46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arteri terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta, yang keluar langsung dari ventrikel kiri jantung. Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung sebagai aorta ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan yaitu arcus aorta sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Arcus aorta memiliki tiga percabangan yaitu: 1. Brachiocephalic/a.anonyma. Arteri ini akan bercabang menjadi a.carotis communis dextra, a.subclavia dextra dan a.thyroidea ima (yang mendarahi kelenjar thyroid bagian inferior. 2. carotis communis sinistra 3. subclavia sinistra. Aorta dan Cabang-cabangnya Setiap a.carotis communis (baik dextra maupun sinistra) akan bercabang menjadi carotis interna (yang mendarahi otak) dan carotis externa (yang mendarahi wajah, mulut, rahang dan leher) . Sedangkan setiap subclavia (baik dextra dan sinistra) akan bercabang antara lain menjadi vertebralis (mendarahi otak dan medula 1

Makalah Aneurisma Aorta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kmb

Citation preview

Page 1: Makalah Aneurisma Aorta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arteri terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta,  yang keluar langsung dari

ventrikel kiri jantung. Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung sebagai aorta

ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan yaitu arcus

aorta sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Arcus aorta memiliki tiga

percabangan yaitu:

1. Brachiocephalic/a.anonyma. Arteri ini akan bercabang menjadi a.carotis

communis dextra,  a.subclavia dextra dan a.thyroidea ima (yang mendarahi

kelenjar  thyroid bagian inferior.

2. carotis communis sinistra

3. subclavia sinistra.

Aorta dan Cabang-cabangnya

Setiap a.carotis communis (baik dextra maupun sinistra) akan bercabang menjadi carotis

interna (yang mendarahi otak) dan carotis externa (yang mendarahi wajah, mulut,

rahang dan leher) . Sedangkan setiap subclavia (baik dextra dan sinistra) akan bercabang

antara lain menjadi vertebralis (mendarahi otak dan medula spinalis). Kedua vertebralis

(dextra dan sinistra) akan menyatu menjadi arteri-arteri spinal yang segmental, dan

sebelum naik ke otak akan membentuk basilaris. basilaris lalu bercabang menjadi

cerebralis posterior dan beranastomosis dengan communicating posterior dan cerebralis

anterior membentuk circulus Willisi yang khas di otak. subclavia sendiri tetap berjalan ke

ekstremitas atas sebagai aksilaris dan mempercabangkan  subscapularis, yang mana akan

mempercabangkan circumflexa scapulae. Selain itu, subclavia juga akan bercabang

menjadi mammaria interna (memperdarahi dinding dada depan dan kelenjar

susu),thyrocervicalis dan acostocervical. Cabang dari thyrocervical adalah thyroidea

1

Page 2: Makalah Aneurisma Aorta

inferior yang mendarahi kelenjar thyroid, suprascapular(transversa

scapulae) dan transversa colli (transversa cervical).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

a. Apakah Aneurisma Aorta?

b. Bagaimana pengobatan Aneurisma Aorta?

c. Bagamana ASKEP masalah tersebut?

d. Bagaimana cara pencegahan masalah tersebut?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui beragam informasi tentang Aneurisma Aorta

2. Tujuan Khusus:

a) Mahasiswa mengetahui definisi Aneurisma Aorta

b) Mahasiswa mengetahui etiologi Aneurisma Aorta

c) Mahasiswa mengetahui Manifestasi Klinis Aneurisma Aorta

d) Mahasiswa mengetahui klasifikasi Aneurisma Aorta

e) Mahasiswa mengetahui patofisiologi Aneurisma Aorta

f) Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan Aneurisma Aorta

g) Mahasiswa mengetahui komplikasi Aneurisma Aorta

h) Mahasiswa mengetahui diagnostik Aneurisma Aorta

i) Mahasiswa mengerti ASKEP Aneurisma Aorta

D. Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan metode penulisan studi kepustakaan. Yaitu dengan

membaca, dan memahami kepustakaan serta sumber lain yang berhubungan dengan

masalah pada makalah ini.

2

Page 3: Makalah Aneurisma Aorta

E. Sistem Penulisan

BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan, metode, dan

sistematika penulisan.

BAB II Pembahasan, yang meliputi penjabaran pengertian pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, intervensi

BAB III Pembahasan Kasus

BAB IV Penutup, kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: Makalah Aneurisma Aorta

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Aorta

Aorta berada sebagai bagian atas dari ventrikel, dimana diameternya sekitar 3 cm,

dan setelah naik (ascending) untuk jarak yang pendek, ia melengkung (arch) kebelakang

dan ke sisi kiri, tepat pada pangkal paru kiri, kemudian turun (descending) dalam thorax

pada sisi kiri kolumna vertebralis, masuk rongga abdomen lewat hiatus diafragmatikus,

dan berakhir, dimana diameternya mulai berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra

lumbalis ke IV, ia bercabang menjadi arteri iliaca comunis dekstra dan sinistra. Dari

uraian diatas maka aorta dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta ascenden,

arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica dan aorta

abdominalis.

Cabang-cabang Aorta

1. Aorta Ascendens

Panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari basis ventrikel kiri, setinggi

batas bawah kartilago kosta ke III dibelakang kiri pertengahan sternum; ia melintas

keatas secara oblik, kedepan, dan kekanan, searah aksis jantung, setinggi batas atas

dari kartilago kosta ke II. Pada pangkal asalnya, berlawanan dengan segmen valvula

aortikus, terdapat tiga dilatasi kecil disebut sinus aortikus. Saat pertemuan aorta

ascenden dengan arcus aorta caliber pembuluh darah meingkat, karena bulging

dinding kanannya. Segmen dilatasi ini disebut bulbus aortikus, dan pada potongan

transversal menunjukkan bentuk yang oval. Aorta ascenden terdapat dalam

pericardium.

Batas-batas—aorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria pulmonalis dan

aurikula dekstra, dan, lebih tinggi lagi, terpisah dari sternum oleh pericardium, pleura

kanan, margo anterior dari pulmo dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan

timus; di posterior ia bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonary dekstra.

4

Page 5: Makalah Aneurisma Aorta

Pada sisi kanan, ia berdekatan dengan vena cava superior dan atrium dekstra; pada

sisi kiri dengan arteri pulmonary.

satu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah arteria coronaria yang mensuplai jantung;

muncul dekat commencement aorta tepat diatas pangkal valvula semilunaris.

2. Arcus Aorta

Dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada sisi kanannya, dan

berjalan keatas, kebelakang, dan ke kiri di depan trachea, kemudian mengarah ke

belakang pada sisi kiri trachea dan akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh pada setinggi

vertebra thoracic ke IV, pada batas bawahnya dan kemudian berlanjut menjadi aorta

descenden. Sehingga terbentuk dua kurvatura, satu dimana ia melengkung keatas, yang

kedua dimana ia melengkung kedepan dan kekiri. Batas atasnya kira-kira 2,5 cm

dibawah batas superior manubrium sterni.

Batas-batas—arcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan margo anterior

dari pulmo; dan dengan sisa dari timus. Saat pembuluh melinta ke belakang sisi

kirinya bersentuhan dengan pulmo sinistra dan pleura. Melintas ke bawah pada sisi kiri

bagian tersebut pada arcus terdapat 4 nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus

superior cabang nervus vagus sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus

5

Page 6: Makalah Aneurisma Aorta

simpatikus sinistra, dan trunkus vagus sinistra. Saat nervus terakhir tadi melintasi

arcus ia memberikan cabang recurrent, yang melingkar dibawah pembuluh dan

melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik keatas dan kedepan

pada sisi kiri arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus. Pada sisi kanan terdapat

plexus cardiacus profunda, nervus recurrent sinistra, esophagus, dan ductus thoracicus;

trachea berada dibelakang kanan dari pembuluh. Diatas adalah arteri innominata,

carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang mncul dari lengkungan

arcus dan bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata sinistra.

Dibawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronchus sinistra, ligamentum

arteriosum, bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra.

Ligamentum arteriosum menghubungkan arteri pulmonary sinistra dengan arcus aorta.

Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus, lumen aorta bayi

sedikit menyempit, membentuk bangunan yang disebut sebagai isthmus aorticus, yang

pada saat diatas ductus arteriosus pembuluh membentuk dilatasi yang disebut aortic

spindle. Arcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh darah: arteri  innominata,

carotis comunis sinistra, dan subclavia sinistra

3. Aorta Desenden

Dibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat melewati dua rongga

besar tubuh.

a.    Aorta thoracalis 

Terdapat dalam cavum mediatinum posterior. Dimulai pada batas bawah dari vertebra

thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari arcus aorta, dan berakhir di depan

batas bawah dari vertebra thoracic ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam

perjalanannya ia terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis; ia mendekati garis tengah

saat turun; dan, saat terminasinya berada tepat didepan kolumna vertebralis.

6

Page 7: Makalah Aneurisma Aorta

Batas-batas—anterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal pulmo sinistra,

pericardium, esophagus, dan diafragma; posterior, dengan kolumna vertebralis dan

vena hemiazigos; sisi kanan, dengan vena azigos dan ductus thoracicus; sisi kiri,

dengan pleurae dan pulmo sinistra.

b.    Aorta Abdominalis

Dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah dari korpus vertebrae

thoracic terakhir, dan, turun didepan kolumna vertebralis, berakhir pada korpus

vertebra lumbalis ke IV, sedikit kekiri dari garis tengah tubuh, kemudian terbagi

menjadi dua arteri iliaca comunis. Aorta semakin berkurang ukurannya dengan

semakin banyak ia mempercabangkan pembuluh darah.

7

Page 8: Makalah Aneurisma Aorta

Batas-batas—aorta abdominalis dibatasi, anterior, oleh omentum minus dan gaster,

dibelakang cabang dari arteri celiaca dan plexus celiaca; dibawah vena lienalis,

pankreas, vena ranalis sinistra, bagian inferior dari duodenum, pleksus mesenterium

dan pleksus aortikus. Posterior, dipisahkan dari vertebrae lumbalis dan fibrokartilago

intervertebrae oleh ligamentum longitudinalis anterior dan vena lumbalis sinistra. Pada

sisi kanan terdapat vena azygos, cisterna chyli, ductus thoraksikus, crus dekstra

diafragma yang memisahkan aorta dari bagian atas vena cava inferior dan dari

ganglion celiaca dekstra; vena cava inferior bersentuhan dengan aorta dibawahnya.

Pada sisi kiri adalah crus sinistra diafragma, ganglion celiaca sinistra,bagian ascending

dari duodenumdan sedikit bagian intestinum.

B. Konsep Aneurisma Aorta

1. Definisi Aneurisma Aorta

Aneurisma: Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani “aneurysma” berarti

pelebaran. Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar

secara abnormal atau mengembang (over-inflated) seperti balon yang menonjol

keluar. Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih dari 50% diameter pembuluh

darah. Aneurisma sering terjadi pada arteri di basis otak (circulus Willisi) dan di

aorta. Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya karena dapat ruptur dan

menyebabkan kematian kapan saja.

Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunica intima, sering

disebut intima. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothelial. Berdekatan dengan

lapisan ini adalah tunica media, disebut juga lapisan media terutama dibentuk oleh sel

otot polos dan and jaringan elastik. Lapisan paling luar disebut tunica adventitia atau

adventitia, tersusun oleh jaringan ikat (gb. 9).

8

Page 9: Makalah Aneurisma Aorta

Gambar: Histologi aorta (kanan: perbesaran lemah; kiri: perbesaran kuat)

Aneurisma aorta: adalah aneurisma yang melibatkan aorta. Seperti yang telah

diuraikan diatas bahwa aorta adalah pembuluh darah besar utama yang berasal dari

jantung yang mensuplai darah ke abdomen, pelvis, dan tungkai bawah. Aorta disebut

sebagai aorta thoracica saat ia meninggalkan jantung, ascenden, melengkung (arcus),

dan descenden lewat rongga thorak hingga mencapai diafragma (pemisah antara

rongga thorak dan abdomen), aorta mulai disebut sebagai aorta abdominalis setelah ia

melewati diafragma dam berlanjut turun ke abdomen yang terpisah menjadi dua arteri

iliaca yang turun ke tungkai bawah. Aorta dapat mengalami aneurisma, dan biasanya

terjadi pada abdomen dibawah ginjal (abdominal aneurysm), tetapi dapat juga terjadi

di rongga thorak (thoracic aneurysm). Hal tersebut dapat terjadi jika dinding aorta

menjadi lemah karena deposit lemak (plak) pada atherosclerosis. Aneurisma juga

dapat terjadi sebagai penyakit yang diturunkan seperti Marfan syndrome.

Beberapa lokasi yang sering terjadi aneurisma antara lain:

1. Aorta (abdominal aortic aneurysm dan thoracic aortic aneurysm)

2. Otak (cerebral aneurysm)

3. Tungkai bawah (popliteal artery aneurysm)

9

Page 10: Makalah Aneurisma Aorta

4. Usus (mesenteric artery aneurysm)

5. Splenic artery aneurysm

Diseksia Aorta

Diseksi aorta adalah pemisahan lapisan-lapisan pembuluh darah oleh kolom-

kolom darah. Pemisahan pembuluh darah ini menimbulkan lumen arteria palsu, yang

berhubungan dengan lumen sejati melalui robekan pada intima. Diseksi tidak meluas

melingkari seluruh sirkumferensia pembuluh darah; tetapi memanjang sepanjang

pembuluh darah. Perluasan ini dapat menyumbat pembuluh darah pada bagian yang

mengalami diseksi, baik secara total atau parsial dengan cara memisahkan muara

pembuluh dengan lumen sejati. Pada akhirnya lumen palsu dapat menimbulkan

pembesaran aneurisme dari lapisan pembuluh darah luar tetapi, pembentukan

aneurisme bukanlah ciri dari fase awal diseksi. Karena itu, istilah diseksi aneurisme

adalah suatu pemberian nama yang tidak tepat, walaupun istilah ini sering dipakai

sebagai sinonim dari diseksi aorta.

Diseksi aorta dicirikan menurut usia dan lokasi anatomi. Diseksi yang diketahui

dalam 2 minggu setelah awitan digolongkan sebagai diseksi akut jika diperlukan lebih

dari 2 minggu, diseksi ini dianggap kronik. Karena angka kematian tertinggi untuk

aneurisme yang tidak diobati adalah dalam 2 minggu pertama, maka prognosis diseksi

kronik jauh lebih baik dari pada diseksi akut.

10

Page 11: Makalah Aneurisma Aorta

Aneurisme tipe I berasal dari aorta asendens tepat di atas katup aorta dan meluas

ke distal menuju aorta abdominalis. Aneurisme tipe II terbatas hanya pada aorta

asendens. Aneurisme tipe III mulai dari aorta desendens tepat distal dari arteria

subklavia kiri dan dapat meluas ke distalmenuju bifurkasio aorta. Sistem lain yang

sering dipakai untuk klasifikasi aneurisme berdasarkan anatomi adalah dengan

menggabungkan aneurisme tipe I dan tipe II sebagai aneurisme proksimal berasal dari

aorta asendens, dibedakan dengan aneurisme tipe III sebagai aneurisme distal yang

berawal dari aorta desendens. Aterosklerosis sering ditemukan pada diseksi distal.

(Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995).

2. Klasifikasi Aneurisma Aorta

Berdasarkan morfologi, aneurisma aorta dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Fusiform aortic aneurysm : bentuknya lebih baik, dilatasinya simetris pada

sekeliling dinding aorta, dan bentuknya lebih sering ditemukan.

2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong yang menonjol keluar dan

berhubungan dengan dinding aorta melalui leher yang sempit.

3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm : merupakan akumulasi darah

ekstravaskuler disertai disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah. Dindingnya

merupakan trombus dan jaringan yang berdekatan.

Berdasarkan lokasi, aneurisma aorta dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta abdominalis, biasanya

mulai dari bawah arteri renalis dan meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang

melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteri renalis untuk

melibatkan cabang-cabang viseral mayor aorta.

11

Page 12: Makalah Aneurisma Aorta

2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta toraks, bagian-bagian

yang mengalami pelebaran biasanya pada ascending aorta di atap katup aorta,

aortic arch, dan descending thoracic aorta di luar arteri subklavia kiri.

3. horacoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya pada aorta desendens

yang secara bersamaan melibatkan aorta abdominalis.

3. Tanda dan Gejala Aneurisma Aorta

Gejala dari kondisi ini berbeda secara signifikan, tergantung pada lokasinya.

Misalnya, gejala aneurisma otak berbeda dari aneurisma aorta. Dalam kasus

aneurisma otak kecil, gejala mungkin tidak selalu terlihat dan kondisi ini umumnya

terdeteksi selama tes dan pemeriksaan yang dilakukan untuk kondisi lain. Terkadang,

sejumlah kecil darah dapat bocor dari aneurisma dan menyebabkan sakit kepala hebat

yang datang tiba-tiba. Gejala Aneurisma Aorta mungkin tidak menunjukkan gejala

apapun pada tahap awal. Biasanya, gejala dapat diamati ketika aneurisma tumbuh

semakin besar. Aneurisma yang terdapat di perut atau aneurisma aorta perut dapat

menyebabkan nyeri di dekat pusar, yang dapat menyebar ke punggung. Gejala lain

meliputi pembengkakan perut, sensasi berdenyut di perut, mual dan muntah, dan

denyut jantung yang cepat.

Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa

gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur

aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic

dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba.

Aneurisma aorta abdominalis

Aneurisma asimptomatik—aneurisma ini biasanya ditemukan saat pemeriksaan

fisik rutin dengan dideteksinya pulsasi aorta yang prominen. Lebih sering aneurisma

asimptomatik ditemukan sebagai penemuan insidental saat pemeriksaan USG

abdomen atau CT scan. Denyut perifer biasanya normal, tetapi penyakit arteri oklusif

pada renal atau ekstremitas bawah sering ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma

arteri popliteal terdapat pada 15% kasus pasien dengan aneurisma aorta abdominalis.

12

Page 13: Makalah Aneurisma Aorta

Aneurisma simptomatik—nyeri midabdominal atau punggung bawah atau

keduanya dan adanya pulsasi aorta prominen dapat mengindikasikan pertumbuhan

aneurisma yang cepat, ruptur, atau aneurisma aorta inflamatorik. Aneurisma

inflamatorik terhitung kurang dari 5% dari aneurisma aorta dan dikarakteristikkan

dengan inflamasi ekstensif periaortic dan retroperitoneal dengan sebab yang belum

diketahui. Pada pasien ini terdapat demam ringan, peningkatan laju endap darah, dan

riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang baru saja; pasien sering sebagai perokok

aktif. Infeksi aneurisma aorta (baik dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi

bakteri aorta normal dari aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus

diperkirakan pada pasien dengan aneurisma sakular atau aneurisma yang bersamaan

dengan fever of unknown origin.

Ruptur aneurisma—pasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada punggung,

abdomen, dan flank serta hipotensi. Ruptur posterior terbatas pada retroperitoneal

dengan prognosis yang lebih baik daripda ruptur anterior ke rongga peritoneum. 90%

meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Satu-satunya kesempatan untuk menolong

adalah perbaikan bedah emergensi.

Gejala ruptur antara lain:

1. Sensasi pulsasi di abdomen

2. Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri dapat menjalar

ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah.

3. Abdominal rigidity

4. Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan, dapat

menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah

5. Ansietas

6. Nausea dan vomiting

7. Kulit pucat

8. Shock

9. Massa abdomen

13

Page 14: Makalah Aneurisma Aorta

4. Penyebab Aneurisma Aorta

Penyebab kondisi ini tidak diketahui dengan pasti. Setelah melahirkan, wanita juga

bisa mengalami aneurisma yang disebut aneurisma congenital, Beberapa factor yang

dapat mengalami aneurisma yang meliputi tekanan darah tinggi, aterosklerosis,

tingkat tinggi serum kolesterol, trauma atau cedera, merokok dan penggunaan

tembakau, infeksi darah, usia tua, penyakit ginjal polikistik, alkoholisme, diabetes,

dan riwayat keluarga.

5. Etiologi

Tempat terbentuknya aneurisme yang paling sering adalah aorta abdominalis.

Aneurismne aorta abdominalis biasanya mulai dari bawah arteria renalis dan meluas

ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteria iliaka. Aneurisme ini jarang

meluas keatas ke arteria renalis, melibatkan cabang-cabang visera mayor dari aorta.

Kebanyakan aneurisme abdominalis berasal dari proses arterosklerotik. Aneurisme

torasika dapat menyerang aorta torasika desendens dibawah arteria subklavia kiri ,

aorta asendens di atas katup aorta paling terserang. Arteosklerosis dan trauma adalah

sebab-sebab yang paling sering. Trauma dada, biasanya pada kecelakaan kendaraan

bermotor, dapat menyebabkan ruptura lapisan intimia dan media aorta desendens

tinggi ligamentum ateriosus. Ligamentum arteriosus meningkat aorta pada suatu titik

tertentu. Pada saat laju kendaraan terhenti dengan mendadak, struktur-struktur lain

dalam thoraks masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh

ligamentum arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat menyebabkan robekan

pada lapisan-lapisan pembulu darah. (Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995).

Abdominal aortic aneurysm paling sering disebabkan oleh aterosklerosis. Namun

pada dasarnya, penyebab abdominal aortic aneurysm dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Penyebab yang tidak dapat dikontrol seperti penyakit genetik (Marfan syndrome,

Ehlers-Danlos syndrome, congenital defect) dan enzyme destruction.

14

Page 15: Makalah Aneurisma Aorta

2. Penyebab yang dapat dikontrol yaitu kondisi yang dipengaruhi oleh gaya hidup

(aterosklerosis, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, dan trauma benda

tumpul).

Sama dengan abdominal aortic aneurysm, aneurisma pada toraks juga sering

disebabkan oleh aterosklerosis. Selain itu thoracic aortic aneurysm juga disebabkan

oleh congenital defect pada dinding aorta, hipertensi, merokok, infeksi, dan trauma

dada. Trauma dada biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat

menyebabkan ruptur tunika intima dan media aorta desendens pada ligamentum

arteriosus. Ligamentum arteriosus mengikat aorta pada suatu titik tertentu, sehingga

pada saat laju kendaraan berhenti mendadak, struktur-struktur dalam toraks masih

bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh ligamentum arteriosus tetap pada

tempatnya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya robekan pada tunika-tunika

pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal sebagai trauma karena

perlambatan. Tunika adventisia dapat tetap utuh, walaupun dapat pula terjadi ruptur

atau berkembang menjadi aneurisma palsu. Penyakit pada arkus biasanya disebabkan

oleh aterosklerosis. Nekrosis media kistik seperti sindroma Marfan, paling berat pada

aorta asendens dan sering kali menyebabkan pembentukan aneurisma.

Sedangkan pada aneurisma torakoabdominalis, paling sering disebabkan oleh

proses degeneratif (degenerasi miksomatosa, aorta senile). Penyebab lainnya yaitu

diseksi, Marfan syndrome (cystic medial necrosis), Ehlers-Danlos syndrome, infeksi

jamur, aortitis (Takayasu), dan trauma.

6. Patofisiologi

Pembentukan aneurisme timbul akibat degenerasi dan melemahnya lapisan media

arteria. Degenerasi media dapat terjadi karena keadaan-keadaan kongenital atau di

dapat, seperti arterosklerosis, atau Syndrome Marfan. Dilatasi vaskular dapat pula

terjadi akibat efek semprotan aliran darah melalui suatu plak vaskular yang

menyumbat, menimbulkan aliran turbulen di distal lesi : dilatasi paska-stenosis ini

melemahkan dinding arteria. Disamping sebab-sebab yang diketahui ini interaksi dari

berbagai macam faktor dapat menjadi predisposisi pembentukan aneurisme. Aliran

15

Page 16: Makalah Aneurisma Aorta

turbulen pada daerha bifurkasio dapat ikut meningkatkan insiden aneurisme ditempat-

tempat tertentu juga di kemukakan bahwa suplay darh ke pebuluh darah melalui vasa

vasorum dapat terganggu pada usia lanjut, memperlemah lapisan media dan menjadi

predisposisi pembentukan aneurisme. Apapun penyebabnya, aneurisme akan menjadi

semakin besar menurut hukum Laplace. Tegangan atau tekanan dinding berkaitan

langsung dengan radius pembuluh darah dan tekanan intra arteria. Dengan melebarnya

pembulu darah dan penambahan radius, maka tegangan dinding pun meningkat,

sehingga membuat dilatasi dinding yang lebih lanjut. Selain itu, sebagian besar

individu yang mengalami aneurisme juga menderita ptekanan darah tinggi, penyakit ini

ikut menambah tekanan dinding dan pembesaran aneurisme. Konstribusi dari ukuran

arteria terhadap pembentukan aneurisme juga sudah dipikirkan . individu-individu

dengan arteria utama yang besar, atau arteriomegali, dan permukaan tubuh yang luas

cenderung memiliki insiden aneurisme yang lebih tinggi. Telah diajukan bahwa

peningkatan aliran darah aorta dapat berpengaruh pada perkembangan aneurisme.

Aneurisme sering membentuk lapiusan-lapisan bekuan darah disepanjangn dindingnya

akibat aliran yang lambat. Trombi mural merupakan sumber emboli dan trombosis

aneurisme spontan yang potensial. (Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995).

Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah.

Hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit.

Apabila timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya.

Faktor resiko meliputi prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh

penderita mengalami hipertensi.

Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi

robekan pada intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi.

Aneurisma diseksi sering dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol.

Aneurisma diseksi disebabkan oleh ruptur lapisan intima mengakbitkan darah

mengalami diseksi di lapisan media. Ruptur dapat terjadi melalui adventisia atau di

dalam lumen melalui lapisan intima, sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke

jalur utamanya, mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan

oklusi cabang-cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur

ke luar.

16

Page 17: Makalah Aneurisma Aorta

Pathway

17

Page 18: Makalah Aneurisma Aorta

7. Manifestasi Klinis

Aneurisme sering kali asimtomatik. Tanda pertama dari penyakit ini berupa suatu

komplikasi gawat yang mengancam jiwa seperti ruptura, trombosis akut atau

embolisasi. Aneurisme abdominalis mungkin dapat dideteksi suatu pemeriksaan

abdomen sebgai suatu massa biasanya berlokasi di regio umbilikalis di kiri garis

tengah. Gejala-gejalanya biasanya buruk, menandakan perluasan aneurisme,

perdarahan retroperitoneal kronik, atau ruptura yang mengancam. Dapat juga

ditemukan nyeri punggung atau abdomen yang berat. Obstruksi duodenum akibat

aneurisme yang besar dapat bermanifestasi sebagai rasa tidak enak di epigastrium atau

kesulitan dalam pencernaan makanan. Aneurisme torasika harus cukup besar untuk

dapat menimbulkan gejala; akibatnya,aneurisme mungkin baru ditemukan secara

kebetulan pada pemeriksaan radiogram dada. Jika benar-benar timbul gejala, biasanya

disebabkan oleh perluasan dan kompresi pada struktur-struktur yang berdekatan.

Ruptura aneurisme sangat berbahaya dengan prognosis yang buruk. Ruptura ke

rongga perikardium menyebabkan perdarahan; tetapi biasanya ruptura akan masuk ke

ruang retropertoneal di mana timbul efek tamponade pada struktur-struktur yang

berdekatan. Secara khas ruptura akan disertai nyeri abdomen atau punggung akut yang

timbulnya berkaitan dengan tanda-tanda renjatan karena perdarahan. Dapat teraba masa

abdomen yang berpulsasi, walaupun setelah terjadi ruptura mungkin tidak teraba lagi.

Perlu segera dilakukan reseksi bedah. (Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995)

Manifestasi klinis bervariasi, tergantung pada lokasi dan luasnya diseksi; akan

tetapi, awitan cenderung timbul mendadak dan berat. Nyeri secara khas, berat dan

18

Page 19: Makalah Aneurisma Aorta

merobek-robek. Mula-mula terdapat pada dada, abdomen, atau punggung, tetapi dengan

semakin meluasnya diseksi, memancar ke punggung dan ke distal sampai ekstremitas

bawah. Sering ada tanda-tanda renjatan walaupun tekanan darah cenderung meninggi,

hal ini disebabkan oleh hipertensi yang sudah diderita sebelumnya.

Dengan berkembangnya diseksi, cabang-cabang arteria menjadi teroklusi disertai

hilangnya denyut nadi dan tanda-tanda disfungsi organ; anuria dapat timbul akibat

keterlibatan arteria renalis, atau timbul iskemia ekstremitas bawah akibat oklusi arteria

iliaka. Ruptura adalah penyebab kematian yang paling sering. (Sylvia A. Price Lorraine

M. Wilson,1995)

a. Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:

1. Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi

2. Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada

lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan

3. Nadi perifer lemah atau asimetris

b. Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :

1. Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)

2. Keluhan-keluhan perasaan ”denyut jantung” pada abdomen bilang terlentang

3. Nyeri punggung bawah atau abdomen

4. Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop

c. Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa

terhadap struktur intratorakal) :

1. Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada

posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana pemisah

berlanjut

2. Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan

3. Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)

4. Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)

5. Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

19

Page 20: Makalah Aneurisma Aorta

8. Penatalaksanaan

a. Farmako terapi :

1. Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg

atau kurang

2. Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta

dengan menurunkan kontraktilitas miokard.

3. Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma

atau pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi

eksisi dan pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik

untuk memperbaiki kontinuitas vaskular.

9. Perawatan Aneurisme Aorta

1. Operatif

a. Bedah elektif.

Keputusan untuk melakukan operasi pada pasien aneurisma asimtomatik

bergantung dari risiko aneurisma tersebut mengalami ruptur. Pembedahan elektif

dilakukan bila diameter lebih dari 50 mm.

Komplikasi dini yang terjadi setelah operasi elektif meliputi iskemia jantung,

aritmia, dan gagal jantung kongestif (15%), insufisiensi pulmonal (8%),

kerusakan ginjal (6%), perdarahan (4%), tromboemboli distal (3%), dan infeksi

luka (2%).

b. Bedah darurat

Pasien dengan dugaan ruptur aneurisma perlu dipertimbangkan dilakukan

bedah darurat. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian selama

pembedahan adalah usia lebih dari 80 tahun, kesadaran menurun, konsentrasi Hb

rendah, cardiac arrest, penyakit kardiorespiratori parah.

20

Page 21: Makalah Aneurisma Aorta

c. Bedah Konvensional

Bedah konvensional adalah dengan menggunakan graft prosthetic.

Pemasangan graft dinilai efektif, dan kematian 30 harinya hanya 5%. Risiko

kematian paska pemasangan graft bergantung dari status kesehatan pasien.

d. Endovaskular stent atau endoprotesis

Merupakan alat yang dimasukkan secara endovaskular melalui arteri

femoralis. Endoprotesis ini seperti selang yang diameternya dapat dibuat

sedimikian rupa hingga menyerupai diameter arteri normal. Dengan adanya

selang ini, darah hanya mengalir melalui selang tersebut, tidak lagi melalui

kantung aneurisma. Akibatnya, risiko trombosis dan ruptur berkurang. Untuk

menjaga agar diameter selang tidak berubah, maka pada selang digunakan stent.

Masalah yang sering ditemui saat pemasangan stent diantaranya pemasangan

yang tidak mudah. Diperlukan dokter yang kompeten untuk melakukannya.

Sering pula stent sulit diarahkan ke pembuluh darah yang menjadi tujuan karena

biasanya pembuluh darah teroklusi oleh trombus. Pada bebarapa kasus, aorta

ditemukan tidak lurus melainkan berkelok-kelok. Hal itu makin menambah daftar

masalah pemasangan stent. Keuntungan endovaskular stent daripada bedah

konvensional yaitu : tidak memerlukan insisi abdomen, tidak perlu diseksi

retroperitoneal, meningkatkan fungsi perioperatif kardiorespiratorik, mengurangi

respon stress metabolik selama operasi, meningkatkan fungsi ginjal dan

gastrointestinal, dan mengurangi waktu rawat inap.

2. Kendalikan Faktor Risiko

Terapi non-operatif atau obat-obatan dapat diberikan berupa beta bloker,

dimana obat ini diperkirakan mampu menurunkan laju pelebaran dan risiko ruptur

dari abdominal aortic aneurysm.

Yang tidak kalah pentingnya adalah mengendalikan faktor risiko seperti

hiperkolesterolemia dan hipertensi. Merokok sebisa mungkin dihentikan.

Aneurisma yang terlalu kecil untuk dibedah sebaiknya dipantau secara bertahap

untuk menilai perkembangan diameternya.

21

Page 22: Makalah Aneurisma Aorta

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Ultrasound (gb. 14, adalah pemeriksaan skrining pilihan dan bernilai juga untuk

mengikuti perkembangan aneurisma pada pasien dengan aneurisma yang kecil (<5

cm). Biasanya aneurisma membesar 10% diameter per tahunnya; sehingga USG

abdomen direkomendasikan untuk aneurisma yang lebih besar 3,5 cm.

Gambar 14: USG abdomen pada aneurisma aorta

b. CT scan (gb. 15)—tidak hanya tepat dalam menentukan ukuran aneurisma

tetrapi juga menentukan hubungan terhadap arteria renalis.

22

Page 23: Makalah Aneurisma Aorta

Gambar 15: CT scan abdomen pada aneurisma aorta

c. Angiography aorta (aortography) (gb. 16)—diindikasikan sebelum repair

aneurisma arterial oclusive disease pada viseral dan ekstremitas bawah atau saat

repair endograft akan dilakukan.

Gambar 16: Aortography aorta abdominalis pada aneurisma aorta

10. Komplikasi

a. Aortic rupture

b. Hypovolemic shock

c. Arterial embolism

d. Kidney failure

e. Heart attack

f. Stroke

g. Aortic dissection

11. Faktor Risiko

a. Perokok sigaret- tidak hanya meningkatkan risiko pembentukka aneurisma aorta

abdominalis, risiko terjadinya rupture aneurisma juga sering terjadi pada perokok

aktif.

23

Page 24: Makalah Aneurisma Aorta

b. Tekanan darah tinggi

c. Kadar kolesterol serum yang tinggi

d. Diabetes mellitus

e. Genetik – adanya tendensi family dalam terjadinya aneurisma. Cenderung

menderita aneurisma pada usia muda dan punya tendensi yang besar untuk

menderita rupture aneurisma daripada individu tanpa riwayat keluarga

f. Post traumatic: setelah trauma fisik pada aorta

Rupture dan jendalan darah adalah risiko yang dapat terjadi dengan

aneurisma. Rupture dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, takikardi, dan

sakit kepala. Risiko kematian adalah tinggi kecuali rupture yang terjadi di

ekstremitas. Jendalan darah dari aneurisma arteri popliteal dapat terbawa ikut

aliran darah dan menggangu jaringan. Jendalan dari aneurisma vena popliteal lebih

serius karena dapat menyebabkan emboli dan terbawa sampai jantung, atau dari

jantung ke paru (emboli pulmonal).

Aneurisma aorta abdominalis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering

terlihat pada individu lebih dari 50 tahun dengan satu atau lebih faktor risiko.

Semakin besar ukuran aneurisma semakin mudah untuk rupture.

24

Page 25: Makalah Aneurisma Aorta

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Pasien Ny. SH, 54th, datang ke emergency rumah sakit dengan keluhan sesak nafas

disertai nyeri punggung yang dirasakan 2 bulan smrs. Sejak 1 minggu ini sesak nafas dirasakan

semakin memberat terlebih jika beraktivitas. Pada pengkajian riwayat pasien pernah dirawat

dengan anterior MCI dan CHF. Hasil MSCT menunjukkan adanya tanda aneurisma aorta dan

adanya diseksi aktif sepanjang aorta juktarenal. Hasil rontgen thorak menunjukkan CTR 65%,

segmen aorta menonjol. Pasien direncanakan tindakan pembedahan Bentall Procedure pada

elephant trunk.

ASKEP TEORITIS ANEURISMA AORTA

Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan

Dx. Keperawatan : Gangguan

perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan

gangguan sirkulasi

Tujuan: Meningkatkan suplai

darah ke eksternitas

1. Menurunkan

ekstremitas di bawah

jantung

2. Mendorong latihan

jalan sedang atau

latihan ekstermitas

berthahap

1. Ektremitas bawah yang

tergantung

memperlancar suplai

darah arteri

2. Latihan otot

memperbaiki aliran

darah dan

pertumbuhan sirkulasi

kolateral

3. Denagn latihan

postural, pengisisan

akibat gravitasi

terganggu sehingga

1. Ektremitas hangat pada

perabaan

2. Warna ektremitas

membaik

3. Mengalami

pengurangan nyeri otot

saat latihan

4. Melakukan seri latihan

Bueger Allen 6x, 4x

sehari secukupnya

25

Page 26: Makalah Aneurisma Aorta

3. Mendorong latihan

postural aktif

pembuluh darah

menjadi kosong

Tujuan: Mengurangi kongesti

vena

1. Meninggikan

ekstremitas di atas

jantung

2. Melarang berdiri diam

atau duduk dalam

waktu lama

3. Mendorong pasien

untuk berjalan-jalan

1. Peninggian ekstremitas

melawan tarikan

gravitasi,

meningkatkan aliran

balik vena dan

mencegah stasis vena

2. Berdiri diam atau

duduk lama

menyebabkan stasis

vena

3. Berjalan-jalan

memperbaiki aliran

balik vena dengan

mengaktivasi “pompa

otot”

1. Meninggikan

akstremitas seperti

yang dianjurkan

2. Mengurangi edema

ekstremitas

3. Menghindari berdiri

diam atau duduk lama

4. Meningkatkan waktu

yang diperlukan untuk

berjalan secara

bertahap

Tujuan: Memperbaiki

Vasodilatasi dan mencegah

penekanan vasikuler

1. Menjaga suhu hangat

dan menghindari suhu

dingin

2. Melarang merokok

3. Memberikan

penyuluhan cara

1. Kehangatan

memperbaiki aliran

arteri dengan

mencegah efek

vasokontriksi akibat

dingin

2. Nikotin menyebabkan

vasopasme, yang

menghambat sirkulasi

perifer

1. Melindungi ektremitas

terhadap pajanan

dingin

2. Tidak merokok

3. Menggunakan program

penatalaksanaan stress

untuk meringankan

gangguan emosi

4. Menghindari pakaian

26

Page 27: Makalah Aneurisma Aorta

menghindari gangguan

emosi,

menatalaksanakan

stress

4. Mendorong

menghindari pakaian

dan asesori yang

mengikat (mis; sabuk

pengaman yang terlalu

ketat)

5. Mendorong untuk

menghindari

menyilang kaki

6. Mendorong untuk

mengihndari obat

Vasodilator dan,

penyekat adrenergic

sesuai resep, dan

pendekatan

keperawatan yang

sesuai

3. Stress emosional

menyebakan

vasokonstriksi perifer

dengan menstimulasi

system syaraf simpatis

4. Baju dan asesori yang

ketat menghambat

sirkulasi dan

menyebakan stasis

vena

5. Menyilangkan kaki

menyebabkan

penekanan pada

pembuluh darah

dengan gangguan

sirkulasi yang

diakibatkannya,

menghasilkan stasis

vena

6. Vasodilator

melemaskan otot

polos, bahaan

adrenergic menyekat

respons terhadap

impuls syaraf simpatis

atau sirkulasi

katekolamin

dan asesori yang tepat

5. Menghindari

menyilang kaki

6. Minum obat sesuai

resep

Dx. Keperawatan: Nyeri b.d 1. Perbaikan sirkulasi 1. Menggunakan upaya

27

Page 28: Makalah Aneurisma Aorta

gangguan kemampuan

pembuluh darah menyuplai

oksigen ke jaringan

Tujuan: Menghilangkan nyeri

1. Memperbaiki sirkulasi

2. Memberikan analgetik

sesuai resep dengan

keperawatan yang

sesuai

perifer meningkatkan

oksigen yang disuplai

ke otak dan

mengurangi akumulasi

metabolit yang

menyebabkan spasme

otot

2. Analgetik membantu

mengurangi nyeri dan

memungkinkan pasien

berpartisipasi dalam

aktivitas dan latihan

untuk memperbaiki

sirkulasi

untuk meningkatkan

suplai darah arteri ke

ekstremitas

2. Menggunakan

analgetik sesuai resep

Dx. Keperawatan: Risiko

gangguan integritas kulit b.d

gangguan sirkulasi

Tujuan:

Pencapaian/mempertahankan

integritas jaringan

1. Menginstruksikan cara

mengihnari trauma

terhadap ekstremitas

2. Mendorong pemakaian

sepatu dan bantalan

pelindung pada daerah

yang tertekan

3. Mendorong hygiene

1. Jaringan dengan nutrisi

buruk peka terhadap

trauma dan infeksi

bacteria; penyembuhan

luka melambat dan

berhenti sehubungan

dengan perfusi

jaringan yang buruk

2. Sepatu dan bantalan

pelindung mencegah

cedera dan lepuh

3. Sabun netral dan

pelembab mencegah

kekeringan dan pecah-

pecah pada kulit

1. Inspeksi setiap hari

untuk adanya cedera

atau ulserasi

2. Menghindari trauma

dan iritasi kulit

3. Mengenakan sepatu

pelindung

4. Setia kepada aturan

hygiene ketat

5. Makan diet yang

seimbang yang

mengandung cukup

protein, vitamnin B

28

Page 29: Makalah Aneurisma Aorta

ketat, mandi dengan

sabun netral,

mengoleskan

pelembab, memotong

kuku dengan hati-hati

4. Diperingatkan untuk

menghindari garukan

atau gosoka kuat

5. Promosi nutrisiyang

baik; asupan vitamin B

dan C yang adekuat

dan protein;

mengontrol obesitas

4. Menggaruk dan

menggosok dapat

menyebabkan abrasi-

abrasi kulit dan unvasi

bakteri

5. Nutrisi yang bagus

akan berguna pada

proses penyembuhan

dan mencegah

kerusakan jaringan

dan C

Dx. Keperawatan: Defisit

pengetahuan mengenai

aktivitas perawatan diri

Tujuan: Patuh dalam

menjalankan program

perawatan diri

1. Mengikutsertakan

keluarga /orang dekat

dalam program

penyuluhan

2. Memberikan instruksi

tertulis mengenai

perawatan kaki,

1. Kepatuhan pada

program perawatan diri

meningkat apabila

pasien menerima

dukugan dari keluarga

dan kelompok bantuan

diri yang sesuai

2. Instruksi tertulis

berfungsi sebagai

pengingat dan penguat

informasi

1. Melakukan perubahan

posisi sesering yang

dianjurkan

2. Melakukan latihan

postural sesuai yang

dianjurkan

3. Minum obar sesuai

resep

4. Menghindari

vasokonstriktor

5. Melakukan upaya

pencegahan trauma

29

Page 30: Makalah Aneurisma Aorta

tungkai dan program

latihan

3. Membantu

mengenakan pakaian,

sepatu, stoking yang

ukrannya sesuai

4. Merujuk ke kelompok

bantuan diri sesuai

keperluan, misal klinik

pengehentian rokok,

penatalaksanaan stress,

penatalaksanaan

BB,dan program

latihan

6. Melakukan program

penatalaksanaan stress

7. Menerima keadaan

yang kronis namun

dapat diterapi yang

akan mengurangi

gejalanya

30

Page 31: Makalah Aneurisma Aorta

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Aneurisma adalah pelebaran abnormal dari sebuah arteri yang berhubungan dengan

kelemahan pada dinding arteri yang disebabkan adanya defek pada tunika media / lamina

elastika yang terganggu.

Pada otopsi di Amerika Serikat, kejadian aneurisma intrakranial ditemukan pada sekitar

1% populasi². Insidensi perdarahan subarachnoid disebabkan rupturnya aneurisma sekitar 6-16%

per 100.000 orang per tahunnya. Aneurisma lebih banyak didapatkan pada wanita dengan ratio

3:2. Faktor predisposisi penting terjadinya aneurisma berkaitan dengan riwayat keluarga,

kelainan jaringan ikat, hipertensi dan fator lainnya.

Gejala klinik suatu aneurisma tergantung keadaan aneurisma itu sendiri, bisa berupa efek

kompresi massa, perdarahan karena aneurisma yang pecah, trombosis maupun asimptomatik.

Penatalaksanaan suatu aneurisma tergantung lokasi dan ukurannya, usia penderita,

komplikasi, selang waktu antara awal kejadian perdarahan subarachnoid dengan penatalaksanaan

medis, dan adanya penyakit lain sebelumnya seperti hipertensi dan lain-lain.

Saran

31