18
LBM 1 Primary Survey Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) ini disebut primary survey yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit. Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa akibat banyak sistim yang cedera. A-Airway, membebaskan jalan nafas dengan melindungi tulang leher (cervical spine) B-Breathing, bantuan pernafasan C-Circulation, bantuan untuk sirkulasi dan pemantauan tekanan darah D-Disability, pemantauan kesadaran dan kerusakan syaraf pusat E-Exposure, melepas baju pasien untuk memeriksa secara lengkap semua kerusakan pada tubuh dan ekstremitas. Airway Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas. Jika ada obstruksi maka lakukan : Chin lift / jaw thrust Suction / hisap (jika alat tersedia)

NITA - LBM 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaaaa

Citation preview

Page 1: NITA - LBM 1

LBM 1

Primary Survey

Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)

ini disebut primary survey yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit.

Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa akibat

banyak sistim yang cedera.

A-Airway, membebaskan jalan nafas dengan melindungi tulang

leher (cervical spine)

B-Breathing, bantuan pernafasan

C-Circulation, bantuan untuk sirkulasi dan pemantauan tekanan

darah

D-Disability, pemantauan kesadaran dan kerusakan syaraf pusat

E-Exposure, melepas baju pasien untuk memeriksa secara lengkap

semua kerusakan pada tubuh dan ekstremitas.

Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas

dengan bebas. Jika ada obstruksi maka lakukan :

Chin lift / jaw thrust

Suction / hisap (jika alat tersedia)

Guedel airway / nasopharyngeal airway

Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi

netral

Breathing

Page 2: NITA - LBM 1

Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan

nafas bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :

Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)

Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada

Pernafasan buatan

Berikan oksigen jika ada

Cirkulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang

apakah jalan nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak

memadai maka lakukan:

Hentikan perdarahan eksternal

Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar

Berikan infus cairan

Disability

Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya

respons terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan

mengukur Glasgow Coma Scale (GCS).

A = AWAKE

V = VERBAL Respon bicara

P = PAIN Respon nyeri

U = UNCONSCIUS jika tidak ada respon terhadap stimulus/rangsang

nyeri

Eksposure

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua

cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang

belakang, maka imobilisasi in-line harus dikerjakan.

(Iwan Purnawan, S.Kep., Ns, Gagal Nafas, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman)

Triple Airway Manuver

Chin Lift

Page 3: NITA - LBM 1

Memakai jari-jari satu tangan yang diletakkan di bawah

mandibula kemudian mendorong dagu ke anterior. Ibu jari tangan

yang sama sedikit menekan bibir bawah untuk menekan mulut.

Bila diperlukan ibu jari dapat diletakkan dalam mulut di belakang

gigi seri untuk mengangkat dagu. Tindakan chin lift ini tidak boleh

mengakibatkan hiperextensi leher.

Aman untuk C-spine pada korban trauma

Head tilt – Chin lift

Gabungan antara manuver Head tilt dan Chin lift.

Head tilt: meletakkan telapak tangan di dahi, kepala

diekstensikan.

Pada pasien trauma: hati-hati cedera pada C-spine.

Jaw Thrust

Tindakan ini dilakukan memakai dua tangan, masing-masing satu

tangan di belakang angulus mandibula dan menarik rahang

bawah ke depan.

Page 4: NITA - LBM 1

Bila tindakan ini dilakukan pada saat penderita memakai face-

mask, mulut akan menutup dengan sempurna sehingga dapat

dilakukan ventilasi yang baik.

Aman untuk C-spine pada korban trauma

(Aryano D. Pusponegoro, 2009, Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac

Life Support, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, Jakarta)

Definitife Airway

Kebutuhan untuk perlindungan

airway

Kebutuhan untuk ventilasi

Tidak sadar Apnea

Paralisis neuromuskuler

Tidak sadar

Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak

adekuat

Takipnea

Hipoksia

Hiperkarbia

Sianosis

Bahaya aspirasi

Perdarahan

Muntah - muntah

Cidera kepala berat yang

membutuhkan hiperventilasi

singkat, bila terjadi penurunan

keadaan neurologis

Bahaya sumbatan

(ATLS)

Mengapa didapatkan banyak darah dari rongga mulut pasien?

Fraktur imprssi pada os frontal : di bagian anterior (lamina cribosa

os etmoid) menyebabkan robeknya selaput meningeal epistaksis,

rhinorea, CSF masuk jalan napas berbaring masuk mulut

(ATLS)

Page 5: NITA - LBM 1

Mengapa setelah dilakukan pemasangan rebreathing mask pasien

memburuk suara seperti berkumur dan saturasi O2 89% ?

Penurunan saturasi O2 :

Normal : >95%

92% masih bisa diterima.

Kepala ditinggikan dari tempat tidur, dilihat jalan napasnya buat

pasien terbatuk, berikan O2 sampe saturasi O2 >90%

Mengalami fraktur impressi : mengenai pembuluh darah di otak :

otak kekurangan O2 hipoksia angka survivalnya <3 menit

Tidak bisa menyelamatkan jalan napasnya menurunkan saturasi

O2

Suara seperti berkumur : gurgling : akibat adanya lendir/darah yang

menyumbat jalan napas.

(ATLS)

Mengapa penderita mengeluarkan suara seperti mengorok dan

berkumur?

Mungkin ada benda asing yang menutupi jalan napas : lidah

(relaksasi otot2 lisah, jatuh ke bagian posterior), gigi, darah,

GCS <=8 berat kesadaran menurun

Jenis suara tambahan yang disebabkan hambatan jalan napas :

Gurgling

Snoring

crowing : nada tinggi disebabkan pembengkakan atau edem trakea

(ATLS)

Mengapa pasien tampak sianosis dan curiga adanya fraktur

impressi pada os frontal?

Sianosis :

Mengalami fraktur impressi : mengenai pembuluh darah di otak :

otak kekurangan O2 hipoksia angka survivalnya <3 menit

Page 6: NITA - LBM 1

Tidak bisa menyelamatkan jalan napasnya menurunkan saturasi

O2

Fraktur imprssi pada os frontal : di bagian anterior (lamina cribosa

os etmoid) menyebabkan robeknya selaput meningeal

epistaksis, rhinorea, CSF masuk jalan napas berbaring

masuk mulut, ada gambaran gelap di sekitar mata (robeknya A.

Subkonjungtiva)

(ATLS)

Cara P emasangan Oropharyngeal Airway

Alat ini dimasukkan mulut agar ujungnya berada dibelakang lidah.

Pertama alat dimasukkan dengan lengkungan menghadap ke langit-

langit. Setelah masuk separuh panjangnya, alat diputar 180 derajad

hingga lengkungannya sekarang berada menempel lengkungan lidah.

Tujuan : lidah tertahan tidak jatuh ke belakang menutupi hipofarings.

Alat ini dapat merangsang muntah pada pasien yang sadar / setengah

sadar.

Hati-hati memasang alat ini pada anak karena dapat melukai jaringan

lunak.

Digunakan pada pasien yang berisiko mengalami obstruksi jalan nafas

oleh lidah atau kelemahan otot jalan nafas atas

Page 7: NITA - LBM 1

Digunakan pada pasien yang tidak sadar

Digunakan juga selama penghisapan/penyedotan mulut dan tenggorok

dan pada pasien yang di intubasi untuk mencegah pasien menggigit

sehingga menyumbat pipa di dalam trachea (ETT)

Tidak boleh digunakan pada pasien yang sadar atau setengah sadar

karena dapat menstimulasi muntah atau tercekik

(dr. Adrianus Kosasih,SpJP, 2010, Bantuan Hidup Jantung Lanjut,

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia)

GCS

Kategori GCS CT Scan Otak

Page 8: NITA - LBM 1

Minimal

Ringan

Sedang

Berat

15

13-15

9-12

3-8

Normal

Normal

Abnormal

Abnormal

(Iwan Purnawan, S.Kep., Ns, Gagal Nafas, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman)

Pulse Oxymetri

Nilai pulse oxymetri Arti klinis Pilihan alat

suplementasi O2

95-100% Dalam batas normal Kanul binasal

90- ≤95% Hipoksia ringan sampai

sedang

Sungkup muka

sederhana

85 - ≤90% Hipoksia sedang

sampai berat

Sungkup muka

dengan reservoir O2

atau ventilasi dibantu

≤ 85% Hipoksia berat yang

mengancam jiwa

Ventilasi dibantu

SUMBATAN JALAN NAFAS

Sumbatan jalan nafas pada orang sadar dan tidak sadar

Sadar :

Korban mungkin masih mampu melakukan pernapasan, namun

kualitas pernapasan dapat baik atau buruk.

Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban

biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk dengan kuat,

usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat

sampai benda asing tersebut dapat keluar.

Tidak sadar :

Korban biasanya tidak dapat berbicara, bernapas, atau batuk.

Page 9: NITA - LBM 1

(Penanganan penderita gawat darurat-FK UNDIP)

Klasifikasi

Sebagian (parsial)

bila tdk dikoreksi dalam waktu 5 – 10 menit dapat mengakibatkan

asfiksi, henti nafas dan henti jantung. Tidak terdengar suara nafas

atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut.

Adanya retraksi pada daerah supraclavikula dan sela iga bila

penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak

mengembang pada waktu inspirasi

Korban mungkin masih mampu melakukan pernapasan, namun

kualitas pernapasan dapat baik atau buruk.

Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban

biasanya masih dapat melakuakan tindakan batuk dengan kuat,

usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat

sampai benda asing tersebut dapat keluar.

Obstruksi jalan napas partial dengan pernapasan yang buruk

harus diperlakukan sebagai obstruksi jalan napas komplit.

Komplit (total)

harus dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan otak, henti

nafas dan henti jantung sekunder. Terdengar aliran udara yang

berisik dan kadang-kadang disertai retraksi. Bunyi lengking

menandakan adanya laringospasme dan bunyi seperti orang

berkumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing.

Korban biasanya tidak dapat berbicara, bernapas, atau batuk.

Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu jari dan jari

lainnya.

Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan

mengalami kekurangan oksigen sehinga menyebabkan

kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat terjadi jika tidak

diambil tindakan segera.

(Penanganan penderita gawat darurat-FK UNDIP)

Page 10: NITA - LBM 1

Penatalaksanaan obstruksi jalan napas oleh benda asing:

Manuver Heimlich (hentakan subdiafragma-abdomen)

Suatu hentakan yang meneybabkan peningkatan tekanan pada

diafragma shg memaksa udara yang ada didlam paru2 untuk

keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau

mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas.

Mungkin dibutuhkan pengulangan hentakan 6-10 kali untuk

membersihkan jalan napas.

Penyapuan jari

Penyapuan ini hanya dilakuakn atau digunakan pada orban tidak

sadar, dengan muka menghadap keats buka mulut korban

dengan memegang lidah dan rahang diantara ibu jari dan

jari2nya, kemuadian mengangkat rahang bawah.

Tindakan ini akan menjauhkan lidah dengan kerongkongan serta

menjauhkan benda asing yang mungkin menyangkut ditempat

tersebut. Masukkan jari telunjuk tangan tangan lain

(Penanganan penderita gawat darurat-FK UNDIP)

Tanda–tanda sumbatan jalan nafas

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

Snoring :

Suara seperti mengorok

Kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian

atas (faring) oleh benda padat atau karena lidah jatuh ke

belakang pada pasien dengan penurunan kesadaran

Jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung

dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2

jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk

chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk

menekan rahang bawah ke bawah).

Page 11: NITA - LBM 1

Gurgling :

Suara seperti berkumur

Kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh

cairan (darah/lendir) di orofaring

Maka lakukanlah cross-finger (seperti di atas), lalu lakukanlah

finger-sweep (menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan

kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan)

Crowing :

Suara dengan nada tinggi

Biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea

(laring)

Untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and

chin lift atau jaw thrust saja.

Page 12: NITA - LBM 1

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan

napas, maka dapat dilakukan :

Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan

telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung

Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar,

lalu menarik tangan ke arah belakang atas.

Page 13: NITA - LBM 1

Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara

memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam

atas.

(Agus Purwadinanto dan Budi Sampurna, 2000, Kedaruratan Medik edisi

Revisi Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Jakarta : Binarupa aksara)

Hal-hal yang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas

Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai adalah dasar

lidah. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma,

karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak

mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini

sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.

Benda asing, seperti darah dijalan nafas atas yang tidak dapat ditelan

atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat

jalan nafas.

Penderita yang mendapat anestesi atau tidak dapat terjadi

laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan

nafas atas pada penderita stupor atau koma yang dangkal.

Page 14: NITA - LBM 1

(Penanganan penderita gawat darurat-FK UNDIP)

Kelainan congenital hidung atau laring

Atresia koane

Stenosis supraglotis, glotis dan infra glotis

Kista duktus tiroglossus

Kista brankiogen yang besar

Laringokel yang besar.

Trauma

Ingesti kaustik

Patah tulang wajah

Cedera laringotrakeal.

Intubasi lama

Paralisis nervus laringeus rekurren bilateral.

Tumor

Hemangioma

Higroma kistik

Papiloma laring rekurren

Limfoma

Tumor ganas tiroid

Karsinoma sel squamous laring, faring dan esofagus.

Infeksi akut

Laringotrakeitis.

Epiglotitis

Hipertropiatonsiler

Angina Ludwig

Abses para faring

Paralisis satu atau kedua plika vokalis

Pangkal lidah jatuh ke belakang pada pasien tidak sadar

Lain- lain

(Agus Purwadinanto dan Budi Sampurna, 2000, Kedaruratan Medik edisi

Revisi Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Jakarta : Binarupa aksara)

Page 15: NITA - LBM 1

Jika sumbatan jalan nafas tidak di atasi, apa yang terjadi

Syok

Obstruksi total atelektasis

Obstruksi partial emfisema paru

Kematian

(Agenda Gawat Darurat, Prof. Dr. H. Tabrani Rab)