31
STEP7 LBM1 SGD22 KGD 1. Mengapa pasien tampak sianosis? Asfiksia yang disebabkan blokade jalan nafas oleh benda asing yang datangnya dari luar ataupun dari dalam tubuh, misalnya seperti inhalasi mutahan (aspirasi), tersedak makanan, tumor, jatuhnya lidah ke belakang ketika dalam keadaan tidak sadar, bekuan darah atau lepasnya gigi palsu. Pada keadaan dengan penurunan kesadaran misalnya pada tindakan anestesi, penderita trauma kepala /karena suatu penyakit, maka akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot lidah dan sphincter cardia akibatnya bila posisi penderita terlentang maka pangkal lidah akan jatuh ke posterior menutup orofaring, sehingga menimbulkan sumbatan jalan napas. Asfiksia adalah kumpulan dari pelbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal, mengakibatkan oskigen darah berkurang (hipoksia) disertai peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea). Hipoksia sendiri adalah suatu keadaan di mana tubuh sangat kekurangan oksigen sehingga sel gagal melakukan metabolisme secara efektif. Penurunan kadar oksigen sel darah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitudo pernafasan dan frekuensi pernafasan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda sianosis, terutama paada muka dan tangan. Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore. Com/med/.detail-pyk. Phd?id. (diakses 12 Desember 2006). Berapa %-kah vol darah yang hilang sehingga dapat menyebabkan sianosis? Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentase volume darah yang hilang. Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada pasien hipovolemik sering tidak nyata. Penanganan sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan klasifikasi awal a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%) - Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.

DANDY F LBM1 KGD.docx

  • Upload
    uyun

  • View
    267

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

STEP7 LBM1 SGD22 KGD

1. Mengapa pasien tampak sianosis? Asfiksia yang disebabkan blokade jalan nafas oleh benda asing yang datangnya dari luar ataupun dari dalam tubuh, misalnya seperti inhalasi mutahan (aspirasi), tersedak makanan, tumor, jatuhnya lidah ke belakang ketika dalam keadaan tidak sadar, bekuan darah atau lepasnya gigi palsu. Pada keadaan dengan penurunan kesadaran misalnya pada tindakan anestesi, penderita trauma kepala /karena suatu penyakit, maka akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot lidah dan sphincter cardia akibatnya bila posisi penderita terlentang maka pangkal lidah akan jatuh ke posterior menutup orofaring, sehingga menimbulkan sumbatan jalan napas. Asfiksia adalah kumpulan dari pelbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal, mengakibatkan oskigen darah berkurang (hipoksia) disertai peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea). Hipoksia sendiri adalah suatu keadaan di mana tubuh sangat kekurangan oksigen sehingga sel gagal melakukan metabolisme secara efektif. Penurunan kadar oksigen sel darah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitudo pernafasan dan frekuensi pernafasan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda sianosis, terutama paada muka dan tangan.

Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore. Com/med/.detail-pyk. Phd?id. (diakses 12 Desember 2006).

Berapa %-kah vol darah yang hilang sehingga dapat menyebabkan sianosis?Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentase volume darah yang hilang. Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada pasien hipovolemik sering tidak nyata. Penanganan sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan klasifikasi awala. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%) Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal. Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan. Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar 10%b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%) Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan . Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastolik. c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi. Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik. Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat. Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.

Berapakah kadar O2 dalam Hb yang dapat menyebabkan sianosis?Saturasi o2 normal : >95%

Jenis2 sianosis?

2. Mengapa pada pasien dicurigai adanya fraktur impresi?Dan jelaskan apa itu fraktur impresi!Fraktur impresi Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang kecil. Fraktur impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duremater dan jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula eksterna segmen yang impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang sehat.Ada 2 macam fraktur impresi : 1. Impresi fraktur tertutup : akibat pukulan benda keras yg mengakibatkan tulang kepala melesak kedlm dg membrkan tekanan/tdk thdp parenkim otak tanpa mengakibatkan robeknya kulit kepala dan hub. Dg dunia luar.2. Impresi fraktur terbuka : impresi tulang kepala + robekan kulit kepala dan tjd hub. Dg dunia luar, bila impresi hebat dpt tjd ribekan pada duramater.

Biomekanika trauma? Bagaimanakah itu?DefinisiBiomekanika Trauma adalah ilmu yang mempelajari kejadian cidera pada suatu jeniskekerasan atau kecelakaan. Biomekanika trauma ini penting diketahui untuk membantu dalammenyelidiki akibat yang di timbulkan trauma dan waspada terhadap perlukaan yang diakibatkantrauma.Tujuan : Mengetahui mekanisme cedera Menduga perlukaan yang ada Waspada terhadap perlukaan tertentu Dapat menyiapkan Tindakan yang akan dilakukanMekanisme cidera sendiri dibagi menjadi : Cidera langsung, misal kepala dipukul menggunakan martil. kulit kepala bisa robek,tulang kepala bisa retak atau patah, dapat mengakibatkan perdarahan di otak. Cidera perlambatan / deselerasi, misal pada kecelakaan motor membentur pohon.setelah badan berhenti dipohon, maka organ dalam akan tetap bergerak maju, jantungakan terlepas dari ikatannya(aorta) sehingga dapat mengakibatkan ruptur aorta. Cidera percepatan / akselerasi, misalnya bila pengendara mobil ditabrak daribelakang.Misalnya pengendara mobil ditabrak dari belakang. Tabrakan dari belakang bishttp://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-content/uploads/2012/03/BIOMEKANIK-TRAUMA.pdf

Gambar tabula beserta keterangannya!Tabula Eksterna: Merupakan lapisan yang kerasTabula Interna : Serupa tabula eksterna tetapi hanya lebih tipis, sehingga pada benturan tidak tertutup kemungkinan terjadi fraktur menekan pada tabula interna, dengan tabula eksterna tetapi intak.

Bagaimana cara memeriksa fraktur impresi? Dengan Px penunjang atau klinis saja? Bisa dg menggunakan X-ray, CT scan.Apakah ada tanda inflamasi?Apa saja jenis fraktur pada trauma kapitis?Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi menjadi:1. Fraktur linier Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala. Fraktur lenier dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja pada tulang kepala cukup besar tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan tidak terdapat fragmen fraktur yang masuk kedalam rongga intrakranial. 2. Fraktur diastasis Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulamg tengkorak yang mengababkan pelebaran sutura-sutura tulang kepala. Jenis fraktur ini sering terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura belum menyatu dengan erat. Fraktur diastasis pada usia dewasa sering terjadi pada sutura lambdoid dan dapat mengakibatkan terjadinya hematum epidural. 3. Fraktur kominutif Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur. 4. Fraktur impresi Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang kecil. Fraktur impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duremater dan jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula eksterna segmen yang impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang sehat. 5. Fraktur basis kranii Fraktur basis kranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar tulang tengkorak, fraktur ini seringkali diertai dengan robekan pada durameter yang merekat erat pada dasar tengkorak. Fraktur basis kranii berdasarkan letak anatomi di bagi menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media dan fraktur fossa posterior. Secara anatomi ada perbedaan struktur di daerah basis kranii dan tulang kalfaria. Durameter daerah basis krani lebih tipis dibandingkan daerah kalfaria dan durameter daerah basis melekat lebih erat pada tulang dibandingkan daerah kalfaria. Sehingga bila terjadi fraktur daerah basis dapat menyebabkan robekan durameter. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran cairan cerebrospinal yang menimbulkan resiko terjadinya infeksi selaput otak (meningitis). Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan rhinorrhea dan raccon eyes sign (fraktur basis kranii fossa anterior), atau ottorhea dan batles sign (fraktur basis kranii fossa media). Kondisi ini juga dapat menyebabkan lesi saraf kranial yang paling sering terjadi adalah gangguan saraf penciuman (N,olfactorius). Saraf wajah (N.facialis) dan saraf pendengaran (N.vestibulokokhlearis). Penanganan dari fraktur basis kranii meliputi pencegahan peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak misalnya dengan mencegah batuk, mengejan, dan makanan yang tidak menyebabkan sembelit. Jaga kebersihan sekitar lubang hidung dan telinga, jika perlu dilakukan tampon steril (konsultasi ahli THT) pada tanda bloody/ otorrhea/otoliquorrhea. Pada penderita dengan tanda-tanda bloody/otorrhea/otoliquorrhea penderita tidur dengan posisi terlentang dan kepala miring ke posisi yang sehat.

3. Apa saja tahap2 dari pemeriksaan trauma? Jelaskan lebih jauh tentang primary survey?Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ).Penilaian awal meliputi:1. PERSIAPANa. Fase Pra-Rumah Sakit Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.b. Fase Rumah Sakit Perencanaan sebelum penderita tiba Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkauc. Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.d. Pemakaian alat-alat proteksi diri

2. TRIASETriase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Dua jenis triase : Multiple CasualtiesJumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu. Mass CasualtiesJumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.

3. PRIMARY SURVEY (ABCDE) Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien, bertujuan untuk mengidentifikasi secara cepat dan sistematis dan mengambil tindakan terhadap setiap permasalahan yang mengancam jiwa(European Resusitasion, 2005). Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa(Wilkinson, 2000).AirwayPrioritas utama adalah membuat atau memelihara airway yang bebas.- Berbicara pada pasienSeorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas pasti memiliki airway yang bebas. Pasien yang tidak sadar mungkin saja membutuhkan bantuan airway dan ventilasi. Vertebra cervical harus dilindungi selama dilakukannya intubasi endotracheal bila diduga adanya trauma kepala, leher atau dada. Penyumbatan airway paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada pasien-pasien yang tidak sadarkan diri(Wilkinson, 2000).check response shout for helpOpen airway check breathingA. Penilaian Setelah menilai kesadaran, maka penolong harus dengan segera dapat menilai fungsi jalan napas. Pada korban yang sadar dan dapat bersuara, jalan napas biasas dikatakan bebas atau tidak ada gangguan. Pada korban yang tidak mengeluarkan suara atau tidak sadar, maka penilaian jalan napas dapat dilakukan dengan :- Look (lihat)Melihat langsung ke rongga mulut ada atau tidaknyanya sumbatan pada jalan napas.- Listen (dengar)Mendengarkan suara napas korban. Adanya snoring atau gurgling.- Feel (rasakan)Merasakan dengan pipi atau punggung tangan adanya hembusan napas dari korban.

B. Sumbatan jalan napas Sumbatan jalan napas merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation. Lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada airway yang paten. Obstruksi jalan napas total atau parsial.1. Obstruksi Total Pada obstruksi total mungkin ditemukan penderita masih sadar atau dalam keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang lalu tersangkut dan menyumbat dipangkal laring (tersedak). Bila obstruksi total timbul perlahan maka akan berawal dari obstruksi parsial yang kemudian menjadi total. Bila penderita masih sadar Penderita akan memegang leher dalam keadaan sangat gelisah. Sianosis mungkin ditemukan dan mungkin ada kesan masih bernapas (walaupun tidak ada ventilasi) Bila penderita ditemukan tidak sadar Tidak ada gejala apa-apa mungkin hanya sianosis saja. Pada saat melakukan pernapasan buatan mungkin ditemukan resistensi (tahanan) terhadapa ventilasi. Dalam keadaan ini harus ditentkan dengan cepat adanya obstruksi total dengan sapuan jari ke dalam faring sampai di belakang epiglottis.2. Obstruksi Parsial Obstruksi parsial dapat disebabkan berbagai hal. Biasanya penderitanya masih bisa bernapas sehngga timbul berbagai macam suara, tergantung penyebabnya : Cairan (darah, secret, aspirasi lambung) Timbul suara gurgling, suara bernapas bercampu suara cairan. Dalam keadaan ini harus dilakukan pengisapan. Lidah yang terjatuh kebelakang Keadaan ini bisa terjadi karena tidak sadar atau patahnya rahang bilateral. Timbul suara mengorok (Snoring) yang harus diatasi dengan perbaikan Airway, secara manual atau dengan alat. Penyempitan di laring atau trakea Dapat disebabkan udema karena berbagai hal ( luka bakar, radang, dsb) atapun desakan neoplasma. Timbul suara crowing atau stridor respiratori. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan airway distal dari sumbatan, misalnya dengan Trakeostomi.C. Kontrol Servikal Berbagai usaha dapat dilakukan dalam membebaskan jalan napas sesuai dengan jenis sumbatanya. Tapi perlu diingat bahwa sebelum melakukan berbagai tindakan pada jalan napas, terlebih dahulu dilakukan adalah C-spine control. Kemungkinan adanya cedera leher- ditandai dengan jejas atau tanda trauma di daerah atas os clavicula termasuk di kepala- harus diwaspadai. Pada korban trauma yang tidak sadar adan atau tidak diketahui mekanisme terjadinya trauma dengan pasti, meskipun tidak ditemukan adanya tanda cedera leher, patut dicurigai mengalami cedera leher. Tindakan yang menyebabkan bergeraknya servikal pada cedera leher dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung seketika. Kontrol servikal dapat dilakukan dengan bantuan colar neck atau dengan bantuan benda keras lainnya yang dapat menahan kepala dan leher untuk tidak bergerak. Dapat pula menghgunakan kedua tangan atau paha penolong ( jika penolong lebih dari 1 orang) sambil melakukan control pada jalan napas korban.D. Pengelolaan jalan napas Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan napas akibat lidah jatuh kebelakang adalah sebagai berikut :- Head Tilt (ektensi kepala) Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah maka jalan napas akan berada dalam posisi yang lurus dan terbuka. Tindakan ini tidak dianjurkan lagi karena besarnya pergerakan yang ditimbulkan pada servikal.- Chin Lift (angkat dagu) Mengangkat dagu menggunakan jari dengan maksud lidah yang menyumbat jalan napas dapat terangkat sehingga jalan napas terbuka. Jika dilakukan dengan bener cara ini tidaka akan banyak menimbulkan gerakan pada servikal.- Jaw Thrust (mendorong rahang)Mendorong mandibulan (rahang) korban kea rah depan dengan maksud ynag sama dengan chin lift. Mandibula diangkat ke atas oleh jari tengah di sudut rahang (angulus mandibula), dorongan di dagu dilakukan dengan menggunakan ibu jari, dan jari telunjuk sebagai penyeimbang di ramus mandibula.- Orofaringeal Airway ( Guedel)Alat ini berfungsi untuk menjaga jalan napas agar tetap bebas dari sumbatan. Oropharygeal Airway dimasukkan ke dalam mulut dan diletakkan di belakang lidah.Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan napas pada sumbatan yang disebabkan oleh cairan adalah sebagai berikut :- Finger SweepTeknik sapuan jari biasanya dilakukan pada penderita yang tidak sadar. Pada tindakan ini, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda padat atau cairan yang mengganggu jalan napas. Telebih dahulu mulut koban dibuka dengan menggunakan maneuver chin lift atau jaw thrust, atau dapat pula menggunakan finger cross-menyilangkan telunjuk dan ibu jari untuk membuka mulut korban untuk mengeluarkan cairan, dapat dibantu dengan menggunakan bahan yang mudah menyerap cairan. Jangan memasukkan jari terlampau dalam karena bisa menimbulkan rangsangan muntah.- SuctionDapat dilakukan dengan kateter suction atau alat suction khusus seperti yang dipakai di kamar operasi. Untuk cairan (darah, secret, dsb) dapat dipakai soft tip tetapi unutk materi yang kental sebaiknya memakai tipe yang rigid. Di lapangan, dapat dibuat suction sederhana menggunakan spuit 10cc atau lebih besar dan selang kecil.- Recovery PositionPosisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari rongga mulut atau jalan napas. Jika cairan sulit keluar maka dapat dibantu dengan finger sweap. Tindakan ini tidak dapat dilakukana pada korban dengan tanda adanya cedera pada leher, tulang belakang, atau cedera lain yang dapat bertambah parah akibat posisi ini. Usaha-usaha unutk membebaskan jalan napas dari obstruksi total akibat banda asing dapat dilakukan dengan :- Back Blow-Back SlapTepukan pada punggung di antara kedua scapula, dengan maksud memberikan tekanan yang besar pada rongga dada, dapat dilaukukan pada semua usia korban.Pada korban yang masih sadar, tepukan punggung dapat dilakukan dalam keadaan berdiri. Penolong menompang tubuh korban di bagian dada mengunakan tangan terkuat, tubuh korban sedikit dibungkukkan untuk memudahkan benda asing keluar melalui mulut. Pada korban tidak sadar, tepukan pada korban dapat dilakukan pada posisi korban miring stabil, dengan syarat tidak adanya cedera leher dan tulang belakang.- Abdominal ThrustTekanan pada perut di gunakan untuk memberikan untuk memberikan tekanan pada rongga dada. Tekanan dilakukan di daerah epigastrium (daerah antara pusat dan xipoideus). Pada korban sadar dapat dilakukan sambil berdiri. Penolong seperti memeluk korban dari belakang dan melakukan tekanan dengan kedua tangan kearah belakang atas. Pada korban tidak sadar, tekanan pada perut dapat dilakukan dengan menaiki tubuh korban. Tekanan diberikan dengan sudut 45 derajat ke arah belakang atas. Pertolongan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada korban anak-anak dibawah usia 8 tahun, bayi, wanita hamil, dan orang gemuk.- Chest ThrustTekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di daerah 2/3 strenum. Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan bantuan berat badan penolong-sama dengan pijatan jantung luar. Sedangkan pada bayi, tekanan cukup dilakukan dengan dua jari. Semua usaha pembebasan jalan napas pada penderita tersedak dilakukan sebanyak 5 kali, setelah itu lakukan evaluasi terhadap jalan napas, jika tidak ada pebaikan, maka usaha tersebut dapat diulangi.-KrikotiroidotomiTindakan pembebasan jalan napas harus senantiasa dievaluasi. Dan dilakukan dengan cepat. Jika semua tindakan tersebut tidak berhasil, maka dapat tindakan yang dilakukan dalah membuat jalan napas pintas pada leher. Dengan jalan membuat jalur ventilasi baru di daerah tenggorokan, diantaratulang krikoid dan tirod. Tindakan ini dikenal dengan Krikotiroidotomi.Jika usaha-usaha penanganan jalan napas telah dilakukan dan jalan napas dinyatakan bebas, kembali lakukan penilaian (re-evaluasi), jika ditemukan hembusan napas maka pertahankan jalan napas. Jika tidak ada hembusan napas maka segera periksa pernapasan (breathing).

Manajemen Breathing (Ventilasi)Jalan napas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi baik dari paru. Dinding thorak, dan diafragma. Pekaian yang menutupi dada korban harus dibuka untuk melihat pernapasan korban.1. Penilaian1.1 Pernapasan normal.Kecepatan bernapas manusia adalah : Dewasa: 16-24 x/i Anak-anak: 15-45 x/i Bayi: 30-50 x/iPada orang dewasa abnormal bila pernapasan >30 x/menit atau