33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia normalnya memiliki organ sensori, yaitu organ pembau, pendengaran, pengecapan, dan penglihatan. Organ- organ tersebut tidak jarang atau bahkan rawan sekali mengalami gangguan, sehingga terjadi gangguan sensori persepsi pada penderitanya. Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ penghidu. Jika hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti pernapasan dan penciuman . Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada laki – laki, dimana rasio antara laki – laki dan perempuan 2:1 atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras. Prevalensi polip hidung dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa (Hosemann, 1994) dan 4,3% di Finlandia (Hedman, 1999). Jarang ditemukan pada anak- anak. biasanya polip hidung ditemukan pada umur 20 tahun. 1

makalah polip hidung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

polip hidung

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia normalnya memiliki organ sensori, yaitu organ pembau, pendengaran, pengecapan, dan penglihatan. Organ- organ tersebut tidak jarang atau bahkan rawan sekali mengalami gangguan, sehingga terjadi gangguan sensori persepsi pada penderitanya.

Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ penghidu. Jika hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti pernapasan dan penciuman

.Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak yang

bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.

Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada laki – laki, dimana rasio antara laki – laki dan perempuan 2:1 atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras. Prevalensi polip hidung dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa (Hosemann, 1994) dan 4,3% di Finlandia (Hedman, 1999). Jarang ditemukan pada anak- anak. biasanya polip hidung ditemukan pada umur 20 tahun.

Oleh karena itu, penting bagi perawat dan mahasiswa perawat untuk mendalami segala hal tentang polip. Sehingga nantinya bisa ditegakkan diagnosa yang tepat, beserta asuhan keperawatan yang akan diberikan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas,maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana anatomi fisiologi dari polip?

2. Apa pengertian dari polip ?

3. Bagaimana etiologi dari polip ?

4. Bagaimana klasifikasi dari polip ?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari polip ?

6. Bagaimana patofisiologi dari polip?

1

7.   Bagaimana pohon masalah dari polip?

8. Bagaimana insiden di dunia dari polip?

9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari poilp?

10. Bagaimana komplikasi dari polip?

11. Bagaimana penatalaksanaan dari polip ?

12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari polip?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas,maka dapat ditentukan tujuan sebagai berikut

1. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui anatomi fisiologi dari polip hidung.

2.   Agar mahasiswa kesehatan mengetahui pengertian dari polip hidung.

3. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui etiologi dari polip hidung.

4. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui klasifikasi dari polip.

5. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui manifestasi klinis dari polip.

6. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui patofisiologi dari polip.

7. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui pohon masalah dari polip

8. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui insiden polip hidung di dunia.

9. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui pemeriksaan penunjang dari polip hidung.

10. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui komplikasi dari polip.

11. Agar mahasiswa kesehatan mengetahui penatalaksanaan dari polip.

12. Agar mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan dari polip hidung.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi fisiologi

Menurut Drs.H.Syaifuddin hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang

pertama,mempunyai dua lubang (kavum nasi),dipisahkan oleh sekat hidung(septum nasi).Di

dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara ,debu dan kotoran yang

masuk ke dalam lubang hidung.Bagian-bagian dari hidung adalah sebagai berikut:

1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.

2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.

3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat lipat yang dinamakan karang

hidung (konka nasalis),yang berjumlah 3 buah:

a. Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)

b. Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)

c. Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas.

3

Di antara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu:

a. Meatus superior (lekukan bagian atas)

b. Meatus medialis (lekukan bagian tengah)

c. Meatus inferior (lekukan bagian bawah)

Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan ,sebelah dalam terdapat lubang

yang berhubungan tekak,lubang ini di sebut kaona. Selaput lendir berfungsi untuk menangkap

benda asing yang masuk saluran pernapasan.

Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung

berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut dengan sinus paranalis, yaitu: sinus

maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi,sinus sfenoidalis

pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.

Pada rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan mukus. Rambut-rambut halus

pada rongga hidung berfungsi untuk mendapat menangkap dan menyaring partikel di udara

yang masuk ketika bernapas. Mukus merupakan semacam lendir yang disekresikan oleh sel-sel

goblet. Mukus berfungsi untuk menangkap partikel yang lolos melewati rongga

hidung,menbasahi( melembabkan) udara yang masuk dan menghangatkan udara sehingga

sesuai dengan panas tubuh kita. Selain itu,didalam rongga hidung juga terdapat indra pembau

yang memungkinkan kita dapat mendeteksi dan mengenal bau yang dihantarkan darah.

2.2 Fisiologi Hidung

1. Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka

media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini

berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan

kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian

depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran

dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang

akan masuk ke dalam alveolus.

Fungsi ini dilakukan dengan cara :

4

a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada

musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini

sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah

di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga

radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah

melalui hidung kurang lebih 37o C.

3. Sebagai penyaring dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan

dilakukan oleh :

a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi

b. Silia

c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut

lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks

bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.

d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

4. Indra penghirup

Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada

atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau

dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik

nafas dengan kuat.

5. Resonansi suara

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan

menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.

6. Proses bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga

mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.

7. Refleks nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,

kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks

5

bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur,

lambung dan pankreas.

8. Membunuh kuman yang masuk ,bersama udara pernafasan oleh leukosit yang

terdapat dalam selapu lendir (mukosa) atau hidung. (Drs.H.Syaifuddin,2006)

2.3 Definisi

Polip hidung merupakan salah satu jenis penyakit telinga, hidung dan tenggorok (THT)

yang sudah umum didengar di masyarakat. Polip adalah masa lunak,berwarna putih atau

keabu-abuan (Subhan, S.Kep.,2003).

Polip adalah masa lunak,berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat dalam rongga

hidung. (Buku’kapita selekta kedokteran’.,2001).Sebagian orang sering menyebutnya

sebagai tumbuh daging dalam hidung. Sebagian orang juga menamainya tumor hidung.

Polip Hidung sebenarnya adalah suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang

bersifat jinak.

Polip adalah tumor jinak yang harus diwaspadai karena bisa berkembang menjadi ganas

(kanker). Polip yang nampak seperti daging tumbuh seperti tumor non kanker pada rongga

hidung ini jika sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah –

merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Polip nasi bukan merupakan penyakit

tersendiri tetapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering

dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma.

Polip nasi atau polip hidung adalah kelainan selaput permukaan / selaput lendir hidung

dan sinus paranasal berupa tumbuhnya massa lunak yang bertangkai, yang bersifat jinak,

berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak

bening karena mengandung banyak cairan yang terjadi akibat inflamasi mukosa yang

berkepanjangan dalam lapisan hidung atau sinus. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan

mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.

6

2.4 Etiologi

a. Faktor Herediter

Rhinitis alergika

Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitifitas atau

reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung

belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam

hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.

Sinusitis kronis( menaun )

Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari

sinus ke hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam

sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan

akhirnya terjadi sinusitis.Biasanya gejala polip disertai dengan adanya rasa pusing,

batuk, dan pilek serta hidung tersumbat yang biasanya hal ini akan dikeluhkan pada

pasien yang mengalami sinusitis alergi.

b. Faktor Non Herediter

Peradangan mukosa hidung , edema, iritasi,reaksi hipersensitifitas.

2.5 Klasifikasi Polip

Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

Polip Hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan

dinding sinus tulang pipi (maxilla).

7

Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga

hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian

atas (etmoid).

2.6 Pembagian/Grade

Grade 0 : Tidak ada polip

Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media

Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi

belum menyebabkan obstruksi total

Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total

2.7 Tanda dan Gejala

Gejala yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan dihidung. Sumbatan ini

menetap, tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Sumbatan yang

berat dapat menyebabkan hilangnya indra penciuman. Gangguan drainase sinus dapat

menyebabkan nyeri kepala dan keluarnya secret hidung. Bila penyebabnya alergi, penderita

mengeluh adanya iritasi hidung yang disertai bersin-bersin. Pada rinoskopi anterior polip

hidung sering kali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip.

Perbedaan antara Polip dan Konka :

Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila

ditekan, tidak mudah berdarah dan pada pemakaian vasokontriktor (kapas adrenalin)

tidak mengecil.

Konka Polipid tidak bertangkai sehingga sukar digerakkan, konsistensinya keras,

nyeri bila ditekan dengan pinset, mudah berdarah dan dapat mengecil pada

pemakaian vasokonstriktor.

2.8 Patofisiologi

Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan interseluler dan

kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat. Polip dapat timbul dari bagian

mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral. Polip hidung paling sering

berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke

ronga hidung dan membesar di koana dan nasopharing. Polip ini disebut polip koana.

Secara makroskopik polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau keabu-

abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak

8

bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan

letaknya berjauhan dipisahkan oleh cairan interseluler. Pembuluh darah, syaraf dan kelenjar

sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel throrak berlapis semu.

2.9 Pohon Masalah

2.10 Pemeriksaan

Karena polip menyebabkan sumbatan hidung, maka harus dikeluarkan, tetapi sumbatan

karena polip tidak hanya kedalam rongga hidung yang menghalangi aliran udara, tetapi juga

aliran sinus paranasal sehingga infeksi didalam sinus mudah terjadi. Apabila sewaktu polip

dikeluarkan terjadi infeksi yang tidak diketahui, maka dapat terjadi perdarahan sekunder.

9

Reaksi alergi/radang

Edema mukosa

Polip hidung

Penyumbatan hidung Masalah tidak teratasi

Input O2 menurun

Pola nafas tidak efektif

Metabolisme menurun

Pre operasi Post opersai

anoreksia

Berat badan menurun

Gangguan pemenuhan nutrisi

Kurangnya pengetahuan

Ansietas/kecemasan Resiko infeksi

Tindakan infasif/pembedahan

Atas alasan ini maka sebelum setiap operasi dilaksanakan, perlu diadakan pemeriksaan

rontgen sinus dan pembuatan biakan hapus dari hidung. Sehingga setelah polip dikeluarkan

dan dilakukan pemeriksaan histology, sebaiknya klien dikirim ke ahli alergi untuk mencari

penyebabnya serta pengobatan.

2.11 Data Penunjang

Naso-endoskopi

Naso-endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip

berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat

pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksan naso-

endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari

ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga dilakukan biopsi

pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.

Pemeriksaan radiologi

Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat

memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus,

tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan CT

scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus

paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan pada komplek

osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi

dengan medikamentosa.

Biopsi

Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai

keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto

polos rontgen.

2.12 Komplikasi

10

Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi,tapi jika dalam ukuran besar atau

dalam jumlah banyak dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis

kronis,mengorok dan bahkan sesak nafas saat tidur.

Pada penderita polip yang berukuran besar dan menganggu pernafasan dapat

dilakukan tindakan pengangkatan polip dengan operasi Polipektomi dan

Etmoidektomi.

2.13 Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Polip yang masih kecil mungkin dapat diobati secara konservatif dengan

pemberian Kortikosteroid. Kortikosteroid, merupakan obat semprot hidung yang

dapat memperkecil ukuran polip atau bahkan menghilangkan polip.

Antibiotik, pemberian antibiotik jika ada tanda infeksi.

Anti alergi, pemberian anti alergi jika pemicunya dianggap alergi.

2. Operasi

Polipektomi

Merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan

bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar

namun belum memadati rongga hidung.

Etmoidektomi.

Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional merupakan tindakan

pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah

polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks

osteomeatal.

3. Kombinasi

Medikamentosa dan operasi.

Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum

dan sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah

profilaksis pasca operasi.

4. Tindakan Keperwatan

Vocational Rehabilitation

11

Rehabilitasi yang dilakukan untuk memberikan pendidikan pasca operasi karena akan

ada bekas luka dalam hidung sehingga harus diajari cara membuang ingus yang tidak

membuat pasien kesakitan.

Social Rehabilitation

Rehabilitasi yang bertujuan untuk adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai

bukti dengan partisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan interaksi positif dengan

orang lain bertujuan untuk tidak menarik diri dari kontak social.

BAB III

12

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian Keperawatan

A. Identitas Klien:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Diagnosa Medis :

No Reg :

Tanggal MRS : Jam:

Tanggal Pengkajian : Jam:

Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Umur :

Agama :

Pekerjaan :

Hubungan :

Alamat :

2.Riwayat Keperawatan

Keluhan Utama

Hidung terasa tersumbat,sering mengeluarkan lendir(pilek sulit berhenti). Klien dengan

Polip hidung biasanya mengeluh adanya iritasi hidung yang disertai bersin-bersin karena

adanya sumbatan di hidung (polip).

Riwayat penyakit sekarang

Apa keluhan utama, bagaimana sifat keluhan (terus menerus, kadang-kadang), apakah

keluhan bertambah berat pada waktu-waktu tertentu atau kondisi tertentu. Usaha apa

yang dilakukan dirumah untuk mengatasi keluhan tersebut.

Riwayat kesehatan dahulu

13

Apakah pasien pernah menderita penyakit hidung sebelumnya seperti rhinitis, alergi pada

hidung.

Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit ini seperti klien saat ini dan apakah

pernah/ mengalami alergi/ bersin

Riwayat Sosial

Jenis pekerjaan yang mungkin mempengaruhi mudah masuknya benda asing dalam

hidung.

3. Pola Fungsi Kesehatan

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala:Kelelahan dan kelemahan

Tanda:Penurunan kekuatan,menunjukan kelelahan

b. Sirkulasi

Gejala:Lelah,pucat dan tidak ada tanda sama sekali

Tanda:Takikardi,disritmia,pucat,diaphoresis dan keringat malam

c. Integritas Ego

Gejala Masalah finansial:biaya rumah sakit, pengobatan

Tanda Berbagai perilaku ,misalnya marah ,menarik diri , pasif

d. Makanan/Cairan

Gejala:Anoreksi/kehilangan nafsu makan

Adanya penurunan berat badan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya

tanpa dengan usaha diet.

e. Nyeri/Kenyamanaan

Gejala:Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung

Tanda:Fokus pada diri sendiri , perilaku berhati hati

f. Pernafasan

Gejala:Dipsnea

Tanda:Dipsnea,Takikardi,pernafasan mulut,sianosis,terdapat pembesaran polip.

g. Istirahat

Selama indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek

h. Sensorik

14

Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus(baik

purulen,serous,mukopurulen).

4.Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau, pembekakan atau ada

obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat

Rinoskopi.

Palpasi :

Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya lunak, tidak nyeri

bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan klien menderita polip pada hidung.

5.Data Subjektif dan Data Objektif

a. Data Subyektif :

Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung.

Klien mengeluh adanya iritasi hidung disertai bersin-bersin.

Klien mengeluh tidak bisa atau mengalami gangguan penciuman.

b. Data Objektif :

Adanya pembekakan mukosa, iritasi mukosa, kemerahan.

Adanya massa berupa berwarna putih seperi agar-agar.

Klien tampak sulit untuk inspirasi-ekspirasi.

6.Diagnosa

No Diagnosa NOC NIC

1. Pola nafas tidak

efektif berhubungan

dengan adanya masa

dalam hidung

Tujuan : Pola nafas menjadi

efektif

Kriteria Hasil :

-Frekuensi nafas normal, tidak

ada suara nafas tambahan

-Tidak menggunakan otot

pernafasan tambahan

1.Kaji bunyi atau kedalaman

pernapasan dan gerakan dada.

2.Catat kemampuan

mengeluarkan mukosa/batuk

efektif

3.Berikan posisi fowler atau

15

-Tidak terjadi dispnoe dan

sianosissemi fowler tinggi

4.Bersihkan sekret dari mulut

dan trakea

5.Pertahankan masuknya

cairan sedikitnya sebanyak 250

ml/hari kecuali kontraindikasi

6.Kolaborasi dengan tim medis

Berikan obat sesuai dengan

indikasi mukolitik,

ekspektoran, bronkodilator

2. Gangguan kebutuhan

nutrisi berhubungan

dengan menurunnya

nafsunya makan /

anoreksia

Tujuan : Menunjukkan

peningkatan nafsu makan setelah

dilakukan tindakan dalam 3 x 24

jam.

Kriteria hasil :

-Klien tidak merasa lemas.

-Nafsu makan klien meningkat

-Klien mengalami peningkatan

BB

1.Pastikan pola diet biasa

pasien, yang disukai atau tidak

disukai.

2.Pantau masukan dan

pengeluaran dan berat badan

secara pariodik.

3.Kaji turgor kulit pasien

4.Pantau nilai laboratorium,

seperti Hb, albumin, dan kadar

glukosa darah

5.Pertahankan berat badan

dengan memotivasi pasien

untuk makan

6.Menyediakan makanan yang

16

dapat meningkatkan selera

makan pasien

7.Berikan makanan kesukaan

pasien

8.Ciptakan lingkungan yang

menyenangkan untuk makan

(misalkan, pindahkan barang-

barang yang tidak enak

dipandang)

9.Auskultasi bising usus,

palpasi/observasi abdomen

R/ : Mengetahui adanya bising

atau peristaltik usus yang

mengindikasikan berfungsinya

saluran cerna

10.Kolaborasi dengan tim

analis medis untuk mengukur

kandungan albumin, Hb, dan

kadar glukosa darah.

R/ : Mengetahui kandungan

biokimiawi darah pasien

11.Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk memberikan diet

seimbang TKTP pada pasien

R/ : Memberikan asupan

17

nutrisi yang sesuai dengan

kebutuhan pasien

12.Diskusikan dengan dokter

mengeni kebutuhan stimulasi

nafsu makan atau makanan

pelengkap

13.Berikan informasi yang

tepat tentang kebutuhan nutrisi

dan bagaimana memenuhinya

14.Ajarkan pada pasien dan

keluarga tentang makanan

yang bergizi dan tidak mahal

15.Dukung keluarga untuk

membawakan makanan favorit

pasien di rumah

3. Ansietas berhubungan

dengan kegelisahan

adanya sumbatan pada

hidung

Tujuan : Ansietas tidak ada

Kriteria hasil :

-Pasien tidak menunjukkan

kegelisahan

-Pasien dapat

mengkomunikasikan kebutuhan

dan perasaan negative

-Tidak terjadi insomnia

1.Kaji tingkat kecemasan

pasien

2.Tanyakan kepada pasien

tentang kecemasannya

3.Ajak pasien untuk berdiskusi

masalah penyakitnya dan

memberikan kesempatan

kepada pasien untuk

menentukan pilihan

4.Berikan posisi yang nyaman

18

pada pasien

5.Berikan hiburan kepada

pasien

6.Berikan obat- obatan

penenang jika pasien

mengalami insomnia

7.Sediakan informasi faktual

menyangkut diagnosis,

perawatan, dan prognosis

8.Ajarkan pasien tentang

penggunaan teknik relaksasi

9.Jelaskan semua prosedur,

termasuk sensasi yang

biasanya dirasakan selama

prosedur

4. Resiko infeksi

berhubungan dengan

tindakan infasif atau

pembedahan

Tujuan : infeksi tidak ada

Kriteria Hasil :

-Mengidentifikasi perilaku untuk

mencegah / menurunkan risiko

infeksi.

-Meningkatkan penyembuhan

luka, bebas eritema, dan demam.

1.Tingkatkan cuci tangan yang

baik oleh pemberi perawatan

dan pasien.

2.Pertahankan teknik aseptik

ketat pada prosedur /

perawatan luka.

3.Berikan perawatan kulit,

perianal, dan oral dengan

cermat.

4.Dorong perubahan posisi /

19

ambulasi yang sering.

5.Pantau suhu, catat adanya

menggigil dan takikardi

dengan / tanpa demam.

6.Pantau / batasi pegunjung.

7.Kolaborasi

Berikan antiseptik topikal ;

antibiotik sistemik.

7. Intervensi

Rencana tindakan sebagai upaya untuk mengurangi masalah yang terjadi.

8.Implementasi

Implementasi yang dimaksud adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan

meliputi tindakan perawatan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan edvis dokter dan

ketentuan Rumah Sakit. (Depkes RI, 1990:23)

9.Evaluasi

Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan

Tidak menggunakan otot pernafasan tambahan

Tidak terjadi dispnoe dan sianosis

Pasien tidak menunjukkan kegelisahan

Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negative

Tidak terjadi insomnia

Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi.

Meningkatkan penyembuhan luka, bebas eritema, dan demam.

20

BAB IV

PENUTUP

1.Kesimpulan

Polip hidung merupakan daging tumbuh seperti tumor yang timbul di dalam salah satu

rongga hidung atau keduanya. Penyakit polip hidung terjadi karena munculnya massa lunak yang

mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, bewarna putih keabu-abuan yang terjadi

akibat inflamasi mukosa seperti daging yang tumbuh dalam hidung. Karena bentuknya yang

seperti daging yang tumbuh dalam hidung maka tak jarang polip hidung ini biasa juga disebut

tumor hidung.

21

2.Saran

Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan

mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang polip seperti etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinis, dan lainnya, serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang menderita

polip, agar gangguan pada daerah hidung ini dapat teratasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Petrus. 1986 .Penyakit Telinga,Hidung Dan Tenggorokan. Jakarta: EGC.

Pracy R dkk. 1989. Pelajaran Singkat Telinga,Hidung Dan Tenggorok. Jakarta: Gramedia.

Mansjoer.Arif.dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius

Subhan. 2006. ASKEP: Pasien dengan Polip Hidung. Surabaya: UNAIR Press.

Adam.George,boies.Lawrence.dkk.2002.Boies Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC

Burnside,glynn.1995.Diagnosa Fisik.Jakarta:EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

22

Wilkinson.Judith.2011.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

Herdman,Heather.2012.Diagnosa Keperawatan 2012-2014.Jakarta:EGC

www.eMedicine .com- Nasal Polyps  Article by John E McClay GOOD.htm/,

(Online) (diakses 26 Maret 2012).

http://bams-sujatmiko.blogspot.com/2012/04/makalah-polip-hidung.html

23