14
TUGAS 1. Bagaimana struktur histologis nasal? 2. Bagaimana mekanisme kerja mukosa hidung? 3. Bagaimana patofisiologi polip nasi? JAWABAN 1. HISTOLOGIS NASAL Nasal terdiri atas 2 struktur yang berbeda. Yaitu yang di luar adalah vestibulum dan di dalam fossa nasalis. Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami keratinisasi, terdapat rambut- rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat. Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari masing-masing dinding lateral

Histologi Hidung & Polip Nasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Struktur Histologis Nasal & Polip Nasi

Citation preview

Page 1: Histologi Hidung & Polip Nasi

TUGAS

1. Bagaimana struktur histologis nasal?

2. Bagaimana mekanisme kerja mukosa hidung?

3. Bagaimana patofisiologi polip nasi?

JAWABAN

1. HISTOLOGIS NASAL

Nasal terdiri atas 2 struktur yang berbeda. Yaitu yang di luar adalah

vestibulum dan di dalam fossa nasalis.

Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar,

kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis

pipih yang mengalami keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal

atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar

keringat.

Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari

masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal

sebagai concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior.

Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu

bersilia, sel-sel goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat

jaringan ikat dan kelenjar serous dan mukus yang mendukung sekresi sel

goblet, dan juga terdapat vena yang membentuk dinding tipis yang disebut

cavernous bodies.

Pada concha superior dan septum nasal membentuk daerah olfaktori

dengan sel-sel khusus yang meliputi sel-sel olfaktori, sel pendukung dan sel sel

Page 2: Histologi Hidung & Polip Nasi

basal. Sel olfaktori merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang

mempunyai akson pada lamina propria dan silia pada permukaan epitel.

Silianya mengandung reseptor olfaktori yang merespon bahan yang

menghasilkan bau. Pada laminar proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli

dan salurannya dilapisi oleh sel epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi

serous yang berwarna kekuningan.

Page 3: Histologi Hidung & Polip Nasi

2. MUKOSA HIDUNG

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh

membrane mukosa bersilia. Ketika masuk ronga hidung, udara disaring,

dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama

mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel

goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mucus yang disekresi oleh sel

goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-

rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan

terjerat dalam lapisan mucus.

Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior didalam rongga

hidung, dan Ke superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke

faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan

mucus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh

darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi

telah disesuaikan sedemikian rupa, sehingga udara yang mencapai faring hampir

bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan sangat lembab.

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan

fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa

pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya

dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya

terdapat sel – sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara

mukosanya lebih tebal dan kadang – kadang terjadi metaplasia menjadi sel

epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan

selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada

permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.

Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang

penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi

akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya

untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing

Page 4: Histologi Hidung & Polip Nasi

yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan

menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung

tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara

yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat – obatan.

Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan

sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu

dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya

dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor

penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.

Mukosa pada hidung juga memiliki sel-sel plasma pada lamina propia

yang menghasilkan IgA yang terikat pada unsur sekresi pada permukaan basal

sel-sel kelenjar submukosa dan ditransport bersama hasil sekresinya ke

permukaan mukosa hidung. Albumin serum, IgA, IgE, dan IgG yang berdifusi

dari kapiler bertingkap sekitar kelenjar submukosa juga sampai pada permukaan

epitel, tempatnya memberi perlindungan terhadap infeksi bakteri. Biasanya IgE

juga dapat bergabung dengan sel mast, menyebabkan dibebaskannya histamin

dan mediator lain, yang berakibat peningkatan sekresi hidung. Pada saluran

pernafasan juga terdapat sel-sel dari sistem kekebalan, antara lain makrofag,

neutrofil dan limfosit, yang bisa menghadapi antigen seperti bakteri, virus,

protein, ataupun racun.

Page 5: Histologi Hidung & Polip Nasi
Page 6: Histologi Hidung & Polip Nasi

3. PATOFISIOLOGI POLIP NASI

Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan

interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya

berat. Polip dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan

seringkali bilateral. Polip hidung paling sering berasal dari sinus maksila

(antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke ronga hidung

dan membesar di koana dan nasopharing. Polip ini disebut polip koana. 

Secara makroskopik polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna

putih atau keabu-abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa

hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel

eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan letaknya berjauhan dipisahkan oleh

cairan interseluler. Pembuluh darah, syaraf dan kelenjar sangat sedikit dalam

polip dan dilapisi oleh epitel throrak berlapis semu.

Page 7: Histologi Hidung & Polip Nasi

Mekanisme patogenesis yang bertanggungjawab terhadap pertumbuhan

polip hidung sulit ditentukan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pembentukan polip, antara lain proses inflamasi yang disebabkan penyebab

multifaktorial termasuk familiar dan faktor herediter. Bisa juga karena aktivasi

respon imun lokal atau hiperaktivitas dari persarafan parasimpatis.

Semua jenis imunoglobulin dapat ditemui pada polip nasi, tapi

peningkatan IgE merupakan jenis yang paling tinggi ditemukan bahkan apabila

dibandingkan dengan tonsil dan serum sekalipun. Kadar IgG, IgA, IgM terdapat

dalam jumlah bervariasi, dimana peningkatan jumlah memperlihatkan adanya

infeksi pada saluran napas.

Beberapa mediator inflamasi juga dapat ditemukan di dalam polip.

Histamin merupakan mediator terbesar yang konsentrasinya di dalam stroma

polip 100-1000 konsentrasi serum. Mediator kimia lain yang ikut dalam

patogenesis dari nasal polip adalah Gamma Interferon (IFN-γ) dan Tumour

Growth Factor β (TGF-β). IFN-γ menyebabkan migrasi dan aktivasi eosinofil

yang melalui pelepasan toksiknya bertanggungjawab atas kerusakan epitel dan

sintesis kolagen oleh fibroblas . TGF-β yang umumnya tidak ditemukan dalam

mukosa normal merupakan faktor paling kuat dalam menarik fibroblas dan

meransang sintesis matrik ekstraseluler. Peningkatan mediator ini pada akhirnya

akan merusak mukosa rinosinusal yang akan menyebabkan peningkatan

permeabilitas terhadap natrium sehingga mencetuskan terjadinya edema

submukosa pada polip nasi.

Page 8: Histologi Hidung & Polip Nasi

Fenomena bernouli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui

celah yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya,

sehingga jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini sehingga

menyebabkan polip, fenomena ini dapat menjelaskan mengapa polip banyak

terjadi pada area yang sempit di kompleks osteomatal.

Patogenesis polip pada awalnya ditemukan bengkak selaput permukaan

yang kebanyakan terdapat pada meatus medius, kemudian stroma akan terisi

oleh cairan interseluler sehingga selaput permukaan yang sembab menjadi

berbenjol-benjol. Bila proses terus membesar dan kemudian turun ke dalam

rongga hidung sambil membentuk tangkai sehingga terjadi polip.

Berdasarkan histologisnya terdapat 4 tipe dari polip nasi:

Eosinofilik edematous. Tipe ini merupakan jenis yang paling banyak ditemui

yang meliputi kira-kira 85% kasus. Tipe ini ditandai dengan adanya stroma

yang edema, peningkatan sel goblet dalam jumlah normal, jumlah eosinofil

yang meningkat tinggi, sel mast dalam stroma, dan penebalan membran

basement.

Page 9: Histologi Hidung & Polip Nasi

Polip inflamasi kronik. Tipe ini hanya terdapat kurang dari 10% kasus polip

nasi. Tipe ini ditandai dengan tidak ditemukannya edema stroma dan penurunan

jumlah dari sel goblet. Penebalan dari membran basement tidak nyata. Tanda

dari respon inflamasi mungkin dapat ditemukan walaupun yang dominan adalah

limfosit. Stroma terdiri atas fibroblas.

Polip dengan hiperplasia dari glandula seromusinous. Tipe ini hanya

terdapat kurang dari 5% dari seluruh kasus. Gambaran utama dari tipe ini adalah

adanya glandula dan duktus dalam jumlah yang banyak.

Polip dengan atipia stromal.Tipe ini merupakan jenis yang jarang ditemui dan

dapat mengalami misdiagnosis dengan neoplasma. Sel stroma abnormal atau

menunjukkan gambaran atipikal, tetapi tidak memenuhi syarat untuk disebut

sebagai suatu neoplasma.

Pada polip nasi, tapi peningkatan IgE merupakan jenis yang paling tinggi

ditemukan bahkan apabila dibandingkan dengan tonsil dan serum sekalipun.

Kadar IgG, IgA, IgM terdapat dalam jumlah bervariasi, dimana peningkatan

jumlah memperlihatkan adanya infeksi pada saluran napas.

Beberapa mediator inflamasi juga dapat ditemukan di dalam polip.

Histamin merupakan mediator terbesar yang konsentrasinya di dalam stroma

polip 100-1000 konsentrasi serum. Mediator kimia lain yang ikut dalam

patogenesis dari nasal polip adalah Gamma Interferon (IFN-γ) dan Tumour

Growth Factor β (TGF-β). IFN-γ menyebabkan migrasi dan aktivasi eosinofil

yang melalui pelepasan toksiknya bertanggungjawab atas kerusakan epitel dan

sintesis kolagen oleh fibroblas . TGF-β yang umumnya tidak ditemukan dalam

mukosa normal merupakan faktor paling kuat dalam menarik fibroblas dan

meransang sintesis matrik ekstraseluler. Peningkatan mediator ini pada akhirnya

akan merusak mukosa rinosinusal yang akan menyebabkan peningkatan

Page 10: Histologi Hidung & Polip Nasi

permeabilitas terhadap natrium sehingga mencetuskan terjadinya edema

submukosa pada polip nasi.

TERIMA KASIH