Upload
erita-yunistisia-rosdani
View
484
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 1/36
PROGRAM KOMUNITAS KEPERAWATAN 1
SURVEILANCE DAN PENANGGULANGAN KLB
KELOMPOK 4
Nanda Andriana 220110090014
Anisa Nevia Apriyani 220110090023
Sinta Wijayanti 220110090024
Erita Yunistisia Rosdani 220110090039
Vinda Dwi Oktoviyanda 220110090064
Gina Mandasari 220110090071
Khoirunnisa 220110090075
Elly R K 220110090078
Hinin Wasilah 220110090081
Sandra Putri 220110090090
Tiktik Tasyrikah 220110090097
Yolanda Viora S 220110090109
A.
B.
C.
D.
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 2/36
Kasus 2
Surveilance dan Penanggulangan KLB
Pemerintah menyatakan merebaknya kasus influenza A (H1N1) yang
dikenal sebagai swine flu atau flu babi sebagai kejadian luar biasa, menyusul
dikeluarkannya status yang sama oleh WHO. Deklarasi pendemi global yang
berarti menaikkan kewaspadaan dari level lima ke level enam disampaikan WHO
terkait dengan melonjaknya kasus H1N1 di Amerika Serikat, Eropa, Australia,
dan Amerika Selatan. Perubahan cuaca dan suhu bumi berdampak pula pada
penyebaran berbagai virus penyakit. Salah satunya adalah virus flu babi yang
tengah menjadi perhatian masyrakat dunia. Flu babi disebabkan oleh endemis
Orthomyxoviruses yang berasal dari populasi babi. Virus ini dikenal dengan nama
H1N1 dan bisa menyebar begitu cepat. Pada umumnya, gejala infeksi flu babi
pada manusia mirip dengan flu biasa pada manusia, yakni demam yang muncul
tiba-tiba, batuk, nyeri otot, sakit tenggorokan dan kelelahan yang berlebihan.
Virus flu babi bisa membuat penderita muntah-muntah dan diare. Manusia yang
sudah terinfeksi virus ini bisa menyebarkan virus ke orang lain hanya dengan satu
kali bersin. Di Indonesia sendiri data hingga 12 Juli sudah 64 orang yang positif
H1N1. Rinciannya 43 laki-laki dan 21 perempuan. Tapi dari jumlah itu tak semua
WNI. 12 suspek yang terakhir. 2 orang WNI dan 5 dari luar dan punya riwayat
perjalanan ke luar negeri. Semua yang positif flu babi sekarang dikarantina, kata
menkes. Dengan demikian pemerintah terus menerus meningkatkan kegiatan
surveilance dan langkah penanggulangan KLB.
Step 1
1. Endemis Orthomyxoviruses (Vinda)2. Pandemik Global (Sinta)
3. Surveilance (Nanda)
4. Kejadian Luar Biasa (Erita)
5. Suspek (Putri)
Jawab :
1. Endemis Orthomyxoviruses sejenis virus yang terdapat pada hewan
babi (Nanda)
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 3/36
2. Pandemik Global bagian epidemiologi penyebarannya yang sudah
global. (Vinda)
3. Surveilance pemantauan terhadap penyakit dan ada yang aktif dan
positif. (Sinta)
4. Kejadian Luar Biasa merupakan status dan dimana adanya peningkatan
jumlah suatu penyakit. (Tiktik)
5. Suspek orang yang diduga terkena. (Vinda)
Step 2
1. Tahap-tahap penanggulan KLB? (Eel)
2. Pengaruh cuaca dan suhu bumi seperti apa? (Vinda)
3. Apa hubungan jenis kelamin dengan penyakit? (Tiktik)
4. Arti dari tial level kewaspadaan?(Sinta)
5. Kategori seprti apa yang dapat dikatakan KLB? (Hinin)
6. Lingkungan yang seperti apa dikatakan KLB? (Gina)
7. Mengapa penyebaran penyakitnya cepat? (Tiktik)
8. Mengapa penyebaran penyakit ini dengan satu kali bersin? (Nanda)
9. Mungkinkah terjadi pada daerah yang tidak ada populasi babi? (Eel)
10. Jenis dari influenza (Putri)
11. Apakah kepadatan penduduk berpengaruh? (Hinin)
12. Fasilitas apa yang disediakan pemerintah untuk menanggulangi
masalah ini? (Gina)
13. Untuk perawat persiapa apa yang dibutuhkan untuk merawat
pasien agar tidak menular penyakitnya? (Eel)
14. Perbedaan dari orang yang sudah terkena dengan yang masih
suspek? (Vinda)
15. Bagaimana dengan pencegahan penyakit?(Nanda)
16. Penkes dan prognosis penyakit ini bagaimana? (Sinta)
17. Hasil pemeriksaan seperti apa yang bisa ditemukan? (Putri)
18. Bagaimana penyakit atau kejadian itu dikatakan KLB?(Yoan)
19. Penelitian apa saja yang dikatakan KLB? (Eel)
20. Tindakan pertama untuk mencegah KLB? (Hinin)
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 4/36
21. Tujuan penetapan KLB? (Nevia)
22. Apakah KLB berhubungan dengan KLB? (Tiktik)
23. Mengapa KLB musiman dan apakah memungkinkan untuk terjadi
kembali lagi?
Step 3
8. Penyebaran melalui udara lalu virusnya mengenai orang yang sudah
terinfeksi. (Putri)
15. Populasinya meningkat maka babi yang sudah terinfeksi dimusnahkan dan
mengkarantina orang yang terinfeksi dan menangani suspeknya. (Tiktik)
Menggunakan masker dan apabila bersin mulut ditutup agar virusnya tidak
terinfeksi. (Nevia)
18. Misalnya ada penyakit yang jumlah orang yang terkena masih sedekit, dan
dapat dikatakan KLB itu apabila jumlah orang yang terkena penyakit ini
sudah meningkat dan penyebarannya sangat cepat. (Vinda)
Penyebarannya itu dua kali lebih banyak dari tahun sebelumnya. (Nanda)
2. Berpengaruh terhadap perkembangan virus dan suhunya lembab. (Eel)
Cuaca yang berangin. (Sinta)
3. Tidak berpengaruh hanya tergantung sistem imun dan kontak langsung
kepada host. (Hinin)
7. Karena berpengaruh dari keadaan lingkungan, cuaca dan kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi. (Putri)
Mungkin penderita belum tahu tentang penyakit. (Vinda)
9. Mungkin karena melalui udara dan dari WNI yang datang dari luar negeri
atau dari WNA yang datang ke negara Indonesia. (Tiktik)11. Bisa. (Gina)
22. Umur berhubungan pada anak-anak dan lansia (Sinta)
13. Universal precaution. (Nevia)
20. Tindakan promotif dengan pendidikan kesehatan tentang bahaya dan
penyebaran penyakitnya; tindakan preventif dengan menjaga gaya hidup
bersih dan menjaga kontak langsung dengan penderita; tindakan kuratif
dengan cara pengobatan. (Hinin)
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 5/36
6. Kepadatan penduduk dengan keadaan lingkungan yang keadaan cuaca
lembab dan gaya hidup tidak sehat. (Eel)
4. Nanda :
Level I : menular antar hewan dengan hewan
Level II : hewan dengan manusia
Level III : antara hewan dengan manusia tapi jumlah yang masih sedikit
Level IV : manusia dengan manusia
Level V : sudah mewabah di 2 negara
Level VI : lebih dari 2 negara
16. Baik disertai dengan gaya hidup yang sehat (Gina), Buruk dari penyakit
tidak disertai dengan gaya hidup sehat dan pengobatan tidak teratur dan
pemberian pendidikan kesehatan dengan karantina dan sebagainya, dan
dengan pemeriksaan dini. (Putri)
21. Untuk menentukan pencegahannya berdasarkan KLBnya dan prioritaskan
KLB. (Vinda)
Menaikkan kewaspaan ke level selanjutnya. (Tiktik)
12. Dilakukan penyuluhan kepada keluarga dan tentang ciri-cirinya dan laporkan
secepatnya apabila ada keluarga yang terkena. WNA yang terkena dilakukan
pemeriksaan. (Sinta)
Pemberian vaksin dan warning travel. (Putri)
19. Penelitian terhadap manusia dan lab kepada hewan. (Eel)
1. Diobati rehabilitasi penkes untuk yang sudah terkena dan yang belum
diberi kewaspadaan dan penkes. (Hinin)
5. Penyakit menular; demam berdarah, flu burung dan penyakit endemik SARS.
(Nanda)
23. Tergantung iklim dan cuaca mungkin untuk terulang. (Nevia)
10. Influenza A, B,C dan H5N1. (Sinta)
14. Yang terduga dengan ciri flu biasa dan yang sudah (+) ditentukan melalui
pemeriksaan dan ditemukan adanya virus. (Vinda)
17. Adanya virus H5N1. (Eel).
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 6/36
Mind Map
KLB Flu babi pencegahan, epidemiologi dan penanggulangan
survailance (defenisi dan tahap)
• Defenisi
• Kriteria
• Etiologi
• Penanggulangan
• Penkes
• Tahap kewaspadaan
•
Kategori dan jenis
Reporting
• Defenisi KLB
Wabah outbreak atau ledakan keadaan dimana jumlah penyakit mengalami
peningkatan dan kesakitan di daerah tersebut (Vinda), dan ada di daerah
tertentu dan mengalami perubahan yang signifikan (Tiktik)
•
Kriteria (Hinin, Putri)o Timbulnya suatu penyakit yang belum dikenal
o Angka rata-rata dalam 1 tahun dua kali lebih banyak
o Crude Fatality Rate meningkat dua kali lipat
o Penderita mengalami lebih dari satu penyakit
o Proporsional rate meningkat dari tahun sebelum
o Meningkatnya kematian dari tahun sebelumnya dalam tiga kurun waktu
satu periode
o Penyebab KLB ; toksin, infeksi, bilogis virus dan bakteri (Gina)
o Peningkatan jumlah kematian dua kali lebih besar (Sinta)
o Keracunan pestisida (Nanda)
• Penggolongan KLB (Erita,Nevia)
o Berdasarkan penyebaran :
Common source ; wabah suatu penyakit karena ada satu faktor
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 7/36
Propagated ; penyebarannya lebih cepat, morbiditas, orang-orang,
kepadatan penduduk
Mixed ; campuran
Continued dan intermitten
Point source ; dapat diakibatkan karena pemakaian benda bersama,
Intermitten ; penyebaran dan pemaparannya tidak teratur, continued ;
kejadiannya dan penyakitnya selalu berkelanjutan (Yoan)
• Tujuan (Hinin)
Tujuan umum ; identifikasi KLB atau bukan dan mencegah adanya KLB
Tujuan Khusus ; identifikasi cara penularan dan etiologinya apa dan
mengetahui daerah mana yang terkena.
• Tahapan (Vinda, Tiktik)
o Persiapan penelitian lapangan dengan konfirmasi dan pencarian data lab,
investigasi dan perlengkapan;administrasi dan konsultasi
o Mengidentifikasi wabah dengan adanya cara pembuktian
o Membuktikan diagnosis dan membuang data-data yang mengganggu
o Mengidentifikasi kasus dan melihat kasus sudah pasti atau tidak
o Epidemiologi deskriptif;pengumpulan data berdasarkan waktu dengan
adanya kurva epidemik dengan melihat masa inkubasi berdasarkan orang
dan dilihat cara penularannya berdasarkan tempat.
o Uji hipotesis untuk memberi kesimpulan
o Memperbaiki hipotesis dan membuat kesimpulan
o Penambahan data
o Menentukan hipotesis yang benar
o Menyebarluaskan
• Penanggulangan (Putri, Nanda, Tiktik)
o Memutuskan mata rantai penyebab penularan
o Personal hygine
o Karantina dengan mambatasi mobilisasi
o Pemberian obat
o Travel warning
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 8/36
o Pemeriksaan di tempat awal terjadi imigran
o Pemakaian alat pelindung diri
o Preventif bagi orang yang sudah terkena, kuratif pengobatan orang yang
terkena rehabilitatif dengan karantina
o Dan bagi yang belum terkena pemberian penkes dan promosi kesehatan
o Penanggulangan kepada masyrakat dengan menghindari orang-orang yang
terkena (Sinta)
o Penanganan host
o Mencegah kontak hewan dengan manusia
o Manaikkan kapasitas survailans
o Memberi laporan pada pemerintah jika ada hewan yang terkena.
• Survailans
o Menurut WHO : pengumpulan data yang digunakan untuk mendeteksi
jumlah penyakit. (Nevia)
o Survailans ada 2 yaitu pasif dan aktif. Kalau pasif itu info didapat dari tim
kesehatan dan aktif digunakan ketika saat yang dibutuhkan.
•
Tujuan survelance (Gina, Erita, Nevia, Putri)o Identifikasi kasus dan melihat besarnya kasus, mengetahui pola
penyebarannya
o Mengetahui apa ada KLB dan mengetahui cara penanggulangannya dari
hasil survailans
o Mengetahui prioritas masalah
o Mengetahui kebutuhan dari penelitian dan riset
•
Level kewaspadaan (Sinta dan Gina)o Level 1 : belum ditemukan infeksi.
o Level 2 : sudah diemukan pada ternak tapi tidak menyebabkan penularan.
o Level 3 : penularan pada hewan ke manusia.
o Level 4 : sudah terjadi di kelompok masyarakat.
o Level 5 : sudah terjadi di 2 negara WHO.
o Level 6 : sudah terjadi secara global.
o Level 1-2 disebut intrapandemis.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 9/36
o Level 3-4 disebut waspada endemis.
o Level 5-6 disebut pandemis.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 10/36
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
A. Definisi
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan mala petaka (UU No.4, 1984). Menteri menetapkan jenis-jenis
penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Menteri menetapkan dan
mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit
wabah sebagai daerah wabah.
Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan
daerah tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan
sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
B. Kriteria Kejadian Luar Biasa
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa berdasarkan pada Keputusan Dirjen
No. 451/91 tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa. Menurut aturan tersebut, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada
unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal,
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu),3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2x lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun),
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2x lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya,
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 11/36
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2x
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun
sebelumnya.
6. Case Fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari
periode sebelumnya.
7. Proportional Rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua atau lebih diabnding periode, kurun waktu atau tahun
sebelumnya.
8. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih
sebagai kasus KLB; keracunan makanan atau keracunan pestisida.
Kriteria-kriteria diatas dalam penggunaan sehari-hari harus didasarkan
pada akal sehat (common sense). Sebab belum tentu suatu kenaikan dua kali atau
lebih merupakan KLB. Sebaliknya suatu kenaikan yang kecil dapat saja
merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit: poliomyelitis dan tetanus
neonatorum, kasus tersebut dianggap KLB dan perlu penanganan khusus.
C. Level Kewaspadaan
Level 1 : Tidak ada virus yang beredar di antara binatang menyebabkan
infeksi pada manusia
Level 2 : Virus influenza berasal dari hewan menyebabkan infeksi pada
manusia, dan dianggap ancaman potensi pandemi.
Level 3 : Influenza menyebabkan kasus sporadis atau kelompok kecil
penyakit pada manusia, namun tidak ada penularan dari manusia ke
manusia yang signifikan.Level 4 : Penularan dari manusia ke manusia yang dapat menyebabkan
wabah penyakit berkelanjutan “di tingkat masyarakat”. Sehingga
meNandai pergeseran yang signifikan atau risiko kenaikan
pandemi.
Level 5 : Ditandai oleh penularan virus dari manusia ke manusia setidaknya
dalam dua negara di satu wilayah WHO. Level 5 merupakan sinyal
kuat bahwa pandemi sudah dekat dan waktunya untuk
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 12/36
menyelesaikan organisasi, komunikasi, dan pelaksanaan tindakan
yang telah direncanakan secara singkat.
Level 6 : Fase pandemi, ditandai dengan menyebarnya wabah di tingkat
komunitas setidaknya satu negara lain di wilayah WHO yang
berbeda. Level ini akan menunjukkan bahwa pandemi global
berlangsung.
D. Penggolongan Epidemi atau KLBEpidemi digolongkan secara berbeda-beda bergantung pada cara
penyebarannya di masyarakat atau populasi. Ada 3 klasifikasi yang paling
umum, yaitu :
1. Common source epidemic,
Terjadi jika sekelompok orang terpajan pada infeksi atau sumber
kuman (agens patogen) yang biasa/umum, misalnya anak sekolah
terpajan anak lain yang sedang sakit campak. Common source
epidemic biasanya dibagi menjadi tiga subkategori, yaitu :
a. Point source epidemic
Jika agens atau patogennya berasal dari sumber tunggal seperti
makanan. Contoh, sekelompok orang yang menghadiri piknik
gereja mengambil salad kentang dari satu mengkuk besar yang
sama. Mayoritas dari mereka yang memakan salad kentang jatuh
sakit karena salad terkontaminasi bakteri stafilokokus. Pada
golongan ini, orang terpajan di suatu tempat pada satu waktu,
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 13/36
menjadi sakit selama masa inkunasi agens (patogen) yang
didapat dari satu sumber.
b. Intermittent epidemic
Orang yang rentan terkadang terpajan penyakit dan terkadang
tidak selama satu periode waktu – hari, minggu, atau lebih lama.
Contoh, tuberkulosis sering kali menular dengan cara seperti ini,
melalui penularan bawaan udara yang berasal dari batuk
penderita lain. Karena tuberkulosis disebarkan dengan cara
kontak langsung dari orang ke orang dan karena rang berpindah
dan berinteraksi dengan orang lain, penyebaran penyakit ini
tidak teratur dan sulit ditebak, dan polanya juga tidak teratur –
mengakibatkan epedemi yang berulang.
c. Continous epidemic
Jika tingkat penyebaran epidemi cukup tinggi di masyarakat
atau populasi, dan mnyerang sejumlah besar orang di dalam
populasi tanpa pengecualian, hal ini termasuk dlam epidemi
yang berkelanjutan. Jika pajanan bertambah dan meluas, dan
orang yang menjadi sakit tetap seperti biasa, atau bahkan
mengikat selama beberapa waktu, KLB ini disebut epidemi yang
berkelanjutan.
2. Propagated epidemic
Jika common source epidemic tunggal sulit diidentifikasi, tetapi
epidemi atau KLB penyakit tetap menyebar dari orang ke orang,
memperbanyak jumlah yang sakit dan biasanya membentuk pola pertumbuhan eksponensial/sangat mencolok. Pada epidemi tipe ini,
kasus terjadi terus-menerus, melampaui satu satu masa inkubasi.
Kurva epidemi tipe ini biasanya memiliki serangkaian puncak yang
berurutan, yang mencerminkan peningkatan jumlah kasus di setiap
generasi jika epidemi tidak dapat dikendalikan atau dihentikan.
Epidemi dapat mereda setelah beberapa generasi.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 14/36
3. Mixed epidemic
Terjadi jika common source epidemic berlanjut melalui kontak
orang ke orang dan penyakit menyebar seperti KLB propagated .
Pada beberapa kasus sangat sulit untuk menentukan epedemi mana
yang muncul pertama kali.
E. Tahapan penyelidikan Kejadian Luar Biasa
1. Persiapan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan diagnosis etiologis
4. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat
6. Membuat hipotesa awal
a. pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin
b. upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah
sumber wabah diketahui
c. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai
yang terlemah dalam penularan penyakit.
7. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit,
sumbernya, atau Membuat cara penangulangan sementara dengan
segera
8. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan
9. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
10. Merencanakan penelitian lain / tambahan dengan sistematis
11. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan reservoirnya.12. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau dengan komplikasi
13. Mengembangkan hipotesis
A. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
a. Apa reservoir utama agen penyakitnya?
b. Bagaimana cara penularannya?
c. Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
d. Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 15/36
B. Wawancara dengan beberapa penderita
C. mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan
pemaparan.
D.Kunjungan rumah penderita
E. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
F. Epidemiologi diskriptif
14. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan stempat dan
kepada system pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
F. Persiapan Penelitian Lapangan
Dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya
informasi.
Persiapan penelitian lapangan meliputi :
1. Investigasi : pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat
2. Administrasi : prosedur administrasi, misalnya dokumen perjalanan,
uang tunai, dan keperluan pribadi lainnya.
3. Konsultasi : peran masing-masing petugas yang turun kelapangan,
tentukan langkah-langkah yang harus dilakukan.
4. Pemantapan (Konfirmasi) Informasi
Meliputi :
a. Asal informasi adanya KLB. Dapat berasal dari :
- laporan Wabah (W1).
- Analisis sistim kewaspadaan dini didaerah tersebut (laporan W2).
- Hasil laboratorium, laporan Rumah Sakit (RL2a, RL2b) ataumasyarakat.
b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi:
- Gejala klinis..
- Pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dan hasil pemeriksaannya.
- komplikasi yang terjadi (misalnya kematian, kecacatan,
kelumpuhan dan lainnya).
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 16/36
c. Keadaan geografi dan tranportasi yang dapat digunakan didaerah
KLB.
5. Memastikan Diagnosis
a. Memastikan bahwa masalah telah benar diadiagnosis dengan bebar,
dan sesuai dengan yang dilaporkan.
b. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan.
6. Tentukan dan Identifikasi Kasus (membuat definisi kasus dan
menemukan dan menghitung kasus)
a. Informasi klinis tentang penyakit
b. Karakteristik tentang orang yang rentan
c. Informasi mengenai lokasi atau tempat
d. Spesifikasi waktu selama wabah yang terjadi
Penyelidikan kasus didefinisikan dalam tiga kelas sebagai berikut:
a. Kasus pasti (confirmed), harus di sertakan dengan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil +
b. Kasus mungkin (Probable), harus memenuhi semua cirri klinis
penyakit tanpa pemeriksaan laboratorium
c. Kasus meragukan (Possible), biasanya hanya memenuhi sebagian
gejala klinis saja.
7. Pembuatan Rencana Kerja (rencana penyidikan /proposal), yang
minimal berisi :
a. Tujuan Penyidikan KLB
- Memastikan diagnosis penyakit.
- Menetapkan KLB.
- Menentukan sumber dan cara penularan.
- Mengetahui keadaan penyebab KLB.
b. Definisi kasus awal,
Arahan pada pencarian kasus
c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan
sumber penularan,
d. Macam dan sumber data yang diperlukan,
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 17/36
e. Strategi penemuan kasus,
f. Sarana dan tenaga yang diperlukan
8. Pertemuan Dengan Pejabat Setempat
a. Membicarakan rencana dan pelaksanaan penyidikan KLB.
b. Kelengkapan sarana dan tenaga di daerah.
c. Memperoleh ijin dan pengamanan.
.
G. Langkah-langkah Penanggulangan KLB
• Langkah 1 (Persiapan Investigasi dilapangan)
1. Investigasi : Pengetahuan ilmiahyang sesuai, perlengkapan dan
alat
2. Administrasi : Prosedur administrasi misalnya dokumen
perjalanan, uang tunai
3. Konsultasi : Peran masing- masing petugas yang turun ke
lapangan, tentukan langkah- langkah yang harus dilakukan
• Langkah 2 (Menentukan dan memastikan adanya wabah)
1. Menentukan apakah kasus yang ada sudah melampaui julmlah yang
diharapkan
2. Pembuktian adanya wabah
• Langkah 3 (Memastikan diagnosis)
1. Memastikan bahwa masalah telah benar didiagnosis dengan benar dan
sesuai dengan yang dilaporkan
2. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan.
• Langkah 4 (Tentukan dan identifikasi kasus)
1. Informasi klinis tentang penyakit.
2. Karakteristik tentang orang yang rentan.
3. Informasi mengenai lokasi dan tempat.
4. Spesifikasi waktu selama wabah terjadi.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 18/36
Penyelidikan kasus didefinisikan dalam 3 kelas , yaitu:
1. Kasus pasti
2. Kasus mungkin
3. Kasus meragukan
• Langkah 5 (Melakukan epidemiologi deskriptif)
1. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waku.
2. Gambaran kejadian wabah berdasarkan orang.
3. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat.
• Langkah 6 (Hipotesa)
1. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu
a. Bagaimana cara penularannya?
b. Apa saja faktor yang meningkatkan resiko tertular?
2. Wawancara dengan beberapa penderita
3. Mengumpulkan beberapa penderita untuk mecari kesamaan pemaparan
4. Kunjungi rumah penderita
5. Wwancara dengan petugas kesehatan setempat
• Langkah 7 (Kembangkan hipotesa)
Dugaan sementara
• Langkah 8 (Menilai Hipotesa)
Dengan membandingkan hipotesa dengan fakta yang ada
• Langkah 9 (Memperbaiki hipotesa dengan mengadakan penelitian
tambahan)
a. Penelitian epidemiologi (epidemiologi analitik)
b. Penelitian laboratorium dan lingkungan (pemeriksaan serum,
pemeriksaan tempat pembuangan tinja)
• Langkah 10 (Data tambahan)
Didapat dari hasil laboratorium
• Langkah 11 (Penelitian tambahan)
• Langkah 12 (Melaksanakan pengendalian dan pencegahan)
a. Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin
b. Upaya penanggulangan biasanya hanya diterapkan setelah sumber
wabah diketahui
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 19/36
c. Pada umumnya, upaya penangendalian diarahkan pada mata rantai
yang terlemah dalam penularan penyakit
d. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit,
sumbernya, atau reservoirnya.
• Langkah 13 (Menyampaikan hasil penyelidikan)
• Langkah 14 (Menindaklanjuti rekomendasi)
• Langkah 15 (Sebarluaskan)
H. TATALAKSANA PADA DEWASA DAN ANAK
a. Kasus ringan. Sebagian besar kasus akan sembuh dalam waktu satu
minggu. Penanganan pada kasus ringan tidak pemerlukan perawatan RS,
tidak memerlukan pemberian antivirus kecuali kasus dengan klaster serta
diberikan pengobatan simptomatik dan Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE) pada pasien dan keluarga. Pasien diamati selama 7 hari. Pengobatan
simptomatik diberikan sesuai gejala. Salisilat tidak boleh diberikan pada
anak di bawah 18 tahun dapat menyebabkan Reye Syndrome.
b.Kasus sedang. Perawatan di ruang isolasi dan diberikan antivirus.Dilakukan pemeriksaan RT-PCR hanya satu kali pada awal. Jika keadaan
umum dan klinis baik dapat dipulangkan dengan KIE. Jika terjadi
perburukan rawat ICU penatalaksanaan sesuai kasus berat (pengawasan
ketat tanda kegawatdaruratan misal pemeriksaan laktat dehidrogenase > 4,
analisis gas darah menunjukkan PaCO2 <30 mmHg, C-reactive protein
atau procalcitonine).
c. Kasus berat. Perawatan di ruang isolasi ICU/PICU/NICU dan diberikan
antivirus serta diperiksa RT-PCR satu kali pada awal. Pada influenza A
baru H1N1 yang berat dengan pneumonia gambarannya sama dengan
pneumonia pada flu burung.
d. Kasus berat pada anak Apabila terdapat pneumonia dan/atau ditemukan
gejala berbahaya / berat seperti tidak bisa minum, muntah terus menerus,
kebiruan di sekeliling bibir, kejang, tidak sadar , anak dibawah 2 tahun
dengan demam atau hipotermia, pneumonia luas (bilateral, multilobar),
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 20/36
gagal napas, sepsis, syok, kesadaran menurun, ARDS (sindroma sesak
nafas akut), gagal multi organ.
e. Kriteria rawat ICU Yaitu gagal napas (kriteria gagal napas: analisis gas
darah PaCo2 < 30 mmHg, frekuensi pernapasan > 30 x/m, pada anak
sesuai usia, rasio PaO2/FiO2 < 200 ARDS, < 300 ALI), syok (kriteria
syok: tekanan darah diastolic < 80 mmHg, pada anak takikardia, laktat
dehirogenase > 4, bila tersedia fasilitas).
Antiviral
Direkomendasikan pemberian Oseltamivir atau Zanamivir. Zanamivir
dapat diberikan pada kasus yang diduga resisten Oseltamivir atau tidak
dapat menggunakan Oseltamivir.
Pemberian antiviral tersebut diutamakan pada pasien rawat inap dan
kelompok risiko tinggi komplikasi.
Pengobatan dengan Zanamivir atau Oseltamivir harus dimulai sesegera
mungkin dalam waktu 48 jam setelah awitan penyakit.
Dosis pemberian Oseltamivir untuk dewasa adalah 2 x 75 mg selama 5
(lima) hari, dapat diperpanjang sampai 10 hari tergantung respons klinis.
Dosis pemberian Zanamivir untuk usia = 7 tahun dan dewasa adalah 2 x 10
mg inhalasi.
Dosis Oseltamivir pada anak, 2 mg/kg BB dibagi dalam 2 (dua) dosis atau
berdasarkan kisaran berat badan.
Berat Badan Dosis Oseltamivir
<15 Kg 30 mg (2x/hari)
15-23 Kg 45 mg (2x/hari)
24-40 Kg 60 mg (2x/hari)
>40 Kg 75 mg (2x/hari)
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 21/36
Rekomendasi Dosis Oseltamivir untuk anak <1 tahun
Usia Dosis Oseltamivir
<3 bulan 12 mg (2x/hari)
3-5 bulan 20 mg (2x/hari)
6-11 bulan 25 mg (2x/hari)
Perempuan hamil direkomendasikan untuk diberi Oseltamivir dan
Zanamivir.
Antiviral tidak direkomendasikan untuk profilaksis pada influenza A
(H1N1).
Antibiotik
Bila terjadi pneumonia maka antibiotik direkomendasikan untuk diberikan
berdasarkan evidence based dan pedoman pneumonia didapat masyarakat.
Antibiotik diberikan sesuai pedoman lokal.
Tidak direkomendasikan pemberian antibiotik profilaksis.
Rekomendasi antibiotik pada dewasa yang dianjurkan adalah golongan
beta-laktam atau sefalosporin generasi III, aminoglikosida atau
fluorokuinolon respirasi (levofloksasin atau moksifloksasin) kecuali untuk
anak.
Pada anak dengan pneumonia ringan dapat diberikan Ampicillin (100
mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis) dan bila klinis berat Ampicillin dapat
dikombinasikan dengan golongan Aminoglikosida yaitu Gentamisin
(7.5mg/kgBB/hr) atau Amikasin (15-25 mg/kgBB/ hr).
Kortikosteroid
Penggunaaan kortikosteroid secara rutin harus dihindarkan pada pasien
influenza A baru H1N1.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 22/36
Dapat diberikan pada syok septik yang memerlukan vasopresor dan diduga
mengalami adrenal insufisiensi. dapat diberikan dosis rendah hidrokortison
300 mg /hari dosis terbagi.
TATALAKSANA ICU PADA DEWASA
Kriteria perawatan di ruang rawat intensif (ICU) adalah semua pasien yang
memenuhi kriteria sepsis berat, syok septic, acute lung injury (ALI) dan
acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Gangguan fungsi napas yang memerlukan perawatan intensif atau kriteria
intubasi dan penggunaan ventilator sesuai dengan kriteria Pontoppida yang
dimodifikasi.
Bila memasuki untuk tindakan observasi ketat, fisioterapi dada dan terapi
oksigen sebaiknya pasien dirujuk ke ICU atau paling tidak di high care
unit .
Bila terjadi kecenderungan perburukan dalam waktu kurang dari 6 jam,
yang menunjukkan kebutuhan oksigen yang semakin meningkat untuk
mendapatkan SaO2 > 95%, maka pasien dirujuk ke ICU.
Pengelolaan umum di ICU
Pengobatan ARDS akibat infeksi virus influenza A (H1N1) baru harus
berdasarkan pada evidence based guideline seperti yang terdapat pada
rekomendasi Surviving Sepsis Campaingn 2008 yang sudah dipublikasikan:
- Resusitasi awal (dalam 6 jam pertama) pada pasien hipotensi atau
peningkatan serum laktat > 4 mmol/L dengan target atau tujuan resusitasi
yang telah ditentukan.
- Membuat diagnosis dengan melakukan pemeriksaan kultur sebelum
memulai pemberian antibiotika (tidak menunda pemberian antibiotika
secara bermakna). Melakukan pemeriksaan pencitraan (imaging) segera
untuk memastikan dan mencari sumber infeksi.
- Terapi antibiotik diberikan sesegera mungkin dan diberian dalam jam
pertama setelah diagnosis sepsis berat atau syok sepsis ditegakkan.
Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik spektrum luas. Mengevaluasi
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 23/36
ulang antibiotik setiap hari untuk menilai efikasi, mencegah resistensi dan
lainnya.
- Identifikasi sumber infeksi sesegera mungkin dalam 6 jam pertama dan
melakukan tindakan untuk mengatasinya. Memilih tindakan source control
yang menghasilkan efikasi maksimal dan gangguan fisiologi minimal.
- Terapi cairan. Resusitasi cairan dengan menggunakan kristaloid atau
koloid. Targer CVP = 8 mmHg (dengan ventilasi mekanik = 12 mmHg).
Menggunakan fluid challenge tehnique and memonitor bila terjadi
perbaikan. Laju pemberian cairan harus diturunkan jika terdapat
peningkatan tekanan pengisian jantung tanpa perubahan hemodinamik
secara bersamaan.
- Pemberian vasopresor untuk mempertahankan MAP = 65 mmHg. Pilihan
pemberian awal norepineprin dan dopamin adalah melalui vena sentral.
Tidak menggunakan dopamin dosis rendah untuk proteksi ginjal.
Menggunakan kateter arterial pada pasien yang menggunakan vasopresor.
- Terapi inotropik. Menggunakan dobutamin pada pasien dengan gangguan
miokard yang ditandai dengan peningkatan tekana pengisian jantung dan
curah jantung yang rendah. Jangan meningkatakan cardiac index untuk
mendapatkan level supranormal.
- Penggunaan steroid tidak direkomendasikan rutin pada infeksi H1N1 tapi
dosis rendah kortikosteroid dapat dipertimbangkan pada syok septik yang
memerlukan vasopresor dan diduga mengalami adrenal insufisiensi.
Hidrokortison lebih dipilih daripada deksametason. Dosis hidrokortiosn
sebaiknya < 300 mg/hari. Jangan menggunakan kortikosteroid untuk
menangani sepsis apabila tidak ada syok kecuali endokrin dan riwayat pemberian kortikosteroid memang terbukti diperlukan.
- Penggunaan rhAPC (Recombinant Human Activated Protein C). Saat ini
belum tersedia di Indonesia. Pertimbangkan rhAPC pada pasien dengan
gangguan fungsi organ yang diinduksi oleh sepsis dengan penilaian klinis
mempunyai risiko kematian tinggi (APACHE II = 25 atau kegagalan organ
multiple) jika tidak terdapa kontraindikasi. Pasien dewasa dengan sepsis
berat dan risiko kematian yang rendah (APACHE II < 20 atau kegagalan
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 24/36
organ tunggal) sebaiknya jangan diberikan rhAPC.
- Pemberian komponen darah apabila penurunan Hb sampai > 7.0 g/dL (<70
g/L) hingga mencapai 7.0-9.0 g/dL pada dewasa. Nilai Hb yang lebih tinggi
dibutuhkan pada keadaan tertentu (iskemia miokardial, hipoksemia berat,
perdarahan akut, penyakit jantung sianoss, asidosis laktat. Jangan
menggunakan terapi antitrombin.
- Ventilasi mekanik pada sepsis yang dipicu ALI/ARDS. Menggunakan
mode ventilator apa saja. Set ventilator setting untuk mencapai inisial Vt =
8 ml/kg prediksi BB. Set inisial laju napas mendekati volume baseline
(tidak lebih dari 35x/menit). Target volume tidal 6 ml/kg prediksi berat
badan pasien dengan ALI/ARDS. Target pH 7.30 – 7.45. Manajemen
asidosis (pH < 7.30). PaCO2 dapat ditingkatkan diatas normal. Jika
dibutuhkan untuk meminimalisir tekanan plateau dan volume tidal.Target
oksigenisasi PaO2 55-80 atau SpO2 88-95%. Pengaturan PEEP untuk
mencegah kolpas paru ekstensif pada ekspirasi akhir. Pasien dengan
ventilasi mekanik pertahankan posisi semirecumbent (bagian atas tempat
tidur dinaikkna sampai 45° ). Menggunakan protokol weaning dan SBT
secara teratur untuk mengevaluasi potensi penghentian ventilasi mekanik.
Jangan menggunakan kateter arteri plmonalis untuk monitor rutin pasien
ALI/ARDS. Mengunakan strategi cairan konservatif pada pasien ALI yang
tidak terbukti mengalami hipoperfusi jaringan.
- Sedasi, analgesia dan blok neuromuskular pada sepsis. Menggunakan
protokol sedasi dengan target sedasi untuk pasien ventilasi mekanik dalam
keadaan kritis. Dapat menggunakan sedasi bolus intermitten atau sedasi
infuse kontinu untuk mencapai titik akhir (skala sedasi) denganlightening/interupsi harian untuk mengembalikan kesadaran. Titrasi jika
dibutuhkan. Mencegah blok neuromuskuler jika memungkinkan. Monitor
kedalaman blok dengan train of four ketika menggunakan infuse kontinu.
- Mengontrol glukosa dengan menggunakan insulin IV untuk mengontrol
hiperglikemia pada pasien dengan sepsis berat setelah stabilisasi di ICU.
target gula darah < 150 mg/dL (8.3 mmol/L) menggunakan protokol
tervalidasi untuk pengaturan dosis insulin. Memberikan sumber kalori
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 25/36
glukosa dan monitor nilai gula darah setiap 1-2 jam (setiap 4 jam saat
stabil) pada pasien yang mendapatkan insulin IV. Intrepretasi glukosa darah
yang rendah secara hati-hati pada hasil pemeriksaan point of care testing ,
karena tehnik ini mungkin memberikan nilai yang lebih tinggi
(overestimate) dari nilai glukosa pada darah arteri atau plasma.
- Penggantian ginjal. Hemodialisis intermiten dan CVVH dianggap sama.
CVVH menawarkan manajemen yang lebih mudah pada pasien dengan
hemodinamik tidak stabil.
- Terapi bikarbonat. Jangan menggunakan terapi bikarbonat untuk tujuan
memperbaiki hemodinamik atau mengurangi kebutuhan vasopresor
sewaktu menangani asidosis laktat yang dipicu oleh hipoperfusi dengan pH
= 7.15.
- Profilaksis Deep Vein Thrombosis (DVT). Menggunakan unfractionated
heparin (UFH) dosis rendah atau low molecular weight heparin (LMWH),
kecuali ada kontraindikasi. Menggunakan peralatan profilaksis mekanik,
seperti compression stockings atau intermittent compression device, bila
heparin merupakan kontraindikasi.
-Profilaksis Stress Ulcer. Melakukan pencegahan stress ulcer dengan
menggunakan H2 bloker atau Proton pump inhibitor. Keuntungan
pencegahan perdarahan saluran cerna atas harus mempertimbangkan
potensi munculnya ventilator acquired pneumonia.
- Mempertimbangkan keterbatasan dukungan. Mendiskusikan rencana
perawatan lebih lanjut dengan pasien dan keluarga. Berikan
gambarangambaran seperti perkiraan hasil perawatan dan harapan yang
realistik.Kriteria keluar ICU
Setiap pasien yang dirawat di ICU dapat dikeluarkan setelah memenuhi
kriteria yaitu penyakit atau keadaan pasien dan cukup stabil sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut, terapi atau pemantauan
intensif tidak diharapkan bermanfaat atau tidak memberikan hasil (pasien
dengan mati batang otak, penyakit dengan stadium akhir). Dalam hal tersebut
pengeluaran pasien dari ICU dilakukan setelah memberitahu dan disetujui oleh
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 26/36
keluarga terdekat pasien, pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut
di ICU (keluar paksa).
TATALAKSANA ICU PADA ANAK
1. Indikasi untuk masuk ICU anak yaitu peningkatan Work of
Breathing (WOB), kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2 > 0.5, PaO2
menurun, PCO meningkat, PaO2/FiO22 < 300, gangguan sirkulasi yang
mengancam nyawa, kesadaran menurun atau kelainan neurologik lain,
gangguan metabolik berat dan gagal multiorgan.
2. Perawatan Jalan Nafas dan Respirasi
- Terapi oksigen dengan dengan alat non invasif seperti nasal kanul,
masker atau nasal CPAP, pertahankan saturasi = 90%.
- Jika memakai ventilasi mekanik, dianjurkan dengan pengaturan
awal sebagai berikut:
1. Mode : Pressure Control Ventilation (PCV).
2. Volume tidal : 6-8 ml/kgBB.
3. Titrasi PEEP > 5 cm Hr.
4. Respiratory Rate (RR) sesuai usia.
5. Tekanan Inspirasi : mulai dari 10 cm H22O.
6. FiO : 1.0 (100%)
3. Lakukan pemeriksaan analisis gas darah 30 menit setelah
pengaturan awal.
4. Pertahankan saturasi 88-95%.
5. Mempertahankan Sirkulasi yang Adekuat
-Pemberian cairan resusitasi berupa kristaloid atau koloid 20 ml/kgBB
dalam 5-10 menit dengan pemantauan pada tingkat kesadaran,
frekuensi denyut jantung, kualitas nadi, waktu pengisian kapiler < 3
detik, produksi urin > 1 ml/kgBB/jam, saturasi vena sentral > 70% dan
kadar laktat < 2 mmol/L.
-Vasopresor dan inotropik hanya digunakan setelah resusitasi cairan
yang adekuat.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 27/36
-Dopamin adalah pilihan pertama pada hipotensi yang refrakter
terhadap cairan.
-Pertahankan volume cairan tubuh normal dan pemantauan dengan
CVP.
-Pemberian kortikosteroid seperti hidrokortison atau metilprednisolon
1-2 mg/kgBB hanya diberikan bila terindikasi adanya insufisiensi
adrenal relatif.
6. Antibiotik
- Antibiotik empirik sesuai pedoman pengobatan di masyarakat dan
pedoman lokal.
-Sefalosporin generasi III: sefotaksim, seftazidim (25-50 mg/kgBB/hr
dibagi 3)
- Aminoglikosida: gentamisin (7,5mg/kgBB/hr), amikasin (15-25
mg/kgBB/ hari)
7. Pemberian Nutrisi
-Basal Metabolik rate sesuai umur
o 1 tahun : 55 kkal/kgBB/hari
o 5 tahun : 45 kkal/kgBB/hari
o 10 tahun : 38 kkal/kgBB/hari
- Kebutuhan energi sesuai berat badan
o < 10 kg : 100 kkal/kgBB/hari
o 10-20 kg : 1000 kkal + 50 kkal/kgBB/hari untuk berat diatas 10
kg
o > 20 kg : 1500 kkal + 20 kkal/kgBB/hari untuk berat diatas 20
kg
- Kontrol glukosa : 4-6 mg/kgBB/menit.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 28/36
Indikasi keluar ICU Anak
- Tidak membutuhkan tunjangan dan pemantauan ketat pernafasan
dan hemodinamik.- Kondisi pasien stabil minimal 24 jam.
SURVEILANCE
A. Definisi
Surveilance adalah suatu kegiatan pengamatan terus menerus terhadap
kejadian kesakitan dan faktor lain yang memberikan kontribusi yang
menyebabkan seseorang menjadi sakit.
Surveilans merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau
masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari
perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang mendErita sakit.
Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau
agen lain. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan
dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi,
dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit atau masalah kesehatan.
Surveilans demografi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan
terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan
tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan Umum
1. Mencegah meluasnya kejadian luar biasa (penanggulangan)
2. Mencegah terulangnya kejadian luar biasa di masa yang akan datang
(pengendalian)
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 29/36
Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang
mempunyai resiko terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.
2. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan
karakteristiknya.
3. Untuk menentukan reservoir dari infeksi
4. Untuk memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan bisa
berlangsungnya transmisi penyakit.
5. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
6. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara
penularannya, distribusinya, dll.
C. Manfaat
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan
pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.
Pada umumnya, surveilans epidemiologi menghasilkan informasi
epidemiologi yang akan dimanfaatkan dalam:
1. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan
evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit
menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilakukesehatan dan program kesehatan lainnya.
2. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan
keracunan serta bencana.
3. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program
surveilans epidemiologi di rumah sakit, misalnya surveilans epidemiologi
infeksi nosokomal, perencanaan di rumah sakit, dsb.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 30/36
Manfaat Surveilans Epidemiologi :
1. Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3. Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
4. Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya
5. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
6. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
7. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
8. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan
pelayanan kesehatan dimasa datang
9. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan
D. Tahap Persiapan Surveilans
1. Persiapan Internal
Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk
petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana
pendukung dan biaya pelaksanaan.
a. Petugas Surveilans
Untuk kelancaran kegiatan surveilans sangat dibutuhkan tenaga
kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans.
Petugas sebaiknya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat
Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan
persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat
diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas.Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman
adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan
Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini
bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap
adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 31/36
b. Pedoman/Petunjuk Teknis
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu
dibekali buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.
c. Sarana & Prasarana
Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan
surveilans seperti : kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD),
surveilans KIT, dll.
d. Biaya
Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya
diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan
alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa data, serta jika
dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.
2. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama
tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung
pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Pendekatan
kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka memahami dan
mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan iklim
yang kondusif bagi kegiatan surveilans . Dukungan yang diharapkan dapat
berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan
masyarakat untuk kegiatan surveilans.
Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan,
agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapatkelompok-kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat
diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.
3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri
Survei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan
petugas mampu mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan yang
menjadi problem di desanya. SMD ini harus dilakukan oleh masyarakat
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 32/36
setempat dengan bimbingan petugas kesehatan. Melalui SMD ini
diharapkan masyarakat sadar akan adanya masalah kesehatan dan ancaman
penyakit yang dihadapi di desanya, dan dapat membangkitkan niat dan
tekad untuk mencari solusinya berdasarkan kesepakatan dan potensi yang
dimiliki. Informasi tentang situasi penyakit/ancaman penyakit dan
permasalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD merupakan
informasi untuk memilih jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang
diselenggarakan di desa tersebut.
4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa
Kelompok kerja surveilans desa bertugas melaksanakan pengamatan dan
pemantauan setiap saat secara terus menerus terhadap situasi penyakit di
masyarakat dan kemungkinan adanya ancaman KLB penyakit, untuk
kemudian melaporkannya kepada petugas kesehatan di Poskesdes.
Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal dari kader Posyandu, Juru
pemantau jentik (Jumantik) desa, Karang Taruna, Pramuka, Kelompok
pengajian, Kelompok peminat kesenian, dan lain-lain. Kelompok ini dapat
dibentuk melalui Musyawarah Masyarakat Desa.
5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans
Setelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka tahap selanjutnya
adalah membuat perencanaan kegiatan, meliputi :
a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas kesehatan.
b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantau.
c. Lokasi pengamatan dan pemantauan.d. Frekuensi Pemantauan.
e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemamtauan.
f. Waktu pemantauan.
g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat.
E. Tahapan Pelaksanaan Surveilans
1. Pengumpulan Data
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 33/36
Dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang –
orang yang dicurigai ( Population at Risk ) melalui kunjungan rumah ( active
surveillance ) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan rutin dari sarana
pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas atau laporan dari
petugas surveilans di lapangan dan laporan dari masyarakat serta petugas
kesehatan lain ( pasive surveillance ).
Unsur yang diamati untuk pengumpulan data adalah (10 Elemen
Langmuir), yaitu :
1. Data Mortalitas
2. Data Morbiditas
3. Data Pemeriksaan Laboratorium
4. Laporan Penyakit
5. Penyelidikan Peristiwa Pwnyakit
6. Laporan Wabah
7. Laporan Penyelidikan wabah
8. Survey Penyakit, Vektor dan Reservoir
9. Penggunaan Obat, Vaksin dan Serum
10. Demografi dan Lingkungan
2. Pengolahan Data
Biasanya dilakukan secara manual atau dengan komputerisasi sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki.
3. Analisa Data dan Penyajian Data
Analisis dan penyajian data dilakukan oleh rumah sakit, tim investigasi diKabupaten, Propinsi maupun Nasional. Analisis dilakukan terhadap semua
laporan kasus atau informasi yang diterima dari rumah sakit, puskesmas,
masyarakat maupun media massa.
Penyajian data dalam bentuk Table (“dummy table”) seperti format
terlampir, Peta/spot map Kasus. Data dianalisis secara deskriptif menurut
variabel epidemiologi (waktu, tempat dan orang).
Analisa data dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 34/36
a. Analisa Deskriptif
Analisis Deskriptif dilakukan berdasarkan variabel orang, tempat dan
waktu sehingga diperoleh gambaran yang sistematis tentang penyakit yang
sedang diamatai. Visualisasi dalam bentuk Grafik, Tabel, Diagram yang
disertai Uraian/Penjelasan.
b. Analisa Analitik
Dilakukan dengan cara Uji Komparasi, Korelasi dan Regresi. Uji
Komparasi untuk membandingkan kejadian penyakit pada kondisi yang
berbeda. Uji Korelasi untuk membuktikan keterkaitan antara satu variabel
dengan variabel lainnya. Uji Regresi untuk membuktikan pengaruh suatu
variabel (kondisi) terhadap kejadian penyakit.
Kunci keberhasilan : Data lengkap, Cepat, Tahu cara memanfaatkannya.
Tahap – tahapnya meliputi :
• Coding : membuat kode – kode dari data yang ada
• Editing : melengkapi dan memperjelas tulisan
• Entry : memasukkan dalam program pengolahan data
• Pengolahan secara Diskriptif, Analitik.
Analisis yang dilakukan minimal dapat menjawab hal-hal sebagai berikut :
• Besarnya masalah.
Risiko kemungkinan penularan terhadap tenaga kesehatan, anggota
keluarga lain maupun masyarakat (sekolah, tempat bekerja, dan kelompok
masyarakat lainnya).
4. Penyebaran Informasi
Sasaran : Instansi terkait baik secara vertikal maupun horisontal.
Tujuan : Untuk memperoleh kesepahaman dan feedback dalam perumusan
kebijakan.
Manfaat : Mendapatkan respon dari instansi terkait sebagai feed back,
tindak lanjut dan kesepahaman.
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 35/36
Metode : Tertulis dan deseminasi laporan, verbal dalam rapat, media cetak
dan elektronik.
Alur Pelaporan Kasus
MENKE
S
Masyarakat
WILKER
KKP
K K P
INDUK DINKES
KAB/
KOTA
DINKES
PROPINS
I
DITJEN
PP&PL
(Posko
KLB)
RS Non
Rujukan
PUSKESMAS
RS
Rujukan
Alur Pelaporan
Garis Koordinasi
5/9/2018 Makalah Kelar Case 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelar-case-2 36/36
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Timmreck, Thomas C. 2005. EPIDEMIOLOGI: Suatu Pengantar . Jakarta:
EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan influenza A baru H1N1 (online). www.google.com. [diakses 2
Juni 2011]
Erosidewi. 2010. Langkah-langkah Pencegahan Wabah Penyakit KLB
(online). http://www.erosadewi.wordpress.com/2010/12/16/. [diakses 2 Juni
2010]
Himapid. 2008. Surveilans Epidemiologi (online).
http://himapid.blogspot.com/2008/10/surveilans-epidemiologi.html. [diakes 31
Mei 2011]
Persakmita. 2009. Konsep Dasar Kejadian Luar Biasa (online).
http://persakmita.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-kejadian-luar-biasa-klb-
by.html . [diakses 1 Juni 2011]
WHO. 2011. Fase Waspada Pandemi Flu Burung H5N1 oleh WHO
(online).http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/phase/en/. [diakses 1 Juni
2011]
Wikipedia. 2010. Kejadian Luar Biasa (online).
http://id.wikipedia.org/wiki/Kejadian_Luar_Biasa. [diakses 2 Juni 2011]