Upload
murdani-murdaniasih
View
124
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
doc
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. Gambaran ini terjadi
akibat nekrosis hepatoselular. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit
jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan regenerasi nodularis parenkim hati.
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang
berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang
ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata
merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak
terlihat perbedaannya secara klinis. Hal ini hanya dapat dibedakan melalui
pemeriksaan hati.
Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826.
Diambil dari bahasa Yunani scirrhus atau kirrhos yang artinya warna oranye dan
dipakai untuk menunjukkan warna oranye atau kuning kecoklatan permukaan hati
yang tampak saat otopsi.1
Batasan fibrosis sendiri adalah penumpukan berlebihan matriks
ekstraseluler (seperti kolagen, glikoprotein, proteoglikan) dalam hati. Respons
fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat reversibel. Namun pada sebagian besar
pasien sirosis, proses fibrosis biasanya tidak reversibel.1,2
Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulkan sekitar 35.000
kematian per tahun di Amerika Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian
utama yang kesembilan di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
kematian di AS. Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau
kelima. Setiap tahun ada tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal
hati fulminan (fulminant hepatic failure).3,4,5 FHF dapat disebabkan hepatitis virus
(virus hepatitis A dan B), obat (asetaminofen), toksin (jamur Amanita phalloides
atau jamur yellow death-cap), hepatitis autoimun, penyakit Wilson, dan berbagai
macam penyebab lain yang jarang ditemukan.5
1
Belum ada data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia. Namun
dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, berdasarkan
diagnosis klinis saja dapat dilihat bahwa prevalensi sirosis hati yang dirawat di
bangsal penyakit dalam umumnya berkisar antara 3,6 - 8,4% di Jawa dan
Sumatra, sedang di Sulawesi dan Kalimantan di bawah 1%. Secara keseluruhan
rata-rata prevalensi sirosis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di
bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47, 4% dari seluruh pasien penyakit hati
yang dirawat.6
Dengan data seperti ini, dapat disimpulkan bahwa sirosis hati merupakan
penyakit kronik progresif yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas jika tidak ditindaklanjuti secara profesional. Tindakan yang tepat dapat
dilakukan jika para praktisi medis mengenal dengan baik faktor-faktor risiko,
etiologi, patogenesis, serta tanda dan gejala klinis dari sirosis hati. Oleh karena
itu, penulis mengangkat sirosis sebagai tema presentasi kasus ini dengan harapan
agar kita mampu mengenal lebih dalam mengenai penyakit ini, sehingga kita
mampu menerapkan penatalaksanaan dan terapi yang rasional terhadap pasien.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Dilakukan di IGD RSUD Kardinah tanggal 17 desember 2015 pukul 05.15 secara
autoanamnesis.
Identitas Pasien
Seorang laki-laki, umur 39 tahun, pekerjaan supir truk, status menikah,
alamat di Tembok Banjaran, datang ke IGD RSUD Kardinah diantar keluarganya
tanggal 17 Desember 2015 pukul 05.15 dengan keluhan utama muntah darah sejak
± 12 jam SMRS.
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 1 minggu SMRS, os mengeluh perutnya membesar. Pembesaran perut
tanpa diawali pembengkakan pada kedua tungkai dan sembab kedua mata pada
pagi hari. Os juga mengeluh mual, muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.
Demam tidak ada, BAK dan BAB biasa. Nafsu makan berkurang. Os tidak
berobat.
± 2 hari SMRS, os mengeluh BAB hitam, frekuensi ± 4x, konsistensi
lembek, banyaknya ± 1 gelas besar setiap kali BAB. Mual ada, muntah ada
sebanyak 2x, isi muntah apa yang dimakan dan diminum, muntah darah tidak ada,
nyeri ulu hati tidak ada. Demam ada, BAK biasa dengan warna seperti teh tua.
Nafsu makan os berkurang dan badan terasa lemah.
± 12 jam SMRS os muntah darah, warna merah segar frekuensi 5x,
banyaknya seperempat gelas tiap kali muntah. Akhirnya os datang ke IGD RSUD
Kardinah Kota Tegal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit asma disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
3
Riwayat sakit kuning pernah ada 5 tahun yang lalu, dikatakan menderita
hepatitis
Riwayat muntah darah pernah 4 bulan yang lalu, kemudian dilakukan
transfusi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit kuning dalam keluarga disangkal
Riwayat penyakit dengan gejala yang sama dalam keluarga disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum jamu dan obat-obatan penghilang nyeri disangkal.
Riwayat minum alkohol ada tapi tidak sering
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan di RSUD kardinah tanggal 17 desember 2015 pukul 05.15
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis ,GCS 15
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 116 kali/menit.
Pernafasan : 22 kali/menit
Suhu badan : 37,4 ºC
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 56 kg
IMT : 20,58
Status gizi : normal
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-),
sianosis (-), spider naevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan
rambut normal.
Kelenjar
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, aksila, inguinal tidak teraba.
4
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi biasa, warna rambut hitam, rambut mudah rontok
(-), deformitas (-).
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjunctiva palpebra
pucat (+), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke
segala arah baik.
Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-)
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, tophi (-), nyeri tekan
processus mastoideus (-)
Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor
(-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2)
cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk normal, retraksi (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi (-)
Paru
Inspeksi : statis: dinamis; simetris kanan = kiri
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
5
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri:
línea midclavicula sinistra ICS V
Auskultasi : HR 92 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba
schuffner 2, permukaan rata, tepi tajam, incisura lienalis teraba.
Perkusi : timpani, shifting dullness(-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas atas : Nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-),
turgor kembali lambat (-), eritema palmaris (-),
akrosianosis(-)
Ekstremitas bawah : Nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-) pada kedua tungkai,
jaringan parut (-), pigmentasi normal, jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-), akrosianosis (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal order : 17-12-15 15.57
Tanggal pelaporan : 17-12-15 06.22
Hematologi: Hb 7,4g/dl, leukosit 7.300/µL, hematokrit 23,4%, trombosit
99.000/µL eritrosit 3.200.000/µL, RDW 17%, MCV 73,6 U, MCH 23,3 picogram,
MCHC 31,6 g/dl.
Kimia klinik: Natrium 137,9 mmol/L, Kalium 4,17mmol/L, klorida
108,2mmol/L. SGOT 61,1 U/L, SGPT 46,2 U/L, Ureum 40 mg/dL, creatinine
0,63 mg/dL.
Sero Imunologi: HBsAg positif
6
Resume
Dari anamnesis didapatkan bahwa, ± 1 minggu SMRS, os mengeluh
perutnya membesar. Os juga mengeluh mual, muntah tidak ada, nyeri ulu hati
tidak ada. BAK dan BAB biasa. Nafsu makan berkurang. Os tidak berobat. ± 2
hari SMRS, os mengeluh BAB hitam, frekuensi ± 4x, konsistensi lembek,
banyaknya ± 1 gelas besar setiap kali BAB. Mual ada, muntah ada sebanyak 2x,
isi muntah apa yang dimakan dan diminum. Demam ada, BAK biasa dengan
warna seperti teh tua. Nafsu makan os berkurang dan badan terasa lemah. ± 12
jam SMRS os muntah darah ada, warna hitam, frekuensi 5x, banyaknya
seperempat gelas tiap kali muntah. Akhirnya os berobat ke RSUD Kardinah.
Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, os mengatakan 5 tahun yang lalu
pernah sakit kuning dan dikatakan menderita hepatitis. 4 bulan yang lalu os juga
pernah muntah darah kemudian mendapatkan transfusi darah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 116kali/menit
reguler, isi dan tegangan cukup, pernapasan 22 kali/menit, suhu badan 37,4 0C,
Abdomen: inspeksi {cembung, venektasi (+), caput medusa (-)} palpasi: {lemas,
nyeri tekan daerah epigastrium (-), lien teraba schuffner 2, permukaan rata, tepi
tajam, incissura lienalis teraba} perkusi : {timpani, shifting dullness (+)}
Auskultasi : {bising usus (+) normal}
Pemeriksaan laboratorium diperoleh hasil. Hematologi: Hb 7,4g/dl,
leukosit 7.300/µL, hematokrit 23,4%, trombosit 99.000/µL eritrosit 3.200.000/µL,
RDW 17%, MCV 73,6 U, MCH 23,3 picogram, MCHC 31,6 g/dl. Kimia klinik:
natrium 137,9 mmol/L, Kalium 4,17mmol/L, klorida 108,2mmol/L. SGOT 61,1
U/L, SGPT 46,2 U/L, Ureum 40 mg/dL, creatinine 0,63 mg/dL. Sero Imunologi:
HBsAg positif.
Diagnosis kerja
Hematemesis
Anemia Gravis
Tindakan dan pengobatan
IVFD Ringer Laktat 20 tetes per menit
7
Pemasangan Nasogastric tube
Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena ondancentron 3x8mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
pasien disarankan untuk rawat inap
Perkembangan Selama Perawatan
pasien keluar dari IGD menuju bangsal rawat inap tanggal 17 desember 2015
pukul 06.45 dengan kondisi stabil.
Tanggal 17 desember 2015
S Muntah darah , mual, susah menelan, Badan lemas
OSense compos mentis N 116 kali/menitTD 100/60 mmHg RR 22 kali/menitT 37,4 0C BB/TB 56 kg/165 cmMata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: S1,2 regurel, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : datar, venektasi (-)P: supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (-)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
8
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi: Hb 7,4g/dl, leukosit 7.300/µL, hematokrit
23,4%, trombosit 99.000/µL eritrosit 3.200.000/µL, RDW
17%, MCV 73,6 U, MCH 23,3 picogram, MCHC 31,6
g/dl.
Kimia klinik: Natrium 137,9 mmol/L, Kalium
4,17mmol/L, klorida 108,2mmol/L. SGOT 61,1 U/L,
SGPT 46,2 U/L, Ureum 40 mg/dL, creatinine 0,63 mg/dL.
Sero Imunologi: HBsAg positif
Assessment Anemia ec Hematemesis ec sirosis hepatis
Planning IVFD RL 20 tetes per menit makrodrip
Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Sucralfat pe oral
Pemasangan Nasogastric tube untuk bilas lambung,
bila jernih berikan diit cair
USG abdomen
Transfusi PRC 1 kolf extra lasik 1 ampul
Tanggal 18 desember 2015
S Badan lemas, pucat, BAB hitam
O
Sense compos mentis N 116 kali/menitTD 100/60 mmHg RR 20 kali/menitT 36,6 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
9
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : datar, venektasi (-)P: supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (-)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Assessment Anemia ec Hematemesis melena ec sirosis hepatis
Planning IVFD RL + NaCl 20 tetes per menit makrodrip
Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Sucralfat pe oral
Transfusi prc 1 kolf jam 10.00
Transfusi prc 1 kolf extra lasik jam 21.30
10
Tanggal 19 desember 2015
S Badan lemas, pasien tampak pucat
O
Sense compos mentis N 100 kali/menitTD 90/70 mmHg RR 22 kali/menitT 37,20C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : datar, venektasi (-)P: supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (-)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan penunjang
Hematologi: Hb 6,7g/dl, leukosit 3.300/µL, hematokrit
20,1%, trombosit 44.000/µL, eritrosit 2.600.000/µL,
RDW 16,8%, MCV 77 U, MCH 25,7picogram, MCHC
33,3 g/dl.
Assessment Anemia ec Hematemesis melena ec sirosis hepatis
Planning IVFD RL 20 tetes per menit makrodrip
Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Sucralfat pe oral
11
Tanggal 20 desember 2015
S Badan lemas,sesak napas
O
Sense compos mentis N 98 kali/menitTD 100/70 mmHg RR 30kali/menitT 36,8 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : datar, venektasi (-)P: supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (-)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Assessment Anemia ec Hematemesis melena ec sirosis hepatis
Planning IVFD NaCl 20 tetes per menit makrodrip
Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Sucralfat pe oral
Transfusi PRC 1 kolf jam 14.30
12
Tanggal 21 Desember 2015
S Badan lemas, sesak
O
Sense compos mentis N 88 kali/menitTD 120/70 mmHg RR 30kali/menitT 36,6 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : datar, venektasi (-)P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (-)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan penunjang
Hematologi: Hb 9,2g/dl, leukosit 3.800/µL, hematokrit
27%, trombosit 57.000/µL, eritrosit 3.500.000/µL, RDW
16,5%, MCV 76,9U, MCH 26,2picogram, MCHC 34,1
g/dl.
Assessment Anemia ec Hematemesis melena ec sirosis hepatis
Planning IVFD NaCl 20 tetes per menit makrodrip
Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Sucralfat pe oral
Transfusi PRC 1 kolf jam 01.15
13
Tanggal 22 desember 2015
S Badan lemas, sesak berkurang
O
Sense compos mentis N 100 kali/menitTD 110/70 mmHg RR 20kali/menitT 36,5 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (-)P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (+)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan penunjang
Hematologi: Hb 9,8g/dl, leukosit 3.900/µL, hematokrit
28,6%, trombosit 73.000/µL, eritrosit 3.700.000/µL,
RDW 17%, MCV 77,1 U, MCH 26,4picogram, MCHC
34,3 g/dl.
Assessment Anemia
Hematemesis melena
Acites
Planning Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Injeksi intravena furosemid 2x1ampl
14
KSR per oral 3x1
Sucralfat pe oral
Tanggal 23 desember 2015
S Badan lemas
O
Sense compos mentis N 80 kali/menitTD 130/80 mmHg RR 20kali/menitT 36,6 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (-)P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (+)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan USG Abdomen Hepar : Ukuran besar, echo parenkim hiperekhoik
kasar, massa (-), ascites (+).VF : dinding tebal, double layer (+), batu (-)Pancreas : Ukuran normal, echo parenkim normoekhoik, massa (-)Lien : ukuran besar, echo parenkim normoekhoik, tepi tumpul, massa (-)Renal dextra & : Bentuk dan ukuran normal, kortek dan medula jelas.Kesan : Sirosis hepatis
Assessment Anemia
Hematemesis melena
Acites
15
Planning Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Injeksi intravena furosemid 2x1ampl
KSR per oral 3x1
Sucralfat pe oral
Tanggal 24 desember 2015
S Badan lemas
O
Sense compos mentis N 116 kali/menitTD 90/60 mmHg RR 20kali/menitT 36,6 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (-)P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (+)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan penunjang
Hematologi: Hb 10,4g/dl, leukosit 7.500/µL, hematokrit
31,2%, trombosit 77.000/µL, eritrosit 3.900.000/µL,
RDW 17,3%, MCV 79,4 U, MCH 26,5picogram, MCHC
33,3 g/dl.
Assessment Anemia
Hematemesis melena
16
Acites
CH
Planning IVFD NaCl 20 tetes per menit makrodrip
Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Injeksi intravena lasik 2x1ampl
KSR per oral 3x1
Sucralfat pe oral
New diatab 3x1tab
Transfusi pRC 1 kolf jam 09.00
Tanggal 25 desember 2015
S Badan lemas, demam naik turun, mual muntah, bab hitam
O
Sense compos mentis N 100 kali/menitTD 100/60 mmHg RR 28kali/menitT 37,8 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (-)P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (+)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Assessment Hematemesis melena ec sirosis hepatis
17
Planning Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Injeksi intravena lasik 2x1ampl
KSR per oral 3x1
Sucralfat pe oral
New diatab 3x1tab
Tanggal 26 desember 2015
S Badan lemas
O
Sense compos mentis N 90 kali/menitTD 100/70 mmHg RR 20kali/menitT 36,6 0C
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiriP: sonor di kedua lapangan paruA: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihatP: ictus cordis tidak terabaP: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (-)P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan suprapubik (-), P: timpani, shifting dulness (+)A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-, Eritema palmaris (-)
Assessment Anemia
Hematemesis melena
Sirosis hepatis
Acites
Planning Injeksi intravena Asam Traneksamat 3x500 mg
18
Injeksi intravena omeperazole 2x1 ampul
Injeksi inttravena ceftriaxone 2x1gr
Injeksi intravena lasik 2x1ampl
KSR per oral 3x1
Sucralfat pe oral
New diatab 3x1tab
Cpz 1x25mg
Rencana Boleh pulang
19
BAB III
ANALISA KASUS
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar
parenkim hati yang mengalami regenerasi.
III.1 Epidemiologi6
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
Adapun pada pasien ini, berjenis kelamin laki-laki dengan usia 39 tahun.
III.2 Klasifikasi Sirosis Hepatis
Secara morfologi, Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :8
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :7,8
1. Sirosis hati kompensata, sering disebut dengan laten sirosis hati. Pada Stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini
ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati dekompensata. Dikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini
biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya: spider neavi, ascites, edema dan
ikterus.
Pada pasien ini didiagnosis sebagai sirosis hepatis dekompensata karena
telah terdafat menifestasi klinis yang jelas seperti asites, splenomegali,
hematemesis dan melena.
20
III.3 Etiologi 10
Etiologi yang umumnya mengakibatkan sirosis adalah:
1. Penyakit infeksi (bruselosis, ekinokokus, skistomiasis, toksoplasmosis,
hepatitis B, hepatitis C)
2. Penyakit keturunan dan kelainan metabolik (Hemakhomatosis, Penyakit
Wilson, Tirosinemia, sindroma fanconi, penyakit gaucher, penyakit simpnan
glikogen)
3. Obat dan toksin (alkohol, amiodaron arsenik obstruksi bilier, penyakit
perlemakan hati non alkoholik, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis
primer)
4. Penyebab lain atau tidak terbukti (penyakit usus inflamasi kronik, fibrosis
kistik, pintas jejunoileal, sarkoidosis)
Pada pasien ini, etiologi yang mungkin menyebabkan terjadinya sirosis
hepatis adalah infeksi virus hepatitis kronik (hepatitis B atau hepatitis C). Hal ini
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat transfusi darah sebelumnya. hal
ini didukung pula dengan hasil pemeriksaan sero imunologi HbsAg (+) pada
pasien ini yang berarti pasien adalah pengidap hepatitis B kronik..
III.4 Tanda dan Gejala Klinis
III.4.1 Gejala klinis
Pasien dengan sirosis dapat datang ke dokter dengan sedikit keluhan, dapat
tanpa keluhan sama sekali, atau dengan keluhan penyakit lain. Beberapa keluhan
dan gejala yang sering timbul pada sirosis antara lain adalah1,4,5 : kulit berwarna
kuning, rasa mudah lelah, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat
badan, nyeri perut dan mudah berdarah.
Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi
dari sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi keluhan
yang membawanya pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan kompensata
selama bertahun-tahun, sebelum berubah menjadi dekompensata. Sirosis
dekompensata dapat dikenal dari timbulnya bermacam komplikasi seperti ikterus,
perdarahan varises, asites, atau ensefalopati.
21
Sesuai dengan konsensus Braveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan
menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, ascites, dan
perdarahan varises5 :
Stadium 1: tidak ada varises, tidak ada asites,
Stadium 2: varises, tanpa ascites,
Stadium 3: ascites dengan atau tanpa varises dan
Stadium 4: perdarahan dengan atau tanpa ascites.
Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam kelompok sirosis kompensata,
semetara stadium 3 dan 4 dimasukkan dalam kelompok sirosis dekompensata.
Pada pasien ini, didapatkan adanya ascites dan adanya perdarahan yang terbukti
dengan adanya muntah darah dan BAB berwarna hitam, juga adanya keluhan
naffsu makan berkurang, mual, sehingga memperkuat diagnosis sirosis hepatis
dekompensata.
III.4.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang khas pada pasien dengan sirosis hepatis antara
lain10:
1. Spider naevi
2. Eritema palmaris
3. Ginekomastia
4. Fetor hepatikum
5. Splenomegali
6. Asites
7. Ikterus
Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan fisik berupa splenomegali, asites.
III.4.3 Pemeriksaan Laboratorium
Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium
antara lain10:
1. SGOT dan SGPT meningkat tapi tidak terlalu tinggi, dimana biasanya
SGOT>SGPT
22
2. Alkaline fosfatase meningkat
3. Bilirubin meningkat
4. Albumin menurun sedangkan globulin meningkat
5. PT memanjang
6. Na menurun
7. Kelainan hematologi meliputi anemia, trombositopenia dan leukopenia
Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
mendukung untuk ditegakkannya diagnosis sirosis hepatis dekompensata yaitu
adanya peningkatan SGOT (61,1 U/l), SGPT (46,2 U/L) SGOT>SGPT, adanya
kelainan hematologi berupa trombositopenia (trombosit: 99.000/ µL).
III.5 Diagnosis
Diagnosis sementara berupa sirosis hati dekompensata pada pasien dapat
ditegakkan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium yang telah diuraikan sebelumnya. Pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan untuk memperkuat diagnosis sirosis hati dekompensata pada pasien ini
adalah USG abdomen. Adapun hasil USG abdomen pada pasien ini menyatakan
bahwa gambaran hati pada pasien ini sesuai dengan gambaran sirosis hepatis yaitu
ukuran besar, parenkim kasar disertai pula dengan splenomegali dan asites.
Untuk memperkuat diagnosis sementara menjadi diagnosis kerja, maka
dapat dilakukan rencana pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan endoskopi
Varises esofagus dapat ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
endoskopi. Sesuai dengan konsensus Baveno IV, bila pada pemeriksaan
endoskopi pasien sirosis tidak ditemukan varises, dianjurkan pemeriksaan
endoskopi ulang dalam 2 tahun. Bila ditemukan varises kecil, maka dilakukan
endoskopi dalam 1 tahun, dan jika ditemukan varises besar, maka secepatnya
dilakukan tindakan preventif untuk mencegah perdarahan pertama.3
Pada pasien ini, endoskopi direncanakan untuk melihat penyebab terjadinya
hematemesis dan melena. Umumnya kedua hal tersebut disebabkan pecahnya
suatu varises esofagus atau adanya gastritis erosif. Bila nanti pada pemeriksaan
23
endoskopi ditemukan adanya varises esofagus yang pecah, maka ini akan
mendukung diagnosis sirosis hepatis dekompensata, karena pecahnya varises
esofagus merupakan manifestasi dari hipertensi portal
2. Biopsi hati
Pemeriksaan biopsi hati merupakan gold standard untuk menegakkan
diagnosis sirosis hepatis. Karena pada kasus tertentu sulit untuk membedakan
antara hepatitis kronik aktif yang berat dengan suatu keadaan sirosis hepatis
dini. Oleh karena itu pada kasus pasien ini, direncanakan untuk dilakukan
pemeriksaan biopsi hati. Bila pada pemeriksaan biopsi hati didapatkan
keadaan fibrosis dan nodul-nodul regenerasi sel hati, maka diagnosi sirosis
hepatis dapat ditegakkan dengan pasti.
III.6 Komplikasi 10
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasi yang
ditimbulkannya. Komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien sirosis hepatis
antara lain:
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Ensefalopati hepatik.
3. Koma hepatikum
4. Hipertensi portal
5. Sindroma hepatorenal
6. Karsinoma hepatoseluler
7. Peritonitis bakterial spontan
Pada pasien ini didapatkan hasil anamnesis berupa adanya muntah darah
dan BAB berwarna hitam. Hal ini adalah komplikasi perdarahan gastrointestinal
yang kemungkinan disebabkan oleh perdarahan di gaster, hal ini masih harus
dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan endoskopi yang dapat direncanakan pada
pasien ini. Pada pasien ini segera dilakukan pemasangan nasogastric tube untuk
menegtahui sumber perdarahan, evaluasi perdarahan dan bilas lambung.
24
III.7 Penatalaksanaan9,10
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simptomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Pada sirosis hati akibat infeksi virus hepatitis B dapat dicoba dengan
interferon alfa dan lamivudin.
Pada sirosis alkoholik, maka pengobatan utama adalah menghentikan
secara total konsumsi alkohol oleh pasien.
Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif
Pada sirosis akibat hepatitis C kronik maka kombinasi interferon dan
ribavirin merupakan terapi standar.
d. Pengobatan fibrosis hati
Pengobatan antifibrotik sampai saat ini lebih mengarah pada peradangan
dan tidak terjadap fibrosis.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
a. Asites2,9,10
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
istirahat
diet rendah garam: untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan
diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal
maka penderita harus dirawat.
Diuretik
Pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya
kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat
pemberian diuretik adalah hipokalemia (khususnya penggunaan
25
furosemid) dan hal ini dapat mencetuskan ensefalopati hepatik, maka
pilihan utama diuretik adalah spironolakton, dan dimulai dengan dosis
rendah 100-200mg, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4
hari, apabila dengan dosis maksimal diuresisnya belum tercapai maka
dapat kita kombinasikan dengan furosemid 20-40mg/hari (dengan
pengawasan terhadap kadar kalium darah). Respon diuretik bisa
dimonitor dengan penurunan BB + 0,5kg/hari tanpa edema kaki atau +
1kg/hari dengan edema kaki
Parasintesis
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan
konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis.
Parasintesis dilakukan bila asites sangat besar. Mengenai parasintesis
cairan asites dapat dilakukan 4-6 liter/hari, dengan catatan harus
dilakukan infus albumin sebanyak 6-8 gr/l cairan asites yang
dikeluarkan. Ternyata parasintesis dapat menurunkan masa opname
pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C, Protrombin <
40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3,
creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
b. Peritonitis bakterial spontan
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan
parasintese. Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati
dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada
sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus
penyakit ini timbul selama masa rawatan.
c. Hepatorenal syndrome
Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering
dinomorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih
dulu. Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan resusitasi sampai
keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :3,4,8,9
Pasien diistirahatkan dan dipuasakan
Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
26
Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es,
pemberian obat-obatan, evaluasi darah
Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, Antifibrinolitik,
Vitamin K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin
Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka
menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade
dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi atau Oesophageal Transection.
d. Ensefalophaty hepatic
Suatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit
hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian,
gelisah sampai ke pre koma dan koma.Pada umumnya enselopati Hepatik
pada sirosis hati disebabkan adanya factor pencetus, antara lain: infeksi,
perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang Hepatotoxic.8,9
e. Perdarahan gastrointestinal
Penyebab dari perdarahan gastrointestinal yang paling sering pada pasien
sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang merupakan
manifestasi dari hipertensi portal dan penyebab dari sepertiga kematian.
Pengobatan yang dilakukan pada keadaan akut adalah tamponade dengan
alat pipa Sengstaken-Blakemore dan Minessota. Selanjutnya dapat
dilakukan tindakan ligasi endoskopi. Sedangkan untuk pencegahan dan
penatalaksanaan setelah perdarahan dapat diberikan preparat propanolol
untuk menurunkun hipertensi portal.
Penatalaksanan terhadap sirosis dan komplikasinya yang dilakukan pada
pasien ini antara lain:
1. Istirahat
2. Diet rendah garam, merupakan terapi lini pertama pada asites yang ringan
atau sedang
3. Diuretik, untuk membantu mempercepat diuresis maka diberikan preparat
diuretik. Pada tahap pertama hanya diberikan spironolakton, lalu dilanjutkan
dengan penambahan furosemid untuk meningkatkan laju diuresis. Pada
27
pasien ini, respon diuretik sepertinya cukup baik karena selama + 5 hari
perawatan, didapat penurunan BB + 7kg atau rata-rata 1,4kg/hari.
4. Preparat propanolol diberikan pada pasien ini untuk menurunkan hipertensi
portal dan mencegah terulangnya perdarahan gastrointestinal
5. Untuk mencegah ensefalopati hepatik, maka diberikan preparat laktulak
(laktulosa) karena dapat membantu mengeluarkan amonia dari tubuh pasien.
Selain itu juga diberikan Kanamisin untuk membunuh bakteri-bakteri yang
menghasilkan amonia di dalam usus.
III.8 Prognosis10
Umumnya, mortalitas hanya terjadi setelah pasien mengalami fase
dekompensata saja. Angka kesintasan selama 10 tahun diperkirakan sekitar 90%, namun
terjadinya dekompensata dalam 10 tahun tersebut meningkat 50%. Prognosis sirosis hati
berdasarkan kondisi klinis.
Stadium Kompensasi Mortalitas 1 tahun
Stadium 1 Terkompensasi, tanpa
varises esofagus
1% persen per tahun
Stadium 2 Kompensasi dengan
varises
3-4%
Stadium 3 Dekompensasi dengan
asites
20%
Stadium 4 Dekompensasi dengan
perdarahan
gastrointestinal
57%
Stadium 5 Infeksi dan gagal ginjal 67%
Pada pasien ini kondisi klinis sudah menunjukkan stadium 4 yaitu sirosis
hati dekompensasi dengan perdarahan gastrointestinal dimana angka mortalitas
per tahunnya dapat mencapai 57%.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Cheney CP, Goldberg EM and Chopra S. Cirrhosis and portal hypertension: an overview. In: Friedman LS and Keeffe EB, eds. Handbook of Liver Disease. 2nd ed. China, Pa: Churchill Livingstone; 2004:125-138
2. Friedman SL: Hepatic Fibrosis, In: Schiff ER, Sorrell MF, Maddrey WC, eds. Schiff’s Diseases of the Liver. 9th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven; 2003:409-28
3. Garcia-Tsao D and . Wongcharatrawee S. (VA Hepatitis C resource center Program). Treatment of patients With Cirrhosis and Portal Hypertension Literature Review and Summary of Recommended Interventions. Version 1 (November 2015). Available from URL: www.va.gov/hepatitisc
4. Wolf DC. Cirrhosis.eMedicine Specialities. 31 Desember 2015. Available from URL: http://www.emedicine.com/med/topic3183.htm
5. Lee D. Cirrhosis of the Live. MedicineNet.com, 6 Januari 2016. Available from URL: http://www.medicinenet.com/cirrhosis/article.htm
6. Hernomo K. Pengelolaan perdarahan massif varises esophagus pada sirosis hati. Thesis. Airlangga University Press, Surabaya,1983.
7. Lorraine MW. Sirosis Hati. Dalam: Sylvia AP, Lorraine MW. Sirosis. Edisi keenam, Volume I. EGC, Jakarta: 2005;1:493-501.
8. Guadalupe Garsia-Tsao et al. Prevention and Management of Gastroesophagal Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. American Journal of Gastroenterology. United States of America. 2007.
9. Pere Gines et al. Management of Cirrhosis and Ascites. The New England Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society. 2004;350:1646-54.
10. Nurdjanah, Siti. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006;443-446
29