulai oleh pihak laki-laki atau pihak tamu. Beberapa pantun bajawek yang

Page 36: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

30

dimulai oleh pihak tuan rumah atau pihak wanita yaitu pantun bajawek ketika

pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita, dan pantun bajawek di dalam

dan di luar pasambahan menjelang minum. Sedangkan pantun bajawek yang

dimulai oleh pihak tamu atau pihak laki-laki yaitu pantun di dalam dan di luar

pasambahan meminjam dan mengembalikan carano, pantun di dalam

pasambahan memakan sirih, pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan

memberikan tando, dan pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin pulang ke

rumah dan menerima kiriman dari pihak wanita.

Mananti tando merupakan suatu acara yang diawali dengan kedatangan

pihak calon mempelai laki-laki ke rumah pihak calon mempelai wanita secara adat

dengan persyaratan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak,

yaitu pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan pihak wanita sebagai tuan rumah

(si pangka). Orang yang akan mengadakan acara mananti tando, mengundang

kaum kerabat dan orang nagari yang patut tahu dan hadir. Di waktu hari mananti

tando pihak wanita (si pangka) bersama kaum kerabat dan orang nagari tersebut

bersiap-siap untuk menanti kedatangan dari pihak laki-laki (si alek) sebagai

rombongan yang maanta tando. Di rumah pihak wanita banyak kaum perempuan

yang menanti, selain itu juga mempersiapkan makanan dan minuman yang akan

dihidangkan kepada pihak laki-laki nantinya. Acara mananti tando dilakukan pada

siang hari, yaitu pihak laki-laki (si alek) datang ke rumah pihak wanita (si pangka)

setelah waktu zuhur.

Dalam acara mananti tando pihak laki-laki (si alek) yang datang,

membawa beberapa peralatan yang telah diadatkan antara lain: kampia siriah,

Page 37: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

31

kampia siriah yaitu sebuah kantong yang terbuat dari anyaman pandan berbentuk

empat persegi panjang, diberi motif dengan sistem anyaman. Kampia siriah

berisikan sirih selengkapnya yaitu sirih, gambir, pinang, kapur sirih dan

tembakau. Kampia siriah dan carano walaupun sama-sama wadah sirih pinang,

tetapi fungsi penyajiannya berbeda. Kampia siriah difungsikan sebagai alat

maanta tando kepada pihak wanita, sedangkan carano disajikan waktu memulai

pembicaraan atau pembuka kata. Pada saat meminang baik kampia siriah maupun

carano diletakkan ditengah lingkar peserta duduk. Untuk kampia siriah yang akan

dibahas adalah maksud dan tujuan membawa kampia siriah itu. Selain itu pihak

laki-laki juga membawa cincin yaitu cincin emas dan cincin perak, biasanya berat

cincin satu emas, dua emas atau tiga emas. Jika ingin mengadakan pesta

perkawinan maka cincin yang diambil oleh pihak perempuan ialah cincin emas

tapi jika hanya ingin berdoa kecil saja maka cincin yang diambilnya cincin perak.

Kain yang digunakan untuk membungkus cincin ialah kain yang berwarna kuning

dan di dalamnya juga dilengkapi dengan benih-benih seperti ketimun, labu, padi

dan lain-lain.

Dalam acara mananti tando, pantun bajawek dimulai saat pihak laki-laki

ingin menaiki rumah pihak wanita. Di depan pintu rumah pantun bajawek di

mulai oleh pihak wanita (si pangka) terlebih dahulu dan dibalas oleh pihak laki-

laki (si alek). Setelah semua rombongan pihak laki-laki naik ke rumah dan duduk,

maka pihak wanita menghidangkan minuman dan kue-kue yang telah disediakan

sebelumnya. Saat akan meminum minuman dan memakan kue-kue yang telah

dihidangkan maka pihak wanita memulai dengan pasambahan yang disertai

Page 38: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

32

pantun bajawek. Setelah acara makan kue dan minum selesai maka akan

dilanjutkan dengan acara meminjam carano. Kegiatan meminjam carano dan

meminta memakan sirih dimulai oleh pihak laki-laki (si alek) dengan

menyampaikan pasambahan yang di dalamnya terdapat pantun bajawek kemudian

dari pihak wanita juga membalas dengan pasambahan yang disertai dengan

pantun bajawek di dalamnya. Setelah selesai pasambahan meminjam carano

maka dilanjutkan dengan pasambahan dan pantun bajawek memberikan tando.

Pemberian tando ini diberikan oleh seseorang yang mewakili dari pihak laki-laki

dan seseorang dari pihak wanita untuk menerima. Orang yang mewakili ialah

orang yang pandai menyampaikan pasambahan dan pantun bajawek tersebut.

Setelah acara inti selesai yaitu memberikan tando dari pihak laki-laki kepada

pihak wanita maka akan dilanjutkan dengan acara makan, setelah selesai acara

makan dan semua hidangan telah dikemaskan oleh pihak wanita maka dari pihak

wanita membawa beberapa tempat makanan yang disebut juga dengan rantang

yang berisi makanan yang akan dikirim ke rumah pihak laki-laki. Seusai makan

dari pihak laki-laki akan menyampaikan pantun bajawek yang isinya tentang

pengembalian carano yang dipinjam dan pemberitahuan bahwa rombongannya

akan pulang ke rumahnya masing-masing dan pantun bajawek menerima kiriman

dari pihak wanita yang akan dikirimkan ke rumah pihak laki-laki.

Struktur dalam pantun adalah proses berlangsungnya pantun mulai dari

awal berpantun sampai berakhirnya pantun bajawek tersebut. Secara garis besar

urutan acara pantun bajawek dalam acara mananti tando ialah (1) pantun bajawek

ketika pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita, (2) pantun bajawek di

Page 39: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

33

dalam dan di luar pasambahan menjelang minum, (3) pantun bajawek di dalam

dan di luar pasambahan meminjam carano, (4) pantun di dalam pasambahan

memakan sirih, (5) pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan memberikan

tando,(6) pantun bajawek mengembalikan carano dan, (7) sedikit pantun bajawek

ketika pihak laki-laki ingin pulang ke rumah dan menerima kiriman dari pihak

wanita.

Selain struktur dalam pantun adalah proses berlangsungnya pantun mulai

dari awal berpantun sampai berakhirnya pantun bajawek tersebut, pantun juga

dibangun oleh dua struktur yaitu struktur fisik yang terdiri dari: diksi (diction),

imaji (imagery), kata konkret (the concrete words), bahasa figuratif (figurative

language), rima dan ritma (rhyme and rhytm). Struktur batin pantun terdiri dari:

tema (thema), perasaan (feelling), nada (tone), dan amanat (intention). Berikut ini

uraian dari struktur pantun tersebut.

a. Sruktur Fisik

1) Diksi

Diksi adalah penggunaan atau penempatan kata-kata tertentu dalam pantun

bajawek yang dilakukan penutur agar tujuan pantun dapat disampaikan dengan

sempurna. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek

berikut ini.

Anak bebek dalam jilatang „Anak kambing dalam jilatang

Mamuleh pucuak dalu-dalu Memakan pucuk dalu-dalu

Sabab talambek kami datang Sebab terlambat kami datang

Jalan bakelok bakeh lalu (4) Jalan berkelok tempat lalu‟

Page 40: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

34

2) Imaji

Kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

sensoris, seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan di dalam pantun bajawek.

Kambang sabatang bungo pandan „Kembang sebatang bunga pandan

Camiah sulasiah mangguruik i Hampir selasih mengguguri

Kini lah datang sisinyo badan Kini lah datang sisinya badan

Camiah lah kami manuruik i (1) Hampir lah kami menuruti‟

3) Kata konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang khusus ditempatkan dalam pantun

untuk menjelmakan imaji dengan mudah, melalui kata konkret pendengar dapat

merasakan atau membayangkan segala sesuatu yang dialami penutur. Hal tersebut

dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut.

Mamukek urang di Tiagan „Memukat orang di Tiagan

Rami dek anak Simpang Tigo Ramai oleh anak Simpang Tiga

Ambiak kain singkok lah kaban Ambil kain buka lah kaban

Tando talatak di dalamnyo (63) Tanda terletak di dalamnya‟

4) Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif (majas) adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan

atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Hal tersebut dapat

dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut ini.

Gambia dadiah ulu silayang „Gambir dadih hulu silayang

Sapiah sampai ka pucuak e Serpih sampai ke pucuknya

Batamu kasiah nan jo sayang Bertemu kasih dengan sayang

Bakuncang alam dimabuak e (28) Bergoncang alam dimabuknya‟

5) Rima dan Ritma

Rima adalah pengulangan bunyi dalam pantun untuk membentuk

musikalitas atau orkestrasi. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga

Page 41: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

35

berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Hal berikut

dapat dilihat pada pantun bajawek berikut ini.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dijuluak jo ampu kaki Dijolok dengan ibu jari

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Iko cibuak basuah lah kaki (5) Ini cibuk cuci lah kaki‟

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dipatiak anak si Fatimah Dipetik anak si Fatimah

Sabab kami tagak di halaman Sebab kami berdiri di halaman

Disangko aciak indak di rumah (6) Disangka kakak tidak di rumah‟

b. Struktur Batin

1) Tema

Tema adalah gagasan pokok (sentral) yang menjadi dasar terbentuknya

suatu karya. Gagasan sentral ini mengandung pokok pikiran atau pokok persoalan

yang begitu kuat dalam jiwa penutur, sehingga menjadi landasan utama

pantunnya. Penentuan tema pantun bajawek berpatokan pada anggapan pokok

yang dikemukakan penutur. Pantun bajawek dapat ditentukan temanya, yaitu

(1)cinta kasih antara pria dan wanita, (2) basa-basi dalam hidup bermasyarakat,

(3) permintaan dan harapan, (4) kehidupan beradat, (5) adat kebiasaan, (6)

merendahkan diri, (7) hiburan teka-teki.

2) Perasaan

Perasaan adalah suasana perasaan penutur atau pemuda yang meminang

yang ikut diekspresikan dalam pantun bajawek. Hal berikut dapat dilihat pada

salah satu contoh pantun bajawek berikut ini.

Kundua nan indak takunduan „Labu yang tidak terlabukan

Daun lantimun nampak mudo Daun ketimun terlihat muda

Tidua nan indak tatiduan Tidur yang tidak tertidurkan

Dalam kalumun nampak juo (58) Dalam kelumun terlihat juga „

Page 42: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

36

3) Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penutur terhadap pendengar pantun bajawek.

Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pendengar setelah mendengar pantun

bajawek. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut

ini.

Manyasa pandan babungo „Menyesal pandan berbunga

Dek alang indak salayangan Oleh elang tidak selayangan

Dek balam indak talayok an Oleh balam tidak terlayangkan

Dek jauah rantau di Palembang Karena jauh rantau di Palembang

Di baliak rantau Indopuro Di balik rantau Indopuro

Manyasa badan basuo Menyesal badan bersua

Siang nan indak tasanangan Siang yang tidak tersenangkan

Malam indak talalok an Malam tidak terlelapkan

Hati pacah pikiran bimbang Hati pecah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo (59) Niat berasa sampai juga‟

4) Amanat

Amanat adalah sesuatu maksud yang terkandung di dalam pantun. Pantun

bajawek dapat ditentukan amanatnya, yaitu (1) adanya kata sopan seperti basa-

basi antara tuan rumah dengan tamu ketika menaiki rumah, (2) segala sesuatu itu

memang dimulai dari awal seperti berbilang dari satu dan membaca Alquran dari

alif, (3) segala sesuatu terjadi menurut adat kebiasaan, (4) kehidupan dalam

beradat saat akan mengadakan sesuatu acara atau upacara perlunya memberitahu

dan mamanggia masyarakat, (5) adanya basa-basi ketika menikmati hidangan

antara tuan rumah dan tamu, (6) hidup bermasyarakat perlunya saling tolong-

menolong seperti pinjam-meminjamkan, (7) hidup beradat mengetengahkan sirih

dalam carano ketika ingin memulai kata, (8) Jika seseorang sedang dimabuk cinta

maka berbagai rasa yang dirasakan seperti rasa rindu, sayang, kecewa, menyesal,

sedih, terluka, berharap dan lain-lain sebagainya, dan (9) untuk mengikat janji

dalam pertunangan adanya pemberian tando.

Page 43: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

37

2. Nilai-Nilai Pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

Tando

Pantun bajawek dalam acara mananti tando juga tidakterlepas dari nilai-

nilai pendidikan yang sangat berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya.

Berikut nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam pantun bajawek dalam acara

mananti tando.

a. Nilai-nilai Pendidikan Adat

Pantun bajawek dalam acara mananti tando merupakan suatu acara yang

telah mencapai separuh dari perkawinan, mengapa dikatakan demikian karena

dalam kegiatan ini telah mengikuti aturan adat, seperti memberitahu atau

mamanggia orang banyak dan sepengetahuan ninik dan mamak. Kegiatan

memberikan tando dalam acara mananti dan maanta tando merupakan suatu acara

adat maka dengan sendirinya akan terdapat nilai-nilai pendidikan adat yang

mengatur jalannya acara. Ini juga terlihat dari pantun bajawek ini digunakan

sebagai alat berkomunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam acara

adat Minangkabau itu sendiri yaitu acara mananti tando. Berikut salah satu contoh

pantun bajawek yang terdapat nilai pendidikan adat.

Galang dititik nak rang Buro „Gelang dititik anak orang Buro

Baukia batampuak manggih Berukir bertampuk manggis

Mulo babilang dari aso Mula berbilang dari asa

Mangaji iyo dari alih (11) Mengaji iya dari alif‟

b. Nilai-nilai Pendidikan Moral

Menjalankan acara adat dengan baik dengan sendirinya juga akan

terjalankan suatu kegiatan yang bermoral atau suatu kegiatan yang memiliki nilai

pendidikan moral, karena nilai pendidikan moral itu sendiri ialah suatu hal yang

Page 44: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

38

membimbing seseorang untuk berprilaku sesuai dengan aturan atau norma yang

berlaku. Seperti adanya kegiatan sopan-santun ketika berbasa-basi menjelang naik

ke rumah dan menjelang minum pada acara mananti tando. Berikut salah satu

contoh pantun bajawek yang terdapat nilai pendidikan moral.

Babuah lantimun dandang „Berbuah ketimun dandang

Babuah buliah diputiak i Berbuah boleh diputik i

Batanyo kami sakian janjang Bertanya kami sekian jenjang

Tanggo buliah dinaiak i (9) Tangga boleh dinaiki‟

c. Nilai-nilai Pendidikan Agama

Diadakan pantun bajawek dalam acara mananti tando yang mengandung

nilai-nilai pendidikan, selain untuk mengikat suatu perjanjian dan untuk tidak

saling mengingkari juga bertujuan untuk mencapai atau membina keluarga yang

sakinah, mawaddah dan warrahmah nantinya. Agar tidak terjadi hal-hal yang

melanggar agama antara seorang lelaki dengan seorang wanita maka orang tua

dan ninik mamaknya akan mempertunangkan anak cucu kemenakannya, karena

hal demikian di dalam adat suatu langkah pertama yang lebih baik menjelang

upacara pernikahan dilaksanakan. Namun, tujuan akhir dari sebuah pertunangan

ialah menyatukan hubungan antara seorang lelaki dengan perempuan dengan akad

nikah yang menjadikan hubungannya diridhoi Allah dunia dan akhirat, maka dari

tujuan inilah terlihat nilai pendidikan agamanya. Berikut salah satu contoh pantun

bajawek yang terdapat nilai pendidikan agama.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Diambiak ka junjuang siriah Diambil untuk junjung sirih

Jatuah malayang sularonyo Jatuh melayang selaranya

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Naiak ka rumah makan siriah Naik ke rumah makan sirih

Siriah mananti di carano (7) Sirih menanti di cerana‟

Page 45: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

39

Secara umum nilai pendidikan yang terdapat di dalam pantun bajawek

dalam acara mananti tando dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal yaitu nilai

pendidikan adat, nilai pendidikan moral dan, nilai pendidikan agama.

B. Pembahasan

1. Struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando

Pada umumnya pantun bajawek yang terdapat dalam acara mananti tando

bentuk dan struktur pantun yang sama dengan pantun biasa, mempunyai sampiran

dan isi dan terdiri dari empat baris seuntai, enam baris seuntai, delapan baris

seuntai dan sepuluh baris seuntai. Berikut uraian pantun-pantun tersebut:

a. Pantun Empat Baris Seuntai

Pada pantun empat baris seuntai, baris pertama dan kedua disebut dengan

bagian sampiran, dan baris ketiga dan keempat disebut dengan bagian isi pantun.

Jenis pantun empat baris seuntai ini sering juga disebut dengan pantun biasa.

Berikut contoh pantun empat baris seuntai.

Hari patang matohari pantai „Hari petang matahari pantai

Kok dusun jauah ka dijalang Jika dusun jauh mau dijelang

Kok lapeh kumbang nan barantai Jika lepas kumbang yang berantai

Kalayua bungo nan jolong kambang (57) Akan layu bunga yang baru kembang‟

b. Pantun Enam Baris Seuntai

Pantun enam baris seuntai disebut dengan talibun. Pada pantun enam baris

seuntai, baris pertama sampai baris ketiga (tiga baris pertama) disebut dengan

sampiran dan tiga baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun. Berikut

contoh pantun enam baris seuntai.

Page 46: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

40

Bagalah barantang perak „Bagalah barantang perak

Limau manih di pandakian Jeruk manis di pendakian

Jelo urek selo-baselo Jelo akar sila-bersila

Kalah indak manang pun indak Kalah tidak menang pun tidak

Sadang manih kito antian Sedang manis kita hentikan

Dima alek awak ulang pulo (24) Dimana pesta kita ulang pula‟

c. Pantun Delapan Baris Seuntai

Pantun delapan baris seuntai disebut juga dengan talibun. Pada pantun

yang seperti ini empat baris pertama disebut dengan sampiran pantun dan empat

baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun. Berikut contoh pantun delapan

baris seuntai.

Usak pandan sabab dek api

Api nan indak tapadaman

Kinco-bakinco jo daun ginggiang

Daun kaladi tampak mudo

Usak badan sabab dek hati

Hati nan indak tatahanan

Mato jo a lah ka di dindiang

Awak salabuah satapian pulang pai mandi tampak juo (55)

„Rusak pandan karena api

Api yang tidak terpadamkan

Campur-bercampur dengan daun geringging

Daun keladi terlihat muda

Rusak badan karena hati

Hati yang tidak tertahankan

Mata dengan apa lah mau di dinding

Kita sejalan setepian pulang pergi mandi terlihat juga‟

d. Pantun Sepuluh Baris Seuntai

Pada pantun yang seperti ini, lima baris pertama disebut dengan sampiran

dan lima baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun, pantun ini juga

disebut talibun. Berikut contoh pantun sepuluh baris seuntai.

Manyasa pandan babungo „Menyesal pandan berbunga

Dek alang indak salayangan Oleh elang tidak selayangan

Dek balam indak talayok an Oleh balam tidak terlayangkan

Page 47: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

41

Dek jauah rantau di Palembang Karena jauh rantau Palembang

Di baliak rantau Indopuro Di balik rantau Indopuro

Manyasa badan basuo Menyesal badan bersua

Siang nan indak tasanangan Siang yang tidak tersenangkan

Malam indak talalok an Malam tidak terlelapkan

Hati pacah pikiran bimbang Hati pecah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo (59) Niat be rasa sampai juga‟

Pantun-pantun bajawek saling berkaitan dan saling menunjang. Sampiran

merupakan pengantar isi dalam pantun yang saling mendukung satu dengan lain.

Maksudnya sampiran dan isi pada pantun harus seiring dan seirama sehingga

mangandung arti tersendiri bagi pendengarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka pantun bajawek yang terdapat dalam

acara mananti tando mempunyai struktur yang sama dengan pantun yang

digunakan pada umumnya. Pantun tersebut dibangun oleh dua unsur yaitu

sampiran dan isi yang diucapkan dengan intonasi dan irama yang teratur.

Pada umumnya pantun dibangun oleh dua struktur yaitu struktur fisik dan

struktur batin. Berikut uraian mengenai struktur fisik dan struktur batin pantun

bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

Pasaman.

a. Struktur Fisik

1) Diksi

Diksi merupakan penggunaan kata-kata tertentu dalam puisi (pantun) yang

dilakukan oleh penyair agar tujuan puisi (pantun) dapat disampaikan dengan

sempurna. Pantun bajawek yang disampaikan dalam acara mananti tando dipilih

kata-kata tepat untuk mendukung maksud yang ingin disampaikan. Ada dua aspek

pemilihan kata pada pantun bajawek yaitu aspek makna dan aspek kepuitisan.

Page 48: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

42

Aspek kepuitisan yang dimaksudkan adalah keberadaan pantun yang hakikatnya

terdiri dari dua bagian, yakni sampiran dan isi. Keduanya disesuaikan dengan

unsur persajakan dalam puisi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan

membedakan secara tepat dan selaras nuansa-nuansa dari gagasan yang ingin

disampaikan dapat tercapai. Diksi juga kemampuan untuk memiliki kata-kata, lalu

menyusun menjadi rangkaian kalimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi

konteks.

Kambang sabatang bungo pandan „Kembang sebatang bunga pandan

Camiah sulasiah mangguruik i Hampir selasih mengguguri

Kini lah datang sisinyo badan Kini lah datang sisinya badan

Camiah lah kami manuruik i (1) Hampir lah kami menuruti‟

Indak bana guruik mangguruik i „Tidak benar gugur mengguguri

Bungo pandan ka kambang juo Bunga pandan mau kembang juga

Indak bana turuik manuruik i Tidak benar turut menuruti

Nan kami ka datang juo (2) Yang kami mau datang juga‟

Alah panek kami dek babansi „Sudah penat kami karena berbansi

Gabauk tasanda di pamatang Rebab tersandar di pematang

Alah panek kami dek mananti Sudah penat kami karena menanti

Baa sabab kok talambek datang (3) Apa sebab jika terlambat datang‟

Anak bebek dalam jilatang „Anak kambing dalam jilatang

Mamuleh pucuak dalu-dalu Memakan pucuk dalu-dalu

Sabab talambek kami datang Sebab terlambat kami datang

Jalan bakelok bakeh lalu (4) Jalan berkelok tempat lalu‟

Dari rangkaian kata pada pantun bajawek di atas dapat dilihat pemilihan

kata yang tersusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan bunyi yang indah dan

memiliki makna yang dalam. Selain itu, kata-kata pantun tidak dapat ditukar

letaknya maupun diganti dengan kata lain, jika susunannya ditukar maka dapat

menimbulkan kekacauan bunyi dan makna yang berbeda sehingga kepuitisan

pantun tersebut juga berkurang.

Page 49: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

43

Untuk keindahan pola persajakan pada pantun (3), pengulangan kata dan

huruf terakhirnya sama-sama menggunakan diftong “ang” pada baris kedua dan

keempatnya sehingga terlihatlah keindahan pantun itu begitu juga pada pantun (4)

pada baris pertama dan ketiga.

Aspek makna merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan dalam diksi

sebait pantun. Ada dua bentuk makna yang digunakan pada pantun (1 dan 2) yaitu

makna konotatif dan denotatif. Pilihan kata yang bermakna konotatif akan

memantulkan keindahan pantun bajawek yang dilantunkan dalam acara mananti

tando. Karena dengan pilihan kata yang bermakna konotatif akan menimbulkan

kesan yang lebih halus terhadap maksud yang ingin disampaikan.

2) Pengimajian

Pengimajian (pencitraan) adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat

memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair dalam

puisinya (pantunnya). Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah

dapat dilihat, didengar, atau dirasa. Ada hubungan yang erat antara diksi,

pengimajian, dan kata konkret. Gambaran angan dalam sajak disebut citra atau

imaji (image) sedangkan setiap gambaran-gambaran pikiran dan bahasa yang

menggambarkan disebut citraan (imageri). Citraan merupakan salah satu cara

pemanfaatan sarana kebahasaan dalam sajak. Pemanfaatan citraan secara baik dan

tepat dapat menciptakan suasana kepuitisan. Pengimajian atau citraan merupakan

salah satu unsur yang membangun unsur fisik puisi (pantun). Pengimajian adalah

kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,

seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan, perabaan, penciuman, dan

Page 50: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

44

pengecapan. Pada dasarnya citraan (imaji) ada enam yang sering digunakan dalam

sebuah puisi (pantun), antara lain: citraan penglihatan (visual imagery), citraan

pendengaran (auditory imagery), citraan penciuman (smell imagery), citraan

rasaan (taste imagery), citraan rabaan (tactile imagery), dan citraan gerak

(kinaesthetic imagery).

Ada beberapa citraan yang terdapat dalam pantun bajawek dalam acara

mananti tando yaitu sebagai berikut ini:

a) Citraan penglihatan

Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul karena daya saran

penglihatan, lewat citraan penglihatan sesuatu yang abstrak digambarkan sebagai

sesuatu yang terlihat. Kata atau kata-kata yang ditampilkan menyebabkan dan

merangsang indera penglihatan sehingga apa yang diungkapkan atau digambarkan

penutur pantun bajawek lebih jelas seolah-olah dilihat oleh pendengar. Lihatlah

penggunaan citraan penglihatan yang terdapat dalam pantun bajawek berikut.

Kambang sabatang bungo pandan „Kembang sebatang bunga pandan

Camiah sulasiah mangguruik i Hampir selasih mengguguri

Kini lah datang sisinyo badan Kini lah datang sisinya badan

Camiah lah kami manuruik i (1) Hampir lah kami menuruti‟

Pantun bajawek di atas citraan penglihatan terdapat pada baris pertama dan

kedua kambang sabatang bungo pandan, camiah sulasiah mangguruik i. Dari

penuturan pantun bajawek pendengar seolah-olah mampu melihat atau

membayangkan ada sebatang bunga pandan yang sedang kembang dan di dekat

bunga pandan tersebut juga tumbuh selasih yang sangat dekat hampir membuat

bunga pandan gugur atau berjatuhan.

Page 51: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

45

Alah panek kami dek babansi „Sudah penat kami karena berbansi

Gabauk tasanda di pamatang Rebab tersandar di pematang

Alah panek kami dek mananti Sudah penat kami karena menanti

Baa sabab kok talambek datang (3) Apa sebab jika terlambat datang‟

Pantun bajawek di atas pada baris kedua gabauk tasanda di pamatang.

Citraan penglihatan dari pantun bajawek tersebut ialah pendengar seolah-olah

benar melihat rebab yang terletak tersandar di dekat pematang.

Anak bebek dalam jilatang „Anak kambing dalam jilatang

Mamuleh pucuak dalu-dalu Memakan pucuk dalu-dalu

Sabab talambek kami datang Sebab terlambat kami datang

Jalan bakelok bakeh lalu (4) Jalan berkelok tempat lalu‟

Pada pantun bajawek di atas terdapat citraan penglihatan pada baris

pertama dan kedua anak bebek dalam jilatang, mamuleh pucuak dalu-dalu. Dari

baris-baris tersebut pendengar seolah-olah melihat ada anak kambing di dalam

semak yaitu tumbuhan yang disebut jilatang sedang memakan pucuk dalu-dalu.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dijuluak jo ampu kaki Dijolok dengan ibu jari

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Iko cibuak basuah lah kaki (5) Ini cibuk cuci lah kaki‟

Pantun bajawek di atas pada baris pertama dan kedua cubadak tangahi

halaman, dijuluak jo ampu kaki. Citraan penglihatannya adalah seolah-olah

pendengar benar-benar melihat ada sebatang pohon cempedak yang tumbuh di

tengah halaman. Dan ada orang yang menjolok pohon cempedak tersebut dengan

ibu jarinya.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dipatiak anak si Fatimah Dipetik anak si Fatimah

Sabab kami tagak di halaman Sebab kami berdiri di halaman

Disangko aciak indak di rumah (6) Disangka kakak tidak di rumah‟

Page 52: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

46

Pada pantun bajawek di atas terdapat citraan penglihatan pada baris

pertama dan kedua cubadak tangahi halaman, dipatiak anak si Fatimah. Dari kata

cubadak tangahi halaman maka pendengar seolah-olah melihat sebatang pohon

cempedak yang tumbuh di tengah halaman dan kata dipatiak anak si Fatimah

seolah-olah pendengar melihat ada seorang anak yaitu anak dari Fatimah yang

sedang mengambil buah cempedak.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Diambiak ka junjuang siriah Diambil untuk junjung sirih

Jatuah malayang sularonyo Jatuh melayang selaranya

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Naiak ka rumah makan siriah Naik ke rumah makan sirih

Siriah mananti di carano (7) Sirih menanti di cerana‟

Pada pantun bajawek di atas terdapat citraan penglihatan pada baris

pertama dan ketiga cubadak tangahi halaman. Pada baris pertama, cubadak

tangahi halaman dari kata tersebut pendengar seolah-olah dapat melihat ada

sebatang pohon cempedak yang tumbuh di tengah halaman. Pada baris ketiga

pada kata jatuah malayang sularonyo pendengar seolah-olah melihat pohon

cempedak yang tumbuh di tengah halaman jatuh melayang daunnya yang sudah

tua.

Jelo-bajelo jariang lawah „Juntai-berjuntai jaring laba-laba

Jelo lalu ka Sitindiah Juntai lalu ke Sitindih

Usah lamo tagak di bawah Usah lama berdiri di bawah

Naiak ka rumah makan siriah (8) Naik ke rumah makan sirih‟

Pada pantun bajawek di atas citraan penglihatan terdapat pada baris

pertama yaitu jelo-bajelo jariang lawah. Dari baris tersebut pendengar seolah-

olah melihat jaring laba-laba yang banyak juntai-berjuntai.

Babuah lantimun dandang „Berbuah ketimun dandang

Babuah buliah diputiak i Berbuah boleh diputik i

Page 53: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

47

Batanyo kami sakian janjang Bertanya kami sekian jenjang

Tanggo buliah dinaiak i (9) Tangga boleh dinaiki‟

Babuah lantimun dandang „Berbuah ketimun dandang

Babuah buliah diputiak i Berbuah boleh diputik i

Batanyo bana tibo di janjang Bertanya benar tiba di jenjang

Alah buliah bana tanggo dinaiak i (10) Sudah boleh benar tangga dinaiki‟

Pada pantun bajawek di atas pada pantun (9) baris pertama dan pantun

(10) pada baris pertama juga babuah lantimun dandang. Citraan penglihatannya

adalah seolah-olah pendengar melihat ada ketimun yang sedang berbuah yaitu

ketimun besar, karena besar buahnya maka namanya ketimun dandang.

Bungo kasumbo di Kumpulan ‘Bunga kesumba di Kumpulan

Buahnyo paliang-paliangan Buahnya paling-palingan

Siang biaso kaciciran Siang biasa keciciran

Lalok biaso kamaliangan (si P) (12) Lelap biasa kemalingan‟

Pantun di atas pada baris pertama dan kedua bungo kasumbo di Kumpulan,

buahnyo paliang-paliangan. Citraan penglihatannya adalah pendengar seolah-

olah melihat ada serumpun bunga kesumba yang tumbuhnya di Kumpulan dan

buahnya banyak atau berbuah lebat sehingga diistilahkan buahnya yang lebat

paling-palingan.

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Anyuik kulari duo lapan Hanyut kelari dua delapan

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan (14) Yang enak minta tuan makan‟

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Anyuik kulari duo lapan Hanyut kelari dua delapan

Urang Panta manggaleh lado Orang Panta berjualan cabe

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan Yang enak minta tuan makan

Urang pangka baa kabanyo (16) Orang pangkal apa kabarnya‟

Page 54: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

48

Pada pantun bajawek di atas, pantun (14 dan 16) pada baris pertama dan

kedua sampiran gadang aia batang Tingkok, anyuik kulari duo lapan.

Menggambarkan seolah-olah pendengar penuturan pantun tersebut melihat air

yang besar di sungai Tingkap dan ada ikan yang hanyut diperkirakan dua puluh

delapan karena kekuatan air yang besar itu. Kemudian pada sampiran pantun (14)

pada baris ketiga urang Panta manggaleh lado. Menggambarkan seolah-olah

pendengar penuturan pantun bajawek melihat seseorang yang berasal dari negeri

Panta pergi berjualan cabe.

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Surian di ateh papan Surian di atas papan

Sicerek pupua jo bungonyo Sicerek gugur dengan bunganya

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan Yang enak minta tuan makan

Tabuang apo kagunonyo (15) Terbuang apa kegunaannya‟

Pada pantun bajawek di atas citraan penglihatan terdapat pada baris

pertama, kedua dan ketiga gadang aia batang Tingkok, surian di ateh papan,

sicerek pupua jo bungonyo. Pendengar pantun bajawek yang penutur sampaikan

seolah-olah melihat air besar di sungai Tingkap, ada kayu surian di atas papan dan

ada sejenis tumbuhan untuk obat-obatan yang disebut sicerek yang berbunga

sedang gugur atau berjatuhan.

Badarun batu tarolek „Berderum batu tergolek

Surian di ateh papan Surian di atas papan

Dahulu sakalian alek Dahulu sekalian tamu

Kudian kami sapangkalan (17) Kemudian kami sepangkalan‟

Pantun bajawek di atas pada baris kedua surian di ateh papan. Seolah-olah

pendengar pantun mampu melihat ada kayu surian yang terletak di atas papan.

Page 55: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

49

Tarolek batu tarolek „Tergolek batu tergolek

Tarolek ka tangah jalan Tergolek ke tengah jalan

Dulu sakalian alek Dahulu sekalian tamu

Kudian kami sapangkalan (18) Kemudian kami sepangkalan‟

Pantun bajawek di atas pada baris pertama dan kedua tarolek batu tarolek,

tarolek katangah jalan. Pendengar pantun seolah-olah melihat ada batu yang

tergolek-golek ke tengah jalan.

Sakali amuah jalan ka kabun „Sekali mau jalan ke kebun

Babelok jalan ka Palupuah Berbelok jalan ke Pelupuh

Sakali amuah kito minum Sekali mau kita minum

Basamo kito mambasuah (21) Bersama kita mencuci‟

Pantun bajawek di atas pada baris kedua babelok jalan ka Palupuah.

Pendengar pantun seolah-olah bisa melihat bahwa ada jalan yang berbelok ke arah

Pelupuh.

Anak alai tabang ka alai „Anak alai terbang ke alai

Inggok di ateh puluik-puluik Hinggap di atas pulut-pulut

Kok iyo taulan cadiak pandai Jika iya tahu cerdik pandai

Apo asa nasi puluik (22) Apa asal nasi ketan‟

Pantun bajawek di atas pada baris pertama dan kedua anak alai tabang ka

alai, inggok di ateh puluik-puluik. Seolah-olah pendengar pantun melihat ada

seekor burung alai yang terbang ke arah alai dan hinggap di atas pulut-pulut.

Anak alai tabang ka alai „Anak alai terbang ke alai

Mamukek urang di Tiagan Memukat orang di Tiagan

Nyo nak hilia ka Sinuruik Dia ingin hilir ke Sinurut

Kok iyo tuan cadiak pandai Jika iya tuan cerdik pandai

Nasi batanak jo santan Nasi bertanak dengan santan

Itu asa nasi puluik (23) Itu asal nasi ketan‟

Pantun bajawek di atas pada baris pertama dan kedua anak alai tabang ka

alai, mamukek urang di Tiagan. Seolah-olah pendengar pantun melihat seekor

burung alai yang terbang ke arah alai dan pendengar seolah-olah juga bisa melihat

ada orang yang sedang memukat di Tiagan.

Page 56: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

50

Bagalah barantang perak „Bagalah barantang perak

Limau manih di pandakian Jeruk manis di pendakian

Jelo urek selo-baselo Jelo akar sila-bersila

Kalah indak manang pun indak Kalah tidak menang pun tidak

Sadang manih kito antian Sedang manis kita hentikan

Dima alek awak ulang pulo (24) Dimana pesta kita ulang pula‟

Pantun bajawek di atas pada baris pertama, kedua dan ketiga bagalah

barantang perak, limau manih di pandakian, jelo urek selo-baselo. Pendengar

penuturan pantun bajawek seolah-olah melihat ada sejenis kayu yang digunakan

untuk mengait buah-buahan yang tinggi yang disebut galah, dan ember yang

berwarna perak. Dan ada jeruk manis yang tumbuh di pendakian yang uratnya

bersilang siur.

Si Upiak gadih Sicikam „Si Upik gadis Sicikam

Anak urang Padang Palak Anak orang Padang Palak

Carano kami carano hitam Cerana kami cerana hitam

Antah paguno antah indak (25) Entah perguna entah tidak‟

Si Upiak gadih Sicikam „Si Upik gadis Sicikam

Anak urang Padang Kubu Anak orang Padang Kubu

Carano nangko iyo hitam Cerana ini iya hitam

Iko bana dek kami nan katuju (26) Ini benar oleh kami yang suka‟

Pantun bajawek di atas pantun (25) dan (26) pada baris pertama dan ketiga

si Upiak gadih Sicikam, carano kami carano hitam/carano nangko iyo hitam.

Pendengar penuturan pantun bajawek seolah-olah melihat ada seorang anak gadis

daerah Sicikam dan pendengar juga seolah-olah melihat ada sebuah cerana yang

berwarna hitam.

Bungo cimpago tuan erak „Bunga cempaka tuan bawa

Tumbuah di jiraik tuan haji Tumbuh di kuburan tuan haji

Adaik basandi dengan syarak Adat bersendi dengan syarak

Syarak bapapa dengan kaji (27) Syarak bersendi dengan kitab‟

Page 57: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

51

Pada pantun di atas baris pertama dan kedua bungo cimpago tuan erak,

tumbuah di jiraik tuan haji. Pendengar seolah-olah melihat ada bunga cempaka

yang tumbuh di kuburan tuan haji dibawa oleh seseorang lelaki.

Gambia dadiah ulu silayang „Gambir dadih hulu silayang

Sapiah sampai ka pucuak e Serpih sampai ke pucuknya

Batamu kasiah nan jo sayang Bertemu kasih dengan sayang

Bakuncang alam dimabuak e (28) Bergoncang alam dimabuknya‟

Pantun di atas pada baris pertama dan kedua gambia dadiah ulu silayang,

Sapiah sampai ka pucuak e. Seolah-olah pendengar pantun melihat gambir yang

enak tapi serpih sampai ke pucuknya.

Siriah dibolai kuniang gagang „Sirih dibolai kuning gagang

Dirantiah sado nan mudo Diambil semua yang muda

Batamu kasiah dengan sayang Bertemu kasih dengan sayang

Baputa alam dimabuaknyo (29) Berputar alam dimabuknya‟

Pantun pada baris pertama dan kedua siriah di bolai kuniang gagang,

dirantiah sado nan mudo. Pendengar pantun bajawek seolah-olah melihat ada

sirih yang bagus yang ditandai dengan gagangnya yang kuning diperoleh atau

diambil semua daun yang mudanya.

Timbakau Sirambun Aceh „Tembakau Sirambun Aceh

Diduduih Sirambun Alam Dihisap Sirambun Alam

Bukannyo masiak kanai paneh Bukannya kering kena panas

Masiak barambun tangah malam (30) Kering berembun tengah malam‟

Pantun di atas pada baris pertama dan kedua timbakau Sirambun Aceh,

diduduih Sirambun Alam. Seolah-olah pendengar bisa membayangkan atau

melihat ada tembakau milik Sirambun Aceh yang dihisap oleh Sirambun Alam.

Antah sapek antah mantilo

Gamo-gamo di dalam gantang

Antah dapek antah tido

Pasambahan dek lah lamo indak baulang (31)

Page 58: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

52

„Entah sepat entah mantilo

Rama-rama di dalam rantang

Entah dapat entah tidak

Pasambahan karena sudah lama tidak diulang‟

Pantun di atas pada baris pertama dan kedua antah sapek antah mantilo,

gamo-gamo di dalam gantang. Seolah-olah pendengar pantun bajawek melihat

seekor ikan, entah ikan sepat entah ikan mantilo dan ada kupu-kupu di dalam

rantang.

Cincin akiak bamato akiak „Cincin akik bermata akik

Tagilang-gilang di ateh atok Tergilang-gilang di atas atap

Kasiah lah lamo dek bacaliak Kasih lah lama karena dilihat

Sayang pabilo ka dikakok (44) Sayang kapan mau disentuh‟

Pada pantun di atas, baris pertama dan kedua cincin akiak bamato akiak,

tagilang-gilang di ateh atok. Pendengar seolah-olah melihat ada cincin berukir

yang berkilau-kilau di atas atap.

Kalam banamo kalam binau „Kalam bernama kalam binau

Kalam tasisik ateh kasau Kalam tersisik atas kasau

Angku manauah balam mau Angku menaruh balam mau

Taniaik di hati nak mancakau (48) Terniat di hati mau menangkap‟

Pantun di atas, pada baris pertama dan kedua kalam banamo kalam binau,

kalam tasisik ateh kasau. Seolah-olah pendengar pantun melihat ayat Alquran

yang disebut kalam binau yang dijepitkan diantara atap dan kayu-kayu yang

disebut juga dengan kasau.

Jambu mawar di pakan akaik „Jambu mawar di pasar minggu

Pucuak malepai gaduang Cino Pucuk menjulai gedung Cina

Kini di duya bisuak akiraik Kini di dunia besok akhirat

Manga dikicuah dagang hino (49) Mengapa didustai dagang hina‟

Pada pantun di atas, baris pertama dan kedua jambu mawar di pakan

akaik, pucuak malepai gaduang Cino. Pendengar seolah-olah melihat ada

Page 59: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

53

sebatang pohon jambu mawar yang tumbuh di pasar minggu dan pucuknya yang

menjulai-julai yang diibaratkan seperti gedung Cina.

Muaro pungkuik batang batindiah „Muara pungkut batang bertindih

Di baliak batang nan tarandam Di balik batang yang terendam

Singkok lah bungkuih kunyah lah siriah Buka lah bungkus kunyah lah sirih

Badan den mintak tuan ganggam (62) Badan saya minta tuan genggam‟

Pada pantun di atas, baris pertama dan kedua muaro pungkuik batang

batindiah, di baliak batang nan tarandam. Pendengar pantun seolah-olah melihat

muara yaitu muara pungkut batang bertindih yang terletak di balik batang yang

terendam.

Kaciak-kaciak jajak koreta „Kecil-kecil jejak sepeda

Anak alang patah kakie Anak elang patah kakinya

Cincin aciak salang sabanta Cincin kakak pinjam sebentar

Kok hilang supiak ka gantie (66) Jika hilang Upik jadi gantinya‟

Dari pantun bajawek di atas pada baris pertama kaciak-kaciak jajak

koreta. Seolah-olah pendengar melihat adanya jejak sepeda kecil-kecil di jalanan

dan pada baris kedua seolah pendengar penuturan pantun bajawek melihat ada

seekor burung yaitu anak burung elang yang kakinya patah.

Gadang aia batang Timah „Besar air batang Timah

Hanyuik balendan batang padi Hanyut berdempet batang padi

Guluang lah lapiak sapu lah gimah Gulung lah tikar sapu lah rimah

Kami alah ka pulang hanyo lai (71) Kami sudah mau pulang hanya lagi‟

Dari pantun bajawek di atas, pada baris pertama dan kedua gadang aia

batang Timah, hanyuik balendan batang padi. Pendengar seolah-olah melihat air

yang besar di sungai Timah yang menghanyutkan batang padi yang banyak

sehingga batang padi hanyut saling berdempetan.

Page 60: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

54

b) Citraan pendengaran

Citraan pendengaran adalah gambaran angan yang berhubungan usaha

memancing bayangan pendengaran guna membangkitkan suasana tertentu.

Sesuatu yang tidak ada dibuat seolah-olah ada menyentuh indera pendengaran.

Penciptaan ungkapan oleh penutur pantun bajawek, sehingga pendengar seolah-

olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penutur. Berikut pantun

bajawek yang termasuk ke dalam citraan pendengaran.

Badarun batu tarolek „Berderum batu tergolek

Surian di ateh papan Surian di atas papan

Dahulu sakalian alek Dahulu sekalian tamu

Kudian kami sapangkalan (17) Kemudian kami sepangkalan‟

Pada pantun bajawek di atas pada baris pertama pada kata badarun batu

tarolek terdapat citraan pendengaran. Dari kata tersebut pendengar seolah-olah

mendengar adanya bunyi batu yang jatuh berderum dan tergolek.

c) Citraan penciuman

Lewat citraan ini digambarkan sesuatu oleh penutur pantun bajawek

dengan mengetengahkan atau memilih kata untuk membangkitkan daya

rangsangan seolah-olah pembaca dapat mengetahui sesuatu dengan indera

penciuman. Berikut pantun bajawek yang memuat citraan penciuman.

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Anyuik kulari duo lapan Hanyut kelari dua delapan

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan (14) Yang enak minta tuan makan‟

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Surian di ateh papan Surian di atas papan

Sicerek pupua jo bungonyo Sicerek gugur dengan bunganya

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan Yang enak minta tuan makan

Tabuang apo kagunonyo (15) Terbuang apa kegunaannya‟

Page 61: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

55

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Anyuik kelari duo lapan Hanyut kelari dua delapan

Urang Panta manggaleh lado Orang Panta berjualan cabe

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan Yang enak minta tuan makan

Urang pangka baa kabanyo (16) Orang pangkal apa kabarnya‟

Pantun bajawek pada kata nan aun mintak tuan singkok (14) citraan

penciuman terdapat pada baris ketiga, pantun bajawek (15) citraan penciuman

terdapat pada baris keempat dan pantun bajawek (16) citraan penciuman terdapat

pada baris keempat. Seolah-olah pendengar atau pihak tamu mampu mencium

bau harum dari hidangan yang telah disediakan oleh pihak tuan rumah.

d) Citraan perasaan

Lewat citraan ini digambarkan sesuatu oleh penutur pantun bajawek

dengan mengetengahkan atau memilih kata untuk membangkitkan emosi pada

sajak guna mengiringi daya rangsangan pendengar lewat sesuatu seolah-olah

dapat dirasakan atau mampu mempengaruhi perasaan sehingga pendengar ikut

terpengaruh perasaannya. Berikut pantun bajawek yang termasuk ke dalam citraan

perasaan.

Usak pandan sabab dek api ‘

Api nan indak tapadaman

Kinco-bakinco jo daun ginggiang

Daun kaladi tampak mudo

Usak badan sabab dek hati

Hati nan indak tatahanan

Mato jo a lah ka di dindiang

Awak salabuah satapian pulang pai mandi tampak juo (55)

„Rusak pandan karena api

Api yang tidak terpadamkan

Campur-bercampur dengan daun geringging

Daun keladi terlihat muda

Rusak badan karena hati

Hati yang tidak tertahankan

Page 62: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

56

Mata dengan apa lah mau di dinding

Kita sejalan setepian pulang pergi mandi terlihat juga‟

Dari pantun bajawek di atas yang terdiri dari empat baris keatas sampiran

dan empat baris ke bawah adalah isi. Dari empat baris isi pantun bajawek tersebut

terlihatlah citraan perasaan seolah-olah pendengar juga merasakan bagaimana

perasaan atau keadaan seorang pemuda yang sedang dimabuk cinta melalui

penuturan pantun bajawek. Karena hati dan pikiran yang begitu kuat memikirkan

orang yang disayangi sehingga badan menjadi kurus dan hasrat belum juga

tercapai untuk memiliki pujaan hati. Sedangkan si gadis yang diimpikan setiap

hari selalu terlihat karena antara pemuda dengan si gadis memang berdekatan

tinggal atau sekampung.

e) Citraan rabaan

Citraan rabaan adalah citraan yang berupa lukisan yang mampu

menciptakan suatu daya saran bahwa seolah-olah pendengar dapat tersentuh,

bersentuhan ataupun yang melibatkan efektivitas indera kulit. Berikut pantun

bajawek yang terdapat citraan rabaan.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dijuluak jo ampu kaki Dijolok dengan ibu jari

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Iko cibuak basuah lah kaki (5) Ini cibuk cuci lah kaki‟

Pantun bajawek di atas pada baris kedua dijuluak jo ampu kaki. Seolah-

olah kaki tepatnya ibu jari dengan sengaja menyentuh pohon nangka yang tumbuh

di tengah halaman.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dipatiak anak si Fatimah Dipetik anak si Fatimah

Sabab kami tagak di halaman Sebab kami berdiri di halaman

Disangko aciak indak di rumah (6) Disangka kakak tidak di rumah‟

Page 63: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

57

Pantun bajawek di atas pada baris kedua dipatiak anak si Fatimah. Adanya

aktivitas yang bersentuhan dengan kulit yaitu kegiatan anak si Fatimah

mengambil buah cempedak.

f) Citraan gerak

Citraan ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan gambaran

dengan melukiskan suatu yang dilihat seolah-olah bergerak.

Tarolek batu tarolek „Tergolek batu tergolek

Tarolek ka tangah jalan Tergolek ke tengah jalan

Dulu sakalian alek Dahulu sekalian tamu

Kudian kami sapangkalan (18) Kemudian kami sepangkalan‟

Pada baris pertama dan kedua pantun di atas tarolek batu tarolek, tarolek

ka tangah jalan. Seolah-olah memang ada batu yang tergolek-golek dan sampai

ke tengah jalan. Di sinilah terlihat citraan gerak pada batu tergolek.

Anak alai tabang ka alai „Anak alai terbang ke alai

Inggok di ateh puluik-puluik Hinggap di atas pulut-pulut

Kok iyo taulan cadiak pandai Jika iya tahu cerdik pandai

Apo asa nasi puluik (22) Apa asal nasi ketan‟

Dari pantun bajawek di atas baris pertama anak alai tabang ka alai. Baris

pantun tersebut dari kata tabang adanya citraan gerak yang seolah-olah memang

sesuatu itu terbang dari suatu tempat ke tempat lain.

3) Kata Konkret

Kata konkret adalah kata yang memperjelas pengimajian. Kata konkret

yang terdapat dalam pantun adalah kata-kata yang dapat membangkitkan

pengimajian atau citraan dan mengarah kepada arti yang menyeluruh jika penutur

pantun bajawek memakai kata-kata konkret, maka pendengar seolah-olah melihat,

mendengar atau merasakan sesuatu yang dilukiskan oleh penutur pantun bajawek.

Page 64: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

58

Dengan demikian pendengar terlibat penuh secara batin ke dalam fungsinya atau

membayangkan keadaan yang dilukiskan penutur pantun bajawek atau sebagai

orang yang mewakili perasaan pemuda yang ingin melamar.

Kata konkret pada pantun bajawek merupakan kata yang dapat

membangkitkan imaji dan dalam yang menyeluruh dalam sebait pantun bajawek,

baik sampiran maupun isi. Penggunaan kata konkret pada pantun bajawek terlihat

di bawah ini.

Mamukek urang di Tiagan „Memukat orang di Tiagan

Rami dek anak Simpang Tigo Ramai oleh anak Simpang Tiga

Ambiak kain singkok lah kaban Ambil kain buka lah kaban

Tando talatak di dalamnyo (63) Tanda terletak di dalamnya‟

Pada pantun bajawek di atas penutur pantun berusaha mengkonkretkan

kata-katanya mamukek urang di Tiagan, rami dek anak Simpang Tigo. Dengan

kata-kata yang diperkonkret tersebut seolah-olah pendengar pantun dapat melihat

ada orang yang sedang memukat yaitu orang-orang Simpang Tiga di Tiagan.

Kemudian baris ambiaklah kain singkoklah kaban, tando talatak di dalamnyo.

Pada umumnya pantun memiliki bahasa kias, tapi baris ketiga dan keempat

tersebut seorang penutur pantun bajawek dari pihak laki-laki dalam acara mananti

tando memang meminta atau menyuruh pihak tuan rumah untuk mengambil kain

atau kaban dan membukanya karena tando terletak di dalamnya. Istilah kaban

adalah suatu tempat yang digunakan untuk membungkus tando.

Dengan kata yang konkret, pendengar dapat membayangkan atau mengerti

secara jelas peristiwa atau keadaan yang dialami atau diinginkan penutur.

Page 65: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

59

4) Bahasa Figuratif

Penggunaan bahasa figuratif (majas), penutur menggunakan bahasa yang

tersusun atau berfigura, penggunaan bahasa figuratif pada pantun bajawek dalam

acara mananti tando ialah sebagai berikut.

Gambia dadiah ulu silayang „Gambir dadih hulu silayang

Sapiah sampai ka pucuak e Serpih sampai ke pucuknya

Batamu kasiah nan jo sayang Bertemu kasih dengan sayang

Bakuncang alam dimabuak e (28) Bergoncang alam dimabuknya‟

Bahasa figuratif yang digunakan dalam pantun di atas berupa kiasan atau

gaya bahasa, pada pantun (28) menggambarkan kiasan atau gaya bahasa

hiperbola, hal tersebut telihat pada baris ketiga dan keempat batamu kasiah nan jo

sayang, bakuncang alam dimabuak e. Dari kata-kata pantun tersebut terlihatlah

keadaan seseorang yang sedang jatuh cinta dan seolah-olah karena cintanya

membuat dia pusing seolah-olah alam ini berputar karena dimabuknya di sini

terlihatnya sesuatu itu yang dilebih-lebihkan.

Anak baju suto majaipun „Anak baju sutra majaipun

Unduang-unduang bagerai rabah Undung-undung bergerai rebah

Tadorong kasiah bagai racun Terdorong kasih bagai racun

Kiramaik duya mangko sudah (35) Kiamat dunia maka sudah‟

Dari pantun (35) di atas juga menggunakan kiasan atau gaya bahasa

hiperbola, yaitu gaya bahasa yang berlebih-lebihan, hal tersebut terlihat pada baris

ketiga dan keempat tadorong kasiah bagai racun, kiramaik duya mangko sudah.

Pada baris tersebut karena kasih yang sudah terlanjur maka takkan bisa diungkai

lagi hingga berakhirnya dunia karena kasih dan sayang tersebut benar-benar tidak

bisa dialihkan lagi ke lain hati, yaitu kiasan atau gaya bahasa yang berlebih-

lebihan.

Page 66: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

60

Kalam banamo kalam binau „Kalam bernama kalam binau

Kalam tasisik ateh kasau Kalam tersisik atas kasau

Angku manauah balam mau Angku menaruh balam mau

Taniaik di hati nak mancakau (48) Terniat di hati mau menangkap‟

Dari pantun (48) di atas seorang gadis yang cantik, pintar serta berbudi

pekerti diibaratkan seekor balam yang mau yaitu yang suka berbunyi dan banyak

orang yang ingin memilikinya. Diibaratkan seperti itulah seorang gadis yang

cantik, pintar serta berbudi pekerti sehingga ingin sekali pemuda untuk

menyuntingnya.

Induak janjang kanso batuang „Induk jenjang kanso bertuang

Dituang Puti Reno Ali Dituang Putri Reno Ali

Lapehlah buruang nak nyo tabang Lepas lah burung biar terbang

Untuang babaliak ka nagari (50) Untung berbalik ke negeri‟

Pada pantun (50) di atas baris ketiga dan keempat lapehlah buruang nak

nyo tabang, untuang babaliak ka nagari. Seorang pemuda diibaratkan dengan

seekor burung. Seorang pemuda yang mencari pasangan hidupnya diibaratkan

burung terbang dan berharap pemuda tersebut menemukan jodoh dan mengabari

ayah dan ibunya atau masyarakat tempat tinggalnya.

Hari patang matohari pantai „Hari petang matahari pantai

Kok dusun jauah ka dijalang Jika dusun jauh mau dijelang

Kok lapeh kumbang nan bagantai Jika lepas kumbang yang berantai

Kalayua bungo nan jolong kambang (57) Akan layu bunga yang baru kembang

Pantun (57) di atas pada baris ketiga dan keempat kok lapeh kumbang nan

bagantai, kalayua bungo nan jolong kambang. Pada baris-baris tersebut seorang

pemuda dan gadis diibaratkan seekor kumbang dan setangkai bunga yang

kembang. Dalam kenyataan kehidupan sehari kalau kumbang sangat menyukai

bunga yang baru kembang.

Page 67: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

61

5) Rima dan Ritma

Verifikasi merupakan bunyi dalam puisi. Bunyi dalam sajak memegang

peranan penting, karena tanpa bunyi yang ditata secara serasi dan apik, unsur

kepuitisan dalam sajak tidak mungkin dibangun. Pantun bajawek merupakan salah

satu puisi lama yang mengutamakan keindahan bunyi selain makna dan pesan

yang terkandung di dalamnya. Pantun bajawek yang terdapat dalam acara mananti

tando juga memiliki bunyi tersendiri. Hal ini jelas terlihat dari beberapa

pantunnya yang bunyi dan konsonannya dirangkai dan disusun sedemikian rupa

sehingga mampu menimbulkan bunyi yang menarik, berirama, dan menciptakan

suasana yang tidak membosankan.

Verifikasi atau bunyi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah

pengulangan bunyi dalam puisi (pantun), bunyi-bunyi yang berulang ini

menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa. Sedangkan ritma berhubungan

dengan bunyi dan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma berupa

pengulangan yang teratur suatu baris puisi (pantun) menimbulkan gelombang

yang menciptakan keindahan. Berikut pantun bajawek yang memiliki rima.

Ditabang talang katurak „Ditebang bambu katurak

Diambiak ka junjuang siriah Diambil untuk junjung sirih

Malang indak dapek ditulak Malang tidak dapat ditolak

Mujua indak dapek digayiah (32) Mujur tidak dapat diraih‟

Persamaan bunyi pada setiap baris dengan pola ab ab terlihat pada pantun

di atas, pantun (32) adanya persamaan bunyi pada setiap akhir baris dari pantun.

Persamaan bunyi pada akhir baris pertama yaitu ak pada kata katurak dengan

akhir baris ketiga ak pada kata ditulak. Kemudian persamaan bunyi pada akhir

Page 68: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

62

baris kedua iah pada kata siriah dengan akhir baris keempat iah pada kata

digayiah.

Amuah bana kami ka kabun „Mau benar kami ke kebun

Dadok sia lah ka manutuah Dadap siapa lah mau menutuh

Ditutuah anak urang Koto Tuo Ditutuh anak orang Koto Tuo

Amuah bana kami samo minun Mau benar kami sama minum

Mangkuak sia ka mambasuah Gelas siapa mau mencuci

Kami ndak ado ba urang sumando (20) Kami tidak ada berorang semenda‟

Pantun bajawek di atas dengan rima abc abc dan terdiri dari enam baris

dalam satu bait. Hal itu terlihat pada akhir persamaan bunyi baris pertama yaitu

bunyi akhiran un dari kata kabun dengan un dari kata minun pada akhir baris

ketiga. Persamaan bunyi akhiran uah dari kata manutuah pada baris kedua dengan

bunyi uah dari kata mambasuah pada baris kelima. Selanjutnya, persamaan bunyi

pada setiap akhir baris ketiga dan keenam pantun yaitu bunyi o dari kata tuo dan

sumando.

Usak pandan sabab dek api

Api nan indak tapadaman

Kinco-bakinco jo daun ginggiang

Daun kaladi tampak mudo

Usak badan sabab dek hati

Hati nan indak tatahanan

Mato jo a lah ka di dindiang

Awak salabuah satapian pulang pai mandi tampak juo (55)

„Rusak pandan karena api

Api yang tidak terpadamkan

Campur-bercampur dengan daun geringging

Daun keladi terlihat muda

Rusak badan karena hati

Hati yang tidak tertahankan

Mata dengan apa lah mau di dinding

Kita sejalan setepian pulang pergi mandi terlihat juga‟

Page 69: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

63

Pada pantun di atas, pantun (55) terdapat delapan baris dalam satu bait

maka rimanya adalah abcd abcd. Persamaan bunyi terdapat pada setiap akhir baris

pantun yaitu baris pertama bunyi i dari kata api dengan bunyi akhiran i dari kata

hati pada baris kelima. Akhir baris kedua an dari kata tapadaman dengan an dari

kata tatahanan pada akhir baris keenam. Begitu juga bunyi akhir baris ketiga ang

dari kata ginggiang dengan kata ang dari kata dindiang pada baris ketujuh.

Terakhir, pada baris keempat persamaan bunyi akhir baris o dari kata mudo

dengan o dari kata juo pada baris delapan.

Manyasa pandan babungo „Menyesal pandan berbunga

Dek alang indak salayangan Oleh elang tidak selayangan

Dek balam indak talayok an Oleh balam tidak terlayangkan

Dek jauah rantau di Palembang Karena jauh rantau di Palembang

Di baliak rantau Indopuro Di balik rantau Indopuro

Manyasa badan basuo Menyesal badan bersua

Siang nan indak tasanangan Siang yang tidak tersenangkan

Malam indak talalok an Malam tidak terlelapkan

Hati pacah pikiran bimbang Hati pecah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo (59) Niat berasa sampai juga‟

Pantun di atas adalah pantun yang paling panjang yang terdapat pada

pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai. Pantun terdiri dari sepuluh

baris dalam satu bait, pantun ini disebut juga pantun sepuluh baris seuntai. Rima

pada pantun (59) ini ialah abcde abcde. Rimanya yaitu terlihat pada, bunyi akhir

baris pertama o dari kata babungo dengan o dari kata basuo pada baris keenam.

Baris kedua ngan dari kata salayangan dengan baris ketujuh ngan dari kata

tasanangan. Pada baris ketiga an dari kata talayok an dengan kata an dari kata

talalok an pada baris kedelapan. Akhir baris keempat ang dari kata Palembang

dengan ang dari kata bimbang. Kemudian, bunyi akhir baris kelima o dari kata

Indupuro dengan o dari kata juo pada baris kesepuluh.

Page 70: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

64

Pada pantun bajawek terdapat ritma berupa pemotongan baris sehingga

membentuk ritma yang padu. Ritma sebagai kata pengikat tidak hanya berupa

pemotongan namun berupa pengulangan kata-kata tertentu untuk mengikat

beberapa baris pantun bajawek. Berikut pantun bajawek yang terlihat jelas

ritmanya yaitu pengulangan kata-kata baik dalam sebait pantun itu sendiri maupun

antara bait pantun yang pertama dengan bait pantun berikutnya.

Kambang sabatang bungo pandan „Kembang sebatang bunga pandan

Camiah sulasiah mangguruik i Hampir selasih mengguguri

Kini lah datang sisinyo badan Kini lah datang sisinya badan

Camiah lah kami manuruik i (1) Hampir lah kami menuruti‟

Indak bana guruik mangguruik i „Tidak benar gugur mengguguri

Bungo pandan ka kambang juo Bunga pandan mau kembag juga

Indak bana turuik manuruik i Tidak benar turut menuruti

Nan kami ka datang juo (2) Yang kami mau datang juga‟

Ritmanya terlihat pada bait pantun bajawek (1) pada baris kedua kata

camiah diulangi lagi pada baris keempatnya masih dalam sebait pantun tersebut.

Sedangkan ritma antar bait pantun terlihat pada kata kambang, bungo pandan,

mangguruik i, manuruik i pada bait pantun (1) dan diulang lagi kata tersebut pada

bait pantun (2), yaitu pada baris pertama kata mangguruk i, pada baris kedua kata

bungo pandan, kambang dan baris ketiga kata manuruk i.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dijuluak jo ampu kaki Dijolok dengan ibu jari

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Iko cibuak basuah lah kaki (5) Ini cibuk cuci lah kaki‟

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Dipatiak anak si Fatimah Dipetik anak si Fatimah

Sabab kami tagak di halaman Sebab kami berdiri di halaman

Disangko aciak indak di rumah (6) Disangka kakak tidak di rumah‟

Page 71: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

65

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Diambiak ka junjuang siriah Diambil untuk junjung sirih

Jatuah malayang sularonyo Jatuh melayang selaranya

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Naiak ka rumah makan siriah Naik ke rumah makan sirih

Siriah mananti di carano (7) Sirih menanti di cerana‟

Ritma dari pantun-pantun bajawek di atas, pantun (5) kata halaman pada

baris pertama diulang lagi pada baris ketiga, kata kaki pada baris kedua diulang

lagi pada baris keempat. Pantun (6) kata halaman pada baris pertama diulangi lagi

pada baris ketiga. Dan pantun (7) kata halaman pada baris pertama diulang lagi

pada baris keempat, kata siriah pada baris kedua diulangi lagi pada baris kelima

dan keenam.

Ritma antar bait pantun bajawek yaitu pantun (5) dengan pantun (6) adalah

frasa cubadak tangahi halaman, pada pantun (5) terdapat pada baris pertama dan

pada bait pantun (6) diulang lagi pada baris pertamanya juga. Sedangkan ritma

antara pantun (6) dengan pantun (7) frasa cubadak tangahi halaman, pada pantun

(6) terdapat pada baris pertama dan pada pantun (7) terdapat pada baris pertama

juga.

Babuah lantimun dandang „Berbuah ketimun dandang

Babuah buliah diputiak i Berbuah boleh diputik i

Batanyo kami sakian janjang Bertanya kami sekian jenjang

Tanggo buliah dinaiak i (9) Tangga boleh dinaiki‟

Babuah lantimun dandang „Berbuah ketimun dandang

Babuah buliah diputiak i Berbuah boleh diputik i

Batanyo bana tibo di janjang Bertanya benar tiba di jenjang

Alah buliah bana tanggo dinaiak i (10) Sudah boleh benar tangga dinaiki‟

Ritma pantun bajawek di atas, pantun (9) kata babuah pada baris pertama

diulangi lagi pada baris kedua dan kata buliah pada baris kedua diulangi lagi pada

baris keempat. Ritma pada pantun (10) kata babuah pada baris pertama diulangi

Page 72: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

66

lagi pada baris kedua, dan kata buliah pada baris kedua diulangi lagi pada baris

keempat.

Ritma antara pantun (9) dengan pantun (10), frasa babuah lantimun

dandang, babuah buliah diputiak i dalam pantun (9) terdapat pada baris pertama

dan kedua dan diulangi lagi pada pantun (10) baris pertama dan kedua.

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Anyuik kulari duo lapan Hanyut kelari dua delapan

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan (14) Yang enak minta tuan makan‟

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Anyuik kulari duo lapan ‘Hanyut kelari dua delapan

Urang Panta manggaleh lado Orang Panta berjualan cabe

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan Yang enak minta tuan makan

Urang pangka baa kabanyo (16) Orang pangkal apa kabarnya‟

Ritma pada pantun bajawek (14) adalah kata nan, mintak tuan pada baris

ketiga diulang lagi pada baris keempat. Begitu juga pada pantun (16), kata nan,

mintak tuan pada baris ketiga diulang lagi pada baris keempat.

Ritma antara pantun (14) dengan pantun (16) adalah, frasa gadang aia

batang Tingkok, anyuik kulari duo lapan, nan aun mintak tuan singkok dan nan

lamak mintak tuan makan. Dalam pantun (14) terdapat pada baris pertama dan

kedua dan diulang lagi dalam pantun (16) pada baris pertama dan kedua.

b. Struktur Batin

Struktur batin memiliki peranan yang penting dalam membangun karya

sastra. Struktur batin merupakan unsur estetik yang membangun struktur dalam

puisi. Struktur batin ini berkaitan dengan hal-hal yang diungkapkan oleh penyair

yang menggambarkan isi hati dan kejiwaan. Struktur batin pantun adalah struktur

Page 73: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

67

yang mengungkapkan makna yang hendak dikemukakan penutur dengan perasaan

dan suasana jiwanya. Struktur batin dalam pantun bajawek dalam acara mananti

tando merupakan makna atau maksud yang hendak dikemukakan penutur pantun

bajawek dan ungkapan atau gambaran perasaan dan suasana hati pemuda yang

ingin meminang. Pihak tamu atau pihak laki-laki (si alek) yang diwakili oleh

seorang penutur pantun bajawek menyampaikan maksud tersebut kepada pihak

tuan rumah dalam acara pantun bajawek.

Pantun bajawek dalam acara mananti tando selain dibangun oleh struktur

fisik juga dibangun oleh struktur batin. Struktur batin pantun bajawek dalam acara

mananti tando mencakup tema, perasaan, nada, suasana serta amanat. Masing-

masing unsur tersebut saling terkait dan saling berhubungan satu sama lainnya

dalam membangun makna yang ingin disampaikan dalam sebait pantun. Berikut

ini akan diuraikan unsur-unsur tersebut satu-persatu serta telaah keempat unsur

itu.

1) Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan seorang penyair.

Penentuan tema pantun bajawek dalam acara mananti tando berpatokan pada

anggapan pokok yang dikemukakan. Adapun tema pantun bajawek dalam acara

mananti tando sebagai berikut.

a) Cinta kasih antara pria dan wanita

Tema cinta kasih antara pria dan wanita terdapat pada pantun (28, 29, 30,

33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, dan

68).

Page 74: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

68

b) Basa-basi dalam hidup bermasyarakat

Tema basa-basi dalam hidup bermasyarakat terdapat pada pantun (1, 2, 3,

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 64, 66 dan 71).

c) Permintaan dan harapan

Tema permintaan dan harapan terdapat pada pantun (47, 48, 50, 62, 63,

dan 65).

d) Kehidupan beradat

Tema kehidupan beradat terdapat pada pantun (13, 27, 50, 60, 69 dan 70).

e) Adat kebiasaan

Tema adat kebiasaan terdapat pada pantun (11, 12, 32, dan 51).

f) Merendahkan diri

Tema merendahkan diri terdapat pada pantun (25, 26, 31, 39, 46, 49, 67,

72, dan 73).

g) Hiburan teka-teki

Tema hiburan teka-teki terdapat pada pantun (22, dan 23).

2) Perasaan

Pantun bajawek yang disampaikan dalam acara mananti tando, ungkapan

perasaan tersebut ada pada pantun bajawek yang diungkapkan penutur pantun,

kata-kata yang diungkapkan itu dapat sekaligus dirasakan. Perasaan yang

diungkapkan penutur dalam acara mananti tando berisikan tentang.

Kundua nan indak takunduan „Labu yang tidak terlabukan

Daun lantimun nampak mudo Daun ketimun terlihat muda

Tidua nan indak tatiduan Tidur yang tidak tertidurkan

Dalam kalumun nampak juo (58) Dalam kelumun terlihat juga „

Page 75: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

69

Pantun bajawek di atas pada baris ketiga dan keempat tidua nan indak

tatiduan, dalam kalumun nampak juo. Maknanya karena dimabuk cinta mata pun

tidak mau dipejamkan lagi yang ada bayang-bayang wajah yang terlihat yang

tidak pernah bisa untuk dihilangkan. Hal tersebut ialah suasana perasaan seorang

pemuda yang sedang jatuh cinta dan disampaikan oleh penutur pantun bajawek

dalam acara mananti tando.

Manyasa pandan babungo „Menyesal pandan berbunga

Dek alang indak salayangan Oleh elang tidak selayangan

Dek balam indak talayok an Oleh balam tidak terlayangkan

Dek jauah rantau di Palembang Karena jauh rantau di Palembang

Di baliak rantau Indopuro Di balik rantau Indopuro

Manyasa badan basuo Menyesal badan bersua

Siang nan indak tasanangan Siang yang tidak tersenangkan

Malam indak talalok an Malam tidak terlelapkan

Hati pacah pikiran bimbang Hati pecah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo (59) Niat berasa sampai juga‟

Pantun di atas dari baris keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan dan

kesepuluh yang merupakan isi pantun. Dari pantun tersebut seolah-olah pendengar

tahu atau merasakan bagaimana perasaan seorang pemuda yang sedang jatuh

cinta, pikiran dan perasaan yang selalu tertuju kepada si gadis sehingga siang dan

malam selalu terpikirkan, dan timbulnya angan-angan yang serasa akan terwujud

untuk dapat memiliki gadis yang dicintai terkadang timbul penyesalan dalam hati

mengapa harus bertemu jika seperti ini akhir dari perasaan dan pikirannya.

Perasaan sedih, rindu, gembira, terharu, terasing, patah hati, cemburu, kesepian,

takut, menyesal, cinta dan sayang. Hal tersebut disampaikan oleh penutur pantun

bajawek dalam acara mananti tando.

Diambiak pulo luji tangan „Diambil pula jam tangan

Buatan anak Indopuro Buatan anak Indopuro

Siang dimabuak angan-angan Siang dimabuk angan-angan

Malam mabuak mimpi pulo (41) Malam mabuk mimpi pula‟

Page 76: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

70

Pantun di atas pada baris ketiga dan keempat yang merupakan isi pantun

siang dimabuak angan-angan, malam mabuak mimpi pulo. Dari pantun tersebut

maka pendengar tahu bagaimana perasaan pemuda yang sedang jatuh cinta,

siangnya sudah dimabuk angan-angan sedangkan malamnya juga selalu mimpi.

3) Nada dan Suasana

Nada adalah sikap atau pencipta yang ditujukan kapada pendengar pantun

bajawek sedangkan suasana dapat diartikan sebagai pengaruh psikologis bagi

pendengar setelah mendengarkan pantun bajawek tersebut. Berikut nada dan

suasana yang terdapat dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando.

Kabek pinggang si Rajo Baraik „Ikat pinggang si Raja Barat

Lipek patah sambilan Lipek patah sembilan

Ditimbang raso mularaik Ditimbang rasa melarat

Tolong lah baa patenggangan (34) Tolong lah dipertenggangkan‟

Pantun di atas pada baris ketiga dan keempat ditimbang raso mularaik,

tolong lah baa patenggangan. Nada ingin dimengerti, yang disampaikan oleh

penutur pantun bajawek dalam acara mananti tando yaitu mewakili perasaan

pemuda yang ingin meminang gadis tersebut. Karena begitu besarnya perasaan

pemuda ini kepada si gadis dan ingin memilikinya, dan pemuda berharap si gadis

mau menerimanya.

Jambu mawar di pakan akaik „Jambu mawar di pasar minggu

Pucuak malepai gaduang Cino Pucuk menjulai gedung Cina

Kini di duya bisuak akiraik Kini di dunia besok akhirat

Manga dikicuah dagang hino (49) Mengapa didustai dagang hina‟

Pantun pada baris ketiga dan keempat kini di duya bisuak akiraik, manga

dikicuah dagang hino. Nada pantun tersebut ialah nada menasehati supaya tidak

mengecewakan keinginan dari pihak tamu kepada pihak tuan rumah. Bahwa

pinangannya jangan ditolak atau diabaikan.

Page 77: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

71

Manyasa pandan babungo „Menyesal pandan berbunga

Dek alang indak salayangan Oleh elang tidak selayangan

Dek balam indak talayok an Oleh balam tidak terlayangkan

Dek jauah rantau di Palembang Karena jauh rantau di Palembang

Di baliak rantau Indopuro Di balik rantau Indopuro

Manyasa badan basuo Menyesal badan bersua

Siang nan indak tasanangan Siang yang tidak tersenangkan

Malam indak talalok an Malam tidak terlelapkan

Hati pacah pikiran bimbang Hati pecah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo (59) Niat berasa sampai juga‟

Sedangkan suasana atau pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh

pantun di atas terhadap pendengar adalah perasaan haru, hiba terhadap apa yang

dirasakan oleh seorang pemuda, dan pendengar pun berharap agar pinangan

pemuda tersebut juga jangan ditolak karena begitu besarnya perasaan seorang

pemuda terhadap gadis tersebut.

4) Amanat

Amanat atau pesan yang disampaikan penutur pantun bajawek dapat

ditelaah setelah memahami tema, perasaan, dan nada pantun bajawek tersebut.

Berdasarkan isi cerita maka amanat pada pantun bajawek dalam acara mananti

tando adalah sebagai berikut.

a) Adanya kata sopan seperti basa-basi antara tuan rumah dengan tamu ketika

menaiki rumah.

b) Segala sesuatu itu memang dimulai dari awal seperti berbilang dari satu dan

membaca Alquran dari alif.

c) Segala sesuatu terjadi menurut adat kebiasaan.

d) Kehidupan dalam beradat saat akan mengadakan sesuatu acara atau upacara

perlunya memberitahu dan mamanggia masyarakat.

e) Adanya basa-basi ketika menikmati hidangan antara tuan rumah dan tamu.

Page 78: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

72

f) Hidup bermasyarakat perlunya saling tolong-menolong seperti pinjam-

meminjamkan.

g) Hidup beradat mengetengahkan sirih dalam carano ketika ingin memulai kata.

h) Jika seseorang sedang dimabuk cinta maka berbagai rasa yang dirasakan

seperti rasa rindu, sayang, kecewa, menyesal, sedih, terluka, berharap dan

lain-lain sebagainya.

i) Untuk mengikat perjanjian dalam pertunangan adanya pemberian tando.

Dalam pantun bajawek menjelang minum terdapat juga pantun teka teki,

seperti berikut ini:

Anak alai tabang ka alai „Anak alai terbang ke alai

Inggok di ateh puluik-puluik Hinggap di atas pulut-pulut

Kok iyo taulan cadiak pandai Jika iya tahu cerdik pandai

Apo asa nasi puluik (22) Apa asal nasi ketan‟

Pantun bajawek di atas pada baris ketiga dan keempat kok iyo taulan

cadiak pandai, apo asa nasi puluik. Dari baris-baris pantun tersebut adanya

kegiatan tebak-tebakan yang diajukan oleh pihak si pangka kepada pihak si alek,

yaitu menanyakan apa asal dari nasi ketan. Dan berikut pantun balasan yang

disampaikan oleh si alek:

Anak alai tabang ka alai „Anak alai terbang ke alai

Mamukek urang di Tiagan Memukat orang di Tiagan

Nyo nak hilia ka Sinuruik Dia ingin hilir ke Sinuruik

Kok iyo tuan cadiak pandai Jika iya tuan cerdik pandai

Nasi batanak jo santan Nasi bertanak dengan santan

Itu asa nasi puluik (23) Itu asal nasi ketan‟

Pada baris kelima dan keenam pada pantun di atas nasi batanak jo santan,

itu asa nasi puluik. Itu merupakan jawaban dari pantun bajawek sebelumnya,

bahwa nasi ketan itu berasal dari beras ketan yang dimasak dengan santan kelapa

maka hasilnya ialah nasi ketan.

Page 79: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

73

2. Nilai-nilai Pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

Tando

Berikut nilai-nilai pendidikan di dalam pantun bajawek dalam acara

mananti tando yang dibahas sesuai dengan data yang diperoleh dan teori yang

digunakan.

a. Nilai-nilai Pendidikan Agama

Pantun bajawek dalam acara mananti tando ini terdapat nilai agama yang

membimbing seseorang mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berikut

bentuk pantun bajawek yang terdapat nilai pendidikan agamanya yaitu:

Galang dititik nak rang Buro „Gelang dititik anak orang Buro

Baukia batampuak manggih Berukir bertampuk manggis

Mulo babilang dari aso Mula berbilang dari asa

Mangaji iyo dari alih (11) Mengaji iya dari alif‟

Pantun bajawek di atas terlihat pada baris keempat pada isi pantun mulo

babilang dari aso, mulo mangaji dari alih. Bahwa orang jika berhitung dimulai

dari satu sedangkan orang Islam jika membaca Alquran yaitu dari alif. Alif

merupakan huruf pertama yang harus diketahui dalam mempelajari Alquran. Ini

menandakan bahwa dalam menjalani kehidupan kita mempelajari Alquran sebagai

pedoman hidup. Karena di dalam Alquran tersebut terkandung berbagai ajaran

sebagai pedoman hidup di dunia dan akhirat.

Bungo cimpago tuan erak ‘Bunga cempaka tuan erak

Tumbuah di jiraik tuan haji Tumbuh di kuburan tuan haji

Adaik basandi dengan syarak Adat bersendi dengan syarak

Syarak bapapa dengan kaji (27) Syarak bersendi dengan kitab „

Pantun di atas terlihatlah pada baris ketiga dan keempat adaik basandi

dengan syarak, syarak bapapa dengan kaji. Segala sesuatu kegiatan yang

berkaitan dengan adat selalu berpedoman kepada agama yaitu agama Islam dan

Page 80: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

74

adanya ajarannya terdapat dalam kitab Alquran yang menjadi pengajaran dalam

kehidupan sehari-hari. Nilai pendidikan agamanya adalah apapun kegiatan adat

selalu berpedoman kepada agama, karena agama Islam lah ajaran yang paling

benar.

b. Nilai-nilai Pendidikan Moral

Moral menyangkut bagaimana tingkah laku seseorang dalam kehidupan

sehari-hari. Setiap manusia mempunyai tanggungjawab moral terhadap dirinya

dan orang lain. Bertanggungjawab berarti mengfungsionalkan harga dirinya

sebagai manusia. Tanggungjawab moral tersebut menuntut setiap orang dapat

menunaikan tugas dan kewajiban yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-

baiknya. Sebagai pencerminan jiwa yang berkepribadian. Di dalam pantun

bajawek dalam acara mananti tando juga terdapat nilai moral yang akan

membimbing seseorang untuk bertingkah laku baik yang sesuai dengan norma-

norma yang berlaku dalam berkehidupan bermasyarakat di Minangkabau. Pantun

bajawek membimbing masyarakat Binjai untuk bertingkah laku yang baik karena

dalam pantun bajawek terkandung nilai-nilai, norma-norma, aturan maupun

hukum yang berlaku di tengah masyarakat. Berikut pantun bajawek yang di

dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan moral:

Babuah lantimun dandang „Berbuah ketimun dandang

Babuah buliah diputiak i Berbuah boleh diputik i

Batanyo kami sakian janjang Bertanya kami sekian jenjang

Tanggo buliah dinaiak i (9) Tangga boleh dinaiki‟

Page 81: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

75

Pantun bajawek pada baris ketiga dan keempat batanyo kami sakian

janjang, tanggolah buliah dinaiak i. Nilai pendidikan moralnya adalah adanya

sikap sopan, kata minta izin dengan cara bertanya dari pihak tamu untuk masuk ke

rumah pihak tuan rumah. Ini menandakan walaupun pihak tamu sudah diundang,

namun ketika pihak tamu memasuki rumah pihak tuan rumah perlunya sikap

sopan yaitu salah satunya minta izin kepada pihak tuan rumah.

Gadang aia batang Tingkok „Besar air batang Tingkap

Anyuik kulari duo lapan Hanyut kelari dua delapan

Urang Panta manggaleh lado Orang Panta berjualan cabe

Nan aun mintak tuan singkok Yang harum minta tuan buka

Nan lamak mintak tuan makan Yang enak minta tuan makan

Urang pangka baa kabanyo (16) Orang pangkal apa kabarnya‟

Pantun bajawek di atas pada baris keenam urang pangka baa kabanyo.

Nilai pendidikan moralnya yaitu nilai basa-basi, pihak tamu sudah dihidangkan

makanan dan minuman oleh tuan rumah, sebelum memakan dan meminumnya

pihak tamu terlebih dahulu menanyakan terlebih dahulu kepada tuan rumah

apakah pihak tuan rumah tidak ikut serta dengan pihak tamu memakan dan

meminum hidangan tersebut.

Badarun batu tarolek „Berderum batu tergolek

Surian di ateh papan Surian di atas papan

Dahulu sakalian alek Dahulu sekalian tamu

Kudian kami sapangkalan (17) Kemudian kami sepangkalan‟

Pantun bajawek di atas pada baris ketiga dan keempat yang merupakan isi

pantun dahulu sakalian alek, kudian kami sapangkalan. Nilai pendidikan

moralnya yaitu menghormati dan memuliakan tamu yaitu pihak tamu (si alek).

Memuliakan tamu dengan cara menyuruh si alek makan terlebih dahulu dan si

pangka nanti saja.

Page 82: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

76

Manga surian pulo „Mengapa surian pula

Samo ka kabun kito baa Sama ke kebun kita bagaimana

Dek kito jarang ka rimbo Karena kita jarang ke rimba

Manga kudian pulo Mengapa kemudian pula

Samo minum kito baa Sama minum kita bagaimana

Dek kito jarang basuo (19) Karena kita jarang bersua‟

Pantun bajawek di atas juga terdapat nilai pendidikan moral yaitu basa-

basi hal itu terlihat pada baris keempat, kelima dan keenam manga kudian pulo,

samo minum kito baa, dek kito jarang basuo. Yaitu meminta pihak tuan rumah

untuk ikut bersama dengan pihak tamu menyantap hidangan tersebut.

Sakali amuah jalan ka kabun „Sekali mau jalan ke kebun

Babelok jalan ka Palupuah Berbelok jalan ke Pelupuh

Sakali amuah kito minum Sekali mau kita minum

Basamo kito mambasuah (21) Bersama kita mencuci‟

Pantun bajawek di atas baris ketiga dan keempat yang merupakan isi

pantun sakali amuah kito minum, basamo kito mambasuah. Nilai pendidikan

moralnya ialah nilai basa-basi, walaupun sebenarnya pihak tamu tidak ada

menolong mencuci piring tuan rumah, dan ini hanya bermakna kias saja. Sehingga

asalkan mau makan dan minum bersama pihak tamu mau menolong pihak tuan

rumah.

Antah sapek antah mantilo

Gamo-gamo di dalam gantang

Antah dapek antah tido

Pasambahan dek lah lamo indak baulang (31)

„Entah sepat entah mantilo

Rama-rama di dalam rantang

Entah dapat entah tidak

Pasambahan karena sudah lama tidak diulang‟

Pantun di atas terdapat nilai pendidikan moral pada baris ketiga dan

keempat yang merupakan isi pantun. Antah dapek antah tido, pasambahan dek

Page 83: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

77

lah lamo indak baulang, pada kata tersebut adanya sikap yang baik yaitu sikap

merendah diri karena manusia memiliki keterbatasan sehingga saat memulai

untuk mengungkapkan sesuatu seorang penyampai pasambahan terlebih dahulu

mengakui kelemahannya, jika pun ada terdapat kesalahan nantinya pada

penyampaian pasambahan pendengarnya harap memaklumi saja.

Dijaloan lah jalo nan ketek „Dijalakan lah jala yang kecil

Dijaloan ka tapi rimbo Dijalakan ke tepi rimba

Dikatoan kato nan ketek Dikatakan kata yang kecil

Satau ibu dengan bapo (60) Setahu ibu dengan bapak‟

Pantun di atas pada baris ketiga dan keempat yang merupakan bagian isi

pantun dikatoan kato nan ketek, satau ibu dengan bapo. Nilai pendidikan

moralnya adalah segala sesuatu permasalahan yang dialami seorang anak harus

diketahui oleh orang tuanya, atau anak yang harus memberitahukan orang tuanya

apalagi persoalan akan meminang, karena sah atau tidaknya pernikahan seseorang

nantinya juga tergantung kepada izin dari orang tua. Maka sangat perlunya orang

tua mengetahui dan juga mengurusnya.

Anak urang Koto Marapak „Anak orang Koto Marapak

Pai ka balai baduo-duo Pergi ke pasar berdua-dua

Cincin kami ko cincin perak Cincin kami ini cincin perak

Mintak disorongan ka anak daro (67) Minta disorongkan ke pengantin‟

Pantun bajawek di atas baris ketiga cincin kami ko cincin perak, adanya

nilai pendidikan moral yaitu sikap rendah diri walaupun yang sebenarnya cincin

yang dibawanya bukan hanya cincin perak tapi cincin emas. Tapi disini hanya

dikiaskan sebagai cincin perak saja.

Kaciak-kaciak jajak koreta „Kecil-kecil jejak sepeda

Anak alang patah kakie Anak elang patah kakinya

Cincin aciak salang sabanta Cincin kakak pinjam sebentar

Kok hilang supiak ka gantie (66) Jika hilang si upik jadi gantinya‟

Page 84: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

78

Pantun bajawek di atas pada baris ketiga dan keempat cincin aciak salang

sabanta, kok hilang supiak ka gantie. Nilai pendidikan moralnya adalah adanya

makna tersirat yaitu rasa bertanggungjawab oleh pihak tuan rumah terhadap

kepercayaan yang diberikan oleh pihak tamu.

Pilin-bapilin aka cino „Pilin-berpilin akar cina

Bapilin lalu ka ateh ambun Berpilin lalu ke atas embun

Jawek pakirim dagang hino Terima kiriman dagang hina

Nasi batungkuih dengan daun (72) Nasi berbungkus dengan daun‟

Pantun bajawek di atas baris ketiga dan keempat jawek pakirim dari

dagang hino, nasi batungkuih dengan daun. Nilai pendidikan moral yaitu sikap

baik yaitu rendah diri dengan ungkapan bahwa orang yang berkirim menyatakan

dirinya orang dagang yang hina dan kirimannya hanya berbungkus dengan daun.

Namun, sebenarnya orang yang berkirim tersebut bukanlah seorang dagang yang

hina dan kirimannya juga bukan berbungkus dengan daun tapi kirimannya terletak

di dalam rantang yang bagus.

Kuawek sangka nan panjang „Kuawek sangka yang panjang

Panabang sigantiah mudo Penebang sirantih muda

Manjawek tangan nan panjang Menerima tangan yang panjang

Mambaleh sakali tido (73) Memberi sekali tidak‟

Pantun bajawek di atas baris ketiga dan keempat manjawek tangan nan

panjang, mambaleh sakali tido, terdapatnya makna kias yaitu menerima kiriman

dengan senang hati dan tidak akan menolaknya oleh pihak tamu tapi dari pihak

yang menerima kiriman belum ada mengirimi balik pada yang berkirim. Di sini

juga ada nilai pendidikan moral yaitu menghargai pemberian dari orang lain

walaupun belum dapat membalasnya.

Page 85: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

79

c. Nilai-nilai Pendidikan Adat

Pada pantun bajawek dalam acara mananti tando terdapat nilai-nilai

pendidikan adat. Ini terlihat dari pantun bajawek ini digunakan sebagai alat

berkomunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam acara adat

Minangkabau itu sendiri yaitu acara mananti tando. Berikut pantun bajawek yang

ada nilai pendidikan adatnya.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman

Diambiak ka junjuang siriah Diambil untuk junjung sirih

Jatuah malayang sularonyo Jatuh melayang selaranya

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman

Naiak ka rumah makan siriah Naik ke rumah makan sirih

Siriah mananti di carano (7) Sirih menanti di cerana‟

Pantun bajawek di atas pada baris keempat, kelima dan keenam usah lamo

tagak di halaman, naiak kumah makan siriah, siriah mananti di carano. Nilai

pendidikan adatnya adalah setiap acara adat selalu ada dengan sirih di carano atau

mengetengahkan sirih yang melambangkan kalau orang Minang itu punya adat

atau beradat, hal itu terlihat jelas dalam pemakaian kata pertama untuk mengajak

tamu untuk masuk ke rumah oleh tuan rumah, yaitu untuk memakan sirih yang

ada di carano.

Paradah batali banang „Paradah bertali benang

Bari barambuik banang suto Beri berambut benang sutra

Dipadah iyolah datang Dipadah iyalah datang

Dipanggia iyolah tibo (13) Dipanggil iyalah tiba‟

Pantun di atas pada baris ketiga dan keempat dipadah iyolah datang,

dipanggia iyolah tibo. Nilai pendidikan adatnya adalah setiap orang Minang

melaksanakan acara adat maka kerabat dan warga masyarakat diberitahu dengan

mendatangi rumah mereka dan membawa sirih serta kegiatan yang pertama yang

Page 86: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

80

dilakukan oleh orang yang ingin mengadakan acara adat adalah menyuguhkan

sirih untuk dimakan, sebelum memulai kata untuk menyampaikan maksud

kedatangannya, kegiatan inilah yang dinamakan mamanggia. Orang yang

diharapkan hadir dalam acara adat tersebut adalah orang yang dipanggia. Maka

orang yang dipanggia insyaalah akan datang dalam acara adat tersebut karena

mereka merasa harus datang ke acara tersebut. Selain itu, karena nanti-nantinya

mereka pasti juga ada mengadakan acara dan juga berharap orang lain pun datang.

Jika kita menghadiri panggilan maka panggilan kita nantinya juga dihadiri dan

sebaliknya. Hal inilah yang dinamakan dipadah (tantangan atau imbangan).

Bungo cimpago tuan erak „Bunga cempaka tuan erak

Tumbuah di jiraik tuan haji Tumbuh di kuburan tuan haji

Adaik basandi dengan syarak Adat bersendi dengan syarak

Syarak bapapa dengan kaji (27) Syarak bersendi dengan kitab‟

Pantun di atas pada baris ketiga adaik basandi dengan syarak. Nilai

pendidikan adatnya adalah ajaran adat sangat perlu dipertahankan karena di

dalamnya terkandung nilai-nilai yang baik bagi kehidupan. Adat Minang yang

berpedoman kepada agama Islam, jadi jika seseorang menjalani kehidupan sesuai

dengan ketentuan adat secara tidak langsung berarti telah menjalani kehidupan

yang sesuai dengan aturan agama Islam.

Antah sapek antah mantilo

Gamo-gamo di dalam gantang

Antah dapek antah tido

Pasambahan dek lah lamo indak baulang (31)

„Entah sepat entah mantilo

Rama-rama di dalam rantang

Entah dapat entah tidak

Pasambahan karena sudah lama tidak diulang‟

Page 87: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

81

Pantun bajawek pada baris keempat pasambahan dek lah lamo indak

baulang. Nilai pendidikan adatnya adalah pada kata pasambahan, bahwa orang

Minang khususnya masyarakat Binjai dalam acara adat mananti tando ada

pasambahan untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan sopan, dan di

dalam pasambahan banyak terkandung pepatah-petitih dan pantun yang

merupakan pengajaran dalam berkehidupan.

Dijaloan jalo nan gadang „Dijalakan jala yang besar

Dijaloan ka tapi samak Dijalakan ke tepi semak

Dikatoan kato nan gadang Dikatakan kata yang besar

Satau niniak dengan mamak (61) Setahu ninik dengan mamak‟

Pantun bajawek di atas pada baris ketiga dan keempat dikatoan kato nan

gadang, satau niniak dengan mamak. Nilai pendidikan adatnya adalah dalam

acara adat meminang harus setahu ninik dan mamak karena di Minangkabau

setiap kegiatan yang menyangkut tentang adat harus setahu mamak karena mamak

yang akan mengurus kemenakannya. Walaupun di Binjai dalam mananti tando

gadang hanya diwakili oleh kaum ibuk atau kaum perempuan saja bukan berarti

acara mananti tando dilakukan tanpa sepengetahuan ninik mamak tetapi tidak

terlepas dari kata sepakat dari kaum lelaki atau ninik mamak terlebih dahulu.

Muaro pungkuik batang batindiah „Muara pungkut batang bertindih

Di baliak batang nan tarandam Di balik batang yang terendam

Singkok lah bungkuih kunyah lah siriah Buka lah bungkus kunyah lah sirih

Badan den mintak tuan ganggam (62) Badan saya minta tuan genggam‟

Pantun di atas pada baris ketiga singkoklah bungkuih kunyahlah siriah.

Nilai pendidikan adatnya adalah segala sesuatu yang akan dibicarakan dalam

acara adat selalu mengetengahkan sirih terlebih dahulu. Karena sirih merupakan

lambang dari orang Minang itu beradat dan merupakan acara adat.

Page 88: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

82

Si Upiak gadih sari ameh „Si Upik gadis sari emas

Anak urang Simpang Tigo Anak orang Simpang Tiga

Siriah abih pinang lah kameh Sirih habis pinang lah habis

Carano pulangan ka nan punyo (69) Cerana kembalikan ke yang punya‟

Pantun bajawek di atas pada baris ketiga dan keempat siriah abih

pinanglah kameh, carano pulangan ka nan punyo. Nilai pendidikan adatnya

adalah setiap segala sesuatu untuk memulai kata di dalam acara adat selalu di

dahului dengan acara memakan sirih yang ada di carano atau mengetengahkan

sirih secukupnya karena semua itu melambangkan bahwa kita orang yang

memiliki adat. Setelah sirih dimakan barulah maksud dan tujuan diutarakan. Di

Binjai dalam acara mananti tando sebelum maksud dan tujuan disampaikan dan

tando diberikan dilakukan kegiatan meminjam carano oleh pihak tamu (si alek)

kepada pihak tuan rumah (si pangka). Hal ini bukan berarti pihak tamu tidak

membawa sirih secukupnya, sirih secukupnya ada dibawa tapi dengan kampia

siriah.

Si Upiak gadih sari ameh „Si Upik gadis sari emas

Anak urang Koto Tuo Anak orang Koto Tuo

Siriah abih pinang lah kameh Sirih habis pinang lah habis

Cando itu adaik kami di siko (70) Seperti itu adat kami di sini‟

Pantun bajawek di atas pada baris ketiga dan keempat siriah abih pinang

lah kameh, cando itu adaik kami di siko. Saat akan memulai kata maka orang

mengetengahkan sirih secukupnya di carano untuk memulai acara adat. Dan

itulah yang dinamakan acara adat dan sirih dimakan terlebih dahulu barulah

maksud dan tujuan disampaikan.

Page 89: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

83

Demikianlah struktur dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam

pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari

Kabupaten Pasaman.

Page 90: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

84

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terhadap struktur pantun bajawek

dan nilai-nilai di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman, bentuk dan struktur pantun yang sama dengan

pantun biasa, mempunyai sampiran dan isi dan terdiri dari empat baris seuntai,

enam baris seuntai, delapan baris seuntai dan sepuluh baris seuntai. Pantun

enam baris, delapan baris dan sepuluh baris disebut juga dengan talibun. Pada

umumnya pantun bajawek dalam acara mananti tando bersajak ab ab baris

pertama (1) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketiga (3), sedang baris

kedua (2) mempunyai persamaan bunyi dengan baris keempat (4). Selanjutnya

juga terdapat pantun yang terdiri atas enam baris atau lebih dikenal dengan

talibun. Pantun tersebut bersajak abc abc, persamaan bunyi terdapat pada baris

pertama (1) dengan baris keempat (4), baris kedua (2) mempunyai persamaan

bunyi dengan baris kelima (5), dan baris ketiga (3) mempunyai persamaan

bunyi dengan baris keenam (6). Seterusnya pantun yang berjumlah delapan

baris, empat baris bagian awal sampiran dan empat baris seterusnya bagian isi,

persajakannya abcd abcd baris pertama (1) mempunyai persamaan bunyi

dengan baris kelima (5), baris kedua (2) dengan baris keenam (6), baris ketiga

(3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketujuh (7), sedangkan baris

Page 91: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

85

keempat (4) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kedelapan (8). Dan

ada juga pantun yang berjumlah sepuluh baris, pada pantun yang seperti ini

lima baris pertama disebut dengan sampiran dan lima baris berikutnya disebut

dengan bagian isi pantun. Persajakan pantun sepuluh baris seuntai ialah abcde

abcde baris pertama (1) dengan baris keenam (6), baris kedua (2) dengan baris

ketujuh (7), baris ketiga (3) mempnyai persamaan bunyi dengan baris

kedelapan (8), baris keempat (4) dengan baris kesembilan (9), sedangkan baris

kelima (5) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kesepuluh (10). Selain

itu, pantun bajawek juga dibangun oleh struktur fisik terdiri dari: diksi, imaji,

kata konkret, bahasa figuratif, rima dan ritma. Struktur batin pantun terdiri

dari: tema, nada, perasaan, dan amanat.

2. Nilai-nilai pendidikan di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando,

secara umum yaitu nilai pendidikan agama yaitu membimbing seseorang

mengamalkan ajaran agama di dalam kehidupan sehari-hari. Nilai pendidikan

moral yang membimbing seseorang untuk bertingkah laku baik yang sesuai

dengan norma-norma yang berlaku dalam berkehidupan bermasyarakat dan,

nilai pendidikan adat, ini terlihat dari pantun bajawek ini digunakan sebagai

alat berkomunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam acara adat

Minangkabau itu sendiri yaitu acara mananti tando.

B. Implikasi dalam Pembelajaran BAM

Penelitian tentang struktur dan nilai-nilai pendidikan pantun bajawek

dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari kabupaten Pasaman

dapat diimplikasikan untuk pembelajaran muatan lokal BAM. Nilai-nilai

Page 92: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

86

pendidikan dapat membantu siswa memahami pantun bajawek yang juga ada

dalam pasambahan yang terkandung nilai-nilai di dalamnya. Pembelajaran BAM

di SMP kelas IX semester 2 memakai pidato pasambahan sebagai salah satu

media pembelajaran.

Kurikulum muatan lokal BAM dapat terlihat pada standar kompetensi,

yaitu mengenal, memahami, dan mengahayati bahasa dan sastra Minangkabau

serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, kompetensi dasar mengenal,

memahami serta mengapreasiasikan pidato adat Minangkabau. Strategi

pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Standar

kompetensi ini sangat berkaitan dengan penelitian yang berjudul pantun bajawek

dalam acara mananti tando.

C. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka diajukan beberapa

saran kepada pihak-pihak berikut.

1. Untuk pemerintah atau khususnya Depdiknas, adanya suatu usaha untuk

membentuk suatu organisasi yang dapat mengolah seni pertunjukan, baik

tingkat propinsi maupun tingkat kodya atau Kabupaten.

2. Untuk dosen, diharapkan dapat memberikan motivasi dan peluang kepada

mahasiswa untuk meneliti berbagai corak kebudayaan nasional agar nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya dapat dibiaskan lagi.

3. Untuk mahasiswa, tumbuhnya minat untuk meneliti berbagai corak

kebudayaan nasional ini, baik yang berbentuk kesusastraan maupun yang

lainnya, agar kebudayaan ini tetap berkembang.

Page 93: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

87

4. Bagi peneliti lain, dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengambil

pembahasan yang lebih mendalam.

5. Sebagai masyarakat pemilik kebudayaan khususnya masyarakat Binjai

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, hendaklah kita mempertahankan

kebudayaan yang kita miliki agar tidak punah dan hilang.

Page 94: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

88

KEPUSTAKAAN

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa

dan Sastra. Malang: Y A 3 Malang.

Asnety. 2004. “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Pepatah-Petitih Minangkabau

Kumpulan H. Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu”. (Makalah). Padang:

Universitas Negeri Padang.

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Yayasan Citra Budaya

Indonesia.

_______. 2008. Analisis Sajak: Teori, Metodologi dan Aplikasi. Padang: UNP

Press.

Djamaris, Edwar. 2001. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Gani, Erizal. 2010. Pantun Minangkabau dalam Perspektif Budaya dan

Pendidikan.Padang: UNP Pres Padang.

Hasanuddin, WS. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

Ibnu, Suhadi, dkk., 2003. Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian

Universitas Negeri Malang.

Isman, William H. dan Ali M. B. 1996. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Bandung: Citra Umbara.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexi J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Navis, A. A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Grafiti Pers.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Salmi. 2001. ”Struktur Pantun dalam Randai di Andaleh Kecamatan Luhak Lima

Puluh Kota”. (Skripsi). Padang: Universitas Negeri Padang.

Saydam, Gouzali. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang. Padang: PPIM.

Semi, Atar. M. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Page 95: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

89

Setiadi, Elly dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Prenada Media

Group.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar sastra. Bandung: Angkasa.

Waluyo, J. Herman. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Zulkarnaini. 2003. Budaya Alam Minangkabau untuk SMP. Bukittinggi: Usaha

Ikhlas.

Page 96: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

90

Lampiran 1

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Rubiati

Umur : 53 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku : Melayu

Alamat : Padang Ranjau Nagari Binjai

2. Nama : Mainar

Umur : 51 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku : Koto

Alamat : Padang Kubu Nagari Binjai

Page 97: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

91

Lampiran 2

PANDUAN WAWANCARA

1. Apakah yang dimaksud dengan pantun bajawek, Buk?

2. Apa yang dimaksud dengan acara mananti tando, Buk?

3. Mengapa pantun di dalam acara mananti tando disebut dengan pantun

bajawek, Buk?

4. Apakah beda pantun bajawek dalam acara mananti tando dengan pantun lain-

lainnya, Buk?

5. Mengapa acara pantun bajawek hanya dilakukan pada acara mananti tando

gadang saja, Buk?

6. Siapa saja yang berperan sebagai penutur pantun bajawek dalam acara

mananti tando, Buk?

7. Apakah Ibuk bisa berperan sebagi pihak mananti tando atau sebagai pihak

yang maanta tando dalam acara pantun bajawek?

8. Pihak manakah biasanya yang terlebih dahulu memulai acara pantun bajawek

di dalam acara mananti tando, Buk?

9. Bagaimanakah pelaksanaan pantun bajawek dalam acara mananti tando, Buk?

10. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan di dalam pantun bajawek, Buk?

11. Apa saja pantun yang termasuk ke dalam nilai pendidikan agama, Buk?

12. Pantun apa saja yang termasuk ke dalam nilai pendidikan moral, Buk?

13. Apa saja pantun yang termasuk ke dalam nilai pendidikan adat, Buk?

Page 98: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

92

Lampiran 3

Data Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman

No Bahasa pantun bajawek di Binjai Bahasa Indonesia

1 Kambang sabatang bungo pandan

Camiah sulasiah mangguruik i

Kini lah datang sisinyo badan

Camiah lah kami manuruik i

Kembang sebatang bunga pandan

Hampir selasih mengguguri

Kini lah datang sisinya badan

Hampir lah kami menuruti

2 Indak bana guruik mangguruik i

Bungo pandan ka kambang juo

Indak bana turuik manuruik i

Nan kami ka datang juo

Tidak benar gugur mengguguri

Bunga pandan mau kembang juga

Tidak benar turut menuruti

Yang kami mau datang juga

3 Alah panek kami dek babansi

Gabauk tasanda di pamatang

Alah panek kami dek mananti

Baa sabab kok talambek datang

Sudah penat kami karena berbansi

Rebab tersandar di pematang

Sudah penat kami karena menanti

Apa sebab jika terlambat datang

4 Anak bebek dalam jilatang

Mamuleh pucuak dalu-dalu

Sabab talambek kami datang

Jalan bakelok bakeh lalu

Anak kambing dalam jilatang

Memakan pucuk dalu-dalu

Sebab terlambat kami datang

Jalan berkelok tempat lalu

5 Cubadak tangahi halaman

Dijuluak jo ampu kaki

Usah lamo tagak di halaman

Iko cibuak basuah lah kaki

Cempedak di tengah halaman

Dijolok dengan ibu jari

Usah lama berdiri di halaman

Ini cibuk cuci lah kaki

6 Cubadak tangahi halaman

Dipatiak anak si Fatimah

Sabab kami tagak di halaman

Disangko aciak indak di rumah

Cempedak di tengah halaman

Dipetik anak si Fatimah

Sebab kami berdiri di halaman

Disangka kakak tidak di rumah

7 Cubadak tangahi halaman

Diambiak ka junjuang siriah

Jatuah malayang sularonyo

Usah lamo tagak di halaman

Naiak ka rumah makan siriah

Siriah mananti di carano

Cempedak di tengah halaman

Diambil untuk junjung sirih

Jatuh melayang selaranya

Usah lama berdiri di halaman

Naik ke rumah makan sirih

Sirih menanti di cerana

8 Jelo-bajelo jariang lawah

Jelo lalu ka Sitindiah

Usah lamo tagak di bawah

Naiak ka rumah makan siriah

Juntai-berjuntai jaring laba-laba

Juntai lalu ke Sitindih

Usah lama berdiri di bawah

Naik ke rumah makan sirih

9 Babuah lantimun dandang

Babuah buliah diputiak i

Batanyo kami sakian janjang

Tanggo buliah dinaiak i

Berbuah ketimun dandang

Berbuah boleh diputik i

Bertanya kami sekian jenjang

Tangga boleh dinaiki

Page 99: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

93

10 Babuah lantimun dandang

Babuah buliah diputiak i

Batanyo bana tibo di janjang

Alah buliah bana tanggo dinaiak i

Berbuah ketimun dandang

Berbuah boleh diputik i

Bertanya benar tiba di jenjang

Sudah boleh benar tangga dinaiki

11 Galang dititik nak rang Buro

Baukia batampuak manggih

Mulo babilang dari aso

Mangaji iyo dari alih

Gelang dititik anak orang Buro

Berukir bertampuk manggis

Mula berbilang dari asa

Mengaji iya dari alif (3 pantun lagi sama)

12 Bungo kasumbo di Kumpulan

Buahnyo paliang-paliangan

Siang biaso kaciciran

Lalok biaso kamaliangan

Bunga kesumba di Kumpulan

Buahnya paling-palingan

Siang biasa kececeran

Tidur biasa kemalingan

13 Paradah batali banang

Bari barambuik banang suto

Dipadah iyolah datang

Dipanggia iyolah tibo

Paradah bertali benang

Beri berambut benang sutra

Dipadah iyalah datang

Dipanggil iyalah tiba

14 Gadang aia batang Tingkok

Anyuik kulari duo lapan

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

Besar air batang Tingkap

Hanyut kelari dua delapan

Yang harum minta tuan buka

Yang enak minta tuan makan

15 Gadang aia batang Tingkok

Surian di ateh papan

Sicaraik pupua jo bungonyo

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

Tabuang apo kagunonyo

Besar air batang Tingkap

Surian di atas papan

Sicerek gugur dengan bunganya

Yang harum minta tuan buka

Yang enak minta tuan makan

Terbuang apa kegunaanya

16 Gadang aia batang Tingkok

Anyuik kulari duo lapan

Urang panta manggaleh lado

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

Urang pangka baa kabanyo

Besar air batang Tingkap

Hanyut kelari dua delapan

Orang Panta berjualan cabe

Yang harum minta tuan buka

Yang enak minta tuan makan

Orang pangkal apa kabarnya

17 Badarun batu tarolek

Surian di ateh papan

Dahulu sakalian alek

Kudian kami sapangkalan

Berderum batu tergolek

Surian di atas papan

Dahulu sekalian tamu

Kemudian kami sepangkalan

18 Tarolek batu tarolek

Tarolek ka tangah jalan

Dulu sakalian alek

Kudian kami sapangkalan

Tergolek batu tergolek

Tergolek ke tengah jalan

Dahulu sekalian tamu

Kemudian kami sepangkalan

19 Manga surian pulo

Samo ka kabun kito baa

Dek kito jarang ka rimbo

Manga kudian pulo

Samo minum kito baa

Dek kito jarang basuo

Mengapa surian pula

Sama ke kebun kita bagaimana

Karena kita jarang ke rimba

Mengapa kemudian pula

Sama minum kita bagaimana

Karena kita jarang bersua

Page 100: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

94

20 Amuah bana kami ka kabun

Dadok sia lah ka manutuah

Ditutuah anak urang koto tuo

Amuah bana kami samo minun

Mangkuak sia ka mambasuah

Kami ndak ado ba urang sumando

Mau benar kami ke kebun

Dadap siapa lah mau menutuh

Ditutuh anak orang Koto Tuo

Mau benar kami sama minum

Mangkuk siapa mau mencuci

Kami tidak ada berorang semenda

21 Sakali amuah jalan ka kabun

Babelok jalan ka Palupuah

Sakali amuah kito minum

Basamo kito mambasuah

Sekali mau jalan ke kebun

Berbelok jalan ke Pelupuh

Sekali mau kita minum

Bersama kita mencuci

22 Anak alai tabang ka alai

Inggok di ateh puluik-puluik

Kok iyo taulan cadiak pandai

Apo asa nasi puluik

Anak alai terbang ke alai

Hinggap di atas pulut-pulut

Jika iya tahu cerdik pandai

Apa asal nasi ketan

23 Anak alai tabang ka alai

Mamukek urang di tiagan

Nyo nak hilia ka sinuruik

Kok iyo tuan cadiak pandai

Nasi batanak jo santan

Itu asa nasi puluik

Anak alai terbang ke alai

Memukat orang di Tiagan

Dia ingin hilir ke Sinuruik

Jika iya tuan cerdik pandai

Nasi bertanak dengan santan

Itu asal nasi ketan

24 Bagalah barantang perak

Limau manih di pandakian

Jelo urek selo-baselo

Kalah indak manang pun indak

Sadang manih kito antian

Dima alek awak ulang pulo

Bagalah barantang perak

Jeruk manis di pendakian

Jelo akar sila-bersila

Kalah tidak menang pun tidak

Sedang manis kita hentikan

Dimana pesta kita ulang pula

25 Si Upiak gadih Sicikam

Anak urang Padang Palak

Carano kami carano hitam

Antah paguno antah indak

Si Upik gadis Sicikam

Anak orang Padang Palak

Cerana kami cerana hitam

Entah perguna entah tidak

26 Si Upiak gadih Sicikam

Anak urang Padang Kubu

Carano nangko iyo hitam

Iko bana dek kami nan katuju

Si Upik gadis Sicikam

Anak orang Padang Kubu

Cerana ini iya hitam

Ini benar oleh kami yang suka

27 Bungo cimpago tuan erak

Tumbuah di jiraik tuan haji

Adaik basandi dengan syarak

Syarak bapapa dengan kaji

Bunga cempaka tuan erak

Tumbuh di kuburan tuan haji

Adat bersendi dengan syarak

Syarak bersendi dengan kitab (1 pantun

lagi sama)

28 Gambia dadiah ulu silayang

Sapiah sampai ka pucuak e

Batamu kasiah nan jo sayang

Bakuncang alam dimabuak e

Gambir dadih hulu silayang

Serpih sampai ke pucuknya

Bertemu kasih dengan sayang

Bergoncang alam dimabuknya (1 pantun

lagi sama)

29 Siriah dibolai kuniang gagang

Dirantiah sado nan mudo

Sirih dibolai kuning gagang

Diambil semua yang muda

Page 101: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

95

Batamu kasiah dengan sayang

Baputa alam dimabuaknyo

Bertemu kasih dengan sayang

Berputar alam dimabuknya

30 Timbakau Sirambun Aceh

Diduduih Sirambun Alam

Bukannyo masiak kanai paneh

Masiak barambun tangah malam

Tembakau Sirambun Aceh

Dihirup Sirambun Alam

Bukannya kering kena panas

Kering berembun tengah malam (1

pantun lagi sama)

31 Antah sapek antah mantilo

Gamo-gamo di dalam gantang

Antah dapek antah tido

Pasambahan dek lah lamo indak baulang

Entah sepat entah mantilo

Rama-rama di dalam rantang

Entah dapat entah tidak

Pasambahan karena sudah lama tidak

diulang

32 Ditabang talang katurak

Diambiak ka junjuang siriah

Malang indak dapek ditulak

Mujua indak dapek digayiah

Ditebang bambu katurak

Diambil untuk junjung sirih

Malang tidak dapat ditolak

Mujur tidak dapat diraih

33 Sigawa guntiangan Aceh

Buatan anak pulau Telok

Tujuan mukasuik indak lapeh

Dima mato amuah lalok

Celana guntingan Aceh

Buatan anak pulau Telok

Tujuan maksud tidak lepas

Dimana mata mau lelap

34 Kabek pinggang si Rajo Baraik

Lipek patah sambilan

Ditimbang raso mularaik

Tolong lah baa patenggangan

Ikat pinggang si Raja Barat

Lipek patah sembilan

Ditimbang rasa melarat

Tolong lah dipertenggangkan

35 Anak baju suto majaipun

Unduang-unduang bagerai rabah

Tadorong kasiah bagai racun

Kiramaik duya mangko sudah

Anak baju sutra majaipun

Undung-undung bergerai rebah

Terdorong kasih bagai racun

Kiamat dunia maka sudah

36 Baju Piaman ragi duo

Tanunan anak Banuhampu

Satahun musim pabilo

Bilo masonyo badan kabatamu

Baju Pariaman berwarna dua

Tenunan anak Banuhampu

Setahun musim kapan

Bila masanya badan bertemu

37 Diambiak cando minyak manih

Rambuik nan kusuik nak salasai

Hati nan ibo-ibo bangih

Mukasuik hati nan alun sampai

Diambil seperti minyak manis

Rambut yang kusut ingin selesai

Hati yang hiba-hiba marah

Maksud hati yang belum sampai

38 Minyak tanco buatan Japang

Jualan toko Bukittinggi

Sajak mancaliak bungo kambang

Hati nan indak sanang lai

Minyak tanco buatan Jepang

Jualan toko Bukitinggi

Sejak melihat bunga kembang

Hati yang tidak senang lagi

39 Kok cabiak bana kain deta

Dililik an juo di kapalo

Kok cadiak bana di nan susah

Sakeh taimpik di nan kayo

Jika sobek benar kain deta

Dililikkan juga di kepala

Jika cerdik benar di yang susah

Pasti terhimpit di yang kaya

40 Detanyo saluak nak rang Bugih

Buatan anak Indopuro

Detanya saluak anak orang Bugis

Buatan anak Indopuro

Page 102: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

96

Adiak nan layuak kuniang mipih

Buah hati tapian mato

Adik yang layuak kuning tipis

Buah hati tepian mata

41 Diambiak pulo luji tangan

Buatan anak Indopuro

Siang dimabuak angan-angan

Malam mabuak mimpi pulo

Diambil pula jam tangan

Buatan anak Indopuro

Siang dimabuk angan-angan

Malam mabuk mimpi pula

42 Sabuah banamo ikek apik

Buatan anak pasa gadang

Makin diubek makin sakik

Musim pabilo nan kasanang

Sebuah bernama ikat apik

Buatan anak pasar besar

Makin diobat makin sakit

Musim pabila mau senang

43 Cincin ameh mato dalimo

Tagah dek duo satuangan

Hati lah lamo dek binaso

Tagah dek pandai mailangan

Cincin emas mata delima

Tetapi oleh dua setuangan

Hati lah lama karena binasa

Tetapi oleh hati pandai menghilangkan

44 Cincin akiak bamato akiak

Tagilang-gilang di ateh atok

Kasiah lah lamo dek bacaliak

Sayang pabilo ka dikakok

Cincin akik bermata akik

Tergilang-gilang di atas atap

Kasih lah lama karena dilihat

Sayang pabila mau disentuh

45 Sabuah banamo ganto sori

Patuik ditanggai di kalingkiang

Hilang kamano ka dicari

Lautan sajo bakuliliang

Sebuah bernama ganto sori

Patut dibuka di kelingking

Hilang kemana mau dicari

Lautan saja berkeliling

46 Sisampiang ragi sapik udang

Banang saratuih tigo puluah

Jualan toko Bukittinggi

Awak bansaik duya takambang

Hari patang duduak mangaluah

Galak nan kayo mamandangi

Sisamping warna jepit udang

Benang seratus tiga puluh

Jualan toko Bukittinggi

Kita miskin dunia terkembang

Hari petang duduk mengeluh

Tertawa yang kaya memandangi

47 Marokok sabatang sadam

Minyak di dalam buli-buli

Si sikok semba baa balam

Balam jinak di kami lai

Merokok sebatang sadam

Minyak di dalam buli-buli

Si sikok sambar bagaimana balam

Balam jinak sama kami ada

48 Kalam banamo kalam binau

Kalam tasisik ateh kasau

Angku manauah balam mau

Taniaik di hati nak mancakau

Kalam bernama kalam binau

Kalam tersisik atas kasau

Angku menaruh balam mau

Terniat di hati mau menangkap

49 Jambu mawar di pakan akaik

Pucuak malepai gaduang Cino

Kini di duya bisuak akiraik

Manga dikicuah dagang hino

Jambu mawar di pasar minggu

Pucuk menjulai gedung Cina

Kini di dunia besok akhirat

Mengapa didustai dagang hina

50 Induak janjang kanso batuang

Dituang Puti Reno Ali

Lapehlah buruang nak nyo tabang

Untuang babaliak ka nagari

Induk jenjang kanso bertuang

Dituang Putri Reno Ali

Lepas lah burung biar dia terbang

Untung berbalik ke negeri

51 Kok pauah alun karampai

Karambia mudo to kini

Jika pauh belum kerampai

Kelapa muda itu kini

Page 103: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

97

Itu kini dek jauah alun ka sampai

Hampia tibo itu kini tibo

Itu kini karena jauh belum mau sampai

Hampir tiba itu kini tiba (1 pantun lagi

sama)

52 Hari nan sadang tangah hari

Sadang buntak bayang-bayang

Batang tubuah dapek diganti

Parangai indak kunjuang hilang

Hari yang sedang tengah hari

Sedang bulat bayang-bayang

Batang tubuh dapat diganti

Perangai tidak kunjung hilang

53 Jelo-bajelo tali pukek

Kaja-bakaja apuang-apuangan

Caliak sakileh pandang lakek

Kasiah bakumpa dalam jantuang

Jelo-berjelo tali pukat

Kejar-berkejar apung-apungan

Lihat sekilas pandang lengket

Kasih berkumpul dalam jantung (1

pantun lagi sama)

54 Tibo lah bujang di galanggang

Duduak bajuntai di kurisi

Ambo manampak bungo kambang

Takana juo sampai kini

Tiba lah pemuda di gelanggang

Duduk berjuntai di kursi

Saya melihat bunga kembang

Teringat juga sampai sekarang

55 Usak pandan sabab dek api

Api nan indak tapadaman

Kinco-bakinco jo daun ginggiang

Daun kaladi tampak mudo

Usak badan sabab dek hati

Hati nan indak tatahanan

Mato jo a lah ka di dindiang

Awak salabuah satapian pulang pai

mandi tampak juo

Rusak pandan karena api

Api yang tidak terpadamkan

Campur-bercampur dengan daun

geringging

Daun keladi terlihat muda

Rusak badan karena hati

Hati yang tidak tertahankan

Mata dengan apa lah mau di dinding

Kita sejalan setepian pulang pergi mandi

terlihat juga

56 Tanam lah tabu tigo barih

Di kida jalan rang ka balai

Ambo manampak rendo gadih

Taniaik di hati nak mamakai

Tanam lah tabu tiga baris

Di kiri jalan orang ke pasar

Saya melihat rendo gadis

Terniat di hati ingin memakai

57 Hari patang matohari pantai

Kok dusun jauah ka dijalang

Kok lapeh kumbang nan bagantai

Kalayua bungo nan jolong kambang

Hari petang matahari pantai

Jika dusun jauh mau dijelang

Jika lepas kumbang yang berantai

Akan layu bunga yang baru kembang

58 Kundua nan indak takunduan

Daun lantimun nampak mudo

Tidua nan indak tatiduan

Dalam kalumun nampak juo

Labu yang tidak terlabukan

Daun ketimun terlihat muda

Tidur yang tidak tertidurkan

Dalam kelumun terlihat juga

59 Manyasa pandan babungo

Dek alang indak salayangan

Dek balam indak talayok an

Dek jauah rantau di Palembang

Di baliak rantau Indopuro

Manyasa badan basuo

Siang nan indak tasanangan

Malam indak talalok an

Menyesal pandan berbunga

Oleh elang tidak selayangan

Oleh balam tidak terlayangkan

Karena jauh rantau di Palembang

Di balik rantau Indopuro

Menyesal badan bersua

Siang yang tidak tersenangkan

Malam tidak terlelapkan

Page 104: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

98

Hati pacah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo

Hati pecah pikiran bimbang

Niat berasa sampai juga

60 Dijaloan lah jalo nan ketek

Dijaloan ka tapi rimbo

Dikatoan kato nan ketek

Satau ibu dengan bapo

Dijalakan lah jala yang kecil

Dijalakan ke tepi rimba

Dikatakan kata yang kecil

Setahu ibu dengan bapak

61 Dijaloan jalo nan gadang

Dijaloan ka tapi samak

Dikatoan kato nan gadang

Satau niniak dengan mamak

Dijalakan jala yang besar

Dijalakan ke tepi semak

Dikatakan kata yang besar

Setahu ninik dengan mamak

62 Muaro pungkuik batang batindiah

Di baliak batang nan tarandam

Singkok lah bungkuih kunyah lah siriah

Badan den mintak tuan ganggam

Muara pungkut batang bertindih

Di balik batang yang terendam

Buka lah bungkus kunyah lah sirih

Badan saya minta tuan genggam

63 Mamukek urang di tiagan

Rami dek anak simpang tigo

Ambiak kain singkok lah kaban

Tando talatak di dalamnyo

Memukat orang di Tiagan

Ramai oleh anak Simpang Tiga

Ambil kain buka lah kaban

Tanda terletak di dalamnya

64 Hujan paneh batuduang pinggan

Jatuah sabuah masuak kasiak

Cincin ameh parmato intan

Talatak iyo kami ambiak

Hujan panas berpayung piring

Jatuh sebuah masuk pasir

Cincin emas permata intan

Terletak iya kami ambil

65 Batang Masang aianyo karuah

Tampaik urang Gudang pai mandi

Iko lah barang ka ganti tubuah

Tando alamaik putiah hati

Batang Masang airnya keruh

Tempat orang Gudang pergi mandi

Ini lah barang untuk ganti tubuh

Tanda alamat putih hati

66 Kaciak-kaciak jajak koreta

Anak alang patah kakie

Cincin aciak salang sabanta

Kok hilang supiak ka gantie

Kecil-kecil jejak sepeda

Anak elang patah kakinya

Cincin kakak pinjam sebentar

Jika hilang Upik jadi gantinya

67 Anak urang Koto Marapak

Pai ka balai baduo-duo

Cincin kami ko cincin perak

Mintak disorongan ka anak daro

Anak orang Koto Marapak

Pergi ke pasar berdua-dua

Cincin kami ini cincin perak

Minta disorongkan ke pengantin

68 Sariak indak talang pun indak

Sadang eloknyo ka juaran

Kaciak indak gadang pun indak

Sadangnyo elok batunangan

Sarik tidak talang pun tidak

Sedang baiknya untuk juaran

Kecil tidak besar pun tidak

Sedangnya baik bertunangan

69 Si Upiak gadih sari ameh

Anak urang Simpang Tigo

Siriah abih pinang lah kameh

Carano pulangan ka nan punyo

Si Upik gadis sari emas

Anak orang Simpang Tiga

Sirih habis pinang lah habis

Cerana kembalikan ke yang punya

70 Si Upiak gadih sari ameh

Anak urang Koto Tuo

Siriah abih pinang lah kameh

Cando itu adaik kami di siko

Si Upik gadis sari emas

Anak orang Koto Tuo

Sirih habis pinang lah habis

Seperti itu adat kami di sini

Page 105: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

99

71 Gadang aia Batang Timah

Hanyuik balendan batang padi

Guluang lah lapiak sapu lah gimah

Kami alah ka pulang hanyo lai

Besar air Batang Timah

Hanyut berdempet batang padi

Gulung lah tikar sapu lah rimah

Kami sudah mau pulang hanya lagi

72 Pilin-bapilin aka cino

Bapilin lalu ka ateh ambun

Jawek pakirim dagang hino

Nasi batungkuih dengan daun

Pilin-berpilin akar cina

Berpilin lalu ke atas embun

Terima kiriman dagang hina

Nasi berbungkus dengan daun

73 Kuawek sangka nan panjang

Panabang sigantiah mudo

Manjawek tangan nan panjang

Mambaleh sakali tido

Kuawek sangka yang panjang

Penebang sirantih muda

Menerima tangan yang panjang

Memberi sekali tidak

Page 106: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

100

Lampiran 4

Struktur Pantun

Tabel 1

Data Struktur Pantun Bajawek

No Pantun Struktur Fisik Struktur Batin

1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Kambang sabatang bungo pandan

Camiah sulasiah mangguruik i

Kini lah datang sisinyo badan

Camiah lah kami manuruik i

√ √ √ √ √ √

2 Indak bana guruik mangguruik i

Bungo pandan ka kambang juo

Indak bana turuik manuruik i

Nan kami ka datang juo

√ √ √ √ √

3 Alah panek kami dek babansi

Gabauk tasanda di pamatang

Alah panek kami dek mananti

Baa sabab kok talambek datang

√ √ √ √ √ √ √

4 Anak bebek dalam jilatang

Mamuleh pucuak dalu-dalu

Sabab talambek kami datang

Jalan bakelok bakeh lalu

√ √ √ √ √ √

5 Cubadak tangahi halaman

Dijuluak jo ampu kaki

Usah lamo tagak di halaman

Iko cibuak basuah lah kaki

√ √ √ √ √ √

6 Cubadak tangahi halaman

Dipatiak anak si Fatimah

Sabab kami tagak di halaman

Disangko aciak indak di rumah

√ √ √ √ √ √

7 Cubadak tangahi halaman

Diambiak ka junjuang siriah

Jatuah malayang sularonyo

Usah lamo tagak di halaman

Naiak ka rumah makan siriah

Siriah mananti di carano

√ √ √ √ √ √

8 Jelo-bajelo jariang lawah

Jelo lalu ka Sitindiah

Usah lamo tagak di bawah

Naiak ka rumah makan siriah

√ √ √ √ √ √

9 Babuah lantimun dandang

Babuah buliah diputiak i

Batanyo kami sakian janjang

Tanggo buliah dinaiak i

√ √ √ √ √ √

Page 107: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

101

10 Babuah lantimun dandang

Babuah buliah diputiak i

Batanyo bana tibo di janjang

Alah buliah bana tanggo dinaiak i

√ √ √ √ √ √

11 Galang dititik nak rang Buro

Baukia batampuak manggih

Mulo babilang dari aso

Mangaji iyo dari alih

√ √ √ √ √

12 Bungo kasumbo di Kumpulan

Buahnyo paliang-paliangan

Siang biaso kaciciran

Lalok biaso kamaliangan

√ √ √ √ √

13 Paradah batali banang

Bari barambuik banang suto

Dipadah iyolah datang

Dipanggia iyolah tibo

√ √ √ √ √

14 Gadang aia batang Tingkok

Anyuik kulari duo lapan

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

√ √ √ √ √ √

15 Gadang aia batang Tingkok

Surian di ateh papan

Sicaraik pupua jo bungonyo

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

Tabuang apo kagunonyo

√ √ √ √ √ √

16 Gadang aia batang Tingkok

Anyuik kulari duo lapan

Urang panta manggaleh lado

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

Urang pangka baa kabanyo

√ √ √ √ √ √ √

17 Badarun batu tarolek

Surian di ateh papan

Dahulu sakalian alek

Kudian kami sapangkalan

√ √ √ √ √ √

18 Tarolek batu tarolek

Tarolek ka tangah jalan

Dulu sakalian alek

Kudian kami sapangkalan

√ √ √ √ √ √

19 Manga surian pulo

Samo ka kabun kito baa

Dek kito jarang ka rimbo

Manga kudian pulo

Samo minum kito baa

Dek kito jarang basuo

√ √ √ √ √ √

Page 108: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

102

20 Amuah bana kami ka kabun

Dadok sia lah ka manutuah

Ditutuah anak urang koto tuo

Amuah bana kami samo minun

Mangkuak sia ka mambasuah

Kami ndak ado ba urang sumando

√ √ √ √ √ √

21 Sakali amuah jalan ka kabun

Babelok jalan ka Palupuah

Sakali amuah kito minum

Basamo kito mambasuah

√ √ √ √ √

22 Anak alai tabang ka alai

Inggok di ateh puluik-puluik

Kok iyo taulan cadiak pandai

Apo asa nasi puluik

√ √ √ √ √ √

23 Anak alai tabang ka alai

Mamukek urang di tiagan

Nyo nak hilia ka sinuruik

Kok iyo tuan cadiak pandai

Nasi batanak jo santan

Itu asa nasi puluik

√ √ √ √ √ √

24 Bagalah barantang perak

Limau manih di pandakian

Jelo urek selo-baselo

Kalah indak manang pun indak

Sadang manih kito antian

Dima alek awak ulang pulo

√ √ √ √ √

25 Si Upiak gadih Sicikam

Anak urang Padang Palak

Carano kami carano hitam

Antah paguno antah indak

√ √ √ √ √ √

26 Si Upiak gadih Sicikam

Anak urang Padang Kubu

Carano nangko iyo hitam

Iko bana dek kami nan katuju

√ √ √ √ √ √

27 Bungo cimpago tuan erak

Tumbuah di jiraik tuan haji

Adaik basandi dengan syarak

Syarak bapapa dengan kaji

√ √ √ √ √

28 Gambia dadiah ulu silayang

Sapiah sampai ka pucuak e

Batamu kasiah nan jo sayang

Bakuncang alam dimabuak e

√ √ √ √ √ √ √

29 Siriah dibolai kuniang gagang

Dirantiah sado nan mudo

Batamu kasiah dengan sayang

√ √ √ √ √ √ √

Page 109: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

103

Baputa alam dimabuaknyo

30 Timbakau Sirambun Aceh

Diduduih Sirambun Alam

Bukannyo masiak kanai paneh

Masiak barambun tangah malam

√ √ √ √ √ √

31 Antah sapek antah mantilo

Gamo-gamo di dalam gantang

Antah dapek antah tido

Pasambahan dek lah lamo indak

baulang

√ √ √ √ √

32 Ditabang talang katurak

Diambiak ka junjuang siriah

Malang indak dapek ditulak

Mujua indak dapek digayiah

√ √ √ √ √

33 Sigawa guntiangan Aceh

Buatan anak pulau Telok

Tujuan mukasuik indak lapeh

Dima mato amuah lalok

√ √ √ √ √ √ √

34 Kabek pinggang si Rajo Baraik

Lipek patah sambilan

Ditimbang raso mularaik

Tolong lah baa patenggangan

√ √ √ √ √ √ √

35 Anak baju suto majaipun

Unduang-unduang bagerai rabah

Tadorong kasiah bagai racun

Kiramaik duya mangko sudah

√ √ √ √ √ √ √

36 Baju Piaman ragi duo

Tanunan anak Banuhampu

Satahun musim pabilo

Bilo masonyo badan kabatamu

√ √ √ √ √

37 Diambiak cando minyak manih

Rambuik nan kusuik nak salasai

Hati nan ibo-ibo bangih

Mukasuik hati nan alun sampai

√ √ √ √ √ √

38 Minyak tanco buatan Japang

Jualan toko Bukittinggi

Sajak mancaliak bungo kambang

Hati nan indak sanang lai

√ √ √ √ √ √ √

39 Kok cabiak bana kain deta

Dililik an juo di kapalo

Kok cadiak bana di nan susah

Sakeh taimpik di nan kayo

√ √ √ √ √

40 Detanyo saluak nak rang Bugih

Buatan anak Indopuro

Adiak nan layuak kuniang mipih

Buah hati tapian mato

√ √ √ √ √ √ √

Page 110: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

104

41 Diambiak pulo luji tangan

Buatan anak Indopuro

Siang dimabuak angan-angan

Malam mabuak mimpi pulo

√ √ √ √ √ √ √

42 Sabuah banamo ikek apik

Buatan anak pasa gadang

Makin diubek makin sakik

Musim pabilo nan kasanang

√ √ √ √ √ √

43 Cincin ameh mato dalimo

Tagah dek duo satuangan

Hati lah lamo dek binaso

Tagah dek pandai mailangan

√ √ √ √ √ √

44 Cincin akiak bamato akiak

Tagilang-gilang di ateh atok

Kasiah lah lamo dek bacaliak

Sayang pabilo ka dikakok

√ √ √ √ √ √

45 Sabuah banamo ganto sori

Patuik ditanggai di kalingkiang

Hilang kamano ka dicari

Lautan sajo bakuliliang

√ √ √ √

46 Sisampiang ragi sapik udang

Banang saratuih tigo puluah

Jualan toko Bukittinggi

Awak bansaik duya takambang

Hari patang duduak mangaluah

Galak nan kayo mamandangi

√ √ √ √ √

47 Marokok sabatang sadam

Minyak di dalam buli-buli

Si sikok semba baa balam

Balam jinak di kami lai

√ √ √ √ √ √ √ √

48 Kalam banamo kalam binau

Kalam tasisik ateh kasau

Angku manauah balam mau

Taniaik di hati nak mancakau

√ √ √ √ √ √ √

49 Jambu mawar di pakan akaik

Pucuak malepai gaduang Cino

Kini di duya bisuak akiraik

Manga dikicuah dagang hino

√ √ √ √ √ √

50 Induak janjang kanso batuang

Dituang Puti Reno Ali

Lapehlah buruang nak nyo tabang

Untuang babaliak ka nagari

√ √ √ √ √ √

51 Kok pauah alun karampai

Karambia mudo to kini

Itu kini dek jauah alun ka sampai

Hampia tibo itu kini tibo

√ √ √ √ √

Page 111: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

105

52 Hari nan sadang tangah hari

Sadang buntak bayang-bayang

Batang tubuah dapek diganti

Parangai indak kunjuang hilang

√ √ √ √ √

53 Jelo-bajelo tali pukek

Kaja-bakaja apuang-apuangan

Caliak sakileh pandang lakek

Kasiah bakumpa dalam jantuang

√ √ √ √ √ √ √

54 Tibo lah bujang di galanggang

Duduak bajuntai di kurisi

Ambo manampak bungo kambang

Takana juo sampai kini

√ √ √ √ √ √ √

55 Usak pandan sabab dek api

Api nan indak tapadaman

Kinco-bakinco jo daun ginggiang

Daun kaladi tampak mudo

Usak badan sabab dek hati

Hati nan indak tatahanan

Mato jo a lah ka di dindiang

Awak salabuah satapian pulang pai

mandi tampak juo

√ √ √ √ √ √ √

56 Tanam lah tabu tigo barih

Di kida jalan rang ka balai

Ambo manampak rendo gadih

Taniaik di hati nak mamakai

√ √ √ √ √ √ √ √

57 Hari patang matohari pantai

Kok dusun jauah ka dijalang

Kok lapeh kumbang nan bagantai

Kalayua bungo nan jolong kambang

√ √ √ √ √ √

58 Kundua nan indak takunduan Daun

lantimun nampak mudo

Tidua nan indak tatiduan

Dalam kalumun nampak juo

√ √ √ √ √ √ √

59 Manyasa pandan babungo

Dek alang indak salayangan

Dek balam indak talayok an

Dek jauah rantau di Palembang

Di baliak rantau Indopuro

Manyasa badan basuo

Siang nan indak tasanangan

Malam indak talalok an

Hati pacah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo

√ √ √ √ √ √ √ √

60 Dijaloan lah jalo nan ketek

Dijaloan ka tapi rimbo

Dikatoan kato nan ketek

√ √ √ √

Page 112: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

106

Satau ibu dengan bapo

61 Dijaloan jalo nan gadang

Dijaloan ka tapi samak

Dikatoan kato nan gadang

Satau niniak dengan mamak

√ √ √ √ √

62 Muaro pungkuik batang batindiah

Di baliak batang nan tarandam

Singkok lah bungkuih kunyah lah

siriah

Badan den mintak tuan ganggam

√ √ √ √ √ √ √

63 Mamukek urang di tiagan

Rami dek anak simpang tigo

Ambiak kain singkok lah kaban

Tando talatak di dalamnyo

√ √ √ √ √ √ √

64 Hujan paneh batuduang pinggan

Jatuah sabuah masuak kasiak

Cincin ameh parmato intan

Talatak iyo kami ambiak

√ √ √ √ √ √

65 Batang Masang aianyo karuah

Tampaik urang Gudang pai mandi

Iko lah barang ka ganti tubuah

Tando alamaik putiah hati

√ √ √ √ √

66 Kaciak-kaciak jajak koreta

Anak alang patah kakie

Cincin aciak salang sabanta

Kok hilang supiak ka gantie

√ √ √ √ √

67 Anak urang Koto Marapak

Pai ka balai baduo-duo

Cincin kami ko cincin perak

Mintak disorongan ka anak daro

√ √ √ √ √ √ √

68 Sariak indak talang pun inda

Sadang eloknyo ka juaran

Kaciak indak gadang pun indak

Sadangnyo elok batunangan

√ √ √ √ √

69 Si Upiak gadih sari ameh

Anak urang Simpang Tigo

Siriah abih pinang lah kameh

Carano pulangan ka nan punyo

√ √ √ √ √

70 Si Upiak gadih sari ameh

Anak urang Koto Tuo

Siriah abih pinang lah kameh

Cando itu adaik kami di siko

√ √ √ √ √

71 Gadang aia Batang Timah

Hanyuik balendan batang padi

Guluang lah lapiak sapu lah gimah

√ √ √ √ √ √ √

Page 113: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

107

Kami alah ka pulang hanyo lai

72 Pilin-bapilin aka cino

Bapilin lalu ka ateh ambun

Jawek pakirim dagang hino

Nasi batungkuih dengan daun

√ √ √ √ √ √

73 Kuawek sangka nan panjang

Panabang sigantiah mudo

Manjawek tangan nan panjang

Mambaleh sakali tido

√ √ √ √ √ √

Keterangan:

Struktur Fisik

1. Diksi

2. Imaji

3. Kata konkret

4. Bahasa figuratif

5. Rima dan ritma

Struktur Batin

1. Tema

2. Perasaan

3. Nada dan suasana

4. Amanat

Page 114: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

108

Lampiran 5

Nilai-nilai Pendidikan di dalam Pantun

Tabel 2

Data Nilai-nilai Pendidikan di dalam Pantun Bajawek

No Pantun Nilai-nilai Pendidikan di dalam

Pantun

1 2 3

1 Kambang sabatang bungo pandan

Camiah sulasiah mangguruik i

Kini lah datang sisinyo badan

Camiah lah kami manuruik i

2 Indak bana guruik mangguruik i

Bungo pandan ka kambang juo

Indak bana turuik manuruik i

Nan kami ka datang juo

3 Alah panek kami dek babansi

Gabauk tasanda di pamatang

Alah panek kami dek mananti

Baa sabab kok talambek datang

4 Anak bebek dalam jilatang

Mamuleh pucuak dalu-dalu

Sabab talambek kami datang

Jalan bakelok bakeh lalu

5 Cubadak tangahi halaman

Dijuluak jo ampu kaki

Usah lamo tagak di halaman

Iko cibuak basuah lah kaki

6 Cubadak tangahi halaman

Dipatiak anak si Fatimah

Sabab kami tagak di halaman

Disangko aciak indak di rumah

7 Cubadak tangahi halaman

Diambiak ka junjuang siriah

Jatuah malayang sularonyo

Usah lamo tagak di halaman

Naiak ka rumah makan siriah

Siriah mananti di carano

8 Jelo-bajelo jariang lawah

Jelo lalu ka Sitindiah

Usah lamo tagak di bawah

Naiak ka rumah makan siriah

Page 115: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

109

9 Babuah lantimun dandang

Babuah buliah diputiak i

Batanyo kami sakian janjang

Tanggo buliah dinaiak i

10 Babuah lantimun dandang

Babuah buliah diputiak i

Batanyo bana tibo di janjang

Alah buliah bana tanggo dinaiak i

11 Galang dititik nak rang Buro

Baukia batampuak manggih

Mulo babilang dari aso

Mangaji iyo dari alih

12 Bungo kasumbo di Kumpulan

Buahnyo paliang-paliangan

Siang biaso kaciciran

Lalok biaso kamaliangan

13 Paradah batali banang

Bari barambuik banang suto

Dipadah iyolah datang

Dipanggia iyolah tibo

14 Gadang aia batang Tingkok

Anyuik kulari duo lapan

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

15 Gadang aia batang Tingkok

Surian di ateh papan

Sicaraik pupua jo bungonyo

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

Tabuang apo kagunonyo

16 Gadang aia batang Tingkok

Anyuik kulari duo lapan

Urang panta manggaleh lado

Nan aun mintak tuan singkok

Nan lamak mintak tuan makan

Urang pangka baa kabanyo

17 Badarun batu tarolek

Surian di ateh papan

Dahulu sakalian alek

Kudian kami sapangkalan

18 Tarolek batu tarolek

Tarolek ka tangah jalan

Dulu sakalian alek

Kudian kami sapangkalan

Page 116: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

110

19 Manga surian pulo

Samo ka kabun kito baa

Dek kito jarang ka rimbo

Manga kudian pulo

Samo minum kito baa

Dek kito jarang basuo

20 Amuah bana kami ka kabun

Dadok sia lah ka manutuah

Ditutuah anak urang koto tuo

Amuah bana kami samo minun

Mangkuak sia ka mambasuah

Kami ndak ado ba urang sumando

21 Sakali amuah jalan ka kabun

Babelok jalan ka Palupuah

Sakali amuah kito minum

Basamo kito mambasuah

22 Anak alai tabang ka alai

Inggok di ateh puluik-puluik

Kok iyo taulan cadiak pandai

Apo asa nasi puluik

23 Anak alai tabang ka alai

Mamukek urang di Tiagan

Nyo nak hilia ka sinuruik

Kok iyo tuan cadiak pandai

Nasi batanak jo santan

Itu asa nasi puluik

24 Bagalah barantang perak

Limau manih di pandakian

Jelo urek selo-baselo

Kalah indak manang pun indak

Sadang manih kito antian

Dima alek awak ulang pulo

25 Si Upiak gadih Sicikam

Anak urang Padang Palak

Carano kami carano hitam

Antah paguno antah indak

26 Si Upiak gadih Sicikam

Anak urang Padang Kubu

Carano nangko iyo hitam

Iko bana dek kami nan katuju

27 Bungo cimpago tuan erak

Tumbuah di jiraik tuan haji

Adaik basandi dengan syarak

Syarak bapapa dengan kaji

√ √

Page 117: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

111

28 Gambia dadiah ulu silayang

Sapiah sampai ka pucuak e

Batamu kasiah nan jo sayang

Bakuncang alam dimabuak e

29 Siriah dibolai kuniang gagang

Dirantiah sado nan mudo

Batamu kasiah dengan sayang

Baputa alam dimabuaknyo

30 Timbakau Sirambun Aceh

Diduduih Sirambun Alam

Bukannyo masiak kanai paneh

Masiak barambun tangah malam

31 Antah sapek antah mantilo

Gamo-gamo di dalam gantang

Antah dapek antah tido

Pasambahan dek lah lamo indak

baulang

√ √

32 Ditabang talang katurak

Diambiak ka junjuang siriah

Malang indak dapek ditulak

Mujua indak dapek digayiah

33 Sigawa guntiangan Aceh

Buatan anak pulau Telok

Tujuan mukasuik indak lapeh

Dima mato amuah lalok

34 Kabek pinggang si Rajo Baraik

Lipek patah sambilan

Ditimbang raso mularaik

Tolong lah baa patenggangan

35 Anak baju suto majaipun

Unduang-unduang bagerai rabah

Tadorong kasiah bagai racun

Kiramaik duya mangko sudah

36 Baju Piaman ragi duo

Tanunan anak Banuhampu

Satahun musim pabilo

Bilo masonyo badan kabatamu

37 Diambiak cando minyak manih

Rambuik nan kusuik nak salasai

Hati nan ibo-ibo bangih

Mukasuik hati nan alun sampai

38 Minyak tanco buatan Japang

Jualan toko Bukittinggi

Sajak mancaliak bungo kambang

Hati nan indak sanang lai

Page 118: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

112

39 Kok cabiak bana kain deta

Dililik an juo di kapalo

Kok cadiak bana di nan susah

Sakeh taimpik di nan kayo

40 Detanyo saluak nak rang Bugih

Buatan anak Indopuro

Adiak nan layuak kuniang mipih

Buah hati tapian mato

41 Diambiak pulo luji tangan

Buatan anak Indopuro

Siang dimabuak angan-angan

Malam mabuak mimpi pulo

42 Sabuah banamo ikek apik

Buatan anak pasa gadang

Makin diubek makin sakik

Musim pabilo nan kasanang

43 Cincin ameh mato dalimo

Tagah dek duo satuangan

Hati lah lamo dek binaso

Tagah dek pandai mailangan

44 Cincin akiak bamato akiak

Tagilang-gilang di ateh atok

Kasiah lah lamo dek bacaliak

Sayang pabilo ka dikakok

45 Sabuah banamo ganto sori

Patuik ditanggai di kalingkiang

Hilang kamano ka dicari

Lautan sajo bakuliliang

46 Sisampiang ragi sapik udang

Banang saratuih tigo puluah

Jualan toko Bukittinggi

Awak bansaik duya takambang

Hari patang duduak mangaluah

Galak nan kayo mamandangi

47 Marokok sabatang sadam

Minyak di dalam buli-buli

Si sikok semba baa balam

Balam jinak di kami lai

48 Kalam banamo kalam binau

Kalam tasisik ateh kasau

Angku manauah balam mau

Taniaik di hati nak mancakau

49 Jambu mawar di pakan akaik

Pucuak malepai gaduang Cino

Kini di duya bisuak akiraik

Manga dikicuah dagang hino

Page 119: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

113

50 Induak janjang kanso batuang

Dituang Puti Reno Ali

Lapehlah buruang nak nyo tabang

Untuang babaliak ka nagari

51 Kok pauah alun karampai

Karambia mudo to kini

Itu kini dek jauah alun ka sampai

Hampia tibo itu kini tibo

52 Hari nan sadang tangah hari

Sadang buntak bayang-bayang

Batang tubuah dapek diganti

Parangai indak kunjuang hilang

53 Jelo-bajelo tali pukek

Kaja-bakaja apuang-apuangan

Caliak sakileh pandang lakek

Kasiah bakumpa dalam jantuang

54 Tibo lah bujang di galanggang

Duduak bajuntai di kurisi

Ambo manampak bungo kambang

Takana juo sampai kini

55 Usak pandan sabab dek api

Api nan indak tapadaman

Kinco-bakinco jo daun ginggiang

Daun kaladi tampak mudo

Usak badan sabab dek hati

Hati nan indak tatahanan

Mato jo a lah ka di dindiang

Awak salabuah satapian pulang pai

mandi tampak juo

56 Tanam lah tabu tigo barih

Di kida jalan rang ka balai

Ambo manampak rendo gadih

Taniaik di hati nak mamakai

57 Hari patang matohari pantai

Kok dusun jauah ka dijalang

Kok lapeh kumbang nan bagantai

Kalayua bungo nan jolong kambang

58 Kundua nan indak takunduan

Daun lantimun nampak mudo

Tidua nan indak tatiduan

Dalam kalumun nampak juo

59 Manyasa pandan babungo

Dek alang indak salayangan

Dek balam indak talayok an

Dek jauah rantau di Palembang

Di baliak rantau Indopuro

Page 120: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

114

Manyasa badan basuo

Siang nan indak tasanangan

Malam indak talalok an

Hati pacah pikiran bimbang

Niaik baraso sampai juo

60 Dijaloan lah jalo nan ketek

Dijaloan ka tapi rimbo

Dikatoan kato nan ketek

Satau ibu dengan bapo

61 Dijaloan jalo nan gadang

Dijaloan ka tapi samak

Dikatoan kato nan gadang

Satau niniak dengan mamak

62 Muaro pungkuik batang batindiah

Di baliak batang nan tarandam

Singkok lah bungkuih kunyah lah

siriah

Badan den mintak tuan ganggam

63 Mamukek urang di tiagan

Rami dek anak simpang tigo

Ambiak kain singkok lah kaban

Tando talatak di dalamnyo

64 Hujan paneh batuduang pinggan

Jatuah sabuah masuak kasiak

Cincin ameh parmato intan

Talatak iyo kami ambiak

65 Batang Masang aianyo karuah

Tampaik urang Gudang pai mandi

Iko lah barang ka ganti tubuah

Tando alamaik putiah hati

66 Kaciak-kaciak jajak koreta

Anak alang patah kakie

Cincin aciak salang sabanta

Kok hilang supiak ka gantie

√ √

67 Anak urang Koto Marapak

Pai ka balai baduo-duo

Cincin kami ko cincin perak

Mintak disorongan ka anak daro

√ √

68 Sariak indak talang pun inda

Sadang eloknyo ka juaran

Kaciak indak gadang pun indak

Sadangnyo elok batunangan

69 Si Upiak gadih sari ameh

Anak urang Simpang Tigo

Siriah abih pinang lah kameh

Carano pulangan ka nan punyo

Page 121: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

115

70 Si Upiak gadih sari ameh

Anak urang Koto Tuo

Siriah abih pinang lah kameh

Cando itu adaik kami di siko

71 Gadang aia Batang Timah

Hanyuik balendan batang padi

Guluang lah lapiak sapu lah gimah

Kami alah ka pulang hanyo lai

72 Pilin-bapilin aka cino

Bapilin lalu ka ateh ambun

Jawek pakirim dagang hino

Nasi batungkuih dengan daun

73 Kuawek sangka nan panjang

Panabang sigantiah mudo

Manjawek tangan nan panjang

Mambaleh sakali tido

Keterangan:

1. Nilai-nilai pendidikan agama

2. Nilai-nilai pendidikan moral

3. Nilai-nilai pendidikan adat

Page 122: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

116

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Budaya Alam Minangkabau

Kelas/Semester : IX/2

Standar Kompetensi : 1. Mengenal, memahami, dan menghayati bahasa

dan sastra Minangkabau serta penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari

Kompetensi Dasar : 1.1 Mengenal, memahami, serta mengapresiasikan

pidato adat Minangkabau

Indikator : 1. Siswa dapat menyusun garis besar kerangka

pidato adat Minangkabau

2. Siswa dapat berpidato adat Minangkabau

dengan intonasi yang tepat dan artikulasi

serta volume suara yang jelas.

Alokasi waktu : 2/40 menit

1. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat berpidato dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume

suara yang jelas

2. Materi Pembelajaran

Cara berpidato dan implementasinya

3. Metode Pembelajaran

a. Pemodelan

b. Inkuiri

c. Demonstrasi

4. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran

a. Kegiatan Awal

1. Siswa mendengarkan pidato

2. Siswa mengamati dan mencermati pidato

b. Kegiatan Inti

1. Siswa berdiskusi untuk menyusun garis besar kerangka pidato dengan

topik

lain

c. Kegiatan Akhir

1. Guru dan siswa merefleksi hasil belajar

Pertemuan Kedua

a. Kegiatan Awal

1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang kegiatan pidato

b. Kegiatan Inti

1. Siswa berlatih pidato

2. Siswa melaksanakan berpidato dengan artikulasi dan volume suara yang

jelas

3. Siswa menilai temannya secara bergantian dan memberi komentar

4. Guru menilai siswa yang tampil

c. Kegiatan akhir

1. Guru dan siswa merefleksi hasil belajar

Page 123: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

117

5. Sumber Belajar

a. Nara sumber/VCD

b. Teks pidato

c. Buku pelajaran Budaya Alam Minangkabau

6. Penilaian

a. Teknik : Tes unjuk kerja

b. Bentuk instrument : Uji petik kerja produk

c. Soal/instrument :

1. Susunlah garis besar kerangka pidato dengan topik tertentu!

Pedoman penskoran :

Soal Skor

Siswa menuliskan garis besar kerangka pidato dengan topik tertentu 3

Siswa menuliskan garis besar kerangka pidato tanpa topik 2

2. Berpidatolah dengan intonasi yang lepas serta artikulasi dan volume suara

yang jelas!

Pedoman penskoran:

Soal Skor

Siswa berpidato dengan intonasi yang lepas serta artikulasi dan

volume suara yang jelas

3

Siswa berpidato dengan intonasi yang lepas serta artikulasi dan

volume suara yang kurang jelas

2

Siswa berpidato dengan intonasi yang lepas serta artikulasi dan

volume suara yang tidak jelas

2

Perhitungan nilai akhir :

Perolehan nilai

Skor maksimal

N1 + N2

………………… 2

......,...........................

Mengetahui

Kepala SMP

.................................

Guru Bidang Studi

.................................

Page 124: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

118

Page 125: PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_ERMI_YENTI... · i ABSTRAK Ermi Yenti. 2012. “Pantun Bajawek dalam Acara Mananti

119