36
LAPORAN HASIL TUTORIAL BLOK 3.5 WEEK 1 “Bungaku yang Hilang” Disusun oleh: Kelompok 5 Diki Yuge Katan 13161 Samuel Indratama 13162 Ristia Anggarini 13168 Erawati Werdiningsih 13170 Yasinta Nur Rohmah 13175 Brigitta Ayu D.S. 13327 Dheta Agustin M 13331 Merawati Dyah S. 13335 Anisa Hidayah 13340 Martina Oktaviani 13342 Yayu Nidaul F 13424 Widya Dwi Astuti 13427 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FK UGM 2012 1

LBM1 BLOK3.5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LBM1 BLOK3.5

LAPORAN HASIL TUTORIAL BLOK 3.5

WEEK 1

“Bungaku yang Hilang”

Disusun oleh:

Kelompok 5

Diki Yuge Katan 13161

Samuel Indratama 13162

Ristia Anggarini 13168

Erawati Werdiningsih 13170

Yasinta Nur Rohmah 13175

Brigitta Ayu D.S. 13327

Dheta Agustin M 13331

Merawati Dyah S. 13335

Anisa Hidayah 13340

Martina Oktaviani 13342

Yayu Nidaul F 13424

Widya Dwi Astuti 13427

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FK UGM

2012

1

Page 2: LBM1 BLOK3.5

BUNGAKU YANG HILANG

Nn. Mwr 21 tahun mengalami kasus perkosaan. Sejak kejadian itu, ia merasa hidupnya

tidak berguna lagi dan selalu menyalahkan dirinya sendiri serta menjauhkan diri dari pergaulan

teman-temannya. Keluarga membawa ke RS dan dokter mendiagnosis pasien mengalami Post

Trauma Stress Disorder. Saat diperkosa, tidak ada saksi satupun sehingga sulit untuk

membuktikannya, padahal keluarga ingin mendapatkan perlakuan hukum dan mendapatkan

solusinya.

STEP 1

1. Post Trauma Stress Disorder : stress yang ditunjukan dengan kecemasan karena trauma

fisik dan psikis (<3 bulan, >3 bulan, > 1bulan setelah trauma) karena koping yang tidak

efektif.

2. Trauma: perasaan tidak nyaman/individual yang dipicu oleh kondisi tidak nyaman baik

fisik atau pun psikis

STEP 2

1. Apa saja criteria seseorang dikatakan mengalami PTSD?

2. Apa saja terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD?

3. Apa saja peran perawat dalam kasus terkait?

4. Apa akibat lebih lanjut dari PTSD?

5. Apa peran dukungan keluarga dan lingkungan sosial terhadap pasien PTSD?

6. Apa saja tindakan pencegahan terhadap PTSD?

7. Apa saja Tanda dan gejala orang dengan PTSD?

8. Apa saja factor predisposisi dan presipitasi dari PTSD?

9. Hubungan antara Trauma dengan PTSD?

10. Bagaimana Penggolongan PTSD?

11. Apakah perbedaan antara PTSD dan stress akut?

12. Apa saja pemeriksaan dan deteksi dini orang yang beresiko PTSD?

13. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan Post Trauma Stress

Disorder?

14. Apa solusi yang bisa dilakukan keluarga untuk nn. Mwr?

2

Page 3: LBM1 BLOK3.5

15. Kapan waktu yang tepat untuk perawat melakukan tindakan dalam rangka mengatasi

PTSD?

16. Bagaimana prognosis dari PTSD?

STEP3

(1 ) ICD 10:

Kemunculan stressor

Ada kejadian terulang kembali

Penghindaran

Pangulangan dengan gangguan tidur, insomnia, nightmare

Gangguan terjadi > 1 bulan dari munculnya trauma

Menganggu fungsi normal

(10 ) penggolongan:

Stress akut < 1 bulan

PTSD akut > 1 bulan

PTSD kronis> 3 bulan

PTSD tertunda > 6 bulan

Kategori

I sadar

II menerima

III memburuk

(2 ) terapi

Psikoanalisis : respon terapeutik

untuk meningkatkan koping

Terapi kelompok; tukar pendapat

Terapi bermain

Farmakologis

CBT

Pemaparan stressor

Terapi keluarga

Logo terapi

Anxiety managemen

(4 ) Dampak :

Gangguan tidur mimpi buruk

Gangguan peran

Gangguan fungsi sosial

Menarik diri, isolasi diri

Emosional, mood tidak stabil

Percobaan bunuh diri

3

Page 4: LBM1 BLOK3.5

Alkoholisme

Depresi

Resiko kekerasan untuk diri dan

orang lain

Gangguan disosiatif

Regresi perkembangan

Hilang focus

Kurang pengembangan diri

Spiritual menyalahkan Tuhan

(6 ) pencegahan;

Deteksi dini

Pemaparan stressor, situasi yang sama

(7 ) tanda dan gejala

Sulit tidur

Aktivitas menurun

Menurunnya konsentrasi dan daya ingat

Irritable

Hilangnya minat

(5 ) peran :

Memberikan dukungan positif menjadi beradaptasi keluarga dan sosial

Sosial: tidak mencemooh, menerima

Di daerah bencana LSM

(14 ) solusi

Visum: bukti pemerkosaan

Pemeriksaan fisik

(12 ) deteksi dini:

Dengan kuseioner “Impavt Event Scale Pevision”

Hormone kortisol

MRI : amigdala dan hipotalamus

(9 ) trauma menyebabkan PTSD jika koping tidak efetif

(15 ) intervensi setelah ada pelaporan / setelah mendapat kasus

Kamunitas lebih ke arah pencegahan : trauma healing untuk mencegah PTSD

(8) fx predisposisi

Kepribadian yang tidak kuat

Ekonomi lemah

4

Page 5: LBM1 BLOK3.5

Koping tidak efektif

Fx presipitasi

Kekerasan seksual

Bencana alam

Physical abuse

Biologis : wanita stress lebih banyak, keluarga yang 1 kena yang lain juga kena, usia

(3 ) peran: depresi ditangani lebih dahulu kesaksian pasien di meja hokum memberikan bukti

visum penguat bukti untuk pemerkosaan dukungan sosial, spiritual lebih baik kesaksian pasien

di meja huklum sebagai fasilitator untuk menjelaskan pada keluarga bukti-bukti biologis

(16 ) prongnosis

Koping baik sembuh

Tidak segera teratasi represi gangguan disosiatif

Dipengaruhi : durasi, support system, koping

(13 ) asuhan keperawatan

Ndx: Post Trauma Sindrome

NOC:

Ndx: Ineffektif koping

NOC: harga diri

NIC : Peningkatan harga diri

Ndx: resiko trauma syndrome

NOC: abuse seksual

NIC: rape. trauma

Pengkajian :

Konfirmasi

Data demografi

Pola tidur

Cek fungsi otak

5

Page 6: LBM1 BLOK3.5

STEP 4

STEP 5

LO:

1. Apa saja criteria seseorang dikatakan mengalami PTSD?

2. Apa saja terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD?

3. Apa saja peran perawat dalam kasus terkait?

6

Page 7: LBM1 BLOK3.5

4. Bagaimana Penggolongan PTSD?

5. Apa saja pemeriksaan dan deteksi dini orang yang beresiko PTSD?

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan Post Trauma Stress

Disorder?

7. Bagaimana prognosis dari PTSD?

8. Profesi yang terlibat dalam penanganan PTSD serta perannya masing masing?

9. Kondissi pasien yang seperti apa yang harus di bawa ke RS?

STEP 6: Mencari literature mandiri

STEP 7:

1. Kriteria PTSD

Kriteria diagnosis PTSD menurut Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder

IV Text Revision (DSM IV TR) yaitu:

A. Kejadian traumatic/ adanya stressor:

1. Satu atau banyak pristiwa yang membuat seseorang mengalami, menyaksikan, atau

dihadapkan dengan suatu kejadian yang berupa ancaman kematian, cidera yang serius

atau ancaman terhadap

integritas fisik dirinya sendiri atau orang lain.

2. Tanggapan individu terhadap pengalaman tersebut dengan ketakutan, kengerian, atau

ketidakberdayaan yang sangat kuat.

B. Re-experiencing:

Mengalami kembali satu atau lebih gejala di bawah ini:

1. Teringat kembali akan kejadian trauma menyedihkan yang dialaminya dan bersifat

mengganggu (bisa berupa gambaran, pikiran, persepsi)

2. Mimpi buruk yang berulang tentang peristiwa trauma yang dialaminya (yang

mencemaskan)

3. Mengalami kilas balik trauma (merasa seakan kejadian trauma yang dialaminya

terjadi kembali, hal ini bisa terjadi karena ilusi, haluinasinya)

4. Kecemasan psikologis dan fisik bersamaan dengan hal yang mengingatkan terhadap

kejadian trauma (kenangan akan peristiwa trauma)

7

Page 8: LBM1 BLOK3.5

C. Avoidance:

Menghindari secara persisten stimulus yang berkaitan dengan trauma dan mematikan

perasaan/ tidak berespon terhadap suatu hal (sebelum trauma masih berespon). Gejala ini

meliputi tiga atau lebih hal di bawah ini:

1. Kemampuan untuk menghindari pikiran, perasaan, percakapan yang berhubungan

dengan kejadian trauma

2. Kemampuan menghindari aktivitas, tempat, orang yang dapat membangkitkan

kembali kenangan akan trauma yang dialaminya

3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa trauma yang dialaminya

4. Ketertarikan dan minat untuk berpartisipasi dalam peristiwa penting berkurang

5. Merasa terasing dari orang di sekitarnya

6. Terbatasnya rentang emosi ( contoh: tidak dapa merasakan cinta)

7. Perasaan bahwa masa depannya suram

D. Gejala hiperarousal/ sangat sensitif yang persisten

meliputi dua atau lebih gejala di bawah ini:

1. Sulit untuk memulai tidur/ sulit mempeertahankannya

2. Sulit berkonsentrasi

3. Mudah kesal dan meledak-ledak emosinya

4. Hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan)

5. Reaksi kaget yang berlebihan

E. Durasi dari gangguan ( gejala di kriteria B, C, D) lebih dari sebulan

F. Gangguan/ gejala di atas ini menyebabkan kecemasan dan gangguan fungsional dalam

berhubungan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

Secara spesifikasi diagnosis PTSD dapat diidentifikasi sebagai:

(1) akut: bila gejala berlangsung satu sampai tiga bulan

(2) kronis: bila gejala berlangsung lebih dari tiga buan

(3) onset yang tertunda: bila gejala dimula sedikitnya enam bulan setelah kejadian

traumatik/stressor

8

Page 9: LBM1 BLOK3.5

Kriteria PTSD menurut International Classification of Diseases 10 (ICD-10) adalah

sebagai berikut:

A. Pasien harus pernah terpapar pada suatu peristiwa atau situasi yang menimbulkan stress

(sebentar/lama) yang sifatnya malapetaka atau sangat mengancam sehingga mungkin

akan menyebabkan stress pada hampir semua orang.

B. Terus menerus mengingat atau menghayati lagi penyebab stress dalam bentuk kilas balik

yang mengganggu, kenangan yang jelas sekali atau mimpi yang berulang, atau

mengalami keemasan ketika menghadapi keadaan yang mirip atau berkaitan dengan

penyebab stress.

C. Pasien harus memperlihatkan suatu penghindaran nyata dari keadaan yang mirip atau

berhubugan dengan penyebab stress yang tidak ada sebelumnya.

D. Salah satu dari hal berikut harus terjadi:

1. tidak mampu mengingat sebagian atau seluruhnya dari beberapa aspek penting selama

masa terpapar pada penyebab stress

2. gejala yang terus menerus dari adanya peningkatan kepekaaan psikologis dan sensasi

(tidak ada sebelum terpapar dengan penyebab stres), ditunjukkan oleh dua dari

berikut ini:

a. sulit untuk memulai tidur dan mempertahankannya

b. mudah marah atau amarah yang meledak-ledak

c. sulit berkonsentrasi

d. kewaspadaan yang sangat tinggi

e. reaksi kaget yang berlebihan

E. Kriteria B, C, dan D semuanya terjadi dalam kurun waktu enam bulan setelah peristiwa

traumatik terjadi.

Menurut Mendatu (2010) diagnosa PTSD bisa ditegakkan ketika:

1. Sekurang-kurangnya 2 kluster gejala harus ada

2. Gejala khusus dari masing-masing kluster terjadi sekurang-kurangnnya 1 bulan

atau lebih

9

Page 10: LBM1 BLOK3.5

3. Gejala yang terjadi menyebabkan ganggguan atau masalah dalam kehidupan

sehari-hari, baik dalam hubungan dengan orang lain, bekerja, dan segala aspek

lainnya.

Pedoman diagnostik gangguan stress pasca trauma menurut PPDGJ III (F 43.1) yaitu:

A. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gannguan ini timbul dalam kurun waktu enam bulan

setelah kejadiian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu

sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui enam bulan). Kemungkinan diagnosis

masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset

gangguan melebihi waktu enam bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan

tidak didapat alternatif kategori ganngguan lainnya.

B. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-

mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback)

C. Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku semuanya dapat

mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.

D. Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya

saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan

kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa).

Scheeringa et al (1995) merekomendasikan perubahan kriteria PTSD bagi young children.

Perubahan kriteria ini tidak mengharuskan anak dapat melaporkan ketakutannya sebagai

respon terhadap trauma. Kriteria diagnosis yang digunakan bagi young child (1-6 tahun):

A. Anak tersebut setidaknya harus mengalami kembali salah satu tipe pengulangan ingatan

kejadian traumatik di bawah ini:

1. Menunjukkan perilaku yang mencontoh trauma yang terjadi seperti, bermain tembak-

tembakan atau mengulang adegan kekerasan sendiri atau bersama teman. Perilaku ini

diulang-ulang tanpa variasi yang berarti.

2. Teringat kembali akan peristiwa trauma ( bisa secara tiba-tiba)

3. Mengalami mimpi buruk/ mengerikan tanpa dapat mendeskripsikan isi mimpi

tersebut

10

Page 11: LBM1 BLOK3.5

4. Mengalami stres saat terpapar dengan kejadian yang mengingatkan akan trauma yang

dialami.

B. Perubahan kriteria ini juga hanya memerlukan satu dari gejala mati rasa secara emosional

dan perilaku menghindar di bawah ini (dewasa perlu tiga):

1. Menarik diri dari pergaulan social

2. Jarang mau bermain

3. Mengalami kemunduran perkembangan terutama perkembangan bahasa dan toilet

training

4. Rentang afek yang terbatas (perasaan dan pikiran jadi datar, tumpul)

C. Memerlukan satu dari gejala hiperarousal di bawah ini:

1. Sulit memulai tidur (tidak berhubungan dengan takut mimpi buruk ataupun

kegelapan)

2. Terbangun waktu tidur malam hari (bukan karena mimpi buruk)

3. Penurunan konsentrasi

4. Respon terkejut yang berlebihan

5. Sangat sensitif dan memiliki reaksi intens terhadap rangsangan yang

mengingatkannya pada peristiwa traumatik

D. Ditandai oleh salah satu dari gejala ketakutan dan sikap bermusuhan di bawah ini:

1. Takut gelap

2. Takut pergi ke toilet sendirian

3. Takut terhadap suatu hal baru yang tidak secara jelas berkaitan dengan trauma

4. Takut terpisah dan takut ditinggal sendirian

Pada umumya ada dua jenis reaksi traumatis:

1. Post Traumatic Stress Reaction (PTRS): reaksi stress yang umum teradi segera

setelah peristiwa bencana.

2. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) : reaksi belakangan yang lebih kronis dan

parah, yang secara klinis dikategorikan sebagai kelainan.

Jika stress berlangsung antara 2 hari sampai 1 bulan, maka reaksi stress tersebut memenuhi

syarat sebagai Acute Stress Disorder. Jika stress pasca trauma melebihi 1 bulan, maka

diagnosisnya adalah PTSD.

11

Page 12: LBM1 BLOK3.5

Peristiwa Traumatik

trauma respon stress pada peristiwa traumatik

PTSD

Perjalanan PTSD:

Fase normal pada stress traumatis:

1. Outcry : keadian sedih, takut, marah

2. Denial : menolak menggali memori dari kejadian traumatis

3. Intrusion : secara tidak sadar berpikir tentang kejadian itu

4. Working trough : menggali dan mengintegrasikan kejadian trauma dan mencari arti

atau makna dari peristiwa tersebut

5. Completion : berkomitmen untuk melanjutkan tujuan hidup.

Respon patologis stress traumatis:

1. Mempunyai perasaan emosi yang kuat dan disrganisasi karena reaksi trauma

2. Panik untuk reaksi emosional/ kelebihan yang sangat karena berpikir tentang

peristiwa tersebut

3. Extreme avoidance: menggunakan alcohol, obat-obat terlarang untuk menghilangkan

stress

4. Flooding/ perasaan emosional yang kuat dan tiba-tiba: mengganggu pemikiran dan

gambaran yang persisten/ menetap terhadap peristiwa tersebut

5. Respon psychosomatic: keluhan tubuh yang berkembang dari respon terhadap trauma

6. Kerusakan atau penyimpangan karakter: perubahan dalam pemikiran secara menetap

dan perilaku disebabkan sebagai pertahanan klien sehingga menyebabkan perubahan

kronik dari gaya hidup

2. Terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD:

A. Psikoterapi

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Menurut penelitian Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan yang

paling efektif dalam mengobati anak dengan PTSD. Dalam Cognitive Behavioral

Therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang

mengganggu emosi dan menganggu kegiatan-kegiatan penderita PTSD misalnya,

12

Page 13: LBM1 BLOK3.5

pada seorang anak korban kejahatan mungkin akan menyalahkan diri sendiri karena

ketidakhatihatiannya. Prinsip-prinsip behavioral therapy digunakan untuk modifikasi

perilaku dan proses re-learning. Tujuan terapi ini adalah mengidentifikasi pikiran-

pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak

rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang

lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang.

2. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)

EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model pemrosesan

informasi di dalam otak. Jaringan memori dilihat sebagai landasan yang mendasari

patologi sekaligus kesehatan mental, karena jaringan-jaringan memori adalah dasar

dari persepsi, sikap dan perilaku kita.Untuk memproses kembali informasi di dalam

otak/jaringan memori yang telah ada, EMDR dijalankan dengan melakukan kegiatan

fisik yang merangsang aktivasi pemrosesan informasi di dalam otak (dalam konteks

EMDR disebut sebagai stimulasi bilateral) melalui indra pengelihatan atau

pendengaran atau perabaan.

3. Playtherapy

Playtherapy merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengobati PTSD pada anak

periode awal / young children. Pada terapi ini bertujuan untuk memahami trauma

anak dan memberikan medium untuk berekspresi dalam mengurangi tekanan

emosional ynag dialami. Bermain peran, menggambar, bermain dengan boneka atau

benda-benda figural dapat dijadikan cara untuk menyesuaikan diri dan memberi

kesempatan pada terapis untuk melakukan re-exposure yaitu, membahas peristiwa

traumatiknya dalam situasi yang mendukung.

4. Debriefing

Orang yang mengalami peristiwa traumatic didorong untuk berbicara tentang

peristiwa itu dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya sewaktu mengalami dan

setelah mengalami peristiwa itu. Setelah itu mereka diberi informasi tentang respon

stress dan cara mengatasinya. Tetapi belum ada bukti ilmiah yang mendukung

pernyataan bahwa debriefing mencegah PTSD, bahkan ada beberapa bukti bahwa

debriefing (terutama debriefing sesi tunggal) dapat memperburuk keadaan dalam

angka panjang.

13

Page 14: LBM1 BLOK3.5

B. Farmakologi

Pengobatan PTSD harus ditujukan pada gejala utama:

1. Gejala depresi: SSRI (fluoksetin, fluvoksamin, dan sertralin), trisiklik (amitriptilin

dan imipramin).

2. Gejala anxietas: benzodiazepine (klonazepam, alprazolam), buspiron dan

antidepresan.

3. Gangguan tidur: antidepresan yang bersifat sedative (trazodon), siproheptadin

atau hipnotika.

4. Pikiran intrusive: karbamazepin, valproat.

5. Keterjagaan berlebih: SSRI, propanolol/klonidin, lithium, valproat.

6. Hostilitas/impulsivitas: karbamazepin, valproat.

7. Gejala psikotik/agresi atau agitasi yang hebat: antipsikotik.

C. Tapas Acupressure Technique

TAT adalah proses yang mudah untuk mengakhiri stres, trauma, rasa takut (fobia), rasa

menderita & untuk menciptakan rasa bahagia. TAT adalah teknik yang baru, sederhana

dan efektif untuk menciptakan rasa damai, rileks, dan sehat dalam waktu yang singkat.

TAT merupakan salah satu bentuk terapi dalam kelompok ilmu Energy Psychology yang

sedang berkembang pesat. Teknik ini dilakukan dengan menyentuh ringan beberapa titik

akupunktur di kepala(Posisi TAT), sambil mengarahkan perhatian Anda pada masalah

yang ingin diatasi (7 Langkah Penyembuhan TAT). Menyentuh titik-titik ini dengan

ringan akan memberikan efek pudarnya trauma, sehingga pikiran dan perasaan hati yang

negatif pun berkurang, terutama setelah mengalami peristiwa yang traumatis.

D. Tele-mental Nursing

Beberapa pasien PTSD tinggal di wilayah pedesaan, terpelosok dan jauh dari jangkauan

pusat layanan kesehatan. Penggunaan teknologi telemental nursing dengan

videoteleconference akan memudahkan perawat dalam pemberian intervensi bagi pasien

PTSD yang tinggal di wilayah terisolir.

Manfaat penggunaan telemental nursing teknik videoteleconference antara lain:

menjangkau daerah terisolir, mengurangi stigma tentang penggunaan model pemberian

asuhan keperawatan secara tradisional, bermanfaat bagi pasien dengan keterbatasan

14

Page 15: LBM1 BLOK3.5

dalam ambulasi dan transportasi, dan menghemat biaya, waktu tempuh, biaya perjalanan,

dan pasien tidak perlu cuti bekerja.

Kelemahan penggunaan telemental nursing teknik ini antara lain: tidak semua terapis

memiliki kesiapan kompetensi dalam penggunaan teknologi, ketidakterjangkauan akses

teknologi informasi dan dibutuhkan anggaran terkait pengadaan peralatan, pemeliharaan

alat, dan penyediaan gaji bagi teknisi pemelihara alat.

3. Profesi yang terlibat dalam penanganan PTSD:

a. Prosedur identifikasi PTSD: psikolog, petugas kesehatan (dokter, perawat).

b. Penanganan penderita PTSD pasca trauma: sharing pada oranglain tentang kondisinya

dan mengikuti siraman rohani.

c. Upaya pencegahan dan penanggulangan PTSD:

Rohaniawan: siraman rohani

Petugas kesehatan: penyuluhan/ edukasi tentang PTSD dan cara

pengelolaannya.

Lembaga pemerintah dan non pemerintah: mengadakan acara hiburan,

melakukan pijat stress yang akan membuat pikiran penderita lebih tenang.

4. Penggolongan PTSD:

Menurut ICD 10, PTSD dibagi menjadi 3 kategori:

Akut : symptom muncul sebelum 6 bulan traumatis diikuti dengan PTSR.

Kronik : symptom muncul di atas 6 bulan setelah peristiwa traumatis

Delayed : symptom muncul setelah masa laten berbulan-bulan atau bertahun-tahun

setelah peristiwa.

Menurut DSM IV TR, PTSD dibagi menjadi 3 kategori:

Akut : gejala muncul kurang dari 3 bulan pasca kejadian traumatic.

Kronis : gejala muncul antara 3 sampai 6 bulan pasca kejadian traumatik

Delayed : geala muncul lebih dari 6 bulan pasca kejadian traumatic.

Penggolongan menurut penyebabnya:

1. Psikodinamik

Ego klien yang mengalami trauma berat, sering dirasakan sebagai ancaman terhadap

integritas fisik atau konsep diri. Hal ini menyebabkan ansietas berat yang tidak dapat

dikendalikan oleh ego dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku simtomatik.

15

Page 16: LBM1 BLOK3.5

Karena ego menjadi rentan, superego dapat menghukum dan menyebabkan individu

merasa bersalah terhadap kejadian traumatis tersebut. Id dapat menjadi dominan,

menyebabkan perilaku impulsive tak terkendali.

2. Biologis

Abnormalitas dalam penyimpangan, pelepasan, dan eliminasi katekolamin yang

mempengaruhi fungsi otak di daerah lokus seruleus, amigdala dan hippocampus.

Hipersensitivitas pada lokus seruleus dapat menyebabkan seseorang tidak dapat

belajar. Amigdala sebagai penyimpanan memori. Hipocampus menimbulkan koheren

negative serta lokasi waktu dan ruang. Hiperaktivitas dalam amigdala dapat

menghambat otak membuat hubungan perasaan dalam memori memori disimpan

dalam bentuk mimpi buruk, flashback, dan gejala fisik lain.

3. Dinamika keluarga

Tipe pendidikan formal, kehidupan keluarga, dan gaya hidup merupakan perkiraan

signifikan terjadinya PTSD. Pendikan dibawah rata-rata, perilaku orangtua yang

negative, dan kemiskinan orangtua merupakan factor predictor perkembangan PTSD.

Menurut jenis peristiwa:

1. Personal: contoh kejadiannya adalah bencana alam, nuklir, dsb.

2. Interpersonal: contohnya adalah cidera yang membahayakan, kekerasan,dsb.

Menurut macam-macam penyebabnya (smith &Segal):

1. Perang

2. Pemerkosaan

3. Bencana alam

4. Kecelakaan mobil atau pesawat

5. Penculikan

6. Penyerangan fisik

7. Penyiksaan seksual

8. Prosedur medis

5. Deteksi dini PTSD

A. Observasi

Mengamati perilaku individu dengan menggunakan pedoman observasi (terbayang oleh

peristiwa traumatis, harapan masa depan rendah, berpikir negative, emosional,

mengisolasi diri, merasa tidak berdaya).

B. Wawancara

C. Komunikasi tidak langsung: dengan menggunakan kuesioner.

16

Page 17: LBM1 BLOK3.5

Kuesioner disusun berdasarkan DSM IV , terdiri 6 aspek :

1. Masih terbayang oleh peristiwa traumatis (exposure to stressor), dengan indicator:

Bermimpi/merasa terus dibayangi peristiwa tragis yang terjadi

Merasa seperti mengalami kembali peristiwa tragis

Sakit kepala atau mual, atau alergi ketika dihadapkan pada symbol dari

peristiwa logis yang terjadi

Mengalami gangguan tidur

Mudah cemas dan panik ketika terjadi peristiwa di luar dugaan.

2. Harapan masa depan rendah

Merasa masa depan suram

Merasa tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk pulih dari peristiwa yang

terjadi

Merasa tidak lagi memiliki kebanggaan terhadap diri sendiri

Tidak ada harapan keadaan akan menjadi lebih baik

Merasa putus asa

3. Berpikir negative

Bersikap waspada di luar batas kewajaran

Kesulitan berkonsentrasi

Merasa tidak nyaman dimanapun berada

Merasa oranglain tidak peduli

Curiga berlebihan

4. Emosional

Mudah marah

Mudah tersinggung

Mudah menangis

5. Mengisolasi diri

Menolak dikunjungi orang asing

Sulit berinteraksi dengan oranglain

Lebih suka berdiam diri

6. Merasa tidak berdaya

17

Page 18: LBM1 BLOK3.5

Kehilangan minat melakukan aktivitas

Merasa tidak berdaya

Merasa sangat kecewa dengan keadaan

Deteksi dini dengan menggunakan 5 aspek kepribadian:

1. Fisiologi : ada tidaknya nyeri otot dan berkeringat

2. Afeksi : murung, putus asa, takut

3. Kognisi : sulit berkonsentrasi

4. Behavioral : sulit tidur, mengkonsumsi alcohol dan obat-obatan

5. Spiritual : menyalahkan Tuhan, menggerutu.

Kuesioner yang dapat digunakan untuk mendeteksi PTSD adalah sebagai berikut:

a. The Impact of Event Scale

b. The PTSD Checklist- Civilian version

c. The Davidson Trauma Scale

d. The SPAN test

e. The SeLf Rating for Post-traumatic Stress Disorder

f. The Post-traumatic Stress Disorder Questionaire

g. The Trauma Screening Questionaire

Screening dilakukan untuk orang-orang berisiko tinggi, yang termasuk orang berisiko

tinggi PTSD dalah sebagai berikut:

a. Pengungsi

b. Militer atau mantan militer

c. Pekerja kegawatdaruratan (tenaga medis, pemadam kebakaran, dsb)

d. jurnalis

6. Asuhan Keperawatan untuk pasien PTSD:

Pengkajian:

1. Aktivitas : ada tidaknya gangguan tidur, mimpi buruk, hipersomnia, mudah letih,

keletihan kronis.

2. Sirkulasi : denyut jantung meningkat, palpitasi, tekanan darah meningkat, terasa

panas.

3. Integritas ego: perasaan bersalah, malu, isolasi, perasaan tentang masa depan suram.

18

Page 19: LBM1 BLOK3.5

4. Neurosensori: gangguan kognitif, kweaspadaan tinggi, ketakutan berlebih, ingatan

persisten, sulit untuk berkonsentrasi, ketegangan otot, gemetar, kegelisahan motorik

5. Nyeri fisik atau cidera

6. Pernafasan : respiratory rate meningkat, dispneu

7. Keamanan : marah yang meledak-ledak, ide untuk bunuh diri, perilaku kekerasan

terhadap lingkungan atau individu lain.

8. Seksualitas : hilang gairah, impotensi, ketidakmampuan mencapai orgasme.

9. Interaksi social: menghindari orang, tempat, kegiatan yang menimbulkan ingatan

tentang trauma.

Diagnosa Keperawatan:

1. Post Trauma Syndrom

Related factor: physical&psychological abuse

Definisi: tertahannya respon maladaptive mengenai peristiwa traumatic dan berlebihan.

Batasan karakteristik:

Mengasingkan diri (alienation)

Penghindaran (avoidance)

Ketakutan

Flashback

Perasaan bersalah

Hopelessness

Iritabilitas

Nightmare

shame

NOC:

abuse recovery: emotional

memperluas penyembuhan gangguan psikologis yang berhubungan dengan

kekerasan. Indicator keberhasilan: none-limited-moderate-substantial-extensive

o kepercayaan diri

o harga diri

o control impulsive

o perasaan kuat

o menyatakan rasa nyaman untuk kembali ke rumah

o insight mengenai kekerasan

o interaksi social yang positif

abuse recovery: physical

19

Page 20: LBM1 BLOK3.5

memperluas penyembuhan kerusakan fisik yang berhubungan dengan kekeerasan

o perawatan terhadap luka

o penyembuhan luka

o resolusi untuk masalah kesehatan

abuse recovery: sexual

memperluas penyembuhan gangguan fisik dan psikologis yang berhubungan

dengan kekerasan atau eksploitasi.

o Menyatakan hak untuk menyikapi situasi abuse

o Mengekspresikan hak bahwa ia telah terlindungi dari kekerasan

o Menyampaikan kemarahan dengan cara yang tidak merusak

Hope

Optimisme mengenai kepuasan pribadi dan life supporting

Indicator: never-rarely-sometimes-often-consistently-demonstrated

o Menyatakan harapan untuk masa depan yang positif

o Menyatakan keinginan untuk hidup

o Menyatakan alas an untuk hidup

o Menyatakan arti hidup

o Optimis

NIC:

Support system enhancement

Fasilitasi untuk mendukung pasien dengan keluarga, eman, dan komunitas.

Aktiivitas keperawatan:

o Mengkaji respon psikologis pasien dan ketersediaan support system

o Mengenali jejaring social yang mendukung

o Mengidentifikasi dukungan keluarga, keuangan keluarga

o Monitor situasi keluarga

o Dukung pasien untuk terlibat dalam aktivitas social

o Dukung hubungan dengan orang-orang dekat

20

Page 21: LBM1 BLOK3.5

Konseling

Menggunakan bantuan yang interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah,

perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping,

pemecahan masalah, dan hubungan interpersonal.

Aktivitas keperawatan:

o Membangun BHSP

o Mendemonstrasikan empati, kehangatan, dan ketulusan

o Menyediakan privasi

o Mendorong untuk menyampaikan perasaan

o Mendampingi pasien untuk mengidentifikasi masalah atau situasi yang

menyebabkan distress

o Dampingi pasien untuk membuat daftar solusi yang memungkinkan

o Menentukan bagaimana sikap keluarga mempengaruhi pasien

Peningkatan koping

Mendampingi pasien menyesuaikan diri untuk menerima stressor, perubahan,

hambatan yang mempengaruhi peran dan kebutuhan hidup.

o Menyediakan atmosfer yang menerima

o Dukung pasien untuk menilai situasi secara objektif

o Evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan

o Dukung pasien untuk menggunakan sumber spiritual

o Dukung pasien untuk mengidentifikasi respon positif yang lain.

2. Rape Trauma Syndrome

Definisi: respon maladaptive yang berkelanjutan akibat adanya paksaan penetrasi dan

kekerasan seksual tanpa persetujuan (perkosaan).

Batasan karakteristik:

Harga diri rendah

Marah

Takut

Cemas

21

Page 22: LBM1 BLOK3.5

NOC: Abuse Recovery:emosional

Indicator:

Kenyamanan diri

Harga diri

Interaksi social positif

NIC: Rape Trauma Treatment

Aktivitas:

Berikan dukungan untuk seseorang terpenting tetap bersama klien untuk

memberikan dukungan

Lakukan intervensi krisis saat konseling

Berikan obat untuk mencegah kehamilan, bila memungkinkan

Dokumentasi tentang status mental

Masukkan pasien dalam program advokasi pemerkosaan

Berikan medikasi farmakologi untuk menangani kecemasan

3. Risk for suicide

Definisi: risiko melukai diri yang mengancam kehidupan.

Tanda gejala di kasus:

a. Mengalami pemerkosaan (kekerasan seksual)

b. Merasa hidupnya tidak berguna

c. Selalu menyalahkan diri sendiri

d. Menarik diri

NOC: suicide self restraint

Indicator:

Mengungkapkan perasaan

tidak melakukan percobaan bunuh diri

mencari bantuan social

NIC: Suicide prevention

faktor Pertanyaan Pengkajian fisikPersepsi terhadap stressor

1. identifikasi hal-hal yang membuat stress2. tanyakan masalah tidur, makan, pekerjaan,

dan tingkat konsentrasi3. tanyakan apakah pasien mengalami

kejadian saat di rumah, di tempat kerja, dll.

1. Observasi indicator kecemasan, marah, atau tertekan

2. Lihat ekspresi nonverbal, seperti tertawa atau

22

Page 23: LBM1 BLOK3.5

menangis pada kondisi yang tidak semestinya.

Ketersediaan sumber koping

1. Tanyakan tentang persahabatan yang dijalin dan hubungan dengan anggota keluarga

2. Tanyakan apa sudah dilakukan oleh pasien di masa lalu saat menghadapi stressor tersebut.

1. Observasi apakah pasien benar-benar sendiri atau ada orang lain

2. Observasi cara berpakaian dan kebersihannya

3. Observasi kemampuan komunikasi klien

4. Observasi tingkat perkembangan dan keadaan sosiokultural.

Koping maladaptive yang digunakan

1. Tanyakan tentang penggunaan tembakau, alcohol, obat-obatan, kafein, dan obat-obatan herbal serta obat-obatan yang berlawanan.

Observasi efek merokok, alcohol, obat-obatan, kafein. Contohnya: efek kesulitan tidur, kesulitan konsentrasi.

Kepatuhan terhadap praktek kesehatan

1. Apakah pasien secara teratur pergi ke dokter atau penyedia layanan kesehatan lain untuk check up?

2. Tanyakan tentang kebiasaan nutrisi, olahraga, penggunaan sabuk pengaman, helm, dan seksualitas.

1. Observasi dengan teliti masa gawat bunuh diri dan TTV

2. Berikan lingkungan yang aman (lingkungan tinggal, obat, dan peralatan lain)

3. Instruksikan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala dasar dari depresi dan segera laporkan jika ada hal tersebut

4. Laksanakan program terapi secara rutin.

7. Prognosis

Sampai 50% kasus akan pulih dalam tahun pertama, namun sampai 30% perjalanan

penyakitnya akan kronis. Perjalanan penyakit PTSD tergantung pada tingkat keparahan

gejala awal, multiple atau single trauma, dan onset atau munculnya gejala. Di Amerika dan

Australia sebanyak 85-88% laki-laki dan 78-80% perempuan dengan PTSD terdapat penyakit

penyerta atau komorbid, antara lain: personality disorder, social problem, dan physical

problem.

Bila PTSD berlangsung selama minimal 2 tahun dapat berakibat terjadi perubahan

kepribadian, dengan manifestasi perilaku yang tidak luwes dan maladaptive yang menjurus

pada disabilitas dalam hubungan interpersonal, social, dan pekerjaan.

23

Page 24: LBM1 BLOK3.5

Sikap bermusuhan, tidak percaya pada semua orang

Menarik diri

Putus asa dan perasaan hampa

Keterasingan

Prognosis yang baik diperoleh bila:

Waktu singkat

Durasi singkat

Tidak ada penyalahgunaan zat

Dukungan yang baik dari keluarga, orang terdekat, dan lingkungan

Mengikuti pengobatan dan terapi dengan rutin

8. Peran perawat dalam penanganan PTSD:

1. Sistem Pendukung

Perawat sebagai sistem pendukung dapat memberikan dorongan kepada pasien untuk

melakukan aktivitas yang dapat menyegarkan kembali pikirannya. Juga dapat

mengajarkan ketrampilan bersosialisasi dengan komunikasi terapeutik jika klien tidak

mengetahui cara berinteraksi dengan tepat. Membantu pasien dalam mengembangkan

jaringan social baru jika stress yang dialami terjadi akibat isolasi social.

2. Meningkatkan Harga Diri

Untuk memperbaiki harga diri klien, perawat dapat membantu klien dalam strategi

reduksi stress yang positif. Ketika klien dapat mengidentifikasi karakteristik positif

mana yang mereka miliki, maka hal ini dapat membantu mereka mencari sumber

koping yang dapat dicapai untuk mengatasi stressor yang mereka hadapi. Peningkatan

harga diri klien dapat dicapai dengan menggunakan terapi kognitif.

Dalam hukum perdata Indonesia diperlukan saksi ahli. Perawat termasuk dalam saksi ahli

yang dapat memberikan kesaksian kondisi mental pasien melalui dokumentasinya. Syarat

yang harus dipenuhi oleh saksi ahli adalah sebagai berikut:

a. Kualifikasi ahli

Pengadilan mengakui beberapa profesi untuk menjadi saksi ahli dalam rape trauma

syndrome di pengadilan, yaitu: dokter, psikiater, pekerja social, psikolog, konselor

krisis perkosaan, dan akademisi.

24

Page 25: LBM1 BLOK3.5

b. Reliabilitas keilmuan

c. Kegunaan

d. netralitas

9. indikasi pasien PTSD untuk dihospitalisasi:

a. untuk tujuan diagnostic

b. mempertibangkan segi keamanan pasien

c. perilaku pasien sangat kacau

d. pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

e. untuk rehabilitasi dan membentuk kegiatan sesuai dengan tingkatannya

3 kriteria pasien arus dirawat di rumah sakit:

a. terdapat risiko bunuh diri

b. komorbiditas tinggi

c. berkurangnya fungsi aktivitas

25