35
BAB I PELAKSANAAN KEGIATAN CL 1.1 Materi/topik yang dibahas dalam CL Asuhan kegawatdaruratan pada kehamilan lanjut dan persalinan, dengan kasus: a. Rupture uteri b. Plasenta previa c. Solusio plasenta 1.2 Waktu Hari : Kamis Tanggal : 25 Juni 2015 Waktu : 10.30 WIB – 15.30 WIB Tempat : Kelas 2A Kampus Kebidanan Poltekkes Bandung 1.3 Dosen Pembimbing sebagai Fasilitator/narasumber Tatik Kusyanti, SST, M.Keb 1.4 Peserta yang mengikuti CL Ketua : Syahrina Nurpadilah Notulen : Intan Puspitasari Anggota : Alifa Rahmannisa R Febrianti Nur Azizah Intan Permatasari Nafasa Agnia R Rahayu Bella Wulan Sari 1

Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

  • Upload
    lucaria

  • View
    50

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

BAB I PELAKSANAAN KEGIATAN CL

1.1 Materi/topik yang dibahas dalam CL

Asuhan kegawatdaruratan pada kehamilan lanjut dan persalinan,

dengan kasus:

a. Rupture uteri

b. Plasenta previa

c. Solusio plasenta

1.2 Waktu

Hari : Kamis

Tanggal : 25 Juni 2015

Waktu : 10.30 WIB – 15.30 WIB

Tempat : Kelas 2A Kampus Kebidanan Poltekkes Bandung

1.3 Dosen Pembimbing sebagai Fasilitator/narasumber

Tatik Kusyanti, SST, M.Keb

1.4 Peserta yang mengikuti CL

Ketua : Syahrina Nurpadilah

Notulen : Intan Puspitasari

Anggota : Alifa Rahmannisa R

Febrianti Nur Azizah

Intan Permatasari

Nafasa Agnia R

Rahayu Bella

Wulan Sari

1

Page 2: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

BAB II PROSES KEGIATAN

2.1 Kasus/masalah yang Dibahas/ditampilkan

KASUS UNTUK COLLABORATIVE LEARNING (CL)

(Ruptura Uteri)

Seorang ibu bersalin anak ke 7 datang ke rumah bidan diantar paraji dan

keluarga, ibu dalam keadaan pingsan dan perdarahan, bayi belum lahir. paraji

melakukan dorongan pada uterus ketika ibu mengedan, dan akhirnya ibu menjerit

dan langsung tidak sadarkan diri dan mengalami perdarahan.

Bidan melakukan pemeriksaan ibu pucat, TD 80/50 mmHg, nadi 112x/menit, R

32 x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 182x/menit terdengar tidak teratur.

Palpasi abdomen teraba bagian janin dengan mudah, kepala belum masuk pintu

atas panggul. Terdapat perdarahan pervaginam.

Bidan mendiagnosis G7P6A0 inpartu dengan kemungkinan robekan rahim dan

syok, janin tunggal hidup dengan gawat janin

Pertanyaan :

1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !

2. Jelaskan definisi robekan rahim!

3. Jelaskan jenis dan klsifikasi robekan rahim !

4. Jelaskan tanda gejala ancaman robekan rahim!

5. Jelaskan Etiologi dan faktor predisposisi robekan rahim!

6. Jelaskan Komplikasi pada kasus persalinan dengan robekan rahim!

7. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus persalinan denga

robekan rahim!

8. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus persalinan dengan

robekan rahim!

9. Jelaskan penulisan analisa pada kasus persalinan dengan robekan rahim!

10. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus

persalinan dengan robekan rahim!

11. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus persalinan dengan

robekan rahim!

2

Page 3: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

KASUS UNTUK COLLABORATIVE LEARNING (CL)

(Plasenta Previa)

Seorang ibu hamil anak kedua belum pernah keguguran, umur kehamilan 9

bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu

mengalami pengeluaran darah segar dari jalan lahir setelah buang air kecil, ini

perdarahan yang pertama kali dialami, jumlah darah sangat banyak.

Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50

mmHg, nadi 111x/menit, R 33x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 160x/menit

terdengar teratur. Palpasi abdomen di bagian fundus teraba kepala, punggung

kanan, bagian terbawah teraba bokong belum masuk pintu atas panggul. Terdapat

perdarahan pervaginam warna merah segar.

Bidan mendiagnosis G2P1A0 dengan kemungkinan plasenta previa, janin

tunggal hidup presentasi bokong/letak sungsang

Pertanyaan :

1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !

2. Jelaskan definisi plasenta previa!

3. Jelaskan jenis dan klsifikasi plasenta previa ! lengkapi dengan gambar!

4. Jelaskan tanda gejala plasenta previa!

5. Jelaskan Etiologi dan faktor predisposisi Plasenta previa!

6. Jelaskan Komplikasi plasenta previa pada ibu dan janin!

7. Jelaskan rasionalisasi dari kontra indikasi prosedur periksa dalam pada kasus

plasenta previa?

8. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!

9. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!

10. Jelaskan penulisan analisa pada kasus kehamilan dan persalinan dengan

plasenta previa!

11. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus

plasenta previa!

12. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus plasenta previa!

3

Page 4: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

KASUS UNTUK COLLABORATIVE LEARNING (CL)

(Solusio Plasenta)

Seorang ibu hamil anak ke-1 belum pernah keguguran, umur kehamilan 9

bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu

jatuh dari tangga dan mengalami mules yang sangat kuat dan dirasakan sakit,

pengeluaran darah agak kehitaman dari jalan lahir , jumlah darah sangat banyak.

sebelumnya ibu sudah dideteksi mengalami preeklampsi berat dan sudah dirujuk

ke RS.

Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50

mmHg, nadi 112x/menit, R 32x/menit suhu 35,6°C, DJJ tidak terdengar. Palpasi

abdomen : abdomen tegang seperti papan, sulit meraba bagian janin , terdapat

perdarahan pervaginam warna merah kehitaman.

Bidan mendiagnosis G1P0A0 dengan kemungkinan solusio plasenta, janin

kemungkinan IUFD

Pertanyaan :

1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !

2. Jelaskan definisi solusio plasenta !

3. Jelaskan jenis dan klsifikasi solusio plasenta !

4. Jelaskan tanda gejala solusio plasenta!

5. Jelaskan Etiologi dan faktor predisposis solusio plasenta!

6. Jelaskan Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin!

7. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus solusio plasenta!

8. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus solusio plasenta!

9. Jelaskan penulisan analisa pada kasus kehamilan dan persalinan dengan

solusio plasenta!

10. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus solusio

plasenta!

11. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus solusio plasenta!

4

Page 5: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

2.2 Hasil Diskusi Kelompok Berdasarkan Hasil Inkurio

KASUS I RUPTURE UTERI

Seorang ibu bersalin anak ke 7datang ke rumah bidan diantar paraji dan

keluarga,ibu dalam keadaan pingsan dan perdarahan, bayi belum lahir. paraji

melakukan dorongan pada uterus ketika ibu mengedan, dan akhirnya ibu menjerit

dan langsung tidak sadarkan diri dan mengalami perdarahan.

Bidan melakukan pemeriksaan ibu pucat, TD 80/50 mmHg, nadi 112x/menit,

R 32 x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 182x/menit terdengar tidak teratur.

Palpasi abdomen teraba bagian janin dengan mudah, kepala belum masuk pintu

atas panggul. Terdapat perdarahan pervaginam.

Bidan mendiagnosis G7P6A0 inpartu dengan kemungkinan robekan rahim

dan syok, janin tunggal hidup dengan gawat janin

1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !

a. Pasien berada dalam kondisi syok, dapat dilihat dari kesadarannya yang

somnolen,adanya perdarahan pervaginam, tekanan darah <90 mmHg,

nadi >100 x/menit, frekuensi nafas 20 – 30 x/menit, hipotermi,

b. Saat palpasi abdomen teraba bagian janin dengan mudah, kemungkinan

janin masuk ke dalam rongga perut

c. His tidak ada atau berhenti atau hilang

d. Bunyi jantung janin cepat takikardi dan terdengar tidak teratur atau

irreguler,

e. Sewaktu terjadi kontraksi yang kuat, pasien akan meras nyeri yang

menyayat di perut bagian bawah. Segmen bawah rahim nyeri sekali pada

saat dilakukan palpasi

Sumber :

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2004. Obstetri Patologi Ilmu

Kesehatan Reproduksi Ed. 2. Jakarta : EGC

2. Jelaskan definisi robekan rahim!

Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat

dilampauinya daya regang miomentrium. Rupture uteri adalah robeknya

dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa

robeknya perioneum visceral (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal).

5

Page 6: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Terjadinya rupture uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin

masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan

janinnya. Kematian ibu dan anak karena rupture uteri masih tinggi. Insidens

dan angka kematian yang tinggi kita jumpai dinegara-negara yang sedang

berkembang, seperti afrika dan asia. Angka ini sebenarnya dapat diperkecil

bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat. Prenatal care, pimpinan

partus yang baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah

periver dan penyediaan darah yang cukup juga merupakan faktor yang

penting.

Sumber :

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal.

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2004. Obstetri Patologi Ilmu

Kesehatan Reproduksi Ed. 2. Jakarta : EGC

3. Jelaskan Jenis dan klasifikasi robekan rahim!

1. Berdasarkan Jenis :

a. Ruptur uteri isidental

Adalah suatu variasi dari ruptur spontan uterus gravid yang asitomatik

b. Ruptur uteri traumatik

Adalah ruptur yang meliputi ruptur uterus yang berkaitan dengan zat-

zat farmakologik atau oksitosik manipulasi intrauterine, tekanan

eksternal atau tindakan pemakaian instrumen.

c. Ruptur uteri spontan

Terjadi tanpa adanya iatrogenik. Yaitu ruptur uteri yang berkaitan

dengan persalinan yang tersumbat dan tidak dirangsang.

2. Berdasarkan Klasifikasi :

a. Waktu Terjadinya

a) Ruptura uteri gravidarum

Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.

b) Ruptura uteri durantepartum

Terjadi waktu melahirkan, lokasinya sering pada segmen bawah

rahim. jenis inilah yang terbanyak.

b. Menurut Lokasinya

a) Korpus uteri

6

Page 7: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Biasanya terjadi pada rahim yang sudah mengalami operasi,

seperti seksio sesaria klasik (korporal atau miomektomi)

b) Segmen bawah rahim

Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju).

SBR itu aka tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya

terjadinya ruptura uteri.

c) Serviks uteri

Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forceps atau

versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.

d) Kolpoporeksis-kolporeksis

Robekan-robekan di antara cerviks dan vagina

c. Menurut robeknya peritoneum

a) Kompleta

Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya atau

perimetrium, sehingga terdapat hubungan langsung antara

rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis.

b) Inkompleta

Robekan otot rahim tetapi perimetrium tidak ikut robek.

Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas sampai ke

ligamentum latum.

4. Jelaskan tanda dan gejala ancaman robekan rahim!

Gejala klinis menurut Manuaba ( 2008), diketahui melalui anamnesis

dengan keluhan seperti sesuatu yang putus di bagian bawah dan dapat diikuti

penurunan keadaran sampai koma.

Sedangkan menurut Mochtar (1998), adapun gejalanya antara lain:

a. Gejala ruptura uteri mengancam (rump)

– Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh

dukun, partus sudh lama berlagsung.

– Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan

nyeri di perut.

– Pada setiap datangnya his pasien memegang perut dan

mengerang kesakitan bahkan meminta supaya anaknya

secepatya dikeluarkan.

– Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.

– Ada tanda dehidrasi karena patus yang lama (prolonged labor),

yaitu mulit kering, idah kering dan halus, badan panas atau

demam.

7

Page 8: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

– His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus

menerus.

– Ligamentum protundum teraba sepert kawat listrk yang tegang,

tebal, dan keras, terutama sebelah kiri atau keduanya

– Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik)

sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri jika di tekan.

– Pada auskultasi terdengar DJJ tidak teratur (asfiksia).

– Diantra korpus dan SBR nampk lingkaran BANDL sebagai

lekukan melintang yang bertambah lama bertambah tinggi,

menunjukan SBR yang semakin tipis dan teregang. Sering

lingkaran BANDL ini dkelirukan dengan kandung kemh yang

penuh, untuk itu lakukan katerisasi kandung kemih.

– Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga

tertarik dan teregang ke atas, teradi robekan-robekan kecil

pada kandung kemih.

– Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari

obstruksi, seperti edema, vagina, vulva, dan kaput kepala janin

yang besar

b. Gejala-gejala ruptura uteri

Bila ruptura uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu

saat akan terjadilah ruptura uteri.

1) Anamnesis dan inspeksi

Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan

yang luar biasa menjerit seolah-olah perutnya sedang di robek

kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin

sampai kolaps.

Penafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan halus.

Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.

Syok, nadi kecil dan cepat, teanan darah turun bahkan tidak

terukur

Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tidak begitu

banyak, lebih-lebih jika bagian terdepan atau kepala sudah

lama turun, dan menyumbat jalan lahir.

Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menalar ke tungkai

bawah dan di bahu.

Kontraksi uterus biasanya hilang

Mula mula terdapat defans mukuler kemudian perut menjdi

kembung dan meteoristis (paralisis usus)

8

Page 9: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

2) Palpasi

Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya

empisema subkutan.

Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepakan dari

pintu atas panggul.

Bila janin sudah keluar dari cavum uteri jadi berada di rongga

perut maka teraba bagian-bagian janin langsug di bawah kulit

perut, kadang-kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras

seesar bola kelapa.

Nyeri tekan pada perut, terutama pada perut yang robek

3) Auskultasi

Biasanya DJJ sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit

setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk

ke rongga perut.

4) Pemeriksaan dalam

– Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan

mudah dapat didorong ke atas, dan ini disertai keluarnya darah

pervaginam yang agak banyak.

– Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada

dinding rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui

robekan tadi, maka dapat diraba usus, omentum, dan bagian-

bagian janin.

– Kalau jari tangan kita yang di dalam kita temukan dengan jari

luar, maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis

sekali dari dinding perut, juga dapat diraba fundus uteri.

5) Kateterisasi

Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada

kandung kemih.

6) Catatan

Gejala ruptur uteri inkompleta tidak sehebat kompleta.

Ruptur uteri yang terjadi oleh karena cacat uterus biasanya

tidak didahului oleh ruptur uteri megancam

9

Page 10: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

5. Jelaskan etiologi dan faktor predisposisi robekan rahim!

a. Etiologi

Ruptura uteri spontanea menurut etiologi dapat dibagi menjadi 2 :

– Dinding rahim yang lemah dan cacat, mislanya pada bekas seksio

sesarea, miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia,

pelepasan plasenta secara manual.

– Peregangan yang luar biasa dari rahim, misalnya pada panggul

sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin

penderita diabetes miletus, hidrops fetalis, postmaturitas dan

grandemultipara.

b. Faktor predisposisi

– Bekas luka atau kelainan uterus sebelum kehamilan sekarang

– Pembedahan yang melibatkan miometrium (seksio sesarea,

histeretomi, riwayat reparasi ruptur uteri, insisi miomektomi yang

menembus atau mengenai endometrium, reseksi kornu yang

dalam pada metroplasti pars interstitialis tuba).

– Trauma uterus (aborsi dengan peralatan [kuretase dang]), trauma

tajam atau tumpul [kecelakaan, peluru, pisau]), ruptur uterus

tersebunyi pada kehamilan sebelumnya.

– Kelainan kongenital, kehamilan pada uterus yang terdapat

kelainan perkembangan pada ujung atasnya.

– Sebelum persalinan:

o Kontraksi yang spontan, kuat, dan terus-menerus

o Stimulasi persalinan (oksitosin atau prostaglandin)

o Rangsangan intraamnion (salin dan prostaglandin)

o Perforasi oleh kateter dalam uterus

o Trauma eksternal yang tajam atau tumpul

o Versi luar

o Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan ganda)

– Selama persalinan:

o Versi ekstraksi

o Ekstraksi fosep yang sulit

o Persalinan sungsang

o Kelainan kongenital yang menekan segmen bawah rahim

o Penekanan uterus selama persalinan

o Manual plasenta yang sulit

– Kelainan yang didapat (plasenta inkreta/perkreta, penyakit

trofoblas, uterus retroversi).

10

Page 11: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

6. Jelaskan komplikasi pada kasus persalinan dengan robekan rahim!

Komplikasi rupture uteri adalah perlukaan pada organ yang berdekatan,

perdarahan, syok, infeksi, trauma kandung kemih atau ureter, tromboflebitis,

koagulasi intravaskular diseminata, hipofungsi hipofisis (misal gagal

menyusui) atau kematian. Jika pasien tetap hidup, dapat terjadi infertibilitas

atau sterilitas. Perdarah merupaka komplikasi yang paling gawat, memerlukan

transfusi darah dan merupakan penyebab kematian ibu yang paling utama.

Sumber :

Manuaba, Chandranita., Fajar Manuaba, dan I.B.G. Manuaba. (2008). Gawat-

Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi

Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam Prof. Dr., Sinopsis Obstetri. 1998. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta: EGC.

7. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus persalinan dengan

robekan rahim!

a. Keluhan:

nyeri abdomen seperti disayat pisau, perdarahan hebat, ibu lemas.

b. Riwayat obstetric yang lalu:

riwayat paritas tinggi, jarak kehamilan dan persalinan, pembedahan

uterus sebelumnya, seksio sesarea, miomektomi atau resersi kornua,

molahidatidosa atau abortus dengan curatage.

c. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang:

riwayat bersalin dengan dorongan fundus, pemakaian oksitosin saat

persalinan, kelainan letak, polihidramnion,

8. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus persalinan dengan

robekan rahim!

a. Pemeriksaan umum:

Kesadaran klien buruk/ pingsan, tampak anemis, dan lemas.

b. TTV:

11

Page 12: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Ditemukan tanda-tanda syok , seperti takikardi, nafas cepat, hipotensi,

dan suhu rendah.

c. Pemeriksaan abdomen:

Teraba bagian janin dengan mudah, kontur uterus yang abnormal, DJJ

janin takikardi, his tidak ada, terjadi nyeri lepas dan abdomen teraba

lunak, bagian janin tidak terfiksasi ke PAP, didahului oleh lingkaran

kontriksi.

d. Pemeriksaan dalam

Terdapat perdarahan pervaginam yang hebat, jari tangan dalam dapat

meraba permukaan rahim dan dinding perut, teraba pinggir robekan,

dapat memegang usus halus lewat robekan , jari tangan di luar dapat

meraba jari tangan di dalam

9. Jelaskan penulisan analisa pada kasus persalinan dengan robekan rahim!

G7P6A0 inpartu dengan robekan rahim dan syok, janin tunggal hidup dengan

gawat janin.

Diagnosa potensial: syok berlebih, infeksi, peritonitis, gagal ginjal, kematian

intauterin, kematian maternal.

10. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus

persalinan denganrobekan rahim!

1) Berikan segera cairan isotonik (Ringer Laktat atau garam fisiologis) 500

mL dalam 15-20 menit.

2) Beri oksigen

3) Bila terdapattanda-tanda infeksi (demam, menggigil, darah bercampur

cairan ketuban berbau, hasil apusan atau biakan darah) segera berikan

antibiotika spektrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genitalia

atau luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid.

Bila hasil anamnsis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap

tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml IM.

4) Merujuk pasien ke Rumah sakit rujukan.

11. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus persalinan dengan

robekan rahim!

Sebelum tindakan Histerektomi:

12

Page 13: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

a. Dokter akan memberikan notifikasi segera

b. Klien diberikan infus cairan elektrolit (RL) untuk mengatasi syok , dapat

juga dengan transfuse darah jika dibutuhkan.

c. Pasangkan kateter Foley

d. Pasang oksigen

e. Beri informed concent bahwa klien akan dilakukan histerektomi.

f. Beri antibiotika

g. Pengukuran TTV setiap 15 menit

h. Persiapan operasi bagi klien, beri dukungan psikologis dan fasilitasi

kebutuhan klien.

Perawatan pasca operasi

a. Infus dan atau transfusi yang adekuat

b. Observasi :

- Kesadaran

- Perdarahan

- Keseimbangan cairan-elektrolit

- Tanda infeksi

c. Pemeriksaan

- Tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

- Bising usus

- Keadaan luka operasi

d. Profilaksis

- Antibiotik yang adekuat

- Antipiretik

- Obat penunjang

e. Mobilisasi dini, pulang pada hari ke-7 atau ke-8

Sumber:

Brahm U. 2004. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Manuaba, Chandranita dkk. 2008. Gawat–Darurat Obstetri-Ginekologi &

Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal. Jakarta ; PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Kementerian Kesehatan Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan

Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:

Kemenkes RI

13

Page 14: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

AIS. 2011. Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional

Prosedur (SOP) , OBGIN. Tersedia di:

https://www.academia.edu/6762261/Standar_Pelayanan_Medis_SPM

_dan_Standar_Operasional_Prosedur_SOP_OBGIN Diakses pada 23

Juni 2015

Sellers P Mc. (1993). Midwifery, Vol 1-2, 1 st edition, juta& Co. LTD, South

Africa

Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan

Ginekologi (Manual of gynecologic and obstetric emergencies).

Jakarta: EGC

KASUS II PLASENTA PREVIA

Seorang ibu hamil anak kedua belum pernah keguguran, umur kehamilan 9

bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu

mengalami pengeluaran darah segar dari jalan lahir setelah buang air kecil, ini

perdarahan yang pertama kali dialami, jumlah darah sangat banyak.

Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50

mmHg, nadi 111x/menit, R 33x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 160x/menit

terdengar teratur. Palpasi abdomen di bagian fundus teraba kepala, punggung

kanan, bagian terbawah teraba bokong belum masuk pintu atas panggul. Terdapat

perdarahan pervaginam warna merah segar.

Bidan mendiagnosis G2P1A0 dengan kemungkinan plasenta previa, janin

tunggal hidup presentasi bokong/letak sungsang.

1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !

Menurut Saifuddin (2003), gejala dan tanda utama plasenta previa adalah:

a. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu

b. Darah segar atau kehitamandengan bekuan

c. Perdarahan bisa terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik,

kontraksi braxton hicks atau koitus.

Penyulit lain plasenta previa sebagai berikut:

a. Syok

b. Perdarahan setelah koitus

c. Tidak ada kontraksi uterus

d. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

e. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

14

Page 15: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Sedangkan menurut WHO (2013), diagnosis plasenta previa yaitu:

Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu

Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia

Syok

Tidak ada kontraksi uterus

Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG

Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang

terjadi tiba-tiba dan tanpa disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga

dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus. Seorang wanita

yang tidak sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan pervaginam tanpa

nyeripada trimester ketiga harusdicurigai mengalami plasenta previa.

Malpresentasi (sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah

kondisi yang umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen

bawah rahim (Varney, 2007).

Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ibu tersebut

diduga mengalami plasenta previa dengan presentasi bokong/letak

sungsang dengan melihat ada tanda dan gejala sebagai berikut:

Perdarahan pada usia kehamilan > 22 minggu

Darah segar yang keluar dari jalan lahir

Perdarahan terjadi setelah miksi

Syok (tidak sadarkan diri, nadi cepat > 110x/menit, tekanan darah

sistolik < 90 mmHg, pucat dan nafas cepat > 30x/menit)

Tidak ada kontraksi uterus

Bagian terbawah janin tidak masuk pintu atas panggul

Malpresentasi yang merupakan kondisi yang umum ditemukan pada

kasus ini

2. Jelaskan definisi plasenta previa!

Menurut Varney (2007), plasenta previa adalah posisi plasenta yang

berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga

perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks.

Sedangkan menurut Saifuddin (2013) dalam Ilmu Kebidanan, plasenta

previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium

uteriinternum. Selain itu, definisi plasenta previa dalam Buku Panduan Praktis

15

Page 16: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Pelayanan Kesehatan mengatakan plasenta previa adalah keadaan dimana

implantasi plasenta terletak pada atau di dekat serviks. Plasenta yang

berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks (WHO, 2013).

3. Jelaskan jenis dan klasifikasi plasenta previa lengkapi dengan gambar!

a. Placenta Previa Marginalis

Adalah placenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum

(OUI)

b. Placenta Previa Parsial

Adalah placenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum (OUI)

c. Placenta Previa Totalis atau Komplit

adalah placenta yang menutupi seluruh ostium uteri Internum (OUI).

d. Placenta Letak Rendah

Adalah placenta yang beimplantasi pada segmen bawah rahim demikian

rupa sehingga tepi bawahnya berada kurang lebih 2 cm dari ostium uteri

internum (OUI). Jarah yang lebih dari 2 cm dianggap placenta letak

normal

Sumber :

Prawirohardjo, Sarwono.(2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

16

Page 17: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

4. Jelaskan tanda gejala plasenta previa !

Gejala – gejala :

a. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri.

Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan

ke tujuh. Hal ini disebabkan karena :

Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang

tidak berbeda dari abortus.

Perdarahan pada plasenta previa disebabkan karena pergerakan

antara plasenta dan dinding rahim.

b. Kepala anak sangat tinggi : karena plasenta terletak pada kutub

bawah rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul.

c. Karena hal tersebut di atas juga karena ukuran panjang rahim

berkurang, maka pada plasenta previa lebih sering terdapat kelainan

letak.

d. Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus

uteri masih rendah.

e. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.

f. His biasanya tidak ada

g. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

h. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

i. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

j. Sering dijumpai kesalahan letak janin

Sumber :

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran

Bandung. (1984). Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset

5. Jelaskan jenis etiologi dan faktor predisposisi plasenta previa !

Etiologi

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang

multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi

berkali-kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya,

abortus, dan mungkin merokok. Berbeda pada pedarahan trimester awal, pada

perdarahan trimester dua dan tiga biasanya sekunder karena implantasi

abnormal dari plasenta. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio

(embryonic plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan

17

Page 18: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

bertumbuhnya plasenta, plasenta yang telah berkembang bisa menutupi

ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi desidua yang jelek,

inflamasi, atau perubahan atropik.

Sumber :

Kurniawan, R. (2013). Referat Placenta Previa. Terdapat di

http://www.slideshare.net/rayakurniawan/referat-placenta-previa. Diakses

pada tanggal 23 Juni 2015

Faktor Predisposisi

a. Multiparitas dan umur lanjut ( > / = 35)

b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat

perubahan atrofik dan inflamatorotik

c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan

(SC, Kuret, dll).

d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

e. Konsepsi dan nidasi terlambat.

f. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritroblastosis atau hidrops

fetalis.

Sumber :

Maryunani, A dan Eka Puspita. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal

dan Neonatal. Jakarta : CV. Trans Info Media

6. Jelaskan komplikasi plasenta previa pada ibu dan janin !

Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang

menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan

yang cukup banyak dan fatal.

a. Perdarahan

Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka

pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan

semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah

sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.

b. Plasenta akreta

Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah

rahim dan sifat segmen ini yang tipis memudahkan jaringan trofoblas

dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan

18

Page 19: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta

dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang

perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam

miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal

plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian

terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas

timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi

pada uterus yang pernah seksio sesarea.Dilaporkan plasenta akreta

terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarea satu

kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah seksio sesarea 3 kali.

c. Ruptur uteri

Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh sangat potensial

untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu,

harus sangat hati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini

misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen

bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan

pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan

banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana

seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi

arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteri hipogastrika, maka

pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah

melakukan histerektomi radikal. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu

merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.

d. Kelainan letak janin

Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini

memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala

konsekuensinya.

e. Prematur dan gawat janin

Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan

sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa

dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu

dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin

dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin

sebagai upaya antisipasi.

f. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan

selain masa rawatan yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk

solusio plasenta (Risiko Relatif 13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan

letak janin (RR 2,8), perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian

19

Page 20: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated intravascular

coagulation (DIC 15, 9)

Sumber :

Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

7. Jelaskan rasionalisasi dari kontra indikasi prosedur periksa dalam pada kasus

plasenta previa !

Perdarahan yang terjadi pada seorang wanita hamil trimester ketiga

harus dipikirkan penyebabnya, yaitu: plasenta previa atau solusio plasenta.

Bila ditemukan, dokter atau bidan harus segera mengirim pasien tersebut

selekas mungkin ke rumah sakit besar tanpa terlebih dulu melakukan

pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon. Kedua tindakan ini hanya

akan menambah perdarahan dan kemungkinan infeksi.

Karena perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan oleh

varises yang pecah dan kelainan serviks (polip, erosi), di rumah sakit

dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih dulu untuk menyingkirkan

kemungkinan ini.

Sumber :

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. (2004). Obstetri Patologi.

Jakarta: EGC

8. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!

a. Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,pendidikan terakhir,

agama, suku bangsa, status pernikahan, alamat, Faktor usia lanjut

berpengaruh pada plasena previa.

b. Riwayat perdarahan

Keluar darah sejak kapan, apakah disertai rasa sakit, apakah ada riwayat

jatuh sebelumnya, apakah baru-baru ini senggama?,kapan?, apakah ada

mules, apakah gerakan janin masih dirasakan .

Indikasi plasenta previa perdarahan biasanya tidak dirasakan, dan tidak

disertai dengan kontraksi uterus.

c. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : menentukan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Plasenta

previa cenderung terjadi dengan tiba-tiba sewaktu trimester ketiga.

20

Page 21: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

d. Riwayat hamil,bersalin, nifas yang lalu

Riwayat jumlah kehamilan, riwayat plasenta previa, secsio secsaria

sebelumnya

e. Riwayat Kesehatan

Riwayat mengalami perdarahan sebelumnya

Sumber :

Taber. 1994. Kapita Selektas Kedaruratan Obstetric Dan Ginekologi.

Jakarta : EGC

9. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!

a. Pemeriksaan umum

Jika perdarahan tidak banyak tanda-tanda vital biasanya. Jika

perdarahan hebat, hipotensi dan takikardi merupakan petunjuk dari

hipovolemia ibu.

b. Pemeriksaan abdomen

Uterus teraba halus dan lunak, biasanya tidak ada kontraksi uterus.

Bunyi jantung janin biasanya normal. Bagian presentasi tidak masuk

pintu atas panggul. Kelainan letak janin (bokong, oblik, atau lintang)

merupakan suatu temuan yang sering berkaitan.

c. Pemeriksaan pervaginam tidak dilakukan kecuali pasien berada di kamar

operasi untuk seksio sesarea.

d. Tes laboratorium

Hitung darah lengkap dengan tujuan menilai derajat anemia

Urinalisis : biasanya normal

Golongan darah dan rhesus

Sumber :

Taber. 1994. Kapita Selektas Kedaruratan Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta :

EGC

10. Jelaskan penulisan analisa pada kasus kehamilan dan persalinan dengan

plasenta previa!

G2P1A0 gravida 38 minggu dengan suspect plasenta previa, janin tunggal

hidup presentasi bokong/letak sungsang

Diagnosis banding :pelepasan plasenta premature, persalinan premature,

vasaprevia.

21

Page 22: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Masalah potensial: syok hipovolemik, kelahiran premature dan plasenta akreta

Sumber :

Taber. 1994. Kapita Selektas Kedaruratan Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta :

EGC

11. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus

plasenta previa!

a. Informed concernt

Beritahu keluarga tentang keadaan ibu

b. Menangani syok terlebih dahulu :

Mintalah bantuan seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas

tindakan gawat darurat

Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaaan umum ibu dan harus

diperhatikan bahwa jalan nafas bebas.

Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu

tubuh)

Baringkan ibu dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko

terjadinya aspirasi jika muntah dan untuk memastikan jalan nafasna

terbuka.

Jagalah ibu tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini

akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke

organ vitalnya.

Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke

jantung.

c. Memasang infus dan cairan intravena NaCl 0,9% atau Ringer Laktat

untuk perbaiki kekurangan cairan.

d. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia

kesiapan untuk seksio sesarea. Pemerik¬saan inspekulo dilakukan

secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.

e. Lakukan penilaian jumlah perdarahan

f. Mempersiapkan donor darah dari keluarga

Sumber :

Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

12. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus plasenta previa!

22

Page 23: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Terapi Konservatif

Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non

invasif.

a. Syarat terapi ekspektatif:

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik

Belum ada tanda inpartu

Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)

Janin masih hidup dan kondisi janin baik

b. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis sesuai

intruksi dokter.

c. Berikan tokolitik bila ada kontraksi sesuai intruksi dokter.

Sumber :

Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

KASUS III SOLUSIO PLASENTA

Seorang ibu hamil anak ke-1 belum pernah keguguran, umur kehamilan 9

bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu

jatuh dari tangga dan mengalami mules yang sangat kuat dan dirasakan sakit,

pengeluaran darah agak kehitaman dari jalan lahir , jumlah darah sangat banyak.

sebelumnya ibu sudah dideteksi mengalami preeklampsi berat dan sudah dirujuk

ke RS.

Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50

mmHg, nadi 112x/menit, R 32x/menit suhu 35,6°C, DJJ tidak terdengar. Palpasi

abdomen : abdomen tegang seperti papan, sulit meraba bagian janin , terdapat

perdarahan pervaginam warna merah kehitaman.

Bidan mendiagnosis G1P0A0 dengan kemungkinan solusio plasenta, janin

kemungkinan IUFD.

1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !

Data Subjektif

Ibu datang dengan keadaan pingsan diantar oleh keluarga. Usia kehamilan

ibu 9 bulan dan belum pernah keguguran. Sebelumnya ibu jatuh dari tangga

dan mengalami mules yang sangat kuat dan dirasakan sakit. Ibu sudah

dideteksi mengalami preeklamsi berat dan sudah dirujuk ke RS.

23

Page 24: Makalah Rupture Uteri, Plasenta Previa, Solusio Plasenta.docx

Data Objektif

a. TTV

TD 80/50 mmHg, Nadi 122x/menit, Respirasi 32x/m, Suhu 35,6°C

b. Pemeriksaan Abdomen

Abdomen tegang seperti papan, sulit meraba bagian janin, DJJ tidak

terdengar

c. Pemeriksaan Genitalia

Terdapat perdarahan pervaginam dengan warna merah kehitaman

Dasar diagnosis :

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan

maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan

desidua endometrium sebelum waktunya, yakni sebelum anak lahir. Diagnosis

yang dapat ditegakkan untuk kasus Solusio Plasenta adalah :

1. Nyeri pada uterus

2. Kontraksi tektanik pada uterus

3. Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan berwarna merah segar

4. Rahim keras seperti papan dan nyeri pegang karena isi rahim

bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta

5. Palpasi sukar karena rahim keras

6. Fundus uteri makin lama makin naik

7. Bunyi jantung biasanya tidak ada

8. Setelah partus adanya hematoma retroplasenta

9. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi

rahim bertambah)

10. Sering ada perotenuria karena disertai toxaemia

Sumber :

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran

Bandung. (1984). Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset

Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin, A. (2002). Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

24