83
LAPORAN TETAP LAPORAN TETAP BIOKIMIA II BIOKIMIA II 0leh: 0leh: MIRWAN HASAN AZIZ MIRWAN HASAN AZIZ G1C 007 022 G1C 007 022 PROGRAM STUDI KIMIA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS MATARAM UNIVERSITAS MATARAM

Laporan Tetap Biokimia II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Tetap Biokimia II

LAPORAN TETAP LAPORAN TETAP

BIOKIMIA IIBIOKIMIA II

0leh:0leh:

MIRWAN HASAN AZIZMIRWAN HASAN AZIZ

G1C 007 022G1C 007 022

PROGRAM STUDI KIMIAPROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPAFAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS MATARAMUNIVERSITAS MATARAM

20102010

Page 2: Laporan Tetap Biokimia II

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tetap ini disusun sebagai sarat lulus praktikum biokimia 2:

Co Ass acara I Co Ass acara II

( ) ( )

Co Ass acara III Co Ass acara IV

( ) ( )

Page 3: Laporan Tetap Biokimia II

KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur yang tak terkira selayaknya

kehadirat ALLAH SWT, Tuhan semesta alam. Dimana berkat limpahan

rahmat-Nya laporan tetap biokimia 2 ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Kedua kalinya sholawat serta salam tidak lupa kita ucapkan

kepada Nabi Muhammad SAW, dimana berkat beliau kita masih berada

dijalan agama Allah ini.

Adapun punyusunan laporan tetap ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu saya berharap dengan rendah hati untuk adanya masukan

yang bersifat membangun demi kemajuan kita bersama di kemudian hari

Besar harapan saya laporan tetap ini bisa bermanfaat bagi kita semua,

khususnya untuk anak kimia. Untuk itu mudah-mudahan Laporan ini dapat

dijadikan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Mataram, Juli 2010

Penyusun

Page 4: Laporan Tetap Biokimia II

DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................I

Kata Pengantar ...............................................................................II

Daftar isi ...............................................................................III

Laporan Acara 1

Uji sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu)........... 5

Laporan Acara 2

Menetapkan kadar kolesterol ...................................................23

Laporan Acara 3

factor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim (pengaruh suhu dn Ph

terhadap aktivitas enzim) ......................................................37

Laporan Acara 4

Percobaan protein ................................................................50

Daftar Pustaka

Page 5: Laporan Tetap Biokimia II

UJI SIFAT FISIK DANUJI SIFAT FISIK DAN

KIMIA CAIRAN TUBUH KIMIA CAIRAN TUBUH

( AIR LIUR DAN EMPEDU)( AIR LIUR DAN EMPEDU)

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH

Page 6: Laporan Tetap Biokimia II

( AIR LIUR DAN EMPEDU)( AIR LIUR DAN EMPEDU)

A.A. PELAKSANAAN PRAKTIKUMPELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.1. TujuanTujuan : Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia air liur dan : Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia air liur dan

empeduempedu

2.2. Hari, tanggalHari, tanggal : selasa, 18 Mei 2010: selasa, 18 Mei 2010

3.3. TempatTempat : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNRAM : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNRAM

B. LANDASAN TEORI

Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar

1-1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang utama

adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Selain itu juga ada

beberapa kelenjar bukalis yang kecil (Ganong, 1995).

Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% merupakan ion-ion Ca++, Mg++ ,

Na+ , K+ , PO43-, Cl, HCO3

-, SO42- serta zat-zat organik seperti musin dan enzim

amilase (Poedjiadi, 1994). Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,4. Suatu kisaran

yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari -amilase. Enzim ini bekerja

secara optimal pada pH 6,6 (Guyton dkk, 1997). Amilase saliva mulai tidak aktif

pada pH 4,0. Oleh karena itu, setelah makanan ditelan dan masuk ke dalam

lambung, proses hidrolisis oleh enzim amilase saliva tidak berjalan lebih lama

lagi. Secara umum enzim -amilase bekerja optimal pada pH 6,6 (Guyton, 1997).

Sebagai produk makhluk hidup, secara teori selalu ada kemungkinan dari

pengaruh pH terhadap aktivitas biologis dari enzim. struktur tiga dimensi molekul

enzim dipengaruhi oleh derajat keasaman dari larutan tempat ia berada. Dalam

lingkungan pH optimum, protein enzim mengambil struktur tiga dimensi yang

sangat tepat sehingga ia dapat mengikat dan mengolah substrat dengan kecepatan

yang setinggi-tingginya. Di luar pH optimum tersebut, struktur tiga dimensi enzim

mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian

molekul enzim yang mengolah substrat. Akibatnya proses katalisis berjalan tidak

Page 7: Laporan Tetap Biokimia II

optimum. Diantara rentangan pH yang ada, sebanyak itu pula agaknya bangun tiga

dimensi yang mungkin diambil oleh suatu molekul protein enzim( Sadikin 2002).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat- alat

- Tabung reaksi

- Penutup tabung reaksi

- Gelas ukur

- Pipet tetes

- Pipet volum

- Rak tabung reaksi

- Indikator universal

2. Bahan

- Air liur

- Larutan CuSO4

- Kertas saring

- NaOH 10%

- Pereaksi molisch

- Asam sulfat pekat

- Asam asetat encer

- HCl

Page 8: Laporan Tetap Biokimia II

- BaCl2 2%

- Empedu

- HNO3 pekat

- Larutan sukrosa 5%

- Air suling dan minyak

D. SKEMA KERJA

1. AIR LIUR

a. Penetapan pH Air Liur

- Dicelupkan indicator universal

- Dicocokkan warna indicator dengan standar warna pH

- Ditentukan pH air liur

b. Uji biuret

Air liur (yang tidak disaring)

Hasil (pH air liur)

Page 9: Laporan Tetap Biokimia II

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambah 2 ml NaOH 10 %

- Ditambah 1 tetes larutan CuSO4

- Bila belum terbentuk warna lembayung, ditambah lagi 1 tetes

CuSO4 (maksimal 10 tetes)

c.Uji Mollisch

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambah 2 tetes pereaksi mollisch

- Tabung reaksi dimiringkan dan dialirkan dengan hati-hati

- Ditambah 2 ml asam sulfat pekat dari biuret melalui dinding

tabung sehingga tidak bercampur

d. Uji presipitasi

2 ml air liur (tidak disaring)

Hasil (larutan warna

lembayung)

2 ml air liur (tidak disaring)

Hasil (reaksi positif bila ada

cincin ungu pada batas antara

2 cairan)

Page 10: Laporan Tetap Biokimia II

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambah 1 tetes asam asetat encer

e. Uji sulfat

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambah 3-5 tetes HCl

- Ditambah 5-10 tetes BaCl2 2%

2. EMPEDU

2 ml air liur (disaring)

Hasil (ada atau tidak

presipitasi amorf)

1 ml air liur (disaring)

Hasil (ada endapan putih

menyatakan adanya sulfat)

Page 11: Laporan Tetap Biokimia II

1. Sifat empedu

- Diperhatikan dan dicatat sifat fisiknya

Uji Gmelin

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Dimiringkan tabung

- Dialirkan secara hati-hati 3 ml larutan empedu encer dari

dinding tabung

Uji Pettenkofer

Empedu

Hasil

3 ml HNO3 pekat

Hasil (warna-warna yang

terbentuk pada

pembatas antara kedua

cairan)

5 ml larutan empedu

encer

Page 12: Laporan Tetap Biokimia II

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambah 5 tetes larutan sukrosa 5 %

- Dimiringkan tabung

- Dialirkan dengan hati-hati dari dinding tabung 3 ml asam

sulfat pekat

-

Fungsi empedu sebagai emulgator

- Dimasukkan dalam tabung reaksi I

- Ditambah satu tetes minyak

- Dikocok

Hasil (2 lapisan cairan dan

cincin yang terbentuk)

3 ml air suling

Hasil (ada atau tidak

emulsi stabil)

3 ml air suling

Page 13: Laporan Tetap Biokimia II

- Dimasukkan dalam tabung reaksi II

- Ditambah satu tetes minyak

- Ditambah 3 ml larutan empedu encer dan dikocok

E. HASIL PENGAMATAN

Langkah kerja Hasil Pengamatan

AIR LIUR :

Penetapan pH air liur

- Dicelupkan sepotong indikator universal ke

dalam air liur yang tidak disaring.

- Dicocokkan warna pada indikator tersebut

dengan standar warna pH untuk indikator

tersebut. Ditentuksn pH air liur.

Uji Biuret

- Dimasukkan 2 ml air liur yang tidak disaring ke

dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 2 ml NaOH 10 %. Dicampur

dengan baik.

+ NaOH 10%

membentuk 2 fase diatas

ada keruh (berbuih),

bawah jernih.

Hasil (ada atau tidak

emulsi stabil)

Page 14: Laporan Tetap Biokimia II

- Ditambahkan setetes larutan CuSO4. Dicampur

dengan baik. Bila belum terbantuk warna

lembayung ditambahkan lagi setetes CuSO4

hingga maksimum 10 tetes.

+ 3 tetes CuSO4 = warna

menjadi warna biru.

Uji Mollisch

- Dimasukkan 2 ml air liur yang tidak disaring ke

dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 2 tetes pereaksi mollisch.

Dicampur dengan baik.

- Dimiringkan tabung reaksi lalu dialirkan dengan

hati-hati. Ditambah 2 ml asam sulfat pekat dari

buret melalui dinding tabung sehingga tidak

bercampur. Reaksi positif diitandai dengan

pembentukan cincin berwarna ungu pada batas

antara kedua lapisan cairan.

-Tebentuk 2fase diatas

coklat kemerahan dan

dibawah putih kekeruhan

+H2SO4 terbentuk 3

lapisan paling atas coklat

muda pekat, tengah

kehijauan paling bawah

bening.

Uji Presipitasi

- Dimasukkan 2 ml air liur yang disaring ke

dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 1 tetes asam asetat encer.

Dicampur dengan baik. Diperhatikan dan

dicatat apakah ada presipitasi amorf terbentuk.

-larutan menjadi agak

keruh

Uji Sulfat

- Dimasukkan 1 liter air liur yang disaring ke

dalam tabung reaksi.

+HCl larutan agak putih

Page 15: Laporan Tetap Biokimia II

- Ditambahkan 3-5 tetes HCl.

- Ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2 %. Dicampur

dengan baik.

- Diperhatikan dan dicatat apakah ada endapan

putih yang menyatakan adanya sulfat.

keruh

+BaCl2 larutan lebih

jernih

EMPEDU :

Sifat fisik : warna hijau,

bentuk oval, lembek.

Sifat Empedu

- Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu.

Uji Gmelin

- Dimasukkan 3 ml HNO3 pekat ke dalam tabung

reaksi.

- Dimiringkan tabung reaksi, lalu dengan pipet

dialirkan secara hati-hati 3 ml larutan

empeduencer melalui dinding tabung reaksi

sehingga kedua larutan tersebut tidak

bercampur.

- Diperhatikan warna-warna yang terbentuk pada

perbatasan antara kedua lapisan.

Terbentuk beberapa fase

atas hijau, tengah coklat

kemerahan dan bawah

bening

Uji Pettenkofer

- Dimasukkan 5 ml larutan empedu encer ke

dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5 %.

- Dimiringkan tabung reaksi lalu dialirkan dengan

hati-hati 3 ml asam sulfat pekat melalui dinding

Larutan terdiri dari 3 fase

bagian atas hijau, tengah

agak hitam dan bawah

bening coklat.

Page 16: Laporan Tetap Biokimia II

H+

tabung sehingga tebentuk 2 lapisan cairan.

Diperhatikan cincin yang terbentuk pada

perbatasan antara kedua lapisan.

Fungsi Empedu Sebagai Emulgator

- Disediakan 2 tabung reaksi. Pada masing-

masing tabung dimasukkan 3 ml air suling.

- Pada kedua tabung ditambahkan 1 tetes minyak.

- Pada tabung kedua ditambahkan 3 ml larutan

empedu encer.

- Dikocok kedua tabung. Dicatat dan diperhatikan

apakah terbentuk emulsi yang stabil.

- Air suling + minyak =

hasil emulsi tidak

stabil/memisah

(warnanya tidak

tercampur sempurna).

- Air suling + minyak +

empedu = emulsi stabil

(warna bercampur rata =

hijau tua).

F. ANALISIS DATA

Persamaan reaksi

Reaksi Biuret

Uji Sulfat

Ba2+ + SO42- BaSO4 (mengendap)

Page 17: Laporan Tetap Biokimia II

Reaksi Molisch

Uji Presipitasi

Air liur + CH3COOH → mengendap (koagulasi)

Uji Gmelin

Bilirubin + HNO3 → kompleks kuning kemerahan

Uji Pattenkofer

Sukrosa + H2SO4 → hidroksometilfurfural

Hidroksimetilfurfural + cairan empedu → cincin ungu

Fungsi Empedu sebagai Emulgator

Garam-garam empedu + minyak → micelles

Micelles + air → larut

G. PEMBAHASAN

Pratikum kali ini,yaitu uji sifat fisik dan kimia cairan tubuh ( air liur dan

empedu ). Dalam praktikum ini kita menggunakan saliva dan empedu. Saliva

Page 18: Laporan Tetap Biokimia II

yang digunakan ada yang disaring dan tidak disaring. pH saliva sendiri dalam

tubuh manusia sekitar 7,0 (Ganong, 1995).

Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,4. Suatu kisaran yang menguntungkan

untuk kerja pencernaan dari -amilase. Enzim ini bekerja secara optimal pada pH

6,6 (Guyton dkk, 1997). Amilase saliva mulai tidak aktif pada pH 4,0. Oleh

karena itu, setelah makanan ditelan dan masuk ke dalam lambung, proses

hidrolisis oleh enzim amilase saliva tidak berjalan lebih lama lagi.

Pada uji biuret pereaksi yang digunakan ada 2, yaitu NaOH dan CuSO4.

uji dilakukan deangan menambahkan saliva kepada masing – masing pereaksi.

Percobaan yang pertama saliva ditambahkan dengan NaOH terbentuk lapisan

yang tidak b ercampur ( air liur berada diatas dan NaOH berada dibawah),

sedangkan pada saat ditambahkan CuSO4 membentuk gumpalan yang tidak saling

bercampur berwarna ungu violet, dalam hal ini CuSO4 membetuk kompleks

sebagai ion Cu2+ sehingga pada gumpalan tersebut berwarna ungu.

Pada uji Molisch, liur + pereaksi molisch larutan berwarna coklat,

kemudian ditambahkan asam sulfat pekat terbentuk 2 lapisan ( tidak bercampur ),

lapisan atas terdapat cincin ungu,sedangkan bawah berwarna bening. Prinsip

reaksi ini adalah dehidrasi senyawa oleh asam sulfat pekat. Uji positif jika timbul

cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil

furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish. (F:\biokimia\karbohidrat\uji-

kualitatif-karbohidrat.html).

Uji sulfat. Dalam pengujian kadar sulfat dalam saliva ini kami

mencampurkan 1ml air liur yang sudah diencerkan dengan HCl tujuanya untuk

mengasamkan air liur tersebut lalu ditambahkan BaCl2 . Belerang anorganik

merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasal

terutama dari metabolisme protein. Maka akan terbentuk endapan putih yang

menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi adalah :

BaCl2 + SO42- → BaSO4 + 2Cl-

Page 19: Laporan Tetap Biokimia II

Pada uji presipitasi, pada saat air liur ditambahkan dengan asam asetat

encer embentuk endapan putih, air liur disini mengandung enzim amilase, amilase

yang direaksikan dengan asam asetat encer akan membentuk endapan putih, asam

asetat encer mempunyai kemampuan mengikat air dari gugus pengikat

air,sehingga kelarutan amilum akan berkurang dan akan mengendap

Percobaan empedu, Pankreas ayam ditumbuk dalam mortar sampai halus,

kemudian ditambahkan sedikit air sehingga diperoleh ekstraknya. Ekstrak

pankreas ayam yang siap dipakai biasanya memiliki pH netral (pH=7). Secara

teori, cairan pankreas cenderung memiliki pH yang lebih basa yaitu 7,5-8,2

(Guyton dkk, 1997).

Percobaan selanjutnya yaitu uji gmelin dalam hal ini ekstrak empedu yang

kita buat digunakan pada percobaan ini, dapat dilihat bahwa pada penambahan

HNO3 pekat terhadap ekstrak empedu kedua larutan tersebut tidak bercampur,

terdapat berbagai macam warna, warna yang paling atas berwarna hijau, warna

hijau tersebut lama-lama akan berubah menjadi biru baru kemudian ungu, warna

ungu tersebut lama-lama akan berubah menjadi warna orange dan terakhir

berwarna putih. Perubahan warna ini terjadi karena HNO3 berfungsi sebagai zat

pengoksidasi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pigmen empedu yang dioksidasi

oleh berbagai pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna

( Anonim, 2009).

Uji selanjutnya yaitu uji Pettenfoker, prinsipnya sama dengan uji gmelin

yaitu penambahan zat pengoksidasi kuat ( H2SO4 ) pada ekstrak

empedu,perubahan warna tersebut disebabkan karena oksidasi pigmen tersebut.

Percobaan selanjutnya adalah untuk mengetahui fungsi empedu sebagi

emulgator. Disediakan 2 tabung reaksi,Pada tabung pertama diisi air dan minyak

sedangkan pada tabung ke 2 diisi air + minyak + emoedu encer. Dari hasil

pengamatan tabung pertama dapat dilihat pada saat air ditetesi minyak, larutannya

tidak bercampur, hal ini disebabkan karena air dan minyak mempunyai perbedaan

massa jenis yang sangat besar, sehingga air dan minyak tidak dapat bercampur.

Page 20: Laporan Tetap Biokimia II

Sedangkan pada tabung 2 air yang ditetesi minyak ditambahkan cairan empedu.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat butiran minyak bertambah banyak dan kecil

ukurannya semakin lama minyak dan air saling bercampur, dalam hal ini cairan

empedu berfungsi sebagai emulgator dalam proses pencernaan lemak. Minyak

merupakan ester asam lemak jenuh. Pada proses pembentukan emulsi ini bagian

yang hidrofob atau tidak suka air masuk kedalam lemak, sedangakan ujung yang

bermuatan negatif ada dibagian luar. Oleh karena adanya gaya tolak muatan listrik

negatif ini, maka akan terbentuk butiran-butiran minyak yang bertambah banyak

menjadi partikel-partikel kecil ( Poedjadi, 2007)

Kondisi pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim melalui pengubahan

stuktur atau pengubahan muatan pada residu yang berfungsi dalam pengikatan

substrat atau katalis. Sebagai contoh, enzim bermuatan negatif (Enz-) bereaksi

dengan substrat bermuatan positif (SH+) :

Enz- + SH+ EnzSH

Pada pH yang rendah, Enz- mengalami protonasi dan kehilangan muatan

negatifnya (enzim dinetralisir) :

Enz- + H+ EnzH

Sedangkan, pada pH yang tinggi, SH+ mengalami ionisasi dan kehilangan

muatan positifnya (substrat dinetralisir) :

SH+ S + H+

Karena (berdasarkan definisi) satu-satunya bentuk yang mengadakan interaksi

adalah SH+ dan Enz-, nilai pH yang ekstrim (tinggi ataupun rendah) akan

menurunkan kecepatan reaksi.

G. KESIMPULAN

Sifat fisik dan kimia air liur dapat diidentifikasi melalui uji biuret, uji

molisch, uji presipitasi, dan uji sulfat.

Uji biuret pada air liur menghasilkan endapan berwarna ungu yang

merupakan kompleks Cu2+

Page 21: Laporan Tetap Biokimia II

Uji positif pada reaksi molisch jika timbul cincin merah ungu yang

merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural

dengan a-naftol dalam pereaksi molish.

Uji presipitasi pada air liur menghasilkan endapan putih,diakibatkn

karena asam asetat encer mempunyai kemampuan mengikat air dari

gugus pengikat air,sehingga kelarutan amilum akan berkurang dan akan

mengendap

Uji sulfat pada air liur menghasilkan larutan keruh akibat penambahan

HCl

dan membentuk gumpalan dengan penambahan BaCl2.

Cairan pankreas cenderung memiliki pH yang basa yaitu 7,5 – 8,2

uji Pettenfoker, prinsipnya sama dengan uji gmelin yaitu penambahan

zat pengoksidasi kuat ( H2SO4 ) pada ekstrak empedu,perubahan warna

tersebut disebabkan karena oksidasi pigmen tersebut.

H.NO3 dan H2SO4 berfungsi sebagai agen pengoksidasi yang dapat

menghasilkan suatu turunan yang berwarna

Minyak dan air tidak dapat bercampur karena perbedaan massa jenis

diantara keduannya

Empedu mempunyai sifat sebagai emulgator

Page 22: Laporan Tetap Biokimia II
Page 23: Laporan Tetap Biokimia II

MENETAPKAN KADARMENETAPKAN KADAR

KOLESTROLKOLESTROL

MENETAPKAN KADAR KOLESTROLMENETAPKAN KADAR KOLESTROL

A.A. PELAKSANAAN PRAKTIKUMPELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.1. TujuanTujuan : Menentukan kadar kolesterol tinggi dan rendah : Menentukan kadar kolesterol tinggi dan rendah

2.2. Hari, tanggalHari, tanggal : Selasa, 11 Mei 2010 : Selasa, 11 Mei 2010

3.3. TempatTempat : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNRAM : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNRAM

B. LANDASAN TEORIB. LANDASAN TEORI

Salah satu kelompok senyawa organic yang terdapat dalam tubuh,hewanSalah satu kelompok senyawa organic yang terdapat dalam tubuh,hewan

atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Lipidatau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Lipid

dapat dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan srukturdapat dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan sruktur

kimiawinya, yaitu: asam lemak, lemak,lilin, fosfolipid, terpen, steroid, dan lipidkimiawinya, yaitu: asam lemak, lemak,lilin, fosfolipid, terpen, steroid, dan lipid

kompleks. Beberapa senyawa penting yang termasuk dalam golngan steroid adalhkompleks. Beberapa senyawa penting yang termasuk dalam golngan steroid adalh

kolesterol (Poedjadi, 2007).kolesterol (Poedjadi, 2007).

Page 24: Laporan Tetap Biokimia II

Kolesterol adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk

mengetahui adanya sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol dengan

mengggunakan reaksi warna. Salah satu diantaranya adalah reaksi Liebermen

Burchard. Uji ini positif bila reaksi menunjukkan warna yang berubah dari merah,

kemudian biru, dan hijau. Warna hijau yang tejadi sebanding dengan konsentrasi

dalam bahan (Yazid, 2006).

Reduksi asam empedu merupakan salah satu faktor yang mampu

menurunkan kolesterol.Senyawa pembentuk asam empedu adalah kolesterol.

Kolesterol tubuh dibuang melalui dua jalur utama yaitu dengan mengubah

koleterol menjadi asam empedu dan melalui katabolisme mejadi hormon-hormon

steroid maupun pembentukan neutural sterol seperti kalestanon dan caposterol.

Perubahan kolesterol ke asam empedu merupakan perubahan yang bersifat siklis,

karena perubahan koleterol menjadi asam empedu akan diserap kembali oleh hati

dan diubah menjadi kolestrol, akibanya konsentrasi kolesterol dalam tubuh tidak

akan berkurang ( Seeley et, 2000).

C. ALAT DAN BAHANC. ALAT DAN BAHAN

1.1. Alat – alat Alat – alat

Tabung reaksiTabung reaksi

Tutup tabung reaksiTutup tabung reaksi

Alat Vortex MixerAlat Vortex Mixer

Pipet tetesPipet tetes

Pipet volum 5 mlPipet volum 5 ml

Penangas airPenangas air

Alat spektrofotometerAlat spektrofotometer

KuvetKuvet

2.2. Bahan – bahan Bahan – bahan

Alcohol absoluteAlcohol absolute

Serum konsentrasi tinggi dan rendahSerum konsentrasi tinggi dan rendah

Petroleum benzinPetroleum benzin

Page 25: Laporan Tetap Biokimia II

AquadesAquades

Colour reagenColour reagen

Asam asetat glacialAsam asetat glacial

Asam sulfat pekatAsam sulfat pekat

Larutan kolestrol standarLarutan kolestrol standar

D. SEKEMA KERJAD. SEKEMA KERJA

1.1. Uji sampelUji sampel

2,5 ml alcohol (2 tabung reaksi)2,5 ml alcohol (2 tabung reaksi)

+ 0,1 ml serum tinggi (tbg 1)+ 0,1 ml serum tinggi (tbg 1)

+ 0,1 ml serum rendah (tbg 2)+ 0,1 ml serum rendah (tbg 2)

KocokKocok

HasilHasil

+ 5 ml peteoleum benzin+ 5 ml peteoleum benzin

Campur dengan vortex mixer Campur dengan vortex mixer

30 detik30 detik

HasilHasil

+ 3 ml aquades+ 3 ml aquades

Kocok 10 – 15 detikKocok 10 – 15 detik

Diambil lapisan atasDiambil lapisan atas

HasilHasil

Lapisan atas (tabung reaksi)Lapisan atas (tabung reaksi)

Uapkan (penangas air 80Uapkan (penangas air 80ooC) C)

→ larutan tinggal sedikit→ larutan tinggal sedikit

Biarkan mengering diudaraBiarkan mengering diudara

HasilHasil

+ 4 ml colour reagen encer+ 4 ml colour reagen encer

Masukan (penangas air)Masukan (penangas air)

DinginkanDinginkan

HasilHasil

+ 3 ml H+ 3 ml H22SOSO44 pekat pekat

Page 26: Laporan Tetap Biokimia II

2 lapisan2 lapisan

Kocok dengan vortex mixerKocok dengan vortex mixer

Diamkan (ruangan gelap) 30 Diamkan (ruangan gelap) 30

menitmenit

HasilHasil

Ukur A dan %T pada λ = 560Ukur A dan %T pada λ = 560

nmnm

Hasil Hasil

BlangkoBlangko

4 ml CH3COOH glasial 4 ml CH3COOH glasial

(tabung reaksi) (tabung reaksi)

+ 3 ml H+ 3 ml H22SOSO44 pekat pekat

2 lapisan2 lapisan

Kocok dengan vortex mixerKocok dengan vortex mixer

Diamkan (ruangan gelap) 30 Diamkan (ruangan gelap) 30

menitmenit

HasilHasil

Ukur A dan %T pada Ukur A dan %T pada λλ = 560 = 560

nmnm

Hasil Hasil

2.2. Kurva kalibrasiKurva kalibrasi

3 tabung reaksi3 tabung reaksi

+ 0,5 ml, 1 ml, 2 ml + 0,5 ml, 1 ml, 2 ml

kolesterol pada masing- kolesterol pada masing-

tabungtabung

Uapkan (penangas air 80oC)Uapkan (penangas air 80oC)

Larutan kolesterol standarLarutan kolesterol standar

125 mg %, 250 mg %, 500 mg %125 mg %, 250 mg %, 500 mg %

Page 27: Laporan Tetap Biokimia II

+ 4 ml colour reagen encer+ 4 ml colour reagen encer

Masukan (penangas air)Masukan (penangas air)

DinginkanDinginkan

HasilHasil

+ 3 ml H+ 3 ml H22SOSO44 pekat pekat

2 lapisan2 lapisan

Kocok dengan vortex mixerKocok dengan vortex mixer

Diamkan (ruangan gelap) 30 Diamkan (ruangan gelap) 30

menitmenit

HasilHasil

Ukur A dan %T pada Ukur A dan %T pada λλ = 560 = 560

nmnm

Hasil Hasil

Blangko masing – masing standar koesterolBlangko masing – masing standar koesterol

4 ml CH3COOH glasial 4 ml CH3COOH glasial

(tabung reaksi) (tabung reaksi)

+ 3 ml H+ 3 ml H22SOSO44 pekat pekat

2 lapisan2 lapisan

Kocok dengan vortex mixerKocok dengan vortex mixer

Diamkan (ruangan gelap) 30 Diamkan (ruangan gelap) 30

menitmenit

HasilHasil

Ukur A dan %T pada Ukur A dan %T pada λλ = 560 = 560

nmnm

Hasil Hasil

E.E. HASIL PENGAMATANHASIL PENGAMATAN

1)1) Serum konsentrasi tinggi

Page 28: Laporan Tetap Biokimia II

NONO Langkah kerjaLangkah kerja Hasil pengamatanHasil pengamatan

AA

11

22

33

44

55

66

77

88

99

1010

1111

1212

1313

Uji sampelUji sampel

Tabung reaksi sampel (S) + Tabung reaksi sampel (S) +

0,1 ml serum, dikocok0,1 ml serum, dikocok

+ 5 ml petroleum benzin+ 5 ml petroleum benzin

Campur dengan vortex mixer Campur dengan vortex mixer

30 detik30 detik

+ 3 ml aquades, disentrifugasi+ 3 ml aquades, disentrifugasi

Ambil lapisan atasAmbil lapisan atas

Uapkan 80Uapkan 80ooCC

+ 4 ml colour reagent+ 4 ml colour reagent

Ambil tabung lain untuk Ambil tabung lain untuk

blangko (B) dan masukan 4 mlblangko (B) dan masukan 4 ml

asam asetat glasialasam asetat glasial

Masukan tabung (S) dalam Masukan tabung (S) dalam

penangas air, dinginkanpenangas air, dinginkan

+ 3 ml H+ 3 ml H22SOSO44 pekat dalam pekat dalam

tabung S dan B, dimiringkantabung S dan B, dimiringkan

Kocok dengan vortex mixerKocok dengan vortex mixer

Diamkan tabung S dan B Diamkan tabung S dan B

dalam ruangan gelap selama dalam ruangan gelap selama

30 menit30 menit

Ukur A dan % T larutan S dan Ukur A dan % T larutan S dan

B pada λ = 560 nmB pada λ = 560 nm

AbsorbanAbsorban

Putih keruh, ada endapanPutih keruh, ada endapan

Terdapat 3 lapisan = putih (bawah),Terdapat 3 lapisan = putih (bawah),

putih agak bening (tengah), bening putih agak bening (tengah), bening

(atas)(atas)

Terdapat 3 lapisan = putih (bawah),Terdapat 3 lapisan = putih (bawah),

putih agak bening (tengah), bening putih agak bening (tengah), bening

(atas)(atas)

Terbentuk 2 lapisan = putih keruh Terbentuk 2 lapisan = putih keruh

(bawah), bening (atas)(bawah), bening (atas)

Larutan menguap dan larutan Larutan menguap dan larutan

tinggal sedikittinggal sedikit

Tidak ada perubahanTidak ada perubahan

Tidak ada perubahanTidak ada perubahan

Larutan menjadi agak kecoklatan, Larutan menjadi agak kecoklatan,

terdapat 2 lapisan, atas bening dan terdapat 2 lapisan, atas bening dan

bawah kecoklatanbawah kecoklatan

Untuk blangko , atas pink dan Untuk blangko , atas pink dan

bawah beningbawah bening

Page 29: Laporan Tetap Biokimia II

Blangko = 0,128Blangko = 0,128

Sampel = 0,071Sampel = 0,071

% Transmitan% Transmitan

73,6 %73,6 %

084,1 %084,1 %

2)2) Serum konsentrasi rendah

NONO Langkah kerjaLangkah kerja Hasil pengamatanHasil pengamatan

AA

11

22

33

44

55

66

77

88

99

1010

1111

1212

Uji sampelUji sampel

Tabung reaksi sampel (S) + Tabung reaksi sampel (S) +

0,1 ml serum, dikocok0,1 ml serum, dikocok

+ 5 ml petroleum benzin+ 5 ml petroleum benzin

Campur dengan vortex mixer Campur dengan vortex mixer

30 detik30 detik

+ 3 ml aquades, disentrifugasi+ 3 ml aquades, disentrifugasi

Ambil lapisan atasAmbil lapisan atas

Uapkan 80Uapkan 80ooCC

+ 4 ml colour reagent+ 4 ml colour reagent

Ambil tabung lain untuk Ambil tabung lain untuk

blangko (B) dan masukan 4 mlblangko (B) dan masukan 4 ml

asam asetat glasialasam asetat glasial

Masukan tabung (S) dalam Masukan tabung (S) dalam

penangas air, dinginkanpenangas air, dinginkan

+ 3 ml H+ 3 ml H22SOSO44 pekat dalam pekat dalam

tabung S dan B, dimiringkantabung S dan B, dimiringkan

Kocok dengan vortex mixerKocok dengan vortex mixer

Putih keruh, ada endapanPutih keruh, ada endapan

Terdapat 3 lapisan = putih Terdapat 3 lapisan = putih

(bawah), putih agak bening (bawah), putih agak bening

(tengah), bening (atas)(tengah), bening (atas)

Terdapat 3 lapisan = putih Terdapat 3 lapisan = putih

(bawah), putih agak bening (bawah), putih agak bening

(tengah), bening (atas)(tengah), bening (atas)

Terbentuk 2 lapisan = putih Terbentuk 2 lapisan = putih

keruh (bawah), bening (atas) dankeruh (bawah), bening (atas) dan

aa endapan di bagian tengahaa endapan di bagian tengah

Larutan menguap dan larutan Larutan menguap dan larutan

tinggal sedikittinggal sedikit

Tidak ada perubahanTidak ada perubahan

Tidak ada perubahanTidak ada perubahan

Larutan menjadi agak Larutan menjadi agak

kecoklatan, terdapat 2 lapisan, kecoklatan, terdapat 2 lapisan,

atas bening dan bawah atas bening dan bawah

kecoklatankecoklatan

Page 30: Laporan Tetap Biokimia II

1313

Diamkan tabung S dan B Diamkan tabung S dan B

dalam ruangan gelap selama dalam ruangan gelap selama

30 menit30 menit

Ukur A dan % T larutan S dan Ukur A dan % T larutan S dan

B pada λ = 560 nmB pada λ = 560 nm

AbsorbanAbsorban

Blangko = 0,128Blangko = 0,128

Sampel = 0,061Sampel = 0,061

Untuk blangko , atas pink dan Untuk blangko , atas pink dan

bawah beningbawah bening

% Transmitan% Transmitan

73,6 %73,6 %

086,9 %086,9 %

3)3) Kurva kalibrasi

NoNo Langkah kerjaLangkah kerja Hasil pengamatanHasil pengamatan

11

22

33

3 tabung diisi masing – 3 tabung diisi masing –

masing 0,5 ml, 1 ml, dan 2 masing 0,5 ml, 1 ml, dan 2

ml larutan kolesterol standar ml larutan kolesterol standar

0,05 mg/ml petroleum benzin0,05 mg/ml petroleum benzin

Uapkan sampai kering dalamUapkan sampai kering dalam

penangas air (80penangas air (80ooC) sisanya C) sisanya

diuapkan pada suhu kamardiuapkan pada suhu kamar

Kadar kolesterol;Kadar kolesterol;

Tabung 1 ; 125 mg %Tabung 1 ; 125 mg %

Tabung 2 ; 250 mg %Tabung 2 ; 250 mg %

Tabung 3 ; 500 mg %Tabung 3 ; 500 mg %

+ 4 ml colour reagent+ 4 ml colour reagent

Tabung 1. Terlihat endapan Tabung 1. Terlihat endapan

beningbening

2. Terlihat endapan 2. Terlihat endapan

beningbening

3. Terlihat endapan 3. Terlihat endapan

beningbening

Tabung 1. Buihnya paling sedikit Tabung 1. Buihnya paling sedikit

dan beningdan bening

Tabung 2. Buihnya lebih banyak Tabung 2. Buihnya lebih banyak

dari tabung 1dari tabung 1

Page 31: Laporan Tetap Biokimia II

44

55

66

77

88

99

1010

Ambil tabung lain untuk Ambil tabung lain untuk

blangko (B)blangko (B)

+ 4 ml colour reagent+ 4 ml colour reagent

Masukan tabung S dala Masukan tabung S dala

penangas air, dinginkanpenangas air, dinginkan

+ 3 ml H+ 3 ml H22SOSO44 pekat dalam pekat dalam

tabung S dan B, dimiringkantabung S dan B, dimiringkan

Kocok dengan vortex mixerKocok dengan vortex mixer

Diamkan tabung S dan B Diamkan tabung S dan B

dalam ruang gelap selam 30 dalam ruang gelap selam 30

menitmenit

Ukur A dan % T larutan S Ukur A dan % T larutan S

dan B pada dan B pada λλ = 560 nm = 560 nm

Absorban Absorban

Tabung 1; 0,052Tabung 1; 0,052

Tabung 2; 0,051Tabung 2; 0,051

Tabung 3; 0,051 Tabung 3; 0,051

Tabung 3. buihnya paling banyakTabung 3. buihnya paling banyak

dan agak keruhdan agak keruh

Semua larut dan berwarna beningSemua larut dan berwarna bening

Blangko + HBlangko + H22SOSO44 terdapat 2 terdapat 2

lapisan, lapisan atas berwarna lapisan, lapisan atas berwarna

pink dan lapisan bawah berwarnapink dan lapisan bawah berwarna

beningbening

Tabung S ; terdapat 2 lapisan Tabung S ; terdapat 2 lapisan

% transmitans% transmitans

88,7 %88,7 %

88,6 %88,6 %

88,7 %88,7 %

F.F. ANALISIS DATAANALISIS DATA

1) Tabel Kurva Kalibrasi

ABSORBAN(A) KONSENTRASI(C)

0,051

0,052

0,052

125mg%

250mg%

500mg%

Page 32: Laporan Tetap Biokimia II

Absorban(A) kolesterol rendah = 0,061

Absorban(A) kolesterol tinggi = 0,071

2) Kurva Kalibrasi dan penentuan kadar kolesterol

125 250 1500 2625500

A

C

0,052

0,051

0,061

0,071

Page 33: Laporan Tetap Biokimia II

Dari kurva diperoleh konsentrasi kolesterol pada:Serum kolesterol rendah = 1500mg

%

1) Serum Kolesterol tinggi = 2625mg%

G.G. PEMBAHASANPEMBAHASAN

Praktikum kali ini bertujuan unuk menetapkan kadar koleterol.

Kolesterol sendiri merupakan turunan steroid yang banyak terdapat pada

hewan dan manusia.Batu kantung empedu dan kuning telur merupakan

sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan senyawa yang

berguna dalam biosintesis hormone steroid, namun senyawa ini tidak

diperbolehkan dari luar tubuh dari asetil koenzim A (Anonim, 2009).

Pada percobaan pertama yaitu uji sampel. Sampel yang digunakan pada

percobaan ini ada 2 yaitu: kolesterol tinggi dan kolesterol rendah. Pengujian

untuk kolesterol tinggi dan rendah sama, tahap pertama yaitu alcohol absolut

ditambahkan serum menghasilkan laruatn yang agak keruh, hal ini

disebabkan karena alcohol absolut berfungsi sebagai pelarut yang mudah

menguap dan besifat polar, sedangkan molekul kolesterol dibagian kepala

pada posisi 3 memiliki struktur hidroksil yang bersifat polar (Lehninger,

1990). Diaman senyawa polar akan larut pada senyawa polar juga , sehingga

dari hasil pengamatan menunujukkan larutan yang agak keruh. Setelah

penambahan alcohol absolut, kemudian ditambahkan petroleum benzin, dan

tutup tabung reaksi, hal ini disebabkan karena petroleum benzin bersifat non

polar dan mudah menguap sehingga tabung eraksi harus dalm keadaan

tertutup. Dari hasil pengamatan dapat dilihat setelah penambahan petroleum

benzin terdapat 3 lapisan putih (bawah), putih agak bening (tengah), bening

(atas). Molekul kolesterol yang bersifat polar akan bereaksi dengan

alkokohol absolut, sedangkan molekul yang bersifat non polar akan bereaksi

dengan petroleum benzin. Setelah itu ditambahkan aquades sebelum dikocok

terdapat dua lapisan saja yaitu pada bagian atas berwarna bening dan bagian

Page 34: Laporan Tetap Biokimia II

bawahnya keruh terdapat endapan. Hal ini disebabkan karena aquades

bersifat polar akan bercampur dengan alcohol absolut dan molekul kolesterol

yang bersifat polar juga. Setelah itu ambil larutan yang terdapat pada bagian

atas yang merupakan petroleum benzin, hal ini dapat diketahui dari

perbedaan massa jenis, massa jenis air lebih besar dari petrolim benzin

sehingga molekul air berada di bawah, dan juga air akan menguap pada suhu

100ºC sehingga dapat dipastikan larutan yang terdapat diatas merupakan

senyawa petroleum benzin. Larutan tersbut dipanaskan pada suhu 80ºC. Dari

hasil pengamatan tidak terjadi perubahan apapun hanya saja larutan

berkurang akibat proses penguapan.

Larutan kemudian ditambahkan colour reagent, untuk kolesterol rendah

terdapat sedikit gelembung dan sedikit gel, sedangkan untuk kolesterol

tinggi terdapat Kristal yang tak berwarna, berasa, berbau dan mempunyai

titik lebur 150-151ºC (Poedjadi, 2007).

Selanjutnya larutan tersebut diatambahkan H2SO4, dari hasil

pengamatan dapat dilihat terdapat cincin orange kecokelatan, hal ini

disebabkan karena H2SO4 berfungsi sebagai kompleks warna. Setelah itu

larutan kemudian disimpan pada ruang gelap untuk diukur pada uv vis.

Penyimpanan pada ruang gelap bertujuan untuk mencegah flouresensi,

dimana larutan yang akan diukur tersebut tidak boleh terkena sinar, karena

akan mempengaruhi hasil absorban pada saat pengukuran. Pengukuran

dilakuka pada panjang gelombang 560 nm.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data;untuk uji sampel Pada

serum konsentrasi tinggi diperoleh nilai Absorban untuk blangko = 0,128

sampel = 0,071 dan % transmitan untuk blangko = 73,6 % sampel 084,1%

untuk serum konsentrasi rendah nilai absorban blangko 0,128 sampel =

0,061 dan % transmitans untuk blangko 73,6 % sampel 086,9 % untuk kurva

kalibrasi absorban tabung 1 = 0,052 tabung 2 = 0,051 tabung 3 0,051 dan %

transmitan tabung 1 = 88,7 % tabung 2 = 88,6 % tabung 3 = 88,7 %.

Page 35: Laporan Tetap Biokimia II

H.H. KESIMPULANKESIMPULAN

Kolesterol adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk

mengetahui adanya sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol

dengan mengggunakan reaksi warna. Salah satu diantaranya adalah reaksi

Liebermen Burchard.

Fungsi penambahan alcohol absolut yaitu sebagai pelrut yang bersifat

polar.

fungsi dari penambahan asam asetat glasial adalah untuk melarutkan

kolestrol dan penambahan asam sulfat adalah untuk membentuk kompleks

berwarna.

Pada serum konsentrasi tinggi diperoleh nilai Absorban untuk blangko =

0,128 sampel = 0,071 dan % transmitan untuk blangko = 73,6 % sampel

084,1% untuk serum konsentrasi rendah nilai absorban blangko 0,128

sampel = 0,061 dan % transmitans untuk blangko 73,6 % sampel 086,9 %

untuk kurva kalibrasi absorban tabung 1 = 0,052 tabung 2 = 0,051 tabung 3

0,051 dan % transmitan tabung 1 = 88,7 % tabung 2 = 88,6 % tabung 3 =

88,7 %.

Page 36: Laporan Tetap Biokimia II

FAKTOR – FAKTOR YANGFAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KERJAMEMPENGARUHI KERJA

ENZIM ( PENGARUHENZIM ( PENGARUH

SUHU DAN pHSUHU DAN pH

Page 37: Laporan Tetap Biokimia II

TERHADAP AKTIVITASTERHADAP AKTIVITAS

ENZIM)ENZIM)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHIFAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KERJA ENZIM ( PENGARUH SUHU DAN pHKERJA ENZIM ( PENGARUH SUHU DAN pH

TERHADAP AKTIVITAS ENZIM)TERHADAP AKTIVITAS ENZIM)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUMA. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.1. TujuanTujuan : Untuk mengetahu aktivitas enzim ( pengaruh suhu : Untuk mengetahu aktivitas enzim ( pengaruh suhu

dan pH )dan pH )

2.2. Hari, tanggalHari, tanggal : selasa, 18 Mei 2010: selasa, 18 Mei 2010

3.3. Tempat : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNRAMTempat : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNRAM

B.B. LANDASAN TEORILANDASAN TEORI

Page 38: Laporan Tetap Biokimia II

Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar

1-1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang utama

adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Selain itu juga ada

beberapa kelenjar bukalis yang kecil (Ganong, 1995).

Saliva juga merupakan sarana untuk mengekskresikan obat-obat tertentu

(misalnya etanol dan morfin), ion-ion organik seperti K+, Ca2+, HCO3-, tiosianat

(SCN-) serta yodium dan imunoglobin (IgA). (Murray, Granner, 1999).Nilai pH

saliva biasanya berkisar sekitar 6,8, kendati dapat bervariasi pada salah satu dari

kedua sisi netralitas tersebut. (Murray, Granner, 1999 )

Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH

lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan

ganda ( zwitter ion ). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan

berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks

enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah

atau tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan

mengakibatkan aktivitas enzim ( poedjadi,1994 )

Katalisator mempercepat reaksi kimia, mengalami perubahan selama

reaksi, tetapi berubah kembali kepada keadaan semula setelah reaksi-reaksi

selesai. Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja spesifik. Aktivitas katalis

yang dimiliki enzim merupakan alat ukur yang selektif dan sensitif terhadap

aktivitas enzim. Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat, pH, suhu, dan

indikator. Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat atau produk yang

terbentuk. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aktivitas enzim antara lain

konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH, dan indikator. Aktivitas enzim

meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu, laju berbagai proses metabolisme

akan naik sampai batasan suhu maksimal. Prinsip biologis utama adalah

homeostatis, yaitu keadaan dalam tubuh yang selalu mempertahankan keadaan

normalnya. Perubahan relatif kecil saja dapat mempengaruhi aktivitas banyak

Page 39: Laporan Tetap Biokimia II

enzim. Adanya inhibitor non kompetitif irreversibel dan antiseptik dapat

menurunkan aktivitas enzim ( Hawab,2003 )

C. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Spektrofotometer

Tabung reaksi dan rak

Beaker glass

Erlenmeyer

Pipet volume

Termometer

Penangas air

Pipet tetes

Air es

Bahan:

Saliva

Larutan pati

Larutan Iodium

Larutan dengan pH 3, 5, 9, dan 11

D. SKEMA KERJA

Page 40: Laporan Tetap Biokimia II

a. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

Air liur

Encerkan

Air liur encer

4 pasang tabung (0o, suhu ruang, 60o, 100o)

Tabung uji blangko

+ larutan pati 1 ml + larutan pati 1

ml

+ liur encer 100X + liur encer

200X

Keram 1 menit Keram 1 menit

+ 1 ml larutan iodine + 1 ml larutan

iodin

+ 8 ml aquades + 8 ml aquades

Hasil Hasil

b. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim

Air liur

Encerkan

Air liur encer

4 pasang tabung pH (3, 5, 9, 11)

Tabung uji

+ larutan pati 1 ml dalam

berbagai pH

Keram pada suhu 37oC 5

menit

+ 200 ml liur encer

Page 41: Laporan Tetap Biokimia II

+ 1 ml larutan iodine

+ 8 ml aquades

Hasil

Tabung uji

+ larutan pati 1 ml dalam

berbagai pH

Keram pada suhu 37oC 5

menit

Keram 1 menit

+ 1 ml larutan iodine

+ 8 ml aquades

Hasil

Baca absorban pada λ 680 nm

E. HASIL PENGAMATAN

1. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

No Cara kerja Hasil pengamatan

A Pengaruh suhu terhadap

aktivitas enzim

Page 42: Laporan Tetap Biokimia II

1

2

3

4

5

Liur diencerkan 100x

Tabung 1: 0oC

Tabung B

Tabung U

Tabung 2: suhu kamar

Tabung B

Tabung U

Tabung 3: 60oC

Tabung B

Tabung U

Tabung 4: 100oC

Tabung B + iodium

Tabung U + iodium

Liur encer

Kurang bening dan endapan

lebih sedikit

Lebih bening dan endapan lebih

banyak

Keruh putih, ada endapan putih

didasar tabung

Lebih jernih, ada endapan putih

didasar tabung

Endapan putih, larutan ungu

kehitaman

Larutan bening kekuningan

Biru tua pekat

Biru jernih

Suhu A uji A blangko

0oC

Suhu ruang

60oC

100oC

0,07

0,082

0,1

1,064

0,104

0.209

0,279

2,500

2. Penagruh pH terhadap aktivitas enzim

No Cara kerja Hasil pengamatan

Page 43: Laporan Tetap Biokimia II

A

1

2

1

2

1

2

1

2

Ph 3

Tabung B

Panaskan 37oc

+ Iodium

+ Air Suling

Tabung U

Panaskan 37oc

+ air liur

+ Iodium

+ Air Suling

pH 5

Tabung B

Tabung U

pH 9

Tabung B

Tabung U

pH 11

Tabung B

Tabung U

Terbentuk 2 fase: atas larutan

bening, bawah endapan putih

Larutannya berubah dari bening

menjadi biru tua

Tidak terjadi perubahan

Terbentuk 2 fase: atas larutan

bening, bawah endapan putih

Pada larutan ada endapan yang

melayang

Larutan berubah menjadi biru

tua, ada endapan putih melayang

Terdapat 3 lapisan, atas biru

muda, tengah biru tua, dan

bawah endapan.

Wwarna ungu kehitaman dan

terdapat endapan putih

Endapan putih dan larutan

bening sedikit kekuningandan

terdapat warna ungu diantaranya

Terdapat 2 lapisan : atasnya

larutan ungu kehitaman,

bwahnya endapan putih

Terdapat 2 lapisan: atasnya

bening keunguan, bawah

endapan putih

Page 44: Laporan Tetap Biokimia II

Terdapat 2 lapisan : atasnya

larutan ungu kehitaman,

bwahnya endapan putih

Terdapat 3 lapisan: dari atas

samapi bawah berturut- turut

yaitu: bening keunguan, biru

keunguan, endapan putih

pH A uji A blangko

3

5

9

11

2,470

0,165

0,107

0,087

1,363

2,500

0,161

0,101

a. ANALISIS DATA

4. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

Suhu A uji A blangko ∆A/menit (v)

0oC

Suhu ruang

60oC

100oC

0,169

0,448

2,096

2,5

0,122

0,363

1,009

1,736

0,047

0,085

0,997

0,764

5. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim

pH A uji A blangko ∆A/menit (v)

3

5

2,5

2,5

2,5

1,06

0

0,144

Page 45: Laporan Tetap Biokimia II

9

11

2,5

0,14

0,23

0,09

2,27

0,05

Kurva hbungan antara kecepatan reaksi enzim dengan suhu

Kurva hubungan antara kecepatan reaksi enzim dengan pH

Page 46: Laporan Tetap Biokimia II

G. PEMBAHASAN

Sumber enzim -amilase yang digunakan dalam penelitian ini adalah saliva.

Secara umum enzim -amilase terdapat pada tanaman, jaringan mamalia, dan

mikroba (Winarno, 1986)..sumber enzim tersebut memiliki karakteristik dan

lingkungan kerja yang berbeda sehingga berbeda pula kemampuannya dalam

menghidrolisis pati.

Faktor - faktor yang sangat penting dalam menentukan aktivitas

enzimatik adalah suhu dan pH. suhu optimum enzim biasanya hampir sama

dengan suhu organisme asal enzim tersebut.Yazid dkk (2006). Pada mamalia dan

unggas, suhu tersebut berada di sekitar 37oC. Proses hidrolisis pati dengan sumber

enzim -amilase dari pankreon juga dilakukan pada suhu 37-38o C, menyesuaikan

suhu tubuh manusia. Sedangkan Pengaruh pH pada aktivitas enzim, Secara umum

enzim -amilase bekerja optimal pada pH 6,6 (Guyton, 1997). Sebagai produk

makhluk hidup, secara teori selalu ada kemungkinan dari pengaruh pH terhadap

aktivitas biologis dari enzim Sadikin (2002).

percobaan yang pertama kami lakukan adalah pegaruh suhu terhadap

aktaivitas enzim. Sebelumnya kami mengumpulkan air ludah atau liur terlebih

Page 47: Laporan Tetap Biokimia II

dahulu. Penambahan air liur pada pati di awal sebelum proses ini berfungsi

sebagai enzim yang akan mengkatalisis proses hidrolisa senyawa pati, karena pada

air liur terdapat enzim amylase yang akan mengubah amilum menjadi maltosa,

dan pati merupakan amilum. Amylase pada air ludah ini juga sering disebut

dengan enzim ptialin. Proses perubahan amilum menjadi maltosa merupakan

hidrolisis. Bila amilum ditambahkan air liur (amilase) maka molekul-molekulnya

akan terhidrolisis manjadi maltosa dengan BM 360 dan glukosa. Amilosa

merupakan suatu polimer linear yang terdiri dari unit-unit D-glukosa dalam ikatan

1,4 glukosida. Berbeda dengan amilopektin, amilosa merupakan suatu

polisakarida yang bercabang dan terdiri dari unit-unit D-glukosa dalam ikatan.

Dari hasil percobaan pada suhu 0o C tejadi aktivitas enzim,yaitu ditandai

dengan perubahan warna pada tabung uji dengan terbentuknya 3 warna,pada suhu

ini seharusnya enzim berada dalam keadaan tidak aktif,sehingga keja enzim disini

seharusnya sama sekali tidak ada. Hal ini juga sebenarnya dipengaruhi oleha

faktior pengenceran,karena semakin tinggi pengenceran maka semakin menurun

pula aktivitas enzim ( kecepatan reaksi enzim ). Selanjutnya dilakukan uji pada

suhu ruang,aktivitas enzim pada suhu ini dapat dikatakan normal atau tidak terjadi

perubahan warna,hal yang dapat mempengaruhi adalah kondisi lingkungan yang

kadang tidak sesuai dengan suhu ruang ( 28o C ), kemudian pada suhu 60o c,sama

halnya dengan suhu ruang tidak terjadi perubahan pada larutan. Pada kondisi ini

sebagian enzim terdenaturasi. apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif

enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim akan

berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Ini berarti pada suhu 60o C

bukanlah temperatur yang optimal untuk membuat enzim amylase bekerja dengan

baik dalam membantu reaksi hidrolisis

Pada suhu yang lebih tinggi ( 100o C ), gerak termodinamik akan lebih

meningkat sehingga benturan antar molekul akan lebih sering. Namun molekul

protein juga mengalami denaturasi, sehingga bangun tiga dimensinya berubah

secara bertahap. Akibatnya kompleks ES akan sukar terbentuk sehingga produk

juga makin sedikit. Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat seiring dengan

Page 48: Laporan Tetap Biokimia II

peningkatan suhu sampai batas optimum. Setelah melewati suhu optimum, maka

kecepatan reaksi enzimatik akan kembali menurun. Suhu optimum enzim amilase

yang terdapat pada saliva adalah 37oC, sama dengan suhu normal tubuh.

Suhu penangas air selama proses uji sebenarnya perlu dijaga agar tetap

stabil pada kisaran 37-38o C.,sebab berpengaruh terhadap laju reaksi. Diluar suhu

optimum laju reaksi enzimatis selalu lebih rendah, Makin besar perbedaan suhu

reaksi dengan suhu optimum, makin rendah laju reaksi.

Percobaan 2, yaitu Pengaruh pH pada aktivitas enzim, Secara umum enzim

-amilase bekerja optimal pada pH 6,6 (Guyton, 1997). Sebagai produk makhluk

hidup, secara teori selalu ada kemungkinan dari pengaruh pH terhadap aktivitas

biologis dari enzim Sadikin (2002).Dalam lingkungan pH optimum, protein enzim

mengambil struktur tiga dimensi yang sangat tepat sehingga ia dapat mengikat

dan mengolah substrat dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Di luar pH

optimum tersebut, struktur tiga dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat

tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian molekul enzim yang mengolah

substrat. Akibatnya proses katalisis berjalan tidak optimum.

Dapat dilihat bahwa enzim amilase saliva memiliki pH optimal pada pH 7,

Namun Pada kurva yang diperoleh melalui percobaan didapat pada pH 9, karena

pada pH ini diperoleh aktivitas enzim yang tinggi (kecepatan reaksi enzimatik

tinggi). Umumnya, kecepatan reaksi enzimatik meningkat hingga mencapai pH

optimal dan menurun setelah pH lebih besar dari pH optimal. 3 dan 5, aktivitas

enzim masih ada, tetapi kecil (ditunjukkan oleh kecepatan reaksi enzimatik yang

kecil pula). Hal ini disebabkan pada pH kurang dari 4, enzim amilase saliva

menjadi tidak aktif. Pada pH 9 dan 11, aktivitas enzim menurun karena telah

terlewati pH optimal dari enzim tersebut.

Page 49: Laporan Tetap Biokimia II

H. KESIMPULAN

Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu

sampai batas optimum. Setelah melewati suhu optimum, maka kecepatan

reaksi enzimatik akan kembali menurun. Suhu optimum enzim amilase

salivarius adalah 37OC, sama dengan suhu normal tubuh.

Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat seiring

dengan peningkatan suhu sampai batas optimum. Setelah melewati suhu

optimum, maka kecepatan reaksi enzimatik akan kembali menurun. Suhu

optimum enzim amilase yang terdapat pada saliva adalah 37 oC, sama

dengan suhu normal tubuh.

Enzim memiliki aktivitas maksimal pada pH optimumnya

(pH optimum enzim amilase saliva adalah 7. Penurunan atau kenaikan pH

akan mempengaruhi aktivitas enzim.

Berdasarkan kurva Enzim memiliki aktivitas maksimal

pada suhu 60o C

Berdasarkan kurva Enzim memiliki aktivitas maksimal

pada ph 9

Page 50: Laporan Tetap Biokimia II

PERCOBAAN PROTEINPERCOBAAN PROTEIN

Page 51: Laporan Tetap Biokimia II

PERCOBAAN PROTEINPERCOBAAN PROTEIN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan : Memprlihatkan bahwa sebagai makromolekul

yang larut dalam bentuk larutan koloid, protein

dapat dipisahkan dari satu dan yag lain dengan

cara pengendapan dan bahan dan pereaksi

2. Hari, tanggal : Selasa, 26 Mei 2010

3. Tempat : Laboratorium kimia Dasar FMIPA Universitas

Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang

paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi

yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang

dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein

mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur

serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel

makhluk hidup dan virus (Wikipedia, 2007).

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi

tubuh karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta

sebagai zat pembangun dn pengatur. Protein adlaah polimer dari asam

amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein

mengandung unsur-umsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung

unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).

Sebagian besar ilmu kimia organisme hidup menyangkut 5

golongan senyawa utama, yaitu: karbohidrat, lipida, mineral, asam nukleat

Page 52: Laporan Tetap Biokimia II

dan protein. Protein menentukan kebanyakan sifat-sifat yang ditemukan

dalam kehidupan. Protein menentukan metabolisme, membentuk jaringan

dan membertikan kemungkinan bagai kita untuk bergerak. Protein juga

berfungsi mengangkut senyawa-senyawa dan melindungi kita dari

penyebaran mikroorganisme yang merugikan. Bahkan sifat-sifat yang

diturunkan oleh suatu organisme untuk membentuk bermacam-macam

jenis protein dengan kecepatan yang berbeda (Ophart. 2003).

Selain itu proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan

baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis.

Di samping itu hemoglobin dalam butir darah merah (eritrosit) yang

berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh

adalah salah satu jenis protein (Riawan, 1990).

Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah

komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi;

serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti

bagian tetap cair dari susu yang membeku pada proses pembuatan keju.

Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan

darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua

substansi exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen -

protein faktor koagulasi (Adkins. 2002).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-alat

Tabung reaksi

Pipet tetes

Kertas saring

Corong

Gelas kimia

2. Bahan-bahan

Page 53: Laporan Tetap Biokimia II

Serum darah ayam

Larutan amoniumsulfat jenuh

Larutan NaOH 10%

Larutan CuSO4 0,1%

Larutan uji biuret

Larutan albumin telur

Etanol absolute

Larutan NaOH encer

Larutan CuSO4

D. SKEMA KERJA

1. Pengendapan protein dengan larutan garam konsentrasi tinggi

(salting out)

2 ml serum darah ayam (tabung reaksi)+ 2 ml amonium sulfat (tetes dami tetes)

HasilSaring endapan

Endapan dan filtrate

Lakukan uji biuret

Hasil

2. Pemisahan protein dengan etanol absolute

Tabung 1

+ 2 ml serum darah ayam

+ 2 ml etanol absolute

Hasil

Saring endapan

Endapan dan filtrate

Lakukan uji biuret

Hasil

Page 54: Laporan Tetap Biokimia II

Tabung 2 dan 3

+ 2 ml larutan albumin

+ 2 ml etanol absolute

Hasil

Saring endapan

Endapan dan filtrate

Lakukan uji biuret

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN

1. Pengendapan protein dengan larutan garam konsentrasi tinggi

(salting out)

No Langkah kerja Hasil pengamatan

1

2

3

Serum ayam + ammonia

Disaring + uji biuret

Filtrate

Endapan

Setelah dipanaskan

Filtrate

Terbentuk koagulasi dan 2 lapisan: atas

warna putih dan bawah warna kream

dan terdapat endapan

Terbentuk 2 lapisan: atas ada bintik-

bintik dan larutan ungu bening, bawah

agak kental tapi tidak terdapat bintik-

bintik

Endapan berwarna putih susu, setelah

uji biuret warnanya ungu bening dan

ada bintik-bintik didalam larutan

Terdapat 2 lapisan: atas putih keruh,

Page 55: Laporan Tetap Biokimia II

Endapan bawah bening

Kream dan ada endapan merah

2. Pemisahan protein dengan etanol absolut

No Langkah kerja Hasil pengamatan

A

1

2

3

3.1

3.2

4

5

6

7

7.1

7.2

B

1

2

2.1

Serum

Serum + etanol

Setelah dikocok

Disaring

Filtrate

Endapan

Filtrate + NaOH

Endapan + CuSO4

Endapan + biuret

Dipanaskan

Filtrate

Endapan

Putih telur

Putih telur + etanol absolut

Disaring

Filtrate

Terbentuk 2 lapisan: atas bening dan

bawah orange

Kream ada koloid (ada endapan)

Kuning bening

Kream

Terdapat 2 lapisan: atas bening

keunguan dan bawah bening ada bintik

biru

Terdapat 2 lapisan: atas kehijauan ada

koloid warna kuning kehijauan. Dan

bawah warna kuning bening

Terdapat 2 lapisan: atas agak

kecoklatan dan bawah kream ada

endapan

Coklat

Coklat dengan endapan berbentuk

gumpalan yang lebih coklat lagi

Terdapat 3 lapisan: atas keruh, bawah

bening kekuningan dan tengah warna

putih ada koloid

Page 56: Laporan Tetap Biokimia II

2.2

3

4

5

5.1

5.2

Endapan

Filtrate + biuret

Endapan + biuret

Setelah dipanaskan

Filtrate

Endapan

Hijau

Putih dan ada koloid

Hijau bening ada koloid

Terdapat 2 lapisan: bawah putih kental

dan atas ungu ada koloid

Hijau bening ada endapan warna

kuning dan merah

Terdapat 2 lapisan: atas filtrate warna

the dan endapan merah bata

Lapisan bawah warna putih (albumin

yang tidak larut)

F. ANALISIS DATA

G. - Albumin + NaOH ( basa)

Page 57: Laporan Tetap Biokimia II

H. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini bertujuan dimana protein diendapkan dengan

larutan garam konsentrasi tinggi dan dengan penambahan etanol absolut

dimana dengan melihat bahwa sebagai makromolekul yang larut dalam

bentuk larutan koloid, protein dapat dipisahkan satu dari yag lain dengan

cara pengendapan dengan bahan dan pereaksi tertentu.

Larutan protein yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan

albumin. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat

terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih

telur (Poedjiadi, 1994).

Percobaan yang pertama adalah pengendapan protein dengan

larutan garam konsentrasi tinggi (salting out). Kelarutan protein akan

berkurang bila ke dalam larutan protein ditambahkan garam-garam

anorganik, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa

pemisahan protein ini disebut salting out.

Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka

protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan

ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam

anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam

anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul

protein akan berkurang (Winarno, 2002).

Berdasarkan percobaan pertama. Serum dengan penambahan

ammonium sulfat menghasilkan larutan orange putih keruh dengan

terdapar endapan dibawahnya. Protein dalam serum seperti teori diatas

dengan penambahan garam-garam anorganik dalam hal ini ammonium

sulfat akan membuat protein terpisah sebagai endapan. Dalam air protein

dapat diendapkan dengan penambahan amoniumsulfat ((NH4)2SO4) hingga

Page 58: Laporan Tetap Biokimia II

jenuh (Poedjiadi, 1994). Perlakuan selanjutnya yakni memisahkan antara

endapan dengan filtratnya. Endapan dan filtrat kemudian diuji dengan

pereaksi biuret (NaOH dan CuSO4) Uji filtrat dan endapan dengan

pereaksi biuret membuat larutan menjadi dua fase warna yang berbeda

yakni larutan ungu dan larutan kuning bening. Uji biuret ini khas untuk

mengetahui adanya ikatan peptide yang ada pada protein. Dimana dalam

suasana basa (akibat penambahan NaOH) Cu2+ akan bereaksi dengan

gugus –CO dan –NH2 pada asam amino dalam protein sehingga

membentuk suatu kompleks berwarna.Uji ini poisitif bila ditandai dengan

adanya larutan berwarna ungu, yakni kompleks Cu protein. Hal yang sama

juga terjadi pada putih telur dengan penambahan larutan Biuret yakni

adanya warna ungu, sementara etanol absolute digunakan untuk

memisahkan protein dengan senyawa-senyawa lain yang ada pada serum

dan putih telur ,dimana protein akan terendapkan.

Pengujian filtrat dan endapan dengan pereaksi biuret bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya gugus amida, adanya cincin ungu juga

menandakan adanya ikatan peptida dalam protein (Riawan. 1990). Larutan

kemudian dipanaskan dimana setelah pemansan, Fitrat menghasilkan 2

lapisan warna yaitu putih keruh dan bening, sedangkan endapannya

menghasilkan larutan krem dan endapan merah. Hal ini dikarenakan panas

dapat mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar.

Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan

menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat

cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut.

Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama

pemanasan. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi

sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena

energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang

ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya

yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran

suhu yang sempit (Ophart, 2003).

Page 59: Laporan Tetap Biokimia II

I. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di simpulkan

sebagai berikut:

1. Protein akan mengalami koagulasi (denaturasi protein akibat panas dan

alkohol )

2. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat

terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih

telur

3. Protein dapat diendapkan oleh alcohol dan ammoniumsulfat karena

protein mempunyai gugus –NH2, -NH, -OH , -CO yang mengikat air.

Alkohol dan ammonium sulfat yang bersifat higroskopis akan menarik air

tersebut sehingga protein kehilangan air, mempunyai kelarutan terkecil

dan mudah mengendap

4. Pengendapan albumin Dasar reaksi : denaturasi protein adalah rusaknya

sifat fisik dan fisiologik protein. Dapat disebabkan karena pemanasan dan

penambahan asam kuat. Denaturasi hanya merusak ikatan sekunder,

tertier, dan kuartener.

5. Fungsi penambahan reagen NaOH : mencegah endapan Cu(OH)2,

memecah ikatan protein sehingga terbentuk urea, sbg katalisator CuSO4 :

donor Cu2+. Dasar reaksi : reaksi positif ditandai dengan terjadinya warna

ungu karena adanya kompleks yang terjadi antara ikatan peptide dengan O

dari air. Reaksi ini disebut reaksi biuret karena positif terhadap biuret

(kondensasi 2 molekul urea)

Page 60: Laporan Tetap Biokimia II

DAFTAR PUSTAKA

Baraas, F. 1993. Mencegah Serangan Jantung Dengan MenekanKolesterol.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ganong, W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hawab, H. M. 2003. Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia Publishing.

Murray, Robert K. et. al. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika.

Sitepoe, M. 1993. Kolesterol Fobia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Yazid, Estien; Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk

Mahasiswa Analis. Yogyakarta:Penerbit ANDI.