23
LAPORAN KASUS : Sinusitis dan Polip Nasi KELOMPOK 4 03009144 Maria Ulfa Noor Alika 03009154 Michelle Jansye 03009164 Nabila Zaneta 03009174 Nuraini Sidik 03009184 Pramita Yulia Andini 03009194 Raufina Yunica 03009204 Ricky Suritno 03009214 Ronald Aditya 03009224 Sarah Suci Yurica 03009234 Shilvia Ayu Megawati 03009244 Sureza Larke Wajendra 03009254 Theresia Sujiarto 03009264 Vanny Mahesa 03009274 Yenny Susanti 03009284 Zaddam Wahid

LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tht

Citation preview

Page 1: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

LAPORAN KASUS : Sinusitis dan Polip Nasi

KELOMPOK 4

03009144 Maria Ulfa Noor Alika

03009154 Michelle Jansye

03009164 Nabila Zaneta

03009174 Nuraini Sidik

03009184 Pramita Yulia Andini

03009194 Raufina Yunica

03009204 Ricky Suritno

03009214 Ronald Aditya

03009224 Sarah Suci Yurica

03009234 Shilvia Ayu Megawati

03009244 Sureza Larke Wajendra

03009254 Theresia Sujiarto

03009264 Vanny Mahesa

03009274 Yenny Susanti

03009284 Zaddam Wahid

Jakarta19 April 2010

Page 2: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran

napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis,

sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas

bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.

Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan

infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta

perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan

adalah otitis, sinusitis, dan faringitis. (1)

Pusat Pengendalian dan

Pencegahan memperkirakan bahwa

hampir 31 juta orang dewasa

menderita sinusitis kronis, yang

mengakibatkan 15 miliar kunjungan

dokter dan lebih dari 200.000

prosedur bedah sinus setiap tahun.

Sinusitis akut lebih sering terjadi,

meskipun tidak ada estimasi yang

baik untuk jumlah orang yang

mengalami sebuah episode dari sinusitis akut setiap tahun. (2)

Polip hidung ditemukan dalam 36% dari pasien dengan intoleransi aspirin, 7% dari

mereka yang asma, 0,1% pada anak-anak, dan sekitar 20% pada pasien dengan fibrosis kistik.

Kondisi lain yang terkait dengan polip hidung adalah Churg-Strauss Syndrome, sinusitis

jamur alergi, dan sindrom silia dyskinetic, (Kartagener) dan Young Sindrom. Polip hidung

secara statistik lebih sering terjadi pada asma nonallergic versus asma alergi (13% vs 5%, P

<0,01. Sekitar 40% dari pasien dengan polypectomies bedah telah kambuh. Tampaknya

menjadi faktor keturunan untuk mengembangkan polip hidung. Sistem klasifikasi untuk

pementasan polip hidung diusulkan untuk standardisasi perawatan, mempertimbangkan

diagnosis diferensial, dan panen yang berarti informasi penelitian komparatif. (3)

Page 3: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

LAPORAN KASUS

Seorang wanita usia 30 tahun datang dengan keluhan sering pilek hilang timbul sejak 1 tahun

yang lalu. Selain itu ia merasakan sumbatan pada kedua sisi hidungnya yang semakin alam

semakin semakin berat disertai dengan gangguan penciuman. Sering bersin pada waktu pagi

disangkal. Riwayat pernah mimisan disangkal.

Pada pemeriksaan THT didapatkan:

Kedua telinga dalam batas normal

Hidung : rinoskopi anterior

cavum nasi lapang, tampak massa berwarna putih kebiruan mengisi 1/3 tengah

cavum nasi kanan dan kiri serta tidak mengecil dengan pemberian tampon

adrenalin, mukosa konka nasalis tampak hiperemis, terdapat sekret mukopurulen,

tidak didapatkan deviasi septum.

rinoskopi posterior

terdapat sekret dari meatus medius, tampak terdapat massa berwarna putih kebiruan.

Adenoid tidak membesar, Atap nasofaring tidak didapatkan adanya massa

Leher dan Tenggorokan dalam batas normal

Pada pemeriksaan nasoendoskopi didapatkan massa lunak licin berwarna putih kebiruan yang

berasal dari meatus medius mengisi 1/3 tengah cavum nasi kanan dan kiri. Terdapat sekret

mukopurulen dari meatus medius.

Pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan lekositosis, lainnya dalam batas normal.

PEMBAHASAN

SINUS PARANASALIS

Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang

atap dan bagian lateral rongga udara hidung,

jumlah, bentuk, ukuran, dan simetri yang bervariasi.

Sinus-sinus ini membentuk rongga di dalam tulang

wajah dan diberi nama : sinus maksilaris, sinus

sphenoidalis, sinus frontalis, sinus etmoidalis. Sinus

etmoidalis terbagi lagi menjadi sinus etmoidalis

anterior dan posterior. Seluruh sinus dilapisi oleh

epitel saluran pernapasan yang mengalami

modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus dan

bersilia, sekret disalurkan ke dalam rongga hidung.

Page 4: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Pada orang yang sehat atau normalnya sinus berisi udara sehingga membantu untuk membuat

kepala semakin ringan. (4)

MASALAH PASIEN

1. Subjektif

Sering pilek hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu

Merasakan sumbatan pada kedua sisi hidungnya yang semakin lama semakin berat

Gangguan penciuman

Nyeri pada wajah jika menunduk

2. Objektif

a. Rinoskopi anterior

Tampak massa putih kebiruan mengisi 1/3 cavum nasi kanan dan kiri serta tidak

mengecil dengan pemberian tampon adrenalin

Mukosa konka nasalis tampak hiperemis

Sekret mukopurulen

b. Rinoskopi posterior

Sekret dari meatus medius tampak terdapat massa berwarna putih kebiruan

HIPOTESIS

Page 5: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Ditinjau dari masalah yang ada pada pasien ini, hipotesisnya adalah pasien ini

mengalami sinusitis atau peradangan pada sinus paranasalis dengan faktor predisposisinya

adalah polip hidung.

SINUSITIS

Sinusitis adalah inflamasi

mukosa sinus paranasal (5) atau

radang pada sinus paranasal. Bila

terjadi pada beberapa sinus

disebut multisinusitis, sedangkan

bila mengenai seluruhnya disebut

pansinusitis. Yang paling sering

terkena adalah sinus maksila,

kemudian sinus ethmoid, sinus

frontal, dan sinus sphenoid. Hal

ini disebabkan karena sinus maksila adalah sinus yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi

dari dasar, dasarnya adalah dasar akar gigi sehingga dapat berasal dari infeksi gigi, dan

ostiumnya terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga

sering tersumbat. (6)

PEMBAGIAN SINUSITIS

1. Berdasarkan perjalanan penyakitnya (menurut Adams) (6)

a. Sinusitis akut

Bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu

b. Sinusitis subakut

Bila infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan

c. Sinusitis kronik

Bila infeksi beberapa bulan sampai beberapa tahun (menurut Cauwenberge, bila

sudah lebih dari 3 bulan)

2. Berdasarkan tipe inflamasinya (7)

Page 6: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

a. Sinusitis Infeksi

biasanya disebabkan oleh infeksi virus yang tidak rumit. Pertumbuhan bakteri

penyebab infeksi sinus dan infeksi sinus jamur sangat jarang terjadi. Bentuk sinus

subakut sinus kronik biasanya merupakan hasil dari pengobatan yang tidak adekuat

dari infeksi sinus akut.

b. Sinusitis Noninfeksi

Disebabkan oleh iritasi dan kondisi alergi dan mengikuti garis waktu yang sama untuk

sinusitis akut, subakut dan kronik seperti sinusitis infeksi.

3. Berdasarkan penyebabnya (5)

a. Sinusitis Dentogen

Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan

periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus maksila, atau melalui

pembuluh darah dan limfe.

b. Sinusitis Jamur

Infeksi jamur pada sinus paranasal, suatu keadaan yang tidak jarang ditemukan. Jenis

jamur yang paling sering menyebabkan infeksi sinus paranasal ialah spesies

Aspergillus dan Candida.

Para ahli membagi sinusitis jamur sebagai bentuk invasif dan non-invasif. Sinusitis

jamur invasif terbagi menjadi invasif akut fulminan dan invasif kronik indolen.

4. Berdasarkan tempatnya (8)

a. Sinusitis Maksila

Menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.

b. Sinusitis Ethmoid

Menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi.

Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di

tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.

c. Sinusitis Frontal

Menyebabkan sakit kepala di dahi

d. Sinusitis Sphenoid

Menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di

puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit

telinga dan sakit leher.

FAKTOR PREDESPOSISI (4, 5, 6)

Page 7: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Lokal :

- ISPA akibat virus

- Malnutrisi

- Kelainan imonologik

- Diskinesia (berkurangnya

kemampuan untuk bergerak

bebas) silia

- Bermacam rinitis, terutama

rinitis alergi, rinitis hormonal

pada wanita hamil

- Polip hidung

- Kelainan anatomi seperti deviasi hidung, hipertrofi konka

- Sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM)

- Infeksi tonsil

- Infeksi gigi

- Kelainan imunologik

- Penyakit fibrosis kistik

- Deformitas rangka

Sistemik :

- Lingkungan dingin, panas, kelembapan, dan kekeringan

- Lingkungan berpolusi

- Kebiasaan merokok

- Alergi obat atau makanan

PATOFISIOLOGI (5)

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens

mukosiliar (mucociliary clearence) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi

antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap

kuman yang masuk bersama udara pernapasan.

Page 8: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Polusi bahan kimia

Gangguan drainase

Silia

Perubahan mukosa

Obstruksi mekanik

Infeksi kronik

Alergi dan defiseinsi imunologik

Pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna

Organ-organ yang membentuk

KOM (Kompleks Ostio Meatal) letaknya

berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa

yang berhadapan akan saling bertemu

sehingga silia tidak dapat bergerak

(diskenia) dan ostium tersumbat. Akibatnya

terjadi tekanan negatif di dalam rongga

sinus yang menyebabkan terjadinya

transudasi. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh

dalam beberapa hari tanpa pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik

untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Lalu sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut

sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predesposisi), inflamasi

berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan

ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi

kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembengkakan polip dan kista. Pada keadaan ini

mungkin diperlukan tindakan operasi.

KOMPLIKASI

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik. Komplikasi

berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut,

berupa komplikasi orbita atau intra kranial.

Page 9: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

1. Kelainan Orbita, disebabkan oleh sinus paranasalis yang berdekatan dengan orbita

(mata). Penyebarannya melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat

timbul adalah :

a) Peradangan/reaksi edema ringan, keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena

lamina papiresea yang memisahkan orbita dan sinus etmoidalis seringkali merekah

pada kelompok umur ini

b) Selulitis Orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah aktif menginvasi isi orbita

namun belum ditemukan pus.

c) Abses Subperiosteal, Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita

menyebabkan proptosis dan kemosis.

d) Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.

e) Trombosis sinus kavernosus, komplikasi ini akibat dari penyebaran bakteri melalui

sal. Vena ke dalam sinus kavernosus dimana selanjtnya terbentuk suatu tromboflebitis

septik.

2. Kelainan Intrakranial

a) Meningitis akut, infeksi menyebar sepanjang sal. Vena atau langsung dari sinus yang

berdekatan, atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara etmoidalis.

b) Abses Dura, kumpulan Pus diantara dura dan tabula interna kranium.

c) Abses Otak, lokasi abses ujung vena yang pecah meluas menembus dura dan

arachnoid hingga ke perbatasan antara substansia alba dan grisea korteks serebri.

3. Komplikasi pada sinusitis kronik

a) Osteomielitis dan abses subperiosteal

b) Kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Foto polos atau CT scan

Umumnya untuk menilai sinus-sinus besar seperti sinus maxilla dan frontal

- Pemeriksaan transiluminasi.

Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap

- Pemeriksaan mikrobiologi

Dengan cara mengambil sekret (mukus)dari meatus medius/ superior.

- Sinuskopi

Page 10: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

PENATALAKSANAAN (6)

1. Sinusitis akut

Terapi medikamentosa berupa antibiotic (amoksisilin dan ampisilin) alternative bagi yang

alergi terhadap penisilin adalah trimetoprim/ sulfametoksazol. Dekongestan oral atau

topical dapat juga diberikan. Kabut dihangatkan atau irigasi salin juga dapat efektif untuk

membuka sumbatan saluran sehingga memungkinkan drainase rabas purulen.

Dekongestan oral yang umum adalah Drixoral dan Dimettap. Dekongestan topical yang

umum adalah Afrin dan Otrivin.

Dekongestan topical harus diberikan dengan posisi kepala pasien kebelakang untuk

meningkatkan drainase maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala setelah 7 sampai

10 hari, maka sinus perlu diirigasi. Pemberian antihistamin pada sinusitis akut purulen

tidak dianjurkan. Bila perlu diberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri : mukolitik

untuk mengencerkan secret, meningkatkan kerja silia dan merangsang pemecahan

fibrin.pemberian steroid intranasal : beklometason, fluinosolid, triamsinolon.

2. Sinusitis subakut

Mula –mula diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotic yang sesuai dengan

resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga obat-obatan simtomatis. Berupa dekongestan

local (obat tetes hidung) untuk memperlancar drainase, selam 5-10 hari, dapat diberikan

analgetik, antihistamin dan mukolitik. Bila perlu dapat dilakukan diatermi.

Dilakukan dengan sinar gelombang pendek sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit

untuk memperbaiki vaskularisasi sinus, jika belum membaik dilakukan pencucian sinus.

Tindakan intranasal lain adalah opersi koreksi sputum, pengangkatan polip dan

konkotomi total atau parsial.

3. Sinusitis kronis

Penatalaksanaan medis sama seperti sinusitis akut. Pembedahan diindikasikan pada

sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas structural yang menyumbat ostia sinus.

Pembedahan mencakup aksisi atau kauterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum

dan menginsisi serta mendrainase sinus. Perkembangan terakhir adalah Bedah Sinus

Endoskopi Fungsional (BSEF). Sebagian pasien dengan sinusitis kronis parah mendapat

kesembuhan dengan cara pindah ke daerah dengan iklim yang kering.

Berikut daftar golongan dan jenis Dekongestan dan Antibiotik serta cara kerjanya : (10, 11)

Page 11: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Dekongestan : menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui alfa-reseptor 1

sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan

hidung

Nama obat Cara kerjanya

Oksimetazolin (Afrin) Diterapkan langsung ke selaput lendir, di mana merangsang

reseptor alfa-adrenergik dan menyebabkan vasokonstriksi

Fenilefrin (Neosinefrin) Sebuah postsinaptic kuat alfa-reseptor stimulan dengan efek

kecil pada reseptor beta

Pseudoefedrin (Sudafed) Merangsang vasokonstriksi dengan langsung mengaktifkan

reseptor alpha-adrenergik dari mukosa pernapasan.

Meningkatkan laju jantung dan kontraktilitas dengan

merangsang reseptor beta-adrenergik. Menstimulasi sistem saraf

pusat

Antibiotik : zat yang dihasilkan suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau

dapat membasmi mikroba jenis lain.

Nama obat Cara kerjanya

Trimetoprim dan

Sulfametoksazol

(Baktrim, Septra)

Menghambat sintesis bakteri dari asam dihidrofolat . Dengan

menghambat enzim reduktase dihidrofolat, produksi asam

tetrahidrofolik menurun. Efek ini menghambat pertumbuhan

bakteri.

Amoksilin and clavulanate (Augmentin)

Obat kombinasi yang memperluas spektrum antibiotik penisilin termsuk biasanya bakteri resisten terhadap antibiotik beta-laktam

Sefaklor Untuk pengelolaan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme rentan dicampur aerobik-anaerobik. Tepat dosis dan rute pemberian harus ditentukan oleh kondisi pasien, beratnya infeksi, dan kerentanan organisme kausatif

Page 12: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Amoksisilin (Amoks, Polimoks)

Menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh organisme yang rentan dan dapat digunakan sebagai profilaksis dalam prosedur minor.

POLIP NASI

Polip adalah massa lunak

yang mengandung banyak cairan di

dalam rongga hidung, berwarna

putih keabu-abuan, yang terjadi

akibat inflamasi mukosa. (5)

Polip nasi bersifat non-

kanker dan tidak menyebar. Polip

nasi dapat terbentuk di pangkal

hidung, di kedua kanan dan kiri

lubang hidung dan dalam satu atau

lebih dari rongga sinus Anda.

Ketika polip nasi berkembang di

meatus medius, mereka dapat

menyebabkan penyumbatan dan

kesulitan bernafas.

Polip hidung juga dapat ditemukan di dinding lateral rongga sinus. Jika seseorang

memiliki deviasi septum, polip nasi lebih cenderung terbentuk pada dinding sinus kemudian

pada septum itu sendiri. Meskipun jarang, polip hidung juga dapat memanjang melalui

sebuah choana. Choana adalah bukaan yang menghubungkan saluran hidung ke bagian

belakang tenggorokan.(9)

PEMBAGIAN POLIP HIDUNG (5)

Pembagian stadium polip menurut Mackey dan Lund (1997):

Stadium 1

Polip masih terbatas di meatus medius

Stadium 2

Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi

rongga hidung

Stadium 3

Polip yang massif

Page 13: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

FAKTOR PREDESPOSISI (9)

1. Alergi

Ada reaksi imun terhadap alergen tertentu (debu, serbuk sari, bulu binatang peliharaan),

makanan (seafood, kacang, produk susu). Reaksi normal tubuh terhadap iritasi adalah

untuk menghasilkan banyak lendir untuk flush alergen keluar. Hal ini menyebabkan

radang pada membran lendir. Hay fever, rinitis alergi atau alergi musiman semua reaksi

alergi yang disebabkan oleh pohon yang berbeda dan serbuk sari tanaman. Serbuk sari

yang menyebabkan iritasi selaput lendir lalu membengkak dan terasa gatal.

2. Kondisi keturunan

Cystic fibrosis menyebabkan kelenjar tertentu dalam membran lendir untuk memproduksi

lendir lengket dan banyak yang mengakibatkan peradangan berkepanjangan membran

tersebut.

Kondisi yang diperoleh :

Orang yang memiliki kondisi pernafasan kronis lebih berisiko terkena polip hidung

karena selaput lendir mereka terus meradang. Asma adalah salah satu kondisi seperti

mana lapisan selaput lendir di tenggorokan dan saluran pernapasan menjadi meradang,

mengerut dan menghasilkan jumlah kelebihan lendir.

Infeksi Sinus Kronik

Infeksi peradangan dalam waktu yang lama pada lapisan selaput lendir ditemukan di

rongga sinus dan bagian hidung.

Deviasi Septum

Sebuah deviasi septum terjadi ketika septum (tulang rawan yang memisahkan kiri dan

kanan lubang hidung) bengkok atau rusak. Hal ini dapat disebabkan oleh trauma

hidung (kontak olahraga atau kecelakaan) atau mungkin karena cacat lahir (septum ini

berkembang tidak semestinya, ini dikenal sebagai kelainan pertumbuhan tulang

rawan).

PATOFISIOLOGI (6, 9)

Polip nasi bukanlah penyakit tetapi produk akhir peradangan konstan yang sering

hasil dari pilek dan flu, infeksi bakteri, alergi atau dari reaksi atas sistem kekebalan tubuh

seseorang terhadap jamur.

Page 14: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

Polip nasi terjadi akibat selaput lendir yang meradang dalam satu atau lebih dari

rongga sinus dan lubang hidung. Hal ini menyebabkan peradangan kronis pembuluh darah

yang ditemukan di selaput lendir lapisan saluran hidung dan rongga sinus menjadi lebih

permeabel (melewati) untuk cairan dan karena itu memungkinkan plasma untuk mengumpul

di bawah membran ini. Ketika cairan lebih mengumpul di bawah selaput lendir, gravitasi

mulai menarik jaringan yang diisi air ini menyebabkan mereka untuk memperluas dan

berkembang menjadi polip nasi.

KOMPLIKASI (9)

Polip nasi yang tunggal dan kecil mungkin tidak menimbulkan komplikasi. Peradangan di

dalam sinus dari alergi, pilek / flues atau bahkan infeksi bakteri dapat meningkatkan laju

pertumbuhan polip nasi. Polip nasi besar atau multiple dapat menyebabkan penyumbatan

dalam saluran rongga hidung dan sinus. Hal ini dapat mengakibatkan beberapa komplikasi

lain seperti:

- Sinusitis

- Apnea obstruktif tidur

- Perubahan struktur wajah

PEMERIKSAAN PENUNJANG (5)

1. Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, Caldwell, dan lateral) dapat

memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus, tetapi

cara ini kurang efektif dalam kasus polip

2. Pemeriksaan topografi (TK, CT scan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas

keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses peradangan.

PENATALAKSANAAN (5, 6)

- Bila polip masih kecil, dapat diobati secara konservatif dengan kortikosteroid sistemik

atau oral, misalnya prednison 50mg/hari atau dekametason selama 10 hari. Secara

lokal dapat disuntikan ke dalam polip, misalnya triamsinolon asetonid. Dapat dipakai

sebagai semprot hidung.

Mukosa hidung membengkak karena terisi banyak cairan intraselular dan sel radang

Terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat

Page 15: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

- Bila polip sudah besar, dilakukan polipektomi

o Senar polip atau cunam dengan analgesi lokal

o Etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ektranasal untuk polip etmoid

o Operasi Caldwell-Luc untuk sinus maxilla

DIAGNOSIS KERJA

Menurut kelompok kami, diagnosis kerja

dari kasus ini adalah sinusitis kronis dengan

eksaserbasi akut dan polip nasi. Sinusitis kronis

dengan eksaserbasi akut adalah sinusitis yang kronis

dengan menimbulkan gejala akut yang berulang

karena tidak adanya pengobatan atau terapi yang

adekuat. Hal ini didukung oleh pemeriksaan

laboratorium yang menunjukkan ada kesan

lekositosis (gejala akut).

KESIMPULAN

Pasien menderita sinusitis akut dan

polip nasi.

Pentalaksanaannya untuk sinusitis

kronis dengan eksaserbasi akut

adalah dengan cara pembedahan

sinus dan penghilangan faktor

predesposisi karena bila tidak

dihilangkan akan timbul lagi di

kemudian hari. Sedangkan untuk

polip nasi-nya dilakukan polipektomi. Polip nasi harus dihilangkan karena polip nasi

merupakan salah satu faktor predesposisi sinusitis.

Page 16: LAPORAN KASUS Sinusitis-Polip Hidung

DAFTAR PUSTAKA

1. Infeksi Saluran Pernapasan. Available at :

www.pdfqueen.com/pdf/in/ infeksi - saluran - pernapasan -bawah/ . Accesed at April

17, 2010

2. Sinus Infection (Sinusitis). Last Updated March 15, 2010. Available at :

http://www.niaid.nih.gov/topics/sinusitis/Pages/Index.aspx. Accesed at April 17,

2010.

3. Epidemiology of Nasal Polyps. Available at :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8922141 . Accesed at April 17, 2010

4. Adams GL, Boies LR, Highler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC ; 1997

5. Soeperdi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th

ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2007.

6. Manjoer A, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta : Media Aesculapius

FKUI ; 2001.

7. Davis CC. Medicinenet. Sinusitis Infections. In : Shiel WC. Available at :

http://www.medicinenet.com/sinusitis/article.htm . Accesed at April 15, 2010

8. Medicastore. Sinusitis. Available at :

http://medicastore.com/penyakit/55/Sinusitis.html . Accesed at April 15, 2010

9. Nasal Polyps. Available at :

http://nasalpolypwars.com/NasalPolyps.asp . Accesed at April 15, 2010

10. Gory, Hina Z. Emedicine. Sinusitis. Last Updated August 19, 2009. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/764534-overview . Accesed at April 15, 2010.

11. Ganiswarna, Sulistia G. Farmako dan Terapi. 4th ed. In : Setiabudy R, Suyatna FD,

Purwantyastuti, Nafrialdi. Jakarta : Gaya Baru ; 1995.