Lapsus Tinea Corporis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kulit kelamin

Citation preview

BAB 1LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama

: Ny.F

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 50 tahun

Suku/Bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Status Perkawinan: Menikah

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Ketanen, RT 03/RW 09 Bangil, Kab.Pasuruan

Tanggal pemeriksaan: 27 April 20131.2 Anamnesa

Keluhan Utama :

Gatal-gatal di wajahPerjalanan Penyakit :

Pasien datang dengan keluhan rasa gatal-gatal diwajah sebelah kiri. Gatal dirasakan terutama saat berkeringat, kadang-kadang juga terasa cekot-cekot. Disertai timbul bercak berwarna merah pada wajah sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, Awalnya kecil di daerah pipi sebelah kiri kemudian semakin membesar sampai separuh wajah sebelah kiri. Pasien juga mengeluh timbul bercak-bercak juga di badan, punggung, dan di sela ngkangan paha, tapi tidak terlalu gatal, tidak seperti bercak yang di wajah.Demam sebelumnya disangkal pasien.Riwayat Pengobatan :

Pasien mengatakan bahwa sering mengobati dengan mengolesi minyak tawon dan membasuh dengan air panas, ketika sedang terasa gatal. Pasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya.Riwayat Alergi

Pasie mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat, maupun bahan-bahan alergen lainnya.

Riwayat penyakit terdahulu :

Riwayat pernah menderita penyakit kulit yang sama, berupa bercak merah disangkal

Riwayat penyakit dalam keluarga :

Riwayat anggota keluarga pasien yang menderita penyakit serupa disangkal dan tidak ada riwayat alergi pada keluargaRiwayat Sosial :

Pasien adalah penjual nasi di warung, yang biasanya berjualan pada saat malam hari dan pagi hari saja. Pakaian dan peralatan mandi dikatakan hanya dipergunakan oleh pasien sendiri1.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present :

Dalam batas normal

Status General :

Dalam batas normal

Status Dermatologis :

Lokasi

: Regio fascialis sinistra: makula eritematus, berbatas tegas dengan polisiklik aktif ditutupi skuama berwarnaRegio inguinalis dextra et sinister, thorakalis:

makula eritema, berbatas tegas, tepi polisiklik, Ditutupi skuama tipis warna putih1.4 Diagnosis Banding

1. Tinea Korporis et cruris2. Ptiarisis rosea

3. Dermatitis Numularis4. Eritrasma 1.5 Diagnosis kerja

Tinea Korporis et cruris1.6 Penatalaksanaan

- Pengobatan medikamentosa

Griseofulvin 2 x 2 tab (125mg) sehari

Loratadin 1x10mg/hariTopikal

: Miconazol cream 3x/hari KIE

1. Memberi penjelasan pada pasien tentang penyakitnya, dari jenis penyakit, penyebab sampai prognosisnya.

2. Menggunakan obat yang telah diberikan

3. Menghindari mengolesi dengan minyak tawon/ dengan air panas 4. Kebersihan pakaian yang digunakan harus selalu dijaga

1.7 Prognosis

Prognosis baik

Foto pasien

BAB 2PEMBAHASANDiagnosis tinea korporis didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan Pasien datang dengan keluhan rasa gatal-gatal diwajah sebelah kiri. Gatal dirasakan terutama saat berkeringat, kadang-kadang juga terasa cekot-cekot. Disertai timbul bercak berwarna merah pada wajah sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, Awalnya kecil di daerah pipi sebelah kiri kemudian semakin membesar sampai separuh wajah sebelah kiri. Pasien juga mengeluh timbul bercak-bercak juga di badan, punggung, dan di sela ngkangan paha, tapi tidak terlalu gatal, tidak seperti bercak yang di wajah. Dilihat dari onset, keluhan pasien bersifat akut. Disertai rasa gatal terutama saat berkeringat bisa mengarahkan dugaan infeksi yang disebabkan jamur. Dalam hal ini kita bisa mendiagnosis banding dengan tinea korporis, karena predileksinya di ekstremitas, dan dengan effloresensi plak dengan bentuk bulat disertai tepi yang aktif dan terdapat penyembuhan di tengah. Dari temuan ini kita bisa memikirkan diagnosis ke arah tinea korporis. Selain itu kita juga bisa memikirkan dugaan ke arah pitiriasis rosea, dimana predileksinya sama dengan tinea korporis, namun gambaran klinisnya sedikit berbeda, dimana pada pitiriasis rosea didapatkan gambaran herald patch dan umumnya diawali dengan gejala prodormal.

Selain dengan pitiriasis rosea, kita bisa mendiagnosis banding pasien ini dengan dermatitis numularis, dimana pada dermatitis numularis predileksinya pada area ekstensor, dengan effloresensinya plak dengan bentukan seperti koin. Jadi dari anamnesis serta gambaran klinis pada pasien mengarahkan dugaan ke arah tinea korporis.

Penatalaksanaan pasien ini adalah dengan pemberian obat topikal, karena lesinya yang cukup luas,terutama di daerah wajah. Maka diberikan griseofulvin 500mg/hari, kemudian untuk gatalnya dibberikan loratadin 1x10mg sehari. juga diberikan miconazol cream 3x/hari. Dimana ketoconazol merupakan derivat azol yang bersifat fungistatik yang dipergunakan untuk pengobatan dermatofitosis. Selain itu juga diberikan KIE kepada pasien, yaitu :

1. Memberi penjelasan pada orang tua pasien tentang penyakit pasien, dari jenis penyakit, penyebab sampai prognosisnya.

2. Menggunakan obat yang telah diberikan

3. Menghindari kelembaban yang berlebihan, misalnya dengan selalu mengelap keringat dengan menggunakan handuk yang bersih

4. Kebersihan pakaian yang digunakan harus selalu dijaga

5. Tidak bertukar handuk dengan anggota keluarga yang lain

Prognosis pada pasien adalah baik.

BAB 3PENDAHULUAN

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin, yang terbagi dalam 3 genus yaitu : microsporum, trichophyton, dan epidermophyton.1

Ada beberapa klasifikasi yang dibuat untuk membagi dermatofitosis, namun pembagian yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdasarkan lokasi, yaitu1 :1. Tinea Kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala2. Tinea Barbae : dermatofitosis pada dagu dan jenggot

3. Tinea Kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah

4. Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan

5. Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki

6. Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain selain bentuk diatas

Adapun selain bentuk diatas, ada beberapa tinea yang masih dikenal, yaitu tinea imbrikata, tinea favosa, tinea fasialis, tinea sirsinata. Bentuk istilah tersebut dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis.1

Tinea korporis adalah infeksi dermatofita superficial yang menyerang kulit halus (glabrous skin), misalnya kulit kecuali pada kulit kepala, lipatan paha, telapak tangan dan telapak kaki.2,3 Trichophyton rubrum adalah jenis dermatofita tersering yang menyebabkan tinea korporis. Penyakit ini umumnya ditemukan pada daerah tropis bersuhu hangat dan lembab. Bisa mengenai semua umur, tapi prevalensi cenderung tinggi pada remaja muda.2 Pada umumnya pasien mengeluhkan gatal dan timbul bercak kemerahan. Namun pada beberapa kasus pasien bisa dengan tanpa keluhan. Gambaran klinis berupa eritema berbatas tegas dengan konfigurasi anular atau polisiklik, serta bagian tepi yang lebih aktif.3 Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik melalui inspeksi, dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang seperti KOH dan lampu wood. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan lampu woods yang bila disinari akan menampakkan flouresensi berwarna kuning keemasan pada lesi yang bersisik tersebut. Pemeriksaan secara mikroskopis dengan KOH 10-20% memperlihatkan hifa yang pendek-pendek dan spora yang bergerombol seperti buah anggur. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik.1,2,3Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi berulang, yang dapat terjadi bila pasien tidak menggunakan obat dengan baik dan tidak menjaga higienitas, selain itu dapat pula terjadi dermatitis kontak sekunder. Prognosis umumnya baik, dan pasien harus dibekali dengan pendidikan untuk mencegah terjadinya infeksi berulang.BAB 4TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita superficial yang menyerang kulit halus (glabrous skin), misalnya kulit kecuali pada kulit kepala, lipatan paha, telapak tangan dan telapak kaki.2,3 4.2 Sinonim

Tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherenede Flechte, kurap, ringworm of the body.4.3 Etiologi dan Epidemiologi

Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai macam dermatofita. Secara internasional penyebab tersering adalah T rubrum.2 Selain itu golongan lain yang dapat menyebabkan tinea korporis adalah : T tonsurans, tricophyton mentagrophytes, trichophyton interdigitale, trichophyton verrucosum, Microsporum canis dan Microsporum gypseum. Dermatofita bisa ditularkan melalui manusia, hewan peliharaan, dan kontak dengan tanah, dimana infeksi melalui kontak manusia adalah rute tersering.2

Tinea korporis sering ditemukan pada daerah tropis dan daerah yang beriklim lembab. Frekuensi pada pria dan wanita sama besarnya dan dapat mengenai semua umur, namun lebih tinggi pada remaja muda. Dan karena hewan peliharaan merupakan salah satu sumber infeksi, anak-anak juga sering menderita tinea korporis.2

4.4 Patofisiologi

.Penyebaran infeksi tinea kapitis dapat disebarkan oleh spesies zoofilik, geofilik, dan antropofilik. Spesies zoofilik umumnya ditemukan di tubuh binatang, tetapi ditransmisikan ke tubuh manusia. Binatang maupun hewan peliharaan merupakan sumber utama infeksi di daerah perkotaan (contoh: M.canis pada anjing dan kucing). Transmisi dapat terjadi melalui kontak langsung dengan binatang yang spesifik atau secara tidak langsung ketika rambut binatang yang terinfeksi terbawa di baju atau terdapat pada gedung atau makanan yang terkontaminasi. Daerah yang terekspos seperti kulit kepala, jenggot, muka, dan tangan merupakan daerah favorit untuk organisme jamur tersebut Dermatofita yang meradang biasanya disebabkan oleh infeksi yang disebabkan organisme zoofilik.5

Masa inkubasinya adalah sekitar 1-3 minggu, dimana dermatofita menginvasi daerah sekitarnya dengan pola sentrifugal (menjauhi pusat). Sebagai respon dari infeksi, pada tepi yang aktif meningkatkan proliferasi sel epidermis yang menghasilkan skwama. Ini menciptakan pertahanan partial dengan cara menghilangkan kulit yang terinfeksi dan membiarkan kulit yang sehat dari tengah menuju lesi. Eliminasi dermatofita dilakukan melalui cell-mediated immunity.

Trichophyton rubrum adalah jenis dermatofita yang tersering menyebabkan tinea korporis. Dermatofita ini resisten terhadap eradikasi karena dinding selnya mengandung barier penghambat, yang menghambat cell-mediated immunity, menghambat proliferasi keratin dan meningkatkan resistensi organism pada pertahanan kulit alamiah.1,2

4.5 Gejala Klinis

Awalnya tampak lesi eritematus, yang dapat dengan cepat membesar dan meluas, dengan batas tegas dan konfigurasi anular karena resolusi sentral. Sebagai akibat proses peradangan dapat timbul skuama, kadang-kadang dengan papula, vesikel di tepi, daerah tengahnya biasanya lebih tenang,tepi polisiklis, aktif. Pada kasus yang jarang dapat timbul makula purpura, yang disebut tinea corporis purpura. Pada pasien yang terinfeksi HIV atau pasien dengan imunocompromised biasanya timbul abses atau infeksi kulit yang luas.1,2,3Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapatkan infeksi baru pertama kali.1

Penderita yang terinfeksi memiliki variasi gejala klinis, dan ada juga penderita dengan tanpa keluhan. Penderita umumnya mengeluh gatal, dan terkadang bisa mengeluh merasakan seperti terbakar. Adapun selain keluhan, hal-hal penting yang perlu digali adalah mengenai riwayat kontak dengan penderita ataupun dengan hewan peliharaan, karena tinea korporis dapat juga ditularkan melalui hewan peliharaan. Selain itu perlu juga digali tentang pekerjaan atau kegiatan yang mungkin merupakan faktor risiko penularan tinea korporis.

Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata. Penyakit ini terdapat di berbagai daerah tertentu di Indonesia, misalnya Kalimantan, Sulawesi, Irian barat, juga di pulau Jawa.1 Tinea imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar.Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini, setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Bila dengan jari tangan kita meraba dari bagian tengah ke arah luar, akan terasa jelas skuama yang menghadap ke dalam. Lingkaran-lingkaran skuama konsentris bila menjadi besar dapat bertemu dengan lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggir yang polisiklik. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita.

Gambaran klinis tinea korporis Gambaran klinis dan predileksi tinea korporis4.6 Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%.

Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula atau ditempel pada selotip. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 10% yang diberi tinta Parker biru hitam atau biru laktofenol, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat yang dikenal dengan hifa.b. Pemeriksaan dengan sinar woodDapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna kuning keemasan sampai orange. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat dengan lebih jelas perubaha pigmentasi yang menyertai kelainan ini.

c. Pemeriksaan Kultur Biakan.Pemeriksaan dengan biakan jamur tidak terlalu bernilai secara diagnostik karena memerlukan waktu yang lama. Pemeriksaan ini mengunakan media biakan agar malt atau saborauds agar. Koloni yang tumbuh berbentuk soliter, sedikit meninggi, bulat mengkilap dan lama kelamaan akan kering dan dibawah mikroskop terlihat yeast cell bentuk oval dengan hifa pendek.4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis pada penyakit ini mudah ditegakkan karena sangat khas, yaitu :

1. Klinis : terdapat makula eritema batas tegas, tepi meninggi dan aktif, dan terdapat penyembuhan di bagian tengah2. Pemeriksaan dengan lampu woods

3. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan kerokan kulit dari daerah lesi dengan larutan KOH 10-20%. Dibawah mikroskop terlihat hifa hifa pendek dengan spora panjang seperti bambu.

Diagnosis banding dari tinea korporis adalah :1. Dermatitis seboroik : Kelainan kulit menyerupai tinea korporis, namum berbeda predileksi, misalnya di kulit kepala (scalp), dan daerah lipatan-lipatan kulit, misalnya di belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya.2. Pitiriasis rosea : distribusi kelainan kulit simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal anggota badan. Yang membedakan dengan tinea korporis adalah herald patch.

3. Psoriasis : berbeda predileksinya, yaitu daerah ekstensor,misalnya lutut, siku dan punggung. Kulit kepala berambut juga sering terkena penyakit ini.

4. Dermatitis Numular : berbeda predileksinya, misalnya daerah ekstensor dan dengan karakteristik lesinya menyerupai koin, eritema dan berbatas tegas. Bila terdapat vesikel, lambat laun akan pecah, terjadi eksudasi dan mengering membentuk krusta kekuningan. Penyembuhan dimulai dari tengah, sehingga menyerupai derrmatomikosis.

4.8 PenatalaksanaanPada tinea korporis dengan lesi terbatas, cukup diberikan obat topical. Lama pengobatan bervariasi antara 1 sampai dengan 4 minggu tergantung jenis obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal diperlukan untuk lesi yang luas. Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi antimikotik dengan kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien4.1. Pengobatan TopikalPengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal dipengaruhi oleh mekanisme kerja obat tersebut. Pilihan obat diantaranya adalah2,3,4 : Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoate (6-12%) dalam bentuk salep (salep whitfield) Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep (salep 2-4) Derivat azol : mikonazol 2%, klotrimasol 1%, dan yang terbaru sertaconazole nitrate Derivat alilamin : Naftifine, terbinafine Kortikosteroid potensi rendah sampai sedang, namun penggunaannya tidak boleh dalam jangka waktu yang panjang2. Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik diberikan pada kasus tinea korporis dengan infeksi kulit yang luas, pasien imunocopromise, pasien resisten dengan pengobatan topical, dan komorbid dengan tinea kapitis atau tinea unguium. Pilihan obat diantaranya adalah2,3,4 : Griseofulvin 0,5-1 gr untuk dewasa, sedangkan untuk anak-anak 0,25-0,5 gr atau 10-25 mg/KgBB sehari dalam dosis tunggal atau terbagi. Sediaan mikrosize 500 mg. Lama pemberian sampai gejala klinis membaik, dan umumnya 3-4 minggu Derivat azol : ketokonazol 200 mg per hari selama 3-4 minggu, namun merupakan kontraindikasi pada pasien dengan kelainan hati. Itrakonazol 100 mg per hari selama 2 minggu atau 200 mg per hari selama 1 minggu. Derivat Alilamin : terbinafin 250 mg per hari selam 2 minggu

Antihistamin : pehaklor atau loratadin 1x sehari untuk gejala gatalnya4.9 Prognosis dan Komplikasi

Untuk tinea korporis dengan lesi yang terlokalisir, prognosisnya umumnya baik, dengan angka kesembuhan mencapai 70-100% setelah pengobatan dengan golongan azol atau alinamin topikal. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi berulang, apabila pengobatan tidak berhasil menghilangkan organism secara menyeluruh, seperti misalnya pada pasien yang menghentikan penggunaan pengobatan topical terlalu cepat ataupun pada jamur tersebut resisten terhadap pengobatan anti jamur yang diberikan.BAB 5

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari kasus ini adalah :

1. Pasien didiagnosa dengan tinea korporis karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan mendukung kearah diagnosa tersebut.

2. Penyebab terjadinya tinea korporis yang tersering adalah Trichophyton rubrum. Faktor predisposisi, terutama lingkungan dengan kelembaban yang tinggi dan cuaca panas sangat berperan memudahkan timbulnya penyakit ini.

3. Penanganan yang diberikan pada pasien ini adalah terapi medikamentosa dan pemberian KIE. Terapi medikamentosa yang diberikan yaitu obat topikal berupa ketoconazol 2% cream. 4. Pemberian KIE sangat penting dalam kasus ini, hal ini disebabkan karena penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk sembuh dan angka kekambuhannya cukup tinggi dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi dan kesabaran serta ketaatan pasien untuk berobat

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, et al. Mikosis. In: Djuanda A (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3th ed. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007.p. 92-99.

2. Lott, MER. Tinea Corporis eMedicine 1994-2009. [last update Juny 5, 2008]. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1091473 . (Accessed: 30 april, 2013).3. Anonim. Dermatofitosis. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Denpasar:SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas airlangga Surabaya ; 2005. p.59.

4. Mansjoer A, et al. Tinea Korporis. In: Mansjoer A (ed). Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.p 98-99.5. Wolf, K. A, Lowell. MP. (2008) Fungal Disease. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th Ed. Vol. 1 & 2. New York, USA. Hal. 1807-181156. James.WD, Berger TG, Elston DM, 2006. Disease resulting from fungi and yeasts. Andrews Diseases of The Skin : Clinical Dermatology. 11th Ed. Canada . Hal. 300-305PAGE 7