44
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN SOLUSIO PLASENTA TERHADAP Ny. “W” DI BPS WAHYU NINGSIH TAHUN 2007 Oleh : WAHYU NINGSIH NIM. 06.242.096

Kehamilan Solusio Plasenta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN SOLUSIO PLASENTA TERHADAP Ny. “W”

DI BPS WAHYU NINGSIHTAHUN 2007

Oleh :

WAHYU NINGSIHNIM. 06.242.096

POLITEKNIK KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI KEBIDANAN METROTAHUN 2007

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Solusio plasenta ialah pelepasan placenta sebelum waktunya dari tempat

implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku

pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500

gram. Proses solusito plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam disidua

basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter.

Hematoma dapat semakin membersar kearah pinggir plasenta sehingga jika

amniok horion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri

(perdarahan keluar), sebaiknya apabila amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan

tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi

1. Keadaan umum penderita relatif lebih

baik

1. Keadaan penderita lebih jelak

2. Plasenta terlepas sebagian atau

inkomplit

2. Plasenta terlepas luas, uterus

keras/kejang

3. Jarang berhubungan dengan

hipertensi

3. Sering berkaitan dengan hipertensi

4. Merupakan 80% dari solusio placenta 4. Hanya merupakan 20% dari solusio

plasenta

5. Sering disertai toxaemia

6. Pelepasan biasanya komplit

(Manuaba, 1999)

B. Etiologi

Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya

adalah :

1. Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak

2. Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi gizi

3. Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain

4. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior

5. Uterus yang sangat mengecil (hydromnion gemeli) obstruksi vena kavo inferior

dan vena ovarika

Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :

1. Umur lanjut

2. Multiparitas

3. Defisiensi ac. Folicum

Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam acidua basalis, terjadilah

hematoma dalam acidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Hematoma ini

makin lama makin besar, sehingga bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal.

Akhirnya hematoma mencapai pinggir placenta dan mengalir keluar antara selaput

janin dan dinding rahim.

(Mansjoer, 2001)

C. Gejala-gejala

1. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his

2. Anemia dan shock : beratnya anemia dan shock sering tidak sesuai dengan

banyaknya darah yang keluar

3. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah

dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang

(uterus en bois)

4. Palpasi sukar karena rahim keras

5. Fundus uteri makin lama makin naik

6. Bunyi jantung biasanya tidak ada

7. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim

bertambah)

8. Sering ada proteinuria karena disertai toxemia

Diagnosis didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri,

uterus yang tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya impresi (cekungan)

pada permukaan maternal placenta akibat tekanan haematoma retroplacentair

Perdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera mungkin

hingga dengan kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti. Persalinan

dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan oxytocin.

Jadi pada solusio plasenta pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk hentikan

perdarahan dengan segera seperti pada placenta previa tapi untuk mempercepat

persalinan dengan pemecahan ketuban regangan dinding rahim berkurang dan

kontraksi rahim menjadi lebih baik, disamping tindakan tersebut transfusi sangat

penting (Winkjosastro, 2005).

D. Terapi

Atasi syok

1. Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dala 15 menit

pertama dan 3 l dalam 2 jam pertama

2. Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan

akibat koagulatif

Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut

Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan

mempertahankan eksresi sistem urinaria, tetepai bila syok terjadi secara cepat dan

telah berlangsung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan

fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produkdi urin < 30 ml/jam) pada

kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus

renalis. Setelah restorasi cairan dilakukan tindakan untuk mengatasi gangguan

tersebut dengan :

a. Furosemida 40 mg dalam 1 liter krostoloid dengan 40-60 tetes/menit

b. Bila belum berhasil gunakan manital 500 ml dan 40 tetes/menit

Atasi hipofibrigonemia

1. Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya

koagulopati

2. Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi

pembekuan darah (penilaian tidak langsung kadar ambang fibrinogen)).

Carananya sebagai berikut :

a. Ambil darah vena 2 ml masukkan dalam tabung kemudian diobservasi

b. Gangguan bagian tabung yang berisi darah

c. Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapiran koagulasi

dipermukaan, lakukan hal yang sama tiap menit

d. Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka

diperkiran titer fibrinogen dianggap di bawah nilai normal (kritis)

e. Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan,

keadaan ini juga menunjukan kadar fibrinogen di bawah ambang normal.

3. Bila darah segera tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15

ml/kg BB)

4. Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipatat fibrinogen

5. Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi desminato

intravaskuler yang berlanjut yang berlanjut dengan pengedapan fibrin,

pengendapan fibrin, pembendugan mikrosirkulasi di dalam, di dalam organ-

organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis hipofisis dan otak.

6. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulatif) dan trombosit di bawah

20.000 berikan konsetra trombosit.

Hypofibrinogenemia : coagulopathi ialah kelainan pembekuan darah : dalam

ilmu kebidanan paling sering disebabkan oleh solusio plasenta, tapi juga dijumpai

pada emboli air ketuban, kematian janin dalam rahim dan perdarahan postpartum.

Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-700 mg dalam

100 cc. bila kadar fibrinogen dalam darah turun di bawah 100 mg per 100 cc

terjadilah gangguan pembekuan darah.

Terjadinya hipofibrinogenemia :

Fase I : pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, vena terjadi

pembekuan darah disebut disseminated intravaskuler clotting,

akibatnya ialah bahwa peredaran darah kapiler (microcirculasi)

terganggu. Jadi pada fase I turunya kadar fibrinogen disebabkan

karena pemakaian zat tersebut. Maka fase I disebut juga

coagulopatihi consumtif.

Diduga bahwa hematom retroplacentair mengeluarkan

thtomboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler

tersebut.

Akibat gangguan mikrocirculasi terjadi kerusakan jaringan pada

alat-alat yang penting karena hipoxia, kerusakan ginjal

menyebabkan oliguri/anuri, akibat gangguan mocrocirculsi ialah

shock

Fase II : fase regulasi reparatif ialah usaha badan untuk membuka kembali

perdarahan. Darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan

dengan fibrinolyse. Fibrinolyse yang berlebihan lebih lagi

menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi perdarahan patologis

Penentuan hypofibrinogenaemi

Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama maka

untuk keadaan akut baik dilakukan clot obsevation test. Beberapa CC darah

dimasukkan dalam tabung reagens. Darah yang normal membeku dalam 6-15

menit. Jika darah membeku cair lagi dalam 1 jam maka ada aktivitas fibrinolyse

(Winkjosastro, 2005).

E. Patofisiologi

Terjadinya solusio placenta dipicu oleh perdarahan ke dalam disidua basalis,

yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada

meometrium sehingga terbentuk hematoma disidual yang menyebabkan perlepasan,

kompresi dan akhirnya penghancuran placenta yang berdekatan dengan bagian

tersebut.

Ruptur pembuluh arteri spiralis disidua menyebabkan hematoma retroplacenta

yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan placenta

makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya

janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah

tersebut selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban

(Mansjoer, 2001).

F. Pengobatan

1. Umum

a. Pemberian darah yang cukup

b. Pemberian O2

c. Pemberian antibiotica

d. Pada shock yang berat diberi kortikasteroid dalam dosis tinggi

2. Khusus

a. Teraphy hypoibrinogenemi

1) Subtitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar

2) Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor)

200.000 s IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus

b. Untuk merangsang diurese : mannit/mannitol

Deurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam

3. Obstetris

Pimpinan persalinan pada solusio placenta bertujuan untuk mempercepat

persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3-6 jam.

Alasannya adalah :

a. Bagian placenta yang terlepas meluas

b. Perdarahan bertambah

c. Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah

Tujuan ini dicapai dengan :

a. Pemecahan ketuban : pada solusio placenta tidak bermaksud untuk

menghentikan perdarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi

regangan dinding rahim dan dengan demikian mempercepat persalinan

b. Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glucase 5%

c. SC dilakukan :

1) Kalau cerviks panjang dan tertutup

2) Kalalu setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2

jam belum pecah juga ada his

3) Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak

dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.

(Manuaba, 1999)

G. Seksio Sesaria

1. Seksio sesaria dilakukan apabila :

a. Janin hidup dam pembekuan belum lengkap

b. Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat

dilaksanakan dengan segera

c. Janin mati pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat

2. Persiapan untuk sesaria cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan

tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan

satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.

3. Hematoma meometrium tidak mengganggu kontraksi uterus

4. Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulang (koagulopatti)

(Manuaba, 1999)

H. Partus Pervaginam

1. Partus pervaginam dilakukan apabila :

a. Janin hidup, gawat janin, pembekuan lengkap, dan bagian terendah

didasari panggul

b. Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm

2. Pada kasus pertama, amniotomii (bila ketuban belum pecah), kemudian

percepat kala II dengan ekstraksi forceps (vakum)

3. Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian

akselerasi dengan 5 unit oksitosin dla dekstore 5% atau RL, tetesan diatur

sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.

4. Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu

24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan batu terjadi

dalam 2-4 hari kemudian)

(Manuaba, 1999)

I. Manifestasi Klinis

1. Anamnesis

Perdarahan biasanya pada trimester ke III perdarahan pervaginam berwarna

kehitam-hitaman yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan yang

disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok,

dan kematian janin intrauterin.

2. Pemeriksaan fisik

Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok

3. Pemeriksaan obstetri

Nyeri tekanan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut

jantung janin sulit dinilai atau tidak ada air ketuban berwarna kemerahan

karena bercampur darah.

(Mansjoer, 2001)

J. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Hemoglobin

b. Hematokrit

c. Trombosit

d. Waktu protrombin

e. Waktu pembekuan

f. Waktu tromboplastin

g. Kadar fibrinogen

h. Elektrolot plasma

2. KTG untuk menilai kesejahteraan janin

3. USG untuk menilai letak plasma, usia gestasi, dan keadaan janin.

(Mansjoer, 2001)

ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP Ny. “W”

DENGAN SOLUSIO PLASENTA DI BPS WAHYU NINGSIH

TAHUN 2007

I. PENGUMPULAN DATA DASAR tanggal 21 Januari 2007 Jam 07.00 WIB

A. Identitas

Nama : “W” Nama suami : Tn. “R”

Umur : 30 tahun umur : 38 tahun

Suku : Jawa Suku : Lampung

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jl. Kh. Hasim Asari Alamat : Jl. Kh. Hasim Asari

No 5 Mataram Baru No 5 Mataram Baru

B. Anamnesa

1. Alasan kunjungan saat ini

Ibu mengatakan hamil anak ke-2 usia kehamilan 9 bulan dengan

keluhan nyeri pada bagian perut, perut terasa sesak hanya karena

tekanan dan kadang-kadang perutnya tegang.

2. Riwayat kehamilan ini

a. Riwayat mentruasi

1) Menarche : 12 tahun

2) HPHT : 11-05-2006

3) TP : 24-02-2007

4) Siklus : 28 hari

5) Lamanya : 5-6 hari

6) Sifat darah : encer bercampur lendir

7) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut

b. Riwayat persalinan yang lalu

No TahunTempat

persalinanUsia

kehamilanJenis

persalinanPenolong

Penyulit kehamilan

Jenis kelamin

BB PB

1 1998 Rumah 9 bulan Spontan Dukun Tidak ada Perempuan 3500 gram 50 cm

c. Riwayat kehamilan sekarang

Ibu hamil yang ke-2 usia kehamilan 9 bulan

Ibu mendapatkan imunisasi TT 2 x pada usia kehamilan 5 bulan

dan 6 bulan

Selama hamil ibu sering merasa perutnya nyeri, perut terasa sesak

karena tertekan dan kadang-kadang perutnya tegang

Ibu periksa 5 x selama hamil di BPS. Wahyuningsih

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat kesehatan ibu

Ibu tidak memiliki penyakit keturunan atau penyakit menular

lainnya

b. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit

menular atau keturunan serta tidak terdapat riwayat menular atau

keturunan serta tidak terdapat riwayat keturunan anak kembar

4. Riwayat perkawinan

a. Menikah : 1 kali

b. Usia saat menikah : 20 tahun

c. Lama pernikahan : 10 tahun

5. Pola kebiasaan

a. Nutrisi

Sebelum hamil : Makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur,

dan buah-buahan ditambah susu, minum 7-8

gelas/hari

Saat hamil : Makan 3 x sehari dengan menu gizi seimbang,

nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan ditambah susu

dan makanan kecil, minum 7-8 gelas/hari

b. Eliminasi

Sebelum hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 5-6 setiap hari

Saat hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 7-8 setiap hari

c. Aktivitas

Sebelum hamil : Ibu dapat melakukan pekerjaan rumah tangga

seperti biasanya

Saat hamil : Ibu dapat melakukan aktivitas seperti biasa

(seperti saat sebelum hamil) tidak pernah terasa

lelah

d. Istirahat dan tidur

Sebelum hamil : 7-8 jam/hari, tidak mengalami kesulitan

Saat hamil : 5-6 jam/hari, kadang-kadang makan terjaga

karena ingin BAK

e. Personal hygiene

Sebelum hamil : mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari hygiene

terjaga

Saat hamil : mandi dan ganti pakaian 2 x sehari hygiene

terjaga

f. Olah raga

Ibu sering melakukan jalan-jalan pagi setelah hamil tidak pernah

g. Sexsualitas

Sebelum hamil : hubungan seksualitas dilakukan 2 x 1 minggu

Saat hamil : hubungan seksualitas dilakukan 1 x seminggu

h. Riwayat KB

Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik depo progestin

i. Data Psikologi

Ibu merasa bahagia dengan kehamilannya dan berharap anaknya

lahir dengan sehat dan selamat

j. Data Sosial

Rumah ibu permanen dan lingkungan sekitar baik

C. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : baik

b. Tanda-tanda vital :

TD : 110 /70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37 oC

RR : 20 x/menit

c. BB sebelum hamil: 53 kg

BB saat hamil : 64 kg

Kenaikan BB : 12 kg

Tinggi badan : 160

2. Pemeriksaan kebidanan

a. Inpeksi

1) Rambut : hitam, bersih, tidak mudah dicabut

2) Telinga : pendengaran baik, telinga ibu bersih, simetris

kanan – kiri

3) Mata : simetris kanan-kiri, seklera putih, konjungtiva

merah muda, refeks pupil baik fungsi penglihatan normal

4) Hidung : septul masal simetris, tidak ada polips, fungsi

penciuman normal

5) Mulut : tidak terdapat stomatitis, dan caries dentis

6) Leher : tidak terdapat pembersaran stomatitis, dan

caries dentis

7) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan

pembersaran vena jugularis

8) Dada : payudara ibu bersih, simetris kanan-kiri, tidak

ada kelainan putting susu menonjol, aerola hitam

9) Perut : perut ibu membesar, terdapat strie gravidarum,

tidak terdapa bekas operasi

10) Genetalita eksterna

Tidak dilakukan pemeriksaan 3 kali ganti celana dalam perhari,

tidak ada keputihan dan gatal-gatal

11) Ekstermitas

Bawah : simetris kanan-kiri, reflek babinski negatif

tidak terdapat oedema dan varises

Atas : bentuk simetris kanan-kiri, normal, berfunsi

baik, tidak terdapat kelainan

b. Palpasi

Leopold I : TFU 35 cm, pada bagian fundus teraba keras,

bulat, dan melenting bila digoyangkan berarti

kepala

Leopold II : pada bagian kiri teraba keras, datar

memanjang, berarti punggung

Leopold III : teraba keras, bulat dan kurang melenting

berarti kepala, susah digoyangkan, kepala

sudah masuk PAP

Leopold IV : kedua tangan pemeriksa sejajar

c. Auskultasi : DJJ tidak terdengar (-)

d. Perkusi : refleks pattela (+), refleks babonski (+)

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Haemoglobin : 11 gr%

Protein urine : tidak dilakukan

Reduksi urine : tidak dilakukan

I. INTERPRESTASI DATA DASAR

1. Diagnosa

Ibu dengan GIIPIAo hamil 36 minggu, janin tunggal hidup, letak

memanjang, intra uterin, posisi punggung kiri dengan presentasi kepala.

Dasar :

a. Ibu mengatakan hami ke-2

b. HPHT : 11-05-2006

c. TP : 24-02-2007

d. TFU : 35 cm

e. TBJ : (35-11) x 155 = 3720 gram

f. Palpasi : pada fundus teraba lunak, tidak melenting, yaitu bokong,

bagian kiri ibu terab ada tahanan yang memanjang (PU-KI) sebelah

kanan teraba bagian-bagian kecil yaitu ektermitas.

g. Asukultasi : DJJ kadang tidak terdengar

2. Masalah

Gangguan rasa nyaman

Dasar :

a. Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan

dan tegang

b. Ibu hamil 36 minggu

3. Kebutuhan

a. Pemenuhan cairan dan nutrisi

b. Penyuluhan tentang senam hamil

c. Ajarkan posisi yang benar pada ibu hamil

d. Penyuluhan tentang presnatal breast care

e. Penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan

f. Penyuluhan tentang resiko yang terjadi pada persalinan

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadi hipoksia pada bayi dan perdarahan pada ibu

III. KEBUTUHAN TERHADAP INTERVENSI DAN KOLABORASI

SEGERA

Kolaborasi dengan dokter jika diperlukan

IV. PERENCANAAN ASUHAN

1. Jelaskan keadaan ibu saat ini

a. Anjurkan ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit

b. Ajarkan pada ibu untuk mengatasi gangguan rasa nyaman

c. Ajarkan pada ibu untuk senam hamil

2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu

a. Jelaskan tentang gizi ibu hamil

b. Ajarkan cara minum Fe

3. Jelaskan tanda-tanda persalinan

a. Cara mengurangi rasa sakit

b. Jelaskan pengaruh sering BAK adalah normal

V. IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan kehamilannya saat ini, bahwa

keadaan janinnya sehat, letak Puki presentasi kepala, dan anjurkan pada

ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit. Dan beritahu

ibu sekitar 1 minggu lagi ibu akan melahirkan. Bila dalam 1 minggu

kedepan belum melahirkan, dianjurkan ibu untuk datang lagi.

2. menganjurkan pada ibu untuk makan-makan yang bergizi antara lain, nasi,

sayur, lauk (misal, tahu, tempe, ikan, telur, hati, daging)

3. Menganjurkan pada ibu untuk lebih cenderung miring kiri, apabila ibu

sedang tidur agar peredarahan ibu lancar

4. Memberikan pada ibu tablet penambah darah (Fe) dan vitamin C agar

diminum bersama-sama satu kali sehari

5. Mengajarkan pada ibu tentang prental breast care

6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu : sakit dan

tegang pada perut dengan jarak 2-5 menit, bila untuk berjalan semakin

sakit, kadang-kadang disertai pengeluaran lendir dan vagina berwarna

merah muda.

VI. EVALUASI

1. Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Ibu akan melakukan apa yang dianjurkan

3. Ibu dapat mengulangi apa yang diajarkan

4. ibu berjanji akan datang lagi untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu

kemudian.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga, Media Aeculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Manuaba, IBG., 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan, Jakarta

Winkjosastro, H., 2005, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan Ke-4, YBP-SP, Jakarta

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN  SOLUSIO PLASENTA TERHADAP Ny. “W” 

Pengertian Solusio plasenta ialah pelepasan placenta sebelum waktunya dari tempat implan-tasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusito plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam disidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter.Hematoma dapat semakin membersar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniok horion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaiknya apabila amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi Keadaan umum penderita relatif lebih baik Keadaan penderita lebih jelak Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit Plasenta terlepas luas, uterus keras/kejang Jarang berhubungan dengan hipertensi Sering berkaitan dengan hipertensi Merupakan 80% dari solusio placenta Hanya merupakan 20% dari solusio plasenta Sering disertai toxaemia Pelepasan biasanya komplit

(Manuaba, 1999)

EtiologiSebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya adalah :Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi giziTrauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokainTekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior Uterus yang sangat mengecil (hydromnion gemeli) obstruksi vena kavo inferior dan vena ovarika Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :Umur lanjut

Multiparitas Defisiensi ac. FolicumSolusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam acidua basalis, terjadilah hematoma dalam acidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Hematoma ini makin lama makin besar, sehingga bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal. Akhirnya hematoma mencapai pinggir placenta dan mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim.(Mansjoer, 2001)

Tanda dan GejalaPerdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his Anemia dan shock : beratnya anemia dan shock sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluarRahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois)Palpasi sukar karena rahim kerasFundus uteri makin lama makin naikBunyi jantung biasanya tidak adaPada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah)Sering ada proteinuria karena disertai toxemiaDiagnosis didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya impresi (cekungan) pada per-mukaan maternal placenta akibat tekanan haematoma retroplacentairPerdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera mungkin hingga dengan kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti. Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan oxytocin. Jadi pada solusio plasenta pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk hentikan perdara-han dengan segera seperti pada placenta previa tapi untuk mempercepat persalinan dengan pemecahan ketuban regangan dinding rahim berkurang dan kontraksi rahim menjadi lebih baik, disamping tindakan tersebut transfusi sangat penting (Winkjosas-tro, 2005).

Terapi Atasi syok Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dala 15 menit pertama dan 3 l dalam 2 jam pertamaBerikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulatif

Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akutTindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan eksresi sistem urinaria, tetepai bila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai

dengan oliguria (produkdi urin < 30 ml/jam) pada kondisi yang lebih berat dapat ter-jadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah restorasi cairan di-lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan : Furosemida 40 mg dalam 1 liter krostoloid dengan 40-60 tetes/menit Bila belum berhasil gunakan mani-tal 500 ml dan 40 tetes/menit Atasi hipofibrigonemia Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati Lakukan uji beku darah (bed-side coagulation test) untuk menilai fungsi pembekuan darah (penilaian tidak lang-sung kadar ambang fibrinogen)). Carananya sebagai berikut : Ambil darah vena 2 ml masukkan dalam tabung kemudian diobservasi Gangguan bagian tabung yang berisi darah Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapiran koagulasi diper-mukaan, lakukan hal yang sama tiap menit Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkiran titer fibrinogen dianggap di bawah nilai nor-mal (kritis) Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini juga menunjukan kadar fibrinogen di bawah ambang normal. Bila darah segera tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15 ml/kg BB) Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipatat fibrinogen Pemberian fib-rinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi desminato intravaskuler yang berlanjut yang berlanjut dengan pengedapan fibrin, pengendapan fibrin, pemben-dugan mikrosirkulasi di dalam, di dalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis hipofisis dan otak. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulatif) dan trombosit di bawah 20.000 berikan konsetra trombosit. Hypofibrinogenemia : coagu-lopathi ialah kelainan pembekuan darah : dalam ilmu kebidanan paling sering dise-babkan oleh solusio plasenta, tapi juga dijumpai pada emboli air ketuban, kematian janin dalam rahim dan perdarahan postpartum. Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-700 mg dalam 100 cc. bila kadar fibrinogen dalam darah turun di bawah 100 mg per 100 cc terjadilah gangguan pembekuan darah. Terjadinya hipofibrinogenemia : Fase I : pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, vena terjadi pembekuan darah disebut disseminated intravaskuler clotting, akibatnya ialah bahwa peredaran darah kapiler (microcirculasi) terganggu. Jadi pada fase I turunya kadar fibrinogen disebabkan karena pemakaian zat tersebut. Maka fase I disebut juga coagulopatihi consumtif. Diduga bahwa hematom retroplacentair mengeluarkan thtomboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gang-guan mikrocirculasi terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoxia, kerusakan ginjal menyebabkan oliguri/anuri, akibat gangguan mocrocirculsi ialah shock Fase II : fase regulasi reparatif ialah usaha badan untuk membuka kem-bali perdarahan. Darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibri-nolyse. Fibrinolyse yang berlebihan lebih lagi menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi perdarahan patologis Penentuan hypofibrinogenaemi Penentuan fibrinogen se-cara laboratoris memakan waktu yang lama maka untuk keadaan akut baik dilakukan clot obsevation test. Beberapa CC darah dimasukkan dalam tabung reagens. Darah yang normal membeku dalam 6-15 menit. Jika darah membeku cair lagi dalam 1 jam maka ada aktivitas fibrinolyse (Winkjosastro, 2005). Patofisiologi Terjadinya solusio placenta dipicu oleh perdarahan ke dalam disidua basalis, yang kemudian terbelah

dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada meometrium sehingga terbentuk hematoma disidual yang menyebabkan perlepasan, kompresi dan akhirnya penghan-curan placenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spi-ralis disidua menyebabkan hematoma retroplacenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan placenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban (Mansjoer, 2001). Pengobatan Umum Pemberian darah yang cukup Pemberian O2 Pemberian antibiotica Pada shock yang berat diberi kortikasteroid dalam dosis tinggi Khusus Teraphy hypoibrinogen-emi Subtitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar Menghentikan fibri-nolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor) 200.000 s IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus Untuk merangsang diurese : mannit/mannitol Deurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam Obstetris Pimpinan persalinan pada solusio pla-centa bertujuan untuk mempercepat persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3-6 jam. Alasannya adalah : Bagian placenta yang terlepas meluas Perdarahan bertambah Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah Tujuan ini dicapai dengan : Pemeca-han ketuban : pada solusio placenta tidak bermaksud untuk menghentikan perdarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi regangan dinding rahim dan dengan demikian mempercepat persalinan Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glucase 5% SC dilakukan : Kalau cerviks panjang dan tertutup Kalalu setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2 jam belum pecah juga ada his Hysterektomi di-lakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim. (Manuaba, 1999) Seksio Sesaria Seksio sesaria dilakukan apabila : Janin hidup dam pembekuan belum lengkap Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan per-vaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera Janin mati pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat Persiapan untuk sesaria cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan per-darahan. Hematoma meometrium tidak mengganggu kontraksi uterus Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulang (koagulopatti) (Manuaba, 1999) Partus Pervaginam Partus pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembekuan lengkap, dan bagian terendah didasari panggul Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm Pada kasus pertama, amniotomii (bila ketuban belum pecah), kemudian percepat kala II dengan ekstraksi forceps (vakum)Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian aksel-erasi dengan 5 unit oksitosin dla dekstore 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan batu terjadi dalam 2-4 hari ke-mudian)(Manuaba, 1999)

Manifestasi KlinisAnamnesis Perdarahan biasanya pada trimester ke III perdarahan pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok, dan kematian janin in-trauterin.Pemeriksaan fisik Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok Pemeriksaan obstetri Nyeri tekanan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada air ketuban berwarna kemerahan karena bercampur darah.(Mansjoer, 2001)

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratoriumHemoglobin Hematokrit Trombosit Waktu protrombin Waktu pembekuan Waktu tromboplastin Kadar fibrinogenElektrolot plasma KTG untuk menilai kesejahteraan janinUSG untuk menilai letak plasma, usia gestasi, dan keadaan janin.(Mansjoer, 2001) ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP Ny. “W” DENGAN SOLUSIO PLASENTA DI BPS WAHYU NINGSIHTAHUN 2007

PENGUMPULAN DATA DASAR tanggal 21 Januari 2007 Jam 07.00 WIBIdentitas Nama : “W” Nama suami : Tn. “R”Umur : 30 tahun umur : 38 tahun Suku : Jawa Suku : Lampung Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMA Pendidikan : SMAPekerjaan : IRT Pekerjaan : BuruhAlamat : Jl. Kh. Hasim Asari Alamat : Jl. Kh. Hasim AsariNo 5 Mataram Baru No 5 Mataram Baru

Anamnesa Alasan kunjungan saat ini Ibu mengatakan hamil anak ke-2 usia kehamilan 9 bulan dengan keluhan nyeri pada bagian perut, perut terasa sesak hanya karena tekanan dan kadang-kadang perutnya tegang.Riwayat kehamilan ini Riwayat mentruasi Menarche : 12 tahunHPHT : 11-05-2006TP : 24-02-2007Siklus : 28 hari Lamanya : 5-6 hariSifat darah : encer bercampur lendir Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut Riwayat persalinan yang lalu No Tahun Tempat persalinan Usia kehamilan Jenis persalinan Penolong Penyulit ke-hamilan Jenis kelamin BB PB 1 1998 Rumah 9 bulan Spontan Dukun Tidak ada Perempuan 3500 gram 50 cm

Riwayat kehamilan sekarangIbu hamil yang ke-2 usia kehamilan 9 bulan Ibu mendapatkan imunisasi TT 2 x pada usia kehamilan 5 bulan dan 6 bulanSelama hamil ibu sering merasa perutnya nyeri, perut terasa sesak karena tertekan dan kadang-kadang perutnya tegangIbu periksa 5 x selama hamil di BPS. Wahyuningsih Riwayat Penyakit Riwayat kesehatan ibu Ibu tidak memiliki penyakit keturunan atau penyakit menular lainnyaRiwayat kesehatan keluarga Dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular atau ketu-runan serta tidak terdapat riwayat menular atau keturunan serta tidak terdapat riwayat keturunan anak kembarRiwayat perkawinan Menikah : 1 kali Usia saat menikah : 20 tahun Lama pernikahan : 10 tahun Pola kebiasaan NutrisiSebelum hamil : Makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan ditambah susu, minum 7-8 gelas/hari Saat hamil : Makan 3 x sehari dengan menu gizi seimbang, nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan ditambah susu dan makanan kecil, minum 7-8 gelas/hari

Eliminasi Sebelum hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 5-6 setiap hari Saat hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 7-8 setiap hariAktivitas Sebelum hamil : Ibu dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanyaSaat hamil : Ibu dapat melakukan aktivitas seperti biasa (seperti saat sebelum hamil) tidak pernah terasa lelah Istirahat dan tidur Sebelum hamil : 7-8 jam/hari, tidak mengalami kesulitan Saat hamil : 5-6 jam/hari, kadang-kadang makan terjaga karena ingin BAK Personal hygiene Sebelum hamil : mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari hygiene terjaga Saat hamil : mandi dan ganti pakaian 2 x sehari hygiene terjaga Olah raga Ibu sering melakukan jalan-jalan pagi setelah hamil tidak pernahSexsualitas Sebelum hamil : hubungan seksualitas dilakukan 2 x 1 mingguSaat hamil : hubungan seksualitas dilakukan 1 x semingguRiwayat KBIbu pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik depo progestin Data Psikologi Ibu merasa bahagia dengan kehamilannya dan berharap anaknya lahir dengan sehat dan selamatData Sosial Rumah ibu permanen dan lingkungan sekitar baik

Pemeriksaan Pemeriksaan fisik Keadaan umum : baik Tanda-tanda vital :TD : 110 /70 mmHgNadi : 80 x/menit Suhu : 37 oCRR : 20 x/menitBB sebelum hamil : 53 kgBB saat hamil : 64 kgKenaikan BB : 12 kg Tinggi badan : 160Pemeriksaan kebidanan InpeksiRambut : hitam, bersih, tidak mudah dicabut Telinga : pendengaran baik, telinga ibu bersih, simetris kanan – kiri

Mata : simetris kanan-kiri, seklera putih, konjungtiva merah muda, refeks pupil baik fungsi penglihatan normal Hidung : septul masal simetris, tidak ada polips, fungsi penciuman normalMulut : tidak terdapat stomatitis, dan caries dentisLeher : tidak terdapat pembersaran stomatitis, dan caries dentis Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan pembersaran vena jugularis Dada : payudara ibu bersih, simetris kanan-kiri, tidak ada kelainan putting susu menonjol, aerola hitam Perut : perut ibu membesar, terdapat strie gravidarum, tidak terdapa bekas operasi Genetalita eksterna Tidak dilakukan pemeriksaan 3 kali ganti celana dalam perhari, tidak ada keputihan dan gatal-gatal Ekstermitas Bawah : simetris kanan-kiri, reflek babinski negatif tidak terdapat oedema dan varises

Atas : bentuk simetris kanan-kiri, normal, berfunsi baik, tidak terdapat kelainan Palpasi Leopold I : TFU 35 cm, pada bagian fundus teraba keras, bulat, dan melenting bila digoyangkan berarti kepalaLeopold II : pada bagian kiri teraba keras, datar memanjang, berarti punggungLeopold III : teraba keras, bulat dan kurang melenting berarti kepala, susah digoyangkan, kepala sudah masuk PAPLeopold IV : kedua tangan pemeriksa sejajar Auskultasi : DJJ tidak terdengar (-)Perkusi : refleks pattela (+), refleks babonski (+)

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratoriumHaemoglobin : 11 gr%Protein urine : tidak dilakukan Reduksi urine : tidak dilakukan

INTERPRESTASI DATA DASAR DiagnosaIbu dengan GIIPIAo hamil 36 minggu, janin tunggal hidup, letak memanjang, intra uterin, posisi punggung kiri dengan presentasi kepala.Dasar :Ibu mengatakan hami ke-2HPHT : 11-05-2006TP : 24-02-2007TFU : 35 cmTBJ : (35-11) x 155 = 3720 gram Palpasi : pada fundus teraba lunak, tidak melenting, yaitu bokong, bagian kiri ibu

terab ada tahanan yang memanjang (PU-KI) sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil yaitu ektermitas.Asukultasi : DJJ kadang tidak terdengar Masalah Gangguan rasa nyaman Dasar : Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang Ibu hamil 36 minggu

Kebutuhan Pemenuhan cairan dan nutrisi Penyuluhan tentang senam hamilAjarkan posisi yang benar pada ibu hamilPenyuluhan tentang presnatal breast carePenyuluhan tentang tanda-tanda persalinanPenyuluhan tentang resiko yang terjadi pada persalinan

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Potensial terjadi hipoksia pada bayi dan perdarahan pada ibu

KEBUTUHAN TERHADAP INTERVENSI DAN KOLABORASI SEGERA Kolaborasi dengan dokter jika diperlukan

PERENCANAAN ASUHANJelaskan keadaan ibu saat ini Anjurkan ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit Ajarkan pada ibu untuk mengatasi gangguan rasa nyamanAjarkan pada ibu untuk senam hamil Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu Jelaskan tentang gizi ibu hamil Ajarkan cara minum FeJelaskan tanda-tanda persalinan Cara mengurangi rasa sakit Jelaskan pengaruh sering BAK adalah normal

IMPLEMENTASI Menjelaskan pada ibu tentang keadaan kehamilannya saat ini, bahwa keadaan janin-nya sehat, letak Puki presentasi kepala, dan anjurkan pada ibu untuk melahirkan dite-naga kesehatan atau rumah sakit. Dan beritahu ibu sekitar 1 minggu lagi ibu akan melahirkan. Bila dalam 1 minggu kedepan belum melahirkan, dianjurkan ibu untuk datang lagi.menganjurkan pada ibu untuk makan-makan yang bergizi antara lain, nasi, sayur, lauk (misal, tahu, tempe, ikan, telur, hati, daging)

Menganjurkan pada ibu untuk lebih cenderung miring kiri, apabila ibu sedang tidur agar peredarahan ibu lancar Memberikan pada ibu tablet penambah darah (Fe) dan vitamin C agar diminum bersama-sama satu kali sehariMengajarkan pada ibu tentang prental breast careMenjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu : sakit dan tegang pada pe-rut dengan jarak 2-5 menit, bila untuk berjalan semakin sakit, kadang-kadang disertai pengeluaran lendir dan vagina berwarna merah muda.

EVALUASI Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan Ibu akan melakukan apa yang dianjurkan Ibu dapat mengulangi apa yang diajarkan ibu berjanji akan datang lagi untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu kemudian.DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga, Media Aecu-lapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Manuaba, IBG., 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan, Jakarta

Winkjosastro, H., 2005, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan Ke-4, YBP-SP, Jakarta  Description: ASKEB dengan Solusio PlasentaRating: 4.5Reviewer: haris ratiItemReviewed: ASKEB dengan Solusio Plasenta