Upload
mentari-handayani
View
13
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan kasus Skabies dan analisis IKM
Citation preview
LAPORAN KASUS
SKABIES
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh:
Pembimbing:dr.Andy Maulana
ILMU KESEHATAN MASYARAKATPKM SUKOWONO – FAKULTAS KEDOKTERAN UNEJ
2015BAB I. TINJAUAN PUSTAKA
1
1.1 Skabies
1.1.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei
varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap, 2000).
1.1.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamily Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali
itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi (Handoko, 2008 dan Stone
et al, 2003). Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat (Handoko 2008).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang
kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3
hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8–12 hari (Handoko, 2008 dan Stone et al, 2003).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva
berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina
membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang
2
di tinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam
kehidupannya yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka
masing-masing mereka akan mati (Graham-Brown dan Burns, 2005).
1.1.3 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau
bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan
kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan bintil
(papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2008).
1.1.4 Cara Penularan
Menurut Admin (2009) di dalam Brown.T.Y. et al (1999), penyakit skabies
dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Yang paling
sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat
tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui
hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat
dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan
merupakan akibat utama.
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur
yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak
langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya adalah fasilitas
umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Pada
beberapa sekolah didapatkan kasus gatal-gatal selama beberapa bulan yang sebagian
dari mereka telah mendapatkan pengobatan anti skabies (Meyer, 2000).
1.1.5 Klasifikasi
3
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut
antara lain (Harahap, 2000):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan
aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada
nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin
dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4–8
minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan
kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada
penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena
jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi
4
akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi
tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi di muka
sering terjadi.
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
1.1.6 Gejala Klinis
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, 2008) :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun
mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini
bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dengan rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika
timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi
dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan
stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis ditegakkan 2 dari 4 tanda
cardinal
1.1.7 Pengobatan
5
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk
pasangan hidupnya.Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies
yaitu:
1. Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi,
mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan
leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan
ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih (Harahap, 2000).
2. Malation.
Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian
berikutnya diberikan beberapa hari kemudian (Harahap, 2000).
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.
Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai (Handoko,
2001).
4. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 malam (Harahap, 2000).
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus
ditambah 2–3 bagian dari air dan digunakan selama 2–3 hari (Harahap, 2000).
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak
dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap
susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi
seminggu kemudian (Handoko, 2001). Krotamiton 10 % dalam krim atau losio,
merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal
(Handoko, 2008).
1.1.8 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan
memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000).
6
1.2 Air
1.2.1 Definsi Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk
kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga
dan sebagainya (Raini, 2004).
1.2.2 Sifat Air
Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan
biologis.
Sifat Fisis
Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat
sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana
yang akan didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat (Slamet,
2007).
Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari
temperatur, dan tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat
dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada 4° Celcius.
Apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula (Slamet, 2007).
Sifat Kimiawi
Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oxigen terlarut (= DO) jenuh Sifat
Kimiawi pada 9 mg/1. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis
zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni, didapat di
dalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di
dalam air berjumlah sangat besar (Slamet, 2007).
Sifat Biologis
Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan sela-lu
didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik
terhadap kualitas air. Di dalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup
yang khas bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke
dalam organisme yang native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut.
Organisme native dalam badan air biasanya merupakan organisme yang tidak
patogen terhadap manusia. Organisme yang tidak native dapat berasalkan air
limbah, air hujan, debu, dan lain-lain pengotoran. Organisme ini dapat hidup di
7
perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya. Sebagaimana halnya semua
organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan mempunyai fungsi yang
sangat khusus dalam lingkungan tersebut dan membentuk ekosistem aquatik yang
khas pula (Slamet, 2007).
1.2.3 Air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/Per/IX/1990).
1.2.4 Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
syarat-syarat tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115
Tahun 2003). Syarat-syarat kualitas air meliputi:
Syarat fisik
a. Tidak berwarna
Air untuk rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan (Slamet, 2007).
b. Tidak berbau
Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh
bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air baik
yang hidup maupun yang sudah mati (Slamet, 2007).
c. Tidak berasa
Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis,
pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan oleh garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Slamet,
2007).
d. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan padatan sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor.
8
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi tanah liat, lumpur dan
bahan-bahan organik (Slamet, 2007).
Syarat kimia
Air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia maupun mineral karena selain menimbulkan
gangguan kesehatan juga dapat merusak instalasi penyediaan air bersih
(Slamet, 2007).
Kesadahan
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya
ion-ion (kation) logam valensi dua. Ion-ion semacam itu mampu bereaksi
dengan sabun membentuk kerak air. Kesadahan dalam air sebagian besar
adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan. Pada
umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal,
dan ada pembentukan batu kapur (Sutrisno, 2006).
Syarat mikrobiologi
Air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan tidak boleh
mengandung bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan. Standar yang
dipakai adalah total bakteri Coliform dengan batas tidak boleh lebih dari 1
coli/100 ml air. (Sutrisno, 2006).
Syarat radioaktif
Yaitu adanya batas tertinggi yang diperkenankan adanya aktivitas
Alpha (Gross Alpha Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L dan aktivitas Beta
(Gross Beta Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L (Slamet, 2007).
1.2.5 Sumber Air bersih
Pengadaan air bersih untuk berbagai keperluan hidup manusia dapat berasal
dari berbagai sumber dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda. Sumber air bersih
yang digunakan manusia adalah :
1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
2. Sumur
1.2.5.1 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Sumber air PDAM berasal dari:
9
• Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air bersih dan air minum harus dilakukan
pengolahan yang lengkap agar dapat mencapai standar fisika, kimia dan bakteri,
mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang
tinggi sekali. (Raini, 2004).
• Air Tanah Dalam
Air tanah dalam pada umumnya mempunyai kualitas lebih baik dari air tanah
dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Air tanah
dalam terlihat jernih karena telah mengalami penyaringan alamiah oleh tanah atau
batu-batuan selama proses pengaliran. Namun demikian air tanah dalam kemungkinan
mengandung mineral cukup tinggi sering berwarna, berbau dan mempunyai rasa tidak
nyaman. (Sutrisno, 2006).
• Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan air dalam (Sutrisno, 2006).
1.2.5.2 Air Sumur
Air sumur berasal dari air tanah dangkal yang kualitasnya bervariasi tergantung
ada atau tidaknya pencemaran pada tanah sekitar. Air ini terjadi karena daya proses
peresapan air dari permukaan tanah lumpur akan tertahan demikian pula sebagian
bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi karena banyak mengandung zat kimia
(garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-
unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah berfungsi
sebagai penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung terutama pada muka air
yang dekat muka tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul yang
merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air
minum melalui sumur-sumur dangkal yang dinamakan air sumur (Sutrisno, 2006).
1.2.6 Kaitan Penyediaan Air Bersih dengan Skabies
Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung
terhadap kesehatan. Salah satu penyebab penyakit di dalam air karena kurangnya
penyediaan air bersih (Slamet, 2007). Kurangnya penyediaan air bersih dapat
menimbulkan berbagai penyakit kulit diantaranya adalah skabies. Hal ini dipermudah
oleh penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya dan juga lingkungan yang kumuh
10
disertai sanitasi yang sangat jelek. Selain itu skabies merupakan penyebab penyakit
bawaan air (Slamet, 2007)
BAB II. STATUS PASIEN
11
A. Identitas Pasien
Nama : Sdr. MRA
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat : Krajan barat Kecamatan Sukowono
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku : Madura
Tanggal Pemeriksaan : 17 Februari 2015
Tanggal home visite : 20 Februari 2015
B. ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Gatal seluruh tubuh
• Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengeluhkan gatal seluruh tubuh sejak
1,5 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan gatal di sela sela jari tangan
terutama pada malam hari, berupa bintik bintik kemerahan, kemudian, gatal
dan bintik bintik merah menyebar ke seluruh tubuh, kaki, hingga selangkangan,
serta daerah kemaluan. Bintik kemerahan kemudian berubah menjadi berisi air
dan nanah. Dan gatal cenderung menjadi setiap saat.
• Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini
sebelumnya, Alergi (-), atopi (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga : di keluarga pasien mengalami keluhan yang
serupa terutama adik, ibu dan ayah, yaitu gatal di malam hari dan bintik bintik
kemerahan, keluhan dirasakan baru baru ini
• Riwayat Pengobatan : Pasien berobat 5 kali sebelumnya, yaitu ke bidan dan
perawat, namun keluhan yang dirasakan tetap.
• Riwayat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan:
12
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien adalah siswa
pondok pesantren Mafiluduror, Suger, siswa kelas 1 SMA. Pasien saat
diperiksa sedang izin dari pondok dan tinggal di rumah kurang lebih 1
minggu, sedangkan sehari harinya pasien tinggal di pondok.
Di pondok pesantren tersebut pasien tinggal dan tdur bersama 13 orang
santri lain, tanpa kasur beralas tikar, alat mandi, pakaian, dan alat
kebersihan lain dimiliki secara terpisah, akan tetapi kamar mandi menjadi
satu dengan satu bak besar dan panjang dan kadang-kadang terdapat santri
yang menceburkan diri ke dalam bak.
Di pondok pesantren terdapat banyak santri yang mengallami gejala serupa
berupa gatal dan bintik bintik merah pada sekujur tubuh, dan beberpa santri
ada yang diobati dan tidak diobati. Santri yang mengalami keluhan namun
tidak berobat biasanya merupakan santri yang lebih senior di pondok
tersebut.
Di rumah pasien, pasien tinggal dengan kedua orang tua dan satu adik laki
laki. Rumah yang dihuni 6x10 meter terdiri dari 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan 1 dapur. Lantai keramik,
dengan dinding batu bata, pintu terdiri dari 1 pintu depan dan 1 pintu
belakang, dengan cukup jendela, serta pencahayaan baik.
Pekerjaan ayah pasien adalah penjual pisau keliling dengan pendapatan
berkisar Rp. 50.000 per hari, dan ibu pasien merupakan penjahit pakaian
dengan pendapatan yang tidak menentu. Pengeluaran keluarga pasien
berupa untuk SPP sekolah pasien Rp. 40.000, dan SPP sekolah adik pasien
Rp. 40.000 per bulan. Dengan makanan biaya makan di pondok pesantren
Rp. 10.000 per hari (nasi dan tempe) dan pengeluaran lain lain.
Keluarga pasien memiliki kebiasaan tidur bersama di ruang keluarga,
dengan alat kebersihan dan alat mandi sendiri sendiri, dengan 1 kamar
mandi bersama, dengan 1 bak besar.
Tetangga pasien yang merupakan adik dari ibu pasien juga mengalami
keluhan yang sama seperti pasien, yaitu gatal di malam hari dan bintik-
bintik merah
C. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 17 februari 2015)
1. Keadaan Umum
13
cukup, kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x / menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 22 x /menit
Suhu : 36,5 oC
3. Kepala/ leher: Anemis/Ikterus/Sianosis/Dyspneu: -/-/-/-
4. ThoraksCor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : Pekak
Auskultasi: Bunyi jantung S I–II tunggal, regular, bising e/g/m = -/-/-
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-),
wheezing (-/-)
5. Abdomen
Inspeksi : perut tampak mendatar, tidak ada pembesaran hepar dan lien
Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan (-), tes undulasi (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
6. Ektremitas
akral dingin Oedem
- - - -
14
- - - -
Status Dermatologis
Regio Whole body, kecuali facialis, dan thorakalis posterior
Didapatkan efflorosensi papulae eritema, dan pustule dengan distribusi tersebar paling
banyak di regio manus dekstra dan sinistra, erosi (+), krusta (+), terowongan tidak
terlihat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
D. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
1. Pyoderma
2. Creeping eruption
E. DIAGNOSA KERJA
Scabies dengan sekunder infeksi
F. TATALAKSANA
Terapi rawat jalan:
Scabimid salep 4 hari sekali
CTM 3x 4mg
Deksametason 3x 0,5 mg
Amoksisilin 3x 500 mg
Sabun sulfur
Konseling:
15
Edukasi terhadap pasien untuk membersihkan pakaian pasien dengan
merendam di air panas, kemudian menjemur kasur, dan mengobati seluruh
anggota keluarga serta yang di pondok pesantren
Menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya penggunaan obat sesuai dengan
aturannya, serta kontrol ke puskesmas
G. PROGNOSIS
Ad vitam ad bonam
Ad functionam ad bonam
Ad sanationam dubia ad malam
16